KATA PENGANTAR
Dalam rangka pelaksanaan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta penjabaran Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN), Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika (SKP Kelas I Timika) telah menetapkan Rencana Strategis SKP Kelas I Timika than 2015-201 9 pada Tahun 2015.
Mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis dalam pelaksanaan pembangunan pertanian sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 serta perkembangan Kabupaten Mimika dengan potensi pertambangan serta pertumbuhan ekonomi dan masyarakat yang semakin dinamis, maka diperlukan langkah-langkah terobosan yang bukan merupakan upaya terpisah dari kebijakan sebelumnya, tetapi merupakan upaya terintegrasi yang saling memperkuat dalam rangka percepatan pembangunan karantina pertanian, terutama untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan, lingkungan dan keanekaragaman hayati serta keamanan pangan. SKP Kelas I Timika akan meningkatkan peran guna melakukan mitigasi gangguan terhadap keamanan pangan melalui perlindungan kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), kemudian mendukung terwujudnya keamanan pangan, memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian, serta meningkatkan citra dan kualitas pelayanan public.
Sehubungan dengan hal tersebut, SKP Kelas I Timika telah melakukan review Rencana Strategis Operasional SKP Kelas I Timika 2010-2014 dengan menetapkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis, indikator kinerja utama, program dan kegiatan, serta anggaran yang diperlukan dalam rencana strategis operasional SKP Kelas I Timika dengan mengacu pada Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis Operasional SKP Kelas I Timika tahun 2015-2019 ini selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan karantina pertanian tahun 2015-2019. Diharapkan pembangunan karantina pertanian dapat meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
Timika, Maret 2016 Kepala SKP Kelas I Timika
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN 1
2. TUJUAN 3
3. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS 4
3.1. Karakteristik UPT 4
3.2. Geografis 10
3.3. Data Frekuensi/Volume lalu lintas 11
4. PERMASALAHAN 12
4.1. Operasional 12
4.2. Non Operasional 14
5. ANALISA RESIKO STRENGTHS, WEAKNESSES, OPPORTUNITIES AND THREATS
(SWOT) 16
6. RENCANA KERJA SAMPAI DENGAN 5 TAHUN 21
6.1. Penguatan Kelembagaan (Koordinasi) Inline Inspection/PSI 21
6.2. Penguatan SDM (inhouse training) 22
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Realisasi Pemberian Sertifikasi Karantina dan Pengawasan Keamanan
Hayati pada Tahun 2014. 11
Tabel 2. Lingkungan Internal 16
Tabel 3. Lingkungan Eksternal 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Relevansi Misi dan Fungsi Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) 2 Gambar 2. Struktur Organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 2/Permentan/Ot.140/4/2008,
Tanggal 3 April 2008. 4
Gambar 3. Wilayah Kerja Lingkup SKP Kelas I Timika 7
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Mimika Provinsi Papua merupakan salah satu Kabupaten dengan potensi pertambangan yang luar biasa, perkembangan sosial ekonomi pada wilayah ini terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk baik penduduk lokal maupun pendatang. Keberadaan PT. Freeport Indonesia menjadi daya tarik tersendiri yang menjadi pemicu pertumbuhan penduduk, ekonomi dan sosial budaya. Lalu lintas perdagangan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan perusahaan juga terus mengalami peningkatan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika (SKP Kelas I Timika) sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk menjadi garda terdepan dalam mencegah masuk dan keluarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sebagai sebuah instansi yang strategis, optimalisasi peran dan kerja instansi membutuhkan perencanaan yang secara internal dapat mengembangkan organisasi dan kemampuan serta kapasitas SDM dan secara eksternal mampu memberikan dampak yang signifikan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Perencanaan Strategis SKP Kelas I Timika disusun sejalan dengan Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian (BARANTAN), dimana dalam perkembangan perencanaan dan strategi pembangunan nasional, BARANTAN memegang peran besar dalam mendukung kebijakan ketahanan dan kedaulatan pangan melalui mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan.
Dinamika lingkungan strategis pembangunan di Indonesia turut mempengaruhi perkembangan tugas dan fungsi BARANTAN. Setidaknya terdapat 3 (tiga) aspek yang memiliki relevansi dengan tugas dan fungsi tersebut, yakni : Pertama, aspek fundamental (mendasar), yakni bagaimana tugas, fungsi dan peran BARANTAN mampu memberikan kontribusi pada pencapaian tujuan dan arah pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019; Kedua, aspek esensial (penting), yakni bagaimana tugas dan fungsi ini mampu meningkatkan ketahanan pangan nasional dan daya saing bangsa; Ketiga, aspek kekinian, yakni kemampuan BARANTAN mengikuti dinamika lingkungan strategis organisasi, khususnya untuk menyelaraskan diri dengan visi dan misi pembangunan nasional masa kini, disertai kepemimpinan gerakan hidup baru dengan mengubah cara pandang, cara berpikir dan cara kerja seiring gerakan nasional/revolusi nasional.
Gambar 1. Relevansi Misi dan Fungsi Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) Gambar di atas menjelaskan bagaimana ketiga aspek tersebut menjadikan keberadaan visi dan misi BARANTAN memiliki keterkaitan erat dengan pencapaian RPJM 2015-2019, yakni keterkaitannya dengan upaya mendukung agenda pembangunan ekonomi di bidang ketahanan pangan. Aktualisasi peran BARANTAN untuk berkontribusi guna mengimplementasikan kebijakan ketahanan pangan nasional yakni melalui peningkatan ketersediaan pangan, kualitas distribusi pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, peningkatan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat, serta mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan.
Pada 7 misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terdapat 2 misi yang memiliki relevansi secara langsung dengan BARANTAN, yakni pada misi ke-4, mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, serta misi ke-5, mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Keberadaan peran dan fungsi BARANTAN dengan demikian akan memberikan kontribusi secara langsung guna mejaga kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan. Keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsi ini akan memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan produksi pertanian, memajukan standar pengelolaan sistem produksi pertanian yang diterima secara internasional, dan perbaikan tingkat kesejahteraan para petani secara keseluruhan. Penciptaan kondisi perbaikan lingkungan, standarisasi proses produksi, distribusi dan pemasaran, serta kesejahteraan petani akan memberikan dampak berganda pada peningkatan mutu produk pertanian Indonesia baik di pasar domestic maupun internasional yang berkorelasi positif dengan peningkatan daya saing bangsa.
•Kesesuaian dengan RPJMN 2015-2019;
•Kesesuaian dengan 9 Agenda Prioritas Pembangunan; •UU Karantina Hewan, Ikan
dan Tumbuhan
Mendasar
•Peningkatan Ketahanan Pangan Nasional •Peningkatan Daya Saing
Produk Pertanian
Penting
•Visi Misi Presiden•Dinamika Lingkungan Strategis Organisasi, baik eksternal maupun internal
2. TUJUAN
Rencana Strategis Operasional SKP Kelas I Timika disusun dengan tujuan :
1. Memberikan gambaran langkah kedepan sepanjangan Tahun 2015-2019 yang akan dilakukan oleh SKP kelas I Timika selaku Unit Pelaksana Teknis dari Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) dalam mewujudkan visi, misi dan Rencana Strategi BARANTAN yang tangguh dan terpercaya;
2. Menyusun rencana kerja dan target secara lebih detail untuk setiap tahunnya, sehingga perencanaan kegiatan lebih terintegrasi dan tepat sasaran;
3. Dalam hubungannya dengan tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian, penyusunan Rencana Strategis Operasional ini akan membantu Unit Pelaksana Teknis dalam mewujudkan :
a) Terjaganya sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan HPHK dan OPTK, khususnya di wilayah kerja SKP Kelas I Timika;
b) Terjaminnya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan tumbuhan pada wilayah kerja SKP Kelas I Timika;
c) Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan masuk dan keluarnya media HPHK dan OPTK ke dan dari wilayah kerja SKP Kelas I Timika;
d) Memberdayakan masyarakat, instansi terkait dan stake holder dalam pelaksanaan perkarantinaan;
3. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS
3.1. Karakteristik UPT
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Karantina Pertanian. UPT Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika dan telah ada sejak tahun 2008 merupakan hasil integrasi dari sejarah perjalanan Stasiun Karantina Hewan Kelas I Timika dan Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Timika berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian 22/Permentan/OT.140/4/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.Kedua unit pelaksana teknis yang berbasis di kabupaten Mimika, Provinsi Papua tersebut sebelumnya mengalami kemajuan yang cukup pesat, dari wilayah kerja non-struktural sebelum tahun 2002, kini menjelma menjadi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika yang mempunyai tugas dan fungsi sangat penting sebagai garda depan pertanian yang menangani tidak hanya kegiatan karantina hewan, tetapi juga karantina tumbuhan dan keamanan hayati.
3.1.1. Struktur Organisasi SKP Kelas I Timika
Bagan Struktur Organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
22/Permentan/OT.140/4/2008 Tanggal 3 April 2008 adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Struktur Organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 2/Permentan/Ot.140/4/2008, Tanggal 3 April 2008.
Dari Struktur Organisasi tersebut menggambarkan bahwa dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi, maka Kepala UPT membagi tugas pelaksana (staf) dalam 3 komponen fungsi yaitu :
a. Urusan Tata Usaha;
b. Subseksi Pelayanan Operasional; c. Kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun Uraian tugas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi karantina di Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika secara singkat sebagai berikut :
a. Urusan Tata Usaha
Urusan Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah tangga.
b. Subseksi Pelayanan Operasional
Subseksi Pelayanan Operasional mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan, pengawasan keamana hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik, pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Jabatan Fungsional Medik Veteriner, Jabatan Fungsional Paramedik Veteriner, dan Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT Ahli, POPT Terampil), serta Jabatan Fungsional lain, yang terbagi dalam berbagai Kelompok Jabatan Fungsional berdasarkan bidang keahlian masing- masing sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Jabatan Fungsional Paramedik Veteriner mempunyai tugas :
Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK);
Melakukan pemantauan daerah sebar HPHK; Melakukan pembuatan koleksi HPHK;
Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT Ahli dan POPT Terampil) mempunyai tugas :
Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa organisme penggaunggu tumbuhan karantina (OPTK);
Melakukan pemantauan daerah sebar OPTK; Melakukan pembuatan koleksi OPTK;
Melakukan pengawasan keamanan hayati nabati;
Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
Melakukan pengadministrasian umum dan teknis.
Wilayah kerja yang dibawahi oleh Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika berdasarkan Peraturan Menteri No.94/Permentan /OT.140/12/2011 tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa HPHK dan OPTK terdiri dari Bandara Mozes Kilangin, Pelabuhan Laut Poumako, Pelabuhan Laut Amamapare, Kantor Pos Timika dan Wilker Distrik Agats. Wilayah kerja tersebut merupakan pintu masuk dan keluarnya lalu lintas perdagangan produk hewan dan tumbuhan. Kegiatan operasional dilakukan oleh tenaga fungsional Medik Veteriner, Paramedik Veteriner dan POPT Ahli/Terampil dibantu oleh tenaga teknis dan non teknis atau kelompok jabatan fungsional lain (umum).
Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika yang tersebar di 4 lokasi.
Gambar 3. Wilayah Kerja Lingkup SKP Kelas I Timika
Wilker Distrik Agats meskipun menjadi bagian dari wilayah kerja SKP Kelas I Timika, namun belum terdapat kantor Wilker di Distrik Agats, disebabkan transportasi dan geografis tidak mendukung, ditambah dengan kondisi Sumberdaya Manusia yang terbatas. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan HPHK/OPTK di Wilayah Distrik Agats dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat. Dimana instansi terkait memberikan informasi lalu lintas komoditi media pembawa HPHK/OPTK.
Wilker Bandar Udara Mozes Kilangin Wilker Pelabuhan Laut Amamapare Wilker Pelabuhan Laut Paumako Wilker Kantor Pos Timika Wilker Distrik Agats
Gambar 4. Pelabuhan di Distrik Agats, kabupaten Asmat.
Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, dan Peraturan Presiden RI Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian, serta Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa tugas pokok Badan Karantina Pertanian (BARANTAN) adalah melaksanakan perkarantiaan Pertanian. Di dalam melaksanakan tugas tersebut, BARANTAN menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati;
2. Pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, seta pengawasan keamanan hayati; dan 4. Pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian.
3.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
22/Permentan/OT.140/4/2008 Tanggal 3 April 2008, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan
Karantina Pertanian Kelas I Timika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
Penyusunan rencana, evaluasi dan laporan;
Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK);
Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK; Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;
Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;
Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan;
Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;
Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan;
Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan dibidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati;
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Visi Kementerian Pertanian adalah “Terwujudnya sistem Pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis sumberdaya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani”.
Visi Badan Karantina Pertanian adalah “Menjadi instansi yang tangguh dan terpercaya dalam perlindungan kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan, lingkungan dan keanekaragaman hayati serta keamanan pangan”.
Visi dan Renstra BARANTAN di atas, selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Visi SKP Kelas I Timika, yaitu “Menjadi UPT Badan Karantina Pertanian yang tangguh dan terpercaya dalam perlindungan kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan, lingkungan dan keanekaragaman hayati serta keamanan pangan”
Untuk mewujudkan visi tersebut, dalam kaitannya dengan tugas dna fungsi BARANTAN, maka SKP Kelas I Timika menetapkan misi sebagai berikut : a. Melindungi potensi sumber daya alam hewan dan tumbuhan di wilayah
b. Mempertahankan status bebasnya wilayah kabupaten Mimika dari HPHK dan OPTK;
c. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di wilayah kabupaten Mimika;
d. Mewujudkan pelayanan karantina pertanian cepat, tepat, akurat, transparan dan profesional.
e. Mewujudkan good governance and clean goverment. 3.2. Geografis
Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, terletak antara 134°31’-138°31’ Bujur Timur dan 4°60’-5°18’ Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 19.592 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten ini memiliki 18 Distrik / Kecamatan. Distrik-distrik tersebut yaitu Mimika Barat, Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, Agimuga, Jila, Jita, Iwaka, Wania, Kwamki Narama, Hoya, Alama, Amar.
Dari 18 distrik di Kabupaten Mimika, Distrik Mimika Barat memiliki wilayah terluas yaitu 14,87% dan Distrik Kuala Kencana sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 2,61% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Mimika. Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Distrik yang bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga, Jila dan Hoya. Distrik-distrik selain keempat distrik tersebut merupakan distrik-distrik yang memiliki topografi dataran rendah.
Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura, Jila, Hoya dan Kwamki Narama adalah distrik yang tidak memiliki pantai. Sedangkan Distrik Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Mimika Timur, Mimika Timur Tengah, Mimika Timur Jauh, Agimuga, Jita dan Amar sebagian wilayah-wilayahnya berbatasan dengan laut, sehingga distrik -distrik ini memiliki pantai.
Wilayah kerja distrik Agats terletak di Kabupaten Asmat, dimana Kabupaten Asmat terletak antara 40 – 70 Lintang Selatan dan 1370 -1400 Bujur Timur. Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Papua yang terletak di bagian selatan Papua, Kabupaten Asmat memiliki luas 23.746 km2 atau 7,44 persen dari luas Provinsi Papua.
Pada bagian utara, Kabupaten Asmat berbatasan dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo, sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Laut Arafuru dan Kabupaten Mappi. Sebelah barat berbatasan dengan Laut Arafuru dan Kabupaten Mimika, dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi.
Ditinjau dari topografinya, seluruh wilayah di Kabupaten Asmat merupakan suatu hamparan yang terletak pada ketinggian antara 0 – 100 meter dari permukaan laut. Pusat Pemerintahan terletak di Distrik Agats yang dapat dijangkau dengan pesawat udara dan transportasi laut yang berlabuh di Pelabuhan Agats.
3.3. Data Frekuensi/Volume lalu lintas
Berikut ditampilkan data frekuensi/volume realisasi pemberian sertifikasi Karantina dan Pengawasan Keamanan Hayati pada Tahun 2014.
Tabel 1. Realisasi Pemberian Sertifikasi Karantina dan Pengawasan Keamanan Hayati pada Tahun 2014.
Kegiatan Frekuensi Realisasi Sertifikasi TOTAL
Karantina Hewan Karantina Tumbuhan Impor 51 181 232 Ekspor 0 6 6 Domestik Masuk 1.326 3.149 4.475 Domestik Keluar 179 279 458 PSAT - 3 3 TOTAL 1.556 3.618 5.174
4. PERMASALAHAN
4.1. Operasional A. Kelembagaan
Disadari bersama bahwa pelaksanaan kegiatan operasional perkarantinaan membutuhkan peran aktif dari instansi terkait lainnya baik TNI, POLRI, Pemerintah Daerah, Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa permasalahan yang timbul diantaranya sebagai berikut :
1. Badan Karantina Pertanian dan Kepolisian RI berkomitmen untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan perkarantinaan sesuai dengan Nota Kesepahaman antara Badan Karantina Pertanian dan POLRI Nomor : 1848/HK.020/3/L/2012 dan No. B/12/III/2012 tanggal 6 Maret 2012 tentang Kerjasama di Bidang Karantina Hewan, Karantina Tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan antara Badan Karantina dengan POLRI adalah kegiatan pre-emptif, kegiatan preventif, kegiatan penegakan hukum, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan pertukaran data dan informasi serta kegiatan sosialisasi. Namun demikian pada tataran teknis operasional koordinasi terkait kegiatan pengawasan bersama ini belum dapat optimal dilakukan. Rapat koordinasi dan optimalisasi fungsi PPNS belum dilaksanakan secara optimal;
2. Koordinasi rutin dengan instansi terkait lainnya seperti Bea dan Cukai, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Mimika, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, dll selama ini dilakukan secara rutin dan instensif dilakukan dalam membangun hubungan dan kejasama tukar informasi perkembangan HPH/HPHK maupun OPT/OPTK. Namun di tingkat pendekatan sosialisasi dilakukan sebanyak 1 (satu) kali dalam setahun. Hal ini menyebabkan belum optimalnya pembahasan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan untuk mendapatkan solusi yang lebih konkrit untuk optimalisasi kegiatan perkarantinaan. Keterbatasa anggaran yang ada menyebabkan belum dimungkinkannya kegiatan koordinasi dilaksanakan lebih rutin/berkala. B. Sumberdaya Manusia
Keterbatasan SDM masih menjadi permasalahan klasik yang muncul sehingga perlu melakukan optimalisasi terhadap SDM yang ada, beberapa permasalahan SDM yang muncul terkait dengan operasional kegiatan perkarantinaan dan operasional perkantoran adalah sebagai berikut :
1. SDM teknis seringkali melakukan tugas rangkap untuk melakukan kegiatan pengawasan, dampak yang seringkali terjadi adalah pengguna jasa tidak dapat segera mendapatkan pelayanan karena petugas melakukan kegiatan operasional lainnya;
2. Belum tersedianya petugas karantina yang memiliki sertifikat fumigasi, sehingga pelaksanaan fumigasi dari karantina tumbuhan yang rutin dilaksanakan selama ini dilakukan oleh pihak ketiga;
3. Belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan Laboratorium, yang salah satunya disebabkan karena keterbatasan kuantitas dan kapasitas SDM yang fokus dalam pengelolaan laboratorium;
4. SDM administrasi belum dapat melingkupi keseluruhan tugas dan fungsi keadministrasian, sehingga beberapa tenaga teknis (fungsional) diberdayakan dalam kegiatan administrasi. Kendala yang dihadapi antara lain terkait dengan keterbatasan SDM dalam sisi kuantitas dan penguasan sistem informasi.
C. Pengembangan Infrastruktur/Sarana/Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia pada wilayah kerja SKP Kelas I Timika termasuk sarana pelayanan dan perkantoran belum cukup optimal mendukung kegiatan operasional perkarantinaan yang dilaksanakan. Beberapa kendala/permasalahan terkait sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan operasional antara lain sebagai berikut :
1. Belum tersedianya kantor Wilayah Kerja (wilker) di wilker Pelabuhan Laut Amamapare yang merupakan pelabuhan khusus milik PT. Freeport Indonesia sehingga pengawasan terhadap pemasukan / pengeluaran media pembawa HPHK/OPTK berjalan kurang optimal. Kedepannya perlu terus berkoordinasi dengan pihak PT. Freeport Indonesia agar mendapatkan ruangan tempat berkantor petugas karantina pertanian. Hal serupa juga terjadi pada Pelabuhan Laut Poumako, dimana SKP Kelas I Timika belum memiliki kantor pada wilayah kerja dimaksud. Petugas karantina bertugas sesuai dengan jadwal kapal yang diperoleh dari pengelola pelabuhan;
2. Belum efektifnya kantor pelayanan di wilayah kerja Bandara Mozes Kilangin. Hal ini disebabkan karena kantor pelayanan yang di fasilitasi oleh PT. Freeport Indonesia berada di dalam terminal kedatangan, hal ini berdampak pada sulitnya pengguna jasa untuk melakukan pelaporan karena keterbatasan akses keluar masuk Bandara, sehingga pelayanan terhadap pengguna jasa tidak dapat berjalan efektif;
3. Belum optimalnya pengawasan lalu lintas media pembawa OPTK/HPHK di Pelabuhan Laut Agats yang baru ditetapkan sebagai tempat pemasukan
4. Belum tersedianya instalasi karantina hewan (IKH) dan instalasi karantina tumbuhan (IKT). Pemeriksaan selama ini dilakukan pada fasilitas IKH dan IKT pengguna jasa;
5. Ruang kerja pegawai yang ada saat ini belum dapat menampung keseluruhan pegawai SKP Kelas I Timika, dikarenakan ruangan kantor belum mengalamin perubahan yang memadai, sehingga terkadang melakukan tugas operasional kantor pada ruang rapat atau ruang pelayanan;
4.2. Non Operasional A. Kelembagaan
1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 yang diterapkan sejak Tahun 2013 belum cukup optimal untuk dilaksanakan oleh seluruh SDM lingkup SKP Kelas I Timika. Meskipun sudah dilakukan pelatihan (in house training) Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008 dan In house training internal auditor, dalam implementasinya sistem manajemen mutu belum dapat dilakukan secara optimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah manajemen arsip yang belum terkelola dengan baik untuk masing-masing penanggung jawab kegiatan;
2. Penguatan kelembagaan belum terlaksana dengan baik. Sehingga efektivitas berjalannya organisasi dan kinerja SDM yang belum dapat dilakukan secara optimal;
3. Sosialisasi perkarantinaan belum dapat berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat dan pengguna jasa yang belum mengenal instansi Karantina temasuk tugas dan fungsinya. Upaya pengelolaan informasi dan dokumentasi sudah dilakukan, namun belum berjalan efektif.
B. Sumberdaya Manusia
1. Keterbatasan SDM yang ada menuntut SKP Kelas I Timika untuk dapat mengoptimalkan peran seluruh SDM yang ada di lingkup wilayah kerjanya, baik untuk tenaga operasional maupun administrasi. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah adanya kebutuhan organisasi yang seringkali berbeda dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Hal ini menuntut setiap pegawai untuk menjadi lebih aktif dan partisipatif serta bekerjasama dengan baik dengan pegawai lainnya untuk memenuhi tugas dan fungsi instansi yang ada agar tetap dapat dilaksanakan dengan baik sehingga visi dan misi organisasi dapat tercapai.
Badan Karantina Pertanian dan in house training, sedangkan untuk upaya pembangunan tim, kerja sama atau hal-hal lain yang bersifat soft skill belum dilaksanakan dengan baik.
2. Upaya peningkatan kesejahteraan pegawai di SKP Kelas I Timika masih menjadi salah satu permasalahan yang diharapkan dapat menjadi perhatian lebih dari Badan Karantina Pertanian. Selama ini perbedaan yang diperoleh SKP Kelas I Timika dibandingkan dengan Unit Pelaksana Teknis lain hanya dengan adanya tunjangan Papua yang besarannya belum cukup memadai untuk memenuhi biaya hidup di wilayah timur khususnya di Papua. Hal serupa mungkin dialami oleh pegawai karantina pertanian pada Unit Pelaksana Teknis lain yang berada pada wilayah terpencil lainnya, sehingga diharapkan upaya peningkatan kesejahteraan dapat di optimalisasi dan di fasilitasi oleh Badan Karantina Pertanian, khususnya mess petugas Karantina Pertanian.
C. Pengembangan Infrastruktur/Sarana/Prasarana
1. Belum tersedianya perpustakaan mini sebagai salah satu sarana peningkatan kapasitas dan pengetahuan pegawai terkait ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan tugas perkarantinaan;
2. Belum tersedianya rumah dinas yang mamadai untuk seluruh pegawai SKP Kelas I Timika. Sebagian besar pegawai SKP Kelas I Timika merupakan pendatang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, sehingga sebagian besar tidak memiliki rumah tinggal tetap di Kabupaten Mimika. Saat ini beberapa pegawai menggunakan rumah sewa dengan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing pegawai, mengingat keterbatasan tempat tinggal yang dapat difasilitasi oleh kantor UPT SKP Kelas I Timika; 3. Belum tersedianya instalasi karantina hewan dan tumbuhan. Saat ini
kegiatan pemeriksaan dilakukan pada instalasi pihak kedua yang berada di bawah binaan SKP Kelas I Timika.
4. Beberapa sarana/prasarana yang saat ini dimiliki oleh SKP Kelas I Timika masih bersifat standar, sehingga kondisinya belum optimal untuk mendukung kegiatan teknis dan operasional, disebabkan terbatasnya pembiayaan dan anggaran setiap tahunnya.
5. ANALISA
RESIKO
STRENGTHS,
WEAKNESSES,
OPPORTUNITIES AND THREATS (SWOT)
Tabel 2. Lingkungan Internal
No Aspek Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) 1 Regulasi/Kebijakan a. Karantina memiliki landasan
hukum yang kuat dalam
operasionalnya, yang terdiri dari Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Kep/Peraturan Menteri serta juklak/juknis dan manual. b. UPT Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Timika merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis Badan
Karantina Pertanian yang memiliki landasan hukum yang jelas, yaitu Peraturan Menteri Pertanian
22/Permentan/OT.140/4/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian.
c. Adanya dukungan Pemerintah
daerah dalam upaya
pencegahan masuknya OPTK dan HPHK ke wilayah Kab. Mimika. Salah satunya dalam bentuk Instruksi Gubernur Irian Jaya No.02/INSR-GIJ/2000 tentang larangan peredaran benih tanaman jeruk dalam
rangka pengendalian
penyebaran penyakit
Liberobacter asiaticum di irian
Jaya; dan Instruksi Gubernur Irian Jaya No. 03/INSTR-GIJ/2000 tentang larangan peredaran bibit tanaman
pisang dalam rangka
pengendalian penyebaran
penyakit Ralstonia
solanacearum di Irian Jaya.
d. Adanya dukungan Pemerintah
a. Terdapat beberapa kebijakan teknis operasional (Peraturan Pemerintah) yang belum ditindaklanjuti dalam bentuk perubahan juklak/juknis; b. Proses revisi UU Nomor
16/1992 belum selesai; c. Kebijakan teknis operasional,
standar teknik dan metode masih perlu dilengkapi untuk
meningkatkan cakupan
pengendalian resiko dan akuntabilitas pelaksanaan pengawasan dan pelayanan;
d. Belum optimalnya
pelaksanaan kerjasama
antara Badan karantina Pertanian dengan Kepolisian RI pada tataran teknis operasional di UPT SKP Kelas I Timika.
e. Belum dilakukannya evaluasi
efektivitas penerapan
Instruksi Gubernur terkait oleh Pemerintah Daerah.
Tahun 2003 tentang Larangan Pemasukan Anjing, Kucing, Kera dan Hewan sebangsanya ke Wilayah Provinsi Papua tanggal 12 Agustus 2003) e. Adanya dukungan Pemerintah
Daerah melalui Keputusan Gubernur Provinsi Papua
Nomor 158 Tahun 2004
tentang Pemasukan Unggas dan Produknya ke Provinsi Papua tanggal 24 Juni 2004; f. Adanya dukungan Pemerintah
Daerah melalui Keputusan Bupati Mimika Nomor 119
Tahun 2004 tentaang
Penutupan Wilayah
Penyebaran Penyakti Claical Swine Fever (CSF) pada Ternak Babi di Kabupaten Mimika; g. Adanya dukungan Pemerintah
Daerah melalui Surat Kepala Dinas Peternakan Propinsi
Papua Nomor 524.3/294
perihal Kewaspadaan terhadap Penyakit Hog Cholera pada Ternak Babi tanggal 15 Juli 2004;
h. Adanya dukungan Pemerintah Daerah melalui Surat Kepada Dinas Peternakan kabupaten
Mimika Nomor
524/181/PET/05 perihal
Kewaspadaan terhadap
Penyakit Avian Influenza/Flu Burung tanggal 15 Agustus 2005)
i. Adanya dukungan Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 4 Tahun 2006 tentang larangan Pemasukan Hewan Penular Rabies ke Wilayah Propinsi Papua (26 April 2006);
j. Adanya Kesepakatan
Kerjasama antara Badan
Karantina Pertanian dengan Kepolisian Negera RI, sesuai
Nomor : 1848/HK.020/3/L/2012 dan No. B/12/III/2012 tanggal 6 Maret 2012 tentang Kerjasama di Bidang Karantina Hewan,
Karantina Tumbuhan dan
pengawasan keamanan hayati. k. Adanya kerjasama pakta
integritas larangan masuknya penyakit anjing gila (Rabies) antara Pemerintah Provinsi Papua, Kadin Papua, Polda Papua dan instansi terkait lainnya dan pada Ka. UPT se Papua dan Papua Barat.
2 Kelembagaan dan Manajemen Organisasi
a. SKP Kelas I Timika telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001-2008 sejak tahun 2013; b. Sosialisasi dan Koordinasi
eksternal sudah dilaksanakan secara rutin sebanyak 1 kali/tahun
a. Dalam implementasinya
sistem manajemen mutu
belum dapat dilakukan secara optimal. Salah satu kendala
yang dihadapi adalah
manajemen arsip yang belum terkelola dengan baik untuk masing-masing penanggung jawab kegiatan;
b. Sosialisasi perkarantinaan belum dapat berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat dan pengguna jasa yang belum mengenal instansi Karantina temasuk tugas dan fungsinya. Upaya pengelolaan informasi dan dokumentasi sudah dilakukan, namun belum berjalan efektif.
3 Sumber daya manusia a. SKP Timika telah memiliki SDM
yang berkompeten dalam
penyelenggaraan
perkarantinaan dan
pengawasan keamanan hayati, yang terdiri dari tenaga fungsional karantina hewan
(medik veteriner dan
paramedic veteriner),
fungsional karantina tumbuhan
(Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan-POPT), Penyidik Pegawai Negeri Sipil
a. Distribusi SDM belum memperhitungkan analisis beban kerja;
b. Kualitas, kompetensi dan
jumlah SDM masih
memerlukan peningkatan
mengikuti meningkatnya
b. Kompetensi SDM SKP Kelas I Timika semakin meningkat.
4 Sarana
prasarana/infrastruktur
a. Mempunyai sarana prasarana operasional pokok untuk
mendukung terlaksananya
operasional pengawasan dan pelayanan karantina.
a. Sarana/prasarana operasional
perlu penataan dan
peningkatan kualitas sesuai peruntukannya dan standar;
b. Belum semua sarana
pelayanan memenuhi standar minimal;
c. Teknologi dan sistem
informasi belum cukup
memuaskan pemanfaatannya
dalam meningkatkan
pelayanan dan manajemen kinerja internal;
d. Sarana dan prasarana
operasional masih
memerlukan penataan dan
peningkatan kualitas
mengikuti peningkatan beban operasional dan kepuasan masyarakat dalam pelayanan.
5. Pelayanan Publik a. Komitmen dari pimpinan dan pegawai SKP Kelas I Timika untuk meningkatkan kualitas pelayanan public semakin menguat;
b. Semakin membaiknya mutu
sarana/prasarana untuk
peningkatan kualitas
pelayanan public kepada masyarakat;
c. Telah adanya pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai bagian dari sistem monev perbaikan pelayanan public.
a. Sistem pelayanan dan
pengawasan pelaksanaan
perkarantinaan yang telah dituangkan dalam suatu produk hukum belum optimal penerapannya. Saat ini masih dalam tahap preventif dan pre-emptif
6 Pengelolaan Anggaran Dari aspek pendanaan, selain APBN murni, SKP Kelas I Timika mempunyai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
a. Alokasi anggaran operasional SKP Kelas I Timika masih terbatas.
Tabel 3. Lingkungan Eksternal
No Aspek Peluang (Opportunities) Tantangan (Threats) 1 Sistem ekonomi/ a. Peningkatan jumlah a. Semakin meningkatnya
b. Globalisasi dan liberalisasi
perdagangan dunia
menghasilkan sejumlah
perjanjian dan kesepakatan
dikenakan oleh Negara tujuan ekspor terutama terkait
dengan Sanitary and
Phytosanitary (SPS);
b. Meningkatnya volume dan kompleksitas perdagangan; c. Kebijakan proteksi dari
Negara Mitra;
d. Tingginya frekuensi lalu lintas perdagangan internasional untuk produk pertanian;
e. Meningkatnya ancaman
kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan selain HPHK dan OPTK, seperti IAS dan GMO serta
ancaman terhadap
keanekaragaman hayati; f. Adanya kebijakan zoning
dalam importasi produk hewan (daging)
2 Perkembangan IPTEK a. Kerjasama penerapan standarisasi mutu secara internasional berbasis ISO
a. Kemajuan teknologi
transportasi, perdagangan, pariwisata mengakibatkan peningkatan kegiatan lalu lintas komoditas;
b. Kemajuan dalam bidang bioteknologi dan teknologi pengolahan pangan;
c. Banyaknya ancaman HPHK dan OPTK dari berbagai Negara;
d. Makin beragamnya jenis media pembawa HPHK dan OPTK.
3 Volume & kompleksitas Perdagangan
a. Pengembangan dan produksi
berbagai produk untuk
kesehatan hewan dan
tanaman (pencegahan,
diagnosis dan pengobatan); b. Jenis asing invasive (invasive
Allien Species/IAS) telah
dapat diidentifikasi
berdampak penting terhadap lingkungan dan kelestarian sumberdaya hayati;
a. Adanya bioterorisme;
b. Semakin beragamnya bentuk
dan jenis komoditas
berkaitan dengan produk produk rekayasa genetic
(Genetically Modified
Organism/GMO);
c. Sulitnya menelusuri tempat asal suatu produk
6. RENCANA KERJASAMPAI DENGAN 5 TAHUN
Sebagaimana disampaikan sebelumnya, bahwa sejalan dengan Visi dan Misi BARANTAN, SKP Kelas I Timika menetapkan misinya sebagai berikut :
a. Melindungi potensi sumber daya alam hewan dan tumbuhan di wilayah kabupaten Mimika dari ancaman HPHK dan OPTK;
b. Mempertahankan status bebasnya wilayah kabupaten Mimika dari HPHK dan OPTK;
c. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di wilayah kabupaten Mimika;
d. Mewujudkan pelayanan karantina pertanian cepat, tepat, akurat, transparan dan profesional.
e. Mewujudkan good governance and clean goverment.
Untuk mewujudkan misi tersebut dan disesuaikan dengan analisa Strength, Weaknesses, Opportunity and Threats (SWOT) yang dilakukan, ditetapkan rencana kerja SKP Kelas I Timika melalui Program Peningkatan Kualitas Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati, yaitu sebagai berikut :
6.1. Penguatan Kelembagaan (Koordinasi) Inline Inspection/PSI
Selama 5 (lima) tahun kedepan, SKP Kelas I Timika menetapkan tercapainya koordinasi yang lebih intensif dengan instansi terkait lainnya dan peran suatu masyarakat, sehingga segala hal teknis operasional yang berhubungan dengan instansi terkait lainnya dapat berjalan lebih efektif dengan target dan capaian yang lebih terukur. Beberapa target koordinasi yang akan dicapai antara lain : Optimalisasi Nota Kesepahaman Bersama Kepolisian Republik Indonesia
dengan Badan Karantina Pertanian;
Optimalisasi Pengawasan bersama dengan instansi terkait lainnya;
Optimaliasi Kerjasama dengan Dinas Peternakan, sejalan dengan deklarasi bersama melindungi tanah papua dari ancaman penyakit anjing gila/rabies, termasuk kegiatan pengujian HPAI untuk deteksi dini masuknya virus avian influenza di Kabupaten Mimika yang sampai saat ini masih berstatus daerah yang bebas dari AI; termasuk daerah pemantauan HPHK.
Optimalisasi Kerjasama dengan Dinas Pertanian, tanaman Pangan dan Perkebunan serta fungsional pengawas Hama Penyakit Tanaman terkait optimalisasi tindak lanjut hasil pemantauan OPTK yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dan rencana pemantauan kedepan. Sehingga kegiatan pemantauan dapat terintegrasi dengan baik;
Optimalisasi kegiatan sosialisasi Karantina Pertanian kepada masyarakat Kabupaten Mimika/pengguna jasa dan instansi lainnya. Kegiatan sosialisasi
dengan tidak menutup kemungkinan pemanfaatan event yang diselenggarakan oleh pihak lainnya;
Secara internal SKP Kelas I Timika akan melakukan evaluasi kegiatan teknis operasional dan administrasi lebih intensif, dengan mengadakan pertemuan/rapat internal yang lebih intensif sehingga segala permasalahan yang dihadapi dalam mewujudkan visi dan misi 5 tahun kedepan serta penyelesaian beberapa permasalahan yang disampaikan pada Renstra ini dapat diselesaikan dengan lebih terarah. Hal ini akan menjadi salah satu alat optimalisasi pengendalian internal lingkup SKP Kelas I Timika;
Memberdayakan SDM sesuai dengan ilmu dan potensi yang dimiliki setiap petugas SKP Kelas I Timika diantaranya keilmuan fungsional, teknis, laboratorium dan teknis administrasi untuk lainnya.
6.2. Penguatan SDM (inhouse training)
Untuk menyelesaikan beberapa permasalahan SDM terutama terkait dengan peningkatan kapasitas pegawai sebagai upaya optimalisasi SDM yang ada, maka selama 2015-2019 akan dilaksanakan beberapa in house training dan tetap mengoptimalkan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Karantina Pertanian. Beberapa in house training yang direncanakan adalah sebagai berikut : Pelatihan pengelolaan arsip. Hal ini menjadi penting mengingat belum
tersedianya tenaga arsiparis di SKP Kelas I Timika, dan untuk mendukung implementasi peningkatan pelayanan perkarantinaan sehingga penerapan sistem manajemen mutu kedepannya akan dapat lebih efektif dengan tanggung jawab dari masing-masing pegawai terhadap tugas dan fungsinya masing-masing. Jika setiap pegawai dapat mengelola dokumen-dokumen yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik, maka upaya pelayanan prima termasuk pemenuhan sistem manajemen mutu akan berjalan lebih efektif dan efisien;
Pelatihan Kehumasan dan Media Informasi. Humas merupakan ujung tombak bagi sebuah instansi atau organisasi dalam membangun hubungan komunikasi internal dan eksternal. Humas atau yang lebih dikenal sebagai PR (Public Relation) merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif organisasi atau instansi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Pembentukan kelembagaan Humas pada sebuah instansi atau organisasi idealnya berfungsi untuk menterjemahkan kebijakan organisasi kepada internal (personil atau pegawainya) dan eksternal atau publik, serta untuk memonitor respon publik untuk disampaikan kepada pimpinan sebagai salah satu bahan pengambil keputusan. Era transparansi dan perkembangan teknologi informasi telah menjadikan masyarakat lebih kritis dan cenderung terjadi perubahan
untuk mengakomodir dan mengantisipasi keinginan masyarakat atau publik untuk memperoleh informasi dan hal ini menjadikan fungsi humas menjadi lebih penting dari sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan kelembagaan Humas pada setiap instansi atau organisasi. Makin luas aktifitas instansi tersebut makin luas pula aktivitas kehumasnya.
Pelatihan ini diharapkan dapat menjadikan setiap pegawai SKP Kelas I Timika sebagai Humas bagi SKP Kelas I Timika dengan tetap berpegang pada tata aturan organisasi/lembaga.
Materi disajikan dengan kombinasi metode ceramah, diskusi dan presentasi atau simulasi praktek.
Target pelatihan instansi dengan materi Kehumasan dan Media Informasi adalah untuk meningkatkan keterampilan peserta dalam kemampuan berbicara di muka umum, membawakan acara, negosiasi, menulis (artikel, press release), membawakan diri dengan baik dan benar pada forum, serta dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk pemembuatan media informasi dan dokumentasi.
Alternatif Materi Pelatihan : Dasar-dasar Kehumasan; Pemahaman karakter diri; Membangun rasa percaya diri; Performance; Teknik Presentasi; Negosiasi & Lobbying; Manajemen Krisis; Teknik menulis berita dan press release serta penggunaan teknologi informasi untuk pembuatan media informasi dan dokumentasi berupa: Brosur, Buletin, Poster, Website atau berandawarta, serta foto dan video.
Pelatihan Pengelolaan Laboratorium. Kegiatan ini difokuskan pada tenaga fungsional baik Karantina Hewan maupun Karantina Tumbuhan agar fungsi dan pemanfaatan laboratorium dapat berjalan lebih optimal. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan Laboratorium penguji pada SKP Kelas I Timika untuk menuju Laboratorium terakreditasi. Ruang lingkup materi antara lain : 1). Aspek-aspek yang berhubungan dengan SNI/ISO 17025 baik mengenai pesyaratan manajemen dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi agar laboratorium penguji dapat diakreditasi sesuai dengan standar dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang kemudian dilanjutkan dengan simulasi mengenai pembuatan manual mutu, SOP dan Log Book penggunaan peralatan di laboratorium; 2) Pengelolaan laboratorium agar diperoleh hasil pengujian yang akurat, terpercaya dan tepat waktu. Materi yang disampaikan lebih bersifat teknis mengenai hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan pengujian baik dari segi tempat, sarana dan sumberdaya manusia. In House Training diharapkan akan membuka wawasan dan menambah pemahaman mengenai standar pengelolaan laboratorium yang baik secara manajemen dan teknis
yang dapat dijadikan pedoman dalam rangka persiapan akreditasi laboratorium.
6.3. Pengembangan Infrastruktur/Sarana/Prasarana
Sebagaimana disampaikan sebelumnya terdapat beberapa sarana dan prasarana yang belum tersedia dan membutuhkan perawatan dan peningkatan agar dapat lebih optimal mendukung kegiatan operasional dan pelayanan karantina pada lingkup SKP Kelas I Timika. Selama 5 tahun kedepan beberapa sarana dan prasarana yang diharapkan dapat direalisasikan pengadaannya adalah sebagai berikut :
Pedekatan dan koordinasi dengan PT. Freeport Indonesia terkait ruang kerja petugas karantina pertanian pada pelabuhan khusus amamapare dan Bandar udara Mozes Kilangin;
Pengadaan rumah container/sewa untuk ruang kerja petugas karantina pada wilayah kerja Pelabuhan Poumako;
Pembangunan/Perluasan kantor SKP Kelas I Timika yang lebih representative terutama untuk dapat menampung seluruh pegawai SKP Kelas I Timika;
Pembangunan instalasi karantina hewan (IKH) sehingga kegiatan pemeriksaan dapat dilakukan pada instalasi dimaksud;
Pengadaan genset dan rumah genset pada kantor laboratorium KM.8 dikarenakan seringnya listrik PLN mati dengan tiba-tiba pada waktu-waktu jam kantor;
Perlunya renovasi rumah dinas yang memberikan kesan yang lebih layak dan nyaman;
Perlunya membuat mess SKP Kelas I Timika untuk penghematan staf dalam menunjang kesejahteraan dikarenakan biaya hidup di Papua, khususnya Kab. Mimika (Timika) ini sangat mahal, terutama biaya sewa/kontrak rumah;
Pembangunan pos jaga pada kantor pelayanan SKP Kelas I Timika; Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium;
Peningkatan sarana dan prasarana pengolah data dan komunikasi.
Pemeliharaan rutin untuk seluruh fasilitas/sarana dan prasarana yang terdapat di SKP Kelas I Timika
7. LAMPIRAN MATRIK RENCANA KERJA 5 TAHUN
(TAHUN 2015-2019)
Tabel 4. Lampiran Matrik Rencana Kerja 5 Tahun (2015-2019)
No 3 Pilar Karantina Pertanian Tahun
I II III IV V
1 Penguatan Kelembagaan
Optimalisasi koordinasi dengan instansi terkait melalui rapat koordinasi (2x setahun).
1x Rapat Koordinasi dengan instansi tertentu, 1x Pertemuan Koordinasi melalui coffee morning atau kegiatan lain dengan seluruh instansi terkait lainnya
2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg
2. Penguatan SDM (inhouse training)
Pelatihan pengelolaan arsip 1 Keg
Pelatihan Kehumasan dan Media Informasi 1 Keg
Pelatihan Pengelolaan Laboratorium 1 Keg
Pembinaan mental dan capacity building 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 3. Pengembangan Infrastruktur/Sarana/Prasarana
Pengadaan rumah sewa untuk ruang kerja petugas karantina pada wilayah kerja Pelabuhan Poumako
1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Pembangunan/Perluasan kantor SKP Kelas I Timika 1 Keg
Rehab rumah dinas SKP Kelas I Timika 1 Keg
Pembangunan instalasi karantina hewan (IKH) 1 Keg
Pembangunan rumah genset 1 Keg
Pembangunan pos jaga pada kantor pelayanan SKP Kelas I Timika
1 Keg
Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg Peningkatan sarana dan prasarana pengolah data
dan komunikasi
2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg 2 Keg
Pemeliharaan rutin untuk seluruh fasilitas/sarana dan prasarana yang terdapat di SKP Kelas I Timika
12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln 12 Bln Pembangunan mess Pegawai SKP Kelas I Timika 1 Keg Pengadaan genset dan pembangunan rumah
genset di Laboratorium