• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI LUBANG RESAPAN BIOPORI DAN CROSS DRAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI LUBANG RESAPAN BIOPORI DAN CROSS DRAIN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI LUBANG RESAPAN BIOPORI DAN CROSS DRAIN UNTUK REHABILITASI DI JALAN SARAD

(Biopore Infiltration Hole and Cross Drain Technology for Rehabilitationin SkiddingRoad)*

Diana Prameswari1, Supriyanto2, Bambang Hero Saharjo3, Basuki Wasis4 dan/and Prijanto Pamoengkas5

1Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 165 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Telp. 0251-8633234; Fax 0251-8638111

2,3,4,5Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Indonesia Jl. Lingkar Akademik Kampus IPB Darmaga Po Box 168, Bogor 16680

Telp (0251) 8622642

E-mail:diana_eko@yahoo.com1; supriyanto@biotrop.org2; bhsaharjo@gmail.com3; basuki_wasis@yahoo.com4;prijantop@yahoo.com5

*Diterima : 10 Juli 2014; Direvisi : 6 Mei 2015; Disetujui : 11 Mei 2015

ABSTRACT

Major problems in a skidding road during timber harvesting aresoil compaction, soil erosion, low soil fertility, poor mycorrhizal fungi and lack of regeneration. To increaseplant productivity in skidding roads, several treatments are needed, i.e. intensive enrichment planting with Shorea sp.; reducingsoil erosion and increasing soil fertility by applying bio-pore infiltration hole and cross drain technology. This study aims to provide technology for skidding road rehabilitation of logged over natural forest using inten sive enrichment planting system. Research was conducted in natural production forest of a concession holder in West Kalimantan for one year. Completely randomized design in factorial experiment consisting of two factors with three replicates was used (bio-pore infiltration hole and cross drain technology). Results showed thatinteraction treatments of biopore infiltration holes and cross drain technology gave significant effect on height growth of Shorea leprosula and Shorea parvifolia, but not for diameter at the age of one year. Treatment on cross drain increased nutrient uptake of P, K and C organic in S. leprosula and P and C-organic in S. parvifolia

Keywords: Biopore infiltration hole, cross drain, Shorea leprosula, Shorea parvifolia, skidding road ABSTRAK

Problem yang dihadapi di jalan sarad dalam pemanenan kayu adalah pemadatan tanah, erosi yang tinggi, me-nurunnya kesuburan tanah, miskinnya cendawan mikoriza dan kurangnya anakan. Untuk meningkatkan pro-duktivitas hutan di jalan sarad, maka diperlukan upaya pemulihan antara lain dengan penanaman pengayaan intensif dan cara lain yang dapat untuk mengurangi laju erosi, meningkatkan kesuburan tanah di jalan sarad dengan menerapkan lubang resapan biopori (LRB) dan cross drain (Cd). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan LRB dan Cd dalam penanaman pengayaan intensif untuk peningkatan produktifitas jalan sarad di hutan alam bekas tebangan. Lokasi penelitian diberi ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam (IUPHHK-HA) pada hutan produksi Kalimantan Barat selama satu tahun. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok pola faktorial 2 x 2 dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama yaitu LRB dan faktor kedua yaitu cross drain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan LRB dan cross drain memberi pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan tinggi tanaman umur satu tahun Shorea leprosula dan Shorea parvifolia sedangkan untuk pertumbuhan diameternya tidak berpengaruh nyata. Perlakuan cross drain dapat meningkatkan serapan hara P, K, C organik di S. leprosula dan hanya serapan P dan C-organik di S. parvifolia.

Kata kunci: Lubang resapan biopori, cross drain, Shorea leprosula, Shorea parvifolia, jalan sarad

I. PENDAHULUAN

Kegiatan penebangan hutan menye-babkan rusaknya permudaan yang men-jadi harapan produksi di daur berikutnya.

Pada pemanenan kayu secara konvensio-nal terjadi kerusakan pohon dan tiang se-banyak 34,93%, tingkat pancang seba-nyak 40,42% dan tingkat semai sebaseba-nyak

(2)

34,47%. Jika pemanenan kayu dilaksana-kan secara terkendali (reduced impact

logging) tingkat kerusakan tegakan

ting-gal bervariasi menurut tingkat pertum-buhan tanaman, yaitu untuk tingkat po-hon dan tiang sebanyak 19,08%, tingkat pancang sebanyak 19,59% dan tingkat se-mai sebanyak 17,65% (Sularso, 1996). Dengan demikian penebangan secara ter-kendali merupakan usaha untuk menu-runkan tingkat kerusakan tegakan tinggal, namun masih saja terjadi kerusakan te-gakan tinggal yang tetap harus direhabi-litasi dengan teknik pengayaan intensif yang menggunakan bibit berkualitas, je-nis yang tepat, teknik penyiapan lahan yang baik, media tanam yang kaya nu-trisi, ukuran lubang tanam yang memadai untuk perkembangan akar dan teknik pe-meliharaan yang teratur (Wahjono, 2010). Pengayaan intensif adalah tahapan wajib yang harus dilakukan oleh pengelola IUPHHK-KA untuk meningkatkan pro-duktivitas tegakan hutan sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Dirjen P.9/VI/BPHA/2009.

Kegiatan penebangan juga menyebab-kan perubahan sifat fisik dan kimia tanah antara lain menurunnya porositas tanah 66,95% (Matangaran, 1992) dan 59,24% (Muhdi, 2001), hilangnya lapisan top

soil, kesuburan tanah yang rendah, erosi

tanah dan miskin hara (Elias, 2008). Pe-nurunan porositas tanah merupakan aki-bat dari peningkatan kepadatan tanah (bulk density) karena penyaradan yang menggunakan alat-alat berat. Pemadatan tanah tersebut merupakan masalah yang penting dalam rehabilitasi jalan sarad, ka-rena akar tidak mampu menembus lapis-an tlapis-anah ylapis-ang padat.

Berdasarkan hasil penelitian Matanga-ran dan Kobayashi (1999) menyatakan bahwa pada bulk density > 1.3 g/cm3 ta-naman Shorea selanica sudah tidak dapat tumbuh dengan baik karena akarnya sulit menembus tanah. Oleh sebab itu perlu di-cari solusinya antara lain dibuat LRB. Beberapa hasil penelitian menyebutkan

bahwa biopori dapat meningkatkan

kemampuan tanah dalam meresapkan air karena bahan organik yang dimasukkan dalam lubang biopori dapat membantu untuk memperluas bidang resapan yang dibangun oleh mikroba dan mikro fauna tanah. Dengan demikian LRB akan menambah cadangan air dalam tanah ser-ta menghindari terjadinya aliran air per-mukaan tanah yang merupakan penyebab utama terjadinya erosi (Brata dan Nelis-tya, 2008).

Biopori yang ditempatkan di sekitar tanaman diharapkan mampu membangun sistem geometri akar yang lebih baik. Geometri akar di jalan sarad banyak mengalami ketidakseimbangan pertum-buhan akibat dari pemadatan jalan sarad. Jika geometri akar masuk ke dalam lu-bang biopori, maka diharapkan tanaman akan tumbuh lebih baik karena lubang biopori menyimpan berbagai bahan

or-ganik yang subur dan membantu

perkem-bangan berbagai jenis mikroba tanah an-tara lain cendawan mikoriza. Asosiasi cendawan mikorhiza dan tanaman akan meningkatkan kualitas bibit. Pada bibit bermikoriza, 15-30% karbohidrat hasil fotosintesis ditranslokasikan ke akar ta-naman yang selanjutnya akan diperguna-kan untuk pertumbuhan dan perkembang-an mikoriza (Lamber et al., 2008). Cen-dawan mikoriza akan mempengaruhi sis-tem percabangan akar untuk perluasan bi-dang serapan air dan unsur hara yang pa-da gilirannya akan meningkatkan pertum-buhan bibit yang ditanam. Percabangan akar ke arah lateral sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (pasokan nutrisi,

mikroorganisme rhizospore , kepadatan

tanah dan control hormone terutama auk-sin (IAA) dan sitokinin). Pada

konsentra-si IAA sebesar 10-9µ telah mampu

me-ningkatkan pembelahan dan perbanyakan sel di pucuk akar (Radermacher dan Klambt, 1993).

Namun dalam pengayaan intensif be-lum memanfaatkan kombinasi teknologi konservasi tanah cross drain technology

(3)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

dan LRB untuk menurunkan kepadatan tanah, erosi dan meningkatkan kesuburan tanah di jalan sarad. Diharapkan LRB akan memperbaiki geometri akar dan kolonisasi mikoriza di jalan sarad, se-hingga dapat meningkatkan produktivitas di jalan sarad. Tujuan penelitian ini ada-lah untuk mendapatkan informasi efekti-vitas pemanfaatan LRB dan cross drain dalam penanaman pengayaan intensif un-tuk peningkatan produktivitas jalan sarad hutan alam bekas tebangan.

II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di hutan alam produksi IUPHHKA PT. Suka Jaya Mak-mur selama satu tahun di Kalimantan Ba-rat. Lokasi penelitian berjarak 159 km da-ri Ketapang. Secara geografis lokasi pe-nelitian terletak diantara 110o27’BT-111o 25’BT dan 01o00’LS-01o00’LS-01o55’LS dengan ketinggian tempat 700 m dpl.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang dipergunakan dalam pene-litian ini adalah bibit meranti (Shorea

lep-rosula dan Shorea parvifolia) umur enam

bulan, kompos, mulsa, peta jalan sarad,

peta kontur, ITSP (inventarisasi tegakan sebelum penebangan) dan buku hasil te-gakan tinggal. Alat yang dipergunakan dalam pembuatan plot adalah GPS, kom-pas, tambang, patok batas, bor biopori, label pohon, cangkul, palu, paku, cat, go-lok, parang, meteran 50 m, kaliper, alat ukur tinggi, tally sheet, alat tulis, kamera, ring sampel, label sampel tanah, lux me-ter, thermohigrometer dan timbangan.

C. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Plot Percobaan

Pembuatan plot coba di lokasi bekas jalan sarad berdasarkan pada hasil

over-lay peta kontur, peta ITSP dan peta jalan

sarad kemudian dilakukan pemilihan plot jalan sarad. Persyaratan letak plot perco-baan, yaitu tipe jalan sarad utama, kele-rengan (15-25% atau 8,4o-13,5o), kontur/ tidak curam, volume tebangan (lima kali sarad @ 0,56 m3/sarad), kerapatan limbak > 1,3 g/cm3. Dalam plot percobaan dibuat bangunan cross drain dan LRB (Gambar 2).

2. Penyediaan Bibit

Bibit yang digunakan berasal dari be-nih yang diambil dari kawasan produksi benih dan ditumbuhkan di persemaian

Sumber (Source) : a dan b. Anonim 2013, c. PT SJM, 2004

Gambar (Figure) 1 Lokasi penelitian di hutan alam produksi di IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur (a. Peta Kalimantan, b. Peta Kalimantan Barat dan c. Peta IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur) (Research location in natural forest production forest concession (a. Map of Kalimantan, b. Map of West Kalimantan and c. Map of forest concession PT. Suka Jaya Makmur)

(a) (b)

(4)

Gambar (Figure) 2. Tata letak plot percobaan di jalan sarad (Lay out of experimental plot in the skidding road)

PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Ba -rat. Kriteria bibit yang digunakan adalah tumbuh baik, sehat, batang lurus, tinggi-nya seragam berkisar antara 50 sampai dengan 60 cm dan diameter 0,5-0,6 cm. Sebelum ditanam di lapangan, bibit dipe-lihara di persemaian selama enam bulan.

3. Pembuatan LRB dan Cross Drain di Jalan Sarad

Setiap lubang tanam dikelilingi empat LRB. Pembuatan LRB menggunakan bor biopori IPB menurut empat arah mata angin. Kedalaman biopori berkisar antara 30-40 cm dengan diameter 10 cm. Setiap lubang biopori diisi dengan cacahan daun kering dan arang kayu 2/3:1/3 (v/v). Pem-buatan cross drain dan (plot erosi) di ja-lan sarad dengan ukuran 15 m x 4 m me-manjang dan tegak lurus dengan garis kontur. Bangunan cross drain dibuat te-gak lurus di jalan sarad.

4. Penanaman di Jalan Sarad

Tahapan penanaman bibit umur enam bulan sebagai berikut : 1) penentuan titik tanam dengan menggunakan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m; 2) letak lubang tanam ber-dasarkan bekas track ban tractor (penya-radan kayu) yaitu dua di tepi dan satu di tengah; 3) pembuatan lubang tanam ukur-an 40 cm x 40 cm x 30 cm. Lubukur-ang ta-nam diisi campuran tanah dan serasah

dan top soil 1:1 (v/v); 4) pemilihan bibit tanaman meranti (S. leprosula dan S.

par-filolia) dengan ukuran tinggi 50-60 cm

dan diameter 0,5-0,6 cm umur enam bulan di persemaian PT. Suka Jaya Mak -mur, Kalimantan Barat; 6) penanaman pada lubang tanam yang sudah ditentu-kan; 7) pemasangan ajir, pemasangan la-bel tanaman dan pembutan peta tanaman dan 8) setelah bibit ditanam, kemudian ditutupi dengan mulsa. Mulsa diperoleh dari serasah yang terdapat di dalam plot percobaan dan jika kekurangan diambil dari tegakan hutan.

5. Pengumpulan Data

Data yang diamati pada penelitian ini adalah pertambahan tinggi (cm), diameter (cm), berat kering tanaman (BK akar, BK pucuk dan BK total) diperoleh setelah ta-naman dioven pada suhu 70oC selama 48 jam, nisbah pucuk akar dan serapan hara.

D. Analisis Serapan Hara

Tanaman dipanen dan dioven pada su-hu 70oC selama 48 jam. Bahan kering ta-naman yang sudah ditimbang, selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakul-tas Pertanian IPB. Unsur hara yang diana-lisis adalah C organik, P, K (pengabuan kering) dan N menurut metode Kjeldahl (Jones et al., 1991).

Keterangan (Remarks) :

* = Lubang tanam (Planting hole)

(5)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

1. Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang diguna-kan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 2 dengan ulangan tiga kali. Faktor pertama yaitu LRB (B1 : tanpa LRB dan B2 : LRB) dan faktor kedua ya-itu cross drain (Cd1 : tanpa cross drain dan Cd2 : cross drain). Percobaan di-ulang di tiga lokasi jalan sarad.

Data yang diperoleh kemudian diana-lisis dengan sidik ragam. Jika hasilnya menunjukkan berbeda nyata pada taraf α = 0.05, maka dilakukan uji lanjut dengan uji perbandingan berganda Duncan (DMRT), Duncan Multiple Range Test) (Mattjik dan Sumertajaya, 2006).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Status Media Tanah Lokasi

Pena-naman Bekas Jalan Sarad

Untuk mengetahui status hara media tanah di lokasi jaran sarad yang diguna-kan untuk kegiatan penanaman pengaya-an, maka dilakukan analisis unsur hara. Hasil analisis unsur hara ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi status ke-suburan unsur hara tanah, sehingga diper-oleh strategi yang tepat dalam menerap-kan perlakuan agar diperoleh pertumbuh-an tpertumbuh-anampertumbuh-an ypertumbuh-ang optimal pada kondisi media yang ada. Hasil analisis kandungan unsur hara media tanah di lokasi bekas jalan sarad secara ringkas disajikan pada Lampiran 1.

Lampiran 1 menunjukkan bahwa se-cara umum sifat kimia tanah di jalan sa-rad lebih rendah dibandingkan hutan alam. Kesuluruhan pH tanah termasuk sa-ngat rendah hingga rendah (4,73-5,30). Nilai pH tanah di hutan alam setelah satu tahun sangat rendah dibanding tiga lokasi lainnya. Nilai pH tanah menggambarkan reaksi larutan terlarut unsur-unsur hara mineral untuk diserap perakaran tanaman (Hardjowigeno, 1987). Nilai pH pada

pe-nelitian ini lebih rendah dari nilai pH ta-nah optimum dan cenderung lebih masam pada hutan alam. Hanafiah (2010) me-nyebutkan hampir sebagian besar tanah-tanah di Indonesia termasuk kategori ma-sam dengan kisaran pH 4,0-5,5.

Kadar bahan organik di hutan alam le-bih tinggi dibanding jalan sarad baik se-belum maupun sesudah satu tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa di hutan alam terjadi dekomposisi bahan residu organik oleh mikroorganisme tanah. Hardjowige-no (1987) menyebutkan bahwa kadar ba-han organik berperan penting dalam ke-suburan tanah karena berperan sebagai cadangan unusr hara terutama N, P dan S, agen perbaikan struktur tanah, menambah kemampuan tanah menahan air dan hara (KTK tanah menjadi tinggi) serta energi bagi mikro organisme. Pada jalan sarad terjadi peningkatan C organik dari 1,16% menjadi 2,04% (< 3%). Peningkatan C organik pada jalan sarad setelah satu ta-hun diduga karena terdapat input serasah dari tegakan hutan alam sekitar jalan sa-rad.

Besaran parameter rasio C/N pada pe-nelitian ini lebih kecil dari 20 dan ber-dasarkan penilaian kriteria kesuburan ta-nah menurut Pusat Penelitian Tata-nah (1982) bahwa rasio C/N pada hutan alam setelah satu tahun termasuk kategori ting-gi (18,1). Hanafiah (2010) menyebutkan bahwa rasio C/N terlalu kecil, maka sik-lus hara berlangsung lambat karena bahan organik sukar terdekomposisi dan terjadi peningkatan mineralisasi N.

Hasil analisis terhadap unsur-unsur ba-sa tanah menunjukkan bahwa kadar Ca termasuk sangat rendah (< 2 mg/100 g), Mg cenderung meningkat setelah satu ta-hun pada kedua lokasi penelitian. Nilai KTK pada penelitian ini menunjukkan bahwa KTK di jalan sarad lebih rendah dibandingkan di hutan alam (11,06 meq/ 100 g) tetapi KTK di LRB lebih tinggi daripada KTK di hutan alam (19,87 meq/ 100 g). Hal ini menunjukkan kehadiran LRB dapat meningkatkan kesuburan

(6)

tanah di LRB de-ngan kriteria kesuburan termasuk tinggi, sedangkan di jalan sarad termasuk krite-ria kesuburan rendah (Hardjowigeno, 1987) menguraikan bahwa tanah dengan KTK yang tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik diban-dingkan tanah dengan KTK rendah. Se-makin banyak kation yang dipertukarkan dalam tanah, maka kandungan hara tidak akan mudah tercuci oleh air.

Kontribusi bahan organik di tanah hutan alam setelah satu tahun juga dapat dilihat pada peningkatan paramater P ter-sedia (Bray I) (11,23 ppm). Kandungan P total di jalan sarad dan hutan alam ter-masuk dalam kategori sangat tinggi (> 60 mg/100g). Kandungan P di LRB 40% le-bih tinggi dibandingkan dengan di jalan sarad sebelum pemasangan LRB. Namun Kandungan P di LRB masih lebih rendah daripada di hutan alam (93,17 ppm). Kan-dungan hara P tersedia tinggi akan me-nyebabkan kecenderungan tanah menjadi lebih subur, sehingga menguntungkan ba-gi pertumbuhan tanaman.

Hal yang sama terjadi pada kejenuh-an basa (KB) dengkejenuh-an kategori rendah, di-mana nilai di bawah 100 (20-37%). Nilai ini mengindikasikan bahwa tanah baik di jalan sarad maupun di hutan alam tidak didominasi oleh basa-basa yang sebagian besar dibutuhkan tanaman.

Kandungan unsur K di jalan sarad (0,06 s.d. 0,24 meq/100 g) lebih rendah daripada di hutan alam (0,38 meq/100 g), sementara itu LRB hanya mampu (0,14 meq/100g). Hal ini berarti bahwa LRB mampu menambah kesuburan kandungan unsur Na di hutan alam, jalan sarad sete-lah pemasangan LRB dan di dalam LRB tidak nampak perubahan yang jelas, na-mun pada jalan sarad setelah dipasang LRB menurun menjadi 0,06 meq/100 g dari 0,22 meq/100 g atau masuk ke LRB sebesar 0,20 meq/100 g. Secara keselu-ruhan pemasangan LRB dan CD telah

da-pat meningkatkan kesuburan tanah di ja-lan sarad.

B. Pertumbuhan Tanaman

Keragaan tanaman yang ditanam di ja-lan sarad dalam penelitian ini dapat dili-hat pada Gambar 3. Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi bibit paling tinggi diperoleh pada tanam-an ytanam-ang dittanam-anam di dekat lubtanam-ang resaptanam-an biopori (LRB) dan cross drain (B2Cd2) yaitu sebesar 102,13 cm dan pertumbuh-an tinggi terendah tpertumbuh-anpa lubpertumbuh-ang resappertumbuh-an biopori dan cross drain (79,13 cm) (Ta-bel 4 dan Gambar 3). Begitu pula untuk diameter nilai tertinggi 0,850 cm (B2Cd2) dan terendah 0,637 cm (B1Cd1). Hal ini dikarenakan bahwa cross drain secara langsung membantu pertumbuhan tanaman dengan memodifi-kasi tekstur tanah dalam hubungannya dengan kegiatan jasad hidup tanah, se-hingga mempengaruhi sifat kimia tanah seperti pH, KTK dan tersedianya unsur hara, yang berdampak positif pada per-tumbuhan akar tanaman dan mendukung pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan S.

parvifolia dan ketahanan hidup dibatasi

oleh kelembaban tanah daripada unsur hara di Hutan Dipterocarpaceae Sabah (Turner et al., 1993).

Hasil uji perbandingan berganda Dun-can interaksi perlakuan lubang resapan biopori dan cross drain terhadap pertum-buhan tinggi dan diameter tanaman

Sho-rea leprosula disajikan pada Tabel 1.

Interaksi antara perlakuan dengan lu-bang biopori dan dengan guludan (B2Cd2)

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman S. parvifolia (Tabel 2). Namun interaksi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman. Meskipun demikian terdapat kecenderungan diameter terting-gi ditemukan pada interaksi perlakuan de-ngan lubang biopori dan dede-ngan cross

(7)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

(A) (B)

Gambar (Figure) 3. Tanaman meranti umur satu tahun (A) Shorea leprosula (B) Shorea parvifolia (Growth of meranti one year old (A) Shorea leprosula (B) Shorea parvifolia)

Tabel (Table) 1. Uji perbandingan berganda Duncan interaksi LRB dan Cross drain (Cd) terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman Shorea leprosula umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on height and diameter growth of one year old planted Shorea leprosula)

No Perlakuan(Treatment) Tinggi (Height)(cm) Diameter (Diameter) (cm)

Cd1 Cd2 Cd1 Cd2

1 B1 79,125 b 79,125 b 0,637 ns 0,772 ns

2 B2 89,125 b 102,125 a 0,836 ns 0,850 ns

Keterangan (Remarks): ns: Tidak berbeda nyata pada taraf (Not significant at) a > 5%

Tabel (Table ) 2. Uji perbandingan berganda Duncan interaksi LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman Shorea parvifolia umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on height and diameter of one year old planted Shorea parvifolia)

No Perlakuan (Treatment)

Tinggi (Height) (cm) Diameter (Diameter) (cm)

Cd1 Cd2 Cd1 Cd2

1 B1 70,50 b* 74,80 b 0,49 ns 0,51 ns

2 B2 77,10 b 112,40 a 0,49 ns 0,69 ns

Keterangan (Remarks) : ns : Tidak berbeda nyata pada taraf (Not significant) a > 5%

C. Pengaruh LRB Terhadap Pertum-buhan Tanaman

Penerapan LRB dan cross drain dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman S.

leprosula dan S. parvifolia. Hal ini

dikarenakan untuk meningkatkan laju peresapan air dan cadangan air tanah, memudahkan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos, meningkatkan peranan aktivitas biodiversitas tanah dan akar tanaman, mengatasi masalah yang

ditimbulkan genangan air (Brata dan Purwakusuma, 2008).

Lal (1997) menyatakan bahwa bahan organik memberikan pengaruh terhadap kemampuan tanah menahan air hujan dan mengurangi pemadatan tanah. Pemadatan tanah mengurangi jumlah ruang pori yang terisi udara yang akan menurunkan laju perkembangan akar, akibatnya pertum-buhan akar akan berkurang karena kegiat-an biologis akkegiat-an menurun, dengkegiat-an

(8)

batasnya suplai N di sekitar perakaran dan akan meningkatkan konsentrasi CO2.

Berdasarkan hasil penelitian Brata dan Nelistya (2008) LRB dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Air akan meresap melalui biopori yang menembus permukaan dinding LRB ke dalam tanah di sekitar lubang. Dengan demikian akan menambah cadangan air dalam tanah serta menghindari terjadinya aliran air di permukaaan tanah. Laju re-sapan air dengan menggunakan LRB pa-da hari ke 14 lebih besar pa-dan signifikan daripada tujuh dan 21 hari, yaitu sekitar 1,463 x 10 4l/dtk/cm2 hal ini disebabkan pada umur tujuh hari belum selesai ter-jadinya proses pembentukan kompos se-dangkan 21 hari sudah menjadi lumpur, sehingga aliran air kurang cepat karena ada pembusukan partikel daun, untuk itu perlu dicari suatu bahan yang tidak mu-dah rusak seperti arang (Sibarani et al., 2009). Arang merupakan bahan nir nutrisi yang tidak mudah rusak, mampu mening-katkan serapan air, hara dan udara, se-hingga mikroba tanah dan cendawan mi-koriza dapat berkembang dengan baik (Ogawa, 2009).

Untuk mengetahui keberhasilan adap-tasi tanaman, maka diukur biomassa ta-naman karena merupakan hasil interaksi antara lingkungan dan proses fisiologi da-lam tanaman. Biomassa tegakan adalah jumlah total bahan hidup jaringan tanam-an pada suatu waktu (Rusditanam-ana, 2006).

Berat kering total (BKT) merupakan sa-lah satu parameter pengamatan yang pen-ting karena memberikan gambaran hasil interaksi lingkungan, genetik dan proses fisiologis tanaman sedangkan nisbah pu-cuk akar (NPA) memberikan gambaran perbandingan antara bagian pucuk semai dengan akar.

Untuk melihat uji perbandingan ber-ganda Duncan interaksi LRB (B) dan

Cross drain (Cd) terhadap biomassa

tana-man Shorea leprosula dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa berat ring akar, berat kering pucuk, berat ke-ring total dan NPA pada S.leprosula tidak berbeda nyata antara tidak menggunakan LRB dengan menggunakan LRB. Pada Tabel 4 disajikan Uji perbandingan ber-ganda Duncan pengaruh lubang resapan biopori (B) dan Cross drain (Cd) terha-dap biomassa tanaman Shorea parvifolia. Pada Shorea parvifolia (Tabel 4) me-nunjukkan tidak ada perbedaan antara be-rat kering akar, bebe-rat kering pucuk, bebe-rat kering total dan nisbah pucuk akar pada interaksi perlakuan tanpa LRB dan de-ngan LRB.

Cross drain mempengaruhi berat

ke-ring pucuk dan berat keke-ring total tanaman

S.parvifolia secara nyata dan cross drain

dapat memacu pertumbuhan biomassa ta-nanaman. Penerapan cross drain pada pe-nelitian ini cenderung meningkatkan bio-massa kedua jenis tanaman. Peningkatan Tabel (Table ) 3. Uji perbandingan berganda Duncan interaksi LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap

biomassa tanaman Shorea leprosula umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on biomass of one year old planted Shorea leprosula)

Perlakuan (Treatment) BK Akar (Root dry weight) (g)

BK Pucuk (Shoot dry weight) (g)

BK Total (Total dry weight) (g)

NPA (Shoot root ratio) B1 22,5 tn 90,5 tn 113,0 tn 4,02 tn B2 21,3 85,8 107,2 4,02 Cd1 21,2 tn 83,3 tn 104,5 tn 3,92 tn Cd2 22,7 93,0 115,7 4,09 Keterangan (Remarks) :

* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means significantly difference at Duncan test α > 5%)

(9)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

Tabel (Table ) 4. Uji perbandingan berganda Duncan interaksi LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap biomassa tanaman Shorea parvifolia umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on biomass of one year old planted Shorea parvifolia)

Perlakuan (Treatment ) BK Akar (Root dry weight) (g)

BK Pucuk (Shoot dry weight) (g)

BK Total (Total dry weight) (g)

NPA (Shoot root ratio)

B1 14,2 tn 50,2 tn 64,3 tn 3,5 tn

B2 13,8 60,7 74,5 4,4

Cd1 12,7 tn 47,5b* 60,2b* 3,7 tn

Cd2 15,3 63,3a 78,7a 4,2

Keterangan (Remarks) :

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means significantly difference at Duncan test α > 5%) Tabel (Table ) 5. Pengaruh perlakuan LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap kandungan dan serapan hara

bagian pucuk tanaman Shorea leprosula umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on nutrient uptakeat on shoot of one year old planted Shorea leprosula)

Kandungan (Content) Serapan (Nutrient uptake) Perlakuan (Treatment) N (%) P (%) K (%) C-organik (%) N ((%) P (%) K (%) C-organik (%) B1 1,14 tn 0,13 tn 0,7 2tn 54,4 tn 103,2 tn 12,1 tn 65,3 a 5107 tn B2 1,15 0,13 0,64 56,4 97,6 11,3 54,8 4827 Cd1 1,19 tn 0,13 tn 0,63 tn 56,4 tn 98,7 tn 10,9 b* 52,2 b* 4693 b* Cd2 1,10 0,13 0,73 56,4 101,9 12,4 a 67,8 a 5242 a Keterangan (Remarks) :

* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means significantly difference at Duncan test α > 5%)

Tabel (Table ) 6. Pengaruh perlakuan LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap kandungan dan serapan hara bagian akar tanaman Shorea leprosula umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on nutrient uptake at ro ot system of one year old planted Shorea leprosula)

Kandungan (Content) Serapan (Nutrient uptake) Perlakuan (Treatment ) N (%) P (%) K (%) C-organik (%) N (%) P (%) K (%) C-organik (%) B1 0,80 tn 0,12 b* 0,40 tn 56,4 a* 18,3 tn 2,86 tn 9,15 tn 1271 tn B2 0,72 0,14 a 0,35 55,5 b 15,3 2,88 7,63 1183 Cd1 0,76 tn 0,13 tn 0,37 tn 56,2 tn 16,1 tn 2,72 tn 8,15 tn 1190 tn Cd2 0,76 0,13 0,38 55,7 17,6 3,03 8,63 1263 Keterangan (Remarks) :

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means significantly difference at Duncan test α > 5%)

biomassa terjadi karena cross drain ber-peran dalam mengurangi kehilangan ba-han unsur-unsur lain.

D. Kandungan dan Serapan Hara

Kandungan dan serapan hara N,P,K,C yang diserap tanaman memegang peranan penting karena dibantu oleh akar yang bermikoriza. Pengaruh perlakuan LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap

kan-dungan dan serapan hara bagian pucuk dan akar tanaman Shorea leprosula dapat dibaca pada Tabel 5 dan Tabel 6 .

Hasil yang diperoleh pada Tabel 5 per-lakuan LRB dan Cd tidak mempengaruhi kandungan hara (N,P,K,C-organik) pada pucuk tanaman S.leprosula sedangkan pada serapan hara (P terjadi peningkatan 12,1%, K peningkatan 23,01% dan C-organik 10,47% ) pucuk tanaman hal ini dipengaruhi oleh cross drain kecuali N.

(10)

Pada Tabel 6 perlakuan LRB dan Cd tidak mempengaruhi kandungan hara (N, K) akar tanaman S.leprosula kecuali pada kandungan hara P terjadi peningkatan se-besar 14,29% dan penurunan C sese-besar 1,5% hal ini dipengaruhi oleh LRB begitu pula pada serapan akar tanaman (N,P,K,C organik) tidak dipengaruhi oleh LRB dan Cd. Serapan hara pada pucuk tanaman S.

leprosula lebih besar daripada serapan

hara di akar tanaman hal ini dikarenakan biomassa tanaman berkembang ke arah pembentukan batang, cabang dan daun.

Faktor lain adalah unsur P tanah meru-pakan hara makro penting kedua setelah N bagi pertumbuhan tanaman dan unsur K merupakan unsur hara makro penting bagi pertumbuhan tanaman dan berperan sebagai katalisator proses enzimatik da-lam jaringan tananam. Unsur C organik

merupakan kadar bahan organik tanah dan parameter kesuburan tanah yang cu-kup penting disamping reaksi pH dan kandungan hara.

Untuk melihat pengaruh LRB dan Cd terhadap kandungan dan serapan hara di pucuk dan akar tanaman S. parvifolia da-pat dilihat di Tabel 7 dan Tabel 8.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 7 perlakuan LRB dan Cd pada kan -dungan hara (N,P,K,C organik) pucuk ta-naman S. parvifolia dan serapan hara ti-dak berpengaruh kecuali pada P terjadi peningkatan sebesar 23,17% dan C or-ganik sebesar 24,94%. Hara P sangat pen-ting bagi proses metabolisme di dalam ta-naman dan P berperan dalam transfer energi sebagai bagian dari adesonis tri-posfat, penyusunan asam nukleat dan substrat metabolisme.

Tabel (Table ) 7. Pengaruh perlakuan LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap kandungan dan serapan hara bagian pucuk tanaman Shorea parvifolia umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on nutrient uptake at shoot of one year old planted Shorea parvifolia)

Perlakuan (Treatment)

Kandungan (Content) Serapan (Nutrient uptake) N (%) P (%) K (%) C-organik (%) N ((%) P (%) K (%) C-organik (%) B1 1,06 tn 0,13 tn 0,68 tn 56,3 tn 53,4 tn 6,4 tn 35,0 tn 2826 tn B2 1,21 0,13 0,67 56,3 73,8 8,1 40,9 3415 Cd1 1,16 tn 0,13 tn 0,65 tn 56,2 tn 56,6 tn 6,3 b* 32,1 tn 2676 tn Cd2 1,12 0,13 0,71 56,4 70,6 8,2 a 43,9 3565 Keterangan (Remarks) :

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means significantly difference at Duncan test α > 5%) Tabel (Table ) 8. Pengaruh perlakuan LRB (B) dan Cross drain (Cd) terhadap kandungan dan serapan hara

bagian akar tanaman Shorea parvifolia umur satu tahun (Effect of interaction treatments between LRB (B) and cross drain (CD) treatment on nutrient uptake at root system of one year old planted Shorea parvifolia)

Perlakuan (Treatment)

Kandungan (Content) Serapan (Nutrient uptake) N (%) P (%) K (%) C-organik (%) N ((%) P (%) K (%) C-organik (%) B1 0,67 tn 0,13 tn 0,36 tn 56,3 tn 18,3 tn 2,87 tn 9,15 tn 1271 tn B2 0,67 0,13 0,36 55,5 15,3 2,88 7,63 1183 Cd1 0,64 tn 0,13 tn 0,41 a 55,9 tn 17,6 tn 3,03 tn 8,15 tn 1190 tn Cd2 0,70 0,13 0,31 b 55,8 16,1 2,71 8,63 1263 Keterangan (Remarks) :

*Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α > 5% (Values followed by different letters means signifi cantly difference at Duncan test α > 5%)

(11)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

Untuk Tabel 8 pengaruh perlakuan LRB dan Cd pada kandungan hara dan serapan hara akar tanaman S. parvifolia tidak berpengaruh, kecuali kandungan ha-ra K terjadi penurunan sebesar 24,39% dan dipengaruhi oleh cross drain.

Peran secara umum, tanaman S.

leprosula dan S. parvifolia memiliki

ke-mampuan beradaptasi pada tanah-tanah subsoil, sehingga menunjukkan pertum-buhan yang lebih baik. Oleh sebab itu penggunaan teknik konservasi tanah dan air serta inovasinya seperti LRB pada areal jalan sarad sangatlah diperlukan agar dapat mengendalikan kehilangan hara.

Kelemahan dari teknik LRB model IPB adalah tidak mampu menembus lapi-san jalan sarad yang berbatu, sehingga ujung bor sering patah atau mudah tum-pul dan bengkok. Untuk mengatasi hal tersebut, maka mata bor harus dibuat le-bih kuat dan menggunakan mesin peng-gerak bor agar produktifitas pembuatan LRB dapat ditingkatkan.

Pertumbuhan tanaman pada tahun-ta-hun berikutnya akan sangat tergantung kepada perkembangan dan pertumbuhan geometri akar dan perubahan bulk density tanah di sekitar LRB.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pemanfaatan LRB dan cross drain mampu meningkatkan pertumbuhan ting-gi tanaman S. leprosula (79%, 79%, 89%, 102%) dan S. parvifolia (70%, 75%, 77%, 112%) umur satu tahun di jalan sarad pada umur satu tahun. 2. Perlakuan LRB dan cross drain dapat

meningkatkan kesuburan tanah dan se-rapan hara P, K, C organik pada lokasi uji coba tanaman di jalan sarad.

B. Saran

Teknik LRB dan cross drain

techno-logy dapat diaplikasikan untuk

mening-katkan produktivitas jalan sarad dan per-tumbuhan tegakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Petunjuk Pelaksanaan PERDA Nomor 1 Tahun 2013. http://www.dikbud. kalbar. prov.go.id. [Diakses 26 Juni 2015]. Brata, R.K., Purwakusuma, W. (2008). Teknologi peresapan air tepat guna untuk perbaikan kualitas perkotaan. IPB. Bogor.

Brata, R.K., Nelistya, A. (2008). Lubang resapan biopori. Penebar Swadaya. Jakarta. Elias. (2008). Pembukaan wilayah hutan.

Fakul-tas kehutanan IPB. Bogor.

Hardjowigeno, S. (1987). Ilmu tanah. PT. Medi-yatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Hanafiah, K.A. (2010). Dasar-dasar ilmu tanah. Rajawali Press. Jakarta.

Jones, Jr., J.B., B. Wolf, & H.A. Mill s. (1991). Plant analysis handbook : A practical sampling, preparation, analysis, and inter-pretation guide. Micro-Macro Publishing, Athens, GA.

Lal, R. (1997) Deforestation, tillage and cropping system effects on see page and run off water quality from a Nigerian Alfisol. Soil and Tilage Research 431 : 261-284. Lamber, H., Raven J.A.Shaver G.R., Smith S.E.

(2008). Plant nutrient acquisition strategies change with soilage. Trends Ecol. Evol. 23 : 95-103.

Matangaran, J.R. (1992). Pengaruh intensitas penyaradan kayu oleh traktor berban ulat terhadap pemadatan tanah dan pertum-buhan kecambah meranti (Shorea selanica BL) dan jeunjing (Paraserianthes falca-taria Nielson) [Tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Matangaran, J.R., Kobayashi, H. (1999). The

effect of tractor logging on forest soil compaction and growth of Shorea selanica BL seedlings in Indonesia. J.For.Res. 4 : 13-15.

Mattjik, A.A., Sumertajaya, M. (2006). Peran-cangan percobaan dengan aplikasi SAS dan minitab. IPB Press. Bogor.

Muhdi. (2001). Studi kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu konvensional dan pemanenan kayu berdampak rendah di Hutan Alam Ketapang Propinsi Kaliman-tan Barat [tesis]. Bogor. Sekolah Pasca-sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ogawa, M. (2009). Charcoal use in agriculture in Japan. In First Asia Pacific Biochar Conference. Gold Coast, Australia 17-20 May 2009. New South Wales : NSW Departement of Primary Industries.

(12)

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P 9/VI/BPHA/ 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Silvikultur (TPTI).

Pusat Penelitian Tanah. (1992). Penilaian angka hasil analisiskimia tanah. Bogor (ID) : Laboratorium Pusat Penelitian Tanah. [PT. SJM]. PT. Suka Jaya Makmur. (2004).

Rencana karya pengusahaan hutan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur. PT. SJM. Ketapang.

Radermacher, E. & Klambt, D. (1993). Auxin dependent growth and auxin binding proteins in primary roots and root hairs of corn (Zea mays L.). J. Plant Physiol. 141, 698-703.

Ronald, L.C., David, K.J., Jeffry, M. (1998). Water/road interaction : introduction to surface cross drains. Rep. no. 9877 1806-SDTDC. Washington, DC : US Depart-ment of Agriculture, Forest Service, Technology & Development Program. 21 p.

Rusdiana, O. (2006). Siklus nitrogen pada hutan tanaman pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sibarani RT, Bambang D. (2009). Penelitian

biopori untuk menentukan laju resap air berdasarkan variasi umur dan jenis sampah. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP. ITS. Surabaya.

Sularso H. (1996). Analisis kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu terkendali dan konvensional pada sistem silvikultur TPTI. [Tesis]. SPS, IPB. Bogor.

Turner, I.M., Brown, N.D. & Newton, A.C. (1993). The effect of fertilizer application on dipterocarp seedling growth and mycorrhizal infection. Forest Ecology & Management. 57:: 329 -337.

Wahjono, D. (2010). Sintesa hasil penelitian. UKP Pengelolaan Hutan Alam Lestari. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

(13)

Aplikasi Lubang Resapan Biopori dan Cross Drain…(D. Prameswari, dkk.)

Lampiran (Appendix) 1. Analisis kimia tanah di jalan sarad dan hutan alam di IUPHHKA PT. Suka Jaya Makmur, Kalimatan Barat (Chemical analysis of soil of the skidding road forest concession Suka Jaya Makmur in West Kalimantan)

No Parameter JS setelah (Skidding road after) Nilai (Value ) JS sebelum (Skidding road before) Nilai (Value ) HA (Natural forest) Nilai (Value ) KK Pr > F 1 pH H2O 5,30±0,138a R/M 5,20±0,149ab R/M 4,88±0,179b R/M 5 0,0063 2 pH KCl 4,47±0,1520a S 4,33±0,1520a S 3,87±0,2365ab R 8 0,0198 3 C Organik (%) 1,16±0,261b R 2,04±0,149b S 3,09±0,410a T 19 0,0009 4 N Total (%) 0,11±0,067a R 0,15±0,036a R 0,19±0,079a R 29 0,1201 5 C/N rasio 10,5±0,423a S 13,31±0,210a S 15,63±0,643a S 25 0,2453 6 P tersedia

Bray I (ppm) 8,73±0,608a R 5,27±0,409a R 9,40±0,236a R

9 0,0004 7 P-total (HCL 25 %) 85,63±1,9097a ST 51,87±1,2599b - 93,170,7302a ST 8 < . 0001 8 Ca (meq/100 gr) 1,77±0,3996 SR 1,00±0,2782 SR 1,93±0,3412 SR 35 0,1995 9 Mg (meq/100 gr) 0,86±0,26067 R 1,05±0,347 S 0,67±0,233 R 57 0,6908 10 K (meq/100 gr) 0,06±0,0358b SR 0,29±0,0931a R 0,38±0,161a S 24 0,0002 11 Na (meq/100 gr) 0,06±0,0358c SR 0,22±0,054a R 0,18±0,0972ab R 39 0,0264 12 KTK (meq/100 gr) 6,86±0,3873bc R 6,21±0,1826c R 11,06±0,455ab R 25 0,0179 13 Kejenuhan

basa (%) 37,40±1,5125a R 35,13±1,0982a R 35,83±1,5872a R

13 0,0007 14 Al 3+dapat ditukar 0,72±0,352c SR 3,07±0,174a S 2,17±0,372b S 42 0,1830 15 H+dapat ditukar 0,24±0,1134 0,34±0,062 0,40±0,0766 23 0,2858 Tekstur 16 Pasir 40,66±0,778 liat 37,39±1,1647 Lempung berliat 46,23±0,685 Lempung 17 0,2941

17 Debu 17,59±0,585ab 24,70±0,982a 30,69±0,927a 29 0,0311

18 Liat 41,86±0,959 37,91±1,238 23,09±0,865 25 0,1227

Keterangan (Remarks) :

JS = Jalan Sarad (Skidding Road); HA = Hutan Alam (Natural Forest); S = Sedang (Medium); Liat = (Clay); R = Rendah (Low); Lempung berliat = (Clay loam); SR = Sangat Rendah (Very Low); Lempung = (Loam); ST = Sangat Tinggi (Very High); T = Tinggi (High)

Gambar

Gambar  (Figure) 1  Lokasi  penelitian  di  hutan  alam  produksi  di  IUPHHK-HA  PT.  Suka  Jaya  Makmur  (a
Tabel 3 menunjukkan bahwa berat ke- ring  akar,  berat  kering  pucuk,  berat   ke-ring total dan NPA pada  S.leprosula tidak  berbeda  nyata  antara  tidak  menggunakan  LRB  dengan  menggunakan  LRB

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu faktor yang mempengaruhi penetapan harga Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop adalah nilai tambah yaitu kenyamanan yang dijual dari pelayanan dan pemandangan yang

analisis yang telah dilakukan dilihat dari hasil perbandingan tujuannya didapatkan bahwa hasil perbandingan antara tujuan dibuatnya kampus konservasi oleh UNNES

Judul Skripsi : Penerapan Metode Pembelajaran Quiz Team untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan di Kelas XI

Secara operasional persoalannya dapat diungkapkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut: (1) Adakah rumusan kriteria standar pencapaian tujuan untuk setiap jenjang

Tujuan penelitian dilakukan adalah untuk mempelajari sistem cara kerja berbasis IOT pada studi kasus Pemantauan Kualitas Udara yang ada di Palangka Raya, dalam

Sejalan dengan tuntutan tersebut, karyawan sebagai sumber daya manusia menghadapi konsekuensi, yaitu mengalami stres dan mempengaruhi tingkah laku individu.. Stres tersebut akan

Persoalan-persoalan sebagaimana digambarkan di atas tidak akan tuntas dengan bersikukuh mengikuti pandangan tidak (mungkin) ada pela gga a hak asasi a usia di I do esia atau

persoalan yang didasarkan pada sumber hukum persoalan yang didasarkan pada sumber hukum persoalan yang didasarkan pada sumber hukum persoalan yang didasarkan pada sumber hukum