• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 1

Persaingan Global Profesi Pustakawan dalam Era MEA

Dr. Agus Rusmana, M.A.

(Program Studi Ilmu Perpustakaan Fikom Universitas Padjadjaran Bandung) Email: a.rusmana@unpad.ac.id

Orientasi Pustakawan Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

Ketika kesepakatan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dilaksanakan, akan terdapat lima kondisi utama di seluruh negara di ASEAN, yaitu:

1. Arus Bebas Barang, 2. Arus Bebas Jasa, 3. Arus Bebas Tenaga Kerja Terampil, 4.

Arus Bebas Modal, 5. Arus Bebas Investasi. Dari ke lima kebebasan masuknya arus ke dalam sebuah negara, terdapat dua kebebasan arus yang harus menjadi perhatian mereka yang bergerak di bidang layanan perpustakaan dan layanan informasi di Indonesia, yaitu arus bebas tenaga kerja terampil dan arus bebas jasa. Kedua kebebasan ini akan memungkinkan banyaknya tenaga kerja asing yang terampil untuk bekerja di Indonesia, di antaranya tenaga terampil dalam bidang informasi dan pengelolaan perpustakaan. Selanjutnya seperti yang dikutip oleh Anisa Sri Restanti, pustakawan Universitas Jenderal Sudirman, dalam artikelnya berjudul Strategi dan Peran Pustakawan dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, terdapat rencana strategis dalam MEA, yaitu:

Cetak biru MEA berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu dan hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integritas ekonomi ASEAN, yaitu: (1) menuju single dan production base (arus perdagangan pasar bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal); (2) menuju penciptaan kawasan ekonomi yang berdaya saing dalam tinggi; (3) menuju kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata melalui pengembangan UKM; (4) menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network). (Restanti, 2015, anitatriwidiyawati.lecture.ub.ac.id)

Melihat kondisi yang akan terbentuk oleh kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN yangyang sangat merupakan sebuah komunitas Asia tenggara yang luar biasa besar dan nyaris tanpa batasan namun tetap dengan begitu banyak ragam budaya, bahasa dan kebutuhan hidup yang bermacam-macam, seorang pustakawan

(2)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 2 berada pada dua orientasi, yaitu ke luar dan ke dalam. Ke luar, pustakawan kewajiban mengkaji kebutuhan informasi dan layanan jasa perpustakaan dari anggota masyarakat ASEAN yang pasti berbeda atau lebih beragam daripada kebutuhan yang selama ini diketahui pada masyarakat Indonesia. Selanjutnya pustakawan wajib memperkenalkan perpustakaan/ pusat informasi tempatnya berkarya kepada masyarakat ASEAN melalui berbagai macam metode dan media.

Dengan usahanya ini diharapkan keberadaan perpustakaan/ pusat informasi dengan segala kapasitasnya dapat dikenal dan menumbuhkan minat bagi anggota masyarakat ASEAN. Ke dalam, pustakawan wajib mengkaji potensi yang ada di perpustakaan/ pusat informasi yang dikelolanya untuk mendapat gambaran apakah potensi yang ada, mulai dari sumber daya pustakawan, koleksi sampai fasilitas layanan sudah cukup siap untuk dilayankan dan akan mampu memenuhi kebutuhan anggota masyarakat ASEAN. Kajian ini nantinya akan dapat digunakan untuk menentukan arah pengembangan kualitas perpustakaan/ pusat informasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk dapat menjalankan dua orientasi ini sudah pasti diperlukan kompetensi yang sangat tinggi pada diri pustakawan. Yang perlu disadari dan diperhatikan adalah bahwa ketika pustakawan Indonesia sedang mempersiapkan diri dengan meningkatkan kompetensinya, pada saat yang sama, semua pustakawan se-ASEAN juga melakukan persiapan yang sama agar dapat bersaing dengan pustakawan Indonesia. Disinilah kompetisi di antara pustakawan ASEAN dimulai. Pemenang kompetisi adalah yang berkompetensi.

Untuk bertujuan memenangkan persaingan di negara asing, tentu saja calon tenaga kerja ini akan sangat siap dan pasti sangat berkompeten. Tidaklah aneh apabila sebuah lembaga atau perusahaan penyedia jasa informasi atau bahan pustaka (perpustakaan, pusat arsip, layanan dokumen) lebih memilih tenaga pustakawan yang berkompeten untuk bekerja di lembaga atau perusahaan mereka, terlepas dari Negara mana pustakawan ini datang. Kehadiran pustakawan dari negara-negara ASEAN ini sudah jelas akan menjadi kompetitor bagi tenaga pustakawan warga negara Indonesia untuk mendapatkan kesempatan kerja di Indonesia. Secara alami, mereka yang memiliki kompetensi lebih tinggi, akan memenangkan persaingan dalam persaingan mendapatkan pekerjaan sebagai pustakawan.

(3)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 3 Kebebasan arus untuk membuka lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan/ penjualan jasa juga akan memungkinkan negara-negara ASEAN membuka lembaga atau perusahaan di bidang jasa informasi atau bahan pustaka.

Seperti juga pengiriman tenaga kerja, lembaga atau perusahaan jasa yang akan dibuka di Indonesia pasti memiliki kualitas produk layanan jasa yang sangat baik.

Wajar juga juga apabila masyarakat Indonesia kemudian lebih memilih membeli atau menggunakan jasa layanan yang paling berkualitas. Keberadaan lembaga atau perusahaan layanan jasa ini dipastikan menjadi kompetitor lembaga dan perusahaan jasa layanan informasi dan bahan pustaka milik Indonesia.

Kompetensi yang Dituntut dalam Menghadapi Kompetisi dalam Era MEA Persiapan utama yang harus dilakukan dalam menghadapi kompetisi bidang layanan jasa informasi dan bahan pustaka di era MEA ini adalah kesiapan pustakawan yang memiliki kompetensi dan kemampuan kompetitif, baik sebagai tenaga ahli pengelola informasi di lembaga atau perusahaan, maupun sebagai pustakawan di perpustakaan pemerintah maupun swasta. Kompetensi yang paling dituntut dari pustakawan ini adalah kompetensi berupa keterampilan inti (hardskills) dan keterampilan pendamping (softskills). Kehadiran tenaga kerja kompeten di bidang layanan jasa informasi dan bahan pustakadari negara-negara ASEAN di Indonesia sebagai kompetitor tidak cukup hanya dihadapi dengan keterampilan seadanya dengan standar minimal, tetapi harus dengan keterampilan yang sangat tinggi sesuai standar untuk memenangi kompetisi memperoleh kesempatan kerja dan atau berwirausaha di tingkat ASEAN. Untuk manjadi pemenang dalam kompetisi ini, seorang pustakawan tidak cukup hanya dengan memiliki keterampilan mengelola informasi dan bahan pustaka (collecting, processing, disseminating), tetapi juga keterampilan pendukung lainnya. Dengan keterampilan pendukung ini maka seorang pustakawan akan mampu memenuhi tuntutan perpustakaan dan pusat informasi, dan kebutuhan pasar pengguna jasa layanan informasi dan bahan pustaka.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 4 Keterampilan Pendukung Pustakawan

1. Bahasa Asing

Kemampuan aktif berbahasa asing, terutama bahasa Inggris adalah keterampilan yang wajib dimiliki oleh pustakawan Indonesia. Dengan kemampuan bahasa asing, seorang pustakawan secara mandiri akan mendapat kesempatan lebih luas untuk mendapatkan kesempatan menjadi pustakawan di Negara ASEAN, karena dalam era MEA, dunia kerja yang ada di Indonesia atau di negara ASEAN lainnya akan menuntut kemampuan berinteraksi dalam bahasa Internasional atau bahasa yang paling diakui. Dengan kemampuan bahasa asing, seorang pustakawan dari Indonesia akan punya kesempatan bekerja sebagai pustakawan atau pekerja informasi di negara ASEAN di luar Indonesia.

Sumber daya manusia dengan kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris juga dibutuhkan oleh lembaga atau perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa informasi dan bahan pustaka di Indonesia karena lembaga atau perusahaan ini juga menargetkan pasar pengguna jasa informasi dan bahan pustaka dari seluruh negara ASEAN yang pasti harus dilayani dengan menggunakan bahasa asing terutama bahasa Inggris, baik dalam bentuk konsultasi maupun untuk pemenuhan kebutuhan informasi tentang banyak potensi (bisnis) di Indonesia yang harus dikemas dan tersaji dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

2. Pemasaran

Untuk dapat membuat masyarakat se ASEAN mengenali dan kemudian menggunakan layanan perpustakaan/ pusat informasi yang ditawarkan, seorang pustakawan harus memiliki kemampuan "menjual diri" agar produk layanan dan jasa yang ditawarkannya dapat dikenali oleh pencari atau pengguna informasi. Dia harus mengetahui dan mampu menggunakan berbagai media, mulai dari media sosial yang sederhana seperti Whattsapp, LINE, FB dan sejenisnya, sampai membuat jejaring berbasis Internet (WWW) untuk menghubungkan dirinya dengan calon pengguna informasi sebuah lembaga atau perusahaan yang membutuhkan. Ketika bekerja pada sebuah lembaga atau perusahaan bidang layanan jasa informasi atau bahan pustaka, pada era MEA, seorang pustakawan harus mampu memperkirakan kebutuhan masyarakat (dalam bidang ekonomi, politik, sosial) akan informasi dan bahan pustaka, kemudian memilih informasi dan bahan pustaka yang dimiliki

(5)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 5 lembaga atau perusahaannya untuk dijual/ dilayankan. Dia juga harus mampu menjual layanan konsultasi yang dimilikinya. Yang terutama adalah dia harus mampu meyakinkan masyarakat sebagai potential buyers/ clients bahwa dengan menggunakan layanan jasa informasi lembaga atau perusahaannya, mereka akan dapat memecahkan masalah dan memperoleh keuntungan yang besar.

3. Keterampilan Budaya dan Sosial

Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai budaya, bahasa, pandangan hidup (ways of life) dan kebiasaan. Keberagaman tersebut mempengaruhi cara anggota masyarakatnya dalam berinteraksi sosial, baik interaksi di antara warga negara sendiri, maupun ketika beriteraksi sosial dengan warga negara dari negara lain. Selain itu, keberagaman budaya dan pandangan hidup juga mempengaruhi cara mereka memberi nilai pada sebuah informasi dan bahan pustaka yang ditawarkan, termasuk kemasannya. Seorang pustakawan harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keberagaman tersebut agar dia dapat merancang dan menggunakan strategi pemasaran produk layanan jasa yang sesuai dengan masing-masing keberagaman tersebut. Dia juga akan mampu menyeleksi produk yang ditawarkan dan menjelaskan kebergunaan produk untuk keperluan dan kebutuhan pembeli produk. Dengan demikian tidak akan ada produk yang keliru ditawarkan dan keliru dinilai yang menyebabkan produk tidak diminati.

Dalam menjual produk layanan, seorang pustakawan akan berinteraksi langsung (tatap muka atau melalui media) secara personal dengan calon pembeli, baik pembeli perorangan maupun wakil dari sebuah perusahaan. Untuk dapat berinteraksi secara efektif, dia harus mampu memilih cara berkomunikasi yang tepat dengan mereka, dari pemilihan bahasa, gerak tubuh (gesture) ketika sedang berkomunikasi, sampai pemilihan ruang/ situasi untuk berkomunikasi. Dengan kemampuan berinteraksi sosial dan personal ini maka dia akan mendapat kepercayaan (trust dan credibility) dari calon pembeli. Kepercayaan ini selanjutkan akan menumbuhkan kepercayaan calon pembeli pada produk yang ditawarkan.

Masih sangat banyak keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang pustakawan untuk mampu berkompetisi secara personal atau untuk lembaga/ perusahaannya dalam era MEA. Namun dengan bekal ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi, keterampilan lain

(6)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 6 yang dibutuhkan akan dapat dikuasai (sebagian sudah dimiliki) melalui proses interaksi dengan masyarakat pembeli/ pengguna produk layanan jasa.

Peran Lembaga Pendidikan Mempersiapkan Pustakawan Kompetitif

Penyelenggara pendidikan bidang perpustakaan, Informasi, arsip dan dokumentasi melalui strategi pembelajaran diharapkan dapat menghasilkan pustakawan yang memiliki kompetensi berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, keahlian dan wawasan dalam bidang pengelolaan perpustakaan dan layanan informasi. Namun dengan keterbatasan waktu tidak semua kompetensi yang dibutuhkan pustakawan dapat diciptakan. Untuk itu maka pada masa perkuliahan, lembaga penyelenggara pendidikan harus mengupayakan atau menyelenggarakan program di luar program pembelajaran agar mahasiswa memiliki kesempatan untuk menambah/ meningkatkan keterampilan pendukung (softskills). Program ini bisa dilakukan oleh program studi, fakultas atau melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh BEM, UKM dan himpunan mahasiswa. Melalui kegiatan ekstra kurikuler ini diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan manajamen, interaksi dalam organisasi, adaptasi dengan kelompok dalam kerja, kerja sama antar bidang, dan keterampilan sejenis.

Dari pengamatan dan diskusi dengan alumni program studi, diketahui bahwa ternyata keterampilan pendukung (softskills) sangat mendukung keterampilan inti kurikulum ketika seorang sarjana bekerja dalam lembaga/

perusahaan ataupun ketika berwirausaha. Pada posisi inilah peran ISIPII sangat dituntut untuk memperkenalkan kebutuhan lapangan kerja (dalam mengikuti era MEA atau untuk dalam kondisi umumnya), dan kompetensi budaya dan sosial yang dibutuhkan selain keterampilan inti kepada para sarjana untuk mempersiapkan mereka berkompetisi dengan bekal keterampilan yang dimiliki. Melalui pertemuan rutin dalam berbagai bentuk program dan kegiatan, ISIPII mengupdate dan mengupgrade sarjana agar selalu mampu mengikuti dan memenuhi tuntutan lapangan kerja yang terus berkembang, terutama dalam bidang teknologi informasi dan interaksi sosial bermedia.

Kemampuan berbahasa asing aktif, terutama bahasa Inggris yang sangat dibutuhkan untuk ikut dalam era MEA, tidak dapat dipenuhi melalui kurikulum yang hanya memberikan sedikit waktu bagi mahasiswa untuk menguasainya. Untuk itu

(7)

Prosiding Seminar Nasional Perpustakaan “Pustakawan: Peluang dan Tantangan Karier

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).” Prodi IPK FBS UNP. Padang, 15 April 2016. 7 maka perlu dilakukan penguatan kemampuan bahasa Inggris yang terintegrasi dalam materi pembelajaran, seperti kewajiban menggunakan referensi berbahasa Inggris, materi kuliah (presentasi dosen) dalam bahasa Inggris, dan mewajibkan mahasiswa untuk memiliki toefl atau ielts dengan nilai cukup. Kewajiban ini akan memaksa mahasiswa untuk menguasai kemampuan bahasa Inggris dan menjadi terbiasa ketika harus menggunakannya di lapangan pekerjaan.

Penutup

Tantangan dan peluang bagi pustakawan karena kehadiran MEA sama besarnya, dan keduanya menuntut kompetensi tinggi seorang pustakawan. Dengan kompetensi yang lengkap (hardskills dan softskills), seorang pustakawan akan mampu menghadapi persaingan dengan pustakawan dan perpustakaan dari Negara ASEAN sebagai sebuah tantangan. Sebaliknya, tanpa kompetensi yang cukup, peluang yang banyak muncul tidak akan dapat tertangkap dengan utuh, yang akhirnya diambil oleh pustakawan dari negara lain di ASEAN. Untuk itu pustakawan di Indonesia sudah saatnya membekali diri dengan banyak kemampuan agar sanggup memenuhi permintaan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat ASEAN.

Referensi

Dokumen terkait

Semua pasien yang datang ke rumah sakit akan dilakukan asesmen atau pengkajian yaitu asesmen informasi (yang berisi tentang asesmen medis, riwayat sakit dahulu), asesmen

Melalui perubahan opini dalam masyarakat, pesantren Robbi Rodliyya melakukan strategi perubahan sosial, menurut Rahmat (2000: 43) bahwa perubahan sosial dapat dilakukan dengan

Hasil uji sidik ragam dengan tingkat signifi- kasi 5 % pada berbagai perlakuan terhadap jumlah anakan produktif tanaman padi pada saat panen (pada saat umur 93 hari setelah

Dipilihnya Krato n Yogyakarta se\::aga i lokasi penelitian sesungguhnya l::erangkat dari asums i dasar bahwa sebagai penyangga pilar budaya sekaligus sentral budaya Jawa

Apa PowerPoint itu?” ”  mungkin in yang terlintas   mungkin in yang terlintas dalam benak pikiran kita semua tentang PowerPoint, Microsoft Office PowerPoint dalam

Aktifitas enzim yang bekerja untuk pembebasan fosfat dari Streptomisin-P dihambat oleh fosfat yang dibebaskan tersebut  jika fermentasi dilakukan pada media dengan kandungan

Penaggungjawab teknis adalah orang yang ditugasi untuk menjadi koordinator bidang teknis alat–alat yang dipakai di bawah koordinasi Penanggungjawab Penyelenggaraan

Bank adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis