• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI HASIL DISTILASI UAP RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) A B S T R A K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI HASIL DISTILASI UAP RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe) A B S T R A K"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI HASIL DISTILASI UAP RIMPANG TEMU PUTIH

(Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe)

Valentina Adimurti K.; Maria Inggrid; Harjoto Djojosubroto; Lusiana Silvia

A B S T R A K

Temu putih merupakan salah satu jenis tanaman suku Zingiberaceae yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik minyak atsiri hasil distilasi uap rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe).

Rimpang temu putih yang digunakan adalah rimpang segar dan rimpang yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 40C. Karakteristik minyak atsiri hasil distilasi uap ditentukan dengan menganalisis bobot jenis dan indeks bias. Waktu distilasi uap yang dilakukan adalah 0-6 jam, 6-12 jam dan 12 jam kontinyu. Perolehan minyak atsiri distilasi uap dari 2 kg rimpang temu putih segar adalah 0,18% v/b, sedangkan dari 250 g rimpang kering adalah. 0,13 %v/b (basis segar). Komposisi minyak atsiri hasil distilasi uap selama 0- 6 jam dari rimpang segar dan rimpang kering dapat dikatakan tidak berbeda. Akan tetapi pada distilasi 6-12 jam komponen minyak atsiri dengan titik didih relatif rendah pada rimpang segar lebih rendah. Dari analisis GC-MS menunjukkan bahwa rimpang temu putih segar mengandung 51 komponen dan rimpang temu putih kering mengandung 49 komponen. Iso-velleral merupakan komponen yang paling besar konsentrasinya.

Konsentrasi tersebut tidak dipengaruhi oleh pengeringan.

Kata Kunci : Temu putih (Curcuma zedoaria), distilasi uap, GC-MS, Iso-velleral PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan penduduknya banyak yang telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk pengobatan tradisional. Salah satu jenis tumbuhan yang sudah lama dikenal dan dimanfaatkan sebagai bahan jamu yang berkhasiat berasal dari suku Zingiberaceae. Tanaman suku Zingiberacea mempunyai banyak jenis, diantaranya adalah temu putih (Curcuma zedoaria). Tanaman ini mempunyai nama daerah kunir putih, koneng bodas (Sunda) atau koneng tegal.(1) Rimpang tanaman ini digunakan dalam obat tradisional sebagai tonikum, untuk menghilangkan pembengkakan pada luka, membantu melancarkan sirkulasi dan mengurangi

rasa nyeri selama menstruasi, antijamur serta rheumatik.(2,3) Oleh masyarakat tradisional rimpang temu putih telah lama dikenal sebagai obat yang berkhasiat sebagai pelega perut, dan penawar gigitan ular. (4)

Khasiat tanaman obat ini harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dengan demikian banyak aspek yang perlu diteliti dalam pemanfaatan tanaman rimpang temu putih ini. Rimpang tanaman ini mengandung minyak atsiri dengan komponennya antara lain kamfer, sineol, borneol, -pinen, dan seskuiterpen.(5)

(2)

Gambar 1.

Tanaman Temu Putih (Curcuma zedoaria Roscoe)(6) PERCOBAAN

Prosedur penelitian merupakan langkah kerja yang dilakukan pada penelitian ini yang mencangkup perlakuan pendahuluan, analisis pendahuluan, pemisahan minyak atsiri, analisis sifat fisik minyak atsiri, penentuan komponen dengan kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS).

2.1. Pengumpulan Bahan dan Determinasi

Temu putih yang diperoleh dari Pasar Baru Bandung dilakukan determinasi bahan di herbarium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung. Dilihat bentuk organ tanaman dan dibandingkan dengan herbarium dan data pustaka dipastikan bahwa tanaman ini adalah temu putih dengan nama latin Curcuma zedoaria

(Christm.) Roscoe.

2.2. Penyiapan Bahan

Bahan yang diperoleh dipisahkan dari organ lain selain rimpang dan pengotornya. Setelah dibersihkan, dilakukan perajangan dengan cara memotong atau mengiris hingga dicapai ketebalan antara 4-10 mm. (2)

2.3. Pemisahan Minyak Atsiri

Pemisahan minyak atsiri dilakukan dengan distilasi uap. Dalam percobaan ini, rimpang temu putih yang telah dirajang dimasukkan ke dalam ketel distilasi. Ketel distilasi dipanaskan menggunakan pembakar. Uap yang dihasilkan dari air akan masuk ke dalam bahan sehingga dapat mengambil minyak atsiri yang terdapat dalam bahan. Uap air yang mengandung minyak tersebut akan masuk ke dalam kondensor sehingga dihasilkan kondensat yang terdiri dari air dan minyak atsiri. Waktu distilasi ditunjukkan oleh waktu yang dibutuhkan sehingga volume minyak dalam distilat tidak bertambah lagi.(7)

Kondensor

Penampung distilat

Kompor Ketel

Sumber: dokumen penelitian, 2006

Gambar 2 . Alat Distilasi Uap

Minyak atsiri hasil distilasi kemudian dianalisis karakteristiknya yang meliputi perolehan minyak atsiri, bobot jenis, indeks bias dan penentuan komponen dengan menggunakan alat kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas

(3)

spektrometri massa (GC-MS).

2.4. Analisis Hasil

Analisis yang dilakukan terhadap minyak atsiri hasil distilasi uap meliputi penentuan perolehan minyak atsiri, bobot jenis, pengujian aktivitas antibakteri, penentuan komponen dengan menggunakan kromatografi gas (GC) dan kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS).

Sumber: dokumen penelitian, 2006

Gambar 3.

Alat Kromatografi Gas Spektrometri Massa Shimadzu QP-5050 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perolehan minyak atsiri yang didapat berdasarkan variasi kondisi distilasi uap, yaitu dilakukan pada 0-6 jam, 6-12 jam dan 12 jam secara kontinyu.

Minyak atsiri yang diperoleh secara kontinyu memiliki jumlah minyak yang banyak dibandingkan dengan minyak atsiri yang diperoleh secara terpisah selama enam jam. Karena pada proses distilasi uap secara 12 jam kontinyu, api yang digunakan dilakukan terus menerus, berbeda dengan distilasi uap yang dilakukan pada 0-6 jam yang dilakukan pada hari pertama dan 0-6 jam pada hari kedua.

Berikut merupakan gambar minyak atsiri yang dihasilkan oleh rimpang temu putih hasil distilasi uap selama 0-6 jam, 6-12 jam dan 12 jam kontinyu.

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.

Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih (a) segar ; (b) kering; (c) segar dan

kering kontinnyu

Gambar 5.

Kromatogram GC-MS Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih Segar

Gambar 6.

Kromatogram GC-MS Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih Kering

(4)

senyawa kimia yang meliputi senyawa golongan flavonoid, steroid dan saponin.

2. Perolehan minyak atsiri rimpang temu putih segar dan kering adalah 0,18% v/b dan 0,13% v/b (basis segar).

3. Hasil kromatografi gas menunjukkan proses pengeringan berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi komponen yang terkandung dalam minyak atsiri rimpang temu putih segar dan kering

4. Analisis kromatografi gas spektrometri massa menunjukkan bahwa rimpang temu putih segar terdeteksi 51 komponen dan rimpang temu putih kering terdeteksi 49 komponen. Puncak yang paling tinggi dimungkinkan senyawa iso-velleral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuniar, Y., 2001, Pemeriksaan Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga Val.), Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)., Temu Kunci (Kaempferia pandurata Rox B.), dan Kunir Putih (Kaempferia rotunda L.) Secara Makroskopik, Mikroskopik dan Kromatografi Lapis Tipis, F- MIPA-Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

2. Askadi, 1988, Pemeriksaan Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria Berg. Rosc), F- MIPA- Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

3. Perry, L. M,. 1985, Medicinal Plant of East and South East Asia, The MIT Press, Cambridge, 440.

Komponen-komponen minyak atsiri temu putih yang mungkin ada pada kromatografi gas dapat diidentifikasi berat molekul dan struktur senyawanya dengan menggunakan hasil kromatografi gas spektrometri massa, yaitu dengan melihat puncak-puncak yang mirip. Puncak yang dihitung pada kromatogram GC adalah puncak yang tinggi dan diberi nomor 1 sampai dengan nomor 12.

Tabel. 1.

Data Nama-nama Senyawa Minyak Atsiri berdasarkan GC-MS

No.

Punc ak

Nama Senyawa

Titik Didih

(C)

1 Alpha-pinene 154

2 Camphene 159

3 Beta-pinene 161

4 Beta-terpinyl acetate 177

5 Camphor 204

6 Isoborneol 212

7 Beta-elemen 8 Furanodiene 9 Curzerenone 10 Germacrone 11 Iso-velleral

12 Linderazulene 287 Monoterpen memiliki titik didih lebih rendah daripada monoterpen teroksigenasi. Pada proses pengeringan rimpang temu putih dapat menyebabkan berubahnya komponen dan komposisi pada minyak atsiri. Senyawa-senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan mudah hilang dan kemungkinan dapat terdekomposisi.

KESIMPULAN

1. Rimpang Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe mengandung

(5)

4. Winujaya, L. J., 2000, Pengaruh Ukuran Partikel, Jenis Pelarut dan Aktivitas Antibakteri dari Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria), Jurusan Teknik Kimia, FTI- UNPAR, Bandung.

5. Hegnauer, R., 1963, Chemotaxonomie der Pfla nzen, Band 2, Birkhauser Verlag, Basel, 460.

6. www.pharm1.pharmazie.jpg 7. ---, Curcuma zedoaria oil-

Curcuma zedoaric Roscoe, Pure &

Natural Essential Oils from Nepal.

Natural Resources Industries www.mnsinp.vom/herbs/curcuma_

zedoaria.

BIODATA PENULIS :

Dra. Valentina Adimurti K., M.Si

Adalah dosen biasa Jurusan Kimia, FMIPA, UNJANI,

E-mail : valentina_adimurti@yahoo.com Maria Inggrid, Dra., M.Sc dan Dr.

Harjoto Djojosubroto

Adalah dosen biasa Jurusan Teknik Kimia, UNPAR

Lusiana Silvia,

Adalah mahasiswa Jurusan Kimia, FMIPA, UNJANI

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian berjudul identifikasi komposisi minyak atsiri tanaman berbau tidak sedap menggunakan ekstraksi distilasi uap simultan ini bertujuan untuk mengetahui

Pada pengambilan minyak atsiri dari rimpangjahe merah ( Zingiber officinale Rosc .) menggunakan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dihasilkan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, minyak atsiri kenanga dapat diisolasi menggunakan distilasi uap selama 8 jam dan dihasilkan minyak berwarna kuning muda dan

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc.) DAN UJI AKTIVITAS

Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar, waktu kering, iritasi dan pengujian aktivitas antioksidan menggunakan

Fakultas Vokasi -ITS Pengambilan Minyak Atsiri Dari Biji Ketumbar (corriandrum sativum) Menggunakan Etanol Dengan Metode Estraksi Dan Distilasi dan uap ini kemudian

Hasil produk minyak atsiri daun kemangi (Ocimum Basilicum L,.) yang dihasilkan dari proses distilasi uap langsung pada kondisi suhu 100 o C terbaik ialah pada daun kemangi kering

Oleh karena rimpang temu putih berpotensi sebagai obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan kanker, dan memiliki kandungan utama minyak atsiri, maka perlu