• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KONDISI UMUM DAERAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONDISI UMUM DAERAH

2.1. Geografi dan Demografi Wilayah 2.1.1.Geografis Kota Solok

Secara geografis Kota Solok berada pada posisi 0044’28”LS sampai 0049’12”LS dan 100032’42”BT sampai 100041’12”BT, dengan luas wilayah 57,64 km2 atau lebih kurang 0,14% dari luas wilayah Propinsi Sumatera Barat. Kota Solok merupakan salah satu dari tujuh kota di Propinsi Sumatera Barat, dan berada pada simpul jalan lintas sumatera, dengan jarak terhadap kota-kota utama di Sumatera Barat, yaitu + 64 km dari kota Padang dan + 73 km dari Kota Bukittinggi. Selain itu, wilayah Kota Solok yang terdiri atas dua kecamatan, Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan, dikelilingi dan berbatasan langsung dengan beberapa kenagarian di Kabupaten Solok dan Kota Padang.

Posisi geografis yang demikian mempengaruhi bentangan alam Kota Solok, dengan topografi yang bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian antara 100–1.525 meter di atas permukaan laut (dpl), dengan keadaan kelerengan wilayah, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Berdasarkan Kemiringan No Klasifikasi

Lereng

Kelerengan Lubuk Sikarah Tanjung Harapan Jumlah

(%) (Ha) % (Ha) % (Ha) %

1 Datar 0 – 2 561,36 16,04 223,15 9,86 784,51 13,61

2 Landai 2 – 8 890,86 25,45 984,52 43,49 1.875,38 32,54 3 Berbukit 8 – 15 440,16 12,58 621,97 27,47 1.062,13 18,43 4 Curam 15 – 25 730,77 20,88 249,73 11,03 980,50 17,01 5 Sangat Curam 25 – 40 776,79 22,19 178,23 7,87 955,01 16,57 6 Sangat Curam,

Terjal

> 40 100,28 2,87 6,18 0,27 106,46 1,85

3.500 100,00 2.264 100,00 5.764 100,00 Sumber: Dokumen RTRW Kota Solok 2012

Berdasarkan tabel di atas, Kota Solok dengan klasifikasi lerengnya yang landai menjadi wilayah yang paling luas yaitu sebesar 32,54% atau seluas 1.875,38 Ha yang tersebar di bagian selatan dan utara kota. Selanjutnya wilayah dengan klasifikasi lerengnya yang berbukit yaitu seluas 1.062,13 Ha atau 18,43% tersebar di bagian timur laut dan bagian barat kota. Wilayah dengan klasifikasi lerengnya curam adalah seluas 980,50 Ha atau sebesar 17,01% juga tersebar di bagian timur laut dan bagian barat

(2)

kota. Wilayah dengan klasifikasi lereng yang sangat curam yaitu sebesar 16,57% atau seluas 955,01 Ha tersebar di bagian utara dan beberapa di arah barat kota. Wilayah dengan klasifikasi lereng yang datar adalaha sebesar 13,61% atau seluas 784,51 Ha tersebar di pusat kota. Sementara itu, wilayah dengan klasifikasi lerengnya sangat curam adalah sebesar 1,85% atau seluas 106,46 Ha tersebar di arah barat kota.

Kota Solok dengan luas 5.764 Ha dan dengan luas kemiringan yang tergambar di atas telah dimanfaatkan dengan uraian seperti tabel berikut:

Tabel 2.2.

Luas Tanah Menurut Penggunaannya per Kecamatan di Kota Solok

Penggunaan Tanah

Luas Tanah Kecamatan

(Ha) Jumlah

(Ha)

Persentase Lubuk (%)

Sikarah

Tanjung Harapan

01. Perumahan/ 514.21 309.01 823.22 14.28

02. Lapangan Olahraga 3.12 8.59 11.71 0.20

03. Kuburan 6.48 7.02 13.50 0.23

04. Perkantoran 9.67 11.29 20.96 0.36

05. Pendidikan 8.10 5.77 13.87 0.24

06. Kesehatan 16.51 6.60 23.11 0.40

07. Sarana Ibadah 7.24 7.63 14.87 0.26

08. Hotel 3.19 4.06 7.25 0.13

09. Pasar, Pertokoan, Terminal

67.18 91.20 158.38 2.75

10. Tempat Hiburan 0.10 12.34 12.44 0.22

11. Industri 20.20 10.75 30.95 0.54

12. Sawah 934.63 299.17 1233.80 21.41

13. Perkebunan Rakyat 66.54 73.98 140.52 2.44 14. Kebun Campuran 377.15 257.63 634.78 11.01 15. Semak, Alang-alang 353.44 350.02 703.46 12.20

16. Hutan 842.89 515.94 1358.83 23.57

17. Tegalan 201.30 123.27 324.57 5.63

18. Kolam Ikan, Rawa 10.55 10.45 21.00 0.36

19. Lain-lain 57.50 159.28 216.78 3.76

Jumlah / Total 3.500 2.264 5.764 100.00 Sumber: Kota Solok Dalam Angka Tahun 2013

Di samping itu, Kota Solok mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin Barat, yang tidak jauh berbeda dengan kota-kota di Sumatera Barat pada umumnya, dengan temperatur udara rata-rata terendah mencapai 26,10C dan temperatur udara tertinggi mencapai 28,90C.

(3)

Adapun sumber air yang terdapat di Kota Solok, terdiri dari mata air, air tanah dangkal dan sungai (air permukaan), dimana Kota Solok dilewati oleh 3 aliran sungai yaitu Batang Lembang, Batang Gawan dan Batang Binguang yang dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan pertanian, perikanan dan kegiatan rumah tangga, dan sebagai sumber air bersih.

2.1.2.Demografi Kota Solok

Kota Solok pada tahun 2012 berdasarkan data BPS mempunyai penduduk berjumlah 61.152 jiwa. Lebih jauh terkait penduduk, apabila ditinjau dari perbandingan penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, data BPS Kota Solok memperlihatkan perbandingan penduduk sebagai berikut:

Tabel 2.3

Penduduk Kota Solok Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin tahun 2012 NO. KELOMPOK UMUR JENIS KELAMIN

TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN

I 0 – 14 Tahun 9.708 9.219 18.927

II 15 – 59 Tahun 18.290 18.900 32.190 III 60 Tahun keatas 2.183 2.852 5.035

Total 30.181 30.971 61.152

Sumber: Kota Solok Dalam Angka Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Solok relatif lebih banyak pada kelompok usia produktif dibandingkan dengan jumlah penduduk non usia produktif dan jumah perempuan pada usia produktif lebih banyak dari laki- laki. Mayoritas penduduk usia produktif Kota Solok bekerja pada bidang perdagangan yaitu sebesar 33,43% dengan penyerapan tenaga kerja perempuan 39,54% dan tenaga kerja laki-laki 29,57%. Lapangan pekerjaan yang kedua terbanyak di Kota Solok adalah jasa-jasa yaitu sebesar 32,21% dimana tenaga kerja perempuan sebesar 40,77% dan tenaga kerja laki-laki 26,80%. Di posisi ketiga, lapangan pekerjaan yang terserap oleh penduduk Kota Solok adalah bidang pertanian yaitu 10,14% dengan penyerapan tenaga kerja perempuan 11,58% dan tenaga kerja laki-laki 9,24%. Kondisi penyerapan tenaga kerja ini menunjukkan aktivitas ekonomi Kota Solok yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan pada ketiga sektor/bidang di tersebut atas.

(4)

Sedangkan 24,22% lapangan usaha lainnya, didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yang bekerja pada lapangan usaha pertambangan/penggalian, industri, listrik, gas, air minum, konstruksi, transportasi/komunikasi, bank/lembaga keuangan serta lapangan usaha lainnya. Berikut dapat dilihat persentase lapangan usaha yang ada di Kota Solok.

Grafik 2.1

Distribusi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2012

Sumber: Kota Solok Dalam Angka 2013

Kemiskinan di Kota Solok dipahami lebih menitikberatkan pada standar kemiskinan yang masih berbasis konsumsi dan pemenuhan kebutuhan dasar, yakni didasarkan pada kegagalan pemenuhan kebutuhan pangan dan kebutuhan sehari- harinya seperti pakaian, transportasi, pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya.

Pemahaman kemiskinan konsumsi inilah yang melatarbelakangi munculnya kebijakan untuk meningkatkan pendapatan, baik melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan produktivitas, maupun kebijakan untuk mengurangi biaya yang yang harus ditanggung oleh orang miskin, seperti subsidi biaya barang kebutuhan pokok dan penyediaan pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Jika dikaitkan dengan pengangguran, tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup secara optimal.

Hal ini akan berdampak pada meningkatnya jumlah kemiskinan, demikian pula dengan bertumbuhnya jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan perluasan lapangan kerja,

(5)

akan berdampak meningkatnya angka kemiskinan, pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan semakin beratnya beban dan tanggung jawab masyarakat.

APBD juga dianggap berpengaruh pada tingkat kemiskinan, alokasi APBD diharapkan mampu mendorong akan memberikan stimulan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat tentunya alokasi APBD yang berphak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kebijakan ekonomi yang pro poor (berpihak kepada kemiskinan) memberikan dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap pengurangan tingkat kemiskinan.

Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha menjadi permasalahan masyarakat miskin di Kota Solok khususnya di bidang ekonomi, sehingga ada yang menganggur atau tidak memiliki pekerjaan tetap. Bila ditelusuri lebih jauh, faktor penyebab dan upaya penanggulangan yang dilakukan adalah:

1. Lahan garapan pertanian yang semakin sempit, bahkan banyak lahan yang tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Lahan yang sempit sangat tidak ekonomis untuk diusahakan dan hasilnya hanya cukup untuk dikonsumsi penggarap. Bahkan dari beberapa survey penyandang masalah kesejaheraan sosial yang dilaksanakan secara wawancara oleh Pekerja Sosial Masyarakat, masih banyaknya petani yang tidak memiliki lahan sendiri dan hanya bekerja sebagai buruh tani saja.

Upaya yang dilakukan adalah dengan mengarahkan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Fakir Miskin dalam mendapatkan lahan pertanian, dimana kelompok masyarakat miskin diberi modal untuk memagang/mengontrak lahan pertanian secara berkelompok, tetapi hal ini kurang efektif karena pengelolaannya secara berkelompok.

2. Keterbatasan akses terhadap faktor produksi yang berdampak pada rendahnya kemampuan mengakses kesempatan usaha yang ada.

Keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kewirausahaan dan rendahnya motivasi untuk mengembangkan diri. Disamping keterbatasan ini juga disebabkan oleh lemahnya modal usaha dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk mengakses lembaga keuangan yang ada. Hal ini disebabkan oleh kerumitan prosedur lembaga keuangan yang tidak sepenuhnya berpihak pada masyarakat miskin.

(6)

Terbatasnya lapangan pekerjaan seringkali masyarakat miskin melakukan pekerjaan yang beresiko tinggi dengan imbalan yang tidak seimbang dengan kebutuhan serta tidak mempunyai kepastian berkelanjutan. Upaya penanggulangan yang telah dilaksanakan adalah dengan memberikan latihan keterampilan kerja dan keterampilan berusaha dengan harapan sasaran mempunyai keahlian untuk mendapatkan pekerjaan dan mampu berusaha. Namun upaya ini belum didasari atas kebutuhan masyarakat sasaran tetapi didasari oleh kebutuhan adanya program.

Masyarakat miskin juga memiliki akses yang rendah terhadap pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Sebagian besar penduduk miskin hanya berpendidikan rendah yang disebabkan karena biaya sekolah yang relatif mahal. Untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan, dapat digunakan APK sebagai indikatornya yang paling sederhana. APK diperoleh dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut. APM diperoleh dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada usia jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut.

Berdasarkan APM yang ada pada tahun 2012, ternyata APM terendah terdapat di tingkat SMP/MTs yaitu 88,69%, ditingkat SD/MI yaitu 101,32%, sedangkan APM tertinggi di tingkat SMA/MA yaitu 116,09%. Begitu juga pada tahun 2011, APK SMP/MTs yaitu sebesar 76,85% menjadi APK terendah dari ketiga jenjang pendidikan.

Untuk APK tingkat SD/MI adalah sebesar 102,06% dan APM tingkat SMA/MA adalah sebesar 119,96%. Ini menunjukkan bahwa semua penduduk usia sekolah dasar telah bersekolah, namun pada usia pendidikan menengah pertama masih terdapat penduduk Kota Solok yang tidak bersekolah.

Masyarakat miskin memiliki derajat kesehatan yang rendah karena terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan dan kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap perilaku hidup sehat. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya daya tahan mereka untuk bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, serta rendahnya derajat kesehatan ibu.

(7)

Pembangunan dibidang kesehatan juga dapat dilihat dari beberapa capaian indikator kinerja kesehatan. Untuk capaian yang bagus perolehannya dalam kurun waktu dua tahun terakhir adalah angka harapan hidup penduduk di Kota Solok pada tahun 2012 meningkat menjadi 70,03 tahun dari 69,86 tahun pada tahun 2011, prevalensi gizi kurang pada balita pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,25% atau menurun 2,49% dari 8,74% pada tahun 2011, rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat mencapai 70% di tahun 2012 sedangkan di tahun 2011 adalah sebesar 65%, serta pada umumnya ketersediaan obat sudah terpenuhi di seluruh Puskesmas.

Untuk capaian indikator bidang kesehatan yang tidak bagus perolehannya adalah angka kematian bayi yang meningkat menjadi 9,18 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2012 dari 7,2 per 1.000 kelahiran hidup ditahun 2011 dan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2012 menurun menjadi 92,36% dari 99,7% pada tahun 2011, angka kematian Ibu melahirkan di Kota Solok pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 250,4 per 100.000 kelahiran hidup dari 160,9 per 100.000 kelahiran hidup ditahun 2011. Pada tahun 2012 terdapat 3 orang ibu melahirkan meninggal dari total 1.198 orang yang dikarenakan ibu tersebut memiliki penyakit lain seperti Hipertensi. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2 orang ibu melahirkan meninggal dari total 1.243 orang yang disebabkan terlambat mengambil keputusan atau tindakan untuk melakukan operasi. Dari kondisi tersebut, dapat dilihat bahwa persentase ibu hamil resiko tinggi, masih cukup besar serta kurangnya kepercayaan terhadap tenaga kesehatan terlatih dalam penanganan kesehatan khsususnya pada persalinan.

Masyarakat miskin memiliki akses dan fasilitas infrastruktur dasar yang juga rendah. Di antara beberapa indikator pada bidang infrastruktur dasar yaitu proporsi rumah tangga tanpa sanitasi layak, penduduk berakses air bersih dan rasio drainase dalam kondisi baik. Pada tahun 2012, proporsi rumah tangga tanpa sanitasi layak di Kota Solok lebih baik dari tahun sebelumnya, dimana terjadi penurunan menjadi 14,22% dari 18,77% pada tahun 2011. Untuk penduduk berakses air bersih juga lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 penduduk berakses air bersih adalah sebesar 95% meningkat dari 87,85% di tahun 2011. Sedangkan untuk rasio drainase dalam kondisi baik malah terjadi penurun, yaitu pada tahun 2012 adalah sebesar 82%

turun dari 82,5% di tahun 2011.

(8)

Pembangunan infrastruktur dapat mempercepat proses penanggulangan kemiskinan karena penyediaan infrastruktur dapat membantu kelompok miskin mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Selain itu infrastruktur yang baik dapat meningkatkan modal sosial. Kemiskinan mungkin terjadi akibat tingkah laku dan mentalitas, dan infrastruktur dapat meningkatkan interaksi antar kelompok masyarakat sehingga dapat meningkatkan produktivitas masyarakat miskin.

Karena itu penanggulangan kemiskinan dapat dipercepat jika pembangunan infrastruktur dibuat pada lokasi yang tepat dan memberikan efek pendistribusian dan efek multiplier yang memihak kepada kelompok miskin. Pembangunan atau peningkatan jalan, misalnya, dapat mempermudah masyarakat dalam menjalankan aktivitas disamping menunjang pengembangan wilayah, karena akan meningkatkan akses di segala bidang, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial dan sebagainya.

Infrastruktur jalan yang baik akan memperlancar arus distribusi barang dan jasa dan meningkatkan peluang investasi.

Penataan lingkungan dan infrastruktur mempunyai dampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Sebaliknya, lingkungan dan prasarana dan sarana permukiman yang tidak memadai mengakibatkan terhambatnya hubungan antar masyarakat dan menimbulkan suasana yang tidak nyaman, tidak teratur dan tidak sehat.

2.2. Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi adalah bahwa pertumbuhan ekonomi mencerminkan dinamika perekonomian masyarakat, apabila pertumbuhan ekonomi masyarakat berkembang dengan optimal sehingga diharapkan dapat berdampak pada pengurangan tingkat kemiskinan.

Dibidang pertumbuhan ekonomi, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk domestik regional bruto (PDRB). Jika dilihat pertumbuhan PDRB Kota Solok tahun 2012 yakni sebesar 6,33%

mengalami peningkatan yang kurang signifikan dibanding tahun 2011 yang hanya tercapai sebesar 6,07%. Terjadinya peningkatan pertumbuhan PDRB ini, dikarenakan terjadinya peningkatan pertumbuhan dibeberapa sektor perekonomian yakni sektor pertanian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

(9)

Jika dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat, pertumbuhan PDRB Kota Solok tahun 2012 berada di bawah laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Barat.

Bila dilihat dari pertumbuhan masing-masing sektor, terlihat bahwa pada tahun 2012, bangunan mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 7,02%. Sedangkan sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yang terendah dibanding sektor lainnya yakni hanya tumbuh sebesar 4,26%, sebagaimana terlihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 2.2

Sumber: Kota Solok Dalam Angka 2013 2.3. Inflasi

Laju inflasi adalah faktor ekonomi lainnya yang dianalisis untuk melihat capaian kinerja fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi. Pengendalian laju inflasi termasuk dalam kebijakan moneter yang merupakan kewenangan dari Bank Indonesia.

Namun tidak terlepas juga peranan pemerintah daerah dalam menjaga kestabilan dan ketersediaan barang kebutuhan pokok, sehingga tidak terjadi gejolak harga dipasaran.

Berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik angka inflasi pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,85%.

2.4. Administrasi Wilayah

Kota Solok dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil di lingkungan Daerah Sumatera Tengah junto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintah Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh. Kota Solok diresmikan tanggal 16 Desember 1970 oleh Menteri Dalam Negeri yang pada saat itu dijabat oleh Amir Mahmud. Dengan terbentuknya Kotamadya Dati II Solok maka dikeluarkanlah

(10)

Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Pemda 7/9–10-313 tanggal 23 November 1970 mengangkat Drs. Hasan Basri sebagai Pejabat Kepala Daerah yang pertama.

Pelayanan publik Pemerintah Kota Solok mulai secara resmi dibuka pada tanggal 21 Desember 1970 di Kantor Balaikota Solok dan mulai saat itu Pemerintah Kotamadya Solok secara bertahap melaksanakan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) aparatur, bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.

Wilayah Kota Solok berasal dari salah satu wilayah adat yaitu Nagari Solok berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1966, ditambah Jorong Laing dari bagian Nagari Guguk Sarai di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Solok.

Dalam usaha penyempurnaan dan kelancaran pelayanan publik di Pemerintahan Daerah Tk. II Kotamadya Solok, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan Nomor 21/Desth/Wako/71 tanggal 10 Maret 1971 tentang Pembentukan 13 Resort Administrasi yaitu:

1. Resort Tanah Garam 2. Resort Enam Suku 3. Resort Sinapa Piliang 4. Resort IX Korong

5. Resort Kampai Tabu Karambie (KTK) 6. Resort Aro IV Korong

7. Resort Simpang Rumbio 8. Resort Koto Panjang

9. Resort Pasar Pandan Airmati 10. Resort Laing

11. Resort Tanjung Paku 12. Resort Nan Balimo 13. Resort Kampung Jawa

Sebaran administratif Kota Solok hingga kondisi tahun 2012 adalah dua (2) Kecamatan dengan 13 (tiga belas) kelurahanya yaitu Kecamatan Lubuk Sikarah yang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dan Kecamatan Tanjung Harapan terdiri dari 6 (enam) kelurahan, dimana tersebar 45 SD, 8 SMP, dan 12 SMA. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan terdapat 2 RSU, 4 Puskesmas, 81 Posyandu dan 17 Pustu, yang tersebar

(11)

pada dua kecamatan tersebut. Di samping itu, untuk menjalankan administrasi pemerintahan daerah, di Kota Solok terdapat 40 SKPD yang berkewajiban untuk melayani masyarakat.

Dalam hal pendidikan bagi masyarakat miskin disediakan beasiswa untuk 5.520 siswa SD miskin berprestasi, untuk jenjang SMP sebanyak 2.760 siswa dan untuk jenjang SMA sebanyak 6.000 siswa. Dalam pelayanan publik dibidang pendidikan Kota Solok sadar tingkat pendidikan masyarakat kunci sebuah kemajuan dan demi kesuksesan wajib belajar 12 tahun, pemerintah telah menggratiskan biaya-biaya pendidikan dari SD sampai SLTA. Semua biaya yang menyangkut pendidikan, baik berupa biaya operasional sekolah maupun non operasional, tidak dibebankan lagi kepada orang tua siswa. Tapi semuanya ditanggung APBD Kota Solok. Untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang kesehatan juga disediakan pelayanan jaminan kesehatan daerah untuk masyarakat miskin.

Untuk jarak pelayanan publik di Kota Solok merupakan perlintasan antara beberapa Kabupaten/Kota, dengan demikian akses masyarakat terhadap pusat pelayanan terbilang mudah dan keadaan ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kemiskinan.

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengkaji komunikasi melalui media radio dan media cetak. Pada tahun 1960-1970 pendekatan ini banyak digunakan untuk mengkaji media televisi yang pada masa itu telah

Dari segi teoritis, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki keunggulan apabila diterapkan pada pembelajaran akuntansi dibandingkan model pembelajaran konvensional,

Dengan MAPLE dibuat algoritma yang didasarkan pada minimisasi hamiltonian persamaan KdV atas suatu gelombang yang didekati dengan deret Fourier orde dua..

Akan tetapi pada masa nimfa betina pada varitas IR 26 dan masa nimfa pada jantan pada vareitas IR-72 masih menunjukkan masa nimfa yang lebih panjang dibanding kontrol (Tabel 5),

Berdasarkan hasil pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pendekatan Big Book dapat membantu anak usia 4-5 tahun dalam meningkatkan

Kesimpulan bahwa Bahwa kinerja pegawai dalam pelayanan publik di Kecamatan Gu, yang dikaji melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap beberapa indikator dapat

Untuk potensi pengembangan produk pengganti tidak menunjukkan adanya dampak yang signifikan terhadap perkembangan bisnis Toko Fajar Baru, karena produk pengganti