• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI SEDIAAN MASKER CLAY YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis (F.A.C WEBER)) SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI SEDIAAN MASKER CLAY YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis (F.A.C WEBER)) SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN MASKER CLAY YANG

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis (F.A.C WEBER))

SEBAGAI ANTI-AGING SKRIPSI

OLEH:

RAMADHANI SIREGAR NIM 151501032

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

FORMULASI SEDIAAN MASKER CLAY YANG

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis (F.A.C WEBER))

SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

RAMADHANI SIREGAR NIM 151501032

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Masker Clay yang Mengandung Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) Sebagai Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) mengandung senyawa flavonoid, vitamin C dan vitamin E yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah penuaan dini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan masker clay dari ekstrak kulit buah naga merah dengan konsentrasi 2,5%; 5% dan 7,5% sebagai anti-aging. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masker clay dengan konsentrasi 7,5% ekstrak kulit buah naga merah memberikan hasil yang paling baik terhadap efektivitas anti-aging pada kulit wajah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna dalam bidang farmasi khususnya pada kosmetika.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa perkuliahan. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu, pengarahan, bimbingan dan motivasi hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., Bapak Drs. Surjanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang

(5)

sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini, serta kepada Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen penasehat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orangtua, Ayahanda Ir. H. Baduaman Siregar, MM., Ibunda Hj. Deliana Lubis, Abang Ardhiansyah Siregar, S.H., Kakak Rahmah Siregar, SKM, MKM, dan Kakak dr. Habibah Hannum Siregar yang selalu memberikan dukungan baik moral, nasehat, materi, kasih sayang, tenaga dan do’a yang tiada putus sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada teman-teman sejawat penulis terutama Olomarina, Rini, Putri, Alma, Bita, Ilmah dan Nisa yang telah memberikan dukungan dan semangat agar terselesaikannya skripsi ini. Tak lupa kepada teman seperdopingan Vincent, Siska, Rut, Wilda, Tiara dan teman-teman angkatan 2015 lainnya atas kebersamaan, do’a, dorongan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dengan segenap hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Agustus 2019 Penulis,

Ramadhani Siregar NIM 151501032

(6)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ramadhani Siregar

Nomor Induk Mahasiswa : 151501032 Program Studi : Sarjana Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Masker Clay yang Mengandung Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) Sebagai Anti-Aging

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudian hari diketahui skripsi saya tersebut terbukti plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 15 Agustus 2019

Ramadhani Siregar NIM 151501032

(7)

FORMULASI SEDIAAN MASKER CLAY YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) SEBAGAI ANTI-AGING ABSTRAK

Latar Belakang: Kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) mengandung senyawa flavonoid, vitamin C dan vitamin E yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah penuaan dini pada kulit. Masker clay banyak digunakan karena mampu membersihkan dan mengangkat kotoran dari wajah.

Tujuan Penelitian: Memformulasi dan mengevaluasi masker clay ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) sebagai anti-aging.

Metode: Kulit buah naga merah dikeringkan lalu dimaserasi dengan etanol 96%

selama 7 hari, disaring dan larutan di evaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga didapat ekstrak kental. Sediaan masker clay dibuat dengan menambahkan ekstrak kulit buah naga merah dengan masing-masing konsentrasi 2,5% (FI); 5% (FII) dan 7,5% (FIII) dan sebagai blanko (F0) tanpa penambahan ekstrak. Evaluasi sediaan masker clay yang mengandung ekstrak kulit buah naga merah meliputi pengamatan organoleptis (bau, warna dan konsistensi), homogenitas, pH selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar kemudian dilakukan uji iritasi, waktu sediaan mengering dan evaluasi efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer terhadap wajah sukarelawan.

Hasil: Sediaan masker clay dengan konsentrasi ekstrak 2,5% (FI); 5% (FII) dan 7,5% (FIII) berwarna putih kecoklatan, berbau khas, homogen, pH 5,9-6,2, stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, waktu pengeringan 7,33-18 menit dan tidak mengiritasi kulit wajah sukarelawan. Hasil uji efektivitas anti- aging paling baik dari masker clay 7,5 % ditunjukkan pada parameter kelembaban (terjadi perubahan dari dehidrasi menjadi normal), kehalusan (terjadi perubahan dari normal menjadi halus) dan keriput (terjadi perubahan dari berkeriput menjadi tidak berkeriput) selama 4 minggu perawatan.

Kesimpulan: Ekstrak kulit buah naga merah dapat diformulasikan sebagai sediaan masker clay dan stabil pada penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, masker clay ekstrak kulit buah naga merah dengan konsentrasi 7,5% (FIII) memiliki efektivitas anti-aging yang lebih baik dibandingkan dengan formula lainnya.

Kata kunci: Formulasi, masker clay, ekstrak kulit buah naga merah, anti-aging.

(8)

FORMULATION OF CLAY MASK WITH RED DRAGON FRUIT PEEL EXTRACT (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber))

AS ANTI-AGING ABSTRACT

Background: Red dragon fruit peel (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) contains flavonoids, vitamin C and vitamin E which can be used as a source of natural antioxidants to prevent premature aging of the skin. Clay masks are widely used because they can clean and remove dirt from the face.

Objective: Formulate and evaluate clay masks of red dragon fruit peel extract (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) as anti-aging.

Method: The peels of red dragon fruit were dried and macerated with 96%

ethanol for 7 days, filtered and the solution was evaporated at 40°C with a rotary evaporator until thicker extract was obtained. Clay mask product were made by adding red dragon fruit peel extract with each concentration of 2.5% (FI), 5%

(FII), and 7.5% (FIII) and as blank product (F0) without the addition of extract.

Evaluation of clay mask products included organoleptic observations (odor, color and consistency), homogeneity, pH for 12 weeks storage at room temperature then did an irritation test, drying time of products and evaluation of anti-aging effectiveness using a skin analyzer to the faces of volunteers.

Results: Clay mask product with extract concentration of 2.5% (FI); 5% (FII) and 7.5% (FIII) were brownish white color, distinctive smell, homogeneous, pH 5.9- 6.2, stable for 12 weeks storage at room temperature, drying time 7.33-18 minutes and did not irritate the facial skin of volunteers. The best result of anti-aging effectiveness test was showed from clay mask 7.5% in the parameters of moisture (change from dehydration to normal), evenness (change from normal to smooth) and wrinkles (change from wrinkled to non-wrinkled) within 4 weeks of treatment.

Conclusion: Red dragon fruit peel extract can be formulated as clay mask products and stable at 12 weeks storage at room temperature, clay mask of red dragon fruit peel extract with the concentration of 7.5% has better anti-aging effectiveness compared to the other formulas.

Keywords: Formulation, clay mask, red dragon fruit peel extract, anti-aging.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Uraian Tumbuhan ... 7

2.1.1 Sistematika tumbuhan buah naga merah ... 7

2.1.2 Morfologi tumbuhan buah naga merah ... 8

2.1.3 Habitat ... 8

2.1.4 Kandungan kimia ... 8

2.1.5 Manfaat buah naga merah ... 10

2.2 Kulit ... 11

2.2.1 Struktur kulit ... 11

2.2.2 Fungsi kulit ... 14

2.2.3 Jenis-jenis kulit wajah ... 15

2.2.4 Penuaan pada kulit ... 16

2.2.5 Penuaan dini (premature aging) ... 17

2.2.6 Tanda-tanda penuaan ... 18

2.3 Anti-Aging ... 19

2.3.1 Fungsi anti-aging ... 19

2.3.2 Manfaat anti-aging ... 20

2.4 Antioksidan ... 20

2.5 Skin Analyzer ... 22

2.5.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 23

2.5.2 Parameter pengukuran ... 24

2.6 Masker ... 25

2.6.1 Mekanisme kerja masker ... 25

2.6.2 Jenis-jenis masker ... 26

2.7 Masker Clay ... 27

2.8 Bahan Pembuatan Masker Clay ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

(10)

3.2 Alat-alat ... 30

3.3 Bahan-bahan ... 30

3.4 Penyiapan Sampel ... 31

3.4.1 Pengambilan sampel ... 31

3.4.2 Identifikasi sampel ... 31

3.4.3 Pengolahan simplisia ... 31

3.4.4 Skrining fitokimia simplisia ... 32

3.4.4.1 Pemeriksaan alkaloid ... 32

3.4.4.2 Pemeriksaan flavonoid ... 32

3.4.4.3 Pemeriksaan glikosida ... 32

3.4.4.4 Pemeriksaan saponin ... 33

3.4.4.5 Pemeriksaan tanin ... 33

3.4.5 Pemeriksaan karakterisasi simplisia ... 34

3.4.5.1 Penetapan kadar air ... 34

3.4.5.2 Penetapan kadar sari larut air ... 34

3.4.5.3 Penetapan kadar sari larut etanol ... 35

3.4.5.4 Penetapan kadar abu total ... 35

3.4.5.5 Penetapan kadar abu tidak larut asam ... 35

3.4.6 Pembuatan ekstrak kulit buah naga merah ... 36

3.5 Sukarelawan ... 36

3.6 Formula Sediaan ... 37

3.6.1 Formula standar ... 37

3.6.2 Formula modifikasi masker clay blanko ... 37

3.7 Prosedur Kerja ... 38

3.7.1 Formulasi sediaan basis masker ... 38

3.7.2 Formulasi sediaan masker clay ekstrak kulit buah naga merah ... 38

3.8 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ... 39

3.8.1 Pemeriksaan homogenitas ... 39

3.8.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 40

3.8.3 Pengukuran pH sediaan ... 40

3.8.4 Pengukuran lama pengeringan sediaan masker ... 40

3.8.5 Uji iritasi pada sukarelawan ... 40

3.8.6 Pengujian efektivitas anti-aging ... 41

3.8.7 Analisis data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Identitas Tumbuhan ... 43

4.2 Hasil Pembuatan Simplisia Kulit Buah Naga Merah ... 43

4.3 Hasil Skrining Simplisia Kulit Buah Naga Merah ... 43

4.4 Karakteristik Simplisia Kulit Buah Naga Merah ... 44

4.5 Hasil Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah ... 45

4.6 Hasil Pembuatan Sediaan Masker ... 45

4.7 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan ... 46

4.7.1 Hasil pengujian homogenitas ... 46

4.7.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 47

4.7.3 Hasil pengukuran ph sediaan ... 48

4.7.4 Hasil pengukuran lama pengeringan masker ... 49

4.7.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan ... 50

4.7.6 Hasil pengujian efektivitas anti-aging ... 50

4.7.6.1 Kadar air (moisture) ... 51

(11)

4.7.6.2 Kehalusan (evenness) ... 53

4.7.6.3 Pori (pore) ... 56

4.7.6.4 Noda (spot) ... 59

4.7.6.5 Keriput (wrinkle) ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(12)

DAFTAR TABEL

2.1 Kandungan fitokimia dan nutrisi kulit buah naga merah ... 9

2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 24

3.1 Formula sediaan masker clay ekstrak kulit buah naga merah ... 39

4.1 Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia kulit buah naga merah ... 43

4.2 Karakteristik simplisia kulit buah naga merah ... 44

4.3 Hasil pengamatan stabilitas sediaan pada suhu kamar ... 47

4.4 Hasil pengukuran pH rata-rata sediaan selama 12 minggu ... 48

4.5 Hasil pengukuran lama pengeringan masker clay ... 49

4.6 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 50

4.7 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan ... 51

4.8 Data hasil pengukuran kehalusan pada kulit sukarelawan ... 54

4.9 Data hasil pengukuran pori pada kulit sukarelawan ... 57

4.10 Data hasil pengukuran jumlah noda pada kulit sukarelawan ... 59

4.11 Data hasil pengukuran keriput pada kulit sukarelawan ... 62

(13)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Anatomi Kulit ... 11 4.1 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kadar Air (moisture)

pada Kulit Wajah Sukarelawan ... 52 4.2 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Kehalusan Kulit (evenness)

pada Kulit Wajah Sukarelawan ... 55 4.3 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Pori (pore)

pada Kulit Wajah Sukarelawan ... 58 4.4 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Noda (spot)

pada Kulit Wajah Sukarelawan ... 61 4.5 Grafik Pengaruh Perbedaan Formula terhadap Keriput (wrinkle)

pada Kulit Wajah Sukarelawan ... 63

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil identifikasi tumbuhan kulit buah naga merah ... 69

2. Gambar tumbuhan, simplisia dan ekstrak kulit buah naga merah ... 70

3. Bagan pembuatan simplisia kulit buah naga merah ... 71

4. Bagan pembuatan ekstrak kulit buah naga merah ... 72

5. Bagan pembuatan sediaan masker clay ... 73

6. Perhitungan rendemen ekstrak kulit buah naga merah ... 74

7. Hasil karakterisasi simplisia kulit buah naga merah ... 75

8. Surat pernyataan persetujuan (informed consent) ... 78

9. Surat persetujuan komisi etik ... 79

10. Gambar sediaan masker clay dan uji homogenitas ... 80

11. Gambar pemakaian masker dan uji iritasi pada sukarelawan ... 81

12. Hasil uji efektivitas anti-aging ... 82

13. Hasil analisis data ... 85

14. Gambar alat ... 97

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah nag\a merah merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah beriklim tropis kering. Habitat asli tumbuhan buah naga berasal dari Negara Meksiko, Amerika Utara dan Amerika Selatan bagian utara. Buah naga telah dibudidayakan di Indonesia seperti Jember, Malang, Pasuruan dan daerah lainnya. Di Indonesia, buah naga populer sejak tahun 2000, dimana dalam satu tanaman buah naga akan menghasilkan sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen dan dapat mencapai lebih dari 50 ton per tahun jika usaha budidaya buah naga berhasil. Persentase kulit buah naga merah adalah 30% hingga 35% dari berat buahnya (Kristanto, 2003).

Menurut penelitian Wu, dkk., (2006) keunggulan dari kulit buah naga yaitu kaya polifenol dan merupakan antioksidan, kulit buah naga juga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten dan fitoalbumin. Aktivitas antioksidan pada kulit buah naga lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan pada daging buahnya. Berdasarkan penelitian Putri, dkk. (2015) menunjukkan bahwa persentase peredaman optimum sebesar 97,84% dengan nilai IC50 73,2772 mg/L, yang artinya ekstrak etanol kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.

Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversible yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara

(16)

langsung akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Proses menua atau aging merupakan proses biologis yang terjadi secara alami dan mengenai semua makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh seperti jantung, paru, otak, ginjal, termasuk kulit (Yaar dan Gilchrest, 2007). Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya (Cunningham, 2003).

Masker merupakan salah satu pembersih kulit wajah yang efektif. Masker termasuk kosmetik depth cleansing yaitu kosmetik yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Masker memiliki banyak kegunaan, terutama untuk mengencangkan kulit, mengangkat sel-sel tanduk yang sudah siap mengelupas, memberi kelembaban dan nutrisi pada kulit, memperbaiki tekstur wajah, meremajakan kulit, mencerahkan warna kulit, mengecilkan pori-pori, membersihkan pori-pori kulit wajah yang tersumbat kotoran, menyegarkan wajah karena akan memberi efek rileks otot-otot wajah (Septiari, 2014).

Setiap manusia tentu ingin terlihat muda tetapi proses menua secara perlahan-lahan berjalan terus dan kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung memperlihatkan terjadinya proses menua. Proses menua ini antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda (Tranggono dan Latifah, 2007).

Seluruh aspek dalam tubuh kita menunjukkan efek dari penuaan seiring bertambahnya usia. Penuaan dini bisa terjadi pada siapa saja. Terutama di Indonesia yang merupakan daerah beriklim tropis dengan sinar matahari yang intensitasnya lebih tinggi. Proses degeneratif pada kulit yang terlalu sering terpapar sinar ultraviolet berlangsung lebih cepat (Muliyawan dan Suriana, 2013).

(17)

Terapi anti-aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh fungsi sel-sel tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik. Dengan kemajuan teknologi dan ilmu kosmetika, penurunan dan penghambatan penuaan dapat dilakukan sehingga kulit dapat terlihat lebih muda (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000).

Masker wajah sangat disukai dari sifatnya yang dapat mengencangkan kulit dan efek pembersih kulit. Karakteristik khusus dari sediaan masker adalah mudah digunakan dan dibersihkan serta waktu untuk pengeringan pada kulit wajah yang sangat cepat. Salah satu sediaan masker wajah yang sangat populer adalah tipe wash-off dengan basis clay, yang sering disebut dengan clay facial masks (Gaffney, 1992).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang formulasi dan efektivitas ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) sebagai anti-aging dalam bentuk masker clay.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(18)

a. Apakah kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan?

b. Apakah ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay?

c. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging?

d. Apakah penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan.

b. Ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay.

c. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging

d. Penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) menunjukkan

(19)

peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) mengandung senyawa flavonoid sebagai antioksidan.

b. Untuk mengetahui ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay.

c. Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging.

d. Untuk mengetahui penggunaan sediaan masker clay yang mengandung ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah meningkatkan daya guna dari kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)) dalam bidang kosmetik yaitu sebagai masker clay anti-aging.

(20)

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Kulit Buah

Naga Merah (Hylocereus costaricensis)

Simplisia Kulit Buah Naga

Merah

Uji Skrining Flavonoid pada

Kulit Buah Naga Merah

Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

Formulasi Masker Clay Ekstrak Kulit Buah Naga

Merah (Hylocereus Costaricensis)

Evaluasi Stabilitas

Sediaan Masker Clay

Uji Efek Anti-Aging dengan Skin

Analyzer

-Homogenitas -Organoleptis -pH

-Waktu Mengering -Uji Iritasi

-Kadar Air (moisture) -Kehalusan (evenness) -Pori (pore)

-Noda (spot) -Kerutan (wrinkle)

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Buah naga merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah beriklim tropis kering. Pertumbuhan buah naga dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, keadaan tanah dan curah hujan. Habitat asli buah naga berasal dari Negara Meksiko, Amerika Utara dan Amerika Selatan bagian utara. Namun buah naga hingga saat ini telah dibudidayakan di Indonesia seperti di Jember, Malang, Pasuruan dan daerah lainnya. Di Indonesia, buah naga mulai populer sejak tahun 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 kg buah. Dalam satu hektar tanaman buah naga akan menghasilkan sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen bahkan dapat mencapai lebih dari 50 ton per tahun (Kristanto, 2003).

2.1.1 Sistematika tumbuhan buah naga merah

Sistematika tanaman buah naga merah menurut MEDA adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Caryophyllales Famili : Cactaceae Genus : Hylocereus

Species : Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose Nama Lokal : Buah Naga Merah

(22)

2.1.2 Morfologi tumbuhan buah naga merah

Secara morfologis tanaman ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun seperti tumbuhan lainnya. Meskipun demikian, tanaman buah naga juga memiliki akar, batang, cabang, biji, dan juga bunga (Kristanto, 2003).

Buah berbentuk bulat panjang serta berdaging warna merah dan sangat tebal. Letak buah pada umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu, terkadang bersamaan atau berhimpitan. Bentuk buah bulat lonjong. Ketebalan kulit buah 2-3 cm. Permukaan kulit buah terdapat jumbai atau jambul berukuran 1-2 cm. Berat buahnya sekitar 400-500 g. Persentase kulit buah naga merah adalah 30% hingga 35% dari berat buahnya. Rasanya manis dengan kadar kemanisan mencapai 13-15 briks.

Tanamannya sangat menyukai daerah yang panas dengan ketinggian rendah sampai sedang (Kristanto, 2003).

2.1.3 Habitat

Buah naga merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah beriklim tropis kering. Pertumbuhan buah naga dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, keadaan tanah dan curah hujan. Habitat asli buah naga berasal dari Negara Meksiko, Amerika Utara dan Amerika Selatan bagian utara. Namun buah naga hingga saat ini telah dibudidayakan di Indonesia seperti di Jember, Malang, Pasuruan dan daerah lainnya (Kristanto, 2003).

2.1.4 Kandungan kimia

Menurut penelitian Wu, dkk., (2006), keunggulan dari kulit buah naga yaitu kaya polifenol dan merupakan antioksidan, kulit buah naga juga mengandung vitamin C, vitamin E, vitamin A, alkaloid, terpenoid, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, fenolik, karoten dan fitoalbumin. Selain itu

(23)

aktivitas antioksidan pada kulit buah naga lebih besar dibandingkan aktivitas antioksidan pada daging buahnya, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi antioksidan alami yang dapat bermanfaat bagi kesehatan (Wu, dkk., 2006).

Menurut Saneto (2008), terdapat beberapa senyawa dalam ekstrak kulit buah naga merah yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, yaitu betasianin, flavonoid dan fenol. Tabel 2.1 menyatakan kadar dari beberapa senyawa antioksidan (betasianin, flavonoid dan fenol) dalam kulit buah naga merah.

Tabel 2.1 Kandungan fitokimia dan nutrisi kulit buah naga merah Kandungan Kadar dalam kulit buah naga merah

Betasianin (mg/100gr) 6,8 0,3

Flavonid (katekin/100gr) 9,0 1,4

Fenol (GAE/100gr) 19,8 1,2

Air (%) 4,9 0,2

Protein (%) 3,2 0,2

Karbohidrat (%) 72,1 0,2

Lemak (%) 0,7 0,2

Abu (%) 19,3 0,2

Sumber: Saneto, 2008.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurliyana, dkk. (2010) diketahui bahwa kandungan fenolik total ekstrak etanol kulit buah naga lebih tinggi daripada kandungan fenolik total yang terdapat pada daging buahnya.

Selain itu aktivitas antioksidan kulit buah naga (IC50 0,3mg/mL) juga lebih tinggi daripada aktivitas antioksidan daging buahnya (IC50 > 1 mg/mL).

Berdasarkan penelitian Putri, dkk. (2015) menunjukkan bahwa persentase peredaman optimum sebesar 97,84% dengan nilai IC50 73,2772 mg/L, yang artinya ekstrak etanol kulit buah naga merah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Menurut Molyneux (2004) suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, aktivitas kuat apabila nilai

(24)

IC50 antara 50-100 ppm, aktivitas sedang apabila nilai IC50 antara 100-150 ppm dan lemah bila nilai IC50 antara 150-200 ppm.

2.1.5 Manfaat buah naga merah

Dalam dunia kesehatan buah naga memiliki cukup banyak manfaat.

Kandungan serat, kalsium, zat besi, fosfor yang tinggi bermanfaat untuk mengatasi darah tinggi. Kandungan fitokimia didalam buah naga bermanfaat dapat menurunkan risiko kanker. Sedangkan kandungan zat besi pada buah naga berfungsi untuk menambah darah, vitamin B1 berperan mencegah demam badan, vitamin B2 berperan menambah selera makan, vitamin B3 berperan menurunkan kadar kolesterol dan vitamin C berperan dalam menghaluskan kulit dan mencegah jerawat. Menurut AL Leong dan Johncola Pitaya Food R&D-Lembaga yang meneliti khasiat buah naga merah menyimpulkan bahwa buah naga cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang sangat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk metabolisme dalam tubuh manusia (Emil S., 2011).

Berdasarkan beberapa penelitian para ahli kandungan unsur-unsur pada buah naga secara umum mempunyai khasiat antara lain sebagai pembersih darah, pembersih ginjal, penyeimbang kadar gula darah, menyehatkan kulit, perawatan kecantikan, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan tekanan darah, mengurangi keluhan keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus serta mencegah sembelit dan memperlancar feses (Emil S., 2011).

Buah naga banyak mengandung unsur-unsur antioksidan. Antioksidan berfungsi untuk menahan serangan radikal bebas dan senyawa yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Senyawa didalam buah naga diyakini

(25)

bermanfaat sebagai antioksidan antara lain vitamin C, karoten, asam fenol, fitat dan fitoestrogen (Emil S., 2011).

2.2 Kulit

Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20kg (Putro, 1997).

Kulit merupakan organ yang esensial dan vital. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif (Wasitaatmadja, 1997). Kulit memiliki peran penting dalam memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar, baik secara fisik, mekanis, kimiawi, sinar UV (ultraviolet) dan mikroba (Darmawan, 2013).

2.2.1 Struktur kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah lapisan epidermis, lapisan dermis, lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit (Wasitaatmadja, 1997).

a. Epidermis

Menurut Mitsui (1997), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:

(26)

1) Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang, maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.

2) Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.

3) Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.

4) Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin.

5) Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.

b. Dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Penyusun utama lapisan dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh (Tranggono dan Latifah, 2007).

(27)

Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata 3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak.

Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi kencang.

Seiring bertambahnya usia, produksi kolagen semakin berkurang dan mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain dengan anti-aging, kolagen dapat dipacu produksinya dengan olahraga dan nutrisi yang baik (Tranggono dan Latifah, 2007).

Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama wajah adalah sebum. Sebum merupakan kandungan minyak yang melembabkan dan melindungi kulit dari polusi. Sebum dibentuk oleh kelenjar palit yang terletak di bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut (Bogadenta, 2012).

c. Subkutan

Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik serta sebagai pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014).

Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang

(28)

dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3 cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).

Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit mempunyai beberapa fungsi esensial yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, yaitu :

1. Sebagai pelindung dan filter tubuh

Kulit memiliki kemampuan untuk mencegah bakteri/kuman penyakit dan zat kimia yang masuk ke dalam tubuh. Kulit juga dapat melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik/trauma, dingin, hujan dan angin dengan cara membentuk pelindung/mantel asam kulit secara alamiah, juga berfungsi mengekskresikan (mengeluarkan zat-zat yang tak berguna).

2. Mengatur suhu tubuh

Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal melalui mekanisme dilatasi dan kontriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Terjadi pelepasan keringat ketika tubuh

(29)

terasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit (vasokontriksi) sehingga panas tubuh akan tetap tertahan.

3. Menjaga kelembaban tubuh

Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan tubuh.

Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian lapisan tanduk, sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan tekstur dan bentuk kulit.

4. Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit memiliki sistem syaraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan dan sakit (Putro, 1997).

5. Fungsi Lain

Fungsi lain dari kulit adalah kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah, memucat, maupun kontraksi otot penegak rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.3 Jenis- jenis kulit wajah

Menurut Noormindhawati (2013), kulit dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Kulit normal: memiliki pH normal; kadar air dan kadar minyak seimbang;

tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.

b. Kulit berminyak: memiliki kadar minyak yang berlebihan, bahkan dapat mencapai 60% sehingga permukaan kulit wajah tampak mengkilap;

memiliki pori-pori kulit yang besar; cenderung mudah berjerawat.

(30)

c. Kulit kering: kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kulit menjadi kasar dan kusam karena banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis, mudah bersisik, pori-pori tidak kelihatan, dan mulai tampak kerutan-kerutan.

d. Kulit kombinasi: merupakan kombinasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.

e. Kulit sensitif: kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia diatasnya, mudah iritasi, kulit wajah lebih tipis dan sangat sensitif.

2.2.4 Penuaan pada kulit

Penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversible yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan proses penuaan (Putro, 1997). Proses menua atau aging merupakan proses biologis yang terjadi secara alami dan mengenai semua makhluk hidup, meliputi seluruh organ tubuh seperti jantung, paru, otak, ginjal, termasuk kulit (Yaar dan Gilchrest, 2007). Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya (Cunninghann, 2003).

Setiap manusia tentu ingin terlihat muda tetapi proses menua secara perlahan-lahan berjalan terus dan kulit merupakan salah satu jaringan tubuh yang secara langsung memperlihatkan terjadinya proses menua. Proses menua ini

(31)

antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda (Tranggono dan Latifah, 2007).

Penuaan kulit terjadi karena dua proses yang saling berkaitan, yaitu:

a. Proses menua intrinsik (intrinsic aging; true aging; chronologic aging) Proses menua intrinsik merupakan proses menua yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal dan rasial. Perubahan kulit terjadi secara menyeluruh dan perlahan- lahan sejalan dengan bertambahnya usia dan proses ini tidak dapat dihindari (Yaar dan Gilchrest, 2007).

b. Proses menua ekstrinsik (extrinsic aging; photoaging; premature aging) Proses menua ekstrinsik merupakan proses menua yang terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh atau faktor lingkungan seperti kelembaban udara, suhu, polusi, sinar UV dan berbagai faktor eksternal lain. Paparan sinar UV yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis dari radikal bebas yang terbentuk. Selanjutnya enzim ini akan memecahkan kolagen yang berada dibawah dermis (Zelfis, 2012).

2.2.5 Penuaan dini (premature aging)

Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20-30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28-30 hari.

Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia dan dengan seiring bertambahnya usia, proses penuaan akan terus terjadi (Noormindhawati, 2013).

Secara garis besar fase penuaan pada wanita dibagi menjadi 3 fase kehidupan, yaitu fase subklinis, fase transisi, dan fase klinis. Ketiga fase tersebut

(32)

terjadi seiring berjalannya usia. Fase subklinis terjadi pada usia 25-35 tahun, pada fase ini produksi hormon mulai mengalami penurunan produksi hingga 14%. Sel- sel tubuh mengalami kerusakan dan penyebabnya adalah stress, diet yang tidak sehat dan adanya polusi udara. Fase transisi terjadi pada usia 35-45 tahun, dimana produksi hormon sudah menurun sebanyak 25% dan tubuh mulai mengalami tanda-tanda penuaan. Fase klinis merupakan fase terakhir dalam proses penuaan pada wanita. Fase ini terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Tanda-tandanya adalah berkurangnya produksi hormon dan akhirnya berhenti sama sekali (Darmawan, 2013).

2.2.6 Tanda- tanda penuaan

Proses menua menyebabkan perubahan fisiologi kulit yang dapat terlihat tandanya terutama pada wajah, ini dapat dipakai sebagai tanda klinis penuaan:

a. Kulit kasar dan bersisik

Permukaan kulit yang kasar dan kusam terjadi karena berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit mati untuk diganti dengan sel kulit baru. Terjadi kelainan proses kreatinisasi dan perubahan ukuran serta bentuk sel lapisan tanduk, sebagian berkelompok dan mudah lepas sehingga terlihat sebagai sisik yang kasar (Yaar dan Gilchrest, 2007).

b. Keriput

Kulit kendur, timbul kerutan, dan lipatan kulit disebabkan oleh perubahan serabut kolagen dan serabut elastin yang menjaga kelenturan kulit menjadi kaku, tidak lentur sehingga kehilangan elastisitasnya, selain itu terjadi atrofi tulang dan otot, jaringan lemak subkutan berkurang disertai lapisan kulit yang tipis, menyokong terbentuknya kerutan-kerutan dan lipatan-lipatan kulit yang nyata (Yaar dan Gilchrest, 2007).

(33)

c. Kulit Kering

Kulit menjadi kering disebabkan berkurangnya kadar air di dalam lapisan atas kulit dan menurunnya fungsi kelenjar minyak dan kelenjar keringat, serta terjadinya penguapan air yang berlebihan (Yaar dan Gilchrest, 2007).

d. Bercak pigmentasi

Noda hitam (hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang belum menua oleh karena berbagai penyebab, salah satu penyebab timbulnya bercak pada kulit akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Anti-Aging

Kulit aging adalah kulit yang telah menampakkan garis kerutan dan ketuaan, untuk perawatannya perlu produk kosmetik anti-aging yang bertekstur ringan dan lembut, yang dapat membersihkan dan mengangkat sel-sel kulit mati serta membantu memberikan perlindungan, mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit, juga merangsang pertumbuhan kulit baru (Putro, 1997). Produk- produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit sehingga mampu menghamabat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.3.1 Fungsi anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit

(34)

c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit d. Merangsang produksi kolagen

e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.3.2 Manfaat anti-aging

Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.

b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit. Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Senyawa radikal bebas memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri.

Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Radikal bebas dapat terbentuk dalam sel tubuh dengan berbagai cara, dapat karena radiasi sinar UV, sinar- X maupun sinar gamma dari bahan radioaktif.

Radikal bebas juga dapat terbentuk dari aktivitas lingkungan, seperti: polusi

(35)

udara, asap rokok, makanan, minuman, ozon dan pestisida (Rohmatussolihat, 2009). Radikal bebas disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput (Mulyawan dan Suriana, 2013).

Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, dimana pada jaringan senyawa antioksidan ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas, oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013). Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Berdasarkan sumber perolehannnya, antioksidan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (Panjaitan, dkk., 2014).

Asupan antioksidan bisa didapatkan pada berbagai jenis buah, sayuran dan biji-bijian. Berbagai jenis bahan makanan nabati tersebut banyak mengandung antioksidan seperti: vitamin E, vitamin C, betakaroten, dan antioksidan dari kelompok flavonoid, salah satunya kuarsetin yang memiliki aktivitas antioksidan kuat (Ide, 2008).

Antioksidan alami lebih banyak diamati dibandingkan dengan antioksidan sintetik, karena antioksidan sintetik dikhawatirkan memiliki efek samping, sehingga antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Panjaitan,

(36)

dkk., 2014). Antioksidan bekerja untuk menghambat terbentuknya senyawa radikal bebas dengan cara menangkap radikal bebas (free radical scavenger) kemudian mencegah reaktivitas amplikasinya, sehingga reaksi radikal bebas tidak akan berlanjut pada komponen seluler (Winarsi, 2007).

Aktivitas antioksidan dapat diketahui dengan nilai IC50, semakin rendah nilai IC50 maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, aktivitas kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm, aktivitas sedang apabila nilai IC50 antara 100-150 ppm dan lemah bila nilai IC50 antara 150-200 ppm (Molyneux, 2004).

Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat reaksi peroksidasi lipid dan senyawa pereduksi yang baik. Flavonoid berlaku sebagai penghambat yang baik untuk radikal hidroksil dan superoksida yang dengan demikian melindungi membran lipid yang dapat menyebabkan berkurangnya ukuran pori-pori dan meningkatkan tekstur kulit (Tapas, dkk., 2008).

2.5 Skin Analyzer

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada analisa konvensional diagnose dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi

(37)

lebih dalam dari lapisan kulit, dapat menggunakan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat (Aramo, 2012). Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalaman keriput (Aramo, 2012).

2.5.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:

a. Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

b. Kehalusan (evenness)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

c. Pori (pore)

Pengukuran perbesaran pori pada kulit secara otomatis akan muncul pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan muncul pada kotak bagian pori-pori kulit.

(38)

Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada layar komputer.

d. Noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi).

Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur, kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

e. Keriput (wrinkle)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

2.5.2 Parameter pengukuran

Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer

Parameter Interpretasi Hasil

Moisture (kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 30-50 51-100

Evenness (Kehalusan)

Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pore (Pori)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Spot (Noda)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Wrinkle (Keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Banyak keriput

0-19 20-52 53-100

Sumber: Aramo, 2012.

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan fitokimia dan nutrisi kulit buah naga merah  Kandungan  Kadar dalam kulit buah naga merah
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Tabel 3.1 Formula sediaan masker clay ekstrak kulit buah naga merah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bergantung pada riba dapat menghalangi manusia dari kesibukan kerja sebab jika si pemilik uang yakin bahwa degan melauli riba dia akan memperoleh tmabahan uang baik kontan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kasih karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Landasan Teori dan Program (LTP) Projek

Sesuai Dengan skala keeratan hubungannya menurut Guiford, maka nilai korelasi sebesar 0,614 tersebut berada pada criteria korelasi antara 0,40– 0,70 maka hasil

kekerasan. 5) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan. 6) Anjurkan klien mempraktekan latian. Tum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal..

Model induktif kata bergambar adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar, dimana siswa diminta untuk menganalisis, mengidentifikasi,

Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhanya dapat dogolongkan menjadi 3(tiga) kategori yaitu perawatan oleh ibu balita, tindakan yang segera dan pengamatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terdapat 2 jenis kata kiasan yang digunakan dalam karya puisi siswa dan menjadi kata kiasan dominan yang digunakan yaitu kata kiasan

Tujuan penelitian ini agar teriidentifikasi efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) ibu dalam merawat