Blueprint MA 2010 - 2035
BY: H. ISNURUL SYAMSUL ARIF
Blueprint MA 2003
MEMUAT 4 BLUEPRINT PEMBARUAN :
1.
Pembaruan Mahkamah Agung;
2.
Pembaruan Pendidikan dan Latihan Peradilan;
3.
Pembaruan Pendidikan SDM Peradilan;
4.
Pembaruan Management Keuangan Peradilan
1. Sistematika :
LATAR BELAKANG & KONTEKS PEMBARUAN
PERMASALAHAN
A.
Visi, Misi & Organisasi
B.
Pelaksanaan Funfsi Teknis
C.
Pelaksanaan Fungsi Pendukung
VISI, MISI & ORGANISASI
A.
Visi Badan Peradilan
B.
Misi Badan Peradilan
C.
Nilai-nilai Utama Badan Peradilan
D.
Organisasi MA & Badan Peradilan di Bawahnya
Sistematika
ARAHAN PEMBARUAN FUNGSI TEKNIS &
MANAGEMENT PERKARA
A. Arahan Pembaruan Fingsi Teknis
B. Arahan Pembaruan Management Perkara
ARAHAN PEMBARUAN FUNGSI PENDUKUNG
A. Arahan Pembaruan Fungsi Penelitian dan Pengembangan
B. Arahan Pembaruan Pengelolaan SDM
C. Arahan Pembaruan Sistem Pendidikan & Pelatihan
D. Arahan Pembaruan Pengelolaan Anggaran
E. Arahan Pembaruan Penglolaan Aset
F. Arahan Pembaruan Teknologi & Infirmasi
ARAHAN PEMBARUAN AKUNTABILITAS
A. Arahan Pembaruan Sistem Pengawasan
B. Arahan Pembaruan Sistem Keterbukaan Informasi
Latar Belakang & Konteks Pembaruan
Kebijakan
SATU ATAP Reposisi fungsi
& peran
Membawahi 4 ling.
Peradilan +
management ADM, personil, finansial, sarana & Prasarana
tantangan Terwujud BP
Profesional, efektif, efisien,
Transparan &
Akuntabel
Evaluasi capaian MA
Thn 2008 br mencapai 30 %
Thn 2009 penilaian organisasi (Organizational Diagnostic Assessment (ODA), masih jd sorotan Masyarakat :
1. Informasi proses peradilan yang tertutup;
2. Biaya perkara yang tinggi;
3. Masih sulitnya akses orang miskin dan terpinggirkan;
4. Proses penyelesaian perkara yang masih sangat lama;
5. Proses penyelesaian perkara yang masih sangat lama;
Tantangan utk fungsi dan peran MA
HAMPHI NIAGAANAK TIPIKOR PERIKANAN
Terbentuk satgas
mafia hukum
2009
Capaian dr 2005 – 2009
1. Program Reformasi Birokrasi (focus pd Organisasi, tatakerja, SDM, remunerasi dan IT;
2. Pembentukan Pokja Pembaruan peradilan Khusus;
3. Terkikisnya tumpukan perkara;
4. Upaya peningkatan kwalitas Hakim dan aparatur peradilan;
5. Perbaikan sestem rekrutmen Cakim dan perbaikan seleksi KPN;
6. Mendorong keterbukaan Infomasi (SK KMA No. 144/KMA/SK/VIII/2007;
7. Penguatan sistem pengawasan internal dan penguatan hub. dgn KY
Selain berdasarkan evaluasi tersebut
Blueprit disusun berdasakan
KERANGKA PERADILAN YANG UNGGUL
(The Framework of Courts Excellence)
7 AREA PERUBAHAN
(Courts Excellence)
Hasil ODA digunakan utk menyusun Visi dan Misi MA
PERMASALAHAN
A. Visi, Misi & Organisasi
Visi Misi Tidak dipahami sepenuhnya oleh seluruh personil peradilan karena rumusanya kurang
operasional
Kapabilitas MA yang blm sepenuhnya berfungsi dgn baik usai penyatuan atap :
1.
Adanya posisi/ jabatan yang tumpang tindih;
2.
Budaya organisasi yang cenderung feodal
dan masih kentalnya KKN
;B. Pelaksanaan Tugas Teknis
Kepastian hukum, kualitas serta konsistensi putusan
disebabkan tingginya volume perkara yang masuk ke MA shg sulit bagi MA utk melakukan pemetaan
permasalahan hukum dan mengawasi
konsistensi putusan
tabel jumlah perkara yang masuk ke
MA dari tahun 2005 hingga tahun 2008:
Ketiadaan sistem kamar
menyebabkan sulitnya MA melakukan pengawasan konsistensi putusan &
membangun keahlian Hakim scr
lbh terstruktur
Permasalahan lain yang perlu dpt perhatian khusus
1.
Lamanya proses berperkara. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran biaya yang diperlukan di pengadilan menjadi sulit untuk diprediksi.
2.
Kurangnya pemahaman pencari keadilan dan pengguna pengadilan mengenai prosedur,
dokumen dan persyaratan yang diperlukan.
3.
Minimnya kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga peradilan.
C. Pelaksanaan Fungsi Pendukung
1. Menagement SDM:
a) system rekretmen dan blm transparan dan Akuntabel;
b) System pembinaan perlu disempurnakan dg menyertekan parameter obyektif yang berkaitan dgn penerapan reward and punishment yang tepat
c) Distribusi Hakim & aparat peradilan belum merata;
2. Management Sumber Daya Keuangan:
a) External : blm sepenuhnya mandiri;
b) Internal : belum ada SOP yang baku terkait penerimaan &
belanja negara, adanya rangkap jabatan, & rentang kendali organisasi yang terlalu luas
3. Management Sarana & Prasarana:
a) Lokasi pengadilan yang tersebar di seluruh Indonesia.
b) Lokasi pengadilan yang cukup sulit untuk diakses oleh masyarakat yang berasal dari daerah pinggir kota.
c) Gedung pengadilan di beberapa daerah yang sudah tidak layak, baik dari sisi keamanan maupun kenyamanan.
d) Kemampuan untuk mengelola prasarana dan sarana pengadilan belum memadai sehingga berpengaruh
terhadap prestasi kerja hakim dan aparatur peradilan dan kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan pengadilan.
e) Akuntabilitas pengadaan barang dan jasa, serta
manajemen aset negara, yang perlu terus diupayakan perbaikannya.
f) Penyimpanan dan pengelolaan informasi tentang aset negara yang belum dibuat secara baik.
4. Management Teknologi & Informasi:
perlunya satu kebijakan sistem
pengelolaan TI yang komprehensif dan
terintegrasi, untuk memudahkan dan
mempercepat proses pelaksanaan
tugas dan fungsi di setiap unit kerja.
5. Transparansi Peradilan
Masyarakat masih mengeluhkan sulitnya mengakses informasi dari pengadilan.
masih kurangnya pemahaman pejabat peradilan mengenai
pentingnya jaminan informasi bagi
publik.
6. Fungsi Pengawasan
Kewajiban utk mengawasi 800 satker merupakan kesulitan tersendiri bg Badan Pengawasan;
VISI, MISI &
ORGANISASI
Relasi VISI, MISI & Nilai –nilai
Utama
VISI BADAN PERADILAN
“ TERWUJUDNYA
BADAN PERADILAN INDONESIA
YANG AGUNG ”
Badan peradilan yang AGUNG
Courts Excellence
Independen efektif dan berkeadilan
Anggaran berbasis kenerja &
mandiri
Struktur organisasi
tepat&
manajemen organisasi
jelas &
terukur
Sederhana, cepat, biaya ringan, tepat waktudan profesional
Lingkungan kerja Aman
Nyaman Kondusifdan Personel
yang berintegritas
profesionaldan Pengawasan
yang efektif thd perilaku, administrasi&
jalannya peradilan
Pelayanan Publik
yang PRIMA
AKUNTABEL KREDIBEL &
TRANSPARAN
MODERN dgn berbasis
TI terpadu
BADAN PERADILAN YANG AGUNG
Courts Excellence
1 • Melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen, efektif, dan berkeadilan.
2
• Didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara mandiri yang dialokasikan secara proporsional dalam APBN.
3 • Memiliki struktur organisasi yang tepatdan manajemen organisasi yang jelas dan terukur.
4 • Menyelenggarakan manajemen dan administrasi proses perkara yang sederhana, cepat, tepat waktu, biaya ringan dan proporsional.
5
• Mengelola sarana prasarana dalam rangka mendukung lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan kondusif bagi penyelenggaraan peradilan.
6 • Mengelola dan membina sumber daya manusia yang kompeten dengan kriteria obyektif, sehingga tercipta personil peradilan yang berintegritasdan profesional.
7 • Didukung pengawasan secara efektif terhadap perilaku, administrasi, dan jalannya peradilan.
8 • Berorientasi pada pelayanan publik yang prima.
9 • Memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas,dan transparansi.
10
• Modern dengan berbasis TI terpadu.
Misi Badan Peradilan 2010 - 2035
1
• Menjaga kemandirian badan peradilan2
• Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan
3
Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan4
• Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan
1. Menjaga kemandirian Badan Peradilan
BP yang MANDIRI
Kemandirian BP sbg sebuah lembaga (kemandirian institusional)
Kemandirian pengelolaan anggaran berbasis
kenerja &
penyediaan sarana pendukungdlm bentuk alokasi yang
pasti dlm APBN
Perlunya dibangun kemampuan dan pemahaman yang setara
diantara para Hakim mengenai masalah hukum
yang berkembang
Kemandirian Hakim dln menjalankan
Fungsinya (kemandirian
individual / fungsional)
2. Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan kepada Pencari Keadilan
• Pengumuman jadwal sidang scr terbuka
• Pemberian salinan putusan sbg bentuk jaminan akses bg
pencari keadilan
Proses
• Mempertimbangkan
kepentingan kedua belah pihak
• Dapat dipertanggungjawabkan
Substansi
3. Meningkatkan kualitas
kepemimpinan badan peradilan
• Bertanggung jawab menjaga adanya kesatuan hukum di pengadilan yang dipimpin
TEKNIS
• Mampu merumuskan
kebijakan-kebijakan non teknis (kepemimpinan &
menejerial)
TEKNIS NON
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan
Efektifkan
pembinaan
PengawasanPublikasi putusan yang dpt
dipertanggungjawab kan
Keterbukaan
informasi
pelaporan dan
Nilai-nilai utama BP
Nilai-nilai utama BP
Kemandirian kekuasaan kehakiman (institusional
&
Fungsional)
Integritas
&
Kejujuran
Akuntabilitas
Responsibilitas
Keterbukaan Ketidak
berpihakan
Perilaku yang sama di hadapan
hukum
Organisasi MA & BP dibawahnya
Perlunya restrukturisasi organisasi karena:
1. Adanya pengembangan kebutuhan para pemangku
kepentingan, untuk lebih berorientasi pada kepuasan para pencari keadilan dan pengguna pengadilan.
2. Adanya perubahan visi, misi dan strategi organisasi.
3. Adanya keinginan untuk menumbuhkan budaya organisasi yang baru: profesional dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4. Adanya keinginan untuk menjadi organisasi dengan kinerja yang lebih baik.
5. Adanya kebutuhan untuk menjadi organisasi yang modern dengan memanfaatkan TI.
6. Adanya keinginan untuk menyederhanakan rantai birokrasi.
7. Adanya tumpang tindih tugas, pokok dan fungsi antar posisi.
Arah Pengembangan Organisasi MA
•Ditarget tercapai
& mapan 2019
Organisasi
Berbasis kinerja ( performance-based
organization )
•Ditarget tercapai dan mapan 2035
Organisasi berbasis pengetahuan
( knowledge-based organization )
Organisasi Berbasis kinerja (performance-based organization)
a. Perlu pemisahan yang jelas antara urusan teknis dan non- teknis.
b. Perlu memastikan kejelasan pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan, serta garis komando /
pelaporan.
c. Pengembangan desain dan implementasi penilaian
kinerja organisasi dan penilaian kinerja individu haruslah menjadi prioritas utama.
d. Perlu dipastikan semua aparatur peradilan memiliki keterampilan untuk melakukan penilaian kinerja.
Organisasi berbasis pengetahuan ( knowledge-based organization )
Harus ditemukan cara-cara kerja baru yang lebih efektif dan efisien untuk menyikapi berkembangnya
pengetahuan;
Pengetahuan masing-masing Hakim merupakan
Tacit knowledge
(tersimpan dlm otak masing-masing), penting untuk diubah menjadiexplisit knowledge
yaitupengetahuan yang dpt diungkapkan dengan kata-kata, formula atau rumus yang bisa dilihat, didengar , dirasa dan disentuh;
explisit knowledge
dapat dengan mudah dipendahkan scr keseluruhan melalui media, buku atau laporan;Sistem pengelolaan organisasi
Pendelegasian sebagian besar pengambilan keputusan dibawah management pencak, dengan memperkuat kapasitas dan kapabilitas Pengadilan tingkat banding;
Keberhasilan penglolaan organisasi yang terdesentralisasi ditentukan beberapa hal :
a) Kejelasan proses kerja dan SOP atau Standar Prosedur Operasional untuk setiap proses kerja.
b) Kejelasan tugas, tanggungjawab, target dan pengukuran terhadap hasil kerja dari setiap posisi.
c) Kejelasan wewenang yang diberikan atau yang dimiliki oleh setiap posisi untuk mengambil keputusan.
d) Kejelasan resiko dan dampak yang akan muncul bila tugas dan tanggung jawab tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
e) Tersedianya sistem pengelolaan organisasi dengan TI yang terpadu harus senantiasa dalam kondisi terhubung (interconnected). Keharusan untuk senantiasa dalam kondisi
“terhubung” ini, dengan cepat akan mendorong MA dan badan-badan peradilan di bawahnya menjadi organisasi yang modern. Keberadaan sistem-sistem tersebut sangat penting untuk memastikan kecepatan dan keakuratan data untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat dalam waktu singkat.
f) Profesionalitas aparatur peradilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab utama harus memiliki keterampilan menggunakan sistem-sistem yang dibangun.
ARAHAN PEMBARUAN FUNGSI TEKNIS DAN
MANAJEMEN
PERKARA
ARAH PEMBARUAN FUNGSI TEKNIS
SETIAP PEMBARUAN UNTUK MENJAMIN
“Pelaksanaan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen,
efektif, dan berkedilan”
1. Pembatasan perkara kasasi & PK
Tujuannya :
1. Meningkatkan kualitas putusan;
2. Memudahkan MA melakukan
pemetaan permasalahan hukum;
3. Mengurangi jumlah perkara di tingkat kasasi yang berarti
mengurangi beban kerja MA.
Pembatasan dilakukan dgn:
Penguatan Pengadilan Tingkat
Banding, dengan cara memberikan kewenangan pada Pengadilan
tingkat banding menjadi
PENGADILAN TINGKAT AKHIR bagi
perkara-perkara tertentu;
Kriteria pembatasan :
PERKARA PIDANA :
Dibatasi berdasarkan ancaman hukuman & jenis serta kualifikasi tertentu;
Ancaman Max 3 tahun, (militer max 5 tahun tanpa hukuman tambahan) dipertimbangkan prinsip restorative justice;
PERKARA PERDATA :
Perkara di bidang Hukum Keluarga & Waris (PN & PA)
Perkara wali adhol;
Perkara adat utk lingp hukum keluarga;
Perkara PHI
Perkara perdata khusus dipertimbangkan kompleksitasnya
Kriteria pembatasan :
PERKARA TUN :
Untuk keputusan TUN yang daya berlakunya di tingkat Propinsi dan tidak berimplikasi thd perlindungan hak-hak dasar warga
dipertimbaangkan hanya sampai
tingkat Banding
Peninjauan kembali
Atas putusan KASASI dibatasi jika alasan kasasi hanya adanya NOVUM;
Alasan kekhilafan Hakim pada substansi hukumnya (bukan karena alasan hukum formal)
dipertimbangkan hanya terhadap putusan Pengadilan dibawah MA (PN & tingkat banding);
2. Penerapan Sistem
Kamar scara konsisten
TUJUAN :
1.
Menjaga kesatuan hukum;
2.
Mengurangi disparitas putusan;
3.
Memudahkan pengawasan putusan;
4.
Meningkatkan produktivitas dalam pemeriksaan perkara;
5.
Mengembangkan kepakaran dan
keahlian Hakim dalam mengadili
perkara.
Sistem kamar (2010-1014)
Kamar pidana (6 majelis)
1. Pidana Umum (3 majelis)
2. Pidana Khusu (3 majelis)
Kamar perdata (6 majelis)
1. Perdata umum (4 majelis)
a. Perkara tanah (2 majelis)
b. Perkara non tanah (2 majelis)
2. Perdata khusus (2 majelis
Kamar Agama (2 majelis)
Kamar Militer (1 majelis)
Kamar Tata Usaha Negara (2 majelis)
Sistem kamar 2015-2019
Di MA telah diterapkan scr konsisten (tidak ada lagi majelis transisi)
Mulai diterapkan di tingkat Banding (kamar perdata dan kamar pidana)
Di tingkat pertama diberlakukan specialisasi
berdasarkan sertifikasi yang
3. Penyederhanaan
Proses berperkara
TUJUAN :
1.
Meningkatkan akses keadilan pada masyarakat;
2.
Mempercepat proses penyelesaian perkara;
3.
Menekan biaya berperkara baik yang dikeluarkan para pihak maupun negara;
4.
Mengurangi arus perkara ke tingkat kasasi.
Penyederhanaan proses perkara TUN
Untuk perkara TUN dengan obyek sengketa berupa
keputusan TUN yang daya berlakunya di wilayah provinsi, termasuk terhadap perkara yang ruang lingkupnya tidak berimplikasi terhadap perlindungan hak-hak dasar warga negara, maka perkara tersebut hanya dapat dimintakan upaya hukum sampai pada tingkat banding.
Perkara TUN yang obyek sengketanya berdampak luas dan berimplikasi terhadap perlindungan hak-hak dasar warga negara dan terhadap keputusan TUN, obyek sengketa yang daya berlakunya melintas masuk ke
wilayah provinsi lain atau beberapa provinsi atau bersifat nasional, terhadap perkara tersebut dapat diajukan
upaya hukum sampai di tingkat kasasi pada MA.
Penyelesaian Perkara dengan Acara Cepat dan Berorientasi Perdamaian (Mediasi) pada
Peradilan Umum Tingkat Pertama
Diatur dalam pasal 205 & 211 KUHAP
telah diatur tinggal lebih mengefektifkan lagi
Perkara perdata small claim
1. Gugatan yang diajukan oleh personal dengan jumlah minimal kerugian tertentu yang tidak terlalu besar;
2. Berbagai permasalahan (dengan memperhatikan batasan jumlah kerugian) berkaitan dengan:
o Perjanjian perburuhan;
o Perjanjian kontrak;
o Perjanjian sewa-beli;
o Masalah sewa-menyewa rumah atau tanah.
Kini telah diatur dalam Perma no 2 tahun 2015
4. Penguatan Akses Ke Pengadilan
Tujuan :
1. Memberi kemudahan akses fisik kepada pencari keadilan;
2. Meringankan beban biaya berperkara
untuk masyarakat miskin.
Langkah- Langkah
1. Meningkatkan Efektifitas Sidang Keliling;
2. Penyediaan Bantuan Hukum Pro Bono bg masyarakat yang memerlukan;
a. Memperjelas kriteria pihak yang berhak menerima bantuan Pro Bono untuk perkara perdata (umum &
agama) dan TUN;
b. Memperjelas mekanisme dan pengawasan penggunaan anggaran Pro Bono ;
c. Penyediaan anggaran untuk operasional pengadilan dalam penanganan perkara Pro Bono .
ARAH PEMBARUAN
MENEJEMEN PERKARA
Arah Modernisasi Manajemen Perkara
Tahap I
Keterbukaan & revitalisasi Pelaporan
Indikator keberhasilannya :
adanya akses informasi dalam kaitannya dengan putusan
pengadilan,
dilakukan upaya untuk
mengintegrasikan data tentang
aktivitas pengadilan ke dalam
satu database terpusat
Tahap II
modernisasi manajemen peradilan
Tujuanya untuk efisiensi proses:
1.
mengurangi beban proses minutasi,
2.
berita acara persidangan,
3.
supervisi,
4.
serta peluang untuk menyatukan proses yang tersebar pada lebih dari satu
orang ke satu orang, dan lain
sebagainya.
Tahap III
pelayanan hukum terintegrasi
Mengintegrasikan informasi yang
tersebar di Kepolisian, Kejaksaan dan Lembaga Pemasyarakatan :
khususnya tentang penangkapan, penahanan dan monitoring
penangannan perkara
Pengadilan online
Penataan ulang
struktur Organisasi
Kepaniteraan
1. Struktur Organisasi mengikuti fungsi
3 fungsi yang harus ada di MA:
1.
Fungsi Kepaaniteraan Muda Teknis;
2.
Fungsi Sekretariat Kepaniteraan;
3.
Fungsi Kepaditeraan Muda Hukum;
2. Penataan ulang posisi Asisten Hakim / Panitera
Jabataan paanitera harus diisi orang yang memiliki kompetensi panitera dan tersertifikasi;
Untuk dukungan teknis perlu
dilembagakan jabatan asisten hakim :
yang bertugas melakukan penelusuran
literatur, serta membuat memorandum
Hukum, (dpt dikembangkan hingga ke
tingkat banding dan tkt pertama)
Penataan ulang
proses menejemen perkara
business process reengineering
3 Faktor yang perlu di perhatikan:
1. Penataan kembali distribusi kerja dan pengelompokan ulang staf kepaniteraan. Optimalisasi bbrp fungsi jd satu;
fungsi penerimaan pkr, registrasi dan distribusi cukup satu meja;
distribusi perkara perlu dukungan sistem informasi yang dpt menganalisa beban kerja hakim
2. Reorientasi pelayanan publik; (perlu resepsionis + Custumer support officer)
3. Efisiensi proses memeriksa, memutus serta minutasi, khususnya pada tahap judex jurist
Elemen penyempurnaan menejemen perkara
Mengatasi tumpukan perkara
1. Mendorong & menjaga tingkat
produktifitas (evaluasi, pendataan pkr berbasis elektrinik, memberlakukan
perbandingan kenerja antar unit)
2. Efisiensi penangan perkara ( soft copy &
templete )
3. Asistensi sesuai kebutuhan;
Penyempurnaan kerangka hukum pencatatan register perkara
Pengelolaan data scr elektronik perlu
diberikan payung hukum (menghindari
duplikasi dgn manual)
ARAH
PEPRUBAHAN FUNGSI
PENDUKUNG
Arah pembaruan fungsi pengembangan & penelitian
1. Penguatan kelembagaan
a.
Fungsi pengembangan & pembangunan substansi hukum, kaitan tugas mengadili
b.
Fungsi pengembangan & perubahan kebijakan MA
2. Penguatan SDM, Sarana & Prasarana
Arah pembaruan pengelolaan SDM
Manejemen pengelolaan ADM berbasis kompetensi Competency Based HR Management
mampu mengelola dan membina SDM yang
kompeten dengan kriteria obyektif, sehingga
tercipta hakim dan aparatur peradilan yang
berintegritas dan profesional
Keberhasilan Competency Based HR Management
1. Tersedianya peraturan perundang-undangan yang
mendukung kemandirian pengelolaan SDM Badan Peradilan.
2. Adanya komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh pejabat struktural Badan Peradilan.
3. Adanya penguatan unit kerja pengelola kepegawaian dan penguatan SDM pengelolanya.
4. Adanya keterpaduan antara strategi pengorganisasian dengan strategi manajemen SDM.
5. Manajemen SDM diposisikan sebagai aspek strategis dan terpadu dengan visi, misi dan sasaran organisasi.
6. Menyesuaikan perkembangan yang terjadi, fleksibel terhadap perubahan sistem, ketentuan dan prosedur.
7. Mendorong kepatuhan terhadap nilai-nilai organisasi dan etika profesi.
Arah Pembaruan Sistem DIKLAT
Mendorong peningkatan Kapasitas Profesi peningkatan kwalitas penyelenggaraan
peradilan & pelayanan masyarakat
Arah pembaruan
pengelolaan anggaran
Tantangan pasca satu atap :
1.
meluasnya rentang kendali yang menimbulkan masalah koordinasi vertikal karena satuan
kerjanya tersebar di seluruh Indonesia;
2.
adanya perbedaan latar belakang SDM yang memunculkan perbedaan kompetensi, kultur dan etos kerja;
3.
menyebabkan mekanisme dan pola koordinasi
kelembagaan yang dilakukan oleh satuan kerja
di antara lingkungan peradilan menjadi kurang
optimal
Terbatasnya anggaran
Semestinya !!!!
“Anggaran Mahkamah Agung
dibebankan pada mata anggaran
tersendiri dalam anggaran pendapatan dan belanja negara”.
(Pasal 81A ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 14
Tahun 1985 tentang MA)
Arah perubahan pengelolaan aset
Cakupan menejemen aset milik negara :
1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
2. Pengadaan;
3. Penggunaan;
4. Pemanfaatan;
5. Pengamanan dan pemeliharaan;
6. Penilaian;
7. Penghapusan;
8. Pemindahtanganan;
9. Penatausahaan; dan
10. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Gambaran siklus hidup
aset
Arah Pembaruan Teknologi Informasi
Peran TI dalam Pembaruan Peradilan
tidak saja sbg sarana pencatatan elektrinis, tp dimaksimalkan untuk peningkatan kinerja BP
Sarana Pemanfaatan TI
keterkaitan kebutuhan
informasi di lembaga
peradilan
Arsitektur Sistem Informasi
Terintegrasi
Arah pembaruan Akuntabilitas
Arah pembaruan sistem pengawasan
1. Restrukturisasi Organisasi Pelaksana Fungsi Pengawasan
2. Penguatan SDM Pelaksana Fungsi Pengawasan
3. Penggunaan Parameter Obyektif dalam Pelaksanaan Pengawasan
4. Peningkatan Akuntabilitas & Kualitas Pelayanan Pengaduan bagi Masyarakat
5. Redefinisi Hubungan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sebagai Mitra dalam Pelaksanaaan Fungsi Pengawasan
Arah perrbahan sistem keterbukaan Informasi
1.
Membangun Kultur Keterbukaan di Pengadilan
2.
Mengembangkan Mekanisme Akses Informasi yang Sederhana, Cepat, Tepat Waktu dan Biaya Ringan
3.
Membangun Struktur Organisasi dan
Mengembangkan Kebijakan Pendukung
4.
Mengembangkan Mekanisme Pengawasan,
Pengaduan dan Penyelesaian Keberatan, serta Insentif dan Disinsentif sehubungan dengan
Pelaksanaan Pelayanan Informasi
5.
Meningkatkan Pemahaman Masyarakat akan
Kegunaan dan Kebutuhan Informasi Pengadilan
Peta Jalan (Roadmap)
Pembaruan Badan Peradilan Indonesia
2010-2035
A. Umum
B. Organisasi Peradilan
C. Fungsi Teknis dan Manajemen Perkara
1. Fungsi Teknis Peradilan
2. Manajemen Perkara
D. Fungsi Pendukung
1. Manajemen SDM
2. Pendidikan
& Pelatihan
3. Pengelolaan Anggaran
4. Pengelolaan Aset
5. Teknologi Informasi
E. AKUNTABILITAS
1. Sistem Pengawasan
Sistem Keterbukaan Informasi
Bagaimana kondisi
di tahun 2016 ?
Laporan masyarakat
kepada ORI hingga 2016
Beberapa mal administrasi yang dikeluhkan:
1. Pelayanan berlarut terkait pengiriman berkas perkara;
2. Keterlambatan pemberian salinan putusan;
3. Ketidakjelasan mengenai informasi jadwal sidang;
4. Pelaksanan putusan pengadilan;
Investigasi ORI
( Menaggapi Laporan Masyarakat)
Menggunakan metode mystery shopper (berpura-pura menjadi pengguna pelayanan)
Hasilnya:
1. Terdapat penyimpangan prosedur pd pendaftaran perkara;
2. Keterlambatan pelaksanaan jadwal sidang;
3. Penyimpangan prosedur pada penyerahan salinan putusan dan petikan putusan;
4. Praktik percaloan;
5. Tidak terpenuhinya standart pelayanan pengadilan;