• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PERFORMA PENGADUKAN HIDROLIS

SEBAGAI KOAGULATOR DAN FLOKULATOR

BERDASARKAN HASIL JAR TEST

EVALUATING THE PERFORMANCE OF HYDRAULIC MIXING

AS COAGULATOR AND FLOCCULATOR

BASED ON THE JAR TEST RESULT

1

Dianuari Kusumawardani dan 2Rofiq Iqbal Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40132

1

[email protected] dan [email protected]

Abstrak: Instalasi Pengolah Air Minum di Indonesia sebagian besar menerapkan pengadukan hidrolis dalam

proses koagulasi dan flokulasi dengan didasari dosis koagulan yang didapatkan dari hasil jar test yang merupakan proses pengadukan secara mekanis. Masalah yang muncul adalah adanya perbedaan efisiensi dari dua jenis pengadukan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara pengadukan mekanis pada jar test dan pengadukan hidrolis, dalam hal ini hydraulic jump, terhadap dosis koagulan yang digunakan. Sampel air yang digunakan berasal dari intake IPAM PDAM Tirtawening yang berasal dari Sungai Cikapundung. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan proses koagulasi dan flokulasi menggunakan PAC pada reaktor hidrolis yang dibuat dan dengan pengadukan mekanis jar test. Diterapkan empat variasi gradien kecepatan pada proses pengadukan hidrolis yang dihasilkan oleh beda tinggi jatuh air dan jumlah sekat pada saluran. Variasi yang sama diterapkan pada pengadukan mekanis dengan mengatur kecepatan putaran. Dilakukan pemantauan terhadap efisiensi penyisihan parameter kekeruhan, TSS, Fe, dan Mn. Hasil penelitian menunjukkan pengadukan hidrolis optimum pada variasi II dengan gradien 400/detik. Efisiensi pengolahan yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan pengadukan mekanis, walaupun perbedaannya tidak signifikan. Variasi II dengan tinggi terjunan 0,46 m ini dapat menghasilkan efisiensi sebesar 90 % untuk penyisihan kekeruhan, TSS, besi dan mangan.

Kata kunci : efisiensi, flokulasi, hidrolis, koagulasi, mekanis.

Abstract : Common water treatment processes in Indonesia use hydraulic mixing as the coagulation and

flocculation method. The dosage of coagulant used in the process is based on the result of jar test, that is basically a mechanical mixing. The problem is that there are differences of treatment efficiency of those two mixing methods. This study aims to determine the correlation between mechanical mixing on jar test and the hydraulic mixing, to the coagulant dosage. The water sample used was taken from PDAM Tirtawening intake from Cikapundung river. PAC was used in the coagulation and flocculation processes in the constructed hydraulic reactor and also in the mechanical mixing jar test. There were four variations of gradient velocity in the hydraulic mixing as the result of water jump height variations. The same variation was applied on the mechanical mixing by adjusting the speed of the paddle rotation. The removal efficiency of TSS, turbidity, Fe and Mn was examined for each variation. The result showed that variation II of hydraulic mixing gave the best efficiency with velocity gradient of 400/sec. This hydraulic mixing efficiency was also better than that of the mechanical mixing with only a slight difference. Variation II has 0,46 m of the height of the jump with 90 % efficiency of turbidity, TSS, iron, and manganese reduction.

Keywords : coagulation, efficiency, flocculation, hydraulic, mechanic,

PENDAHULUAN

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses yang terjadi secara berkelanjutan dengan bentuk pencampuran koagulan hingga proses pembentukan flok yang dipengaruhi oleh proses

(2)

2

pengadukan dan dosis koagulan. (Kawamura, 1991) Penentuan variabel penentu tersebut dapat dilakukan dengan jar test, untuk mendapatkan gradien kecepatan dan dosis koagulan yang paling optimum.

Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan gradien kecepatan yang sesuai untuk proses pengadukan, yaitu mekanis, pneumatis, dan hidrolis. Saat ini, banyak Instalasi Pengolah Air Minum di Indonesia menerapkan pengadukan hidrolis dalam proses koagulasi dan flokulasi dengan didasari dosis koagulan yang didapatkan dari hasil jar test yang merupakan proses pengadukan secara mekanis. Masalah yang sering muncul adalah terjadinya perbedaan efisiensi yang didapatkan dengan penggunaan dosis koagulan yang sama untuk pengadukan secara mekanis dengan pengadukan secara hidrolis, sehingga harus dilakukan penambahan dosis tanpa perhitungan yang tepat. (Darmasetiawan, 2004)

Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi performa pengadukan hidrolis pada proses koagulasi dan flokulasi yang didasari oleh proses jar test, agar dapat ditemukan korelasi antara dua jenis pengadukan ini terhadap dosis koagulan yang digunakan. Analisa hubungan ini dapat digunakan untuk menentukan dosis koagulan yang sesuai berdasarkan jar test untuk diterapkan pada pengadukan hidrolis, agar tetap memiliki efisiensi pengolahan yang sama.

METODOLOGI

Penelitian ini mencakup penentuan dosis optimum koagulan dengan metode jar test di laboratorium, yang memanfaatkan metode pengadukan mekanis. Dosis optimum tersebut kemudian diaplikasikan terhadap reaktor pengadukan hidrolis untuk mengetahui efisiensi pengolahan yang dihasilkan. Kedua hasil pengadukan dengan metode yang berbeda itulah yang kemudian dibandingkan untuk diambil kesimpulan. Tahapan penelitian keseluruhan secara umum ditampilkan pada Gambar 1.

Persiapan Reaktor Pengadukan Hidrolis

Penelitian ini menggunakan reaktor berupa miniatur unit koagulator dan flokulator yang menggunakan prinsip pengadukan secara hidrolis. Pengadukan pada koagulator memanfaatkan terjunan yang akan menciptakan loncatan hidrolis pada bak koagulasi yang memunculkan turbulensi pada aliran sehingga terjadi pengadukan.

Setelah melalui proses koagulasi, air olahan kemudian mengalir menuju bak flokulasi yang merupakan tahap pengadukan lambat. Tahap pengadukan ini juga memanfaatkan pengadukan hidrolis dengan bentuk saluran pengaduk dengan baffle horisontal. Pengadukan dengan saluran pengaduk ini memanfaatkan energi pengadukan yang berasal dari friksi pada dinding saluran pada saluran lurus dan turbulensi yang terjadi pada belokan. Untuk menghindari endapan dalam saluran pengaduk, kecepatan aliran air dalam saluran tidak boleh kurang dari 0,2 m/dtk.

Reaktor ini, Gambar 2, terdiri dari beberapa bagian, yaitu bak penampung air sebelum pengadukan yang dilengkapi dengan saluran air pada sisi bawah dekat dasar bak. Saluran ini dilengkapi dengan valve untuk mengatur debit air yang akan mengalami terjunan. Bak ini diletakkan pada penyangga yang dapat diubah-ubah ketinggiannya sesuai dengan variasi gradien kecepatan yang diinginkan. Bagian berikutnya adalah bak koagulasi yang dilengkapi dengan sekat untuk memperpanjang saluran dan membantu membentuk turbulensi agar terjadi pengadukan. Bak koagulasi yang terbuat dari bahan akrilik ini kemudian langsung tersambung dengan bak flokulasi, dimana pengadukan lambat akan terjadi. Pada bagian bak flokulasi ini juga dilengkapi dengan sekat dengan jarak antara yaitu 10 cm. Sekat inilah yang akan membentuk turbulensi aliran sehingga terjadi pengadukan.

(3)

3

Gambar 1 Metodologi penelitian

Percobaan dengan Reaktor

Sample air yang dijadikan air baku dalam penelitian ini diambil dari intake koagulasi dari unit pengolahan air minum yang terdapat di PDAM Tirtawening Kota Bandung, yang berasal dari pipa intake Cisangkuy. Sample air ini dipilih karena telah melalui proses pra sedimentasi sebelumnya sehingga penelitian dapat difokuskan langsung pada proses koagulasi serta flokulasi.

Pembubuhan bahan kimia sebagai koagulan, dilakukan bersamaan dengan air diterjunkan dengan demikian air yang sampai di bak koagulasi telah mengandung koagulan yang siap diaduk. Banyaknya koagulan yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan hasil jar test untuk mendapatkan dosis optimum. Koagulan yang akan digunakan adalah PAC (Poly Alumunium Chloride) dalam bentuk larutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Air baku yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari intake Instalasi Pengolah Air Minum milik PDAM Tirtawening Kota Bandung. Penelitian yang berlangsung selama satu bulan ini mengharuskan pengamatan terhadap kualitas air baku dalam setiap pengujian alat. Hal ini berkaitan dengan air baku yang berasal dari sungai yang memiliki kualitas yang berubah-ubah. Fluktuasi kualitas air berkaitan dengan sifat air permukaan yang dipengaruhi oleh fisik sungai seperti lebar dan kedalam sungai serta faktor hidrolis seperti kecepatan aliran air dalam sungai serta turbulensi yang terjadi. Hal lain yang mempengaruhi fluktuasi

(4)

4

kualitas air adalah perubahan cuaca serta keberadaan sumber pencemar di sepanjang sungai. Sumber pencemar kualitas air Sungai Cikapundung maupun Sungai Cisangkuy diantaranya adalah limbah domestik, limbah industri, dan limbah padat. Faktor-faktor tersebut yang membuat kualitas air permukaan akan berubah sesuai waktu dan lokasinya.

.

Gambar 2 Rancang Reaktor Pengadukan Hidrolis

Penelitian ini menggunakan prosedur jar test yang digunakan oleh laboratorium PDAM Tirtawening yaitu dengan kecepatan putaran 120 rpm selama 15 detik untuk tahap koagulasi. PAC yang digunakan dalam proses jar test ini merupakan larutan PAC 1%. Tahap berikutnya adalah pengadukan lambat secara bertahap dengan kecepatan putaran seperti pada Tabel 1.

Bila dibandingkan dengan parameter hidrolis dari desain unit di lapangan yang terdapat di PDAM Tirtawening ini, gradien kecepatan yang diterapkan pada jar test memiliki nilai yang berbeda. Unit koagulasi di lapangan memiliki G sebesar 850/detik dengan Gtd

SKEMA ALAT

(5)

5

sekitar 56950. Pada unit flokulasi hidrolis di lapangan, besarnya G dan jumlah tahap flokulasinya berbeda pula. Unit flokulasi hidrolis yang diterapkan oleh PDAM memiliki 21 tahap dengan gradien kecepatan yang berbeda yang dihasilkan dari sekat vertikal pada bak.

Tabel 1 Gradien Kecepatan Jar Test PDAM Tirtawening

Parameter Satuan Koagulasi Flokulasi I Flokulasi II Flokulasi III

Kecepatan putaran rpm 120 50 30 10

Gradien Kecepatan 1/dtk 103,8 27,9 12,9 2,5

Waktu detensi detik 15 300 300 300

Gtd - 1556,8 8374,6 3892,15 749,04

Pengujian Parameter Fisik dan Kimia Air

Pengujian parameter fisik dan kimia dilakukan terhadap air baku dan air hasil pengolahan baik dengan pengadukan hidrolis maupun mekanis. Terdapat beberapa parameter yang diukur di lapangan atau sesegera mungkin setelah pengolahan dilakukan yaitu temperatur, pH, oksigen terlarut, dan konduktivitas.

Parameter yang diuji kemudian di laboratorium diantaranya adalah Total Suspended

Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), besi (Fe), dan mangan (Mn). Parameter kimia ini

dipilih karena merupakan parameter yang signifian berada dalam air baku dan dapat pula disisihkan dengan proses koagulasi dan flokulasi yang dilakukan.

Selama penelitian, parameter kualitas air yang diperiksa difokuskan pada parameter pH, temperatur, DO, warna, kekeruhan, TSS, konduktivitas, TDS, besi, dan mangan. Parameter ini diuji setiap pengambilan sample untuk uji pada reaktor hidrolis dan pada pengadukan mekanis. Tabel 2 menunjukkan karakteristik air baku yang digunakan selama penelitian dengan lima kali pelaksanaan percobaan pengadukan yang menggunakan koagulan PAC. Keuntungan penggunaan PAC sebagai koagulan dalam proses penjernihan air adalah sebagai berikut (Linggawati, 2006)

1. Korosivitasnya rendah karena PAC adalah koagulan bebas sulfat sehingga aman dan mudah dalam penyimpanan dan transportasinya.

2. Pada umumnya koagulan yang digunakan akan membentuk logam hidroksida. Penggunaan koagulan aluminium sulfat menyebabkan pelepasan sebuah ion hidrogen untuk tiap gugus hidrogen yang dihasilkan. Ion hidrogen yang dihasilkan ini menyebabkan penurunan pH yang cukup tajam, sehingga air yang diolah menjadi lebih asam. Pada penggunaan PAC sebagai koagulan, pH air hasil pengolahan tidak mengalami penurunan pH yang cukup tajam Seperti pada penggunaan koagulan aluminium sulfat.

Penentuan dosis koagulan dilakukan setiap akan dilakukan penelitian yang akan digunakan pada percobaan pengadukan hidrolis dan mekanis di waktu yang sama. Tahap penentuan dosis koagulan ini dilakukan dengan jar test, yaitu proses pengujian pengadukan mekanis terhadap air baku yang dalam gelas kimia untuk mendapatkan dosis koagulan yang optimum. Pada proses ini diterapkan enam variasi dosis koagulan yang disesuaikan dengan kualitas air baku. Sebelum dilakukan tahap jar test ini perlu diketahui kualitas air bakunya untuk parameter tertentu seperti kekeruhan, pH, maupun warna. Parameter inilah yang akan menjadi tolak ukur penentuan dosis optimum dengan melihat variasi dosis yang dapat menghasilkan efisiensi penyisihan parameter tertentu yang terbaik, dalam hal ini kekeruhan.

(6)

6

Tabel 2 Karakteristik Air Baku selama Penelitian

Parameter 13 Juni 2013 17 Juni 2013 18 Juni 2013 19 Juni 2013 20 Juni 2013

pH 6,56 7,52 6,77 7,12 6,22

Temperatur 23,90C 24,70C 250C 24,20C 23,50C

DO 7,34 mg/l 6,19 mg/l 6,13 mg/l 5,6 mg/l 5,87 mg/l

Warna 15 PtCo 15 PtCo 15 PtCo 15 PtCo 15 PtCo

Kekeruhan 70,3 NTU 37,1 NTU 27,9 NTU 5,96 NTU 26,7 NTU

TSS 99,8 mg/l 99,8 mg/l 36,8 mg/l 32,7 mg/l 38 mg/l

Konduktivitas 84,7 μS/cm 89,2 μS/cm 89,5 μS/cm 92 μS/cm 94,7 μS/cm

TDS 42,35 mg/l 44,5 mg/l 44,7 mg/l 46 mg/l 47,4 mg/l

Fe 1 mg/l 0,93 mg/l 0,4 mg/l 0,25 mg/l 0,33 mg/l

Mn 0,128 mg/l 0,135 mg/l 0,098 mg/l 0,078 mg/l 0,081 mg/l

Penelitian ini menggunakan prosedur jar test yang digunakan oleh laboratorium PDAM Tirtawening yaitu dengan kecepatan putaran 120 rpm selama 15 detik untuk tahap koagulasi. PAC yang digunakan dalam proses jar test ini merupakan larutan PAC 1%. Tahap berikutnya adalah pengadukan lambat secara bertahap dengan kecepatan putaran sebesar 50 rpm, 30 rpm, dan 10 rpm selama masing-masing 5 menit.

Gambar 3 Penentuan Dosis Optimum

Dosis optimum ditentukan setelah membuat grafik antara kekeruhan setelah pengolahan terhadap dosis koagulan yang digunakan. Titik yang paling rendah pada grafik menunjukkan pengolahan yang paling optimum, dengan kata lain merupakan dosis optimum koagulan yang terpilih. Gambar 3 menunjukkan hasil yang didapatkan dari proses jar test yang dilakukan. Dari gambar tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dosis optimum yang terpilih setiap harinya adalah 55 mgl/l; 30 mg/l; 25 mg/l; 20 mg/l; dan 20 mg/l.

Reaktor Pengadukan Hidrolis

Perancangan reaktor hidrolis ini dilakukan pada debit pengolahan sebesar 0,2 l/detik dan dapat dilakukan empat gradien kecepatan dengan mengatur ketinggian terjunan, seperti

0 5 10 15 0 10 20 30 40 50 60 70 K e ke ru h an (N TU ) Dosis PAC (mg/l)

(7)

7

terlihat dalam Tabel 3. Ketinggian terjunan dapat diubah dengan mengganti ketinggian pada penyangga penampung air baku yang mempengaruhi besarnya gradien kecepatan untuk proses koagulasi. Jumlah sekat pada saluran dengan panjang total 3 meter ini, juga akan berpengaruh pada gradien kecepatan serta waktu detensi dari proses flokulasi.

Tabel 3 Variasi Gradien Kecepatan dan Waktu Detensi pada Pengadukan Hidrolis

Parameter Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4

Gradien Kecepatan Koagulasi 804/sec 400/sec 300/sec 200 /sec

Gradien Kecepatan Flokulasi 63,4 /sec 46/sec 47,6/sec 38,8/sec

Waktu Detensi Koagulasi 15 s 30 s 30 s 90 s

Waktu Detensi Flokulasi 180 s 150 s 240 s 300 s

Ketinggian Terjunan 0,931 m 0,46 m 0,26 m 0,35 m

a.

b.

c.

d.

Gambar 4 Efisiensi Penyisihan Pencemar; (a) Kekeruhan; (b) TSS; (c) Besi; (d) Mangan

Percobaan pengadukan ini memberikan hasil yang digambarkan melalui efisiensi pengolahan pada Gambar 4 untuk masing-masing parameter yang diuji. Parameter DO serta pH yang diiuji pada setiap sample air hasil olahan digunakan sebagai tolak ukur bahwa air hasil pengolahan telah memasuki baku mutu.

0 20 40 60 80 100 55 30 25 20 20 Efi si e n si (% ) Dosis PAC (mg/l)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4

0 20 40 60 80 100 55 30 25 20 20 Efi si e n si (% ) Dosis PAC (mg/l)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4

0 20 40 60 80 100 55 30 25 20 20 Efi si e n si (% ) Dosis PAC (mg/l)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4

0 20 40 60 80 100 55 30 25 20 20 Efi si e n si (% ) Dosis PAC (mg/l)

(8)

8

Konsentrasi oksigen terlarut pada air hasil olahan mengalami sedikit kenaikan sebesar 2 hingga 10 % dari konsentrasi pada air baku. Hal ini mendukung terjadinya pengolahan yang menyisihkan kontaminan pencemar sehingga konsentrasi oksigen terlarut menjadi naik. Selain itu, kenaikan konsentrasi DO menunjukkan terjadinya turbulensi aliran di sepanjang saluran pengadukan yang berdampak juga terhadap proses aerasi.

Kekeruhan merupakan parameter yang menunjukkan keberadaan pencemar tersuspensi dalam air. Oleh karena itu efisiensi penyisihan dari kedua parameter tersebut akan dibahas bersama. Pencemar dalam bentuk tersuspensi akan dapat tersisihkan dengan proses koagulasi dan flokulasi. Hasil percobaan menunjukkan gradien kecepatan yang diterapkan dalam pengadukan menghasilkan efisiensi pengolahan dapat mencapai lebih dari 80%. Hal ini menunjukkan bahwa penyisihan kekeruhan dan TSS dianggap berhasil dengan gradien paling optimum ditunjukkan pada variasi 2 dengan gradien kecepatan 400/detik. Kesimpulan bahwa variasi 2 menghasilkan efisiensi paling optimum juga ditunjukkan pada penyisihan konsentrasi besi dan mangan yang juga mencapai diatas 80 %.

Tabel 4 Penelitian Konsentrasi TDS

Tanggal TDS Intake

(mg/l)

TDS Hasil Koagulasi-Flokulasi (mg/l) Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV

13 Juni 2013 42,35 45,1 52,7 50,9 49 17 Juni 2013 44,5 46 48,8 46,6 48,2 18 Juni 2013 44,7 48,2 46,3 46,9 48,4 19 Juni 2013 46 47,4 51,2 47,2 47,8 20 Juni 2013 47,4 46,9 48 49,1 48,6

Salah satu parameter yang juga diuji adalah Total Dissolved Solids (TDS) atau padatan yang terlarut dalam air. Dalam penelitian koagulasi dan flokulasi hidrolis ini didapatkan nilai bahwa tidak terjadi penyhisihan terhadap parameter TDS, seperti tertera pada Tabel 4. Pada tabel tersebut terlihat bahwa konsentrasi TDS pada hasil pengolahan lebih tinggi dibandingkan dengan air baku sebelum diolah. Hal ini dapat terjadi karena proses koagulasi dan flokulasi memang tidak optimum dalam penyisihan senyawa yang terlarut. Selain itu, kenaikan konsentrasi TDS dalam air olahan dapat disebabkan oleh adanya Al terlarut yang berasal dari proses netralisasi muatan oleh PAC dalam pH kisaran 6 (Pernitsky, 2003).

Tabel 5 Variasi Gradien Kecepatan dan Waktu Detensi pada Pengadukan Mekanis

KOAGULASI A B C D G 146,7823 205,1346 304,0562 399,6923 rpm 120 150 195 234 td 75 88 30 30 Gtd 11008,68 18051,84 9121,686 11990,77 FLOKULASI A B C D G 51,8954 38,29976 46,79333 45,54555 rpm 60 49 56 55 td 300 300 240 250 Gtd 15568,62 11489,93 11230,4 11386,39

(9)

9 Pengadukan Mekanis

Penelitian pengadukan mekanis dilakukan dengan menggunakan perlatan yang sama dengan jar test. Variasi yang diterpkan pada jenis pengadukan ini adalah variasi kecepatan putaran pengaduk yang berpengaruh pada besanya nilai gradien kecepatan. Variasi gradien kecepatan pada pengadukan mekanis ini disesuaikan dengan variasi yang diterapkan pada pengadukan hidrolis untuk dapat dibandingkan efisiensi pengadukannya, seperti tertera pada Tabel 5.

Perbandingan Efisiensi Pengadukan Hidrolis dan Mekanis

Untuk melihat perbedaan yang dihasilkan dari pengolahan dengan pengadukan mekanis dan pengadukan hidrolis, dilakukan perbandingan terhadap efisiensi pengolahannya. Perbandingan dilakukan untuk gradien kecepatan yang sesuai yaitu variasi A dengan variasi 1, variasi D dengan variasi 2, variasi C dengan variasi 3, serta variasi 4 dengan variasi B. Untuk variasi 1 dan variasi A tidak memiliki nilai gradien kecepatan yang sama, namun perbandingan keduanya dilakukan untuk mendekati dengan kondisi unit di lapangan. Perbandingan efisiensi dapat dilihat pada Gambar 5 yang memuat semua efisiensi dari setiap variasi untuk parameter tertentu.

a.

b.

c.

d.

Gambar 5 Perbandingan Efisiensi Penyisihan Parameter Pencemar (a) Kekeruhan; (b) TSS; (c) Besi; (d) Mangan

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 Efi si e n si (% ) Hari ke-

Variasi A Variasi 1 Variasi D Variasi 2 Variasi C Variasi 3 Variasi B Variasi 4

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 Efi si e n si (% ) Hari ke-

Variasi A Variasi 1 Variasi D Variasi 2 Variasi C Variasi 3 Variasi B Variasi 4

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 Efi si e n si (% ) Hari ke-

Variasi A Variasi 1 Variasi D Variasi 2 Variasi C Variasi 3 Variasi B Variasi 4

0 20 40 60 80 100 1 2 3 4 Efi si e n si (% ) Hari ke-

Variasi A Variasi 1 Variasi D Variasi 2 Variasi C Variasi 3 Variasi B Variasi 4

(10)

10

Perbandingan efisiensi untuk variasi 1 dengan variasi A merupakan perbandingan gradien kecepatan 800/detik dengan gradien 150/detik untuk tahap koagulasi. Pada perbandingan ini dapat terlihat bahwa sebagian besar hasil efisiensi menunjukkan hasil dengan perbedaan yang kecil, terutama pada efisiensi penyisihan besi dan mangan. Berbeda dengan penyishan TSS dan kekeruhan yang pada dua kali percobaan memperlihatkan hasil bahwa pengadukan hidrolis memberikan hasil yang lebih baik. Namun hal ini dapat dipengaruhi oleh proses sedimentasi yang berbeda, dimana terjadi pengendapan pada saluran pengadukan hidrolis sehingga supernatan lebih jernih. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh proses pembentukan flok yang terjadi pada pengadukan hidrolis yang cenderung lebih besar dibandingkan flok pada pengadukan mekanis.

Sedangkan pada perbandingan untuk variasi 2,3, dan 4 dengan variasi B,C, dan D untuk besar gradien kecepatan yang sama menghasilkan efisiensi yang berbeda. Kecenderungan memperlihatkan bahwa pengadukan hidrolis pada gradien kecepatan yang sama memberikan efisiensi hasil penyisihan pencemar yang lebih baik dibandingkan hasil pengadukan mekanis. Perbandingan ini tentunya dilakukan pada penggunaan dosis koagulan yang sama karena pada setiap percobaan didapatkan kualitas air yang berbeda.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah gradien kecepatan yang optimum untuk jenis pengadukan hidrolis dari empat variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah 400/detik yang ditunjukkan pada Variasi 2 dengan efisiensi penyisihan kekeruhan mencapai 90%, peyisihan TSS mencapai 98%, serta penyisihan besi dan mangan mencpaai 90%. Efisiensi penyisihan pada variasi ini juga menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan efisiensi pengadukan mekanis untuk gradien kecepatan yang sama. Pada variasi perbandingan yang mendekati dengan nilai G untuk unit skala lapangan dengan pengadukan hidrolis dihasilkan efisiensi yang hampir serupa jika dibandingkan dengan pengadukan mekanis dengan G sesuai standar jar test.

DAFTAR PUSTAKA

Darmasetiawan, M. (2001). Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolah Air. Yayasan Suryono: Bandung.

Kawamura, S. (1991). Integrated Design of Water Treatment Facilities. John Wiley and Sons, Inc: USA.

Mhaisalkar, V.A., Paramasivam, R., Bhole, A.G., (1986). An Innovative Technique for Determining Velocity Gradient in Coagulation-Flocculation Process.Pergamon Journals Ltd. Vol. 20, No. 10 : 1307 – 1314.

McConnachie, G.L. and Liu, J. (1998). Design of Baffled Hydraulic Channels for Turbulence-Induced Flocculation. Pergamin Journal Ltd. Vol. 34 No. 6 : 1886 – 1896. Pernitsky, D.J. (2003). Coagulation 101. Proceeding of Tech Trans Conferences. Alberta,

Canada.

Said, N.I. (2008). Teknologi Pengelolaan Air Minum "Teori dan Pengalaman Praktis. Jakarta : Pusat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Gambar

Gambar 1 Metodologi penelitian   Percobaan dengan Reaktor
Gambar 2 Rancang Reaktor Pengadukan Hidrolis
Tabel 2 Karakteristik Air Baku selama Penelitian
Tabel 3 Variasi Gradien Kecepatan dan Waktu Detensi pada Pengadukan Hidrolis  Parameter  Variasi 1  Variasi 2  Variasi 3  Variasi 4  Gradien Kecepatan Koagulasi  804/sec  400/sec  300/sec  200 /sec  Gradien Kecepatan Flokulasi  63,4 /sec  46/sec  47,6/sec
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gout adalah radang sendi yang merupakan akibat dari deposit kristal asam urat (monosodium urate) di jaringan dan cairan dalam tubuh3. Proses ini disebabkan karena peningkatan

Walaupun ada kemajuan di bidang genetik molekuler dapat mengurangi insidens penyakit yang diwariskan, luasnya kisaran keadaan yang mengarah pada kebutuhan kesehatan khusus

Sementara bank yang mengalami fluktuasi pada nilai efisiensi terdapat 6 bank yaitu Maybank Syariah, Bank Chinatrust Indonesia, JP Morgan Chase Bank N.A, Bank

Dalam BMiAB terdapat numeral classifier ukuran yang menyatakan volume yang ukurannya didasarkan pada banyaknya benda yang dapat diambil dengan menggunakan bagian

Selamat datang dalam seminar nasional dengan tema “Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru dan dosen berbasis penelitian bahasa, sastra, dan pengajaran”.. Kegiatan ilmiah

Pembuatan krim berbahan Madu Pollen sebagai obat jerawat dapat menjadi salah satu alternatif obat herbal yang lebih aman dikonsumsi daripada obat sintetis dan jika

Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian

Penelitian dengan judul “Strategi Penciptaan Merek dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik” merupakan sebuah studi kasus yang dilakukan di PT Radio Permata Swaranusa atau yang