Sosiologi Umum (KPM 130) 22 Februari 2017 RK. TL 2.03
Program Rumah DP Rp 0, Anies Sebut Tak Salahi Peraturan BI
Larissa Huda dan Angelina Anjar Dini Hanifa
I34130145
Edo Adianto Ramadhan / A14160074
Salah satu implementasi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara langsung. Konsep otonomi daerah yang dianut oleh Indonesia telah memberikan kemungkinan bagi setiap daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah dan menentukan pemerintahannya masing-masing.
Di satu sisi ruang pilkada ini merupakan liberalisasi politik yang bertujuan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Namun di sisi lain, pilkada ini justru menimbulkan polemik dan konflik yang cukup rumit penyelesaiannya.
Terjadinya konflik dan polemik ini dinilai diakibatkan oleh ketidaksiapan masyarakat Indonesia menghadapi liberalisasi politik mengingat watak masyarakat yang pada umumnya masih bersifat primordial dan feodalistis. Ditambah lagi tidak jelasnya peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari pilkada ini sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Telah banyak konflik yang telah terjadi, ini merupakan suatu kepastian bahwa dalam setiap pertarungan politik, khususnya di pilkada, akan banyak kepentingan yang bermain di dalamnya. Mulai dari kepentingan borjuasi internasional, kepentingan borjuasi nasional, hingga kepentingan rakyat (pekerja) tentunya. Sehingga konfilk bukan hal yang tabu lagi untuk dijumpai. Sebagai masyarakat yang modern harus memahami dengan baik tentang bagaimana mengolah isu konflik untuk menjadi suatu pembelajaran politik bagi rakyat untuk mengahadapi pertarungan bebas di kancah pertarungan pilkada (liberalisasi politik).
Sosiologi Umum (KPM 130) 22 Februari 2017 RK. TL 2.03
Sosiologi Umum (KPM 130) 22 Februari 2017 RK. TL 2.03
Program Rumah DP Rp 0, Anies Sebut Tak Salahi Peraturan BI Sabtu, 18 Februari 2017 | 10:26 Wib
Anies Baswedan bersam istrinya tiba di TPS 28, 15 Februari 2017. TEMPO/Zara Amelia
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengatakan program penyediaan rumah tanpa uang muka atau down payment (DP) tidak menyalahi aturan. Hal tersebut sekaligus menanggapi pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo yang mengatakan program tersebut menyalahi aturan DP kredit pemilikan rumah (KPR).
Agus mengatakan dalam kredit properti, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/16/PBI/2016 tentang rasio loan to value (LTV) untuk kredit properti, menyebutkan uang muka yang harus dibayarkan dari jenis rumah yang diakuisisi adalah minimal 15 persen. Agus mengatakan kalau program itu dilakukan, akan mendapatkan teguran dari otoritas.
Namun, Anies menuturkan aturan tersebut tak berlaku, jika kebijakan rumah tanpa uang muka merupakan program pemerintah daerah (pemda). "Tidak menyalahi aturan, jika itu termasuk dalam program pemerintah daerah. Hal itu diatur dalam Pasal 17 PBI Nomor 18/16/PBI/2016,” kata Anies dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 18 Februari 2017.
Sosiologi Umum (KPM 130) 22 Februari 2017 RK. TL 2.03
Untuk rumah kedua atau ketiga dan seterusnya, fasilitas kredit masing-masing 80 persen dan 75 persen. Sedangkan fasilitas kredit rumah kedua untuk rumah tapak tipe 22-70 meter persegi sebesar 85 persen serta rumah ketiga dan seterusnya sebesar 80 persen.
Anies mengatakan dalam aturan BI justru tertulis, “Kredit atau pembiayaan dalam rangka pelaksanaan program perumahan pemerintah pusat dan/atau pemda sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, sepanjang didukung dengan dokumen yang menyatakan, bahwa kredit atau pembiayaan tersebut merupakan program perumahan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dikecualikan dari ketentuan ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan peraturan perundang-undangan terkait yang berlaku.”
Anies pun menuturkan, program yang selama ini ia gagas bukanlah memberikan fasilitas kredit dengan uang muka nol persen, melainkan pemberian fasilitas uang muka Rp 0. “Bukan nol persen, tapi DP-nya nol rupiah. Makanya, itu si debitur harus mengumpulkan dana sekitar enam bulan untuk DP tersebut," ujar Anies. Anies menilai program rumah DP nol rupiah tersebut sangat logis dan bisa direalisasikan untuk warga DKI Jakarta. “Insya Allah, sudah sesuai aturan. Dan solusi perumahan ini, akan menjangkau seluruh warga berpenghasilan rendah," ujarnya.