PROGRAM PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT OLEH PERPUSTAKAAN CINTA BACA MEDAN SUNGGAL
KERTAS KARYA
Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.) dalam Bidang Ilmu Perpustakaan
Oleh :
MUHAMMAD SYUFINUR NIM. 142201061
PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Kertas Karya : Program Peningkatan Minat Baca Masyarakat Oleh Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal
Oleh : Muhammad Syufinur NIM : 142201061
Dosen Pembimbing : Himma Dewiyana S.T., M.Hum.
NIP : 197208252006042001 Tanda Tangan :
Tanggal :
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : Program Peningkatan Minat Baca Masyarakat Oleh Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal
Oleh : Muhammad Syufinur NIM : 142201061
PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN Ketua Jurusan : Hotlan Siahaan, S.sos. M.I Kom
NIP : 19780331 200501 2 003
Tanda Tangan :
Tanggal :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Dekan : Dr. Budi Agustono, M.S
NIP : 19600805 198703 1001
Tanda Tangan :
Tanggal :
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………...…..…………...i
DAFTAR TABEL………...iv
KATA PENGANTAR……….………....v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Tujuan Penulisan...3
1.3 Ruang Lingkup...3
1.4 Metode Pengumpulan Data...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum...………...5
2.1.1 Jenis-jenis Perpustakaan...………..7
2.1.2 Fungsi Perpustakaan……….………....8
2.1.3 Peranan Perpustakaan Umum………....…...10
2.2 Minat Baca ..………...13
2.2.1 Pengertian Minat..………...13
2.2.2 Pengertian Membaca.………...14
2.2.3 Tujuan Minat Baca...………...17
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca……...……...17
2.2.4.1 Faktor Pendorong Minat Baca………...…………...18
2.2.4.1 Faktor Penghambat Minat Baca ...………...19
2.2.5 Upaya Pengembangan Minat Baca ………...21
2.2.6 Aspek-aspek Minat Baca...23
2.2.7 Peranan Perpustakaan dalam Pembinaan Minat Baca...25
BAB III PROGRAM PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT OLEH PERPUSTAKAAN CINTA BACA MEDAN SUNGGAL 3.1 Program Perpustakaan Cinta Baca……….………...27
3.1.1 Kejar Baca………...27
3.1.2 Kejar Cerdas...…….………..28
3.1.3 Kejar Sehat……...………..29
3.1.4 Kejar Luhur...………...29
3.2 Pos Baca Perpustakaan Cinta Baca………...30
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program Perpustakaan Cinta Baca...………...33
3.3.1 Faktor Penghambat………...33
3.3.2 Faktor Pendukung………...………...34
3.4 Program Non Formal Perpustakaan Cinta Baca...………...35
3.4.1 Klub Bahasa Inggris………...35
3.4.2 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini………....…....35
3.4.3 Program Belajar dan Bermain………...36
3.4.4 Donasi Buku.………..………...36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...38
4.2 Saran...39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Data Pos Baca Perpustakaan Cinta Baca...32
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat, bimbingan dan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul “PROGRAM PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT OLEH PERPUSTAKAAN MEDAN SUNGGAL.” Kertas karya ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, baik dari segi teknik penulisan ataupun dari segi tata bahasa. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca, dalam upaya perbaikan tugas akhir ini.
Dalam pelaksanaan tugas akhir sampai proses pembuatan Tugas Akhir ini, penulis tidak jarang menemui berbagai macam kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kesulitan tersebut. Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak- pihak yang secara langsung membantu dalam tugas akhir dan penulisan Kertas Karya ini. Untuk itu sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih sedalam- dalamnya kepada:
1 Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2 Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom, selaku Ketua Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3 Ibu Himma Dewiyana S.T., M.Hum selaku dosen pembimbing dan dosen wali masa perkuliahan yang selalu memberikan arahan dan bimbingan di dalam mengikuti masa perkuliahan..
4 Seluruh staf pengajar beserta administrasi Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik penulis
selama perkuliahan serta membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
5 Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah membina dan membimbing penulis selama Praktek Kerja Lapangan (PKL), hingga berakhir.
6 Bapak Samuel Tarihoran, S.Sos selaku Koordinator Wilayah Perpustakaan Cinta Baca Sumatera Utara dan seluruh stafF pegawai perpustakaan yang telah mengizinkan penulis melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga kertas karya ini dapat diselesaikan dengan baik.
7 Teristimewa buat kedua Orang Tua Penulis, Ayahanda Muhammad Hidayat dan Ibu Nurana atas doa restu dan kasih sayangnya yang tiada habisnya diberikan kepada penulis serta dukungan moril maupun material yang tanpa jasanya tidak mungkin penulis sampai pada saat sekarang ini, serta kakak dan adik Muhammad Nur Fachri, Nur Azwan Cholis, dan Rifky Nur Aditya yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, doa, dan dukungannya kepada penulis.
8 Teman terdekat Riyan Nugraha, Kurnia Sandy Daputra, dan Fauzun Yahya Siregar. Terima Kasih atas bantuan dan kebersamaan diluar maupun selama masa perkuliahan.
9 Seluruh teman-teman stambuk 2014 Program Studi D-III Ilmu Perpustakaan yang telah banyak memberikan dorongan, pengertian dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
10 Kepada saudara dan sahabat Muhammad Ihsan Fadli dan Ahmad Fikri Haz, terima kasih atas support dan dukungan moril diluar perkuliahan.
11 Seriana Bulan yang banyak membantu dalam menyelesaikan tugas ini hingga selesai.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Medan, Agustus 2017 Penulis
Muhammad Syufinur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang berfungsi menghimpun, mengelola, dan menyebarluaskan informasi, baik berupa tercetak maupun elektronik yang berguna untuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk minat membaca.
Keberadaan perpustakaan sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini adalah hal yang wajar, karena perpustakaan adalah tempat yang berhubungan langsung dengan berbagai jenis bahan bacaan. Semua bahan bacaan perpustakaan bukan hanya sekedar untuk disimpan saja, tapi juga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pengguna perpustakaan. Tujuan perpustakaan adalah memenuhi kebutuhan informasi guna menciptakan masyarakat yang sadar informasi.
Sedangkan untuk membuat masyarakat sadar informasi dapat dimulai dari gemar membaca. Guna memenuhi kebutuhan informasi dan menciptakan masyarakat yang sadar informasi dan gemar membaca secara menyeluruh, maka perpustakaan harus mampu menjangkau seluruh daerah dan golongan yang ada. Jenis atau macam perpustakaan yang ada di indonesia menurut UU No. 43 Tahun 2007 Pasal 20,
“Perpustakaan terdiri atas Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus”. Salah satu dari kelima jenis perpustakaan di Indonesia yang bertanggung jawab atas kegemaran membaca atau minat baca adalah Perpustakaan Umum.
Membaca merupakan kegiatan yang teramat penting dengan begitu besar manfaat yang akan didapat. Apabila dilihat dari tujuannya, membaca akan menciptakan masyarakat informasi. Masyarakat informasi adalah masyarakat yang sadar akan pentingnya informasi dan mampu menggunakannya sehingga akan mampu meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kompetensi yang ada pada dirinya.
Peran perpustakaan sangatlah penting dalam meningkatkan minat baca pada masyarakat karena perpustakaan merupakan pendukung utama dalam pendidikan sepanjang hayat untuk menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca dan juga merupakan gudang ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang orang untuk mengadakan riset atau sekedar menambah wawasan dan rekreasi. Dengan meningkatkan pengetahuan tentang perpustakaan, diharapkan masyarakat akan mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuan melalui kegiatan membaca.
Disamping itu, sarana-sarana pendukung, terutama tersedianya buku-buku bacaan yang dibutuhkan, rasa keinginan masyarakat akan suatu bahan bacaan dan mudahnya akses untuk menemukan juga harus diperhatikan oleh perpustakaan sebagai lembaga yang menyediakan berbagai bahan bacaan yang dibutuhkan masyarakat.
Perpustakaan Cinta Baca yang berada di Kecamatan Medan Sunggal sebagai sebuah perpustakaan bertugas memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sebagaimana perpustakaan pada umumnya. Perpustakaan Cinta Baca memiliki program-program untuk membantu mengatasi masalah rendahnya minat baca dikalangan masyarakat saat ini dengan berusaha meningkatkan gemar baca sejak usia dini. Program Perpustakaan Cinta Baca bertujuan untuk menumbuhkan sifat cinta baca dimulai sejak anak-anak.
Walaupun demikian dalam meningkatkan minat baca tidaklah mudah, membutuhkan proses yang lama dan bantuan dari setiap elemen termasuk peran orang tua dalam mengawasi perkembangan anak. Karena kebanyakan dari masyarakat lebih tertarik dengan media media eletronik seperti televisi daripada membaca buku. Harusnya masyarakat kita sudah tergugah kesadaran dan keperduliannya terhadap perpustakaan dan budaya baca, namun ketika minat baca masyarakat nya masih kurang, perlu disadari sepenuhnya oleh masyarakat daerah tersebut bahwa perpustakaan dan budaya baca sangat lah perlu dikembangkan secara tepat dan berdaya guna. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat yang ada di daerah juga harus ikut berpartisipasi. Dalam rangka meningkatkan minat baca, perlu adanya campur tangan dari pihak pengelola Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal. Sebagai lembaga yang menyediakan berbagai informasi serta melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bahan bacaan,
perpustakaan membuat program-program yang dapat meningkatkan minat baca dan menyadarkan masyarakat akan penting nya membaca sebagai suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat, serta untuk membentuk suatu pribadi masyarakat yang berkualitas dimasa mendatang. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam program peningkatan minat baca sejak dini masyarakat Medan Sunggal.
Maka penulis memilih judul “PROGRAM PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT OLEH PERPUSTAKAAN CINTA BACA MEDAN SUNGGAL”.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran dari Perpustakaan Cinta Baca.
2. Untuk mengetahui program dan upaya apa saja yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menjadi penghambat dalam program peningkatan minat baca masyarakat yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam penulisan kertas karya ini, ruang lingkup penulisan membahas tentang aspek-aspek yang berkiaitan dengan program peningkatan minat baca masyarakat yang meliputi, sejarah singkat perpustakaan, pengguna perpustakaan, koleksi perpustakaan, pelayanan perpustakaan.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini sebagai berikut :
1. Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan menggunakan bahan bacaan yang berhubungan dengan pembahasan pada kertas karya ini yaitu dengan cara membaca dan memahami bahan pustaka baik berupa buku, jurnal ataupun sumber lain yang relevan dengan masalah yang dibahas.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung ke Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal.
3. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penulis melakukan wawancara dengan petugas yang ada di perpustakaan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan kertas karya ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan Umum
Perpustakaan berasal dari kata pustaka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku (Depdikbud:1980). Dalam bahasa Inggris dikenal library. Istilah ini berasal dari kata liber atau libri, yang artinya buku (Sulistyo Basuki:
1991,3). Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah libraries, tentang buku. Dalam bahasa asing lainnya perpustakaan disebut bibliotheca (Belanda), yang juga berasal dari bahasa Yunani biblia yang artinya tentang buku, kitab.
Sumardji (1998: 13) mengemukakan perpustakaan adalah koleksi yang terdiri dari bahan tertulis, tercetak maupun grafis lainnya, seperti film, slide, piringan hitam, tape recorder dalam ruangan atau gedung yang teratur dan diorganisasi dengan sistem tertentu dapat pula digunakan untuk keperluan studi, penelitian, pembacaan, dan sebagainya.
Dengan demikian, batasan istilah perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki: 1991, 3). Atau suatu unit kerja yang substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh pengguna jasa layannya. Selain buku, didalamnya juga terdapat bahan cetak lainnya seperti majalah, laporan, pamphlet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran music, dan berbagai karya media audiovisual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti makrofilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque).
Dengan ini mengisyaratkan bahwa perpustakaan memiliki spesifikasi tersendiri mengenai fungsi dan peranannya. Ini dapat dilihat dari pengertiannya yang memiliki beberapa poin penting yang perlu digaris bawahi, yaitu:
1. Perpustakaan sebagai suatu unit kerja.
2. Perpustakaan sebagai tempat pengumpul, penyimpan,dan pemelihara berbagai koleksi bahan pustaka.
3. Bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.
4. Bahan pustaka digunakan oleh pengguna secara berkelanjutan.
5. Perpustakaan sebagai sumber informasi.
Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan bertindak selaku penyimpan khazanah hasil pemikiran manusia. Hasil itu kemudian dituangkan dalam bentuk cetak, noncetak ataupun dalam bentuk elektronik (digital). Hasil pemikiran manusia yang dicetak dalam bentuk buku dalam arti luas mencakup hasil rekayasa teknologi dalam bentuk elektronik atau digital, ini sering diasosiasikan dengan bentuk elektronik atau digital, ini sering diasosiasikan dengan kegiatan belajar. Yaitu sebagai alat bantu manusia dalam belajar. Karna perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sementara buku dekat dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan pun sangat dekat dengan kegiatan belajar. Hanya saja, perpustakaan bukan tempat sekolah dalam arti formal.
Karna adanya kegiatan belajar yang berbeda jenjangnya, dari prasekolah hingga universitas, ditambah dengan kepentingan membaca yang berbeda-beda, maka muncullah perpustakaan dengan berbagai bentuk dan jenisnya demi menyesuaikan kebutuhan penggunanya tersebut. Ada yang disebut dengan perpustakaan umum untuk melayani masyarakat umum, dan perpustakaan khusus untuk melayani pengguna dari komunitas dimana perpustakaan itu didirikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah unit kerja yang mengelola informasi secara professional untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, informasi, dan rekreasi bagi para pemustaka. Perpustakaan adalah suatu organisasi yang bertugas mengumpulkan informasi, mengolah, menyajikan, dan melayani kebutuhan informasi bagi pemakai perpustakaan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa perpustakaan adalah suatu organisasi, artinya
perpustakaan merupakan suatu badan yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bertanggungjawab mengatur dan mengendalikan perpustakaan.
2.1.1 Jenis-Jenis Perpustakaan
Dalam perkembangannya, setiap jenis perpustakaan memiliki defenisi dan kriteria tertentu yang membedakannya dari perpustakaan lain. Ada beberapa faktor atau kriteria yang sering digunakan untuk membedakan satu jenis perpustakaan dengan yang lainnya, beberapa diantaranya adalah koleksi, masyarakat yang dilayaninya dan institusi dimana perpustakaan itu berada. Adapun beberapa jenis perpustakaan terdiri dari :
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebahagian dari dana masyarakat (pajak).
Menurut Sulistyo Basuki, “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang dibiayai oleh dana umum yang terbuka untuk umum atau terbuka bagi siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, agama, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan.
2. Perpustakaan Sekolah
Dalam pengertian yang sederhana Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dikelola serta terdapat disekolah dengan tujuan membantu sekolah untuk mencapai tujuannya. Perpustakaan sekolah terdapat pada jenjang pendidikan mulai dari Taman kanak-kanak hingga ke Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Koleksi perpustakaan sekolah bukanlah semata-mata buku ajar, melainkan buku penunjang pelajaran serta fiksi.
Reitz mendefenisikan Perpustakaan Sekolah adalah suatu perpustakaan yang berada pada jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan baik milik pemerintah (negeri) maupun swasta yang melayani kebutuhan informasi siswanya, kebutuhan kurikulum dari guru dan staf. Biasanya dikelola oleh
pustakawan sekolah ataupun spesialis media. Koleksi perpustakaan sekolah biasanya berupa buku, terbitan berkala, dan media pendidikan yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilayaninya.
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.
Perpustakaan Nasional mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan. Tujuan perpustakaan perguran tinggi di Indonesia adalah untuk memberi layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi.
4. Perpustakaan Khusus
Perpustakaan Khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga atau instansi negara, pemerintah, pemerintah daerah, ataupun lembaga institusi swasta yang layanannya diperuntukkan bagi pengguna di lingkungan lembaga atau instansi yang bersangkutan.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan
Fungsi perpustakaan selalu dikaitkan dengan jenis perpustakaan dan misi yang diembannya. Secara umum fungsi perpustakaan adalah:
1. Penyimpanan.
Salah satu tugas perpustakaan adalah menyimpan bahan perpustakaan yang diterimanya. Tugas ini lah yang menyebabkan perpustakaan selalu disebut dengan istilah document storage, sebab semua jenis perpustakaan melakukan fungsi ini. Akan tetapi, fungsi penyimpanan lebih nyata terlihat pada perpustakaan nasional daripada jenis perpustakaan lainnya. Perpustakaan nasional menyimpan semua terbitan terutama yang tercetak yang diterbitkan di negaranya sendiri. Perpustakaan Nasional Indonesia misalnya berfungsi
menyimpan segala terbitan yang dihasilkan di Indonesia beserta terbitan tentang Indonesia yang diterbitkan di luar negeri.
2. Pendidikan
Pendidikan Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup. Sebagai tempat belajar, perpustakaan sangat berarti bagi mereka yang sudah berkerja atau telah meninggalkan bangku sekolah atau mereka yang putus sekolah.
Perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar. Jika kegiatan belajar meliputi belajar di dalam dan di luar sekolah, perpustakaan berkaitan dengan hal itu. Dengan demikian, berarti juga bahwa perpustakaan dapat berperan sebagai fasilitator pendidikan bagi masyarakat.
3. Penelitian
Kegiatan penelitian dipastikan berkaitan sangat erat dengan perpustakaan.
Kegiatan penelitian mutlak memerlukan jasa perpustakaan. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan (penyedia materi) untuk keperluan penelitian. Kegiatan penelitian dilakukan oleh para pemakai perpustakaan, mulai dari murid Sekolah Dasar hingga ke peneliti. Siapapun pemakainya, perpustakaan wajib menyediakan bahan perpustakaan untuk kepentingan pemakai yang melakukan penelitian.
4. Informasi
Perpustakaan adalah institusi pengelola informasi. Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai. Perlu diketahui bahwa informasi sedikit berbeda atau lain dengan data perpustakaan. Informasi sudah merupakan pengolahan data perpustakaan yang disediakan dengan permintaan pemakai. Penyediaan informasi tergantung pada jenis perpustakaan.
5. Kultural
Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa khususnya yang berupa media yang merekam informasi, naskah, manuskrip, atau dokumen lainnya. Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat. Dengan demikian, perputakaan juga berperan
dalam meningkatkan nilai dan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan bacaan. Fungsi kultural dilakukan perpustakaan dengan berbagai cara misalnya mengadakan pameran, ceramah, pertunjukkan kesenian daerah, penyediaan bahan bacaan bagi anggota perpustakaan. Pameran yang dlakukan perpustakaan biasanya dikaitkan dengan peristiwa lokal atau nasional untuk menggugah pengunjung tentang makna suatu peristiwa.
6. Fungsi Rekreasi
Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca. Oleh karena itu, melalui bahan bacaan yang disediakan oleh perpustakaan juga terkandung aspek rekreasi terutama bacaan umum dan karya fiksi seperti novel, roman, dan sebagainya. Juga melalui penyediaan bacaan ringan seperti surat kabar dan majalah umum. Menambah khasanah rohaniah pembaca. Karena merupakan bacaan hiburan serta rohaniah, maka bacaan tersebut sering kali disebut bacaan rekreasi kultura. Fungsi rekreasi yang dimiliki oleh perpustakaan adalah melalui bahan perpustakaan dan fasilitasnya.
2.1.3 Peranan Perpustakaan Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 854) mendefinisikan bahwa peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.
Perpustakaan Umum sebagai wahana strategi dalam mencari dan menambah ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa terkecuali, karena Perpustakaan Umum untuk masyarakat dan dibiayai dari anggaran yang dikumpulkan melalui pajak yang dikelola oleh pemerintah.
Sutarno NS (2003: 55-56) mengatakan bahwa peranan sebuah perpustakaan adalah bagian dari tugas pokok yang harus dijalankan di dalam perpustakaan. Oleh karena itu peranan yang harus dijalankan ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan perpustakaan. Untuk melaksanakan kegiatan Perpustakaan
Umum dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat diperlukan unsur pendukung, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Koleksi perpustakaan
Koleksi perpustakaan adalah semua pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat pengguna untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka (Perpusnas, 1999 :11).
Sulistyo-Basuki (1993 :132) mengatakan bahwa pentingnya koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang. Tuntutan tersebut perlu di tekankan bahwa koleksi perpustakaan hendaknya di atur dalam susunan yang rapi dan setiap koleksi perpustakaan yang ditempatkan di ruang koleksi atau rak harus sudah siap untuk dipergunakan atau dipinjamkan kepada masyarakat pengguna. Namun perlu diingat bahwa dalam koleksi perpustakaan harus ada pengembangan koleksi agar koleksi terus bertambah sesuai tujuan perpustakaan dan kebutuhan masyarakat
pengguna. Di samping itu perlu juga pemilihan koleski.
Untuk itu koleksi perpustakaan sebaiknya perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
a. Pengembangan koleksi perpustakaan adalah kegiatan awal dari pembinaan dan pengembangan koleksi perpustakaan, bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan keperluan masyarakat pengguna, dan jumlah bahan pustaka selalu mencukupi (Perpusnas, 2001 : 18). Pengembangan koleksi perpustakaan merupakan salah satu strategi untuk mencapai tujuan agar perpustakaan diminati oleh masyarakat, yaitu melalui pengadaan dan pengembangan jumlah koleksi kepustakaan, baik berupa buku- buku barn maupun bentuk koleksi lain.
b. Peningkatan koleksi perpustakaan, yakni langkah-langkah yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu koleksi agar menarik minat individu atau kelompok, sedangkan yang di maksud peningkatan koleksi perpustakaan adalah tindakan- tindakan yang dilakukan terhadap berbagai macam koleksi kepustakaan dengan tujuan
meningkatkan kualitas yang dimiliki perpustakaan agar dapat menarik minat baca masyarakat.
2. Promosi perpustakaan
Promosi adalah kegiatan atau upaya-upaya perusahaan dalam mempengaruhi konsumen aktual maupun konsumen potensial agar mereka mau melakukan pembelian terhadap produk yang di tawarkan, saat ini atau di masa yang akan datang (Sistaningrum, 2002 : 98).
Empat pokok yang dapat dimasukkan dalam bauran promosi suatu perusahaan adalah : pengiklanan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), publisitas (publicity),promosi penjualan (salles promotion) (Winardi, 1992 : 115).
Sutarno NS (2003 : 126) mengemukan bahwa, pembinaan promosi dan pemasyarakatan perpustakaan dapat di katakan berhasil apabila:
1. Perpustakaan makin dikenal luas oleh masyarakat.
2. Keberadaanya ditengah masyarakat memberikan manfaat yang positif.
3. Akses informasi semakin luas
4. Terjalin hubungan yang makin dekat antara perpustakaan dan masyarakat.
5. Perpustakaan merupakan bagian dari kebutuhan masyarakat untuk dipenuhi, dan tercipta minat dan budaya baca sebagai masyarakat informasi.
3. Kualitas pelayanan perpustakaan
Kualitas pelayanan bukan saja merupakan kebutuhan masyarakat Indonesia, tetapi juga merupakan tuntutan dan kebutuhan masyarakat dunia pada umumnya.
Kualitas pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan prinsip lebih murah, lebih baik, cepat, tepat, akurat, ramah, sesuai dengan harapan pelanggan (Lukman, 1999: 10).
Perpustakaan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang menyenangkan dan nyaman bagi masyarakat pengguna, hal ini untuk menarik masyarakat agar sering berkunjung ke perpustakaan. Dengan kualitas pelayanan perpustakaan yang baik dan ramah akan memberikan dampak positif bagi masyarakat pengguna, yaitu pengguna akan merespon apa yang telah perpustakaan berikan demi kepuasan pengguna. Ada dua metode untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan, yaitu :
1. Melalui peningkatan SDM (Sumber daya Manusia), yakni dengan diikut sertakannya petugas dalam berbagai pendidikan, kegiatan, dan keterampilan.
2. Melalui peningkatan sarana dan prasarana, yaitu peningkatan semua barang atau perlengkapan yang disediakan perpustakaan.
2.2 Minat Baca
2.2.1 Pengertian Minat
Hakekatnya minat merupakan hal yang sangat mendasarkan pada diri manusia, minat dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu modal yang paling pokok bagi manusia dalam melaksanakan suatu perbuatan. Berikut ini akan dikemukakan pengertian minat dari berbagai ahli yang telah banyak mendefinisikan tentang minat.
Minat merupakan unsur penting yang ikut menentukan untuk menjalankan tugas atau pekerjaan. Dalam bahasa sehari-hari dikenal istilah kesukaan yang artinya lebih kurang sama dengan minat. Kelancaran dan keberhasilan orang dalam menjalankan tugas makin besar peluangnya kalau ia ada keterkaitan akan pekerjaan yang dilakukannya itu (Munandir, 1996:145).
Menurut Ginting (2003: 98) minat berarti kecenderungan hati (keinginan, kesukaan) terhadap sesuatu. Semakin besar minat seseorang terhadap sesuatu perhatiannya lebih mudah tercurah pada hal tersebut.
Menurut Winkel, mengartikan minat sebagai suatu kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk tertarik pada bidang atau hal yang tertentu dan merasa senang pada bidang itu. Lain lagi dengan apa yang dikemukakan Slameto (1991: 182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat erat sekali hubungannya dengan perasaan suka atau tidak suka, tertarik atau tidak tertarik, senang atau tidak senang (Santoso, 1988: 10).
2.2.2 Pengertian Membaca
Dalam mencari informasi dan memperoleh cakrawala pengetahuan, membaca memperoleh arti penting. Telah terbukti, bahwa membaca tidak hanya sebagai proses mengeja huruf, kata, dan angka, melainkan proses kebudayaan. Kegiatan membaca memiliki kaitan yang sangat dekat dengan kebudayaan; misalnya, bahan bacaan atau tulisan. Tulisan sebuah komunitas menjadi penanda kebudayaan dari komunitas tersebut.
Membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahan tulis. Banyak sekali ungkapan yang menyatakan pentingnya buku adalah dengan membacanya. Karena tanpa dibaca, buku tidak ada artinya.
Membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakekat membaca. A.S. Broto mengemukakan bahwa bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca hakekatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Sudarso mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan fikiran.
Membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (2000:6) mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bahaan bacaan.
Sedangkan menurut Ase S. Muchyidin (2004:12) membaca adalah proses penafsiran lambang dan pemberian makna terhadapnya. pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca bukanlah semata-mata proses visual saja, akan tetapi melibatkan dua macam informasi, yaitu pertama yang datangnya dari apa yang ada di depan mata kita, dan yang kedua datangnya dari belakang mata kita. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Membaca juga merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Yang dimaksud dengan kepandaian membaca tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar-gambar, dan angka- angka saja, tetapi yang lebih luas daripada itu adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami makna dari sesuatu yang dibacanya. Dalam proses membaca terlihat aspek-aspek berpikir seperti, mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Jadi dalam membaca diperlukan intelektual yang tinggi. Selain itu membaca merupakan suatu bentuk komunikasi antara pembaca dan media cetak yang dibacanya sebagai wakil dari penulisnya. Suatu komunikasi yang baik menuntut suatu pengalaman linguistik yang erat hubungannya dengan segi-segi ekspresi.
Oleh karena itu, Sunindyo (2006:2) mengatakan bahwa membaca bermanfaat karena:
1. Dapat mengisi waktu luang dengan kesibukan yang berguna.
2. Dapat menambah pengetahuan.
3. Dapat meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan hobi, olahraga, dan seni yang sesuai dengan keperluannya sendiri.
4. Dapat mengembangkan watak dan prilaku yang baik.
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.
Sementara Gie (1988: 116) menunjukkan ciri-ciri membaca yang efisien yaitu:
1. Mempunyai kebiasaan-kebiasaan baik dalam membaca.
2. Mengerti isi buku.
3. Masih ingat sebagian isi buku sehabis membaca.
4. Dapat membaca cepat.
Keempat hal ini penting guna mencapai tujuan membaca yaitu untuk menyerap informasi dari bahan bacaan. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa membaca yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang mewujudkan lahirnya komunikasi antara seseorang dan bahan-bahan bacaan sebagai salah satu bentuk upaya pemenuhan kebutuhan dan tujuan tertentu. Kebutuhan dan tujuan yang ingin diperoleh lewat bahan- bahan bacaan itu pada dasarnya berupa berbagai pengalaman yang dapat berfungsi sebagai informasi bagi kehidupan dan kepentingan yang lain atau pengalaman etis dan estetis sebagai alat atau sarana bagi pemenuhan kebutuhan efektif.
Jadi pengertian minat membaca adalah kecenderungan yang mengandung perasaan senang dan merasa tertarik ketika mengucapkan bahasa tulis ke bahasa lisan menurut ejaan yang disempurnakan serta memahami makna yang terkandung dalam bacaannya.
2.2.3 Tujuan Minat Baca
Menurut Kamah dkk (2002:7) tujuan minat baca dapat dibagi dua, yaitu : 1. Tujuan Umum
Tujuan Umum minat baca adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (reading society), menuju masyarakat belajar (learning society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk menciptakan Sumber Daya Manusi (SDM) yang berkualitas sebagai subyek pembangunan Nasional menuju masyarakat madani.
2. Tujuan Khusus
a. Mewujudkan suatu sistem untuk menumbuh kembangkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Menyelenggarakan program untuk menumbuhkembangkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
c. Menggerakkan dan menumbuhkembangkan minat baca semua lapisan masyarakat.
d. Mengusahakan penyediaan berbagai jenis koleksi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui Taman Bacaan Masyarakat.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Ada dua kelompok besar faktor dan unsur yang mempengaruhi minat membaca yaitu faktor personal dan faktor institusional (Purves dan Beach, dalam Harris dan Sipay, 2005:14).
1. Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri atau faktor yang interent diri, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Faktor internal ini dapat berupa:
a. Intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat dengan cara tertentu.
b. Minat adalah mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbutan itu.
c. Sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.
d. Memotivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organisasi yang mengarahkan tingkah-laku terhadap suatu tujuan (gol) dan
perangsang (incentive). Memotivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan suatu hal atau sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bergerak baik disadari maupun tidak disadari.
2. Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri atau faktor exterent,yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya. Faktor ini dapat berupa, sarana membaca, teks bacaan (sederhana, berat, mudah, sulit), lingkungan sekolah, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca.
2.2.4.1 Faktor Pendorong Minat Baca
Menurut Sutarno NS dalam buku perpustakaan dan masyarakat (2006:29) menjabarkan faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat baca masyarakat sebagai berikut:
1. Rasa ingin tau yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi.
2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan bacaan yang menarik, berkualitas, dan beragam.
3. Keadaan limgkungan sosial yang kondusif, maksudnya adanya iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca.
4. Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani.
Menurut Fuad Hasan dalam Sutarno (2006:27), faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah :
1. Ketertarikan 2. Kegemaran
3. Hobi membaca, dan
4. Pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya. Inilah sebuah formula yang secara ringkas untuk mengembangkan minat dan budaya baca. Dari rumusan konsepsi tersebut tersirat tentang perlunya minat baca dibangkitkan sejak dini (kanak-kanak).
2.2.4.2 Faktor penghambat minat baca
Menurut Almasyari dan Djaja (2007:10-11) rendahnya minat baca disebabkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu :
1. Kemiskinan
Sebagian besar masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskinan, indikatornya adalah pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah.
Dengan pendapatan yang rendah, sulit untuk memenuhi beragam kebutuhan pokok. Oleh karena itu, wajar apabila rakyat tidak memprioritaskan membeli buku, uang yang mereka miliki lebih baik dibelanjakan untuk kebutuhan hidup yang lain.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti perpustakaan
Masyarakat kita masih memprioritaskan bagaimana mengatasi kemiskinan dan kesulitan hidup. Masih terlalu sedikit masyarakat yang memiliki kesadaran untuk membentuk perpustakaan di lingkungan keluarga masing-masing. Hal ini tidak mengherankan karena budaya membaca telah terdesak oleh budaya televisi. Anak-anak lebih betah tinggal di depan layar televisi daripada harus membaca beberapa lembar buku, surat kabar, atau buku cerita yang mereka miliki.
3. Minimnya peran serta swasta
Pembentukan perpustakaan jelas membutuhkan anggaran yang tidak kecil. Untuk membuat tempat yang bisa dijadikan perpustakaan saja
memerlukan biaya yang tidak kecil apalagi harus membeli beragam jenis bahan pustaka. Belum lagi untuk menggaji karyawan yang diberi tugas menjaga dan mengelola perpustakaan. Swasta yang dimaksud bisa berasal dari perusahaan terdekat, LSM, atau jaringan masyarakat kota yang telah sukses.
Sedangkan menurut Damaiwati (2007:29) menyatakan bahwa yang menjadi faktor penyebab rendahnya minat baca adalah :
1. Televisi
Sungguh teramat memprihatinkan ketika proses pembelajaran di keluarga sekarang ini di dominasi hasil didikan televisi. Bahasa televisi yang singkat, simpel dan memikat, membuat anak sering ketagihan dan menjadi malas belajar. Orang yang kebanyakan menonton TV menjadi tidak suka membaca, berfikirnya jadi linier, tidak kritis dan kreatif.
Padahal membaca adalah kunci untuk mendapat ilmu. Kunci untuk membangun sebuah peradaban.
2. Kultur Keluarga
Masyarakat kita lebih suka ‘ngobrol’ daripada memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca. Bercerita lebih umum dibandingkan membaca. Menurut para pakar masyarakat, hal ini dikarenakan masyarakat kita masih bersifat gameinnschaft yaitu suatu masyarakat yang kontak-kontak pribadinya masih memgang peranan penting daripada kontak-kontak yang mengguankan simbol. Bahasa tulis merupakan salah satu kontak yang menggunakan simbol.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hal itulah yang menyebabkan membaca belum dijadikan sebagai suatu kebiasaan secara terus menerus dan berkelanjutan yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya budaya baca dalam suatu masyarakat.
2.2.5 Upaya Pengembangan Minat Baca
Upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat tidak dapat dibebankan pada keluarga saja, masyarakat saja, atau lembaga pendidikan saja. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Ketiga aspek itu perlu dilakukan bersamaan. Guru dan pustakawan berperan penting dalam meningkatkan minat baca baca peserta didik maupun masyarakat. Agar dapat berperan meningkatkan minat baca, guru dan pustakawan harus mempunyai minat baca yang tinggi. Keteladanan perlu diberikan
kepada masyarakat. apabila guru dan pustakawan tidak memiliki minat baca yang tinggi, mustahil dapat menjalankan tugasnya dalam meningkatkan minat baca.
Sebagian besar waktu anak adalah di rumah, berumpul bersama keluarga. Untuk meningkatkan minat baca dapat dimulai sejak anak masih balita belum dapat membaca. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting. Kegiatan yang dapat dilakukan di tengah keluarga adalah:
1. Kegiatan Mendongeng
Kegiatan mendongeng biasanya dilakukan oleh ayah, ibu, kakek, atau nenek terhadap anak balita yang masih belum lancar membaca.
Lazimnya kegiatan mendongeng dilakukan saat anak menjelang tidur malam. Kegiatan mendongeng penting untuk mengembangkan imajinasi anak dan memupuk rasa ingin tahu anak. Dalam hal ini pendongeng perlu memilih materi yang sesuai dengan anak. Dongeng tentang kancil, tupai, atau sejenisnya saat ini asing bagi anak, karena sudah anak- anak, terutama anak perkotaan jarang yang mengenal binatang itu.
Masalah yang timbul dalam mendongeng biasanya pendongeng kehabisan materi dongeng, karena kegiatan mendongeng dilakukan hampir setiap malam. Untuk mengatasi hal itu pendongeng bisa membacakan buku.
2. Tersedianya bacaan di rumah
Anak-anak atau orang tua akan membaca jika ada bahan bacaan. Untuk membuat anak-anak gemar membaca, orang tuanya pun harus gemar membaca. Setidak-tidaknya orang tua menyediakan bahan bacaan di rumah. Bahan bacaan dapat berupa buku, majalah, atau surat kabar.
Dewasa ini berlangganan surat kabar relatif murah, namun sebagian masyarakat masih lebih mementingkan hal lain seperti pulsa sebagai media komunikasi daripada surat kabar. Keuntungan berlangganan surat kabar, satu surat kabar bisa dibaca oleh satu keluarga.
3. Mendiskusikan isi buku yang dibaca
Kegiatan membaca dalam ilmu bahasa termasuk kegiatan reseptif, yaitu menyerap isi buku yang dibaca. Kegiatan membaca sebaiknya diikuti dengan kegiatan berdiskusi, paling tidak orang tua di rumah bisa menanyakan tentang isi buku yang dibaca oleh anak-anak di rumah.
Kalau buku itu merupakan buku konsumsi segala usia seperti buku keagamaan, atau buku tentang biografi seseorang, bisa didiskusikan dalam satu keluarga.
4. Mengunjungi toko buku
Berekreasi tidak hanya ke tempat-tempat yang berpemandangan indah seperti gunung dan laut, toko buku bisa dijadikan sarana rekreasi.
Anak-anak akan merasa senang diajak ke toko buku, karena di toko banyak pilihan. Di toko buku ada pula buku-buku yang tidak terbungkus plastik, dan dapat dibaca atau sekedar dilihat isinya. Dengan mengunjungi toko buku,dapat diketahui jika ada buku baru yang terbit.
5. Memberi hadiah buku
Anak-anak saat berulang tahun biasanya diberi hadiah barang-barang yang berharga mahal, seperti pakaian, mainan, hp, atau diajak makan- makan di rumah makan. Kebiasaan member kado buku saat ulang tahun merupakan bagian kegiatan meningkatkan minat baca. Kegiatan itu lebih bernilai positif daripada sekadar memberikan hadiah barang- barang yang berharga mahal. Hardjoprakosa (2005 : 146) mengemukakan gagasan untuk meningkatkan minat baca, yaitu bahwa membaca harus dipromosikan sebagai kegiatan keluarga dan sekolah, sebaiknya dijadikan tradisi untuk memberi hadiah buku pada setiap ulang tahun, naik kelas dan lainnya, mengajak anak ke toko buku untuk memberi kesempatan anak memilih sendiri buku yang diinginkan.
2.2.5 Aspek-aspek Minat Baca
Hurlock mengemukakan (1980:116) mengemukakan bahwa minat sendiri terdiri dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan di masa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Minat pada aspek ini berpusat pada apakah hal yang diminati akan menguntungkan dan mendatangkan kepuasan pribadi. Misalnya kegiatan membaca, ketika siswa melakukan kegiatan membaca tentu saja mengharapkan sesuatu yang didapat dari proses membaca sehingga banyak manfaat yang didapat dari kegiatan membaca. Jumlah waktu yang dikeluarkan pun berbanding lurus dengan kepuasan yang diperoleh akibat membaca sehingga kegiatan membaca akan menjadi tetap, yang pada gilirannya ini akan menjadi sebuah kebutuhan yang sifatnya terpenuhi.
2. Aspek Afektif
Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat ditampilkan dalam sikap terhadap kegiatan
yang diminati akan terbangun. Seperti aspek kognitif, aspek afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan teman yang mendukung terhadap aktivitas yang diminati. Siswa yang memiliki minat baca yang tinggi akibat kepuasan dan manfaat yang didapat serta mendapat penguatan respons dari orang tua, teman, dan lingkungan, maka anak akan memiliki ketertarikan dan keinginan sehingga mau meluangkan waktu khusus dan frekuensi yang tinggi untuk membaca.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa aspek minat membaca meliputi:
1. Perasaan senang dengan kegiatan membaca.
2. kebutuhan akan kegiatan membaca.
3. keinginan mencari bahan bacaan.
4. keinginan melakukan kegiatan membaca.
5. ketertarikan untuk membaca.
2.2.6 Peranan Perpustakaan dalam Pembinaan Minat Baca
Diperlukan apresiasi terhadap para pengunjung setia perpustakaan untuk memotivasi pemustaka lain agar lebih sering mengunjungi perpustakaan. Apresiasi itu dapat dituangkan melalui pemberian hadiah menarik ataupun pemberian penghargaan tertulis dari pihak pengelola untuk pengunjung terbaiknya. Bazar dan pameran, untuk menciptakan perpustakaan yang inovatif, penyelenggaraan bazar atau pameran buku di perpustakaan tentu akan sangat menarik. Banyak kreasi yang bisa dituangkan para anggota perpustakaan untuk mengisi kegiatan tersebut misalnya bazar dengan konsep kompetisi atau perlombaan atau pameran yang tidak hanya menampilkan buku tetapi bisa juga berupa fotografi dan yang lainnya. Pembinaan minat baca di perpustakaan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
1. Menyediakan perpustakaan yang representatif, baik gedung maupun ruangan dan perabotan yang memadai.
2. Koleksi yang terus berkembang dan bervariasi.
3. Tenaga pengelola perpustakaan yang profesional 4. Tersedianya dana secara rutin.
5. Pelayanan perpustakaan yang prima berorientasi pada kepuasaan pengguna.
6. Mengadakan promosi perpustakaan dan pameran buku.
7. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain untuk meningkatkan pelayanan.
Ada indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari beberapa banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut kebutuhan pribadi bukan dipaksa maka semakin tinggi tingkat budaya bangsa tersebut.
Masyarakat yang mampu membawa perubahan adalah masyarakat yang memiliki minat baca terbesar sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan. Dengan membaca, kita bisa melihat perkembangan dunia sekeliling kita, mendapatkan ilmu lebih, ataupun mendapatkan sebuah pengetahuan yang sebelumnya kita tidak tahu sama sekali.
BAB III
PROGRAM PENINGKATAN MINAT BACA MASYARAKAT OLEH PERPUSTAKAAN CINTA BACA MEDAN SUNGGAL
Salah satu tujuan Perpustakaan Cinta Baca adalah meningkatkan minat baca masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Perpustakaan Cinta Baca memiliki program-program yang mampu meningkatkan minat baca sebagai berikut:
3.1 Program Perpustakaan Cinta Baca
Perpustakaan Cinta Baca memiliki 4 program utama yang diharapkan mampu meningkatkan minat baca masyarakat. Berikut adalah program-program Perpustakaan Cinta Baca:
3.1.1 Kejar Baca
Kejar Baca merupakan kegiatan pertama yang dilakukan setelah perpustakaan dibuka, baik Perpustakaan Kota, Taman Bacaan, maupun Pos Baca. “Kejar” merupakan singkatan dari Kelompok Belajar, kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat terutama di sekitar perpustakaan. Pembacaan buku dengan cara yang menarik dilakukan oleh fasilitator kepada anak-anak di kelompok dalam bentuk, antara lain:
1. Storytelling
Storytelling adalah cara yang dilakukan untuk menyampaikan suatu cerita kepada para penyimak, baik dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, maupun suara. Orang yang ingin menyampaikan storytelling harus mempunyai kemampuan public speaking yang baik, memahami karakter pendengar, meniru suara-suara, pintar mengatur nada dan intonasi serta keterampilan memakai alat bantu. Kegiatan ini dilakukan oleh para staff perpustakaan yang secara bergantian bercerita dihadapan anak-anak.
2. Pesbuker
Pesbuker adalah singkatan dari Pentas Buku Berkarakter, pesbuker ini adalah kegiatan membacakan buku dengan menggunakan media visual, yaitu ala-alat peraga maupun kostum yang menarik. Kegiatan membacakan buku ini bertujuan untuk membawa kekayaan dunia bacaan kepada anak-anak dengan maksud menumbuhkan minat dan kecintaan membaca buku, kreativitas anak, serta menanamkan nilai-nilai yang membangun karakter berbudi luhur. Program ini bertujuan agar anak-anak tertarik dengan buku dengan cara mengenalkan buku dengan cara yang menarik pula. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari Jum’at pada pukul 14.00 WIB di Perpustakaan Cinta Baca.
3.1.2 Kejar Cerdas
Kejar Cerdas adalah sebuah kelompok belajar yang terdiri dari 6-8 keluarga yang tinggal di sekitar Perpustakaan Cinta Baca. Mereka dibina dengan kurikulum khusus yang dalam setahun melakukan 10 kali pertemuan kelompok untuk meningkatkan minat baca dan penididikan keluarga. Para orangtua dilatih membacakan buku kepada anak secara kreatif dan di motivasi untuk membangun budaya baca di tengah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan, dan membina minat membaca anak. Orangtua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan manusia untuk itu orangtua dapat menjadikan dirinya teladan bagi anaknya.
Kegiatan ini rutin dilakukan hampir setiap bulan nya di pos-pos baca yang dimiliki Perpustakaan Cinta Baca. Fasilitator program Kejar Cerdas ini adalah staff-staff lapangan pada masing-masing pos baca. Kegiatan ini gratis bagi para orang tua yang ingin mengikuti Kejar Cerdas ini.
3.1.3 Kejar Sehat
Kejar Sehat merupakan kelanjutan Kejar Cerdas. Setelah minat baca tumbuh di tengah-tengah keluarga, diharapkan anggota kelompok tersebut akan memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengakses pengetahuan secara mandiri. Kelompok ini terdiri dari 12-16 keluarga yang telah menyelesaikan minimal setengah dari kurikulum
Kejar Cerdas. Dalam kelompok ini, para orangtua dibina untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga memiliki pola dan budaya hidup sehat secara mandiri dan ikut memotivasi keluarga lain di lingkungan mereka. Kejar Sehat dijalankan kurang lebih selama dua tahun dengan mengadopsi program CHE (Comunity Health Education). Kejar Sehat membina keluarga agar sehat tidak hanya secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Namun sayangnya kegiatan ini belum bisa dijalankan oleh Perpustakaan Cinta Baca karena belum maksimalnya program Kejar Cerdas.
3.1.4 Kejar Luhur
Kejar Luhur merupakan kegiatan yang mengajarkan kepada keluarga, terutama orangtua, berbagai kualitas karakter yang baik sehingga anak-anak dan seluruh anggota keluarga dan masyarakat disekitarnya bisa hidup harmonis dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan. Kejar Luhur merupakan kelanjutan dari Kejar Sehat, Kelompok terdiri dari 5-10 keluarga dan pembahasan materi seputar bagaimana nilai- nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, dapat diterapkan, dilestarikan, dan dikembangkan di tengah masyarakat. Kejar Luhur dilaksanakan dalam kurun 1 tahun dengan 10-12 pertemuan.
Program ini juga belum berjalan seperti Kejar Sehat, mengingat semua program yang dilakukan Perpustakaan Cinta Baca saling berkesinambungan, maka program ini belum bisa dijalankan jika program-program sebelumnya belum bisa dilaksanakan dengan maksimal.
3.2 Pos Baca Perpustakaan Cinta Baca
Perpustakaan Cinta Baca mengembangkan kegiatan-kegiatan menarik dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga mau datang ke perpustakaan dan menjadikannya tempat menarik. Berbagai jenis pendidikan non formal yang tepat sasaran, murah, namun berkualitas dikembangkan di perpustakaan Cinta Baca untuk meningkatkan pendidikan masyarakat yang kerap tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang tinggi. Banyak program yang dijalankan oleh Yayasan Cinta Baca, salah satunya Pos Baca yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menjawab kebutuhan perpustakaan
Indonesia. Pos baca didirikan berdasarkan data yang menjelaskan bahwa sekitar 50.000 desa belum punya perpustakaan.
Yayasan Cinta Baca Sumatera Utara memiliki 23 pos baca yang tersebar di berbagai daerah di Sumatera Utara. Berikut daftar pos baca Perpustakaan Cinta Baca yang ada di Sumatera Utara:
Data Pos Baca Perpustakaan Cinta Baca
No.
Nama
Perpustakaan
Tanggal Buka
Alamat Desa/
Kelurahan
Kecamatan Kabupaten/
Kota 1. Perpustakaan Cinta
Baca Medan
9 Maret 2009
Sunggal Medan Sunggal
Medan
2. PB Desa Dalu X 19 Juli 2010
Dalu X Tanjung Morawa
Deli Serdang 3. B Desa Matang
Setui
12 Januari 2011
Matang Setui
Langsa Barat
Langsa
4. PB Desa Bagan Kuala,Dusun 3
9
November 2011
Bagan Kuala
Tanjung Beringin
Serdang Berdagai
5. PB Mts. Amalul Iklas, Dusun Mesjid Pematang Nibun
21
September 2011
Lalang Medang Deras
Batu Bara
6. PB Desa Lalang 23 Agustus 2011
Lalang Sunggal Deli Serdang 7. PB Kelurahan
Rengas Pulau/ PB 3
November
Rengas Pulo
Medan Marelan
Medan
Nur Duha 2011 8. PB Kelurahan
Tanah 600/ PB Al Barokah
16
Desember 2011
Tanah 600 Medan Marelan
Medan
9. PB Tandam Hilir I 2 Juli 2012 Tandam Hilir
Hamparan Perak
Deli Serdang 10. PB Paud Asoka
Jaya Tanah 600
2 Juli 2012 Tanah 600 Medan Marelan
Medan
11. PB Kelurahan Terjun
2 Juli 2012 Terjun Medan Marelan
Medan
12. PB Klambir Lima Kampung
2 Juli 2012 Klambir Lima Kampung
Hamparan Perak
Deli Serdang
13. PB Paud Atika KM 13,5 Tanjung Morawa
9
November 2012
Bangun Sari
Tanjung Morawa
Deli Serdang
14. PB Desa Bangun sari/ PB Al Karim
9
November 2012
Bangun Sari
Tanjung Morawa
Deli Serdang
15. PB Desa bangun Sari Baru/ PB Anggrek
9
November 2012
Bangun Sari Baru
Tanjung Morawa
Deli Serdang
16. PB TK Bunga Tanjong, Tanjung Morawa
9
November 2012
Tanjung Morawa
Tanjung Morawa
Deli Serdang
17. PB Desa Medan Sinembah/PB Bina Bangsa
18
Desember 2012
Medan Sinembah
Tanjung Morawa
Deli Serdang
18. PB Desa Bandar Labuhan/ PB Nadya
1
November 2012
Bandar Labuhan
Tanjung Morawa
Deli Serdang
19. PB RA Bintang III A
16 Mei 2013
Tumpatan Beringin Deli Serdang 20. PB Perbarakan 16 Mei
2013
Pembarak an
Lubuk Pakam
Deli Serdang 21. PB Kelurahan Paya
Pasir/PB Bunda Pertiwi
24 Juni 2011
Paya Pasir Medan Marelan
Medan
22. PB Bangun Rejo November 2014
Bangun Rejo
Tanjung Morawa
Deli Serdang 23. PB Al Farabi Juli 2015 Butu
Badimbar
Tanjung Morawa
Deli Serdang Tabel 3.1 Tabel Daftar Pos Baca Perpustakaan Cinta Baca Sumut Jumlah Perpustakaan:
Perpus Kota : 1 Pos Baca : 22 Jumlah : 23
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program Perpustakaan Cinta Baca
Kegiatan pengelolan perpustakaan tentu saja mengalami hambatan/kendala dan dukungan dalam pelaksanaannya. Hambatan adalah faktor-faktor yang menghambat terlaksananya program secara maksimal. Selain hambatan yang dihadapi, Perpustakaan Cinta Baca juga memiliki faktor pendukung dalam terlaksananya program-program yang di kerjakan.
3.3.1 Faktor Penghambat 1. Lingkungan keluarga
Kurangnya dukungan dari keluarga yang tak membiasakan budaya baca dirumah menyebabkan anak malas untuk membaca dan berkunjung ke perpustakaan. Rendahnya tingkat kunjungan perpustakaan tentu berimbas pada sulitnya menjalankan program-program yang direncanakan.
2. Lingkungan masyarakat
Kurangnya keperdulian masyarakat menjadi salah satu alasan terhambatnya pelaksanaan program-program perpustakaan. Para orang tua anak belum menganggap membaca itu penting. Selain itu para masyarakat juga menganggap program-program yang dilaksanakan Perpustakaan Cinta Baca tidak penting dan tidak menarik, sehingga enggan untuk datang dan menghadiri kegiatan yang diadakan dilingkungan masyarakat. Pada akhirnya program-program yang dilaksanakan tidak dapat berjalan secara maksimal karena kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat.
3. Perkembangan teknologi yang semakin canggih
Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat anak-anak mulai mengenal gadget, game, sosial media, dll. Kondisi ini menyebabkan anak- anak sulit tertarik untuk membaca buku, apalagi mengunjungi perpustakaan.
Anak-anak lebih tertarik mengunjungi warnet untuk bermain game.
4. Sarana yang minim
Lingkungan yang kurang mendukung menjadi salah alasan rendahnya minat baca dikalangan anak dan remaja. Begitu juga sarana sekolah yang masih banyak belum memiliki perpustakaan atau belum memiliki perpustakaan yang layak. Hal ini menyebabkan anak-anak malas untuk datang ke perpustakaan. Sehingga menyebabkan sulitnya menjalankan program perpustakaan tanpa adanya dukungan masyarakat sekitar perpustakaan.
3.3.2 Faktor Pendukung
1. Masih banyak masyarakat yang perduli pentingnya membaca
Tidak semua masyarakat beranggapan membaca itu tidak penting atau tidak menarik. Masih banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya berkunjung ke perpustakaan.
2. Ruangan perpustakaan yang nyaman
Ruangan yang nyaman menjadi salah satu alasan masyarakat mau berkunjung ke perpustakaan. Kenyamanan ini lah yang membuat sebagian anak-anak di sekitar Perpustakaan Cinta Baca senang datang ke perpustakaan. Dengan begitu, para pegawai perpustakaan bisa terus mengajak anak-anak untuk datang dan menawarkan hal-hal yang menarik di perpustakaan, sehingga bisa terlaksananya program-program perpustakaan.
3. Donasi buku
Banyak sumbangan-sumbangan buku melalui perorangan maupun lembaga- lembaga tertentu sangat membantu dalam perkembangan perpustakaan dan membantu berjalannya program.
4. Lokasi yang strategis
Dalam menjalankan programnya, tidak semua masyarakat menganggap program-program perpustakaan tidak menarik. Lokasi perpustakaan maupun pos baca yang strategis, memudahkan pihak pengelola perpustakaan mengajak masyarakat sekitar untuk menjalankan program-program Perpustakaan Cinta Baca.
3.4 Program Non Formal Perpustakaan Cinta Baca
Program non formal adalah program diluar program-program utama yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Perpustakaan Cinta memiliki beberapa program non formal sebagai berikut:
3.4.1 Klub Bahasa Inggris
Klub ini diperuntukkan bagi anak-anak yang ingin mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui berbagai kegiatan di Cinta Baca. Klub ini memiliki berbagai kegiatan menarik bersama tamu-tamu dari luar negeri yang akan membantu setiap anggotanya untuk dapat lebih fasih berbahasa Inggris dan berani untuk berbicara dalam Bahasa Inggris. Program ini sudah dilaksanakan di Perpustakaan Cinta Baca pusat yang terletak di Bogor.
Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal juga mulai melaksanakan program ini di perpustakaannya. Setiap masyarakat yang ingin mengikuti kegiatan ini harus membayar Rp.10.000 setiap pertemuan.
3.4.2 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
Membantu mempersiapkan anak-anak usia 5 - 6 tahun untuk memasuki jenjang Sekolah Dasar. Dua kali dalam seminggu murid-murid akan belajar berbagai kemampuan dasar dengan cara yang menarik. Kemampuan yang diajarkan meliputi;
pengenalan akan bentuk, warna, angka, huruf dan membaca. Para orangtua bekerjasama dengan Cinta Baca dalam melaksanakan program ini, karena program ini pun bertujuan untuk membantu anak-anak yang berasal dari golongan tidak mampu agar mereka mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan. Program ini dilakukan di pos-pos baca Perpustakaan Cinta Baca di berbagai daerah dan Perpustakaan Cinta Baca pusat di bogor. Untuk Perpustakaan Cinta Baca Medan Sunggal sendiri belum menjalankan program ini.
3.4.3 Program Belajar dan Bermain
Belajar sambil bermain adalah metode belajar paling efektif. Melalui metode ini anak-anak jadi lebih kreatif dan aktif. Mereka jadi lebih senang mengikuti pelajaran serta tidak mudah bosan. Tidak hanya itu, anak juga bisa memperoleh beberapa keterampilan tambahan di luar materi yang diajarkan. Penggunaan dan pengaturan
lingkungan belajar merupakan suatu kegiatan yang didasarkan atas berbagai pertimbangan. Baik yang terkait dengan pengembangan anak secara optimal, maupun yang terkait dengan luasnya ruangan yang tersedia, ataupun bahan-bahan dan peralatan yang ada. Pengaturan lingkungan belajar dan bermain perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, baik dalam segi perkembangan kognitif, motorik, bahasa, maupun psikososial. Program ini bertujuan mengajak anak-anak belajar dan membaca sambil bermain di perpustakaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kreatifitas seperti menggambar, mewarnai, menulis, membaca, dll. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap Kamis di Perpustakaan Cinta Baca pada pukul 14.00-16.00 WIB.
3.4.4 Donasi Buku
Perpustakaan Cinta Baca memiliki program Gerakan Donasi Buku Cinta Baca.
Melalui pembangunan perpustakaan di tengah masyarakat, yang berfungsi sebagai pusat pembelajaran masyarakat, Cinta Baca melakukan pemberdayaan masyarakat berbasis perpustakaan. Melalui sarana dan program ini, masyarakat sekitar perpustakaan tidak saja memiliki akses ke dunia pengetahuan secara mandiri, tetapi juga ditolong untuk mengalami peningkatan taraf dan kualitas hidup. Melihat betapa strategis keberadaan Perpustakaan serta buku-buku yang menunjang pengetahuan, Yayasan Cinta Baca akan merevitalisasi puluhan ribu koleksi buku yang ada di perpustakaan Cinta Baca. Buku donasi akan digunakan untuk menambah dan memperbarui koleksi Perpustakaan Cinta Baca. Selain buku, donasi juga bisa berbentuk uang. Alokasi dana tersebut akan di belanjakan buku sesuai kebutuhan Perpustakaan Cinta Baca. Adapun kriteria buku yang dapat di donasikan adalah:
1. Buku layak baca
2. Segmentasi untuk anak-anak dan remaja 3. Tidak mengandung unsur sara
4. Buku pelajaran/sains (tidak berbasis kurikulum)
5. Komik edukatif (tidak memuat unsur kekerasan dan pornografi).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari program peningkatan minat baca masyarakat oleh Perpustakaan Cinta Baca dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perpustakaan Cinta Baca adalah perpustakaan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara membangun Pusat Pembelajaran Masyarakat melalui perpustakaan yang mampu bermultiplikasi dan mewujudkan terciptanya manusia yang cerdas dan berbudi luhur.
2. Perpustakaan Cinta Baca berdiri dilatar belakangi karena 3 hal yaitu, rendahnya minat baca di kalangan masyarakat, banyak perpustakaan sekolah yang tidak layak, dan Perpustakaan Cinta Baca ingin berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Pada awalnya Perpustakaan Cinta Baca merupakan perpustakaan umum, namun berubah menjadi perpustakaan anak pada tahun 2015. Perpustakaan Cinta Baca ingin menularkan budaya baca dimulai dari anak-anak.
4. Perpustakaan Cinta Baca memiliki 12.561 koleksi buku, dengan rincian 70%
koleksi anak dan 30% koleksi umum.
5. Perpustakaan Cinta Baca memiliki program-program sebagai usaha untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Program-program utama Perpustakaan Cinta Baca yaitu program Kejar Baca, Kejar Cerdas, Kejar Sehat, dan Kejar Luhur.
6. Selain program-program utama, Perpustakaan Cinta Baca juga memiliki PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Program Belajar dan Bermain.
7. Dalam menjalankan program-program nya, Perpustakaan Cinta Baca mengalami hambatan-hambatan maupun faktor pendukung terlaksananya program-program perpustakaan. Hambatan-hambatan yang dialami yaitu, kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat,