• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid tidak dapat dilepaskan dari peradaban Islam sebagai bangunan tempat ibadah umat Islam dan seni bangunan kebudayaan Islam. Masjid merupakan bangunan suci bagi umat Islam karena masjid sebagai rumah Allah.

Masjid memiliki peran penting sebagai tempat melaksanakan ibadah sholat dan tempat mengajarkan Islam. Ajaran Islam berasal dari Arab yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi Muhammad wafat, ajaran agama Islam mulai menyebar keluar dari tanah Arab ke berbagai negara hingga masuk ke Indonesia. Masuknya Islam memberikan pengaruh pada kebudayaan yang ada di Indonesia dan sebaliknya sifat-sifat budaya lokal juga ikut diadopsi oleh kebudayaan Islam di nusantara khususnya Jawa. Kebudayaan Islam yang ada di Jawa dapat terlihat pada bangunan masjid-masjid kuno yang menjadi bangunan penting dalam sejarah kehidupan umat Islam di Jawa. Pembangunan masjid menjadi titik tolak utama yang menjadi pusat perhatian sebelum bangunan- bangunan lain dibuat sebagai rangkaian kehidupan umat Islam, yaitu bangunan- bangunan yang bersifat non-religi sebagai fasilitas pembantu dalam kebutuhan manusia, seperti istana, keraton puri, bangunan benteng pertahanan dan makam.

Perkembangan bentuk masjid yang bervariasi akibat dari pengaruh daerah tempat berkembangnya atau selera manusia yang membuatnya. Hal ini tidak merubah pokok tujuan utama bangunan masjid yaitu, bangunan yang digunakan untuk melaksanakan ajaran Islam secara keseluruhan (Rochym, 1983:2 - 4).

Masjid memiliki beberapa sebutan atau nama berdasarkan bentuk, fungsi dan sejarahnya. Menurut Rasjid dan Tjandrasasmita (Depdikbud, 1998:7) masjid mempunyai beberapa sebutan seperti Masjid Jami' yang biasanya digunakan untuk sholat Jumat berjama'ah, Memorial Masjid atau masjid yang digunakan sebagai peringatan peristiwa penting bersejarah umat Islam, masjid makam yang dibangun

commit to user

(2)

dalam komplek pemakaman. Ada pula istilah mushola yaitu masjid untuk sholat sehari-hari, tetapi tidak untuk melaksanakan sholat Jumat.

Beberapa bagian masjid memiliki fungsi membantu pelaksanaan ibadah seperti mimbar (minbar), tempat yang digunakan untuk memberikan ceramah, bentuknya biasanya pada masjid-masjid kuno seperti singgasana raja yang menghadap ke arah jamaah. Mimbar digunakan untuk memudahkan khotib didengar dan dilihat oleh jamaah. Sholat umat Islam mengarah ke kiblat atau arah kabah yang ada di kota Mekah. Pada bagian depan masjid bagian tengah dinding masjid dibentuk ruang kecil pada dinding sebelah barat yang mengarah ke kiblat yang disebut mihrab (Sumalyo, 2006:7). Kiblat merupakan arah sholat umat Islam yang mengarah pada Ka'bah yang ada di Mekah. Bagian masjid lain yang menjadi bagian penting dari bangunan masjid adalah tempat wudhu, yang digunakan jama'ah berwudhu sebelum melaksanakan sholat. Pada abad VIII, masjid mulai menggunakan minaret atau menara untuk mengumandangkan adzan. Masjid di Indonesia tidak semua memiliki minaret atau menara, sebagian masjid di Indonesia utamanya di Jawa menggunakan bedug untuk menandakan waktu sholat.

Bentuk arsitektur masjid dapat berubah berdasarkan lingkungan, tempat dan zaman didirikan. Arsitektur masjid pada masa lalu lebih menekankan pada ketepatgunaan (efektivitas), sedangkan akhir-akhir ini lebih menekankan pada pendayagunaannya (efisiensi) (Ronald, 2005:2). Hal ini mempengaruhi struktur masjid yang menyesuaikan dari kebutuhan umat Islam di tempat atau daerah tersebut dari masa ke masa. Perkembangan Islam yang ada pada suku bangsa di luar wilayah Arab, memberikan pengaruh terhadap keberagaman bentuk arsitektur masjid, karena pengaruh unsur kebudayaan setempat pada tata ruang, konstruksi, dekorasi dan aspek-aspek arsitektural lainnya. Pada arsitektur masjid-masjid bersejarah di Indonesia juga mendapat pengaruh budaya Islam dan budaya-budaya sebelum Islam masuk di Indonesia. Menjadi ciri khas tersendiri pada seni bangunan masjid di Indonesia. Pengaruh budaya sebelum Islam tidak hanya dari budaya asli masyarakat Indonesia saja tetapi juga dari budaya-budaya asing lain yang datang ke Indonesia sebelum Islam seperti budaya Hindu-Buddha dan Cina. commit to user

(3)

Unsur budaya Hindu-Buddha dapat kita temui pada bentuk-bentuk masjid-masjid kuno di Jawa yang cenderung memanfaatkan bentuk atap bertingkat, ruang masjid yang berbentuk pendapa, gapura berbentuk candi Bentar, ukir-ukiran gaya Hindu-Jawa dan menara berbentuk candi (Sunarmi, Guntur &

Utomo, 2007:182). Bentuk atap susun pada masjid-masjid kuno di Indonesia menurut Pijper (1947) dan Stutterheim (1948) memperlihatkan bentuk atap tersusun tingkat menyerupai arsitektur budaya Bali yang berasal dari kosmologi Hindu, yang menjadi dasar dari atap bersusun pada bangunan masyarakat Jawa.

Ada perbedaan pendapat mengenai asal dari atap tingkat ini, menurut Graaf (2004) dan Lombard (1996) menganggap bahwa atap beringkat juga merupakan pengaruh dari budaya Cina yaitu model atap pagoda yang memberikan penaruh kuat pada masjid-masjid kuno Jawa, hal ini dikarenakan abad 15-16 M adanya para pedagang Cina Islam yang banyak menetap di pantai bagian utara pulau Jawa yang ikut menyebarkan ajaran Islam (Handinoto, 2010:164). Tata letak bangunan masjid biasanya berdekatan dengan dengan istana atau pusat pemerintahan. Di sebelah utara istana terdapat alun-alun dan masjid didirikan pada pinggir sebelah barat alun-alun. Model ini merupakan kosmologi tata letak kota kerajaan Mataram Islam yang biasanya digunakan oleh kota-kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Hal ini mengarah pada maksud tertentu, yaitu bila alun-alun dipergunakan sebagai tempat pertemuan antara raja dana rakyat, maka masjid adalah tempat menyatunya rakyat dengan raja sebagai hamba Allah.

Masjid menjadi bangunan yang sangat penting dalam kegiatan beribadah umat Islam. Arsitekturnya dengan segala kelengkapan, bentuk, gaya, corak dan penampilan menyesuaikan waktu, lingkungan dan latar belakang manusia yang menciptakannya. Seni bangunan masjid adalah salah satu strategi penyebaran Islam untuk menarik perhatian masyarakat untuk mengenal Islam, ini dilakukan oleh para ulama dan wali dengan akulturasi budaya dalam wujud seni bangunan.

Akulturasi dapat terjadi bila adanya budaya pendatang yang kemudian diterima dan diolah sedemikian rupa kedalam kebudayaan asli daerah itu tanpa menghilangkan kepribadian budaya. Pada proses akulturasi menurut Young Kim (1982) dalam lakey (2003:105) menjelaskan bahwa "proses akulturasi merupakan commit to user

(4)

proses interaktif dan berkelanjutan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosiokultural baru. Kompetensi komunikasi yang diperoleh, pada gilirannya, mencerminkan tingkat akulturasi imigran itu".

Salah satu masjid dengan akulturasi budaya adalah Masjid Al-Mubarok yang ada di Desa Kacangan, Kecamatan Brebek, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Adanya yoni di depan bangunan Masjid Al-Mubarok juga disebut dengan Masjid Yoni Al-Mubarok. Didirikan pada 1745 Tahun Jawa, saat Nganjuk masih menjadi

Kadipaten Brebek yang dipimpin oleh K.R.Tumenggung Sosrokoesoemo I oleh masyarakat Berbek dan sekitar di kenal dengan nama Kanjeng Jimat. K.R.T.

Sosrokoesoemo I bukan hanya ditugaskan untuk memperkuat kekuasaan pada masa itu, tetapi juga untuk berdakwah mengajarkan Islam (Mutiatun, 2018:10).

Bentuk bangunan masjid memperlihatkan adanya percampuran budaya khas Jawa, Islam, dan Hindu-Buddha. Arca yoni yang ada di depan masjid merupakan peninggalan sejarah yang ditemukan pada masa pembangunan masjid dan di letakkan di depan masjid yang difungsikan menjadi bencet yang digunakan sebagai penunjuk waktu sholat dan terdapat makam di belakang masjid atau di Barat masjid yang merupakan makam Bupati Kabupaten Berbek I dan keluarga.

Percampuran budaya ini tidak terlepas dari adat yang kepercayaan masyarakat Brebek yang merupakan masyarakat Jawa yang menghargai warisan budaya leluhur.

Bangunan Masjid Al-Mubarok yang mengadopsi bentuk dan unsur bangunan dari beberapa kebudayaan, baik itu dari budaya Islam maupun budaya pra Islam yang dipercayai oleh masyarakat sekitar masjid. Pengambilan unsur- unsur budaya ini tidak luput dari makna dan nilai luhur yang ingin disampaikan kepada orang yang mengunjungi dan beribadah di Masjid Al-Mubarok. Peserta didik yang mempelajari sejarah Masjid Al-Mubarok diharapkan dapat mengambil pembelajaran dari nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat dimasa lalu kepada generasi saat ini.

Pembelajaran sejarah yang diajarkan pada peserta didik sebagai penguat kesadaran siswa dalam belajar sejarah sebagai upaya meningkatkan motivasi dan commit to user

(5)

minat belajar di kelas. Kartodirdjo menjelaskan dalam Hamid (2014:49), mengenai manfaat dari belajar sejarah yaitu Pertama, dari masa dan situasi saat ini, kita dapat mengekstrapolasi fakta-fakta atau kekuatan-kekuatan yang berperan di masa lampau. Belajar sejarah dapat menjelaskan tentang situasi saat ini. Kedua, menganalisis peristiwa masa kini kita dapat membuat proyeksi masa depan.

Tentunya, analisis itu berdasarkan pada fakta sejarah.

Belajar sejarah selain mempelajari fakta-fakta yang terjadi di masa lampau, dapat membantu siswa dalam membuat diagnosis masa kini dan dapat memproyeksikan masa depan. Masjid Al-Mubarok merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan masa pemerintahan Bupati pertama Kabupaten Brebek yang hingga kini masih ada dan merupakan bukti sejarah perkembangan ajaran Islam yang ada di Kabupaten Nganjuk. sehingga hal ini penulis kaitkan dengan Pembelajaran Sejarah SMA kelas X Kompetensi Dasar (KD) 3.8 mengidentifikasi karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Islam Indonesia dan menunjukkan contoh dan bukti-bukti yangmasih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul Analisis Nilai Filosofi dan Historis dalam Akulturasi Budaya Masjid Al-Mubarok Nganjuk dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sejarah di SMA.

B. Rumusan masalah 1. Bagaimana sejarah Masjid Al- Mubarok Nganjuk?

2. Bagaimana nilai filosofi yang terkandung dalam akulturasi Masjid Al- Mubarok Nganjuk?

3. Bagaimana nilai historis yang terkandung dalam akulturasi Masjid Al- Mubarok Nganjuk?

4. Bagaimana relevansi nilai filosofi dan historis dalam akulturasi Masjid Al- Mubarok Nganjuk dengan pembelajaran sejarah di SMA?

commit to user

(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahn di atas, maka penulisan penelitian ini bertujuan ;

1. Untuk mengetahui sejarah dari Masjid Al- Mubarok Nganjuk

2. Untuk mengetahui nilai filosofi yang terkandung pada bangunan Masjid Al- Mubarok Nganjuk.

3. Untuk mengetahui nilai historis yang terkandung pada bangunan Masjid Al- Mubarok Nganjuk.

4. Mengetahui relevansi nilai filosofi dan historis Masjid Al-Mubarok dengan pembelajaran sejarah di SMA.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Secara umum, diharapkan penelitian ini secara teoritis mampu memberikan manfaat akademik, yaitu memperkaya wawasan keilmuan sejarah dengan adanya peninggalan sejarah.

b. Secara khusus, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada praktisi mengenai nilai filosofi dan historis dari akulturasi Masjid Al- Mubarok.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan antusiasme peserta didik di jenjang Sekolah Menengah Atas pada pembelajaran sejarah yang bermakna, menyenangkan, sekaligus sarat akan nilai-nilai karakter sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan di masa depan dengan bijaksana.

b. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi atau pengetahuan sejarah kepada masyarakat Indonesia commit to user

(7)

secara umum dan khususnya masyarakat Kabupaten Nganjuk mengenai sejarah dan makna Masjid Al-Mubarok Nganjuk sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga keberadannya.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Serta penelitian ini merupakan salah satu syarat penulis meraih gelar Sarjana Pendidikan.

commit to user

Referensi

Dokumen terkait

ayo kita coba bermain ayo kita coba bermain gerakan yang agak sulit gerakan yang agak sulit yaitu berjalan di balok titian yaitu berjalan di balok titian naiklah ke atas balok

Arus lalu-lintas (Q) atau volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik pada suatu ruas jalan per satuan waktu tertentu.. Karakteristik arus lalu lintas secara

Hasil ujicoba produksi massal industri yang dilakukan di PT Sintertech dengan kapasitas produksi yang dihasilkan mencapai 500-1000 pcs/hari telah menghasilkan magnet

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

PSEKP selain merupakan institusi penelitian dan kebijakan di Indonesia yang sangat responsif dalam melakukan kajian sosial ekonomi dan kebijakan pertanian dan telah banyak

Lingkungan yang kondusif menjadi faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya lingkungan yang kurang menyenangkan

Program PUP akan memberikan dampak terhadap peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR). Tujuan program Pendewasaan

1) Membantu meningkatkan penghasilan dan kemakmuran khususnya anggota dan masyarakat pada umumnya. 2) Membantu meningkatkan kemampuan usaha, baik perorangan maupun masyarakat.