• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2010"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT UNTUK MENINGKATKAN PRODUK KAIN BATIK TULIS YANG BERKUALITAS DI DESA CIBELOK

KECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG

Oleh:

1. Saufik Luthfianto, S.T (KETUA) 2. Drs. Suwandono, M.Pd (ANGGOTA)

DIBIAYAI OLEH DIRJEN DIKTI NOMOR: 137/006.2/PP3/2010

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2010

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

1. a. Judul Penelitian : Penerapan Metode Quality Function Deployment Untuk Meningkatkan

Produk Kain Batik Tulis Yang Berkualitas di Desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang

b. Bidang Ilmu : Teknologi (Teknik Industri) c. Kategori Penelitian : Pengembangan Ilmu Pengetahuan

2. Ketua Peneliti :

a. Nama : Saufik Luthfianto, S.T.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Gol. Pangkat dan NIPY : Penata Muda IIIa/18752531981 d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium f. Fakultas/Program Studi : Teknik/Teknik Industri 3. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang

4. Lokasi Penelitian : Sentra Industri Batik Tulis Desa Cibelok Kabupaten pemalang

5. Kerjasama Dengan Institusi Lain

a. Nama Institusi : -

b. Alamat : -

c. Telepon/Faxs/e-mail : - 6. Waktu Penelitian : 6 bulan

7. Biaya : Rp. 8.500.000

(delapan juta lima ratus ribu rupiah) Tegal, 28 Juni 2010

Mengetahui: Ketua Peneliti,

Dekan Fakultas Teknik

(Drs. Suwandono, M.Pd.) (Saufik Luthfianto, S.T.)

NIPY. 5501061958 NIPY. 18752531981

Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian

(Siswanto, S.H, M.H.) NIP. 131996651

(4)

RINGKASAN

“PENERAPAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT UNTUK MENINGKATKAN PRODUK KAIN BATIK TULIS YANG

BERKUALITAS DI DESA CIBELOK KECAMATAN TAMAN KABUPATEN PEMALANG”

Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan sentra industri kecil. Sentra industri kecil merupakan industri yang dapat bertahan pada krisis ekonomi global yang sedang melanda negara-negara berkembang termasuk di Indonesia dan memberikan dampak sangat luas bagi kehidupan masyarakat. Salah satu sentra industri kecil yang banyak berkembang di Indonesia adalah sentra industri batik tulis. Dari hasil survey awal yang dilakukan terhadap konsumen batik tulis pemalang ditemukan bahwa banyak pelanggan yang mengeluhkan warna batik yang cepat pudar atau luntur, bahan yang tidak awet dan panas, serta konsumen lebih memilih produk batik tulis Tegal dari pada batik tulis Pemalang.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui keinginan pelanggan dan menilai sejauh mana respon konsumen terhadap produk kain batik tulis yang sudah dihasilkan oleh Sentra Industri batik tulis Desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang, Untuk mengetahui kepuasan pelanggan dalam sebuah rancangan desain batik tulis. Metode penelitian yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produk batik tulis pemalang berdasarkan voice of customers adalah Quality Function Deployment (QFD).

Hasil penelitian dengan menggunakan QFD adalah Terdapat sebelas atribut yang dipentingkan oleh konsumen yaitu Bahan baku utama kuat dan tahan lama (ditingkatkan), Tidak luntur (dipertahankan), Halus (ditingkatkan), Nyaman dipakai (ditingkatkan), Corak menarik dan rapi (dipertahankan), Banyak pilihan warna (dipertahankan), Mempunyai ciri khas (dipertahankan), Mudah perawatannya (dipertahankan), Motif modern dan klasik (dipertahankan), Lentur (fleksibel) (dipertahankan), Murah harganya (ditingkatkan)

Kata kunci: Quality Function Deployment, Tingkat kepentingan pelanggan, Tingkat kepuasan pelanggan, House of Quality

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah memberi ilmu, kekuatan dan kesempatan sehingga penelitian dengan judul

“Penerapan Metode Quality Function Deployment Untuk Meningkatkan Produk Kain Batik Tulis Yang Berkualitas Di Desa Cibelok Kecamatan Taman

Kabupaten Pemalang” ini dapat terselesaikan.

Keberhasilan terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Tri Jaka Kartana, M.Si selaku Rektor Universitas Pancasakti Tegal.

2. Siswanto, S.H, M.H. Selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Pancasakti Tegal.

3. Drs. Suwandono, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal.

4. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal.

5. Bapak dan ibu pemilik dan karyawan Sentra Industri Batik Tulis Pemalang desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penelitian yang lebih lanjut masih sangat diperlukan. Akhir kata penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi umumnya, dan khususnya Sentra Industry Batik Tulis Pemalang dan Universitas Pancasakti Tegal.

Tegal, Juni 2010 Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN DAN SUMMARY ... i PRAKATA ... ii

(6)

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Asumsi-asumsi ... 5

1.4. Batasan Masalah... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Batik Tulis... 6

2.1.1 Ciri Khas Batik Tulis ... 9

2.1.2 Desain Batik Tulis... 13

2.2 Kebutuhan Komponen Tentang Batik Tulis ... 14

2.3. Konsep Kualitas dan Kepuasan Pelanggan ... 15

2.4. Dimensi Kualitas... 17

2.5. Quality Function Deployment ... 18

2.5.1. Tahap Implementasi QFD ... 22

2.5.2. Tahap Perencanaan dan Persiapan ... 22

2.5.3. Mengumpulkan Suara Pelanggan (VOC)... 28

2.5.4. Klasifikasi Kebutuhan-kebutuhan Pelanggan ... 28

2.5.5. Mengumpulkan Data Kualitatif ... 29

(7)

2.5.6. Diagram Afinitas ... 32

2.6. Menyusun Rumah Kualitas (House Of Quality) ... 33

2.7. Rekayasa Teknis/Substitute Quality Characteristic (SQC) ... 37

2.7.1. Pengukuran Performasi Tingkat Atas (Top Level Performance Measurement) ... 37

2.7.2. Fungsi-Fungsi Produk (Product Function)... 38

2.8. Matrik Perencanaan... 39

2.9. Benchmarking ... 44

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT... 46

3.1 Tujuan Penelitian ... 46

3.2 Manfaat Penelitian ... 46

BAB IV METODE PENELITIAN ... 47

4.1 Tahap Awal Quality Function Deployment ... 47

4.1.1. Perumusan Masalah ... 47

4.1.2. Tujuan Penelitian ... 47

4.1.3. Studi Pustaka... 47

4.1.4. Survey Lapangan... 48

4.2. Tahap Pengumpulan Suara Pelanggan ... 48

4.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian... 48

4.2.2. Identifikasi Sampel Penelitian ... 49

4.2.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kualitatif ... 49

4.2.4. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kuantitatif ... 50

4.2.5. Pengujian Data ... 51

(8)

4.2.5.1. Uji Validitas ... 51

4.2.5.2. Uji Reliability ... 52

4.2.6. Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ... 53

4.3. Tahap Pembuatan Rumah Kualitas ... 53

4.3.1. Rekayasa Teknis (SQC) ... 53

4.3.2. Korelasi Teknis ... 54

4.3.3. Penentuan Matrik Hubungan (Relationship Matrik)... 54

4.4. Tahap Analisa dan Interpretasi... 56

4.5. Diagram Alir Penelitian ... 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1 Hasil ... 58

5.1.1 Tahap Pengumpulan Data Kualitatif (Voice of Customer) .. 58

5.1.2 Pengolahan Data Kuisioner... 63

5.1.2.1. Penentuan Jumlah Responden... 63

5.1.2.2. Uji Validitas ... 63

5.1.2.3. Uji Reliabilitas ... 65

5.1.3. Matrik Perencanaan (Planning Matrix) ... 66

5.1.3.1. Importance to Customer... 66

5.1.3.2.Customer Satisfaction Performance and Competitive Satisfaction Performance ... 67

5.1.3.3. Goal ... 68

5.1.3.4. Improvement Ratio ... 69

5.1.3.5. Sales Point ... 70

(9)

5.1.3.6. Raw weight and Normalized Raw Weight ... 71

5.1.4. Tahap Pembuatan House of Quality... 72

5.1.4.1. Respon Teknis ... 72

5.1.4.2. Reliationship Matrix dan Priorities... 76

5.1.4.3. Benchmarking ... 78

5.1.4.4. Technical Correlation... 79

5.1.4.5. Target... 82

5.2 Pembahasan... 84

5.2.1. Analisa Customer Needs ... 84

5.2.2 Analisa Prioritas Kebutuhan Pelanggan ... 85

5.2.2.1 Analisa Importance to Customer ... 85

5.2.2.2 Analisa Customer Satisfaction Performance and Competitive Satisfaction Performance ... 88

5.2.2.3. Analisa Improvement Ratio ... 91

5.2.2.4. Analisa Raw Weight... 93

5.2.3 Analisa Pembuatan House Of Quality ... 94

5.2.3.1. Analisa Matrik Hubungan ... 94

5.2.3.2. Analisa Prioritas Respon Teknis... 96

5.2.3.3 Analisa Benchmarking... 98

5.2.3.4. Analisa Target ... 99

5.2.3.5. Analisa Korelasi Antar Respon Teknis ... 100

5.2.3.5.1. Korelasi positif sangat kuat terjadi antar respon teknis ... 100

(10)

5.2.3.5.2. Korelasi positif lemah antar terjadi antar

respon teknis ... 104

5.2.4 Ringkasan Analisa QFD... 105

5.2.5 Perancangan Desain Peningkatan Kualitas Produk Batik Tulis Pemalang ... 107

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

6.1. Kesimpulan ... 110

6.2. Saran... 112 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 VOCT Part 1...30

Tabel 2.2 VOCT Part 2...31

Tabel 4.1 Pembobotan Tingkat Kepentingan Pelanggan ...50

Tabel 4.2 Pembobotan Tingkat Kepuasan Pelanggan ...51

Tabel 4.3 Derajat Pengaruh Teknis ...54

Tabel 4.4 Relationship Matrix...55

Tabel 5.1 Voice of Customer 1 ...58

Tabel 5.2 Voice of Customer 2 ...61

Tabel 5.3 Atribut Kuisioner...62

Tabel 5.4 Hasil Uji validitas Sampling Kepentingan ...64

Tabel 5.5 Hasil Uji Validitas Sampling Kepuasan ...64

Tabel 5.6 Hasil Uji validitas Sampling Kepentingan dan Kepuasan...65

Tabel 5.7 Importance to Customer...66

Tabel 5.8 Customer and Competitif Satisfaction Performance...67

Tabel 5.9 Goal ...68

Tabel 5.10 Nilai Improvement Ratio ...69

Tabel 5.11 Sales Point...71

Tabel 5.12 Nilai Raw Weight and Normalized Raw Weight ...72

Tabel 5.13 Respon teknis ...73

Tabel 5.14 Relationship...76

Tabel 5.15 Priorities dan Kontribusi ...78

(12)

Tabel 5.16 Benchmarking...79

Tabel 5.17 Simbol Technical Corelation...80

Tabel 5.18 Nilai target ...82

Tabel 5.19 Customer Need ...84

Tabel 5.20 Tingkat Kepentingan Untuk Tiap Atribut ...85

Tabel 5.21 Customer and Competitif Satisfaction Performance...82

Tabel 5.22 Perbandingan Tingkat Kepuasan dan Tingkat Kepentingan Btik Tulis Pemalang ...90

Tabel 5.23 Nilai Importance to Customer...92

Tabel 5.24 Nilai Raw Weight ...93

Tabel 5.25 Prioritas ...97

Tabel 5.26 Benchmarking...98

Tabel 5.27 Target Respon teknis ...99

Tabel 5.28 Ringkasan Analisa QFD...106

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan ... 17

Gambar 2.2 Rumah Kualitas ... 33

Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian... 57

Gambar 5.1 Relationship Matriks... 77

Gambar 5.2 Technical Correlation... 81

Gambar 5.3 House Of Quality ... 83

(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Customer and Competitif Satisfaction Performance ... 89 Grafik 5.2 Importance to Customer and Customer Satisfaction Performance. 91 Grafik 5.3 Ringkasan Analisa QFD ... 107

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Voice Of Customer 1...116

Lampiran 2. Voice Of Customer 2 (Atribut Kuisioner)...118

Lampiran 3. Daftar Kuisioner ...119

Lampiran 4. Data Kuisioner Tingkat Kepentingan Batik Tulis Pemalang ...123

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Tingkat Kepentingan Batik Tulis Pemalang...125

Lampiran 6. Data Kuisioner Tingkat Kepuasan Batik Tulis Pemalang ...127

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Tingkat Kepuasan Batik Tulis Pemalang ...130

Lampiran 8. Data Kuisioner Tingkat Kepuasan Batik Tulis Tegal ...132

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Tingkat Kepuasan Batik Tulis Tegal ...135

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan sentra industri kecil.

Sentra industri kecil merupakan industri yang dapat bertahan pada krisis ekonomi global yang sedang melanda negara-negara berkembang termasuk di Indonesia dan memberikan dampak sangat luas bagi kehidupan masyarakat. Sentra industri kecil termasuk industri kerajinan dan industri rumah tangga mampu menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri, meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja dan makin mampu meningkatkan peranannya dalam menyediakan barang dan jasa berbagai komponen baik untuk keperluan pasar dalam negeri dan luar negeri, tetapi seiring dengan proses globalisasi dan perdagangan bebas Industri Kecil Menengah kini merupakan salah satu sumber penting peningkatan ekspor non migas (Tambunan, 1993). Keberadaan industri kecil di Indonesia masih terjamin dan potensial untuk berkembang, terutama perusahaan kecil di daerah pedesaan (Marbun, 1993:27).

Perusahaan kecil di Indonesia dilihat dari potensi dan keberadaannya ada harapan untuk berkembang. Hal ini didukung usaha mereka untuk mengembangkan usaha perusahaan dengan cara membuka diri dan memperbaharui diri serta menyesuaikan gerak hidup usahanya dengan dasar-dasar managemen mutakhir (Marbun:1993:31).

Salah satu sentra industri kecil yang banyak berkembang di Indonesia adalah sentra industri batik tulis. Jawa Tengah telah lama menjadi barometer

1

(17)

perkembangan batik tulis Indonesia. Hampir tiap wilayah sub-budaya di provinsi ini mengembangkan berbagai motif tersendiri yang akhirnya dianggap sebagai batik khas daerah itu. Corak dan variasi batik tulis Jawa sendiri berjumlah ratusan.

Tiap variasi tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri. Jawa Tengah sendiri memiliki paling tidak memiliki 2 daerah yang menjadi sentra batik khususnya batik tulis tingkat regional maupun nasional, yaitu Pekalongan dan Surakarta (Solo) (http://www.pekalongankab.go.id). Pada perkembangannya ke timur batik tulis Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura.

Sedang ke arah Barat batik tulis berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon, Pekalongan dan Pemalang. Salah satu sentra industri batik tulis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sentra industri batik tulis yang berada di Desa Jebed Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.

Sampai saat ini sentra industri batik tulis ini belum mempunyai standart kualitas produk sehingga banyak terjadi complaint dari agen atau pengecer terhadap hasil produk yang berhubungan dengan kualitas, dimana banyak produk pada setiap kodi yang telah dikirim kepada distributor, agen atau pengecer dikembalikan atau tidak diterima karena kualitasnya kurang bagus, terutama produk batik tulisnya. Dari hasil survey awal yang dilakukan terhadap konsumen batik tulis pemalang ditemukan bahwa banyak pelanggan yang mengeluhkan warna batik yang cepat pudar atau luntur, bahan yang tidak awet dan panas, serta konsumen lebih memilih produk batik tulis Tegal dari pada batik tulis Pemalang.

(18)

Proses Perancangan dan pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk (Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger, 2001). Pengembangan produk dalam situasi dan kondisi apapun baik itu saat industri berubah cepat maupun stabil tetap mengandung resiko yang tinggi. Produk hasil pengembangan dikatakan sukses bila mendapat respon positif dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli produk. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah pengembangan produk. (Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger, 2001).

(Akao, 1990) menyatakan bahwa untuk menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu. Demikian juga menurut (Cohen,1995) Dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapablitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Dari pengamatan awal yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan desain batik tulis Pemalang dengan memperhatikan suara konsumen (voice of customers) yang didapat melalui metode Quality Function Deployment (QFD).

Penelitian yang terkait dengan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Aries Susanty, dkk (Proceeding International Seminar on Industrial Engineering and Management ISSN:1978-774X) tentang “Customer Preferences Analysis For

(19)

Developing Creativity In Batik Industri”. Penelitian oleh Aries Susanty mengidentifikasikan keinginan konsumen sebagai dasar pengembangan industri batik melalui QFD. Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Jono (2006) “Implementasi Metode Quality Function Deployment (QFD) Guna Meningkatkan Kualitas Kain Batik Tulis. Penelitian oleh Jono memberikan pengertian bahwa untuk mampu bersaing dan meraih pangsa pasar yang besar maka harus diperhatikan semua keinginan konsumen yang berhubungan dengan kualitas produk. Semua keinginan konsumen tertuang dalam atribut–atribut yang berhubungan dengan kualitas produk kain batik tulis, dimana atribut–atribut tersebut harus diperhatikan oleh produsen kain batik di Desa Nambangan Lor Kotamadya Madiun.

Berdasarkan studi awal dan dari penelitian dari kedua pembanding diatas muncul suatu ide untuk mengimplementasikan batik tulis berdasarkan keinginan konsumen dengan metode QFD. Desain tersebut akan diaplikasikan untuk mengetahui kualitas batik tulis Pemalang.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah

”Bagaimana Memahami Keinginan dan Kepuasan Pelanggan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Meningkatkan Produk Kain Batik Tulis Yang Berkualitas”.

Atas dasar rumusan masalah tersebut, penulis mengambil judul

“Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Meningkatkan

(20)

Produk Kain Batik Tulis Yang Berkualitas di Desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang ”.

1.3 Asumsi-Asumsi

Sedangkan untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pengumpulan data, maka asumsi-asumsi yang ditetapkan yakni:

1. Desain Kain batik Tulis yang diteliti tersebut dianggap sudah mewakili semua alternatif.

2. Data yang diperoleh melalui data book, kuisioner dan wawancara dianggap absah dan dapat dipergunakan.

3. Pelanggan yang menjadi responden penelitian ini dianggap sebagai pelanggan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap sentra industri.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya masalah, maka diperlukan suatu batasan masalah, adapun batasan masalahnya yaitu:

1. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen yang berlokasi di wilayah Kabupaten Pemalang

2. Penelitian ini dilakukan terhadap pelanggan yang pernah membeli produk ini.

3. Penelitian hanya dilakukan pada satu wilayah home industri saja yaitu Home Industry Desa Cibelok Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batik Tulis

Batik merupakan salah satu karya budaya bangsa yng bersifat khusus karena produk ini adalah hasil perpaduan antara seni dan teknologi. Nilai seni ditunjukkan dengan motif dan warna batik, sedangkan teknologi ditunjukkan dalam proses pembuatannya (Depperindag, 1999). Nian S. Djoemena (1990) berpendapat “bahwa membatik sama dengan melukis diatas sehelai kain putih.

Sebagai alat melukis dipakai canting dan sebagai bahan melukis dipakai cairan malam”. Menurut Konsensus Nasional 12 maret 1996, “ Batik adalah karya seni rupa pada kain, dengan pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang warna”. Menurut Konsensus tersebut dapat diartikan bahwa yang membedakan batik dengan tekstil pada umumnya adalah proses pembuatannya ( Riyanto.1997).

Dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa batik adalah suatu karya seni pada sehelai kain dengan berbagai corak dan warna yang dibuat dengan alat yang berupa canting dengan menggunakan lilin batik atau malam sebagai perintang warnanya kemudian dicelupkan pada zat warna.

Menurut Murtihadi dan Mukminatun (1979) bahwa proses membatik dibedakan menjadi dua yaitu batik tulis dan dan batik cap : Batik tulis, batik tulis yaitu kain batik yang proses pengerjaannya menggunakan alat canting untuk memindahkan lilin cair pada permukaan kain guna menutupi bagian tertentu yang

6

(22)

dikehendaki agar tidak terkena zat warna; Batik cap, batik cap yaitu kain batik yang pengerjaannya dilakukan dengan cara mencapkan lilin batik cair pada kain atau mori dengan alat cap berbentuk stempel dari plat tembaga yang sekaligus memindahkan pola ragam hias.

Batik tulis pemalang didesain dengan teknik gambar tangan (freehand drawing) menggunakan pensil pada kain yang kemudian diaplikasikan dengan lilin panas cair. Pengaplikasian lilin dilakukan secara seksama pada patra-patra sketsa menggunakan canthing, yaitu sebuah pena (stylus) tembaga dari yang mempunyai container di bagian atasnya. Selama membatik, pembatik meniup ujung canthing untuk menyakinkan bahwa lilin tetap pada kondisi yang cukup cair dan dan mudah untuk mengalir. Pada dasarnya sebuah karya seni membatik adalah karya seni, membatik adalah melukis. Canthing adalah alat menggambar batik utama yang ukuran ketebalan garisnya beragam tergantung pada derajat ketipisan garis atau titik yang dikehendaki. Area-area yang diisi adalah untuk mewarnai, akan diisi dengan lilin, kain kemudian direndam kedalam bak atau wadah pencelup. Lilin kemudian digelontorkan dengan air panas, dikerok dari bagian-bagian yang bermaterial kering, lalu dicelup. Berikutnya area-area lain ditutup dengan lilin, tindakan ini diulang selama setiap tahap pada proses pewarnaan (empat kali) atau lebih sampai keseluruhan patra dan efek warnanya tercapai.

Proses untuk membuat batik tulis pemalang meliputi langkah-langkah berikut: Sebelum kain mori dibatik, biasanya dilemaskan caranya adalah dengan digemplong, yaitu kain mori digulung kemudian diletakkan di tempat yang datar

(23)

dan dipukuli dengan alu yang terbuat dari kayu, Setelah kain menjadi lemas, maka tahap berikutnya adalah mola, yaitu membuat pola pada mori dengan menggunakan malam, Setelah pola terbentuk, tahap selanjutnya adalah nglowong, yakni menggambar di sebalik mori sesuai dengan pola. Kegiatan ini disebut nembusi., Setelah itu, nembok yang prosesnya hampir sama dengan nglowong tetapi menggunakan malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah untuk menahan rembesan zat warna biru atau coklat, Tahap selanjutnya adalah medel atau nyelup untuk memberi warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Proses medel dilakukan beberapa kali agar warna biru menjadi lebih pekat, Selanjutnya, ngerok yaitu menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga bekasnya berwarna coklat. Alat yang digunakan untuk ngerok adalah cawuk yang terbuat dari potongan kaleng yang ditajamkan sisinya, Setelah dikerok, kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam proses ini bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat, Setelah itu, dilanjutkan dengan nyoga, yakni memberi warna coklat dengan ramuan kulit kayu soga, tingi, tegeran dan lain-lain, Untuk memperoleh warna coklat yang matang atau tua, kain dicelup dalam bak berisi ramuan soga, kemudian ditiriskan. Proses nyoga dilakukan berkali-kali dan kadang memakan waktu sampai beberapa hari. Namun, apabila menggunakan zat pewarna kimia, proses nyoga cukup dilakukan sehari saja, Proses selanjutnya yang merupakan tahap akhir adalah mbabar atau nglorot, yaitu membersihkan malam. Caranya, kain mori tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih yang telah diberi air kanji supaya malam tidak menempel kembali, Setelah malam luntur,

(24)

kain mori yang telah dibatik tersebut kemudian dicuci dan diangin-anginkan supaya kering. Sebagai catatan, dalam pembuatan satu potong batik biasanya tidak hanya ditangani oleh satu orang saja, melainkan beberapa orang yang tugasnya berbeda.

2.1.1 Ciri Khas Batik Tulis

Ciri khas batik tulis adalah pada bahan membatiknya, yaitu antara lain:

1. Bahan kain.

Bahan kain batik merupakan bahan dasar untuk membuat kain batik.

Sebagian besar batik menggunakan bahan mori (katun), karena disamping harganya relatif murah juga mudah diproses. Kualitas batik bisa dibedakan menurut proses pengerjaannya, desain maupun mori yang dipergunakan. Oleh karena itu, (terutama untuk sandang) kualitas mori atau bahan kainnya sangat menentukan. Bahan yang digunakan untuk membatik antara lain:

a. Kain Mori

Kehalusan dan kualitas mori dapat dibedakan menjadi beberapa golongan:

1. Mori Primisima.

Mori Primisima adalah golongan mori yang paling halus. Mori ini digunakan untuk batik tulis, jarang sekali untuk batik cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece) lebar 42” atau kurang lebih 106cm. Dengan panjang 17,5 yard kurang lebih 15,5m.

2. Mori Prima.

Mori Prima adalah golongan mori halus kedua. Mori ini digunakan untuk batik tulis maupun cap. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece)

(25)

lebar 42”atau kurang lebih 106 cm. Dengan panjang 17,5 yard kurang lebih 15,5 m.

3. Mori biru.

Mori biru adalah golongan mori dengan kualitas ketiga. Mori ini digunakan untuk batik kasar/sedang, tidak untuk batik tulis halus. Mori ini diperdagangkan dalam bentuk gulungan (piece) lebar 40”atau kurang lebih 100 cm. Dengan panjang 16 yard, 30 yard,40 yard dan 45 yard. Bahan batik sampai saat ini telah mengalami perkembangan dengan pesat. Sekarang banyak bahan lain yang bisa digunakan untuk membatik misalnya : berkolin, sutra, shantung dll.

b. Lilin atau malam batik.

Lilin atau malam batik adalah campuran dari unsur-unsur, pada umumnya terdiri dari Gondorukem, Mata kucing, Paraffin atau microwax, lemak atau minyak nabati dan kadang-kadang ditambah dengan lilin dari tawon yang dapat di tuliskan pada kain. Lilin batik ini perlu dipanaskan terlebih dahulu kurang lebih 60-70 derajat Celcius. Bahan-bahan tersebut di rebus dan diaduk hingga rata betul, lalu dituang ke dalam cetakan. Fungsi dari lilin batik ialah untuk resist(menolak) terhadap warna yang diberikan pada kain saat pengerjaan berikutnya. Terdapat 4 jenis malam menurut sifat dan kegunaannya (Didik Riyanto, 1993) antara lain:

a. Malam carik : mempunyai warna yang agak kuning, sifatnya lentur dan tidak mudah retak, lekatnya hebat, gunanya untuk membatik tulis halus.

b. Malam gambar : Warnanya kuning pucat, sifatnya mudah retak, gunnya untuk membuat remukan (efek retak)

(26)

c. Malam tembokan : Dominan warnanya agak coklat sedikit, sifatnya kental, gunanya untuk menutup blok (putih).

d. Malam biron : Warnanya lebih coklat sedikit lagi gunanya untuk menutup warna biru.

2. Bahan pewarna batik.

Bahan pewarna batik menggunakan warna tekstil yang sesuai dengan proses dan bahan baku batik. Zat warna tekstil tidak semuanya dapat memberi warna pada batik. Hal ini disebabkan karena :

1. Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik/malam.

2. Lilin batik pada umumnya tidak tahan pada alkali yang kuat.

3. Pada pekerjaan terakhir dari proses pembuatan batik terdapat menghilangkan lilin atau nglorod dengan air panas

Ada dua macam zat warna batik menurut asalnya, yaitu: Zat warna alam dan zat warna sintetis.

1. Zat warna alam

Zat warna alam ini berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Zat warna tumbuh-tumbuhan berasal dari akar, batang, (kayu), kulit daun, dan bunga.Zat warna alam banyak sekali contohnya,antara lain:daun pohon nila (Indigofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops Condolleana Arn), Kulit pohon soga tegeran, kulit soga jambal, akar pohon mengkudu, temulawak, kunir, gambir dan pinang, teh, pucuk gebang (Corypha Gebanga).

(27)

2. Zat warna sintetis

Sekitar abad ke-19 menyusul penemuan zat warna buatan. Pewarnaan kain batik mulai memanfaatkan warna-warna tiruan itu. Penggunaan zat-zat pewarna jenis ini ternyata membuat proses produksi batik lebih cepat dan beraneka ragam.

Macam-macam pewarna sintetis : a. Zat warna Naftol

Sebelum digunakan zat warna naftol dilarutkan dalam larutan soda (kostik soda) yang akan berubah menjadi Naftolat yang mudah larut dalam air dingin.

b. Zat warna rapid

Setelah dipakai untuk pewarnaan misalnya pencelupan, pencoletan dalam bentuk larutan, dikeringkan, kemudian diasamkan/dibiarkan akan timbul warnanya.

c. Zat warna bejana

Terbagi menjadi 2 bagian yaitu zat warna indigo dan indigosol.

d. Zat Warna reaktif

Yang termasuk zat warna reaktif antara lain : a) Procion dari ICI

b) Remazol dari Hoechst c) Cibacron dari Ciba d) Levafix dari bayer, dll

(28)

2.1.2 Desain Batik Tulis.

Desain batik tulis yang dimaksud menyangkut pola atau patra, motif, corak, ragam, warna, skala dan komposisi. Batik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional), berarti kain yang digambar secara khusus dengan cara menuliskan malam pada kain dan pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Menurut Baroto dalam jurnal desain produk FTSP ITS dengan judul “Development of Indonesia New Batik Design by Exploration and Exploitation of Recent Context” mendefinisikan desain batik dalam “Batik Fisika” Bandung Fe Institute, yang memakai pendekatan sains untuk mendesain batik melalui teknik fractal, yaitu teknik pembuatan patra atau pengulangan secara generative (tidak sama persis) seperti proses tumbuhnya ranting dan daun pada sebuah pohon. Hasanudin (2001), dalam “Batik Pesisiran;

Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik” membahas ciri khas sentra batik di Pulau Jawa dan model pengelolaan bisnis batik, seluk-beluk peralatan membatik, dari cara pemakaian dan pemeliharaan hingga sentra produsen perlengkapan membatik tersebut. Pada penelitian Raharjo, Budi. 2006.

Kerajinan Batik Tulis Tengah Sawah Desa Wiyoro Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Jurusan Pendidikan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dihasilkan bahwa Batik Tulis Tengah Sawah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu motif geometris dan motif non geometris, banyak menciptakan motif-motif baru yang sumber idenya dari alam sekitar, majalah, buku dan kreasi sendiri. Bahan pewarna yang digunakan adalah indigosol yang mempunyai kelebihan yaitu penggunaan mudah, ramah

(29)

lingkungan dan warna lebih cemerlang. Sedang alat, serta proses pewarnaan dan pelorodan masih sama dengan industri batik tulis yang lain.

Walaupun memiliki keseragaman materi dan cara pembuatan seperti lembaran kain sebagai dasar, penggunaan malam, canting dan teknik pewarnaan tertentu, batik tulis selalu saja memiliki tema atau karakter desain yang berbeda antar daerah. Oleh karena itu muncul bermacam-macam desain batik tulis yang diberi nama sesuai daerahnya, seperti batik Jogja, batik Solo, batik Pekalongan, batik Lasem, batik Cirebon, dll. Demikian juga dengan batik tulis Pemalang memiliki berbagai macam desain diantaranya adalah: danau sentanau yang memiliki desain gambar hewan, jahe trubus yang memiliki desain tanaman, kawung jenggot yang memiliki desain geometris, motif daun, simbar dan simbar kencana.

2.2 Kebutuhan Konsumen Tentang Batik Tulis

Menurut Soebagyo, daryono. 2008. Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis Dan Cap Solo Di Dati II Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 184–197 mengidentifikasikan bahwa batik dan produk batik yang memiliki peringkat pertama dalam produk unggulan industri kecil menengah di kota Surakarta atau Solo yang memiliki keunikan dalam motif, sungguhpun motif yang ada sangat banyak, tetapi memiliki kompetensi unggulan dominan dalam karakteristik, desain dan daya inovasi, serta makna filosofis atas motifnya. Pada penelitian Muliana Yulianti. 2006. Skripsi. Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus di Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut Jawa Barat). Tidak

(30)

diplubikasikan. Mengidentifikasikan bahwa produk yang bermutu dapat dilihat dari bahan baku, motif, warna dan model. Dari kedua penelitian diatas maka motif atau corak batik adalah gambaran pada batik yang merupakan perpaduan antara garis dan bentuk sehingga membentuk suatu rangkaian keindahan. Motif, warna dan proses pembuatan batik berkembang mengikuti permintaan pasar.

2.3 Konsep Kualitas dan Kepuasan Pelanggan

Pada era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap perusahaan yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh pada kualitas. Perhatian penuh pada kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara, yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan.Dalam hal ini kualitas merupakan jaminan terbaik kita atas kesetiaan pelanggan, pertahanan terkuat kita dalam menghadapi persaingan asing,

Banyak para ahli mendefinisikan konsep kualitas, diantaranya Scherkenbach, (Dikutip dari buku Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif, 2003; 8) yang mendefinisikan kualitas sebagai : “Kualitas ditentukan oleh pelanggan; pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukan nilai produk tersebut”.

Sedangkan Goetsch dan Devis, (Dikutip dari buku Total Quality Manajement, 1996; 4) membuat definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya, definisi tersebut adalah : “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang

(31)

memenuhi atau melebihi harapan”.Berdasarkan definisi kualitas diatas maka pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Philip Kotler (Dikutip dari buku Manajemen Pemasaran, 1994; 42) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan adalah “Tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya”.

Ada persamaan diantara beberapa definisi diatas, yaitu memuaskan pelanggan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kualitas produk atau jasa perusahaan, ke arah pemuasan kebutuhan pelanggan, sesuai ataupun melebihi kriteria yang diinginkan pelanggan.

Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kualitas pelayanan yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan merasa puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasaran dan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberikan komentar yang baik tentang perusahaan.

(32)

Secara konseptual kepuasan pelanggan dapat digambarkan seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan

Sumber : Fandi Tjiptono, 1997, Total Quality Service, Penerbit Andi Yogyakarta 2.4 Dimensi Kualitas

Menurut David Garvin (Dikutip dari buku Total Quality Manajement, 2002; 37) terdapat 8 (delapan) dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analysis. Dimensi-dimensi tersebut adalah : 1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kehandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.

Tujuan Perusahaan

PRODUK

Nilai Produk Bagi Pelanggan

Kebutuhan dan Keinginan

Harapan Pelanggan Terhadap Produk

Tingkat Kepuasan

(33)

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang sudah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), yaitu berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penenganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan tapi juga selama proses penjualan hingga purna jual, yang juga mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan persepsi produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.

Meskipun beberapa dimensi kualitas diatas dapat diterapkan pada bisnis jasa, tetapi sebagian besar dimensi tersebut dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap perusahaan manufaktur.

2.5 Quality Function Deployment

Quality Function Deployment merupakan disiplin ilmu untuk melakukan pendekatan terhadap desain produk, engineering dan evaluasi terhadap suatu produk serta merupakan alat perencana yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan atau harapan konsumen. Hal ini dapat diketahui setelah perusahan Mitshubisi sebagai perusahaan yang pertama mengaplikasikan Quality Function

(34)

Deployment pada tahun 1972. Penerapan Quality Function Deployment ternyata mampu mengurangi biaya, baik untuk perusahaan jasa maupun manufaktur.

Penerapan secara tepat Quality Function Deployment dapat memperbaiki pengetahuan mengenai perancangan, kualitas serta pengembangan produk. Inti dari Quality Function Deployment terletak pada kepentingan dan harapan konsumen yang mengacu pada suatu konsumen. Pelaksanaan Quality Function Deployment dengan penerjemahan terhadap harapan konsumen menjadi tindakan dengan menggunakan karakteristik keteknikan.

Quality Function Deployment (QFD) merupakan suatu perangkat manajemen dimana keinginan dari konsumen digunakan sebagai alat pengembangan produk. Karakteristik masalah dan penerimaan diidentifikasi pada langkah awal Quality Function Deployment dan dapat dipecahkan sebelum proses produksi dimulai.

Definisi QFD merupakan suatu metode yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen. Suatu organisasi yang mengimplementasikan QFD dengan tepat, dapat meningkatkan pengetahuan rekayasa, kualitas dan mengurangi ongkos, waktu pengembangan produk serta perubahan-perubahan rekayasa.

Cohen L (Dikutip dari buku Quality Function Deployment 1995; 11) mendefinisikan Quality Function Deployment adalah metode stuktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk

(35)

menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi dengan sistematis kapabilitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Tujuan dari Quality Function Deployment sendiri tidak hanya memenuhi sebanyak mungkin harapan-harapan pelanggan, tapi juga berusaha melampaui harapan-harapan pelanggan sebagai cara untuk berkompetensi dengan saingannya, sehingga diharapkan konsumen tidak menolak dan tidak komplain, tapi malah menginginkannya. Team Quality Function Deployment harus membuat produk/

jasa lebih menarik dari pada produk/ jasa yang sudah ada atau lebih menarik dibandingkan produk/ jasa pesaing-pesaingnya. Quality Function Deployment digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan memusatkan perhatiannya terhadap kebutuhan pelanggan sebelum setiap pekerjaan perancangan dilakukan.

Ini mungkin memperpanjang tahap perencanaan desain proyek, akan tetapi secara umum mengurangi baik jumlah waktu secara keseluruhan yang diperlukan untuk tahap perancangan maupun jumlah waktu secara keseluruhan yang diperlukan untuk tahap perancangan maupun jumlah perubahan-perubahan rancangan setelah diluncurkan. Menurut Monrou-Faure (Dikutip dari buku Pemberdayaan Disiplin Ilmu Teknik Industri, 1996; 65). Manfaat-manfaat utama QFD adalah seperti berikut :

- Memusatkan perancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan. Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain didorong oleh kebutuhan pelanggan yang obyektif dari pada teknologi.

(36)

- Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

- Menganalisa kinerja produk perusahaan terhadap kinerja pesaing-pesaing perusahaan yang utama memenuhi kebutuhan pada pelanggan utama.

- Dengan berfokus pada upaya rancangan, hal ini akan mengurangi lamanya waktu yang diperlukan untuk daur rancangan secara keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-produk baru.

- Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dilakukan, dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal yang penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.

- Mendorong terselenggaranya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan fabrikasi sejak awal proyek. Masing-masing anggota tim kerja mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dan memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.

- Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kokoh untuk mengambil keputusan rancangan.

- Hal ini sangat membantu menjaga proyek terhadap perubahan-perubahan personalia yang tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu.

(37)

2.5.1 Tahap Implementasi QFD

Implementasi QFD terdiri dari tiga tahap, dimana seluruh kegiatan yang dilakukan masing-masing tahapan dapat diterapkan seperti layaknya suatu proyek, dengan terlebih dahulu dilakukan tahap perencanaan dan persiapan.

Menurut Cohen L (Dikutip dari buku Quality Function Deployment 1995;

210) Ketiga tahapan tersebut adalah :

1. Tahap pengumpulan Voice of Customer

2. Tahap penyusunan rumah kualitas (House of Quality) 3. Tahap analisa dan interpretasi

2.5.2 Tahap Perencanaan dan Persiapan

Pada tahap ini merupakan persiapan dalam melakukan dan mengimplementasikan QFD. Kata kuncinya meliputi :

1. Menetapkan dokumen yang bersifat organisasi

- Dukungan manajemen : Hal ini mengacu pada komitmen dari manajemen level atas untuk menyediakan dan mengalokasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas.

- Dukungan fungsional : Hal ini mengacu pada komitmen dari kelompok fungsional untuk berpartisipasi yang berhubungan dengan aktivitas QFD, untuk pengembangan produk kelompok fungsional dapat meliputi Purchasing, Manufacturing, Quality Assurance, Sale, dan Service sedangkan untuk pengembangkan proses meliputi Purchasing, Training, Marketing, dan Finance.

(38)

- Dukungan teknikal QFD : Hal ini mengacu pada penggabungan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan QFD.

2. Menentukan keuntungan yang mungkin didapat

QFD memberikan serangkaian keuntungan bagi teamnya, antara lain : - Dapat mengerti akan kebutuhan dan keinginan dari pelanggan.

- Mengembangkan visi team secara umum dari suatu produk atau jasa.

- Mendokumentasikan seluruh keputusan dan asumsi-asumsi selama implementasi secara ringkas (dalam bentuk rumah kualitas).

- Meminimisasi resiko pengulangan ditengah proyek. Keuntungan ini didapat dari tersedianya informasi terbaru ditengah pengembangan produk yang dapat ditambahkan dari rumah kualitas atau matriks QFD lainnya.

- Mempercepat perencanaan produk. Walaupun QFD tampak menghabiskan waktu, sebagian besar kelompok menemukan bahwa perencanaan produk lebih ccepat, lebih lengkap dan lebih efisien jika menggunakan struktur rumah kualitas.

3. Memutuskan siapa pelanggan

a. Pentingnya definisi yang jelas : Selama proses QFD, team akan membuat banyak keputusan. Mereka akan memperkirakan hubungan antara produk dengan kemampuan pelayanan dan kebutuhan pelanggan, agar keputusan ini menjadi berarti, maka team tersebut melakukan definisi yang jelas dan konsisten, misalnya definisi siapakah pelanggan mereka. Menurut Kottler P (Dikutip dari buku

(39)

Manajemen Pemasaran 1997; 68), dalam menentukan pelanggan, dapat melihat definisi sebagai berikut “Pelanggan adalah pihak yang memaksimumkan nilai dan membentuk harapan berdasarkan nilai tersebut.

b. Identifikasi semua pelanggan yang mungkin : Langkah awal mendefinisikan pelanggan kunci adalah membuat daftar tentang pelanggan yang mungkin, hal ini biasanya dilakukan saat riset pasar.

Alat yang berguna untuk mengukurdaftar pelanggan adalah Affinity Diagram. Diagram ini digunakan untuk mengelompokkan item-item brainstorming yang akan digunakan untuk menentukan semua pelanggan yang mungkin.

c. Identifikasi pelanggan kunci : Setelah mengelompokkan semua pelanggan maka harus dikonsentrasikan pada pelanggan kunci. Hal ini mengoptimalkan dalam memutuskan pelanggan kunci :

- Setiap orang langsung setujuan : Dari daftar pelanggan dapat diketahui secara langsung siapakah pelanggan kuncinya, dan jika setiap orang dalam team setuju, maka dapat langsung ditentukan dan sebaliknya jika tidak semua langsung setuju, maka digunakan metode lainnya.

- Metode matriks prioritas : Metode ini mirip dengan pembobotan dan perkalian kolom dalam matriks perencanaan rumah kualitas dari QFD.

(40)

- Analisis Hierarki proses : Metode ini merupakan metode alternatif dalam memutuskan pelanggan kunci berdasarkan daftar semua pelanggan yang mungkin. Mula-mula team membuat matriks dengan daftar semua pelanggan sepanjang sisi kiri dan juga pada atasnya. Kemudian memperkirakan nilai kepentingan untuk setiap pasangan pelanggan.

d. Menentukan horizon waktunya

Kerangka waktu dalam pengiriman suatu produk merupakan pembatas untuk tujuan perencanaan. Tahap batasan waktu, suatu team mungkin akan menetapkan tujuan yang tidak praktis bagi dirinya sendiri.

Horison waktu yang mendefinisikan dengan jelas dalam proses QFD membantu menjaga perencanaan yang realistis. Horison waktu yang eksplisit menyumbangkan komunikasi yang lebih baik dengan membantu semua anggota team memfokuskan pada permasalahan yang sama.

e. Memutuskan cakupan produk

Cakupan mendefinisikan apa yang ada di dalam dan apa yang tidak ada di dalam pembatasan QFD. Team pengembang perlu memutuskan untuk dirinya atau menentukan dari manajemennya, seberapa besar kebebasan yang mereka miliki untuk mengembangkan pemecahannya.

Mengetahui cakupan ini menolong team untuk mengabaikan data yang tidak relevan dan memperhatikan semua ide-ide dan data yang relevan.

(41)

f. Memutuskan teamnya dan hubungannya dengan organisasi

Team QFD yang ideal seharusnya meliputi semua perwakilan dari semua kelompok fungsional meliputi perancangan, pengembangan, pengantaran dan pelayanan produk. Dalam QFD segala hal penting yang berkaitan dengan produk harus diputuskan dari awal. Adapun aspek kepuasan pelanggan dari suatu produk yang diabaikan pada tahap awal mungkin akan menjadi sulit atau tidak mungkin untuk membenarkannya di tahap akhir. Oleh sebab itu susunan team QFD sangat penting bagi seluruh kesuksesan dari suatu produk.

g. Membuat jadwal pelaksanaan QFD

Dalam membuat jadwal (schedule) untuk implementasi QFD, ada beberapa hal yang perlu diingat yaitu QFD membutuhkan waktu, QFD dapat dipersiapkan, QFD seharusnya berupa aktifitas yang dapat diatur seperti halnya suatu proyek.

- QFD membutuhkan waktu : Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan QFD dapat diperkirakan berdasarkan jumlah data yang akan diproses. Sedangkan jumlah data yang akan diproses tergantung pada jumlah segmen dari pelanggan. Biasanya untuk melihat waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan QFD menggunakan QFD Estimator Chart. Di dalam diagram ini dituliskan kegiatan yang akan dilakukan selama proses QFD dari perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing aktifitas tersebut.

(42)

- QFD dapat dipersingkat : Untuk mempersingkat proses QFD biasanya digunakan dua teknik yaitu : Matrik reduksi, dan membagi menjadi substeam.

h. Melengkapi fasilitas dan material

Selama melakukan proses QFD diperlukan beberapa fasilitas dan material yang akan melakukannya, yaitu meliputi sebagai berikut :

- Lokasi : Banyak dari praktisi QFD yang memiliki untuk menempatkan aktivitas-aktivitas QFD jauh dari tempat kerja mereka. Tapi bagaimanapun tetap mengacu pada materi-materi yang dibutuhkan seperti laporan pemasaran, analisa uji produk atau materi-materi yang akan membantu menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul.

- Ruangan : Ruangan yang menyenangkan harus dipilih untuk orang-orang yang harus berdiskusi selama proses QFD. Selain itu dibutuhkan tempat untuk menggantungkan matrik QFD pada dinding agar dapat diikuti oleh semua team.

- Bantuan komputer : Bantuan komputer jelaslah sangat dibutuhkan untuk membantu pengolahan data dengan menggunakan software- software yang ada, dapat menggunakan software analisa data statistik.

- Material : Proses QFD merupakan orientasi team, dimana team bekerja sama untuk mengembangkan informasi-informasi yang

(43)

ada dan mengisikannya pada matriks sehingga harus dipersiapkan segala hal yang dapat mendukung.

2.5.3 Mengumpulkan Suara Pelanggan (Voice of Customer)

Tahap ini dilakukan survei untuk memperoleh suara pelanggan yang tentu akan memakan waktu dan membutuhkan keterampilan mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari produk atau service. Atribut-atribut atau kebutuhan-kebutuhan ini merupakan keuntungan potensial yang dapat diterima pelanggan dari produk atau servicenya.

Tiap atribut mempunyai beberapa data numeric yang berkaitan dengan kepentingan realitif atribut bagi pelanggan dan tingkat performasi kepuasan pelanggan dari produk yang mirip berdasarkan atribut tersebut. Atribut ini biasanya disebut data pelanggan kualitatif dan informasi numeric tiap atribut sebagai data kuantitatif. Prosedur umum dalam perolehan suara pelanggan adalah untuk menentukan atribut-atribut (data kualitatif) dan mengukur atribut-atribut (data kuantitatif). Data kualitatif secara umum diperoleh dari pembicaraan dan observasi dengan pelanggan sementara data kuantitatif diperoleh dari survei atau penarikan suara (polls).

2.5.4 Klasifikasi Kebutuhan-kebutuhan Pelanggan

Dengan menanyakan secara langsung, pelanggan umumnya ditanya tentang seberapa penting suatu atribut dengan atau tanpa atribut lainnya. Tingkat kepentingan atribut yang diukur dengan metode langsung biasanya disebut stated importance. Metode kedua yang menduga tingkat kepentingan mengukur seberapa kuat tingkat kepuasan suatu atribut dikaitkan dengan kepuasan produk

(44)

keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan secara statistik dimana tingkat atas dari kepuasan akan suatu atribut berhubungan dengan tingkat atas dari kepuasan produk secara keseluruhan dan sebaliknya.

2.5.5 Mengumpulkan Data Kualitatif

Untuk membuat keputusan perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pengembangan produk harus mengerti kebutuhan pelanggan sesungguhnya dari pelanggan, dan mereka harus bisa membedakan kebutuhan pelanggan sesungguhnya dengan solusi teknisnya. Dalam pengumpulan data kualitatif bisa dilakukan dengan wawancara satu persatu, wawancara focus grup atau Contextual Inquiry, disini akan dibahas adalah wawancara satu persatu dan Contextual Inquiry.

Data hasl interview yang menghasilkan customer phrase masih harus disaring dalam kategori utama karena konsumen yang diwawancara seringkali minta solusi atau memberikan solusi tanpa menyatakan kebutuhan sesungguhnya.

Selain itu karena kata-kata konsumen tidak dibatasi disiplin ilmu tertentu, maka frase-frase tersebut harus diperjelas dengan menggunakan table yang biasa disebut VOCT. VOCT meliputi 2 hal yaitu “ VOCT bagian 1 dan VOCT bagian 2.

VOCT bagian 1, digunakan untuk menangkap konteks dan customer needs, sehingga area customer need yang diidentifikasi bisa seluas mungkin dan dapat dimengerti secara sekilas. VOCT ini merupakan coloumnar list yang menyediakan quick visual sebagai petunjuk dalam menjelaskan ciri-ciri datanya.

Bentuk table tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1

(45)

Tabel 2.1 VOCT Part 1

ID CUSTOMER

DEMOGRAPHIC

CUSTOMER NEED

USE

WHAT WHEN WHERE WHY HOW

I/

E D

t I/

E D

t

I/E D t

I/E D t

I/

E Dt

Keterangan : a) I.D :

Sumber dari customer phrase (no interview, tgl interview, dll) b) Customer demographic :

Umur, income, tempat tinggal, atau lokasi yang memberi data c) Customer need :

Kebutuhan/ keinginan yang akan dimunculkan dalam affinity diagram.

d) USE :

Informasi yang menggambarkan apa yang customer lakukan yang mempunyai implikasi pada desain produk.

e) What/ when/ where/ why/ how :

Meliputi kategori-kategori dari pertanyaan-pertanyaan umum yang membantu penanya dan penganalisa data membongkar aspek-aspek suatu situasi sebanyak mungkin.

f) I.E (Internal-Eksternal) :

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut pengiriman paket dengan variasi delay pengiriman tersebut masih menyebabkan paket lost yang besar, bahkan rata-rata request yang terlayani oleh

Pegadaian Cabang Singaraja, salah satu produk kredit yang diberikan adalah pemberian kredit untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) atau dalam pegadaian produk

!epa"a unit "aboratorium bertugas Mempertanggungja$abkan semua kegiatan di "aboratorium, dengan dibantu o"eh semua anggota "aboratorium 6administrator>

Tujuan dari tulisan ini untuk mengulas status teknologi genomika dan aplikasinya pada pemuliaan kelapa sawit dimulai dari diselesaikannya sekuen genom acuan

Uji validitas instrument dalam penelitian ini digunakan untuk menguji instrument tiap item soal pilihan ganda yang nantinya akan digunakan dalam tes

Untuk mencapai tujuan penelitian ini metode yang dipakai adalah wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga didapatkan hasil permasalahan penurunan kinerja sistem irigasi

[r]

• Berbeda dengan PP sebelumnya, pada PP Nomor 6 Tahun 2010 tidak secara eksplisit disebutkan bahwa Polisi Pamong Praja adalah jabatan fungsional, padahal pernyataan tersebut