• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT GONORE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT GONORE"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

GONORE

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Muda Di Bagian Penyakit Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak

Diajukan Kepada:

Dr. Retno Mustikaningsih,S.KM,Sp.KK(K)

Disusun Oleh:

Yusuf Harkian I11109097

SMF PENYAKIT KULIT KELAMIN RSUD SOEDARSO PONTIANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Referat

Gonore

Disusun Oleh :

Yusuf Harkian

I11109097

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 4 Maret 2012

Pembimbing

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gonore adalah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, bakteri diplokokkus gram negatif yang menjadikan manusia sebagai perantaranya. Neisseria gonorrhoeae mempengaruhi epitel mukosa dan transisional, yang secara khas menyebabkan urethritis purulent yang terasa seperti terbakar pada pria dan sering menyebabkan servisitis asimtomatik pada wanita. Penyakit gonore ini secara khas memproduksi nanah dan dysuria. Gonore bisa terdapat di dalam pembuluh darah dari sumber infeksi awalnya dan menyebabkan infeksi gonokokal yang menyebar (sindrom dermatitis artritis).

Selama beberapa abad, bermacam nama telah digunakan untuk mendeskripsikan infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae ini, diantaranya; ‘strangury’ yang digunakan oleh Hipocrates, penamaan gonore sendiri diberikan oleh Galen (130 SM) untuk menggambarkan eksudat uretra yang sifatnya seperti aliran air mata (flow of seed) dan M. Neisser, dikenalkan oleh Albert Neisser, yang menemukan mikroorganisme tersebut pada tahun 1879 dari pewarnaan apusan yang diambil dari vagina, uretra dan eksudat konjungtiva.

Kultur dari bakteri N. gonorrhoeae dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada tahun 1882 dan dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan tempat biakan selektif pada media agar khusus. Media Thayer-Martin merupakan media yang selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Setelah melakukan hubungan kelamin/seksual dengan wanita yang terinfeksi gonore, 35% kemungkinan dari pria ikut terinfeksi gonore, sebaliknya, jika wanita berhubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi, kemungkinan wanita ini terinfeksi bias mencapai 60-90%. N. gonorrhoeae tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondisi geografis. Laki-laki, wanita baik dewasa maupun anak-anak dapat tertular penyakit ini.

Gonore adalah penyakit menular kedua yang tersering dilaporkan di Amerika. Pada tahun 2004 sebanyak 330.132 kasus baru dilaporkan. Penyebaran infeksi ini secara global didukung oleh kebiasaan manusia berpindah tempat yang turut meningkatkan faktor resisten.

(4)

B. BATASAN MASALAH

Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit gonore.

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan referat ini bertujuan untuk:

1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis penyakit gonore.

2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran. 3. Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak RSUD Soedarso Pontianak.

D. METODE PENULISAN

Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa literatur.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Gonorea adalah penyakit bernanah yang sangat menular yang merupakan penyakit “sexually transmitted disease (STD)”. Gonore adalah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, bakteri diplokokkus gram negatif yang menjadikan manusia sebagai perantaranya. Neisseria gonorrhoeae mempengaruhi epitel mukosa dan transisional, yang secara khas menyebabkan urethritis purulent yang terasa seperti terbakar pada pria dan sering menyebabkan servisitis asimtomatik pada wanita. Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah pada daerah yang hangat dan lembab seperti traktus genitalia meliputi cervik, tuba falopi pada wanita, uretra pada wanita dan laki-laki. Bakteri tersebut juga dapat tumbuh pada mulut, tenggorokan, mata, dan anus.

Penyakit ini terutama menyerang saluran kemih kelamin. Namun, kontaminasi pada bayi ,waktu dilahirkan dapat menimbulkan radang selaput mata gonokokal, yang mempengaruhi mata. Dapat juga timbul berbagai komplikasi gonorea diantaranya adalah endokarditis (radang pada lapisan dalam jantung) dan meningitis (radang selaput otak).

Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Setelah melakukan hubungan kelamin/seksual dengan wanita yang terinfeksi gonore, 35% kemungkinan dari pria ikut terinfeksi gonore, sebaliknya, jika wanita berhubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi, kemungkinan wanita ini terinfeksi bias mencapai 60-90%. N. gonorrhoeae tidak mengenal ras, sosial ekonomi atau kondisi geografis. Laki-laki, wanita baik dewasa maupun anak-anak dapat tertular penyakit ini.

Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta kasus gonore di dunia setiap tahunnya, meskipun di beberapa negara cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat. Penularan penyakit gonore (GO) yang lazimnya terjadi, adalah dengan melakukan hubungan seks, ataupun dengan variasinya antara lain: oral-seks (terjadinya faringitis GO),

(6)

anal-seks (terjadinya proktitis GO) juga terjadinya gonoblenorrhoea pada mata bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang menderita.

B. EPIDEMIOLOGI

Gonore telah menyebar ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat, tingkat kejadiannya meningkat secara recap dari tahun 1955 hingga akhir 1970 dengan 400 hingga 500 kasus per 100 ribu populasi. Berikutnya berhubungan dengan epidemi AIDS dan perkembangan penerapan seks yang aman, insiden telah menurun mendekati 100 kasus tiap 100 ribu populasi. Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%–50%. Penyebaran infeksi ini secara global didukung oleh kebiasaan manusia berpindah tempat yang turut meningkatkan faktor resisten.

C. ETIOLOGI

Gonore adalah Penyakit Menular Seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, bakteri diplokokkus gram negatif yang menjadikan manusia sebagai perantaranya. “Neisseria gonorrhoeae” ditemukan oleh Albert Neisser pada tahun 1879. N. gonorrhoeae adalah diplokokus berbentuk biji kopi, bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora, jenis diplokokus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro, bersifat tahan asam. Bakteri gonokokus tidak tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual. Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37°C dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.

Kultur dari bakteri N. gonorrhoeae dilaporkan pertama kali oleh Leistikow dan Loffler pada tahun 1882 dan dikembangkan pada tahun 1964 oleh Thayer dan Martin yang menemukan tempat biakan selektif pada media agar khusus. Media Thayer-Martin merupakan media yang selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.

Pada sediaan langsung dengan gram bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat diluar dan dalam leukosit, kuman ini tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak tahan zat desinfektan.

Secara morfologik gonokokus terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili dan bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan

(7)

menyebabkan reaksi radang. Organisme ini menyerang membran mukosa, khususnya epitel kolumnar yang terdapat pada uretra, servik uteri, rectum, dan konjungtiva.

D. PATOFISIOLOGI

Gonokokus melekat pada sel mukosa host (pili dan protein Opa memainkan peran utama) dan dalam waktu 24-48 jam, menembus pada sel-sel ke dalam ruang subepitel jaringan uretra. Endotoksin pada sel-sel bakteri menyebabkan inflamasi. Respons host khas ditandai oleh invasi dengan neutrofil, diikuti oleh peluruhan epitel, pembentukan microabscesses submukosa, dan debit pus (berwarna kuning) dipancarkan ke dalam saluran kencing dan sperma dan ke luar dari urethra. Akumulasi dari pus dalam uretra membuat nyeri saat berkemih. Endotoksin juga menyebabkan nyeri inflamasi. Simptom biasanya lebih ringan pada wanita. Jika tidak diobati, makrofag dan infiltrasi limfosit menggantikan neutrofil. Adanya infeksi yang tidak diobati pada wanita dapat menyebar ke tuba fallopi dan jaringan abdominal dan menyebabkan PID (pelvic inflammatory disease). Infertil dapat disebabkan PID pada wanita dan gangguan vas deferens pada pria.

Adanya kelahiran dari ibu yang terinfeksi gonore menyebabkan anak mengalami infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan (ophthalmia nenoatorum). Ini dapat dicegah dengan 1% AgNO3 atau penisilin pada mata bayi baru lahir.

E. MANIFESTASI KLINIS

 Masa inkubasi gonore sangat singkat pada pria umumnya bervariasi antara 2-7 hari (rata-rata 5 hari) kadang lebih lama karena

pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup, atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita masa inkubasi sulit ditentukan karena pada umumnya asimptomatis.

 Tempat masuknya kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis, yang paling sering adalah uretritis anterior akut dan dapat menjalar sehingga terjadi komplikasi. Komplikasi bisa berupa komplikasi lokal yaitu tinositis, paraurettritis, littritis, dan cowperitis; komplikasi ascenden yaitu prostatitis, vesikulitis, vasdeferentitis/funikulitis, epididimitis, trigonis dan komplikasi diseminata

 Keluhan subyektif dapat berupa rasa panas dan gatal di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksterna, disuria, keluar duh tubuh dari ujung urethra yang kadang disertai darah, perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium urethra eksternum eritem, edema, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.

(8)

 Gambaran klinis dan perjalanan penyakit gonore pada wanita biasanya terjadi infeksi pada uretra dan mulut rahim. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu kencing dan keluarnya cairan dari vagina, walaupun kebanyakan wanita (cukup banyak pria) tidak memperlihatkan gejala yang khas pada infeksi dini. Infeksi tanpa gejala semacam itu, mungkin merupakan suatu sebab bagi penyebaran penyakit ini.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.

 Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.

 Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa).

 Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.

 Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

G. PENATALAKSANAAN  Non-medikamentosa

o Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:  Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya  Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan

 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating o Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.

 Medikamentosa

o Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan

o Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per-oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai

(9)

o Spectinomycin berguna untuk penderita yang alergi penisilin, penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang juga tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis . Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita

o Kanamisin baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis. Dosis : 2 gr IM

 Tindak lanjut

Kontrol dilakukan pada hari ke-7 untuk diperiksa klinis maupun laboratoris. Kriteria kesembuhan.Penderita urethritis gonore dinyatakan sembuh bila : setelah 7 hari sesudah pengobatan tanpa hubungan seksual penderita secara klinis maupun laboratorium dinyatakan baik. Bila dalam waktu kurang dari 7 hari, disertai hubungan seksual dan ternyata dalam pemeriksaan klinis dan laboratoris masih positif, penderita dinyatakan reinfeksi. Sedangkan bila diluar kriteria tersebut diatas dianggap relaps.

H. KOMPLIKASI  Pada pria:

1. Uretritis

Uretritis yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut, dan dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, ascenden, dan diseminata.

2. Tysonitis

Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjasdi pada penderita denga preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosa dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.

3. Parauretritis

Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipspadia. Infgeksi pada pus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.

4. Littritis

Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, bisa terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.

5. Cowperitis

Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar cowperdapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perinium disertai rasa penuh dan penas, nyeri pada waktu defekasi dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum, dan mengakibatkan proktitis.

(10)

6. Prostatitis

Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis, melese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang airbesar dan obstipasi.

Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan proktitis.

Bila proktitis menjadi kronis, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasda tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokokus atau gonokokus. 7. Vesikulitis

Vesikulitis biasanya radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimis akut. Gejala subyektif menyerupai prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi dan spasme mengandung darah.

Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis seminali yang bengkak dan mengeras seperti sosis memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang membesar.

8. Vas deferentitis dan funikulitis

Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.

9. Epididimitis

Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalain penderita sendiri. Faktor yang mempengruhi keadaan ini antara lain irigasi yg terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas, atau terlalu pekat, instrumentasi yg terlalu kasar, pengurutan prostat yang berlebihan, dan aktifitas seksual jasmani yang berlebihan.

Epididimitis dan tali spematika membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengkibatkan sterilisasi.

(11)

Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuri.

 Pada wanita

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemuka dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana.

Pada mulanya hanya servik uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokokus mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar bartholin, rektum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.

1. Uretritis

Gejala utama ialah disuria kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifiisum uretra eksternum tampak merah, edematosa, dan ada sekret mukopurulen.

2. Parauretritis/skenitis

Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi. 3. Servisitis

Dapat asimptomatis, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan servik tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Sekret tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis. Yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

4. Barthonilitis

Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeritekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbatdapat timbul abses dan dapat pecah menjadi mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau kista. 5. Salpingitis

Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi yaitu:

- Masa puerperium (nifas) - Dilatasi setelah kuratese

- Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Cara infeksi langsung dari servik melalui tuba fallopi sampai pada daerah salping dan ovarium. Sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan

(12)

sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, discharge tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

 Infeksi non-genital

Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga dapat menyebabkan infeksi non-genital yang akan diuraikan berikut ini:

1.Proktitis

Proktitis pada pria dan wanita umunya asimptomatis. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritewmatosa, edematosa, dan tertutup mukosa purulen.

2.Orofaringitis

Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonorea lebih sering daripada gingivitis, stomatitis atau laringitis. Keluhan sering bersifat asimptomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulenyang ringan atau sedang.

3.Konjungtivitis

Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahirdari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularanpada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan berupa fotofobi, konjungtiva bengkak, dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis, sampai timbul kebutaan.

4.Gonore diseminata

Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore disseminata. Penyakit ini banyak ddapat pada penderita dengan gonore asimptomatik sebelunya, terutama pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis (terutama mono artritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dermatitis.

I. DIAGNOSIS BANDING

 Uretritis Non Gonore/UNG

Bukan disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhea. Keluhan keluarnya cairan mukopurlen/ nanah dari lubang kelamin, yang jumlah sekretnya tidak terlalu banyak, cairan tersebut lebih encer dari pada uretritis gonore, serta eritema ringan tanpa disertai udem pada orifisium uretra eksterna. Masa inkubasi

(13)

UNG sekitar 1-2 minggu setelah kontak, yang berbeda dengan uretritis Gonore yang masa inkubasinya lebih cepat yaitu 2-5 hari.

 Trikhomoniasis

Merupakan infeksi saluran urogenital, bersifat akut/kronis, penyebab Trichomonas vaginalis, persamaan dengan GO sama-sama menimbulkan peradangan saluran urogenital, masa inkubasi 4hr-3 mgg. Mengeluarkan sekret vagina yg berbeda yaitu bersifat seropurulen, berbau amis, warna kekuningan, dan berbusa. Pada laki-laki dengan infeksi akut terdapat disuria, poliuri, duh tubuh uretra mukopurulen, kadang pd urin ada benang-benang halus.

 Chlamidia Trachomatis

Penularan bisa secara seksual, dan bawaan/kongenital, bisa menyebabkan infeksi umum saluran kemih (uretritis, servisitis, salpingitis, serta trachom) tapi gejala ini tidak senyata gonore, masa inkubasi 721 hr.

J. PENCEGAHAN

Karena gonore ini sangat menular namun seringkali tidak menampakkan gejala gejala khusus, seseorang yang pernah melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan sebaiknya memeriksakan dirinya dengan teratur. Penggunaan kondom dan difragma dapat mencegah penularan. Selain itu perlu terus waspada, karena sekali seseorang terinfeksi, tidak berarti selanjutnya ia menjadi kebal atau imun. Banyak orang terserang gonore ini lebih dari sekali.

Pencegahan jauh lebih baik dan lebih mudah dibandingkan dengan pengobatan. Perlu di tinjau kembali perilaku seksual sekarang, dan segera meninggalkan perilaku yang beresiko dan tidak bertanggung jawab. Jika sudah terlanjur terinfeksi, segeralah memeriksakan diri

ke dokter.

K. PROGNOSIS

Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang. Biakan setelah pengobatan perlu dilakukan untuk memeriksa kesembuhan.

(14)

Pada pria, gonore yang tidak diobati akan menghilang setelah beberapa minggu, walaupun sedikit lendir mukoid dan uretra mungkin masih keluar selama berbulan-bulan. Striktur uretra sering terjadi, terutama setelah serangan berulang-ulang kambuh atau yang tidak diobati.

Wanita yang tidak diobati mungkin tetap merupakan carrier selama berbulan-bulan dan menimbulkan infeksi gonokok ekstragenital. Angka kegagalan pengobatan tetap tinggi kira-kira 3%-8% walaupun pengobatan sesuai dengan yang diigariskan. Insiden reinfeksi tinggi.

(15)

BAB III

KESIMPULAN

Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore mempengaruhi baik laki-laki maupun perempuan yang ditularkan melalui hubungan seksual vaginal, oral maupun anal dan dapat masuk ke dalam uretra, anus, tenggorokan, cerviks (leher rahim) atau rahim. Orang bisa juga mendapatkan infeksi dari mata. Pada laki-laki gejala yang timbul berupa terjadi uretritis, keluar cairan seperti nanah dari penis, uretra meradang, perih saat buang air kecil, terjadi epididimitis. Sedangkan pada perempuan akan timbul gejala berupa terjadi cervicitis, keluar cairan seperti nanah dari vagina, nyeri saat buang air kecil, susah buang air kecil, menstruasi pendarahan. Pemeriksaan untuk gonore dilakukan dengan mengambil sampel dari cervix atau penis bila melakukan hubungan seksual oral diambil sampel dari tenggorokan dan mengambil contoh urine. Pencegahan untuk penyakit gonore yaitu melakukan seks yang aman dengan menggunakan kondom. Mengobati gonore dengan menggunakan antibiotik. Rehabilitasi yang dilakukan dengan sikap kepatuhan penderita terhadap pengobatan, konsultasi ke klinik kesehatan seksual, serta dukungan dan simpati dari mitra seksual. Gonore jika didiagnosis dini dan pengobatan tepat dan segera menghasilkan prognosis baik, tetapi bila telah sampai pada tahap lanjut memberikan prognosis buruk.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Methods InThe Diagnosis Of Gonorrhoea.

http://www.searo.who.int/EN/Section10/Section17/Section53/Section479_1686.ht m. Diakses tanggal 1 Maret 2012.

Anonim. 2012. Neisseria Gonorrhoea. http://en.wikipedia.org/wiki/ Neisseria_gonorrhoeae. Diakses tanggal 1 Maret 2012.

Devrajani, Bikha R. 2010. Frequency And Pattern Of Gonorrhoea At Liaquat University Hospital, Hyderabad (A hospital Based Descriptive Study).

http://jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=1898. Diakses tanggal 1 Maret 2012.

Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Gonore. Edisi V. Cetakan III , 2008 dengan perbaikan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta , hal : 369-374.

Fitzpatrick,Thomas Bernard. 2003. Dermatology in General Medicine : Gonorrhea. 6th Edition. McGraw Hill Professionals. New York, hal : 2454-2458.

Fitzpatrick,Thomas Bernard. 2009. Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology : Neisseria Gonorrhea: Local Infections.6th Edition. McGraw-Hill Medical. New York, hal. 689-692.

Hartanto. H. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Ed.29,EGC,Jakarta. Larry I, Lutwick. 2009. Gonococcal Infections.

http://emedicine.medscape.com/article/218059-treatment. Diakses tanggal 1 maret 2012.

Marcus, Ulrich. 2010. Reported Incidence Of Gonorrhoea And Syphilis In East And West Germany 1990-2000 – Effects Of Reunification And Behaviour Change. http://www.eurosurveillance.org. Diakses tanggal 2 Maret 2012.

Siregar,R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit : Gonore. Edisi 2. EGC. Jakarta, hal :299. Thieme, George. 2006. Thieme Clinical Companions Dermatology : Gonorrhea. Götz,

Ludwigsburg. Stuttgart, hal : 164-169.

Thomas P.,MD.Habif. 2003. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy : Gonorrhea. 4th Edition. Mosby. Hanover,NH,USA, hal : 292-294.

Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis & Treatment In Infectious Diseases. The McGraw- -Hill Companies, USA.

Referensi

Dokumen terkait

Kencing nanah atau Gonore biasanya mengenai mata bayi, menyebabkan gejala, seperti sensitifitas pada mata dan kotoran seperti nanah dari

Meskipun adakalanya kandida menyebabkan balanopostitis yang bersifat ekstensif pada laki-laki yang memiliki pasangan wanita yang mengalami kandidiasis vagina, kejadian

Keluar Cairan Kuning Kehijaun Dari Lubang Kemaluan Gejala Sakit Apa - Kemungkinan besar yang terjadi pada wanita apabila terserang penyakit kencing nanah

Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam... Pencegahan Penyakit

Ciprofloxacin Obat Kencing Nanah Di Apotik ~ Gejala gonore yang sering muncul, baik pada pria maupun wanita, di antaranya adalah saat buang air kecil akan terasa sakit atau perih

Tanda dan gejala yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain a) keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina; b) aroma air ketuban berbau manis dan tidak

Meskipun Trichomonas vaginalis dapat ditemukan pada uretra, urin dan cairan prostat pria yang berkontak seksual dengan dengan wanita yang menderita

Pengkajian Data Obyektif Pada tinjauan pustaka didapatkan tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,