• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektifitas Pelaksanaan Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan yang mencerminkan Karakteristik Negara Kesejahteraan

1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karanganyar a. Kondisi Geografis Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabuparen dari total 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Pusat administrasi berlokasi di Karanganyar. Secara letak geografis, Kabupaten Karanganyar berbatasan langsung dengan:

1) Sebelah Utara : Kabupaten Sragen 2) Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

3) Sebelah Selatan : Kab. Wonogiri dan Kab. Sukoharjo 4) Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten

Gambar: Letak Geografis Kabupaten Karanganyar1

Luas wilayah kabupaten Karanganyar 77.378,64 Ha terdiri dari sawah 21.965,00 Ha, pekarangan/bangunan 21.487,27 Ha, tegalan/kebun 17.588,15 Ha, padang/gembala 262,65 Ha, tambak/kolam 34,64 Ha,

1 https://www.karanganyarkab.go.id/20160823/geografi-2015/ diakses pada tanggal 18 Februari 2021 pukul 21.00 WIB

(2)

2 hutan 34.652,14 Ha, perkebunan 4.402,67 Ha, lahan kering 46.338,89 Ha dan lahan industri 1.761,24 Ha. Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Karanganyar tertinggi dari 17 kecamatan, 15 kelurahan, 162 desa, 1091 dusun, 2313 dukuh yang terdiri dari 1876 RW dan 6358 RT. Sebagaimana dilansir dari laman resmi Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, jumlah penduduk di Kabupaten Karangnyar sejumlah 931.963.2

b. Kondisi Demografis Kabupaten Karanganyar

Kondisi demografis Kabupaten Karanganyar sesuai dengan data monografi sebagaimana ditampilkan dengan data tingkat kepadatan penduduk terhitung sejak tahun 2018 hingga tahun 2020, sebagai berikut:

Wilayah Kecamatan Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

2018 2019 2020

Kabupaten Karanganyar 1132.0 1145.7 1204.4

Kecamatan Jatipuro 720.7 718.5 833.5

Kecamatan Jatiyoso 556.0 552.2 585.8

Kecamatan Jumapolo 655.2 653.0 751.1

Kecamatan Jumantono 811.2 801.8 912.3

Kecamatan Matesih 1576.3 1560.7 1686.9

Kecamatan Tawangmangu 651.3 651.1 671.1

Kecamatan Ngargoyoso 511.1 508.3 559.9

Kecamatan Karangpandan 1193.4 1184.6 1273.1 Kecamatan Karanganyar 1871.7 1897.2 1974.2

Kecamatan Tasikmadu 2190.9 2227.1 2416.3

Kecamatan Jaten 3303.5 3349.9 3296.5

Kecamatan Colomadu 4907.7 5255.1 4815.4

Kecamatan Gondangrejo 1381.3 1428.0 1533.4 Kecamatan Kebakramat 1734.3 1757.6 1766.8 Kecamatan Mojogedang 1174.9 1185.9 1301.3

Kecamatan Kerjo 754.0 746.7 802.9

Kecamatan Jenawi 473.3 475.8 487.4

2 https://karanganyarkab.bps.go.id/indicator/12/167/1/jumlah-penduduk-menurut-kecamatan- dan-jenis-kelamin.html diakses pada tanggal 28 Maret 2021 pukul 13.20 WIB.

(3)

3 Dapat diketahui bahwa berdasarkan data dari tahun 2018, tahun 2019 dan tahun 2020 mengalami laju peningkatan secara rata-rata sehingga mempengaruhi kualitas kehidupan sosial di wilayah Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan data kepadatan penduduk maka dapat memperoleh proyeksi penduduk laki-laki dan perempuan dari tahun 2018 hingga tahun 2020, sebagaimana tercantum dalam data sebagai berikut:3

Wilayah Tahun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan Kabupaten

Karanganyar

2018 434.677 444.401 879.078 2019 438.356 448.163 886.519 2020 441.783 451.896 893.679

Berdasarkan data proyeksi penduduk laki-laki dan perempuan maka dapat memberikan gambaran mengenai data pendidikan pekerja di Kabupaten Karanganyar. Adapun data tersebut ditampilkan sebagai berikut:

Pendidikan Pekerja Pendidikan Pekerja (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah

2018 2019 2020

Tidak/Belum Sekolah 6900 13608 20508

Belum Tamat SD 23454 19723 43177

Sekolah dasar 78637 53741 132378

Sekolah Menengah Pertama 69574 45069 114643

Sekolah Menengah Atas 31999 25996 57995

SMK 42506 23506 66012

Diploma /Akademi 3935 9121 13056

Univesitas 15827 8615 24442

3https://karanganyarkab.bps.go.id/indicator/12/27/1/proyeksi-penduduk-laki-perempuan-2015- 2020.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2021 pada pukul 15.52 WIB.

(4)

4 Melihat data sebagaimana di atas, maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di Kabupaten Karanganyar cenderung masih belum begitu tinggi.

Kondisi tersebut dapat diketahui dari angka pada kategori tidak/belum sekolah, hingga hanya mengenyam tingkat pendidikan dengan kategori Sekolah Menengah Pertama.

2. Efektivitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar

Pemerintah Indonesia wajib mengakomodir kesejahteraan rakyatnya sebagaimana tercantum di dalam Pancasila sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan bantuan sosial dan program pengentasan kemiskinan. Program pengentasan kemiskinan merupakan amanat dan cita- cita luhur dari bangsa Indonesia guna mencapai kesejahteraan bagi rakyatnya.

Bentuk kesejahteraan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia tersebut kemudian dikonkretkan dalam bentuk negara kesejahteraan.

Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State) tidaklah asing di kalangan ahli hukum, ekonomi, dan politik. Definisi Welfare State dalam Black’s Law Dictionary menyebutkan, “negara kesejahteraan adalah suatu bangsa yang pemerintahnya menjalankan berbagai program asuransi sosial, seperti kompensasi pengangguran, pensiun, bantuan uang untuk keluarga, kupon makanan, dan bantuan bagi orang buta atau tuli juga pengertian kesejahteraan-negara sebagai pengatur.”4 Definisi Welfare State dalam

“Collin Colbuid English Dictionary, sebagaimana dikutip Safri Nugraha menyebutkan, “Negara Kesejahteraan adalah suatu sistem pemerintahan yang menyediakan pelayanan sosial secara gratis (bebas biaya) dalam hal kesehatan, pendidikan, dan bantuan keuangan bagi warga yang tidak mampu bekerja karena usia lanjut, pengangguran atau sakit.” Dari dua definisi

4 Black’s Law Dictionary Online – diakses pada tanggal 24 Januari 2021 pukul 20.34 WIB.

(5)

5 tersebut dapat disimpulkan, bahwa welfare state adalah suatu pemerintahan negara yang mengatur sekaligus menjalankan tugas berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar hidup manusia (basic needs), perumahan, pendidikan, makanan, pakaian, pekerjaan, dan pelayanan sosial. Secara garis besar, negara kesejahteraan menunjuk pada sebuah model ideal pembangunan yang difokuskan pada peningktan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial secara universal dan komprehensif kepada warganya.5

Negara kesejahteraan atau welfare state merupakan sebuah negara di mana kekuasaan terorganisir melalui politik dan administrasi dalam upaya untuk mengendalikan kondisi ekonomi dari sebuah negara. Pilar dari welfare state, antara lain:

a. Menjamin pendapatan minimum individu dan keluarga terlepas dari nilai pasar dan pekerjaan mereka.

b. Mempersempit tingkat ketidak-amanan dengan memungkinkan individu dan keluarga untuk memenuhi kemungkinan akan kebutuhan sosial di masa mendatang (penyakit, usia tua dan pengangguran).

c. Memastikan bahwa semua warga negara tanpa perbedaan status atau kelas ditawari standar terbaik yang tersedia dalam kaitannya dengan berbagai layanan sosial.6

Berdasarkan rujukan dan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa Program Keluarga Harapan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia telah memenuhi kriteria dan karakteristik negara kesejahteraan karena dalam program tersebut memiliki tujuan utama dan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar dibidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial/ kesejahteraan sosial bagi keluarga penerima manfaat guna pengentasan kemiskinan serta untuk kemakmuran rakyat.

5 Edi Suharto, 2006, Negara Kesejahteraan dan Reinventing Depsos, journal of policy.

6 Jorgen Goul Andersen, 2012, Welfare States and Welfare State Theory, Center for Comparative Welfare Studies.

(6)

6 Sebagaimana dikutip dalam Encyclopedia Britannica, welfare state diartikan sebagai konsep pemerintahan dimana negara memainkan peran kunci dalam menjaga dan memajukan kesejahteraan ekonomi dan sosial warga negaranya.7 Dalam hal ini, pemerintah Indonesia telah mengambil peran sebagai penyelenggara negara dengan mengeluarkan suatu kebijakan melalui Kementerian Sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya bagi mereka yang memenuhi kriteria sebagai warga kurang mampu dalam pemenuhan akses pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan kesejahteraan sosial melalui Program Keluarga Harapan. Jika negara kesejahteraan diasosiasikan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, maka yang dimaksudkan dalam Program Keluarga Harapan ini yaitu berupa pemenuhan kebutuhan dasar dibidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan kesejahteraan sosial. Negara kesejahteraan juga sering ditengarai berdasarkan kebijakan pelayanan dan transfer sosial yang disediakan oleh negara (pemerintah) kepada warganya seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, transfer pendapatan dan pengurangan kemiskinan seperti yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia melalui Program Keluarga Harapan tersebut.

Fondasi awal konsep negara kesejahteraan bagi Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni:

“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

Gagasan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini kemudian dijadikan motivasi dasar penyelenggaraan negara yang tujuan utamanya adalah upaya untuk menjamin

7 Article about Welfare State https://www.britannica.com/search?query=welfare+state – diakses pada tanggal 24 Januari 2021 pukul 20.36 WIB.

(7)

7 kemakmuran semua warga negara tanpa kecuali (non diskriminasi). Gagasan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ini lalu diterjemahkan oleh konstitusi negara Indonesia melalui batang tubuhnya sebagaimana dinyatakan dalam pasal-pasalnya, terutama Pasal 27 ayat (2) yang berbunyi, “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan Pasal 34 ayat (1) yang berbunyi, ”fakir miskin dan anak-anak terlatar dipelihara oleh negara” serta Pasal 34 ayat (2) yang berbunyi, “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.” Dengan dasar inilah negara dituntut untuk bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar hidup (basic need) guna mengatasi kemiskinan dan memberikan jaminan pekerjaan bagi rakyatnya dan hal ini terealisasi melalui salah satu Program pemerintah Indonesia yaitu Program Keluarga Harapan.

Makna kesejahteraan berkaitan erat dengan fenomena kemiskinan dikarenakan kemiskinan merupakan masalah socio cultural yang sudah menjadi akar permasalahan dari berbagai negara dalam upaya menyejahterakan warga negaranya. Dengan demikian, diperlukan suatu upaya untuk mencapai kesejahteraan guna mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Realisasi untuk mencapai kesejahteraan bagi rakyat dijelaskan lebih lanjut bahwa negara harus bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan serta fasilitas pelayanan umum yang layak. Untuk itu pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 melalui Kementerian Sosial melaksanakan dan menjalankan sebuah program pemberian bantuan sosial tunai bersyarat yaitu berupa Program Keluarga Harapan yang secara normatif diatur di dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.

Program Keluarga Harapan merupakan program lintas kementerian dan lembaga serta merupakan Program yang diharapkan dapat meningkatkan

(8)

8 taraf kehidupan sosial ekonomi, pendidikan serta kesehatan masyarakat terutama pada kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin. Semua karakteristik yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah negara kesejahteraan sudah tercakup dalam Program Keluarga Harapan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia untuk masyarakatnya.

Adapun secara normatif, landasan hukum Program Keluarga Harapan adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial.

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

d. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

f. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

g. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.

h. Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyaluran Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial.

i. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Nomor 02/3/BS.02.01/01/2020 tentang Indeks dan Faktor Penimbang Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan.

j. Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke-1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

k. Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke-46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) sebagai Peserta Program Keluarga Harapan.

(9)

9 Bantuan sosial Program Keluarga Harapan berupa bantuan uang kepada keluarga dan/atau seseorang miskin, tidak mampu, dan/atau rentan terhadap resiko sosial. Sasaran dari Program Keluarga Harapan merupakan keluarga dan/atau seseorang yang miskin dan rentan di wilayah Program Keluarga Harapan Akses (meliputi pesisir dan pulau kecil, daerah tertinggal/terpencil atau perbatasan antar negara) yang terdaftar dalam data terpadu terprogram penanganan kelompok fakir miskin yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan dan/atau kesejahteraan sosial.

Tujuan pelaksanaan Program Keluarga Harapan diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018, secara sistematis dan sederhana tujuan pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tujuan Program Keluarga Harapan telah disusun secara sistematis sebagai upaya konkret sebagai bentuk program pemerintah guna mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Keluarga Penerima Manfaat (KPM) merupakan sasaran dari tujuan pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Sasaran Program Keluarga Harapan yaitu keluarga dan/atau seseorang yang miskin dan rentan serta terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki komponen kesehatan, pendidikan dan/atau kesejahteraan sosial.8

8 Pasa 3 Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan.

(10)

10 Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang melaksanakan Program Keluarga Harapan. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas pelaksanaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan, yang mana inti dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan dimaksudkan untuk menurunkan kemiskinan. Melalui penelitian tersebut dapat diketahui secara sistematis dari segi normatif dan secara praktis (aplikatif) dari efektivitas pelaksanaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan yang memiliki tujuan awal untuk menstimulasi perubahan perilaku Keluarga Penerima Manfaat, selain itu melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui ketepatan tujuan dan/atau sasaran dari pemberian bantuan sosial tersebut.

Penulis akan menyajikan data realisasi dan rekonsiliasi pencairan dana PKH di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2020, data diperoleh dari Administrator Pangkalan Data (APD), saudara Andri Eko Prasetyo. Pada tahun 2020 bantuan sosial PKH dicairkan dalam 9 termin bukan hanya 4 tahap seperti biasanya. Realisasi dan rekonsiliasi pencairan dana pada tahun 2020 sebagaimana data yang diperoleh dari Administrator Pangkalan Data pada Sekretariat pelaksana Program Keluarga Harapan Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

No. Tahap/

Bulan

Penerima (KPM)

Total Bantuan (Rp)

Dana Tersalurka

n (KPM)

Dana Tidak Tersalur

kan (KPM)

Perse ntase

(%)

Keterangan

1. Tahap 1 28.327 20.140.075.000 28.321 6 99,98 Regular 2. Tahap 2 29.924 21.062.650.000 29.917 7 99,98 Regular 3. April 32.213 7.452.357.000 31.534 679 97,89 Regular &

(11)

11 Perluasan 4. Mei 32.520 7.504.548.000 31.744 776 97,61 Regular &

Perluasan 5. Juni 32.536 7.606.727.000 31.764 772 97,63 Regular &

Perluasan 6. Juni 33.831 7.860.101.000 32.447 1.384 95,91 Regular &

Perluasan 7. Agustus 33.495 7.797.938.000 32.795 700 97,91 Regular &

Perluasan 8. September 32.214 7.643.070.000 32.048 166 99,48 Regular &

Perluasan 9. Tahap 4 32.224 23.881.525.000 32.221 3 99,99 Regular Total 39.339 110.948.991.000

Data terkait jumlah Keluarga Penerima Manfaat pada tahun 2020 berdasarkan komponen-komponen:

1) Pendidikan: Usia SD, Usia SMP dan Usia SMA 2) Kesehatan: Ibu Hamil dan Anak Usia Dini

3) Kesejahteraan Sosial: Lansia dan Disabilitas Berat sebagai berikut:

Tahap Penerimaan

Jumlah Penerima

Keluarga Penerima Manfaat Usia

Dini

Usia SD

Usia SMP

Usia SMA

Ibu Hamil

Lansia Disabilitas Berat 1 30.836 6.881 13.955 8.900 8.354 211 9.197 342 2 29.929 6.602 13.567 8.595 8.099 113 9.192 332 3 30.621 7.013 14.133 8.831 8.276 165 9.289 343 4 31.503 6.533 13.955 9.346 8.610 141 9.579 383 Jumlah 122.889 27.029 55.610 35.672 33.339 630 37.257 1.400

Dalam mengukur efektivitas pelaksanaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan, terdapat banyak indikator guna mengukur dimensi

(12)

12 efektivitas program, salah satunya sebagaimana dipaparkan dalam tabel dibawah ini:9

No. Indikator Uraian

1. Tujuan Dalam mengukur suatu efektivitas, maka tujuan program kegiatan menjadi sasaran utama. Hal tersebut dikarenakan tujuan dipandang secara menyeluruh sebagai suatu proses yang sistematis dengan hasil (tujuan) yang telah diharapkan dapat tercapai.

2. Strategi Dalam mengukur suatu efektivitas, maka strategi diperlukan untuk mencapai tujuan program. Strategi merupakan suatu tindakan yang berdiri sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

3. Rumusan Dalam mengukur suatu efektivitas, perumusan kebijakan program yang tepat dinilai dapat meminimalisir berbagai kendala yang mungkin terjadi. Harapan konkret dari perumusan kebijakan program yang tepat adalah adanya mekanisme tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan secara maksimal dan mampu mengatasi setiap kendala yang kemungkinan akan muncul dalam proses pelaksanaan.

4. Susunan Dalam mengukur efektivitas, susunan tahapan kegiatan juga berdiri sebagai peran penting. Hal tersebut dikarenakan melalui susunan tahapan yang sistematis, tujuan kegiatan dapat tercapai secara maksimal.

5. Sarana dan Prasana

Dalam mengukur efektivitas, sarana dan prasarana menjadi poin penting dikarenakan dalam setiap tahapan pelaksanaan memerlukan sarana dan prasana yang

9 Suryadi Prawirosentono, 1999, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta: BPFE, hlm. 244-246

(13)

13 menunjang dan layak sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

6. Operasional program

Dalam mengukur efektivitas, operasional program memegang andil dalam kaitan sebagai suatu operasi yang dapat dilaksanakan untuk melampaui tujuan kegiatan.

7. Fungsional program

Dalam mengukur efektivitas, fungsional program berkaitan erat dengan para komponen pelaksana yang melaksanakan tugas dan fungsinya bekerja secara maksimal agar tujuan kegiatan tercapai.

8. Tujuan program Dalam mengukur efektivitas, secara garis besar tujuan program tidak berbeda jauh dengan tujuan, yaitu suatu proses yang sistematis dengan hasil (tujuan) yang telah diharapkan dapat tercapai. Namun, yang menjadi perbedaan utama adalah tujuan program bersifat lebih konkret dan spesifik.

9. Sasaran program

Dalam mengukur efektivitas, sasaran program menjadi subjek utama yang menjadi acuan dari berhasil atau tidaknya suatu kegiatan. Nilai kemanfaatan dan keberhasilan suatu tujuan kegiatan dapat ditinjau dari aspek sasaran program yang secara langsung memperoleh nilai tersebut.

10. Individu pelaksana kebijakan program

Dalam mengukur efektivitas, individu pelaksana kebijakan program adalah berbagai aspek terkait yang turut andil dalam melaksanakan kebijakan program.

11. Unit kerja Dalam mengukur efektivitas, unit kerja sebagai pelaksana kebijakan program memegang peran krusial dalam mengakomodir kepentingan guna mencapai tujuan kegiatan.

(14)

14 Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas, antara lain:10

a. Ketepatan waktu

Waktu adalah sesuatu yang dapat menentukan keberhasilan sesuatu kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi tapi juga dapat berakibat terhadap kegagalan suatu aktivitas organisasi. Penggunaan waktu yang tepat akan menciptakan efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Ketepatan perhitungan biaya

Berkaitan dengan ketepatan dalam pemanfaatan biaya, dalam arti tidak mengalami kekurangan juga sebaliknya tidak mengalami kelebihan pembiayaan sampai suatu kegiatan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik. Ketepatan dalam menetapkan satuan-satuan biaya merupakan bagian dari efektivitas.

c. Ketepatan dalam pengukuran

Dengan ketepatan ukuran sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya sebenarnya merupakan gambaran dari pada efektivitas kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam sebuah organisasi.

d. Ketepatan dalam menentukan pilihan

Menentukan pilihan bukanlah suatu persoalan yang gampang dan juga bukan hanya tebakan tetapi melalui suatu proses, sehingga dapat menemukan yang terbaik diantara yang baik atau yang terjujur diantara yang jujur atau kedua-dua nya yang terbaik dan terjujur diantara yang baik dan jujur.

e. Ketepatan berpikir

Ketepatan berfikir akan melahirkan keefektifan sehingga kesuksesan yang senantiasa diharapkan itu dalam melakukan suatu bentuk kerjasama dapat memberikan hasil yang maksimal.

f. Ketepatan dalam melakukan perintah

10 Makmur, 2011, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Jakarta: Refika Aditama

(15)

15 Keberhasilan suatu aktivitas organisasi sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin, salah satunya kemampuan memberikan perintah yang jelas dan mudah dipahami oleh bawahan. Jika perintah yang diberikan tidak dapat dimengerti dan dipahami maka akan mengalami kegagalan yang merugikan organisasi.

g. Ketepatan dalam menentukan tujuan

Ketepatan dalam menentukan tujuan merupakan aktivitas organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang ditetapkan akan sangat menunjang efektivitas pelaksanaan kegiatan terutama yang berorientasi kepada jangka panjang.

h. Ketepatan sasaran

Penentuan sasaran yang tepat baik yang ditetapkan secara individu maupun secara organisasi. Demikian pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itu kurang tepat, maka akan menghambat pelaksanaan berbagai kegiatan itu sendiri.

Pada penelitian ini, penulis menitik beratkan pengukuran efektivitas dari segi teori efektivitas hukum, sehingga indikator yang digunakan menyesuaikan pada indikator efektivitas hukum.

Penulis dalam mengkaji dan menganalisis mengenai efektivitas pelaksanaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan dan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Karanganyar dimana bantuan sosial Program Keluarga Harapan telah dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar sejak tahun 2012. Sebagaimana tercantum di dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan, bahwa sasaran dari Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar merupakan keluarga dan/atau seseorang yang miskin dan rentan serta terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin serta memiliki komponen kesehatan, pendidikan dan/atau kesejahteraan sosial berikut dengan rincian dana bantuan yang akan diterima seperti tersebut dibawah ini:

a. Komponen kesehatan

1) Ibu hamil/nifas : Rp.3.000.000,-

(16)

16 2) Anak Usia Dini 0 s.d. 6 tahun : Rp.3.000.000,-

b. Komponen pendidikan

1) Anak SD/sederajat : Rp.900.000,-

2) Anak SMP/sederajat : Rp.1.500.000,- 3) Anak SMA/sederajat : Rp.2.000.000,- a. Komponen kesejahteraan sosial

1) Disabilitas berat : Rp.2.400.000,-

2) Lansia : Rp.2.400.000,-

Penelitian di Kabupaten Karanganyar dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara yang dilaksanakan secara langsung dan online guna mengantisipasi adanya penyebaran persepsi jawaban, sulitnya porposifitas serta dalam konteks memberikan penilaian dan evaluasi kebijakan normatif dalam tataran pelaksanaan. Penulis melakukan wawancara berdasarkan berbagai sumber baik dari Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar, Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar, Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, Badan Pusat Statitik Kabupaten Karanganyar, Pelaksana Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar (Koordinator Kabupaten, Pendamping PKH, Administrator Pangkalan Data dan Keluarga Penerima Manfaat).

Pertama, dibawah ini penulis menyajikan data hasil wawancara yang dilakukan dengan 2 (dua) narasumber yang berasal dari Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar yaitu sebagai berikut:

No. Pelaksanaan Nama Afiliasi Hasil

1. Jumat, 05 Maret 2021, Pukul

15.05.53 - 15.40.41 WIB

Wondo Kepala Seksi Bantuan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar

Program PKH mengadopsi CCT (conditional cash transfers) dengan pertimbangan KPM PKH yang mempunyai elemen pendukung sebagai penerima bantuan Program PKH memerlukan sumber pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Program

(17)

17 komplementer PKH sudah berjalan efektif sesuai yang diharapkan. Proses penyaluran dana bantuan sosial Program Keluarga Harapan sudah berjalan sesuai dengan prosedur. Sinergitas koordinasi pelaksanaan antar lembaga juga berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan program PKH yaitu apabila KPM tergraduasi/keluar dari kepesertaan PKH dengan sukarela melepas bantuan PKH, artinya KPM telah merasa mampu dan sudah tidak ada ketergantungan lagi dengan bantuan PKH. Kendala utama terjadi saat pandemi covid-19 para pendamping tidak diperkenankan melakukan pertemuan dengan KPM PKH, untuk mekanisme penyaluran bantuan tidak banyak mengalami perubahan, karena pelaksanaan protokol kesehatan. Harapan yang disampaikan oleh narasumber yaitu Program PKH tetap ada, dengan perlu peningkatan prioritas validasi KPM yang sangat membutuhkan bantuan PKH.

2. Kamis, 11 Maret 2021, Pukul

15.40.29 - 15.51.24 WIB

W.D. Basuki Kepala Dinas Sosial

Kabupaten Karanganyar

Bantuan sosial Program Keluarga Harapan diperlukan karena masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan dana bantuan tersebut.

Terdapat bantuan komplementer berupa uang atau beras atau makanan lokal yang sesuai dengan harga standar oleh

(18)

18 pemerintah. Sinergitas berjalan dengan baik walaupun terdapat data yang kurang sesuai antar lembaga yang membuat kesulitas petugas di bawah. Penyaluran dana bantuan sosial juga sudah berjalan tepat waktu dan tepat sasaran. Harapan yang disampaikan oleh narasumber bahwa pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat tetap dilaksanakan disertai dengan perbaikan agar semakin tepat sasaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang bersumber dari Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar diatas, bahwa pelaksanaan Program Keluarga Harapan mengadopsi kebijakan program sosial serupa dari negara lain yang diberi nama Conditional Cash Transfer. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan menggunakan pertimbangan bahwa sasaran dari bantuan sosial yang dinamakan Keluarga Penerima Manfaat memerlukan sumber pembiayaan guna memenuhi kebutuhan hidup yang ditanggung. Pelaksanaan Program Keluarga Harapan mencakup pemenuhan kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial. Lebih lanjut, pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah berjalan sesuai prosedur. Program komplementer dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan juga telah berjalan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sinergitas antar lembaga baik dari Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan pada pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar berjalan dengan baik. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan Program Keluarga Harapan yaitu apabila Keluarga Penerima Manfaat dengan sukarela melepas bantuan sosial yang telah diterima/ graduasi mandiri. Hal tersebut secara konkret menjadi suatu langkah nyata yang dilakukan oleh Keluarga Penerima Manfaat bahwa melalui berbagai kegiatan yang telah dilakukan para Keluarga

(19)

19 Penerima Manfaat secara materi telah mampu dan tidak bergantung pada bantuan yang diberikan.

Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak bulan Maret 2020 tidak memberikan pengaruh terlalu banyak pada mekanisme pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar. Kendala utama yang terjadi pada saat pandemi Covid-19 lebih kepada situasi di mana para pendamping tidak diperkenankan melakukan pertemuan kelompok dengan Keluarga Penerima Manfaat. Mengenai mekanisme penyaluran bantuan tidak mengalami perubahan signifikan dikarenakan pemerintah menerapkan pelaksanaan protokol kesehatan dengan ketat. Pihak Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar menyampaikan bahwa bantuan sosial Program Keluarga Harapan harus tetap dilaksanakan sebagai salah satu upaya guna mengentaskan masalah kemiskinan di Indonesia dan diperlukan peningkatan prioritas dalam melakukan validasi data Keluarga Penerima Manfaat agar tepat sasaran. Peningkatan prioritas validasi Keluarga Penerima Manfaat bertujuan agar sasaran dari bantuan sosial yang ingin dicapai benar- benar sesuai dengan kondisi yang terjadi dilapangan dan sesuai dengan kriteria penerima manfaat sesuai ketentuan yang berlaku (14 kriteria kemiskinan menurut Kementerian Sosial) sehingga tidak ada lagi keluhan dari masyarakat umum bahwa dana bantuan sosial PKH tidak tepat sasaran.

Terkait sinergisitas antar lembaga dan dinas terkait yang menangani PKH disampaikan dalam pernyataan diatas bahwa telah berjalan dengan baik, namun secara faktual, pihak-pihak terkait lainnya menyampaikan informasi bahwa koordinasi, kerjasama dan sinergisitas pelaksanaan PKH belum berjalan efektif dan belum maksimal. Sesuai Pasal 28 ayat (1) Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 menyatakan bahwa, “Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c diketuai oleh kepala badan perencanaan dan pembangunan daerah kabupaten/kota dengan sekretaris kepala dinas sosial daerah kabupaten/kota”, sehingga jelas sekali peran Dinas Sosial Kabupaten dalam hal ini adalah sebagai Tim Koordinasi Teknis PKH tingkat Kabupaten dan

(20)

20 Kepala Dinas Sosial menjabat sebagai Sekretaris Tim dimana memiliki kewenangan dan tugas sesuai dalam ketentuan Pasal 29 Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2019, yaitu bahwa “Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 bertugas:

a. menyusun program dan rencana kegiatan PKH daerah kabupaten/kota;

b. komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan PKH;

c. penyediaan fasilitas layanan pendidikan dan kesehatan;

d. melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait dan instansi/lembaga vertikal di daerah kabupaten/kota;

e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH;

f. menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelaksanaan PKH di lapangan;

dan

g. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKH kepada kepala daerah, pelaksana PKH daerah provinsi, dan pelaksana PKH pusat.

Dari ketentuan tersebut, sangat jelas mengenai koordinasi lintas sector, lintas SKPD antar lembaga terkait seharusnya menjadi tanggungjawab dan tugas Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar sesuai Pasal 29 huruf (d), namun faktanya jika dikaitkan dengan pernyataan dari pihak Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan BPS pada hasil wawancara yang akan dibahas pada halaman berikutnya sangat bertentangan dengan apa yang disampaikan pihak Dinas Sosial bahwa sinergisitas antar lembaga sudah berjalan lancar, sedangkan dari pihak Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan BPS menyampaikan bahwa koordinasi, kerjasama dan sinergisitas antar lembaga/

instansi terkait masih sangat kurang, belum maksimal dan belum efektif, sehingga hal ini menjadi evaluasi tersendiri dan membuat pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar kurang efektif jika dilihat dari segi koordinasi kerjasama dan sinergisitas lintas sektor, antar lembaga/ instansi terkait pelaksanaan PKH.

Selanjutnya, sesuai Pasal 31 ayat (1), (2) dan (4) Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018, bahwa Dinas Sosial Kabupaten juga berperan sebagai Pelaksana PKH di Tingkat Kabupaten seperti termaktub dalam bunyi

(21)

21 Pasalnya sebagai berikut: “Pelaksana PKH daerah dilakukan oleh dinas sosial daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota yang menangani Bantuan Sosial PKH, perlindungan, dan jaminan sosial.” Lebih lanjut mengenai tugas dan tanggungjawab yang diemban Dinas Sosial sebagai pelaksana PKH daerah Kabupaten diatur lanjut dalam Pasal 31 ayat (4). Berdasarkan ketentuan tersebut, jelas bahwa peran Dinas Sosial Kabupaten sangatlah menentukan efektifitas pelaksanaan PKH.

Kedua, penulis menyajikan data hasil wawancara yang dilakukan dengan 2 (dua) narasumber yang berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, yaitu sebagai berikut:

No. Pelaksanaan Nama Afiliasi Hasil

1. Selasa, 16 Maret 2021, Pukul

21.47.13 - 22.12.52 WIB

Wahyudi Wibowo

Fungsional Dinas Kesehatan

Kabupaten Karanganyar

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan tidak ditemukan kendala yang berarti yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan. Namun, tidak dipungkiri bahwa terkadang terjadi asinkronisasi data antar instansi.

Harapan yang disampaikan oleh narasumber bahwa semoga pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat berjalan dengan semakin baik.

2. Rabu, 07 April 2021, Pukul

14.56.11 - Nuk Suwarni

Kepala Bidang Kesehatan

Masyarakat Dinas Kesehatan

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan mendapat banyak bantuan dari penyaluran dana bantuan sosial yang diberikan terlebih pada masa pandemi COVID-19, kesadaran

(22)

22 15.04.35

WIB

Kabupaten Karanganyar

Keluarga Penerima Manfaat dalam melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan juga cenderung cukup rutin dengan angka persentase yaitu 90%. Pada kondisi pandemi, dapat dilakukan dengan sistematika yang lebih sederhana yaitu Keluarga Penerima Manfaat melakukan janji terlebih dahulu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Dalam pelaksanaannya tidak ditemukan kendala berarti yang mampu mempengaruhi tujuan kegiatan. Harapan yang disampaikan oleh narasumber bahwa perlu dilakukan koordinasi secara berkala atau rutin antar lembaga terkait guna maksimalnya tujuan bantuan sosial yang diberikan.

Ditinjau dari segi kesehatan, berdasarkan hasil wawancara yang bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar diatas, bahwa pelaksanaan bantuan sosial Program Keluarga Harapan secara umum berjalan efektif yang ditunjukkan dengan tingginya persentase kehadiran Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses fasilitas kesehatan terutama bagi anak usia dini saat posyandu dan ibu hamil saat pemeriksaan rutin serta tidak ditemukan kendala yang urgen sehingga menganggu proses pelaksanaan PKH. Pada kondisi pandemi COVID-19, akses masyarakat akan fasilitas kesehatan berjalan lancar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran penyakit.

(23)

23 Secara faktual disampaikan oleh narasumber bahwa terdapat sedikit permasalahan mengenai koordinasi dan kerjasama antar dinas terkait dalam proses pelaksanaan Program Keluarga Harapan dirasa masih kurang maksimal. Harapannya, dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan dikemudian hari dapat berjalan lebih baik dengan upaya yang dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi secara rutin antar lembaga terkait.

Pasal 6 huruf (c) dan (d) Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 menyatakan bahwa Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial dan program Bantuan Komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Maka terkait ketentuan tersebut, sudah selayaknya Dinas Kesehatan dan jajarannya memiliki kewajiban untuk mendukung pelaksanaan PKH. Jika dilihat dari hasil wawancara dengan narasumber dari pendamping dan KPM yang disajikan pada halaman berikutnya, bahwasanya permasalahan yang muncul dari beberapa KPM yang lokasinya agak terpelosok, lebih kepada masih sulitnya akses/ mobilitas menuju fasilitas kesehatan, sedangkan dari pihak pendamping yang disampaikan oleh Sri Wahyuni pendamping Kecamatan Karanganyar dan Wiwit Dyan Novianti pendamping Kecamatan Ngargoyoso pada Rabu, 10 Maret 2021 Pukul 09.00 bahwa saat dilakukan verifikasi komitmen pada fasilitas kesehatan selama sebelum pandemi Covid- 19 (baik Puskesmas/ Poliklinik Desa dan atau Posyandu) masih terdapat kendala yaitu kurangnya kerjasama pihak verifikator pada fasilitas kesehatan yang dikunjungi oleh pendamping setiap 3 bulan sekali. Pihak verifikator fasilitas kesehatan terkadang kurang kooperatif saat pendamping melakukan kunjungan guna verifikasi komitmen kehadiran KPM pada layanan kesehatan dengan alasan kesibukan, menyita waktu dan tidak ada imbal balik yang didapatkan, sehingga hal ini menjadi evaluasi tersendiri dan membuat pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar kurang efektif pada tahapan mekanisme pelaksaan PKH yaitu verifikasi komitmen KPM PKH pada fasilitas kesehatan.

(24)

24 Ketiga, penulis menyajikan data hasil wawancara yang dilakukan dengan 1 (satu) narasumber yang berasal dari Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar, yaitu sebagai berikut:

No. Pelaksanaan Nama Afiliasi Hasil

1. Kamis, 11 Maret 2021, Pukul

21.13.44 - 21.44.48 WIB

Amirudin Kepala Seksi Pendidikan

Masyarakat Dinas Pendidikan

Kabupaten Karanganyar

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan perlu ditingkatkan guna ketepatan dari sasaran kegiatan yaitu Keluarga Penerima Manfaat. Dampak perluasan KPM menyebabkan semakin meningkatnya jumlah penerima manfaat PKH. Akibatnya semakin menurunnya jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah (ATS). Tidak ada perbedaan akses bagi Keluarga Penerima Manfaat dalam mendapatkan fasilitas pendidikan. Apalagi saat situasi pandemi Covid-19 pembelajaran dilakukan secara daring sehingga tidak ada perbedaan dalam fasilitas pendidikan. Pada masa pandemi Covid-19 pembelajaran dilakukan secara daring.

Sehingga tidak menuntut tatap muka/kehadiran KPM. Tidak ada kendala. Karena semua siswa diperlakukan sama tanpa memperhatikan latar belakang

(25)

25 ekonomi orang tua. Masih diperlukan koordinasi antar SKPD di daerah yang menangani PKH khususnya Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Sehingga terjadi keseragaman langkah dalam pelaksanaan PKH. Tidak berjalan sendiri-sendiri. Harapan dalam pelaksanaan PKH mendatang yakni perlu koordinasi yang intern antar SKPD di daerah, sistem pendataan yang akurat dan tepat sasaran calon KPM.

Ditinjau dari segi pendidikan, berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa perluasan pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar dan meningkatnya jumlah penerima manfaat dari program bantuan sosial tersebut memberikan dampak signifikan yaitu semakin menurunnya jumlah angka anak putus sekolah dan anak tidak sekolah. Pada kondisi pandemi Covid-19, pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan secara daring dan akses yang berkaitan dengan fasilitas pendidikan bagi Keluarga Penerima Manfaat tetap dapat dipenuhi. Secara lebih lanjut, Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat menyatakan bahwa tidak ada kendala dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan dari segi pendidikan dikarenakan semua siswa diperlakukan secara setara tanpa ada faktor yang mempengaruhi apabila memang tercantum sebagai Keluarga Penerima Manfaat.

Berdasarkan hasil wawancara sebagaimana telah disajikan dalam bentuk tabel dan uraian sebelumnya menunjukkan bahwa dari berbagai instansi terkait yaitu Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan BPS dalam melaksanakan tugas dan fungsinya antar lembaga dan instansi

(26)

26 terkait dalam pelaksanaan program masih kurang bersinergi dan kurang adanya koordinasi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut juga disampaikan bahwa dalam rangka memaksimalkan pelaksanaan Program Keluarga Harapan, diperlukan adanya koordinasi rutin antar SKPD yang menangani PKH dan agar bisa lebih bersinergi lagi khususnya antara Dinas Sosial dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan BPS serta pemerintah Desa/

Kelurahan, sehingga terjadi keseragaman langkah dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Selanjutnya, diperlukan sistem pendataan yang akurat dan tepat sasaran terhadap calon Keluarga Penerima Manfaat dengan melibatkan pihak Dinas Pendidikan juga dalam pendataannya, dikarenakan Dinas Pendidikan juga memiliki data anak kurang mampu yang membutuhkan dan tentunya bisa disinkronkan dengan pendataan penerima PKH.

Pasal 6 huruf (c) dan (d) Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 menyatakan bahwa Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial dan program Bantuan Komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Maka terkait ketentuan tersebut, sudah selayaknya Dinas Pendidikan dan jajarannya memiliki kewajiban untuk mendukung pelaksanaan PKH. Jika dilihat dari hasil wawancara dengan narasumber dari pendamping dan KPM yang disajikan pada halaman berikutnya, bahwasanya tidak ada permasalahan yang signifikan terkait layanan dan verifikasi komitmen pada fasilitas Pendidikan. Hanya saja, terkait bantuan komplementer sesuai Pasal 6 huruf (d), bagi anak KPM PKH yang masuk kategori anak usia sekolah dan belum mendapatkan kartu Indonesia Pintar (KIP) semestinya bisa diusulkan untuk mendapatkan bantuan komplementer lainnya seperti Kartu Indonesia Pintar, namun berdasarkan hasil wawancara dengan Wiwit Dyan Novianti pendamping Kecamatan Ngargoyoso dan Koordinator Kabupaten Anton Wahyudi pada Rabu, 10 Maret 2021 Pukul 09.00 menyampaikan bahwa beberapa fasilitas Pendidikan/ sekolah justru tidak ingin mengusulkan anak-

(27)

27 anak tersebut tersebut dikarenakan sudah mendapat bantuan sosial PKH, jadi KIP dialihkan kepada anak lain yang belum mendapat bantuan. Sedangkan, seharusnya sesuai ketentuan Pasal 6 huruf (d) tersebut, seluruh anak KPM PKH berhak mendapat semua bantuan komplementer apapun itu bentuknya.

Hal ini menunjukkan salah satu kondisi bahwa pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar dari sisi Pendidikan masih belum efektif, karena kurangnya pemahaman mengenai keterkaitan antara penerima PKH dan bantuan komplementer lainnya yang wajib didapatkan anak KPM PKH serta adanya penolakan pengusulan bantuan komplementer berupa KIP oleh beberapa fasilitas Pendidikan.

Keempat, penulis menyajikan data hasil wawancara yang dilakukan dengan 1 (satu) narasumber yang berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, yaitu sebagai berikut:

No. Pelaksanaan Nama Afiliasi Hasil

1. Kamis, 11 Maret 2021, Pukul

15.16.07 - 15.32.23 WIB

Erni Setyowati

Koordinator Statistik

Badan Pusat Statistik

Kabupaten Karanganyar

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan tidak berjalan dengan efektif dikarenakan tidak ada pembaharuan data sehingga sasaran kegiatan sering tidak sesuai. Pelaksanaan dan pemilihan daftar penerima PKH bukan wewenang BPS. Jadi BPS tidak ada peran dalam mengantisipasi apapun dalam pelaksanaan PKH.

Antisipasi seharusnya dari Kementerian Sosial itu sendiri.

Mengenai sinkronisasi antar lembaga juga tidak berjalan dengan baik, hal tersebut dapat diketahui dari tidak adanya

(28)

28 wewenang dari BPS mengenai sasaran kegiatan. Diharapkan, pelaksanaan Program Keluarga Harapan perlu adanya satu data rumah tangga sasaran penerima bantuan dan perlu pembaharuan data.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pihak Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar dinilai tidak efektif. Narasumber menyatakan bahwa data Keluarga Penerima Manfaat PKH tidak dilakukan pembaharuan secara berkala. Hal tersebut menyebabkan penerima Program Keluarga Harapan banyak yang tidak tepat sasaran. Pelaksanaan dan pemilihan daftar Keluarga Penerima Manfaat bukan menjadi bagian dari wewenang Badan Pusat Statistik. Sehingga, Badan Pusat Statistik tidak mempunyai peran dalam mengantisipasi berbagai akibat yang mungkin ditimbulkan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan. Adapun menurut Badan Pusat Statistik, antisipasi dapat dilakukan oleh pihak Kementerian Sosial sebagai lembaga penyelenggara. Kendala sinkronisasi antar instansi pun juga tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan Badan Pusat Statistik tidak mengetahui data Keluarga Penerima Manfaat yang digunakan sebagai daftar penerima. Pihak pelaksana menyatakan bahwa data berasal dari Badan Pusat Statistik, namun secara faktual kondisi tersebut tidak dapat dibuktikan karena data yang digunakan tidak berasal dari Badan Pusat Statistik. Dalam mengatasi kondisi tersebut, pihak Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa diperlukan adanya pembaharuan data rumah tangga sebagai sasaran/

Keluarga Penerima Manfaat dari Program Keluarga Harapan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan proses pembaharuan dan verifikasi data sebelum proses penyaluran bantuan.

(29)

29 Terhadap hal ini, tentunya perlu dilakukan evaluasi karena kurangnya pemahaman pihak BPS mengenai adanya PKH dan sumber data PKH, sedangkan berdasar informasi dari pelaksana PKH baik koordinator Kabupaten, Administrator Pangkalan Data dan Pendamping pada wawancara yang telah dituliskan sebelumnya menyatakan bahwa data awal PKH berasal dari Basis Data Terpadu (BDT) yang bersumber dari BPS kemudian diteruskan kepada TNP2K dan diolah untuk kemudian diserahkan kembali kepada Kementerian Sosial untuk diteruskan ke daerah-daerah penerima program. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Pasal 33 ayat (2) juga disebutkan bahwa “Lokasi dan jumlah calon penerima manfaat PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari data terpadu program penanganan fakir miskin” dan data terpadu program penanganan fakir miskin tentunya hanya bisa diperoleh melalui BPS sebagai penyedia data. Basis Data Terpadu (BDT)/ DTKS tersebut kemudian diserahkan kepada Desa/ Kelurahan dan dapat diupdate sesuai kondisi masyarakat dilapangan/ kondisi yang sesungguhnya saat ini.

Berdasarkan informasi dan pernyataan saat wawancara pada Rabu, 10 Maret 2021, Pukul 09.00 WIB kepada Wiwit Dyan Novianti, pendamping Kecamatan Ngargoyoso bahwa masih banyak Desa yang tidak memahami bahwa data PKH berasal dari data BDT dan dapat diupdate oleh setiap Desa jika ada suatu kondisi dimana penerima manfaat sudah dianggap mampu secara ekonomi dan mampu dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya termasuk pemenuhan layanan fasilitas Kesehatan, Pendidikan dan kesejahteraan sosial tanpa mendapatkan bantuan sosial lagi. Namun yang terjadi saat ini, masih banyak perangkat Desa yang tidak memahami hal tersebut dan justru menyalahkan pendamping karena dianggap tidak ada koordinasi dengan Desa terkait data penerima PKH serta karena tidak meng-graduasi/

memutakhirkan/ mengeluarkan KPM yang dianggap sudah mampu sebagai penerima PKH, sedangkan Desa sendiri memiliki kewenangan yang sama untuk meng-graduasi/ mengeluarkan KPM PKH jika dianggap sudah mampu dan dapat mentas dari bantuan sosial PKH.

(30)

30 Disampaikan dan dibenarkan juga oleh beberapa pendamping lain dalam wawancara pada Rabu, 10 Maret 2021, Pukul 11.00 WIB kepada Sri Wahyuni pendamping Kecamatan Karanganyar, Rima Mirani pendamping Kecamatan Karangpandan, Eko Ratmanto pendamping Kecamatan Tasikmadu, bahwa masih banyak desa yang enggan melakukan graduasi terhadap penerima PKH yang dianggap sudah mampu secara ekonomi dan mampu dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya termasuk Pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan sosialnya dengan alasan tidak ingin mendapatkan protes dan masalah dengan warganya, selain itu pihak desa lebih mengandalkan pendamping untuk melakukan graduasi terhadap KPM sedangkan desa memiliki kewenangan untuk melakukan graduasi terhadap KPM mampu. Disisi lain para pendamping tersebut menyatakan bahwa KPM sendiri sangat sulit jika diminta untuk mengundurkan diri dari kepesertaan PKH secara sukarela/ graduasi mandiri dengan alasan masih membutuhkan dana bantuan sosial PKH, sedangkan jika dilihat dari kriterianya, mereka sudah layak untuk keluar dari kepesertaan PKH karena sudah mampu secara ekonomi dan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya serta tidak lagi memenuhi beberapa kriteria dari 14 kriteria kemiskinan yang ditetapkan Kementerian Sosial. Hal-hal tersebut tentunya menunjukkan tidak efektifnya mekanisme pelaksanaan PKH pada tahapan pemutakiran data/ update data penerima PKH.

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan tidak hanya ditinjau dari sisi instansi/lembaga yang saling menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan bantuan sosial yang diharapkan, namun juga para pihak yang secara langsung menerima dan memanfaatkan bantuan sosial tersebut, yaitu Keluarga Penerima Manfaat serta Pelaksana Program Keluarga Harapan di tingkat Kabupaten sampai tingkat Kecamatan.

Kelima, penulis melakukan wawancara terhadap Pelaksana Program Keluarga Harapan di tingkat Kabupaten sampai Kecamatan yaitu Koordinator Kabupaten, Pendamping PKH dan Administrator Pangkalan Data. Terdapat beberapa narasumber yang berkenan memberikan gambaran terkait

(31)

31 pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar. Guna memberikan gambaran secara sistematis, maka disusunlah tabel yang memaparkan penjelasan dari para narasumber, yaitu sebagai berikut:

No. Tanggal Pelaksanaan

Identitas dan Alamat Pendamping

Lokasi Dampingan

Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (efektivitas: mekanisme, proses, sasaran, monitoring,

evaluasi, kendala dll) 1. Senin, 1

Maret 2021, Pukul 07.04.29 - 07.18.16 WIB

Pendamping PKH Kecamatan

Jumantono, Heru Purwanto,

Duyung RT 002 RW 003, Kebak, Jumantono, Karanganyar

Kelurahan Kebak, Kabupaten Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Sasaran dari PKH adalah masyarakat miskin yang memiliki tanggungan berupa ibu hamil, balita, anak SD, SMP, SMA, lansia, dan disabilitas berat. Proses sosialisasi dilakukan dengan mengundang semua calon peserta PKH untuk dilakukan verifikasi dan validasi data. Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu semua bisnis proses PKH yang meliputi validasi dan verifikasi data, pemutakhiran data, pemantauan komitmen komponen PKH, pelaksanaan P2K2 (pertemuan kelompok), pencairan bantuan, dan lain-lain. Partisipasi Keluarga Penerima Manfaat

(32)

32 (KPM) yaitu dengan cara menggunakan bantuan PKH dengan baik dan sesuai dengan peruntukannya, selain itu pemenuhan komitmen pada fasilitas pendidikan dan kesehatan juga cukup baik. Jika ada KPM yang kurang aktif, maka pendamping melakukan motivasi dan penguatan agar

kembali melakukan

kewajibannya sebagai penerima PKH. Proses monitoring dilakukan oleh Kementerian Sosial RI, BPK/ BPKP, Dinas Sosial Provinsi Jateng, Dinas Sosial Kab. Karanganyar. Selain itu, pelaksanaan monitoring dan evaluasi juga dilakukan oleh Korkab. Semua temuan permasalahan kemudian dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk dapat ditindaklanjuti dengan baik oleh semua instansi yang terkait dengan PKH. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan setelah melalui koordinasi dengan instansi yang terkait. Terkait pelaksanaan PKH, semua kegiatan sudah dilaksanaan

(33)

33 sesuai dengan prosedur dari Kementerian Sosial RI. Adapun jika timbul permasalahan telah mampu dilaksanakan dengan baik oleh semua SDM PKH dengan koordinasi bersama Dinas Sosial Kabupaten Karanganyar.

Dengan demikian, pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar berjalan cukup efektif guna meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan KPM PKH. Efektivitas ini dapat lebih ditingkatkan dengan bantuan komplementaritas yang lain serta kerjasama semua instansi terkait.

2. Sabtu, 27 Februari 2021, Pukul 09.45.29 - 12.33.33 WIB

Pendamping PKH Kecamatan

Kebakkramat, Isni Agustina,

Pengin Tengah RT 01 RW 10, Macanan,

Kebakkramat, Karanganyar

Alastuwo, Kebakkramat, Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Jumlah Keluarga Penerima Manfaat di Desa Alastuwo sejumlah 322 KPM dengan sasaran sebagaimana tercantum di dalam peraturan yang berlaku. Selama masa pandemi COVID-19, dilakukan via daring, untuk hal mendesak dapat langsung melakukan kunjungan dengan menerapkan

(34)

34 protokol kesehatan. Dalam melaksanakan PKH kegiatan yang telah dilakukan yaitu FDS, kunjungan ke rumah warga, penanganan pengaduan masyarakat PKH dan non PKH, koordinasi lintas sektor, verifikasi pendidikan dan kesehatan, pemberian penghargaan kepada KPM graduasi sejahtera mandiri, pemberian santunan kepada anak penyandang disabilitas, pemberian santunan kepada anak yatim piatu. Proses pelaksanaan PKH baik mekanisme, monitoring dan evaluasi berjalan dengan baik.

Dengan demikian, pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar berjalan cukup efektif. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui peningkatan gizi ibu hamil resiko tinggi yang mulai berkurang, balita stunting tidak ditemukan serta akses pendidikan dapat didapatkan hingga taraf SMA.

3. Sabtu, 27 Februari

Pendamping PKH Kecamatan

Jumapolo, Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

(35)

35 2021, Pukul

14.36.28 - 14.50.36 WIB

Jumapolo, Lilies Mustakaningdyah, Kedokan RT 001 RW 008 Bakalan Jumapolo

Karanganyar 57783

Terhitung pada tahap 1 tahun 2021 terdapat 32.211 Keluarga Penerima Manfaat dengan sasaran sesuai peraturan yang berlaku. Proses sosialisasi pelaksanaan PKH dilakukan dengan cara Validasi, Pencairan, Verifikasi, P2K2, dan Pemutakhiran. Proses pertama sosialisasi dilakukan dengan instansi terkait. Selanjutnya, dilakukan penyebaran SUPA (Surat Undangan Pertemuan Awal), Kemudian dilakukakan validasi, pencairan, verifikasi, P2K2 (Pertemuan peningkatan kemampuan keluarga) dan Pemutakhiran data KPM.

Keterlibatan KPM

melaksanakan komitmen dan kewajibannya sesuai tujuan dan prosedur yang ada. Apabila ada KPM yang tidak aktif dalam pelaksanaan PKH, KPM diberikan motivasi dan pengertian agar mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan selama menjadi peserta PKH. Monev terlaksana dengan baik. Apabila ditemukan permasalahan dilakukan tindak

(36)

36 lanjut dengan mendatangi KPM atau kendala yang menjadi permasalahannya. Dengan demikian, efektivitas pelaksanaan PKH sudah berjalan cukup baik dalam peningkatan baik dari segi pendidikan dan kesehatan ART KPM yang masuk kategori penerima bantuan PKH.

4. Sabtu, 27 Februari 2021, Pukul 16.03.54 - 16.39.41 WIB

Pendamping PKH Kecamatan

Karanganyar, Sri Wahyuni,

Jetu Tegalgede

Kelurahan Popongan, Bejen, Kecamatan Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Proses pelaksanaan PKH dimulai dengan adanya data berupa nama dan alamat dari KPM PKH. Secara lebih lanjut, dilakukan proses sosialisasi baik secara vertikal maupun horizontal dengan instansi terkait, sosialisasi program, silaturahmi dan memohon izin akan diadakan validasi, kunjungan home visit rumah ke rumah guna mendapatkan data dan proses cross check apakah calon KPM benar dan layak mendapatkan bansos PKH.

Apabila proses cross check sudah dilaksanakan, maka akan berlanjut ke proses entry data.

(37)

37 Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan PKH adalah kurangnya respon positif atau tingkat antusiasme yang rendah dari beberapa instansi baik dari proses verifikasi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Upaya yang dilakukan selama pelaksanaan PKH adalah memperkenalkan bisnis proses PKH, pertemuan kelompok FDS/P2K2 untuk memberikan materi dengan maksud merubah pola pikir SDM penerima bantuan sosial, menambah pengetahuan serta mengembangkan potensi, usaha kecil, mendampingi dan arahan dalam proses usaha agar mampu dan siap untuk memperbaiki ekonomi keluarga serta mandiri.

Proses monev bantuan dilakukan dengan menggunakan form kontrol mengenai kesesuaian jumlah dana bantuan yang diterima. Apabila ditemukan permasalahan maka akan dilaksanakan upaya problem solving tingkat kelompok, pendamping dan intern kecamatan satu pintu

(38)

38 maupun berjenjang. Dengan demikian, pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar berjalan efektif karena melalui P2K2 dengan materi baik dari segi pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial dinilai mampu merubah pola pikir sumber daya masyarakat KPM.

5. Senin, 01 Maret 2021, Pukul

12.42.11 - 13.55.41 WIB

Administrator Pangkalan Data,

Andri Eko

Prasetyo,

Perum Bumi Sarasvati Blok L No. 5 Gaum, Tasikmadu, Karanganyar

Kabupaten Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Sasaran dari PKH adalah keluarga prasejahtera yang memiliki komponen kesehatan dengan kategori ibu hamil dan anak usia dini, komponen pendidikan dengan kategori keluarga yang memiliki anak sekolah SD, SMP dan SMA atau sederajat, dan komponen kesejahteraan sosial dengan kategori keluarga yang memiliki penyandang disabilitas berat dan lanjut usia diutamakan di atas 70. Total KPM aktif sampai Tahap 2 Tahun 2021 sejumlah 32.701 KPM/Keluarga, dengan rincian komponen 52.391 ART dengan rincian anak sekolah 32.576, disabilitas 407, ibu

(39)

39 hamil 261, lansia 12.148, usia dini 6.999 dan jumlah anggota keluarga 176.446 jiwa. Proses sosialisasi dari awal adalah dengan informasi resmi menggunakan Surat Dinas baik dari Kemensos dan Dinas Sosial. Selanjutnya hal tersebut menjadi dasar berbagai kegiatan para Pendamping melakukan aktivitas baik ke KPM, Perangkat Desa, fasilitas Kesehatan, Pendidikan dan kesejahteraan sosial maupun kepada masyarakat umum yang membutuhkan informasi. Para pendamping Wajib melakukan koordiansi rutin dengan aparat

Desa terkait

penambahan/pengurangan penerima bansos serta melakukan pengecekan keaktifan anggota keluarga pada fasilitas pendidikan dan kesehatan setiap bulan melalui Verifikasi. Gambaran proses pelaksaan PKH dibagi menjadi 5 kegiatan utama yaitu validasi, penyaluran, pemutakhiran, verifikasi dan P2K2.

(40)

40 Validasi merupakan proses awal pencocokan data calon penerima sebelum menjadi peserta PKH yang bersumber dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, proses ini melalui desa/kelurahan dan home visit.

Penyaluran merupakan tahap 2 setelah calon KPM dinyatakan eligible menjadi peserta PKH maka berhak mendapatkan bantuan sosial PKH sesuai kategori. Pemutakhiran merupakan tahap perbaikan data terhadap setiap perubahan yang terjadi dalam keluarga seperti meninggal dunia, lulus sekolah, melahirkan, dll. Verifikasi merupakan proses pengecekan kewajiban yang harus dilakukan seluruh anggota keluarga yang masuk kategori PKH dalam hal keaktifan pada layanan fasilitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial. P2K2 merupakan kewajiban pengurus PKH untuk hadir dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) dan mendapatkan berbagai informasi dari Pendamping

(41)

41 Sosial untuk yang berguna peningkatan kualitas hidup KPM. Keterlibatan aktif dari KPM berupa turut serta dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh Pelaksana PKH baik dari tingkat Kecamatan maupun Kabupaten melalui

informasi undangan

pendamping dalam berbagai kegiatan seperti P2K2 dan hadir layanan fasilitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial. Proses monitoring dilakukan secara berjenjang di tiap wilayah dari tingkat Desa/

Kelurahan sampai Kementerian melalui pejabat yang terkait PKH sehingga apabila ditemukan permasalahan akan diselesaikan dengan skala prioritas dan wewenang penyelesaian. Monitoring juga bekerja sama dengan lembaga bayar (himbara) dalam pemantauan bantuan sosial.

Pelaksanaan PKH berkontribusi dalam menurunkan angka gizi buruk dan pencegahan stunting pada ibu hamil dan anak usia

(42)

42 dini serta menurunkan jumlah anak putus sekolah.

6. Kamis, 04 Maret 2021, Pukul

19.28.39 - 19.58.46 WIB

Pendamping Kecamatan Tawangmangu, Hermawati Dian Jayanti,

Kel. Blumbang Kec.

Tawangmangu Kab. Karanganyar

Kel.

Tawangmangu Kec.

Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Jumlah KPM PKH pada saat temporary closing tahap 2 tahun 2021 sebanyak 32.081. Proses pelaksanaan PKH dilaksanakan dimulai dari pertemuan awal, validasi, pencairan, verifikasi dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga berjalan sesuai prosedur dan tidak ada hal yang menyimpang. Proses sosialisasi dilakukan oleh

pendamping dengan

mengunjungi stakeholder terkait untuk menjelaskan bisnis proses PKH secara detail. Terkait penambahan KPM baru dilakukan pertemuan awal dan dilaksanakan sosialisasi kepada calon KPM dan validasi data calon KPM.

Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain pertemuan awal, sosialisasi PKH, validasi, pemutakhiran, verifikasi pendidikan dan kesehatan, penyaluran bantuan,

(43)

43 rekonsiliasi, dan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga. Pada kondisi pandemi, perbedaan signifikan yang terjadi adalah metode pembelajaran yang berjalan secara daring dan keterbatasan KPM dalam memperoleh akses fasilitas internet. Namun, kondisi tersebut dapat segera diatasi melalui adanya koordinasi yang baik antar lembaga. KPM PKH berperan aktif dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Tujuan dari pelaksanaan PKH untuk meraih keluarga sejahtera dengan kesadaran hati untuk melepas bantuan sosial PKH. Mengenai proses monev, berjalan dengan lancar. Apabila ditemukan kendala maka akan segera ditindaklanjuti. Dengan demikian, pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar berjalan efektif dengan tingkat kehadiran 85%.

7. Jumat, 05 Maret 2021, Pukul

12.02.01 -

Koordinator Kabupaten, Nurcholis,

Kabupaten Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Jumlah peserta pelaksanaan

(44)

44 13.41.28

WIB

Dusun Ploso Wetan RT 03 RW 03 Desa Ploso Kecamatan

Jumapolo Kabupaten Karanganyar

PKH sejumlah 32.268 pada tahap 2 tahun 2021. Proses sosialisasi dilakukan oleh pendamping kepada KPM mengenai kewajiban dan hak dari KPM selama pelaksanaan PKH. Proses monev dari pelaksanaan PKH dilakukan dengan metode pemberdayaan KPM dengan Kube. KPM berperan aktif dalam melaksanakan kewajibannya di berbagai kegiatan. Proses monev dilaksanakan oleh pihak Dinas Sosial. Dalam kondisi pandemi Covid-19, KPM tetap menjalankan protokol kesehatan dalam upaya memperoleh akses kesehatan maupun pendidikan.

Dengan demikian, pelaksanaan PKH di Kabupaten Karanganyar berjalan dengan baik dan lancar.

8. Jumat, 12 Maret 2021, Pukul

11.09.34 - 11.48.06 WIB

Koordinator Kabupaten, Anton Wahyudi,

Jatirejo, Jumapolo Karanganyar

Kabupaten Karanganyar

Program Keluarga Harapan di Kabupaten Karanganyar telah dilaksanakan dari tahun 2012.

Data KPM PKH Kabupaten Karanganyar Tahap 1 Tahun 2021 Jumlah KPM yaitu 32.071.

Proses sosialisasi dilaksanakan ketika data masuk ke Kabupaten kemudian dilakukan proses

(45)

45 analisa, validasi, home visit dan diproses melalui aplikasi yang sudah ditentukan sesuai dengan temuan dilapangan, sosialisasi mulai dari Kecamatan sampai Desa melalui Pendamping PKH di lapangan serta melalui surat dinas sebagai bahan sosialisasi.

Pada dasarnya kegiatan proses pelaksanaan di lapangan berdasarkan dengan tugas dan fungsi yang ada di Surat Keputusan dan Surat Tugas, yang sudah dijelaskan kewajiban sebagai SDM PKH dan tanggungjawab sesuai dengan ketentuan terkait

permasalahan dan

penyimpangan yang timbul dilapangan sudah jelas diatur dalam kode etik yang harus dipatuhi. Bisnis proses kegiatan PKH yang harus wajib dilaksanakan oleh SDM PKH yaitu validasi, pemutakhiran data, penyaluran bantuan, verifikasi di fasilitas kesehatan dan pendidikan dan pertemuan P2K2/pertemuan kelompok dengan KPM PKH. Kewajiban dan komitmen KPM PKH sesuai

Referensi

Dokumen terkait

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah dengan Ilmu Ukur Bola, Jakarta: Departemen Agama RI, 1994.. Direktorat

Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.. Jakarta: PT

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).Jakarta : Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat,Direktorat Bina Gizi Masyarakat

Edy Sedyawati (mantan Dirjen Kebudayaan RI), Luluk Sumiarso (Dirjen Migas RI) bersama para pemain ketoprak seperti Nurbuat dan Timbul.. Bergelut dalam bidang seni rupanya

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah dengan Ilmu Ukur Bola, Jakarta: Departemen Agama RI, 1994.. Direktorat

Dalam penelitian ini yang menjadi komunikator adalah Sub Direktorat Pembinaan Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara, dan komunikannya adalah perwakilan dari setiap Departemen yang

Jakarta Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Penyelenggaraan & Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit, Jakarta:Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015,

Pedoman Teknis Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Anak Melalui Panti Sosial Anak.. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial Depertemen Sosial