DI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi & Bisnis Pada Jurusan Akuntansi
Disusun Oleh:
MUTMAINNAH YAHYANIM 10573 02602 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
DI MAKASSAR
MUTMAINNAH YAHYA
10573 02602 11
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
DI MAKASSAR
MUTMAINNAH YAHYA
10573 02602 11
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi & Bisnis Pada Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
Judul : Analisis Akuntansi Pendapatan dan Biaya Berbasis Syariah pada PT. Amanah Finance di Makassar
Nama Mahasiswa : Mutmainnah Yahya
Stambuk : 10573 02602 11
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar, Februari 2016
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
H. Andi Arman, SE., M.Si, Ak, CA Abd Salam HB, SE, M.Si, Ak, CA Mengetahui :
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Universitas Muhammadiyah Makassar Akuntansi
Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi yang telah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar No. ... Tahun 1436 H/2016 M. yang dipertahankan di depan penguji pada hari Sabtu tanggal 20 Februari 2016 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 20 Februari 2016 Dengan susunan panitia ujian sebagai berikut :
Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd (...)
(Rektor Unismuh Makassar)
Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA (...)
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM (...)
(Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
Anggota : 1. Drs. H. Sultan Sarda, MM (...) 2. Abd Salam HB, SE, M.Si, Ak, CA (...)
3. Samsul Rizal, SE.,MM (...)
Mutmainnah Yahya, Analisis Akuntansi Pendapatan dan Biaya
Berbasis Syariah Pada PT. Amanah Finance di Makassar, dibimbing oleh H. Andi Arman dan Abd Salam HB.
PT. Amanah Finance merupakan perusahaan yang bergerak dibidang lembaga pembiayaan syariah. Sebagai perusahaan pembiayaan syariah maka perusahaan perlu melakukan pencatatan atas pendapatan usaha yang diperoleh. Dimana fenomena yang terjadi dalam perusahaan bahwa selama ini perusahaan menerapkan pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara cash basis. Disisi lain sesuai dengan ketentuan berbasis syariah perusahaan seharusnya menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang digunakan dengan accrual basis, dimana perusahaan mengetahui pendapatan walaupun pendapatan belum diterima oleh perusahaan.
Tujuan penelitian ini yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui pencatatan dan pelaporan pengakuan pendapatan dan biaya berbasis syariah berdasarkan PSAK No. 102 pada PT. Amanah Finance di Makassar.
Adapun metode analisis yang akan dikemukakan adalah: " Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang menggambarkan dan menguraikan penerapan pengakuan pendapatan dan biaya kemudian menganalisisnya yang selanjutnya menarik sebuah kesimpulan yang paling relevan dengan permasalahan.
Berdasarkan hasil analisis perlakuan akuntansi pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan PT. Amanah Finance di Makassar, maka akan disajikan perlakuan akuntansi pendapatan syariah menurut PSAK No. 102 tahun 2014,berdasarkan hasil analisis mengenai pencatatan pendapatan yang dilakukan oleh perusahaan PT. Amanah Finance di Makassar maka akan dilakukan analisis mengenai pencatatan biaya yang dilakukan oleh perusahaan PT. Amanah Finance di Makassar.
Saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-sarannya sebagai berikut :
Disarankan kepada PT. Amanah Finance di Makassar untuk tetap menjalankan kegiatan pencatatan dengan penyusunan laporan akuntansi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yaitu PSAK No. 102 dan disarankan pula kepada PT. Amanah Finance di Makassar untuk melakukan pencatatan biaya agar sebaiknya untuk tetap menjalankan kegiatan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena izinNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Analisis Akuntansi
Pendapatan dan Biaya Berbasis Syariah Pada PT. Amanah Finance di Makassar “. Salawat dan salam kepada Nabiullah Muhammad SAW, kepada
keluargaNya, sahabat-sahabatNya, kepada para ulamah sebagai pewaris Nabi dan kepada umatNya sampai akhirul kalam.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Staf Akademik yang telah banyak membantu dari sejak penulis memasuki perguruan tinggi ini hingga akhir penyelesaian studi.
3. Ismail Badollahi, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar
4. H. Andi Arman, SE., M.Si., Ak, CA selaku Pembimbing I dan Abd Salam HB, SE, M.Si, Ak, CA selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.
6. Kepada ayahanda dan Ibunda selaku orang tua penulis yang telah mendoakan dan mencurahkan cinta kasihnya serta segenap keluarga besar penulis yang tiada hentinya memberi motivasi.
7. Kepada seluruh rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi yang banyak memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
Akhirnya, hanya kepada Allah Swt, penulis memohon bantuan agar semua pihak yang telah membantu mendapat balasan pahala dan besar harapan penulis agar skripsi yang penulis buat dengan penuh keikhlasan dapat bermanfaat dan bernilai ibadah.
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Februari 2016
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Hipotesis ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Pengertian Akuntansi ... 4
B. Pengertian Pendapatan ... 8
C. Pengertian Biaya ... 12
D. Metode Pencatatan Pengakuan Pendapatan dan Biaya ... 16
E. Saat Pencatatan Pendapatan dan Biaya Diakui ... 19
F. Prinsip Pengakuan Pendapatan dan Biaya ... 23
G. Pengertian Murabahah ... 26
H. PSAK Bank Konvensional dan Syariah ... 33
I. Kerangka Pikir ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Daerah dan Waktu Penelitian ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 41
A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 41
B. Visi dan Misi ... 43
C. Struktur Organisasi ... 43
D. Uraian Tugas ... 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Analisis Perlakuan Akuntansi Pendapatan Murabahah menurut Perusahaan ... 47
B. Analisis Perlakuan Akuntansi Pendapatan Murabahah ... 51
C. Perlakuan Pencatatan Biaya ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran-Saran ... 59
Tabel 1. Cara Pencatatan Biaya Operasional pada PT. Amanah Finance .. 54 Tabel 2. Perbandingan Perlakuan Akuntansi Pendapatan Murabahah
menurut PT. Amanah Finance dengan Standar Akuntansi
Keuangan ... 55 Tabel 3. PT. Amanah Finance di Makassar Neraca Per 31 Desember
Tahun 2014 ... 57 Tabel 4. PT. Amanah Finance di Makassar Laporan Perhitungan Laba
Gambar 1. Kerangka Pikir ... 37 Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Amanah Finance di Makassar ... 44
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum laba optimum merupakan tujuan setiap perusahaan didirikan. Karena itu untuk mencapai tujuan tersebut pada kondisi saat ini sangat diperlukan kecermatan pelaksana atau pengelola perusahaan melakukan sinergi yang kuat antar masing-masing bagian dalam organisasi perusahaan. Sinergi integral dari seluruh bagian-bagian dalam perusahaan akan dapat mendukung kelancaran operasional perusahaan yang pada akhirnya diharapkan akan dapat mencapai tujuan perusahaan.
Di antara berbagai kebijakan perusahaan, salah satu fungsi penting adalah bagaimana pengakuan pendapatan pada perusahaan. Fungsi ini dikatakan cukup penting karena sumber laba perusahaan berasal dari pendapatan sehingga perlu diketahui pengakuan atas pendapatan bagi perusahaan agar tidak terjadi kesalahan pencatatan.
Untuk perusahaan kecil dan memiliki jumlah pembiayaan terbatas, pengakuan atas pendapatan bukan masalah rumit. Tetapi bagi perusahaan besar dalam skala pembiayaan besar, pengakuan pendapatan dan beban telah menjadi masalah rumit dan kompleks. Secara umum, laba merupakan selisih antara keseluruhan pendapatan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, pendapatan merupakan unsur penting dalam menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Oleh sebab, itu diperlukan adanya pengakuan yang tepat
terhadap unsur pendapatan. Pengakuan pendapatan dilakukan dengan mencatat dan mencantumkan sesuai dengan nilai yang seharusnya. Bila pendapatan yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya (terlalu besar atau terlalu kecil), maka informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi menjadi tidak tepat.
PT. Amanah Finance merupakan perusahaan yang bergerak dibidang lembaga pembiayaan syariah. Sebagai perusahaan pembiayaan syariah maka perusahaan perlu melakukan pencatatan atas pendapatan usaha yang diperoleh. Dimana fenomena yang terjadi dalam perusahaan bahwa selama ini perusahaan menerapkan pengakuan pendapatan dan biaya dengan cara cash basis. Disisi lain sesuai dengan ketentuan berbasis syariah perusahaan seharusnya menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang digunakan dengan accrual basis, dimana perusahaan mengetahui pendapatan walaupun pendapatan belum diterima oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melihat lebih lanjut mengenai bagaimana cara perusahaan dalam menetapkan pendapatan, maka penulis memilih judul : “Analisis Akuntansi Pendapatan dan Biaya Berbasis Syariah Pada PT. Amanah Finance di Makassar “.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : "Bagaimana mencatat dan mengakui pendapatan dan biaya dengan konsep syariah berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 pada PT. Amanah Finance di Makassar".
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencatatan dan pelaporan pengakuan pendapatan dan biaya berbasis syariah berdasarkan PSAK No. 102 pada PT. Amanah Finance di Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diterima di bangku kuliah dengan membandingkan teori dengan permasalahan yang ada di lapangan. 2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada manajemen perusahaan mengenai pengakuan pendapatan dan biaya berbasis syariah.
3. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan bacaan, referensi dan dasar penelitian selanjutnya khususnya bagi mahasiswa.
E. Hipotesis
Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah dikemukakan dan kerangka
pikir tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini adalah : ”Diduga bahwa pencatatan pengakuan pendapatan dan biaya yang
dilakukan oleh perusahaan berdasarkan konsep syariah telah cukup memadai sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102".
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Akuntansi
Bagian terbesar dari informasi yang dibutuhkan oleh manajemen untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan diperoleh dari data akuntansi. Kemampuan untuk menganalisa dan pemanfaatan data akuntansi membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Melalui pemahaman dan pemanfaatan data akuntansi, kita akan mengetahui dengan baik bagaimana mengumpulkan data dan menyajikan laporan akuntansi yang tepat dan lebih jauh kita bisa memahami keterbatasan data akuntansi dalam penyajian laporan keuangan.
Akuntansi merupakan pokok pengetahuan yang berkaitan dengan suatu prosedur yang sistematis dalam pembuktian, pencatatan, pengklasifikasian, penafsiran dan memasok informasi yang tepat dan dapat dipercaya mengenai transaksi dan kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya dapat diukur dengan uang yang dibutuhkan oleh pihak manajemen dan pelaksanaan kesatuan bisnis beserta laporannya yang harus ada untuk memenuhi keperluan perusahaan dan pertanggung jawaban lainnya.
Berbagai pakar akuntansi memberikan definisi yang berbeda-beda tentang akuntansi, sungguhpun yang dimaksud adalah sama. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya sudut pandang yang berbeda, latar belakang, dan sosial ekonomi.
Dalam pengetahuan akuntansi dikenal dua istilah asing, yaitu accountancy dan accounting. Secara terminologi istilah tersebut lazim diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akuntansi. Untuk mendekatkan pengertian terhadap kedua istilah tersebut, perlu diketahui pengertian dan kedudukan masing-masing dalam pengetahuan akuntansi.
Accountancy merupakan suatu metodologi dan himpunan pengetahuan
yang berkenaan dengan sistem informasi dari satuan-satuan ekonomi apa pun bentuknya, yang terbagi atas dua bagian. Pertama, accounting ialah pengetahuan yang menyangkut proses pelaksanaan pembukuan dalam arti yang luas. Kedua, auditing ialah pengetahuan yang menyangkut pemeriksaan dan penilaian (evaluasi) atas hasil proses pelaksanaan pembukuan tersebut. Oleh karena itu, istilan accountancy lebih luas meliputi baik bidang teori, proses pembukuan, penerapan atau praktek, maupun pemeriksaan dan penilaian. Sementara itu, istilah
accounting hanya menunjukkan bidang teori. Proses pembukuan dalam arti yang
luas meliputi penafsiran (interpretasi) atasnya.
Menurut Muqodin (2005 : 4) mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, pengklasifikasian dan peringkasan dalam suatu cara yang signifikan dan dalam ukuran uang, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang paling tidak sebagian bersifat keuangan, dan pengintegrasian hasil-hasilnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi yang pada dasarnya bersifat keuangan, tentang kesatuan-kesatuan ekonomi yang dimaksudkan informasi tersebut bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi dengan cara memilih di antara beberapa alternatif yang mengarah pada tindakan.
Selanjutnya menurut Wasilah dan Ahmad (2009 : 17) mengatakan bahwa akuntansi (accounting) merupakan suatu kegiatan atau jasa yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan, untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Prawironegoro (2009 : 4) mengemukakan bahwa akuntansi adalah merupakan perencanaan dengan bahasa angka-angka yang berupa anggaran dan merumuskan pengendalian sebagai laporan pelaksanaan dan memberikan umpan balik dengan jalan membandingkan prestasi kerja dengan anggaran. Perbedaan antara laporan prestasi kerja dengan anggaran itu melahirkan penyimpangan.
Harahap (2011 : 4), mengatakan bahwa akuntansi adalah mengukur alat pertanggungjawaban sekaligus sistem informasi. Yang diukur adalah aktivitas ekonomi yang memiliki sifat-sifat yang sudah maju bukan aktivitas ekonomi yang masih kuno misalnya masih menggunakan sistem barter. Cara pengukurannya juga menggunakan unit moneter yang dianggap stabil dan menggunakan
historical costs.
Peranan akuntansi dalam membantu melancarkan tugas manajemen sangat menonjol, khususnya dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan. Itulah sebabnya akuntansi semakin banyak dipelajari oleh para usahawan dan diajarkan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Memang tidak dapat disangkal bahwa sebagian besar informasi yang diperlukan para manajer modern adalah informasi akuntansi. Oleh karena itu para manajer dituntut untuk memiliki kemampuan menganalisis dan menggunakan data akuntansi.
Sadeli dan Siswanto (2006 : 1) mendefinisikan bahwa : “ Akuntansi adalah suatu disiplin yang memberikan informasi esensial untuk membantu efisiensi dan evaluasi dari aktivitas suatu organisasi. Informasi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Efektivitas perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan oleh manajemen.
2. Penyampaian pertanggungjawaban organisasi kepada investor, kreditur, pemerintah, bankir, leveransir, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Dari definisi di atas dapat digeneralisasikan menjadi dua :
1. Bagian sentral dari akuntansi adalah organisasi. Informasi akuntansi terdiri atas informasi tentang organisasi.
2. Informasi akuntansi penting untuk aktivitas perusahaan bisnis. Hal ini digunakan untuk pengambilan keputusan di dalam organisasi. Selain itu juga, digunakan untuk pengambilan keputusan di luar organisasi oleh investor, kreditur, dan pihak lainnya.
Definisi yang dikemukakan di atas, menekankan bahwa akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi-informasi menjadi suatu laporan dan mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada pengambil keputusan. Pengambil keputusan atau pengguna informasi akuntansi dapat berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan (manajemen) maupun dari pihak luar organisasi tersebut (pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, organisasi buruh dan masyarakat umum).
Akuntansi menyajikan informasi keuangan secara kuantitatif dan relevan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam
pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Baik dalam mengukur keberhasilan operasi perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang. Pimpinan perusahaan memerlukan catatan dan laporan akuntansi, dalam menentukan sejauh mana hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan rencana.
B. Pengertian Pendapatan
Konsep pendapatan (revenue) dalam literatur-literatur akuntansi belumlah didefinisikan secara jelas. Hal tersebut terutama disebabkan karena pembicaraan tentang konsep pendapatan (revenue) dihubungkan dengan pengukuran dan penetapan waktu serta biasanya dalam konteks sistem “pembukuan berpasangan”. Akan tetapi sifat mendasarkan dari aktivitas-aktivitas pendapatan (revenue) dan atribut-atributnya haruslah diselidiki terlebih dahulu sebelum masalah pengukuran dan penetapan waktu ditangani.
Ada pula pendekatan terhadap pendapatan (revenue) yang dapat ditemui dalam literatur-literatur akuntansi, yaitu yang menekankan pada arus masuk aktiva yang merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas operasional perusahaan dan yang satunya lagi menekankan pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta mentransfer barang-barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain.
Definisi yang lebih tradisional tentang pendapatan (revenue) menggambarkan in flow of assets atau net assets ke dalam perusahaan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa. Hal ini merupakan pendekatan yang dilakukan dalam statement. Akan tetapi hal ini menimbulkan pengertian yang tumpang tindih dan membingungkan antara pengukuran dan penetapan waktu dalam proses pendapatan (revenue). Aktiva pada umumnya bertambah atau utang
dicairkan pada saat penjualan ataupun pada saat pengiriman barang dan jasa dimana jumlah pendapatan (revenue) biasanya dinyatakan dalam nilai moneter dari aktiva yang diterima. Dengan demikian batasan ini sejalan dengan praktek tradisional tetapi tidak memungkinkan adanya perspektif yang lebih luas tentang proses pengukuran dan penetapan waktu.
Pendekatan arus aktiva (in flow of assets) juga harus dilakukan secara hati-hati untuk menentukan arus mana yang dianggap sebagai pendapatan dan mana yang bukan pendapatan. Banyak alasan-alasan lain yang menyebabkan meningkatnya aktiva atau menurunnya utang dimana pendapatan hanya merupakan salah satu dari alasan-alasan tersebut. Di samping itu, apabila pendapatan didefinisikan dalam pengertian di atas, maka pengecualian-pengecualian haruslah dinyatakan secara jelas, misalnya dalam beberapa hal pendapatan dilaporkan sebelum penjualan dilakukan dan sebelum terjadinya arus masuk aktiva yang sesungguhnya.
Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan maka, hal itu harus dilihat dari mana pendapatan tersebut dibentuk dan bagaimana proses pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh individual, masyarakat, produsen atau perusahaan, daerah dan negara dan sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima di dalam kegiatan-kegiatan ekonomi melalui produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan mereka.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tahun 2009 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada saat tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan. 2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat
jasa tersebut telah dilakukan.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti pendapatanbunga, dan royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva tetap atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima (PSAK, 2015).
Disamping definisi yang dinyatakan diatas terdapat definisi pendapatan dari Suwardjono (2008: 185) yaitu : Pendapatan adalah aliran masuk aset/ kenaikkan aset lainnya pada suatu entitas atau penyelesaian/ pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang, pemberian/ penyerahan jasa, aau kegiatan lain yang membenuk operasi utama dan berlajut dari entitas tersebut.
Wibowo dan Abubakar (2005 : 4) bahwa : ”Pendapatan merupakan kenaikan harta perusahaan yang disebabkan oleh adanya transaksi dengan pihak
ketiga, misalnya : penjualan (sales), pendapatan sewa (rent revenue), pendapatan dividen (dividend revenue), dan pendapatan komisi (commision revenue).”
Baridwan (2004 ; 10) mengemukakan bahwa : “ Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu perioede tertentu.”
Penghasilan didefinisikan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi baik pendapatan maupun keuntungan.
Pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (SAK, 2004 ; 23.2 paragraf 06) adalah : “ Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi investasi.”
Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan.
Pendapatan (revenue) tidak hanya menyajikan adanya suatu ”penghargaan” kepada perusahaan karena telah memproduksi nilai-nilai ekonomi dalam bentuk barang dan jasa tetapi juga pengukuran atas nilai-nilai tersebut. Pendapatan harus di identifikasikan dengan periode selama mana aktivitas-aktivitas utama yang diperlukan (the mayor economic activities necessary) untuk menciptakan dan mendisposisi barang-barang dan jasa-jasa yang telah diselesaikan, menyediakan pengukuran-pengukuran obyektif atas hasil-hasil yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Kedua kondisi tersebut, aktivitas ekonomi yang utama dan pengukuran yang obyektif dipenuhi dalam tingkat aktivitas yang berbeda untuk kasus yang tidak sama kadang-kadang paling lambat pada saat pengiriman produk atau pelaksanaan pemberian layanan dan dalam kasus yang lain pada saat yang lebih awal.
C. Pengertian Biaya
Biaya merupakan unsur utama fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan perhatian yang sangat serius selain karena biaya juga merupakan unsur pengurangan yang sangat besar dalam hubungannya dalam pencarian laba bersih.
Biaya dapat dipandang sebagai suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Pengorbanan tersebut dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau di ukur dengan uang, dalam pengertian yang lebih jauh lagi,
biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva atau assets (unexpired cost) dan biaya atau expenses (expired cost). Biaya dianggap sebagai “assets” apabila biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa atau belum habis digunakan, sedangkan biaya dianggap “expenses” jika biaya tersebut habis digunakan untuk memproduksi suatu produk atau jasa yang menghasilkan pendapatan di masa datang. Biaya sebagai assets dicantumkan dalam neraca, sedangkan biaya sebagai expenses dicantumkan dalam laporan laba-rugi.
Menurut Mulyadi (2012 : 8) dalam arti luas biaya adalah : “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah kos.
Pengertian tersebut diatas dapat dilihat empat unsur yang terkandung didalamnya, yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa kas atau ekuivalennya yang dapat diukur dalam satuan moneter uang, merupakan hal yang terjadi atau potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Biaya dapat dirumuskan sebagai suatu pengorbanan atau penyerahan sumber-sumber daya untuk tujuan tertentu. Biaya seringkali diukur dengan satuan-satuan moneter yang harus dibayar untuk barang dan jasa.
Kemudian Dunia Wasilah dan Ahmad Firdaus (2009 : 22), mengemukakan pengertian biaya sebagai berikut : “ Biaya (Cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk
masa yang akan datang atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan “.
Umumnya biaya dihubungkan dengan jenis-jenis organisasi, yaitu organisasi bisnis, organisasi non-bisnis, perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa dimana jenis biaya yang terjadi dan cara pengelompokkannya tergantung pada jenis organisasinya. Akuntansi manajemen dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi, oleh karenanya, diskusi tentang karakteristik biaya akan dikelompokkan ke dalam biaya yang terjadi di perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur.
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas tentang biaya maka digunakan akumulasi data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk penyusunan laporan-laporan keuangan di mana data biaya jenis ini bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan. Tetapi, untuk keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, kita sering harus berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya terselubung (imputed cost), biaya deferensial, biaya kesempatan (oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya harus kita artikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai dengan penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya, karena data biaya yang sama belum tentu dapat memenuhi semua tujuan dan keperluan.
Pengumpulan, penyajian dan analisis data biaya harus dapat memenuhi tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan dasar berikut ini:
1. Perencanaan rugi-laba dengan perantaraan budget
Perencanaan berhubungan dengan masa depan perusahaan dan akuntansi biaya bertugas menyediakan atau membuat budget biaya-biaya yang diperkirakan untuk bahan, upah, gaji dan biaya-biaya lainnya yang perlu untuk memproduksikan dan memasarkan produk perusahaan.
2. Pengawasan biaya melalui responsibility accounting
Dasar-dasar yang berikut ini hendaknya diperhatikan dalam melakukan penga-wasan biaya :
a. Penentuan tanggung jawab untuk pengawasan
b. Pembatasan tugas pengawasan seseorang pada biayanya sendiri c. Laporan hasil-hasil yang dicapai
3. Mengukur laba tahunan atau laba periodik, termasuk hitung pokok persediaan Mengukur laba tahunan atau laba periodik berarti memasang-masangkan biaya yang telah jatuh tempo (matching of expired costs) dengan pendapatan dan proses memasang-masangkan tersebut mengharuskan diadakannya pemisahan antara biaya-biaya jangka pendek dan biaya-biaya jangka panjang. 4. Membantu penentuan harga jual dan kebijaksanaan harga
Penentuan harga jual yang akan memberikan laba pada perusahaan menuntut adanya pengetahuan tentang biaya-biaya produk dalam hubungannya dengan volume. Dalam tahapan perencanaan, pengetahuan mengenai tingkat biaya di masa yang akan datang, berikut tingkat potongan-potongan yang harus diberikan, pada tingkat produksi dan penjualan yang berfluktuasi akan sanagt membantu pimpinan perusahaan.
5. Menyediakan data yang diperlukan untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan.
Perencanaan perusahaan sebagaimana digambarkan oleh budget jangka panjang mengharuskan dilakukannya strategi usaha yang meliputi jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk melaksanakan strategi jangka panjang, pimpinan perusahaan harus melakukan keputusan-keputusan dan perubahan-perubahan taktis yang menyangkut pilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil. Akuntansi biaya mungkin diminta untuk menghitung biaya-biaya yang beda dan harga-harga yang berbeda-beda untuk keperluan dan tujuan yang berberbeda-beda pula. Perubahan dalam metode produksi, penggantian peralatan, menerima atau menolak suatu order, kesemuanya itu menuntut dilakukannya perhitungan biaya-biaya dan pendapatan yang harus disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan.
D. Metode Pencatatan Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Permasalahan utama dalam akuntansi adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke perusahaan, dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pernyataan ini mengidentifikasikan keadaan yang memenuhi kriteria tersebut, agar pendapatan dapat diakui.
Menurut Gede dan Wasif (2010 : 142) ada tiga metode dalam pengakuan pendapatan dan biaya yaitu : 1. Metode penjualan cicilan, 2. Perolehan kembali biaya, 3. Metode kas.
Untuk lebih jelasnya ketiga metode di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Metode penjualan cicilan
Dalam hal ketidakpastian penerimaan kas, metode ini paling sering diterapkan. Menurut metode ini, laba lebih baik diakui pada waktu kas diterima daripada waktu penjualan terjadi. Metode ini juga sesuai dengan kepentingan pajak penghasilan, karena peraturan pajak penghasilan memperbolehkan untuk menangguhkan pembayaran pajak sampai kas diterima.
Akuntansi untuk penjualan dengan pembayaran cicilan yang menggunakan pendekatan laba kotor yang ditangguhkan memerlukan penentuan persentase laba kotor untuk masing-masing penjualan per tahun dan pembentukan perkiraan piutang dan pendapatan yang ditangguhkan pada tahun dilaksanakannya penjualan tersebut.
2. Perolehan kembali biaya
Dalam metode ini tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga pokok barang yang dijual diperoleh kembali melalui penerimaan kas. Selanjutnya untuk penerimaan berikutnya akan dilaporkan sebagai pendapatan. Metode ini hanya digunakan apabila keadaan-keadaan yang melingkupi suatu penjualan sangat tidak pasti sehingga pengakuan yang lebih awal terhadap pendapatan tidak mungkin dilakukan.
3. Metode kas
Metode ini jarang digunakan dalam penjualan barang dagang karena hak untuk mengambil kembali akan memberikan nilai yang sangat besar bagi penjual. Metode kas ini mungkin tepat untuk dipakai pada kontrak jasa yang
biaya awalnya tinggi dan ketidakpastian mengenai penerimaan akhir dari harga kontrak yang demikian besar.
Dalam metode ini semua biaya dibebankan sebagai beban ketika biaya tersebut dikeluarkan atau dibayar dan pendapatan diakui pada waktu kas diterima. Metode ini jarang dipakai, dan hanya akan tepat dipakai apabila tingkat kepastian dari kerugian potensial atas suatu kontrak tidak dapat ditaksir.
Metode-metode di atas sesunguhnya bukan merupakan alternatif bagi metode yang lain, walaupun demikian, pedoman-pedoman untuk menerapkan metode-metode tersebut tidak dirumuskan dengan baik. Jika suasana ketidakpastian meningkat, maka prinsip akuntansi yang lazim menghendaki perpindahan dari metode full accrual ke metode penjualan cicilan, perolehan kembali biaya dan akhirnya ke suatu pendekatan kas.
Dalam konsep penandingan (matching concept) menghendaki pendapatan dan biaya diakui pada periode yang sama dan pada saat itu pula diakui penghasilan, maka kriteria yang digunakan menggunakan sebutan earning dan pengukuran penghasilan (income) bukannya pendapatan (revenue). Revenue dan
expenses keduanya merupakan komponen transaksi yang ingin diukur secara objectif dalam kaitannya untuk mengakui pendapatan. Sugiri (2009 : 19)
mengemukakan bahwa : akuntansi menggunakan konsep proper matching costs
with revenues yakni mempertemukan biaya dan pendapatan diterapkan secara
wajar maka perlu dilakukan pembagian biaya menjadi biaya produk (product cost) dan biaya periode (period cost). Banyak metode pengakuan pendapatan, namun pada dasarnya pendapatan dapat diakui :
1. Pada saat realisasi :
Pengakuan pendapatan pada saat realisasi berarti pendapatan diakui pada saat barang atau jasa ditukar dengan aktiva (pada umumnya kas) atau klaim terhadap aktiva (yang dapat diukur dengan satuan uang).
2. Pada saat terjadi :
a. Pendapatan dari penjualan diakui pada saat penjualan (saat penyerahan barang),
b. Pendapatan jasa diakui pada saat jasa selesai dikerjakan dapat difakturkan c. Pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain seperti
pendapatan bunga, pendapatan sewa atau royalty, diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau sesuai dengan penggunaan aktiva tersebut.
E. Saat Pencatatan Pendapatan dan Biaya Diakui
Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa, yaitu pada saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterima. Tetapi ketentuan umum ini tidak selalu dapat diterapkan sehingga timbul beberapa ketentuan-ketentuan lain mengenai saat untuk mengakui pendapatan.
Secara umum pendapatan dan biaya akan diakui secara :
1. Accrual Basis
Pengakuan pendaptan secara accrual basis berarti bahwa pendapatan harus dilaporkan selama kegiatan produksi (dimana laba dapat dihitung secara proporsional dengan penyelesaian pekerjaan), pada akhir produksi, pada saat penjualan barang, atau pada saat penagihan piutang:
a. Pendapatan (revenue) umumnya diakui selama kegiatan produksi dalam hal :
1) Sewa, bunga, komisi dianggap diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menjelaskan tentang kenaikan bertahap dari klaim kepada pelanggan.
2) Perusahaan/lembaga profesional seperti Konsultan, Akuntan, Appraisal, Dokter, Notaris, Pengacara, dan lain-lain. Mungkin lebih tepat menerapkan accrual basis dalam penerapan pengakuan pendapatan. Jumlah pembebanan tergantung pada porsi jasa diselesaikan.
b. Pendapatan atas kontrak jasa panjang diakui berdasarkan kemajuan kerja atau persentase siap. Persentase siap dapat dihitung dengan cara :
1) Taksiran para ahli.
2) Jumlah biaya yang sudah dikeluarkan dibandingkan dengan taksiran biaya seluruh proyek.
c. Revenue dari cost plus fixed fee contract, kontrak dibuat berdasarkan fee yang tetap ditambah biaya-biaya tertentu.
d. Perubahan asset sebagai akibat pertumbuhan yang menimbulkan kenaikan
revenue seperti pabrik anggur, peternakan, perkayuan, Hutan Tanam
Industri (HTI), dan lain-lain.
2. Critical Event Basis
Dalam metode ini yang diperhatikan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan, kejadian kritis itu dapat berupa :
a. Pada saat penjualan.
Cara pengakuan revenue pada saat penjualan dapat digunakan apabila : 1) Harga produk diketahui secara pasti.
2) Pertukaran telah selesai dengan penerimaan barang sehingga sudah dapat diketahui biaya yang sudah dikeluarkan.
3) Dari segi realisasi, penjualan tersebut dianggap sebagai kejadian penting.
b. Pada saat selesainya pekerjaan.
Cara pengakuan revenue pada saat selesainya produksi dapat digunakan dalam situasi pasar stabil dan harga komoditi juga stabil. Kemudian yang dianggap menjadi kejadian penting adalah kegiatan produksi bukan penjualan; seperti jenis logam yang mempunyai harga pasar yang relatif stabil emas, perak, dan sejenisnya serta mungkin produk-produk pertambangan dan pertanian yang memenuhi kriteria tersebut.
c. Pada saat pembayaran setelah dilakukan penjualan.
Cara pengakuan revenue pada saat pembayaran dapat dilakukan apabila penjualan yang akan dilakukan dan penjualan yang akurat tidak dapat dilakukan pada barang yang akan diserahkan tersebut, metode ini disebut
Installment Method.
3. The Matching Principle
Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada periode yang sama dengan periode pengakuan hasil. Hasil diakui pada periode menurut prinsip pengakuan hasil dan biaya akan dibebankan sesuai periode itu.
Harahap (2011 : 128) akuntansi untuk biaya ini mencakup 2 tahap : a. Cost dikapitalisasi sebagai asset yang merupakan harta yang menyimpan
sejumlah jasa dan keuntungan.
b. Setiap asset dihapuskan dan dibebankan sebagai biaya untuk menilai bagian dari asset itu yang dibebankan untuk menghasilkan revenue selama periode itu.
Munawir (2007 : 52) metode pengakuan pendapatan, namun pada dasarnya pendapatan dapat diakui :
1. Pada saat realisasi
Pengakuan pendapatan pada saat realisasi berarti pendapatan pada saat barang atau jasa ditukar dengan aktiva (pada umumnya kas) atau klaim terhadap aktiva (piutang), yang dapat diukur dengan satuan uang.
2. Pada saat terjadi
a. Pendapatan dari penjualan diakui pada saat penjualan (saat penyerahan barang).
b. Pendapatan jasa diakui pada saat jasa selesai dikerjakan dan dapat difakturkan.
c. Pendapatan dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain seperti pendapatan bunga, pendapatan sewa atau royalty, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau sesuai dengan penggunaan aktiva tersebut.
d. Pendapatan dari penghentian aktiva selain barang dagangan diakui saat penjualan.
F. Prinsip Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Didalam perusahaan modern sering timbul pertanyaan-pertanyaan yang begitu komplek dan luas yang berasal dari praktek yang berhubungan dengan saat mana suatu penghasilan itu diakui. The matching principles menentukan bahwa semua biaya yang berhubungan dengan pendapatan harus diperbandingkan dalam suatu periode akuntansi. Dengan demikian pengakuan bersama tersebut merupakan pengaruh-pengaruh yang terpadu dari dua prinsip yang menghendaki pengakuan pendapatan dan biaya yang selanjutnya akan menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pada prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation principle), umumnya pendapatan diakui pada saat (1) direalisasikan atau dapat direalisasikan dan (2) dihasilkan (earned). Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa:
1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas; Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aktiva yang diterima dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui;
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan seperti bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini : (1) Penjualan barang; (2) Penjualan jasa; (3) Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui jika :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli;
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
5. Biaya yang terjadi dan akan terjadi sehubungan dengan transaksi dapat diukur dengan andal.
Pendapatan yang berhubungan dengan transaksi penjualan jasa yang dapat diestimasi dengan andal (bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai pemakaian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan) harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal jika :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan;
2. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi dari tanggal neraca dapat diukur dengan andal;
3. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk penyelesaian transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Bila transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen harus diakui atas dasar : 1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil
2. Royalty harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
3. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Pengakuan atas dasar tersebut dilakukan bila :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; dan
2. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sebesar jumlah yang telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah pemulihannya atau pengembaliannya tidak lagi besar kemungkinan, diakui sebgai beban, dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.
Semua pernyataan di atas mengurai sifat konseptual dari pendapatan dan merupakan dasar akuntansi untuk transaksi pendapatan. Dalam praktik-praktik pengakuan pendapatan, adakalanya pendapatan diakui pada saat lain dalam proses menghasilkan laba, yang sebagian besar diakibatkan oleh (1) keinginan untuk mengakui lebih awal (recognize earlier) jika terdapat tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah pendapatan yang dihasilkan dan (2) keinginan untuk menangguhkan pengakuan pendapatan jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah pendapatan atau biaya cukup tinggi, atau jiak penjulan bukan merupakan penyelesaian yang substansial dari proses menghasilkan laba.
G. Pengertian Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual tersebut dicantumkan dalam akad dan jika telah disepakati tidak berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah yang lazim dilakukan dengan cara pembayaran cicilan disebut bitsaman ajil. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Dalam beberapa kitab fikih, murabahah merupakan salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Jual beli ini berbeda dengan jual beli musawwamah (tawar-menawar). Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga barang, harga asli pembelian penjual yang diketahui oleh pembeli dan keuntungan penjual pun diberitahukan kepada pembeli.
Sedangkan musawwamah adalah transaksi yang terlaksana antara penjual dan pembeli dengan suatu harga tanpa melihat harga asli barang. Bai‟ al musawwamah dapat juga diartikan jual beli biasa, dimana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan yang didapatnya Arifin, (2009 : 23). Jual beli yang juga termasuk amanah adalah jual beli wadhi‟ah, yaitu mejual kembali dengan harga rendah (lebih kecil dari harga asli pembelian). Jual beli wadhi‟ah terlaksana apabila nilai barang turun dari harga asli. Namun apabila menjual dengan harga yang sama dengan harga pembelian, maka disebut jual beli tauliyah.
Menurut PSAK 102 bahwa murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati
dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha supermarket atau perdagangan yang dijalankan dengan prinsip murabahah Murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Wiroso, (2004 : 45) : Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika adpesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok Karim, (2004 : 117) yaitu:
1. Pembiayaan
Murabahah yang didanai dengan URIA (Unresticted Investment Account = Investasi tidak terikat).
2. Pembiayaan
Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = Investasi terikat).
3. Pembiayaan
Menurut Nurhayati dan Wasilah (2008 : 167) bahwa ada dua jenis akad murabahah, yaitu :
1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order)
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli haru membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesananannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
2. Murabahah tanpa pesanan
Maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terikat langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
Sesuai dengan sifat bisnis transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat dan resiko, dengan demikian manfaat murabahah adalah sebagai berikut :
1. Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya dibank syariah.
2. Mudah diimplementasikan, jual beli murabahah dengan cepat mudah diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah menyamakan murabahah sama dengan kredit investasi konsumtif.
3. Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi murabahah bank syariah dapat melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena dalam transaksi murabahah hutang nasabah adalah harga jual sedangkan dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan. Sehingga dalam keadaan normal bank dapat memprediksi pendapatan yang akan diterima.
4. Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena secara sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang dan pembayarannya dapat dilakukan dengan secara tangguh atau cicilan ataupun cara lainnya. Namun jika diperhatikan ketentuan fatwa yang ada dan dijalankan sesuai konsep syariah keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sedangkan resiko yang harus diantisipasi antara lain Antonio, (2009 : 107) yaitu :
1. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. Apabila nasabah mampu akan tetapi tidak mau membayar angsuran (tidak mempunyai i‟tikad yang baik), maka bank dapat memberikan teguran secara bertahap mulai dari Surat peringatan sampai sita jaminan. Bahkan bank dapat memberikan ta‟wid atas perilaku wanprestasi nasabah ini. Untuk memberikan kepastian hukum dalam hal ini maka dalam akta murabahah yang ditandatangani nasabah dabank harus diadaptasi dengan baik sehingga segala langkah dan solusi yang diambil oleh bank tidak cacat hukum. Dalam hal pemberian ta‟wid misalnya, maka bank harus membuat draft perjanjian yang mengakomodir seluruh langkah dan konsekwensi hukum dari akad murabahah yang telah disepakati dengan nasabah. Sehingga tidak akan terjadi
permasalahan hukum yang melemahkan bagi pihak bank dan nasabah karena perilaku yang dibuatnya. Sementara apabila yang menjadi penyebab nasabah tidak mampu membayar angsuran karena memang ketidak-mampuannya maka demi mencari jalan keluar yang terbaik antara bank dan nasabah dapat memutuskan dengan jalan musyawarah dengan cara yang terbaik. Namun apabila musyawarah pun tidak memberikan jalan keluar yang terbaik maka salah satu pihak boleh mengajukan perkaranya ke Pengadilan Agama untuk dimintakan putusan atas perkara tersebut. Karena apabila hal ini dibiarkan berlarut larut maka akan merugikan bank karena bank harus menjaga rentabilitasnya.
2. Fluktuasi harga komparatif. Bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa karena berbagai sebab. Rusak diperjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya karena itu sebaiknya dilindungi oleh asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain
Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani barang itu akan menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian maka resiko untuk terjadinya default semakin besar.
Di dalam kitab Al-Umm karya Imam Syafi'i, beliau menguraikan karakteristik murabahah, di antaranya :
1. Boleh bagi pemesan/ nasabah menentukan spesifikasi pesanannya.
2. Terjadi kesepakatan dalam penentuan keuntungan (margin) pada saat perjanjian.
3. Penentuan besar kecilnya keuntungan (margin) berdasarkan kelihaian yang diberi pesanan dalam menyediakan pesanan sesuai spesifikasi yang diminta, kualitas pesanan dan kemampuannya memperoleh dengan harga yang relatif murah.
4. Sistem pembayaran pemesan (cash atau cicil) jadi patokan dalam penentuan keuntungan.
5. Kebebasan yang sempurna bagi yang diberi pesanan dalam penyediaan barang dari berbagai suplaier dan produsen agar dapat memperoleh barang yang lebih berkualitas dan biaya-biaya pengadaannya dapat di tekan.
Imam Syafi'i menguraikan alasan ketidakterikatnya pemesan disebabkan janji walaupun sudah memesan barang (pemesan dapat menerima atau membatalkan barang tersebut) disaat perjanjian, yaitu: menghindari praktik jual-beli barang/ komoditas apapun yang belum dimiliki oleh penjual dan unsur spekulasinya.
Menurut Antonio karakteristik murabahah secara umum adalah Antonio, (2009:102) :
1. Bank Islam harus memberitahukan tentang biaya atau modal yang dikeluarkan (capital outlay) atas barang tersebut kepada nasabah.
3. Akad tersebut harus bebas riba.
4. Bank Islam harus mengungkapkan dengan jelas dan rinci tentang ingkar janji/wanpretasi yang terjadi setelah pembelian.
5. Bank Islam harus mengungkapkan tentang syarat yang diminta dari harga pembelian kepada nasabah, misalnya pembelian berdasarkan angsuran
Jika salah satu syarat 1, 4, atau 5 tidak terpenuhi, maka pembelian harus mempunyai pilihan untuk :
(1) Melakukan pembayaran penjualan tersebut sebagaimana adanya. (2) Menghubungi penjual atas perbedaan (kekurangan) yang terjadi atau (3) Membatalkan akad.
H. PSAK Bank Konvensional dan Syariah
Dalam konteks akuntansi bank konvensional, simpanan akan diperlakukan sebagai utang „murni‟ bank (sisi liability), sehingga akan muncul dalam kelompok utang atau kewajiban jangka pendek. Sedangkan simpanan mudharabah pada bank syariah pada hakekatnya mempunyai posisi antara „utang‟ (liability) dan „modal‟ (equity). Hal ini disebabkan bank syariah tidak mempunyai kewajiban „penuh‟ mengembalikan simpanan mudharabah tersebut manakala terjadi kerugian. Perbedaan lainnya mengenai perlakuan akuntansi dalam simpanan mudharabah adalah bagi hasil mudharabah. Dalam akuntansi bank konvensional, bunga yang dibayarkan bank kepada nasabah dikategorikan sebagai beban atau expense, akan tetapi dalam bank syariah tidak diakui sebagai beban, karena prinsip mudharabah sebenarnya lebih menyerupai equity daripada liability.
Bank Indonesia (2003a) menyatakan bahwa fungsi bank syariah adalah sebagai
1. Manajer investasi, 2. Investor,
3. Penyedia jasa keuangan dan lalulintas pembayaran, dan 4. Pengemban fungsi sosial.
Oleh karenanya, laporan keuangan bank syariah selain ditujukan untuk pemakai yang sama dengan pemakai laporan keuangan bank konvensional juga ditujukan untuk investor, pembayaran zakat, infaq, dan shadaqah serta Dewan Pengawas Syariah. Pada tanggal 1 Mei 2002 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengesahkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berlaku mulai 1 Januari 2003. PSAK No. 59 ini merupakan langkah maju bagi:
1. IAI sebagai lembaga profesional yang memiliki otoritas untuk menerbitkan standar akuntansi keuangan, dan
2. dunia perbankan syariah di Indonesia yang mulai eksis sejak tahun 1992 (Triyuwono, 2002).
Dengan adanya PSAK No. 59 ini, perbankan syariah akan sangat terbantu dalam menyiapkan dan menyusun laporan keuangan. Sebelum standar ini ada, perbankan syariah menggunakan standar akuntansi keuangan untuk perbankan konvensional yaitu PSAK No. 31 yang tentunya kurang sesuai untuk digunakan oleh perbankan syariah.
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya
yang meliputi aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio, 2009:29).
1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal- hal berikut:
a. Rukun, seperti: penjual, pembeli, barang, harga, akad/ijab qabul
b. Syarat, seperti (1) barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas baran tempat penyerahan g dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah, (2) harga barang dan jasa harus jelas, (3) tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi, dan (4) barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional yang jika terdapat perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya maka akan diselesaikan di peradilan
negeri, sedangkan pada perbankan syariah akan diselesaikan sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. 3. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang diharamkan.
5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya meiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi
setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan profesional (fathanah), dn mampu melakukan tugas secara team work di mana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam reward dan
punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlak harus senantiasa terjaga. Nabi saw mengatakan bahwa senyun adalah sedekah.
I. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran dari kegiatan penelitian, sejak dari penelitian pelaksanaan sampai dengan penyelesaian, harus mempunyai satu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh. Oleh karena itu, akan disajikan gambar di bawah ini :
Gambar 1. Kerangka Pikir
PT. Amanah Finance
Lembaga Pembiayaan Syariah
Analisis Data
Hasil
Pencatatan Pengakuan Pendapatan dan biaya berdasarkan PSAK No.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Daerah Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan yang bergerak di bidang lembaga pembiayaan syariah, tepatnya pada PT. Amanah Finance berlokasi di Jalan Dr. Sam Ratulangi Wisma Kalla Lantai.3. Penelitian ini direncanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data yang digunakan sebagai penunjang dalam pembahasan ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Observasi yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung, di mana penulis
langsung mendatangi perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Interview yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan karyawan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian yang berasal dari arsip-arsip yang dimiliki oleh perusahaan yang dianggap mampu memberikan data yang signifikasi dengan masalah yang akan diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan pengumpulan data sebagai bahan dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memperoleh data-data yang bersumber dari :
1. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk informasi baik lisan maupun tertulis.
2. Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka, dan masih perlu dianalisis kembali.
Sedangkan sumber data yang digunakan untuk memperoleh data-data tersebut dapat diperoleh melalui :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui hasil observasi pada perusahaan yakni mengenai jumlah pendapatan usaha, serta bukti-bukti pembukuan atau pencatatan yang dilakukan yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pimpinan dan karyawan perusahaan berupa bahan-bahan dokumentasi seperti struktur organisasi, sejarah berdirinya perusahan serta data lainnya yang menunjang penelitian ini.
D. Metode Analisis
Adapun metode analisis yang akan dikemukakan adalah: " Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang menggambarkan dan menguraikan penerapan pengakuan pendapatan dan biaya kemudian menganalisisnya yang selanjutnya menarik sebuah kesimpulan yang paling relevan dengan permasalahan.