• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kepatuhan Diet dan Pengobatan Terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pasien DM di Wilayah Kerja PKM Ngali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan Kepatuhan Diet dan Pengobatan Terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pasien DM di Wilayah Kerja PKM Ngali"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

117

Hubungan Kepatuhan Diet dan Pengobatan Terhadap Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pasien DM di Wilayah Kerja PKM Ngali

Zulkarnain1, Sahriana2

Prodi S1 Keperawatan STIKES Yahya Bima Email: ijhulriestq@gmail.com

ABSTRAK

Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap pengelolaan diet, maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap penderita DM sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dan pengobatan terhadap peningkatan kadar gula darah pada pasien DM di wilayah kerja PKM Ngali.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross-Sectional study. Jumlah populasi 55orang, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik Total Sampling sehingga didapatkan sampel 36 responden. Alat ukur pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Hasilnya diolah pada SPSS versi 20.0 dengan menggunakan tabel 2x2 dengan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil bivariat hubungan Kepatuhan Diet dengan gadar gula darah yaitu p=0,016, sedangkan pada bivariate hubungan kepatuhan pengobatan dengan Gadar Gula darah yaitu p=0,042 dimana p< α maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan kepatuhan Diet dan Pengobatan dengan Kadar Gula Darah pada pasien DM. Adapun saran dalam penelitian ini adalah diharapkan kepada institusi kesehatan khususnya Puskesmas Ngali untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien DM sehingga dapat menunjang peningkatan Kasus PTM seperti DM.

Kata kunci: Kepatuhan Pengobatan, Kepatuhan Diet, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN

Tingginya jumlah penderita diabetes melitus disebabkan antara lain karena perubahan gaya hidup masyarakat, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi dini penyakit diabetes melitus yang kurang, minimnya aktivitas fisik, pengaturan pola makan yang salah dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan sedikit mengandung serat (Sudoyo dkk, 2009).

Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan tetapi glukosa darah dapat dikendalikan melalui 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus seperti edukasi, diit, olah raga, dan obat-obatan. Penderita diabetes melitus tipe II dengan obesitas dapat melakukan pengontrolan kadar gula darah dengan mengatur pola makan dan berolahraga secara teratur, selain itu kepatuhan minum obat sangat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita (Maulana, 2008).

Menurut WHO kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes semakin mengkhawatirkan pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai 171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah 366.210.100 orang atau naik sebesar 114 % dalam kurun waktu 30 tahun. ( Depkes RI 2017 ).

Provisi NTB dengan jumlah 53,139 orang ( tahun 2019 ). Sedangkan khususnya di Kabupaten Bima degan jumlah penderita DM sebanyak 2,820 orang. ( Profil Kesehatan Kabupaten Bima, 2019 ).

(2)

118 Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap pengelolaan diet, maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap penderita DM sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet DM dapat mendukung terhadap kepatuhan pengelolaan diet DM sendiri (Efendi, 2009).

Banyaknya komplikasi yang dapat ditimbulkan, maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita DM untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu dengan cara mengontrol kadar gula darah secara rutin, patuh dalam diit rendah gula, pemeriksaan secara rutin gula darah, latihan jasmani, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita DM (Arisman, 2011). Cara untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan dari DM adalah dengan cara penerapan kepatuhan diet DM. Penderita harus memperhatikan kepatuhan terhadap diit dan pengobatan diabetes millitus, karena salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi adalah dengan cara mematuhi diet (Rahayu. 2011).

Saat ini upaya penanganan masalah DM melalui pemberian informasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap diet dan pengobatan telah digalakkan dengan harapan angka kejadian penyakit dan komplikasi DM bisa teratasi. Penyuluhan dan pemberian informasi kesehatan baik disampaikan melalui kampanye via media online maupun secara langsung telah dilaksanakan dengan melibatkan tenaga kesehatan, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat memehami pentingnya kepatuhan diet dan pengobatan bagi pasien DM. Adapun cara untuk mencegah ketidakpatuhan diet DM yaitu dengan memberikan informasi tentang diet diabetes millitus pada pasien, keluarga, serta merubah keyakinan dan kepercayaan terhadap diet diabetes militus, kemudian memberikan penyuluhan pola makan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pasien dan membatasi makanan yang memiliki kadar gula tinggi. Maka dari itu pengetahuan dan sikap penderita DM tentang pengelolaan diet DM sangat penting dalam uapaya membantu penderita dalam mengontrol peningkatan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap stabil (Mohan D, dkk, 2005).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan “Cross Sectional“. Dimana data yang menyangkut variabel independen dan dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan kemudian diolah dan dilakukan dengan analisis.

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi melalui kuesioner untuk menilai kepatuhan diet dan pengobatan serta pengukuran kadar gula darah pada pasien DM di PKM Ngali. Sampelnya ditentukan berdasarkan pengambilan sampel dengan rumus perkiraan besar sampel kemudian dilakukan analisis untuk mencari ada tidaknya hubungan antar variable

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitan ini adalah pasien dengan penyakit DM sebanyak 50 orang di wilayah kerja PKM Ngali. Dan Sampel pada penelitian ini adalah pasien DM diwilayah PKM Ngali yang berjumlah 50 orang. Pengambilan data sampel yaitu secara primer, dimana setiap

(3)

119 pasien DM yang berkunjung diwilayah Kerja PKM Ngali dengan kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu responden bersedia diteliti dan mampu memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling dimana keseluruhan dari populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk mendapatkan data atau informasi yang diinginkan, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada keluarga sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sudah dilakukan uji validasi dan reabitas.

Pengolahan Data dan Analisa Data anatara lain:

1. Pengolahan data

a. Penyuntingan data (editing)

Setelah data terkumpul peneliti akan mengadakan seleksi dan editing yakni memeriksa sesuai dengan karakteristiknya dan keseragaman data dari hasil kuesioner.

b. Pengkodean (coding)

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data diberi kode, pengkodean dilakukan nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan, nomor variabel, nama variabel, dan kode.

c. Tabulasi (tabulation)

Mengelompokkan data dalam bentuk tabel untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen, data di tranfering (telling) berdasarkan kategori data yang telah dikoding. Dalam hal ini, dipakai tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan penganalisaan data yang mana berupa tabel sederhana atau tabel silang.

2. Analisa Data

Analisa data dimaksudkan untuk menilai masing-masing variabel dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows untuk uji statistik. Analisis hubungan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisa univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, analisa ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel independen dan dependen. dengan menggunakan uji statistik Chi-Square

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan berupa data sebagai berikut:

A. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Karakteristik Responden

Kategori Umur N %

40-45 Tahun 6 20.0

46-51 Tahun 15 50.0

> 50 Tahun 9 30.0

Total 30 100.0

Jenis Kelamin

(4)

120

Laki – Laki 7 23.3

Perempuan 23 76.7

Total 30 100.0

Pendidikan

SD 11 36.7

SMP 9 30.0

SMA 6 20.0

PT 4 13.3

Total 30 100.0

Pekerjaan

PNS 3 10.0

Swasta 5 16.7

Petani 16 53.3

Wiraswasta 6 20.0

Total 30 100.0

Lama Menderita DM

< 5 Tahun 21 70.0

6-10 Tahun 7 23.3

> 10 Tahun 2 6.7

Total 30 100.0

Pada tabel 1. Karakteristik responden menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan umur responden didapatkan separuh dari keseluruhan responden (50.0%) responden berumur 46-51 Tahun, distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih dari separuh 23 (76.7%) responden berjenis kelamin Perempuan, distribusi frekuensi berdasarkan pedidikan responden didapatkan kurang dari separuh (53.3%) responden berpendidikan SD dan distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden didapatkan kurang dari separuh (53,3%) responden bekerja sebagai petani. sedangkan distribusi frekuensi berdasarkan lama menderita DM didapatkan lebih dari separuh responden (70%) menderita DM pada umur < 5 tahun.

Tabel 2 Kepatuhan diet pada pasien DM di PKM Ngali Kabupaten Bima

Pada tabel 2 kepatuhan diet diperoleh data sebanyak 13 (43,4%) responden menunjukkan kepatuhan diet yang patuh sedangkan responden dengan tidak patuh sebanyak 17 (56.7%).

Tabel 3. Kepatuhan Pengobatan Pasien DM di PKM Ngali Kabupaten Bima

Pada Tabel diperoleh berdasarkan hasil distribusi frekuensi Kepatuhan Pengobatan Pasien DM didapatkan data dari total 30 responden menunjukkan bahwa responden dengan

Kepatuhan Diet Frequency (n) Percent (%)

Patuh 13 43.3

Tidak Patuh 17 56.7

Total 30 100.0

Kepatuhan Pengobatan Frequency (n) Percent (%)

Patuh 12 40.0

Tidak Patuh 18 60.0

Total 30 100.0

(5)

121 kepatuhan Pengobatan 12 (40%) yang patuh, sedangkan 18 orang (60 %). Jadi presentase tertinggi adalah pada responden dengan kepatuhan minum obat tidak patuh dengan frekuensi sebanyak 18 orang.

Tabel 4. Kadar Gula Darah Pasien DM di PKM Ngali

Papada tabel diperoleh berdasarkan hasil distribusi frekuensi perubahan kadar gula darah didapatkan data dari total 30 responden menunjukkan bahwa responden dengan gula darah normal 13 responden (43,3%), sedang 17 responden tidak normal 17 (56,7%). Jadi presentase tertinggi adalah pada responden dengan kadar gula darah tidak normal dengan frekuensi sebanyak 17 orang.

Tabel 5. Hubungan Kepatuhan Diet dan Pengobatan Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien DM di PKM Ngali

Kepatuhan Diet

Kadar Gula Darah P value α =

(0,05) Normal Tidak Normal Total

n % n % n %

pv = 0,016

Patuh 9 30.0 4 13,3 13 43,3

Tidak Patuh 4 13.3.5 13 43.3 17 56,7

Total 13 43.3 17 56.7 30 100

Kepatuhan Pengobatan

Normal Tidak Normal Total P value α =

(0,05)

n % N % n %

pv = 0,042

Patuh 8 26.7 4 13.3 12 40

Tidak Patuh 5 16.7 13 43.3 18 60

Total 13 43.3 17 56.7 30 100

Tabel 5 tentang distribusi responden berdasarkan Hubungan kepatuhan diet dan kepatuhan pengobatan terhadap perubahan Kadar Gula Pada Pasien DM di PKM Ngali dari 30 orang responden diperoleh yang tertinggi adalah kepatuhan diet tidak patuh dengan kadar gula tidak normal sebanyak 14 (43.3%), dan berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,016 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan terapi diet dan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali. sedangkan pada kepatuhan Pengobatan dengan Kadar Gula tertinggi adalah kepatuhan diet tidak patuh dengan kadar gula darah tidak normal (43.3%).

dan berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,042 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan pengobatan dengan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali.

Interprestasi dan Diskusi Hasil

1. Univariat Karakteristik responden a. Usia

Frekuensi usia terbanyak terdapat pada rentang usia 46-51 tahun yaitu 15 orang (50%).

Kadar Gula Darah Frequency (n) Percent (%)

Normal 13 43.3

Taidak Normal 17 56.7

Total 30 100.0

(6)

122 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Amelia Martha (2012) yang menemukan bahwa kelompok usia yang paling banyak menderita DM tipe 2 adalah kelompok usia >40 tahun (72,9%). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Riski Yulia (2015) menyatakan bahwa kelompok usia 45-59 tahun lebih banyak ditemukan baik pada kelompok kasus (61,82%) maupun kelompok kontrol (63,64%).

Semakin bertambah usia perubahan fisik dan penurunan fungsi tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada usia lanjut sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan atau obesitas yang memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk diabetes melitus.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin Responden lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang (76,7%) dari 68 responden. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) yang mengemukakan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 432 orang (86,4%).14 DM tipe 2 dapat menyerang siapa saja baik itu perempuan maupun laki-laki, karena DM tipe 2 dewasa ini sering sekali berkaitan dengan gaya hidup sehari-hari, selain dari faktor keturunan.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan sekolah dasar lebih banyak yaitu sebanyak 11 orang (36,7%) dari pada tingkat pendidikan yang lain. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2010) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian DM. Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang kesehatan sehingga dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat seseorang.

d. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang terbanyak adalah petani/IRT sebanyak 16 orang (53,3) Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Menurut Riskesdas (2013) mendapatkan prevalensi diabetes melitus tertinggi pada kelompok yang tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Selain itu, orang tidak bekerja memiliki aktivitas fisik yang kurang sehingga meningkatkan risiko untuk obesitas

e. Lama Menderita DM

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menderita DM <5 tahun lebih banyak yaitu 21 orang (70%) dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Catur (2013) dengan hasil lebih banyak (70%) dibandingkan dengan kelompok <5 tahun.

Meningkatnya durasi DM berhubungan dengan semakin buruknya pengendalian kadar gula darah dan berkaitan dengan progresivitas penurunan sekresi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas.

2. Univariat

a. Univariat Kepatuhan Terapi Diet

Pada tabel kepatuhan diet diperoleh data sebanyak 13 (43,4%) responden menunjukkan kepatuhan diet yang patuh sedangkan responden dengan tidak patuh sebanyak 17 (56.7%).

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian oleh Eko Haryono (2013) hasilnya berbeda yaitu

(7)

123 diketahui bahwa dari total 32 data rekam medik pasien DM tipe 2, jumlah pasien yang kepatuhan dietnya kurang sebanyak 7 orang (21,9%) dan jumlah pasien yang kepatuhan dietnya baik sebanyak 25 orang (78,1%).29Kepatuhan terhadap terapi diet sangat penting karena terapi diet merupakan salah satu pilar dari penatalaksanaan diabetes melitus. Menurut Joslin, et al, mengontrol kepatuhan pada pasien diabetes memang merupakan tantangan yang sulit. Kepatuhan bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya masalah kejiwaan seperti gangguan makan dan gangguan afektif, konflik di keluarga, dan stres. Edukasi kepada keluarga juga merupakan faktor yang penting dalam menjaga kepatuhan pasien.30Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang paling sulit dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan membatasi kalori mungkin lebih mudah. Namun, bagi pasien yang berat badannya sudah turun, upaya mempertahankanberat badannya sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu pasien dalam menjalankan terapi diet, mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru ke dalam gaya hidupnya sangat dianjurkan. Namun, sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa diet menjadi suatu kegiatan yang membosankan dan merepotkan karena kesulitan mereka dalam mengukur porsi secara tepat sehingga hal ini sering kali diabaikan.

b. Univaraiat Kepatuhan Pengobatan

Pada Tabel diperoleh berdasarkan hasil distribusi frekuensi Kepatuhan Pengobatan Pasien DM didapatkan data dari total 30 responden menunjukkan bahwa responden dengan kepatuhan Pengobatan 12 (40%) yang patuh, sedangkan 18 orang (60 %). Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa tingkat kepatuhan minum obat tidak patuh bisa meningkatkan kadar gula darah menjadi tidak normal pada pasien diabetes melitus, sedangkan pasein yang melakukan kepatuhan minum obat tinggi akan mampu menjaga kadar gula darah dalam tubuh tetap normal sehingga mempercepat penyembuhan penyakit diabetes melitus tipe II. Responden yang mengalami diabetes melitus tipe II disebabkan insulin yang di hasilkan tidak cukup untuk mempertahankan gula darah dalam batas normal atau jika sel tubuh tidak mampu merespon dengan tepat sehingga akan muncul keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat badan, kelemahan, kesemutan, pandangan kabur dan disfungsi ereksi pada laki-laki dan pruritus vulvae pada wanita (Soegondodan Subekti, 2009). Hasil penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan oleh Natalia dan Dwipayant (2013), membuktikan ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada pasien DM Tipe II dengan p value sebesar 0,003. Pencegahan peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II yaitu mengendalikan berat badan dengan berolahraga dan makan sehat. Bentuk pengendalian ini di lakukan dengan menurunkan berat sedikit (5-7% dari total berat badan) di sertai dengan 30 menit kegiatan fisik atau olahraga 5 hari perminggu, disesuaikan dengan makan secukup yang sehat.

c. Univariat Kadar Gula Darah.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari total 68 sampel, 44 orang (64,1%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amaliah (2013) yang mendapatkan hasil 29 orang (90,6%) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak normal. PERKENI telah menetapkan bahwa salahsatu penanda diabetes yang terkendali adalah kadar gula darah puasa. Target kadar gula darah puasa yang ditentukan untuk pengendalianadalah <100 mg/dl.24,27 Buruknya

(8)

124 pengendalian kadar glukosa darah pada penderita DM berpengaruh terhadap terjadinya berbagai macam penyakit komplikasi yang dapat menyebabkan terjadinya kebutaan, gagal ginjal, penyakit kardiovaskular, stroke, amputasi pada kaki serta meningkatkan risiko kematian.Pada saat puasa, sekresi insulin menurun. Pada DM tipe 2 fase fast-stated terjadiakumulasi lipid yang ektopik mengganggu proses signalling insulin. Adanya akumulasi lipid intramyoselular, ambilan glukosa otot yang dimediasi insulin terganggu.

Akibatnya, glukosa dialihkan ke hepar. Peningkatan lipid di hepar menganggu kemampuan insulin untuk meregulasi glukoneogenesis dan aktivasi sintesis glikogen.10,15

3. Bivariat.

a. Analisis Bivariat Kepatuhan Diet

Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Ngali menunjukkan bahwa dari 30 responden angka tertinggi terdapat pada kepatuhan diet tidak patuh sebanyak dengan kadar gula tidak normal sebanyak 13 (43,3%. Selanjutnya responden yang kepatuhan dietnya patuh dengan kadar gula darah normal sebanyak 9 responden (30%).. Kemudian dilakukan uji berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,016 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan terapi diet dan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali. sedangkan pada kepatuhan Pengobatan dengan Kadar Gula tertinggi adalah kepatuhan diet tidak patuh dengan kadar gula darah tidak normal (43.3%). dan berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,042 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan pengobatan dengan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmina (2010) tentang kepatuhan diet dengan gula darah terkontrol yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,015. Menurut Rusmina, masih tingginya jumlah responden yang memiliki gula darah yang tidak terkendali padahal sudah menerapkan diet yang tepat, dapat disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi kadar gula darah. Namun, berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ernaeni (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan diet dengan kadar gula darah puasa. Hal ini dikarenakan 91,4% responden yang tidak patuh mengatakan diet merupakan suatu kegiatan yang membosankan dan merepotkan karena kesulitan mereka mengukur porsi secara tepat dan menyesuaikan dengan jadwal yang telah dianjurkan, sehingga diet seringkali diabaikan. Responden yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh dan dukungan yang baik dari keluarga, sehingga mereka cenderung untuk mematuhi aturan diet.

Menurut Catur (2013) ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah selain kepatuhan terapi diet yaitu kepatuhan minum obat, asupan lemak, pengetahuan dan dukungan keluarga. Dasar terapi diet pada diabetes melitus adalah memberikan kalori yang cukup dan komposisi yang memadai, dengan memperhatikan 3J, yaitu jumlah makanan, jadwal makanan, dan jenis makanan. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan setiap harinya.

Kebutuhan ini ditentukan secara individual berdasarkan berat badan (obesitas, kurus, atau ideal), tinggi badan, jenis kelamin, usia, dan faktor penentu kebutuhan kalori per hari.

Jadwal makan umumnya dibagi menjadi 3 porsi besar, untuk makan pagi (20%), makan

(9)

125 siang (30%), makan malam (25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar.

Pembagian berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan ini dilakukan dengan tujuan untuk membagi secara merata pemasukan kalori sepanjang harinya, sehingga dapat menghindari kenaikan kadar gula darah yang terlalu tinggi. Pengaturan jarak waktu makan di sepanjang hari akan membuat pankreas dapat melakukan fungsinya dengan lebih teratur. Jenis makanan atau komposisi diet yang dianjurkan bagi penderita DM, hendaknya tersusun dari karbohidrat 45-65% dari total kalori yang dibutuhkan setiap harinya, protein yang dianjurkan sebesar 10-20% dari 15 total kalori, lemak diperlukan sebanyak 20-25% dari total kalori, dan serat ±25 gram serat yang bergizi.

Kepatuhan (adherence) secara umum didefinisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan atau melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang untuk menjadi patuh atau tidak patuh terhadap program pengobatan, yang diantaranya dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung serta faktor pendorong. Faktor predisposisi merupakan faktor utama yang ada didalam diri individu yang terwujuddalam bentuk pengetahuan, persepsi, kepercayaan dan keyakinan, nilai-nilai serta sikap. Ketidakpatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh pemahaman dan interaksi antara pemberi dan penerima informasi serta kualitas dari interaksi tersebut.

Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah ini tidak hanya dari kepatuhan terapi diet tetapi dapat dipengaruhi juga dari faktor lainnya yang termasuk dalam faktor perancu, yaitu faktor usia, jenis kelamin, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik, stres, pengetahuan, dukungan keluarga, obesitas, hipertensi, merokok, dan lama menderita DM.

b. Analisi Kepatuhan Pengobatan

Berdasarkan tabel 4, Kadar Gula tertinggi adalah kepatuhan diet tidak patuh dengan kadar gula darah tidak normal (43.3%). dan berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,042 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan pengobatan dengan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu ada hubungan antara minum obat hipoglikemik oral atau obat anti diabetik dengan kontrol gula darah pada pasien diabetes rawat jalan di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang. Alasan pasien kadang-kadang lupa minum obat disebabkan karena daya ingat pada pasien yang cenderung menurun akibat bertambahnya usia. Alasan pasien merasa terganggu dengan adanya kewajiban untuk minum obat karena merasa bosan dengan kewajiban rutin tersebut, alasan lain kesengaja tidak minum obat karena merasa sehat adalah pasien mengaku bahwa tidak ingin ergantung dengan obat-obatan dan merasa takut mengalami gangguan pada ginjal jika memiliki ebiasaan minum obat-obatan, oleh karena hal tersebut pasien lebih beralih kepada pengobatan tradisional, seperti penggunaan kayu manis, bawang putih, daun salam, dan mengkudu. Alasan pasien merasa kondisinya bertambah parah karena pasien mengalami alergi ketika minum obat anti diabetik dan merasakan efek samping seperti perasaan tidak nyaman pada perut, sehingga pada akhirnya pasien berhenti untuk minum obat.Obat anti diabetik seperti glimepirid, metformin, dan akarbosa memiliki beberapa efek samping seperti rasa tidak nyaman pada perut dan dapat mengakibatkan kembung atau diare.

(10)

126 Berdasarkan hasil uji hubungan pada pernyataan kuisioner terkait alasan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, terdapat hubungan yang signifikan pada pernyataan bahwa pasien lupa membawa obat saat berpergian dengan regulasi gula darah berdasarkan nilai p value sebesar 0,037. Pasien dengan kadar gula darah teregulasi merasa memiliki tanggungjawab yang lebih terhadap kesembuhannya dan pasien meminimalkan risiko lupa minum atau membawa obat saat berpergian, sehingga hal tersebut yang membuat pasien dengan kadar gula darah teregulasi lebih patuh minum obat.

Kepatuhan minum obat anti diabetic mempengaruhi kadar gula darah pasien, oleh sebab itu kepatuhan minum obat anti dabetik dapat menjadi pilihan pasien dalam mengendalikan gula darahnya. Pada penelitian ini kepatuhan konsumsi obat anti diabetik pada obat metformin dan glimepiride dapat mengontol gula darah pasien diabetes melitus.

Metformin merupakan obat anti diabetik pilihan utama bagi penderita yang gemuk, disertai dislipidemia, dan resistensi insulin yang berfungsi untuk menurunkan resistensi insulin dan mengurangi produksi glukosa hati. Glimepiride merupakan obat golongan sulfonilurea yang berfungsi untuk meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

Kepatuhan minum obat merupakan hal yang penting bagi penderita diabetes melitus untuk mencapai sasaran pengobatan dan pencegahan komplikasi secara efektif. Terapi pengobatan yang baik dan benar akan sangat menguntungkan bagi pasien diabetes terutama bagi pasien yang yang diwajibkan mengkonsumsi obat dalam waktu lama dan seumur hidup.

Perilaku tidak patuh dapat meningkatkan risiko dan memperburuk penyakit yang diderita.

Menurut data WHO, rendahnya tingkat kepatuhan minum obat pada pasien diabetes ipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik pengobatan dan penyakit (durasi penyakit, kompleksitas terapi, dan pemberian perawatan), faktor intrapersonal (jenis kelamin, usia, stres, rasa percaya diri, depresi, dan penggunaan alkohol), faktor interpersonal (hubungan pasien dengan petugas kesehatan dan dukungan sosial), dan faktor lingkungan.

Pada penelitian ini, faktor yang berpengaruh berkaitan dengan faktor pengobatan dan penyakit terkait durasi penyakit yang lama sehingga pasien terganggu dengan kewajiban mengkonsumsi obat dan faktor intrapersonal terkait rasa percaya diri yang berhubungan dengan faktor interpersonal terkait dukungan keluarga. Keadaan pasien yang sering lupa mengkonsumsi atau membawa obat saat bepergian dimungkinkan dapat dipengaruhi karena kurangnya dukungan dari keluarga untuk mengingatkan. Keluarga memiliki peranan penting dalam memberikan motivasi, support system, dan perawatan pada anggota keluarga yang merupakan pasien diabetes.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian hubungan Kepatuhan diet dan Kepatuhan Pengobatan dengan Gadar gulah darah pada pasien DM di PKM Ngali Kabupaten Bima yang dilakukan terhadap 30 responden, dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan dari hasil uji Chi-square, untuk mengetahui kepatuhan diet pada pasien DM di Puskesmas Ngali. diperoleh data sebanyak 13 (43,4%) responden menunjukkan kepatuhan diet yang patuh sedangkan responden dengan tidak patuh sebanyak 17 (56.7%).

2. Berdasarkan dari hasil uji Chi-square, untuk mengetahui kepatuhan pengobatan pada pasien DM di Puskesmas Ngali. responden dengan kepatuhan Pengobatan 12 (40%) yang patuh,

(11)

127 sedangkan 18 orang (60 %). Jadi presentase tertinggi adalah pada responden dengan kepatuhan minum obat tidak patuh dengan frekuensi sebanyak 18 orang.

3. Berdasarkan dari hasil uji Chi-square, untuk mengetahui kepatuhan pengobatan pada pasien DM di Puskesmas Ngali. bahwa responden dengan gula darah normal 13 responden (43,3%), sedang 17 responden tidak normal 17 (56,7%).

4. Dari hasil penelitian 30 responden dengan menggunakan uji Chi-square, bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan terapi diet dan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali. sedangkan pada kepatuhan Pengobatan dengan Kadar Gula tertinggi adalah kepatuhan diet tidak patuh dengan kadar gula darah tidak normal (43.3%). dan berdasarkan hasil Uji Chi-Square didapatkan nilai Pvalue adalah 0,042 < nilai α= 0,05, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan pengobatan dengan kadar gula darah pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Ngali.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anggraeni, F. 2008. Hubungan antara Gaya Hidup dengan Status Gizi Lansia Binaan Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Depok : FKM UI.

Arisman. 2013. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia Konsep, Teori dan Penanganan Aplikatif. Jakarta : EGC.

Balitbangkes. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. http://www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 10 Januari 2015.

Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Dahlan, M. S. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Edisi Ke 6. Jakarta : Epidemiologi Indonesia.

Ditjen PP & PL. 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Jakarta : Ditjen PP & PL Kemenkes RI.

Edelman, M. 2006. Health Promotion Throughout The Life Span, Sixth Edition, Missoury USA : Mosby Elsevier

Fitri, R.I., Yekti W. 2014. Hubungan Konsumsi Karbohidrat, Konsumsi Total Energi, Konsumsi Serat, Beban Glikemik dan Latihan Jasmani Dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. JNH. Vol. 2 No. 3. Hal 1-27.

Garnita, D. 2012. Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia Analisa Data Sukerti 2007.

Skripsi. Depok : FKM UI. Gibney, M. J, Margetts B.M., Kearney J.M. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat (Public Health Nutrition). Jakarta : EGC

Gropper, S. S., Smith J. L., Groff J. L. 2005. Advanced Nutrition and Human Metabolism, Edisi ke 5. Wardsworth : Belmont.

Halton, T.L., Simin L., JoAnn E.M., Frank B.H. 2008. Low carbohydrate-diet score and risk of type 2 diabetes in Women. The American Journal of Clinical Nutrition.

http//www.ajcn.nutrition.org. Diakses Tanggal 15 Agustus 2015.

Handayani. 2012. Modifikasi Gaya Hidup dan Intervensi Farmakologis Dini untuk Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Vol 1, No.2.

Hardani, R. 2002. Pola Makan Sehat. Makalah Seminar Online Kharisma ke-2. Yogyakarta:

RS dr. Sardjito.

Gambar

Tabel 4. Kadar Gula Darah Pasien DM di PKM Ngali

Referensi

Dokumen terkait

Nilai kehilangan berat yang dialami contoh uji kayu akasia umur 5, 6, dan 7 tahun ini menandakan bahwa kayu akasia rentan terhadap serangan rayap tanah begitu juga dengan

Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah penelitian Rawapitu memiliki kelas kesesuaian lahan fisik aktual untuk padi pada kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai

Konsumsi pakan yang mengandung bungkil biji jarak fermentasi secara biologis jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi pakan kontrol maupun dengan pakan yang mengandung

Penggunaan massa refrigeran hidrokarbon HCR22 pada mesin kompresi uap hibrida lebih hemat 57,78 % dibanding penggunaan refrigeran halokarbon R22, karena refrigeran HCR22 mempunyai

Dari uraian tersebut , dengan ini peneliti kemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan, sebagai berikut: Efektifitas aturan KUHP terhadap tindak pidana

Berdasarkan analisa diatas, maka material yang akan digunakan untuk perancangan Rumah susun dan pasar adalah dinding bata merah dengan finishing cat, lantai dalam bangunan

(2) Dalam menetapkan persyaratan bangunan gedung semi-permanen dan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dilakukan dengan mempertimbangkan fungsi

Perangkat penilaian asesmen Kegiatan berbasis keterampilan proses sains pada praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan dimulai dengan membangun pengetahuan peserta didik