• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TT IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TT IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2019"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

Oleh

ELI SYAHFITRI NIM. 151000046

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

2

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TT IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA JARING

HALUS KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELI SYAHFITRI NIM. 151000046

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)
(4)

4

Telah di uji dan dipertahankan Pada tanggal :

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : dr. Fauzi, S.K.M

Anggota : 1. Dr. Asfriyati, S.K.M, M.Kes 2. dr. Rusmalawaty, M.Kes

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi TT Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2019” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2019

Eli Syahfitri

(6)

6

ABSTRAK

Imunisasi TT merupakan salah satu solusi untuk mencegah terjadinya Tetanus Neonatorum yang terjadi pada bayi maupun pada ibu hamil. Kejadian ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan imunisasi TT di Kecamatan Secanggang sebesar 2,97%. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam tentang pelaksanaan program imunisasi TT ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Secanggang. Informan yang diwawancarai yaitu kepala Puskesmas, penanggungjawab KIA, penanggungjawab imunisasi, penyuntik imunisasi, dan ibu hamil yang mendapatkan TT maupun yang tidak mendapatkan TT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT di Jaring Halus masih sangat rendah, padahal sebagian masyarakat Jaring Halus sudah mendapatkan PKH. Program tersebut bertujuan untuk menunjang peningkatan imunisasi TT, karena untuk mendapatkan dana dari program tersebut harus melakukan imunisasi. Namun hasil capaiannya masih tetap rendah. Petugas kesehatan yang melaksanakan imunisasi TT bersifat pasif, yaitu hanya menunggu ibu hamil bersedia datang untuk melakukan suntik TT. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan imunisasi TT masih jauh dari capaian yang sudah ditetapkan.

Pelayanan kesehatan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Secanggang masih belum sesuai dengan target karena petugas kesehatan di Desa Jaring Halus hanya bersifat pasif. Maka dari itu, diharapkan kepada Puskesmas Secanggang untuk meningkatkan pengawasan, pembinaan, dan peningkatan kualitas petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi TT.

Kata Kunci : Pelaksanaan, Program, Imunisasi Tetanus Toksoid, Ibu Hamil

(7)

ABSTRACT

Tetanus Toxoid immunization is one solution to prevent the occurrence of Tetanus Neonatorum that occurs in infants and pregnant women. This incident can be seen from the low coverage of TT immunization in Secanggang District by 2.97%. The research method used was a descriptive study using a qualitative approach with in-depth interviews about the implementation of the TT immunization program for pregnant women in the work area of the Secanggang Health Center. The informants interviewed were the head of the Puskesmas, the person in charge of MCH, the person in charge of immunization, immunization injection, and pregnant women who received TT or who don’t received TT. The results showed that pregnant women who received TT immunization in Jaring Halus are still very low, even though some people in Jaring Halus have received PKH. The program aims to support increased TT immunization, because to get funds from the program must carry out immunizations. But the results are still low. Health workers who carry out TT immunization are passive, that is, just waiting for pregnant women to come to inject TT. It can be concluded that the implementation of TT immunization is far from the established achievements. The health services of pregnant women in the work area of the Secanggang Health Center are still not in accordance with the target because health workers in Jaring Halus Village are only passive. Therefore, it is expected that Secanggang Health Center can improve supervision, guidance, and improve the quality of health workers in TT immunization services.

Keywords: Implementation, Program, Tetanus Toxoid Immunization, Pregnant Mother

(8)

8

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi TT Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2019”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan pada skripsi ini masih banyak kekurangan dari kesempurnaan penyelesaian skripsi karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun semi kebaikan isi skripsi ini. Penulis menyadari banyak memperoleh bimbingan, kritik dan saran, motivasi, bantuan, serta dukungan moril maupun material dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.

5. Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini, dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

6. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberi kritik dan saran serta pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ini.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

9. Kepala Puskesmas Secanggang dan seluruh staff yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi ini.

10. Teristimewa untuk keluarga tercinta, Ayahanda Ponimin dan Ibunda Satiyem yang tidak pernah putus asa memberikan do’a dan dukungan terbaik untuk penulis. Kepada kedua kakak yang sangat disayangi yaitu Arningsih dan Ririn Hanjayani, serta seluruh keluarga besar. Terimakasih

(10)

10

atas do’a, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan, serta motivasi yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, serta penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian bahasa, penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Oktober 2019 Penulis,

Eli Syahfitri

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Persiapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9

Puskesmas 9

Definisi Puskesmas 9

Tujuan Puskesmas 9

Fungsi Puskesmas 9

Tenaga Kesehatan 11

Pelaksanaan Program Imunisasi 13

Perencanaan 13

Persiapan Petugas 14

Pemberian Pelayanan Imunisasi 15

Pelayanan Imunisasi rutin 15

Pelayanan Imunisasi tambahan 15

Koordinasi 16

Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 17

Definisi Imunisasi TT 17

Tujuan Imunisasi TT 18

Manfaat Imunisasi TT 18

Jumlah dan dosis pemberian Imunisasi TT 19

Jadwal pemberian Imunisasi TT 19

Pelaksanaan Imunisasi TT 20

(12)

12

Efek samping Imunisasi TT 21

Tempat pelayanan 22

Kerangka Pikir 23

Metode Penelitian 25

Jenis Penelitian 25

Lokasi dan Waktu Penelitian 25

Lokasi penelitian 25

Waktu penelitian 25

Informan Penelitian 25

Sumber Data 26

Metode Pengumpulan Data 27

Triangulasi 27

Analisis Data 28

Hasil Penelitian dan Pembahasan 29

Gambaran Umum dan Hasil Penelitian 29

Geografi 29

Karakteristik Informan 32

Analisis Komponen Input 32

Sumber daya manusia (SDM) 32

Pelatihan tenaga kesehatan 34

Pendanaan 35

Analisis Komponen Proses 37

Pelaksanaan 37

Perencanaan dalam pelaksanaan imunisasi 37

Persiapan petugas dalam pelaksanaan imunisasi 38 Hambatan dalam pemberian pelayanan imunisasi 40

Kegiatan mini lokakarya 41

Pelayanan kesehatan ibu hamil 42

Periksa kehamilan ibu hamil setiap bulannya 45

Memberikan asuhan antenatal imunisasi TT 46

Koordinasi 48

Keluaran (Output) 49

Keterbatasan Penelitian 50

Kesimpulan dan Saran 52

Kesimpulan 52

Saran 53

Daftar Pustaka 54

Lampiran

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

Tabel 1 Luas Wilayah Kecamatan Secanggang Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2018

29

Tabel 2 Distribusi Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Tahun 2018

30

Tabel 3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang 2018

31

Tabel 4 Data Tenaga Kesehatan Menurut Pendidikan Puskesmas Secanggang Tahun 2018

31

Tabel 5 Karakteristik Informan 32

(14)

14

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Pikir 23

(15)

Daftar Lampiran

No Judul Halaman

Lampiran 1 Pedoman Wawancara 56

Lampiran 2 Surat Survey Pendahuluan 62

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari FKM USU 63

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat

64

Lampiran 5 Surat Memberi Izin Penelitian di Puskesmas Secanggang

65

Lampiran 6 Surat Balasan Selesai Penelitian dari Puskesmas Secanggang

66

Lampiran 7 Matriks pernyataan informan 67

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian 74

(16)

16

Daftar Istilah

ADS Auto Disable syringe

ANC Antenatal Care

BBLR Berat Badan Lahir Rendah

BCG Bacillus Calmette-Guerin

CT Clostridium Tetani

DPT Difteri, Pertusis, dan Tetanus

IM Intramuskuler

K4 Kunjungan ke 4 selama hamil ke tenaga kesehatan

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

PD31 Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

PKH Program Keluarga Harapan

SC Subkutan

TM Tetanus Maternal

TN Tetanus Neonatorum/Tetanus Neonatal

TT Tetanus Toksoid

UKM Upaya Kesehatan Masyarakat

UKP Upaya Kesehatan Perseorangan

UNICEF United Nations Emergency Children’s Fund

VVM Vaksin Vial Monitor

WHO World Health Organization

WUS Wanita Usia Subur

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Eli Syahfitri yang di lahirkan pada tanggal 17 Juli 1996 di Aceh dan beragama Islam, dengan suku bangsa penulis adalah Jawa. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ponimin dan Ibunda Satiyem.

Pendidikan formal penulis dimulai pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 054918 Desa Selotong tahun 2003-2009, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Secanggang tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Secanggang tahun 2012-2015, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di program studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Oktober 2019

Eli Syahfitri

(18)

18

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam mewujudkan tingkat derajat kesehatan masyarakat, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia masih menjadi masalah besar dalam pembangunan kesehatan. Infeksi, pendarahan, hipertensi kehamilan merupakan penyebab terbanyak kematian ibu. Sedangkan BBLR, pneumonia, diare, dan penyakit infeksi lainnya merupakan penyebab kematian bayi terbanyak, dimana infeksi tersebut kemungkinan terjadinya dapat dicegah dengan imunisasi.

(Kemenkes RI, 2015)

Program imunisasi merupakan program penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia yang diimplementasikan dari pemerintah pusat hingga daerah. Setiap penyelenggaraan program pelayanan kesehatan, penyedia pelayanan kesehatan harus memperhatikan segala aspek kualitas, termasuk dalam hal kualitas pelayanan imunisasi TT (Tetanus Toksoid). Untuk menilai kualitas dari pelayanan kesehatan, maka perlu dilakukan kualitas perbandingan dilapangan dengan standar pelayanan kesehatan.

Program penting disektor kesehatan salah satunya ialah program imunisasi yang bertujuan agar seseorang kebal terhadap suatu penyakit. Agar kebal terhadap penyakit tersebut, dilakukan melalui pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh. Imunisasi TT merupakan salah satu program imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan terjadinya infeksi tetanus melalui proses membangun kekebalan tubuh.

(19)

Vaksin Tetanus Toksoid dapat mencegah terjadinya risiko infeksi TNpada bayi baru lahir dan dapat mencegah terjadinya tetanus pada ibu hamil serta janin dalam kandungannya. Imunisasi TT dapat bermanfaat bagi ibu hamil untuk melindungi bayibaru lahir dari infeksi TN(BKKBN, 2005; Chin, 2000).

Umumnya, infeksi tetanus ini sering terjadi di pedesaan terpencil, karena peralatan persalinan terbatas dan tidak bersih. Infeksi tetanus yang disebabkan oleh Clostridium Tetani dan sering terjadi kepada Neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) ialah Tetanus Neonatorum. BakteriClostridium Tetani tersebut dapat mengeluarkan racun (toksin) yang menyerang sistem saraf pusat (Saifuddin dkk, 2006).

Survey awal pendahuluandengan melihat Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat pada tahun 2018. Dari 23 Kecamatan, Secanggang merupakan kecamatan dengan data cakupan imunisasi TT pada ibu hamil terendah yaitu sebesar2,97%. Kecamatan Secanggang memiliki tiga Puskesmas, yaitu Puskesmas Teluk, Puskesmas Hinai Kiri, dan Puskesmas Secanggang. Puskesmas Secanggangterletak di desa Secanggang yang memiliki cakupan dengan 3 desa,antara lain Secanggang, Selotong, dan Jaring Halus. Desa Jaring Halus memiliki data terendah mengenai cakupan imunisasi TT yaitu sebesar 32,58%.

Kemudian melanjutkan survey langsung di Jaring Halus (Dinkes Kab. Langkat, 2018).

Desa Jaring Halus ialah desa pesisir yang terletakdi daratan yang terpisah oleh perairan (pulau) di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Lokasi desa

(20)

20

Jaring Halus yang berada di tengah pulau ini membuat masyarakat sulitmendapatkan akses pelayanan kesehatan karena petugas medis yang terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan di desa. Akses kendaraan yang harus digunakan adalah boat (perahu) dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih sekitar satu jam dari dermaga desa Batang Buluh.

Penduduk Jaring Halus ada sekitar 700 KK.Tenaga kesehatan yang tersedia ada 3 bidan, salah satu bidan yang bernama Ibu Rosmaniar menetap tinggal di desa Jaring Halus bersama keluarganya di Puskesmas Pembantu (Pustu), sedangkan 2 bidan lainnya bertempat tinggal di luar desa Jaring Halus dan hanya datang disaat pelaksanaan imunisasi saja.

Imunisasi yangdilakukan setiap awal bulan sekali, hanya sedikityang mau ikut serta untuk melakukan imunisasi khususnya ibu-ibu hamil. Namun sekarang karena adanya Program Keluarga Harapan (PKH), setiap keluarga yang memiliki program tersebut memiliki kewajiban agar anak sekolah harus rajin, ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama masa kehamilan ke Puskesmas, melahirkan di fasilitas kesehatan pemerintah, balita harus menerima imunisasi dan rajin ke posyandu, serta harus hadir dalam pertemuan kelompok setiap bulannya.

Program Keluarga Harapan ada sejak tahun 2015, namun program tersebut baru aktif dan banyak masyarakat yang mendapatkan PKH di tahun 2017. PKH merupakan progam pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Sebagai program

(21)

bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasillitas layanan kesehatan dan fasilitas layanan pendidikan.

Adanya program tersebut, sebagian penduduk jaring halus yang pendapatkan PKH harus melakukan kewajiban untuk melakukan layanan kesehatan dan layanan pendidikan sebagai syarat sosial penerima PKH, salah satunya melakukan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun hasil capaiannya masih sedikit.

Sebelum sebagian penduduk Jaring Halus mendapatkanPKH, terdapat satu kasus kesakitan Tetanus Neonatorum (TN) yang terjadi di Jaring Halus pada tahun 2015. Seorang bayi yang masih berusia 10 hari mengalami kejang-kejang serta kaku di seluruh tubuh, dan kesulitan bernafas. Ibu Rosmaniar mengatakan bahwa bayi tersebut terkena infeksi TN, namun masyarakat setempat tidak ada yang percaya tentang infeksi tersebut. Mereka bahkan menganggap bahwa bayi tersebut mengalami “pintasan” atau gangguan makhluk halus. Bukan hal ini saja, masyarakat Jaring Halus yang masih percaya dengan tahayul dan mitos dari orang terdahulu, menjadi suatu budaya bagi sebagian penduduk Jaring Halus.

Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil agar dapat mencegah terjadinya TN dan diberikan sesuai dengan jenis Imunisasi T-nya ibu saat ini. Ibu hamil akan mendapatkan perlindungan dari infeksi tetanus bila minimal memiliki status imunisasi T2, sedangkan ibu hamil tidak perlu lagi diberikan Imunisasi TT bila sudah memiliki status sampai imunisasi T5 (TT Long Life). (Kemenkes RI, 2015).

(22)

22

Melalui World Summit for Childrendi tahun 1990, UNICEF dan WHO telah mengajakuntuk mengeliminasi infeksi TN. Sejak tahun 1974, Indonesia mulai melakukan pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil untuk mengurangi kasus Tetanus Neonatal yang tercatat secara global. Tingginya kasus TN pada saat itu disebabkan oleh kurangnya ketersediaan pelayanan persalinan sehingga melakukan persalinan ke dukun dengan menggunakan bambu yang tidak steril untuk penanganan tali pusat. Masalah lainnya yaitu petugas kesehatan yang masih sedikit, dan akses ke tempat pelayanan sangat sulit, mengakibatkan ibu hamil tidak pernah diberikan imunisasi TT (Depkes RI, 2007-WHO, 2006)

Tetanus Neonatorumdapat berakibat fatal pada bayi, sehingga penting melakukan tindakan pencegahan. Memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan vaksin dan pelayanan ibu hamil terutama pada pertolongan persalinan yang bersih, steril, serta surveilans TN merupakan upaya untuk melakukan peningkatan cakupan imunisasi.Beberapa permasalahan tentang pencapaian target Imunisasi TT salah satunya adalah cakupan Imunisasi TT2 ibu hamil yang lebih rendah dari cakupan K4 (4 kali kunjungan selama hamil ke tenaga kesehatan).

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2012, Provinsi Sumatera Utara memiliki12.985.075 jiwa jumlah penduduk, dengan 6.506.024 jiwa penduduk perempuan. Tahun 2013, cakupan Imunisasi TT memiliki ibu hamil sebanyak 331.834 jiwa untuk TT1 131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Tahun 2014, cakupan Imunisasi TT memiliki jumlah ibu hamil sebanyak 338.258 jiwa untuk TT1 38.689 (11,4%) dan TT2 35.548 (10,5%). Tahun 2015, cakupan Imunisasi TT memiliki jumlah ibu hamil sebanyak 341.251 jiwa untuk TT1 30.780 (9,02%)

(23)

dan TT2 27.334 (8,01%). Tahun 2016, cakupan Imunisasi TT memiliki jumlah ibu hamil sebanyak 343.978 jiwa untuk TT1 14.942 (4,34%) dan TT2 14.030 (4,08%). Pada tahun 2017, cakupan Imunisasi TT memiliki jumlah ibu hamil sebanyak 341.928 jiwa untuk pencapaian Imunisasi TT1 85.098 (25,3%) dan TT2 79.839 (23,3%). (Dinkes Prov. Sumut, 2017).

Pemerintah Indonesia untuk program imunisasi TT telah menetapkan target capaian imunisasi TT sebesar 80%. Tetapi pada kenyataannya, target yang ingin dicapai belum sesuai dengan target nasional yang sudah ditetapkan. Ibu hamil dengan status TT1 sebanyak 23,4%, TT2 sebanyak 21,8%, TT3 sebanyak 9,4%, TT4 sebanyak 7,8%, dan ibu hamil dengan status TT5 sebanyak 8,2%.

(Permenkes RI No.12, 2017).

Jangkauan imunisasi TT bagi ibu hamil masih jauh dari harapan meskipun program telah dilaksanakan. Rendahnya cakupan imunisasi TT yang terjadi saat ini diakibatkan karena masih rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk melakukan imunisasi TT. Terbukti, berdasarkan survey Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat 2018, data sasaran ibu hamil sebesar 23.136 jiwa dengan cakupan imunisasi TT1 di Kabupaten Langkat sebesar 1.332 (5,76%), TT2 1.612 (6,97%), TT3 975 (4,21%), TT4 397 (1,72%), TT5 805 (3,48%). (Dinkes Kab. Langkat, 2018).

Berdasarkan data yang dilihat dan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Secanggang Desa Jaring Halus Kabupaten Langkat, peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan program imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas Secanggang.

(24)

24

Perumusan Masalah

Melaluiuraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu

“Bagaimana Pelaksanaan Program Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2019”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, tujuan penelitiannya yaitu : Tujuan umum.Tujuan umumnya ialah untuk menganalisis pelaksanaan

program imunisasi TT ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2019.

Tujuan khusus.Tujuan khususnya yaitu :

1. Untuk mengetahui komponen input mengenai pelaksanaan program imunisasi TT ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Secanggang Kecamatan Secanggang.

2. Untuk mengetahui komponen proses mengenai pelaksanaan program imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan, manfaat analisis program yang dilaksanakan adalah :

1. Sebagai bahan masukanDinas Kesehatan Kabupaten Langkat dalam peningkatan cakupan program yang menjalankan imunisasi TT ibu hamil.

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Secanggang dalam peningkatan cakupan program yang menjalankan imunisasi TT ibu hamil.

(25)

3. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Desa Jaring Halus dalam memberikan pengetahuan lebih jauh tentang manfaat dari pelaksanaan imunisasi TT ibu hamil.

4. Sebagai bahan masukan penulis untuk memperoleh pengetahuan dan menambah pengalaman yang didapatsecara langsung, serta memberikan bahan informasi dan pengembangan bagi peneliti sejenisnya.

5. Sebagai bahan masukan bagi penulis lain untuk mempermudah mendapatkan informasi dalam menganalisis pelaksanaan program imunisasi TT ibu hamil di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

(26)

26

Tinjauan Pustaka

Puskesmas

Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmasialah salah satupelayanan kesehatantingkat pertama yang memiliki fasilitas dalam pelayanan kesehatan sertamemiliki peran penting dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN).

Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut merupakan tempat pelayananyang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative. (Permenkes RI No.75, 2014).

Puskesmas memiliki fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang melakukan upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan upaya preventive agar mencapai target derajat kesehatan yang tinggi di wilayah kerjanya (Permenkes RI No.75, 2014)

Tujuan Puskesmas. Puskesmas membangun kesehatan yang bertujuan agar masyarakat memiliki derajat kesehatan yang bisa meliputi kesadaran, kemauan serta kemampuan hidup sehat baik individu, keluarga, kelompok, masyarakat, serta dalam lingkungan sehat dapatmewujudkan masyarakat yang bisa memperoleh pelayanan kesehatan bermutu (Permenkes RI No.75, 2014).

Fungsi Puskesmas. Pada Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmasmemiliki fungsiUKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya, antara lain sebagai berikut:

(27)

1. Puskesmas dalam fungsi UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) ialah :

a. Melakukan rencana sesuai dengan analisis pelayanan yang dibutuhkan dan masalah kesehatan masyarakat;

b. Melakukan kebijakan kesehatan sesuai dengan advokasi dan sosialisasi;

c. Melakukan bimbingan teknis dalam upaya kesehatan berbasis masyarakat terhadap sistem pelayanan kesehatan;

d. Meningkatkan kemampuan sumber daya di Puskesmas;

e. Mengawasi jalannya pembangunan supaya berwawasan kesehatan;

f. Melakukan evaluasi terhadap akses dan mutu melalui pencatatan serta pelaporan, terhadap cakupan pelayanan kesehatan; dan

g. Memberikan arahan terhadap dukungan sistem kewaspadaan dini, terkait masalah kesehatan masyarakat dan respon penanggulangan penyakit.

2. Puskesmas dalam UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) ialah:

a. Melakukan penyelenggaraan secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu dalam pelayanan kesehatan dasar;

b. Melakukan orientasi terhadap pelayanan kesehatan padaindividu, keluarga, kelompok, serta masyarakat;

c. Melakukan keamanan serta keselamatan pasien, petugas beserta pengunjung pada pelayanan kesehatan;

d. Melakukan pelayanan kesehatan upaya promotif dan upaya preventif;

e. Melakukan rekam medis dan meningkatkan tenaga kesehatan melalui kompetensi; dan

f. Melakukan koordinasi pembinaan tingkat pertamapelayanan kesehatan.

(28)

28

Tenaga kesehatan. Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mengabdikan diri melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu yang perlu melakukan kewenangan untuk upaya kesehatan ialah tenaga kesehatan (UU No.36, 2014).

Puskesmas memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jumlahnya dihitung melalui ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, pembagian waktu kerja dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja berdasarkan analisis beban kerja di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75, 2014).

Tenaga kesehatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program imunisasi TT adalah Bidan. Bidan ialah salah satu jenis tenaga kesehatan yang memiliki bidang keahlian dan kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan kebidanan. Bidan merupakan seseorang yang sudah mengikuti program pendidikan dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan dan/atau mempunyai izin yang sah untuk melakukan praktik bidan

Menurut Estiwidani, dkk (2008), berdasarkan peran bidan yang dikemukakan diatas maka fungsi bidan memiliki beberapa penjelasan sebagai berikut :

Fungsi Pelaksana.Fungsi bidansebagai pelaksana tentang bagaimana

melakukan bimbingan dan penyuluhan pada masa praperkawinan kepada individu,

(29)

keluarga, serta masyarakat. Menolong persalinan normal serta melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas, menjaga kesehatan ibu dalam masa menyusui dan memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.

Fungsi Pengelola. Fungsi bidansebagai pengelola tentang bagaimana

kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh masyarakat dan kegiatan pelayanan kebidanan sesuai kondisi bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat.

Fungsi Pendidik. Fungsi bidansebagai pendidik tentang memberikan

pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,dan masyarakat tentang keluarga bencana serta lingkungan sehat. Membimbing kader kesehatan sesuai dengan tanggung jawab bidan serta para bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat.

Fungsi Peneliti. Fungsi bidan sebagai peneliti tentang bagaimana

melakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan untuk melakukan penelitian keluarga berencana dan keluarga sehat terkait evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian

Bidan juga memiliki tanggung jawab sangat penting dalam menentukan mutu kinerjanya, sertabutuh mental menjadikan bidan bekerja secara profesional.

Sebagai tenaga profesional, bidan memiliki tanggung jawab dalam memonitor dan mengevaluasi semua hasil pekerjaan yang telah dilakukan, dan selalu berupaya meningkatkan serta menjaga mutu pelayanannya.Bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya tersebut bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

(30)

30

Pelaksanaan Program Imunisasi

Perencanaan. Bagian yang penting dalam program imunisasi ialah perencanaan. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisa situasi, alternatif pemecahan masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana, dan waktu) secara efisien untuk mencapai tujuan program. Perencanaan disusun mulai dari Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

Menentukan Jumlah Sasaran.Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan

dari perencanaan pelaksanaan program. Sumber data untuk keperluan pembinaan diambil kebijaksanaan untuk menggunakan data dari sumber resmi, seperti angka jumlah penduduk, pertambahan penduduk serta angka kelahiran yang diperoleh dari hasil sensus penduduk. Untuk selanjutnya pengelola program imunisasi melakukan proyeksi untuk mendapatkan jumlah penduduk dan sasaran imunisasi sampai ke tingkat desa.

Menentukan Target Cakupan.Penentuan target merupakan bagian yang

penting dari perencanaan karena target dipakai sebagai salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi. Untuk mengurangi faktor subjektivitas diperlukan analisis situasi yang cermat. Analisa situasi dapat menghitung target pemecahan masalah yang besar daya ungkitnya, serta mungkin akan dilaksanakan di tahun yang akan datang.

Perencanaan Kebutuhan Vaksin.Pada dasarnya perhitungan kebutuhan

jumlah dosis vaksin berasal dari unit pelayanan imunisasi. Perhitungan dapat berdasarkan jumlah sasaran imunisasi, target cakupan untuk setiap jenis imunisasi, indeks pemakaian vaksin tahun lalu.

(31)

Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain(Rantai Vaksin).Semua

pihak yang terlibat dalam pengelolaan vaksin harus memantau kemasan vaksin untuk menjaga kualitas vaksin. Selanjutnya yang diperhatikan adalah sistem rantai vaksin (cold chain). Sarana cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam merencanakan pengadaan suatu jenis sarana, uji coba di lapangan perlu dilakukan untuk mengetahui berapa besar kelebihan yang dimiliki serta toleransi program terhadap kekurangannya.

Persiapan Petugas. Persiapan petugas melakukan kegiatan seperti :

Inventarisasi Sasaran. Kegiatan ini dilakukan di tingkat Puskesmas dengan

catatan :

a. Daftar bayi, ibu hamil/WUS dilakukan Kader, petugas KB, Bidan di desa.

b. Daftar murid sekolah tingkat dasar melalui kegiatan UKS.

c. Daftar calon pengantin di seluruh wilayah kerja Puskesmas.

d. Daftar murid Sekolah Menengah Umum/Aliyah yang bersangkutan.

e. Daftar WUS di tempat kerja/Pabrik.

Persiapan Vaksin dan Peralatan Rantai Vaksin. Sebelum melakukan

imunisasi, petugas kesehatan harus mempersiapkan vaksin yang akan dibawa.

Jumlah vaksin yang dibawa dihitung berdasarkan jumlah sasaran yang akan diimunisasi dibagi dengan dosis efektif vaksin pervial/ampul. Selain itu, juga harus mempersiapkan peralatan rantai dingin yang akan dipergunakan di lapangan, seperti termos dan kotak dingin cair.

(32)

32

Persiapan ADS (Auto Disable Syringe) dan Safety Box.Petugas harus

mempersiapkan ADS dan safety box untuk dibawa ke lapangan. Jumlah ADS dan safety box yang akan dibawa disesuaikan dengan jumlah ADS yang akan dipergunakan dan kapasitas safety box yang tersedia.

Pemberian Pelayanan Imunisasi. Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan tambahan.

Pelayanan Imunisasi Rutin.Pelayanan imunisasi rutin dapat dilaksanakan

di beberapa tempat, yaitu :

a) Pelayanan imunisasi di komponen statis.

b) Pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh swasta seperti Rumah Sakit Swasta, Dokter Praktik, dan Bidan Praktik.

c) Pelayanan imunisasi di lapangan antara lain di sekolah, Posyandu, dan kunjungan rumah. Di Sekolah Dasar harus dijadwalkan bersama dengan pihak sekolah dan pelaksanaannya dilakukan selama jam sekolah.

d) Pelayanan imunisasi di Posyandu diatur mengikuti sistem pelayanan lima meja. Selama pemberian imunisasi penyuluhan perorangan diberikan, catatan imunisasi dilakukan setelah pelayanan baik di KMS maupun di buku catatan hasil imunisasi bayi dan ibu (buku merah dan kuning)

e) Kunjungan rumah dilakukan untuk pemberian imunisasi HB (0-7 hari) yang lahir di rumah.

Pelayanan Imunisasi Tambahan.Pelayanan imunisasi tambahanhanya

dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan, atau evaluasi.

Meskipun beberapa diantaranya telah memiliki langkah yang baku, namun karena

(33)

ditujukan untuk mengatasi masalah tertentu maka tidak dapat diterapkan secara rutin. (Depkes RI, 2004)

Koordinasi. Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan fungsi koordinasi dengan baik. Ada dua fungsi koordinasi, yaitu :

Kerjasama Lintas Program.Pada semua tingkat administrasi, pengelola

program imunisasi diharapkan mengadakan kerjasama dengan program lain di bidang kesehatan. Bentuk kerjasamanya yaitu :

a. Keterpaduan KIA – Imunisasi b. Keterpaduan Imunisasi – Surveilans c. Keterpaduan KB – Kesehatan d. Keterpaduan UKS – Imunisasi

Kerjasama Lintas Sektoral.Pada setiap tingkat administrasi, pengelola

program imunisasi harus mengisi kegiatan untuk membina kerjasama lintas sectoral yang telah terbentu, yaitu :

a. Kerjasama imunisasi – Departemen Agama b. Kerjasama imunisasi – Departemen Dalam Negeri c. Kerjasama imunisasi – Departemen Pendidikan Nasional d. Kerjasama imunisasi – organisasi

e. Bentuk lain dari koordinasi lintas sectoral adalah peran bantu PKK, LSM.

f. Badan International seperti WHO, UNICEF, GAVI, AuSAID, PATH, JICA, USAID, CIDA.

(34)

34

Imunisasi Tetanus Toksoid

Definisi Tetanus Toksoid. Imunisasi TT adalah upaya pencegahan infeksi Tetanus Neonatorum (TN) melalui proses peningkatan daya tahan tubuh ibu hamil, sehingga ibu akan mentransfer antioksin tetanus tersebut melalui plasenta untuk melindungi bayi yang akan dilahirkan.

Perlindungan terbaik untuk melawan infeksi tetanus adalah Imunisasi TT.

Oleh karena itu, imunisasi TT penting untuk ibu hamil dan harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Ibu hamil sebelum melahirkan harus menentukan tempat persalinan yang steril serta tenaga kesehatan yang terampil untuk mencegah TN. Selain itu, bisa menjaga tali pusar bayi tetap bersih dan kering setelah lahir hingga lepas (Indrayani, 2011).

Tetanus dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan kondisi persalinan tidak steril atau ibunya tidak mendapat vaksinasi tetanus. Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir ini disebut Tetanus Neonatal. Upaya pencegahan tetanus ini penting karena infeksi tetanus dapat memengaruhi sistem saraf dan bisa berakibat fatal jika tidak diobati.

Berdasarkan laporan WHO tahun 2006 yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, saat ini tetanus masih menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian dan kesakitan akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding dengan negara maju (Depkes RI, 2007-WHO, 2006).

Penyebab kematian Tetanus Maternal (TM) dan Tetanus Neonatal (TN) yang paling sering terjadi adalah akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang

(35)

tidak bersih. TM adalah tetanus yang terjadi pada kehamilan dan dalam keadaan 6 minggu setelah melahirkan, sedangkan TN adalah tetanus yang terjadi pada bayi berusia 3 hari sampai 28 hari setelah lahir.

Imunisasi TT diberikan kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya agar kebal terhadap tetanus. Wanita yang berusia 15-49 tahun menjadi sasaran imunisasi TT untuk Wanita Usia Suburyang terdiri dari ibu hamil dan tidak hamil.

Apabila dosis imunisasi TT yang diberikan sebanyak 5 dosis pada wanita usia subur, akan mendapatkan sistem kekebalan hingga seumur hidup (Mandriwati, 2011).

Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian imunisasi TT bertujuan untuk menghindari terjadinya infeksi tetanus pada ibu saat hamil, bersalin, dan nifas, serta untuk melindungi bayi yang baru lahir dari infeksi TN, akibat proses persalinan dan pemotongan tali pusar yang tidak steril. Memberikan kekebalan pasif tetanus ini kepada ibu hamil, karena melalui proses vaksinasi tersebut dapat membantu bayi yang baru lahir untuk menghindari infeksi tetanus meskipun hanya beberapa minggu.

Manfaat Imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi TT dapat bermanfaat pada bayi yang baru lahir untuk melindunginya dari infeksi TN dan bermanfaat pada ibu hamil untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya infeksi tetanus apabila terluka pada saat persalinan. Sedangkan untuk Negara bermanfaat untuk memperbaiki tingkat derajat kesehatan untuk mencapai salah satu tujuan dari

(36)

36

program imunisasi yang dilaksanakan secara nasional, yaitu mengeliminasi TM dan TN (Depkes RI, 2004).

Jumlah dan Dosis Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid. Apabila di kehamilan sebelumnya ibu hamil sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali, maka pemberian imunisasi TT selanjutnya hanya diberikan 1 kali saja pada lengan bagian atas atau pada otot paha dengan dosis 0,5 cc. Namun jika ibu hamil yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT, maka imunisasi TT perlu diberikan sebanyak 2 kali sejak kunjungan pertama dengan jarak pemberian TT1 dan TT2 minimal 4 minggu atau kehamilan sudah berusia 7 bulan dan 8 bulan (Fauziah dan Sutejo, 2012).

Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi TT diberikan kepada ibu hamil sebanyak 2 kali, karena jarak pemberian diantara keduanya sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Kadar antibodi tetanus akan semakin tinggi apabila pemberian imunisasi TT pertama dan kedua semakin lama intervalnya dengan kelahiran bayi, akibatnya interval yang lama tersebut akan butuh waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu ke tubuh bayinya sehingga mempertinggi respon imunologik (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Lama masa perlindungan dan interval Imunisasi TT, sebagai berikut : a. Setelah melakukan TT1, interval TT2 minimal 4 minggu dengan waktu

perlindungan selama 3 tahun.

b. Setelah melakukan TT2, interval TT3 minimal 6 bulan dengan waktu perlindungan selama 5 tahun.

(37)

c. Setelah melakukan TT3, interval TT4 minimal 1 tahun dengan waktu perlindungan selama 10 tahun.

d. Setelah melakukan TT4, interval TT5 minimal 1 tahun dengan waktu perlindungan selama 25 tahun.

Pelaksanaan Imunisasi TT

1) Memberikan vaksin yang aman dan tepat.

a. Sebelum imunisasi dilakukan, periksa label dan pelarut vaksin, periksa VVM (Vaksin Vial Monitor) dan tanggal kadaluarsa.

b. Vaksin dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan agar suspensi menjadi homogen. Terdapat 2 dosis primer yang disuntikkan secara Intramuskuler atau Subkutan, ini merupakan pencegahan TN yang dilakukan dengan memberikan dosis sebanyak 0,5 cc dengan masa interval minimal 4 minggu.

c. Pencampuran vaksin dan pelarut :

(1) Baca label pada ampul/pelarut (pastikan dikirim oleh pabrik yang sama);

(2) Goyang ampul vaksin dan pastikan semua bubuk ada pada dasar ampul;

(3) Buka vial/ampul vaksin dan pastikan pelarut tidak retak;

(4) Buka ampul kaca, lalu sedot pelarut ke dalam semprit pencampur, kemudian gunakan ADS untuk mencampur vaksin dengan pelarut tersebut.

2) Menggunakan ADS (Auto Disable Syringe)

ADS merupakan alat suntik secara otomatis akan rusak apabila digunakan satu kali dan tidak bisa digunakan lagi. Suntikan diberikan pada lengan atas dengan dosis 0,5 cc secara Intramuskuler (IM) atau Subkutan (SC).

Cara menggunakan ADS adalah :

(38)

38

a) Daerah penyuntikan dibersihkan dengan kapas basah.

b) Pegang tabung (barrel) semprit antara ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.

c) Suntikan jarum secara pelan-pelan.

d) Gunakan ibu jari untuk menekan alat penyedot tanpa memutar semprit.

e) Tarik jarum dengan cepat dan hati-hati (lebih sakit jika menarik dengan pelan).

f) Jangan menggosok di daerah suntikan diberikan (Permenkes RI No.12, 2017).

Adapun cara pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah : a) Mintalah sasaran (ibu hamil) untuk duduk.

b) Perintahkan agar menurunkan bahunya dan tangan kiri belakang punggung.

c) Letakkan jemari anda pada bagian luar lengan atas.

d) Gunakan tangan kiri anda untuk menekan ke bagian otot lengan atas.

e) Tekan jarum ke bawah kulit diantara jari-jari anda dan masukan ke dalam otot.

f) Tekan alat penyedot (plunger) dengan ibu jari anda untuk menyuntikan vaksin.

Tarik jarum dengan cepat dan hati-hati dan mintalah sasaran (ibu hamil) untuk menekan tempat suntikan secara hati-hati dengan kain kapas jika terjadi perdarahan (Permenkes RI No.12, 2017).

Efek Samping Imunisasi TT

1. Efek Samping Mendapatkan Imunisasi TT

a. Biasanya di tempat bekas suntikan terjadi pembengkakan ringan seperti nyeri dan kemerahan. Bila hal ini terjadi, tidak perlu melakukan tindakan yang berlebihan, karena ini akan sembuh sendiri dan berlangsung selama 1-2 hari.

(39)

b. ImunisasiTT adalah antigen yang sangat aman untuk ibu hamil dan tidak berbahaya bagi janin. Ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi tidak ada perbedaan mengenai resiko cacat bawaan ataupun abortus (Depkes RI, 2008).

2. Efek Samping Tidak Mendapatkan Imunisasi TT

Dampak jika tidak mendapatkan imunisasi TT, dalam jangka pendek ibu hamil bisa terkena infeksi waktu persalinan bahkan setelah melahirkan dan dalam jangka panjang bisa menyebabkan kematian. Sedangkan dampak pada bayi, toksin clostridium tetani akan menyebabkan kekakuan pada otot mulut dan badan menjadi kejang kaku, bahkan tetanus ini dapat menyebabkan kematian.

Suntik imunisasi TT memang biasanya dilakukan pada trimester awal kehamilan, gunanya agar bayi baru lahir dapat terhindar dari TN. Tetanus ini sebenarnya sudah semakin sedikit karena cakupan imunisasi yang baik, semakin berkembangnya teknologi sterilisasi alat medis dan juga persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan. Tetanus biasanya menular pada ibu/bayi dari peralatan yang tidak steril, contohnya menggunakan bambu untuk memotong tali pusat. Dahulu TN ini banyak terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh petugas non medis, misalnya dukun beranak di lingkungan yang kurang bersih.

Tempat Pelayanan

Menurut Depkes RI (2007), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT dapat dilakukan di tempat pelayanan, seperti :

1. Puskesmas,

(40)

40

2. Rumah sakit, 3. Rumah bersalin, 4. Posyandu, dan 5. Rumah sakit swasta.

Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka pikir

Pelayanan imunisasi TT meliputi kegiatan-kegiatan berikut :

1. Masukkan (input) adalah segala kebutuhan yang dimasukkan dalam pelaksanaan imunisasi TT sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik, meliputi :

a. Dana (money) adalah materi dalam bentuk uang yang dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan imunisasi TT.

b. Sumber daya manusia (man) adalah tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan bidang kesehatan, seperti dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, perawat, dan bidan yang mendukung dalam pelaksaan imunisasi TT.

Output :

Hasil Capaian Imunisasi Tetanus Toksoid Proses :

Rangkaian Pelaksanaan Program Imunisasi TT 1. Perencanaan

2. Persiapan Petugas 3. Pemberian

Pelayanan Imunisasi 4. Koordinasi

Input :

1. Dana (Money) 2. Sumber Daya

Manusia (Man) 3. Sarana dan

Prasarana (Material)

(41)

c. Sarana prasarana (material) termasuk pelaksanaan imunisasi, persediaan ADS, vaksin perlengkapan yang mendukung dalam pelaksanaan imunisasi.

2. Proses (process) adalah serangkaian kegiatan pelaksanaan imunisasi TT yang dilakukan oleh petugas atau tenaga kesehatan Puskesmas yang berfokus kepada pelaksanaan imunisasi.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu pelaksanaan imunisasi yang meliputi penerapan proses dalam pelaksanaan imunisasi TT di Puskesmas.

(42)

42

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif melalui pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan mendalam tentang permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai pelaksanaan program imunisasi TT ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2019. Penelitian kualitatif dapat menjadi metode yang efisien untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk melihat pelaksaan imunisasi TT.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Dengan pertimbangan berdasarkan data yang didapatkan dari Profil Kesehatan Kabupaten Langkat, Kecamatan Secanggang memiliki angka pencapaian yang paling rendah dibandingkan Kecamatan lainnya di Kabupaten Langkat dengan persentase sebesar 2,97%.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2018 yang diawali dengan survei pendahuluan sampai dengan proses penelitian hingga selesai.

Informan penelitian

Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposif, yaitu pengambilan informan secara sengaja sesuai dengan persyaratan

(43)

yang diperlukan dengan memilih informan yang mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian pelaksanaan, yaitu terdiri dari :

1. Kepala Puskesmas Secanggang Kabupaten Langkat.

2. Kepala bagian KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Secanggang Kabupaten Langkat.

3. Penanggung jawab Program Imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas.

4. Bidan yang melakukan suntik Imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

5. Ibu hamil yang melakukan Imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

6. Ibu hamil yang tidak melakukan imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif dari sumber primer dan sumber sekunder.

Data primer. Data primer adalah sumber data secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang peneliti lakukan.

Data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengelolaan lebih lanjut data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Peneliti juga menggunakan data sekunder hasil studi pustaka.

(44)

44

Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara (interview)

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Dalam menggunakan metode ini peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal yang ingin diketahui yaitu analisis pelaksanaan program imunisasi TT.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan salah satu proses untuk melihat, mengamati, dan mencermati perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi yang dilakukan untuk penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program imunisasi TT di Puskesmas Secanggang.

3. Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga dapat diperoleh melalui dokumentasi. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Adapun metode dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa berbentuk gambar atau tulisan terhadap pelaksanaan program imunisasi TT di Puskesmas Secanggang.

Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

(45)

pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Analisis data

Data penelitian kualitatif keabsahan data merupakan konsep penting.Analisa data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestikan untuk mempermudah dalam melihat data secara sistematis.

(46)

46

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum dan Hasil Penelitian

Geografi. Kecamatan Secanggang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat dengan luas wilayah sekitar 231,19 km² atau sekitar 3,69%

dari luas wilayah Kabupaten Langkat (6.263,29 km²). Secara otomatis, Kecamatan Secanggang terletak pada 03º46´17˝ LU - 03º57´30˝ LU dan antara 98º27´45˝ BT - 98º39´40˝ BT. Kecamatan Secanggang memiliki 16 desa dan 1 kelurahan serta secara geografis, Kecamatan Secanggang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Selat Malaka Sebelah Selatan : Kecamatan Stabat Sebelah Barat : Kecamatan Hinai

Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Tabel 1

Luas Wilayah Kecamatan Secanggang Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2018

Desa/Kelurahan

No Desa Kelurahan Luas (Km²) Rasio total

Luas Kec (%)

1. Kepala Sungai - 9,46 4,09

2. Perkotaan - 8,60 3,72

3. Teluk - 9,40 4,07

4. Cinta Raja - 17,88 7,73

5. Telaga Jernih - 12,95 5,60

6. Karang Gading - 10,08 4,36

7. Kuala Besar - 17,35 7,50

8. Selotong - 46,17 19,97

9. Secanggang - 12,51 5,41

(47)

10. Tanjung Ibus - 24,91 10,77

11. Kebun Kelapa - 7,05 3,05

12. Sungai Ular - 10,79 4,67

13. Jaring Halus - 10,69 4,62

14. Karang Anyar - 6,94 3,00

15. Pantai Gading - 17,35 7,50

16. Suka Mulia - 4,81 2,08

17. - Hinai Kiri 4,25 1,84

Jumlah 231,19 100,00

Sumber : Kecamatan Secanggang dalam Angka 2018

Kecamatan Secanggang memiiki 3 Puskesmas, yaitu di Desa Teluk, Hinai Kiri, dan Secanggang. Puskesmas Secanggang terletak tepat di Desa Secanggang dengan memiliki luas wilayah kerja sekitar ±60,67 km². Secara administrasi, Puskesmas Secanggang terdiri dari 3 desa yaitu : Selotong, Secanggang, dan Jaring Halus.

Tabel 2.

Distribusi Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang Tahun 2018.

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK

1. Selotong 4.599 1.302

2. Secanggang 6.383 1.621

3. Jaring Halus 3.101 704

Jumlah 14.083 3.627

Sumber : Profil Puskesmas Secanggang 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa wilayah kerja Puskesmas Secanggang mempunyai jumlah penduduk yang paling banyak yaitu Desa Secanggang sebanyak 6.383 penduduk atau sekitar 45,32%. Sedangkan Jaring Halus memiliki jumlah penduduk paling rendah dibandingkan dengan desa lain yaitu sebanyak 3.101 penduduk atau sekitar 22,02%.

(48)

48

Tabel 3

Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Secanggang 2018

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah laki-laki dan perempuan

Rasio total (%)

1. 0 – 4 425 465 890 6,32

2. 5 – 14 1.159 1.158 2.317 16,46

3. 15 – 44 3.567 3.352 6.919 49,13

4. 45 – 64 1.560 1.560 3.120 22,15

5. >65 398 439 837 5,94

Jumlah 7.109 6.974 14.083 100

Sumber : Profil Puskesmas Secanggang tahun 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi penduduk berdasarkan golongan umur menunjukkan golongan umur yang lebih besar berada pada umur 15-44 tahun, yaitu sebanyak 6.919 jiwa atau sekitar 49,13%.

Tabel 4

Data Tenaga Kesehatan Menurut Pendidikan Puskesmas Secanggang Tahun 2018

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 5

2. Dokter Gigi 2

3. Bidan dan D3 Bidan 8

4. Perawat 8

5. D3 Farmasi dan Asisten Apoteker 2

6. D1 dan D3 Gizi 1

7. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1

Sumber : Profil Puskesmas Secanggang 2018

Wilayah kerja Puskesmas Secanggang memiliki tenaga kesehatan yang terdiri dari staff administrasi dengan jumlah 27 orang yang bekerja dalam upaya peningkatan derajat kesehatan di wilayah Puskesmas Secanggang.

(49)

Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari satu informan Kepala Puskesmas Secanggang, satu informan Bidan Puskesmas Secanggang di bidang KIA, satu informan kepada Bidan yang bertanggung jawab imunisasi, satu informan kepada bidan yang melakukan suntik imunisasi TT, dua informan masyarakat (ibu hamil). Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Karakteristik Informan

No Informan Jenis

Kelamin

Pendidikan Umur Jabatan 1. Emserodes Karo-

Karo

Laki-Laki S1 Kedokteran

44 Kepala Puskesmas 2. Siti Aisyah Rao Perempuan D3/Kebidanan 51 Kepala bagian KIA 3. Rosmaniar Perempuan D3/Kebidanan 47 Bidan penanggung

jawab imunisasi 4. Hiswani Perempuan D3/Kebidanan 35 Bidan yang

melakukan suntik imunisasi TT

5. Ratnasari Perempuan SD 29 Ibu hamil yang

imunisasi TT

6. Nurlela Perempuan SMP 25 Ibu hamil yang

tidak imunisasi TT Sumber : Profil Puskesmas Secanggang 2018

Analisis Komponen Input

Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Puskesmas Nomor 75 Tahun 2014 menjelaskan bahwa terdapat dua jenis tenaga kesehatan dan non kesehatan. Mengenai jenis tenaga kesehatan salah satunya adalah pada program KIA untuk kegiatan

(50)

50

imunisasi di lapangan yang ditanggungjawabi oleh bidan desa dimasing-masing tempat Posyandu.

Keberhasilan untuk kegiatan imunisasi sendiri dapat dilihat dari jumlah SDM dan sarana prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas. Pada Puskesmas Secanggang baik sumber daya maupun sarana dan prasarana sudah memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan khususnya untuk imunisasi TT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pernyataan informan diperoleh informasi mengenai sumber daya dan sarana prasarana terkait pelaksanaan imunisasi TT di Puskesmas Secanggang, berikut kutipan wawancaranya :

“Kalau sumber daya di Puskesmas ini dibagian kesehatan sudah lengkap. Di lapangan kita juga sudah ada Kader. Dan untuk sarana prasarananya, yang dilihat penyimpanan vaksin harus bagus kan, harus 2ºC-8ºC. Karena kalau penyimpanannya gak bagus, nanti disuntikkan ke badan mereka kan sama aja, kayak menyuntikkan aqua, gak ada gunanya. Cakupan banyak tapi kualitas gak ada. Kita harus jaga, cakupan bagus kualitas juga bagus. Penyimpanan vaksin harus segitu, di bawa dari Puskesmas pakai termos, sampai disana pun yang dibawa suhu harus tetap segitu juga. Sebelum di bawa pun, ada uji tes sakit, dilihat masa expayet, di lihat VPN nya masih bagus atau tidak, itu harus di cek semua. Dari mulai mau berangkat, apa yang dibawa dipersiapkan bagus-bagus, berapa orang yang mau disuntik kita bawa secukupnya. Jangan nanti 20 orang yang mau disuntik, yang dibawa 20 vial. Karena 1 vial saja bisa untuk 9 sampai 10 orang. Berarti bawa 2 vial saja sudah cukup. Mungkin bisa di bawa 3 vial, yang 1 nya untuk stok”. (Informan 1)

“Kalau kelengkapan imunisasi TT, bidan desanya itu selalu bawa termos untuk imunisasi, diambil dari Puskesmas baru dibawa langsung ke Posyandu. Apalagi wilayah terjauh kita berada di Jaring Halus kan. Untuk sumber dayanya udah lengkap juga. Karena Kader ada 2 dan bidannya ada 2 juga. Setiap Posyandu Kader ada 2, bidan juga 2”. (Informan 2)

“Kalo disini sarananya udah lengkap. Apalagi untuk penyimpanan vaksin, karena kan penyimpanan suhu untuk vaksin kan gak bisa sembarangan. Jadi ya harus dijaga dengan betul supaya gak salah dalam penjagaan suhu”. (Informan 3)

(51)

“Sarana dan prasarana disini memang gak selengkap di Puskesmas.

Tapi untuk kelengkapan dan keperluan untuk imunisasi TT diusahain udah lengkap semua disini”. (Informan 4)

Hasil wawancara diatas yaitu bahwa sumber daya dan sarana prasarana untuk kegiatan atau pelaksanaan imunisasi sudah mencukupi. Sumber daya manusia (SDM) untuk kegiatan imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas Desa Jaring Halus hanya memiliki 1 orang sebagai penanggung jawab imunisasi serta yang menyuntik bukan dari bagian Puskesmas Secanggang melainkan hanya Tenaga Kerja Sukarelawan. Sedangkan untuk sarana dan prasarananya, sudah memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan khususnya untuk pelaksanaan imunisasi TT.

Sumber daya memiliki pengaruh kuat dalam pencapaian keberhasilan atau target dalam pemberian imunisasi TT. Pada Puskesmas Secanggang baik sumber daya maupun sarana dan prasarana sudah memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan khususnya untuk imunisasi TT.

Pelatihan tenaga kesehatan. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan praktik bidan, tentunya bidan yang bersangkutan harus memiliki izin, yaitu Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) untuk bidan yang menjalankan praktiknya secara mandiri atau Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

Dalam menjalankan seluruh kegiatan atau program kesehatan yang ada di Puskesmas, petugas yang diberikan tanggungjawab terhadap program tersebut wajib sudah mengikuti atau mendapatkan pelatihan. Berdasarkan pernyataan

(52)

52

informan diperoleh informasi mengenai pelatihan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas sebagai berikut :

“Sudah berapa kali lah itu, sudah sering juga. Kalau namanya pelatihan imunisasi, sering. Baru-baru ini juga ada pelatihan hepatitis. Buk Aisyah juga salah satu yang sering ikut pelatihan”.

(Informan 1)

“Kalau pelatihan khusus untuk imunisasi TT sendiri sih belum ada”.

(Informan 2)

“Kalo kami gak ada pelatihan lagi. Gak ada yang namanya pelatihan bidan. Karena kan kami memang udah mempelajari itu semua. Paling kalo pelatihan gitu, ya untuk kader, pelatihan kader. Untuk pelatihan kader ada”. (Informan 3)

“Kalo pelatihan sebelum menjalankan imunisasi, aku sih gak dapet.

Soalnya kan kalo aku disini ibarat TKS (Tenaga Kerja Sukarelawan) gitu. Jadi kayak bantu-bantu buk Ros aja”. (Informan 4)

Berdasarkan wawancara dari narasumber diatas bahwa yang mendapatkan pelatihan imunisasi TT belum ada. Untuk pelaksana Posyandu khusus di Jaring Halus sebagai penanggung jawab imunisasi, tidak mendapat pelatihan karena berlatar belakang pendidikan kebidanan yang sudah mengerti sebelumnya.

Pendanaan. Dana untuk melengkapi segala yang dibutuhkan dalam program imunisasi TT di wilayah kerja Puskesmas Secanggang dari BOK mencukupi dalam pelaksanaan program upaya kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil di tiga desa yaitu Selotong, Secanggang, dan Jaring Halus yang masuk kedalam wilayah kerja Puskesmas Secanggang.Ini dibuktikan dengan kegiatan promosi ataupun penyuluhan yang diadakan di kelas ibu hamil dan Posyandu hanya dilakukan satu kali setiap bulan dan tidak merata ke semua RT yang ada di wilayah kerja Puskesmas dikarenakan kurangnya tenaga dan jarak antar kelurahan yang sangat jauh sehingga membutuhkan biaya. Apalagi dari tiga desa tersebut,

(53)

jarak terjauh untuk ke Puskesmas Secanggang merupakan desa Jaring Halus, yang desa tersebut berada di pesisir dan untuk ke Puskesmasnya harus menggunakan boat (perahu) untuk menyeberang dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan pernyataan informan diperoleh informasi mengenai dana yang didapat untuk kegiatan imunisasi :

“Dana kebutuhan untuk Puskesmas ini kami dapat dari Dinas Langsung. Untuk biaya secara rincinya tidak terlalu paham”.

(Informan 1)

“Langsung ke Dinas Kesehatan untuk mengambil vaksin TT. Tapi kalo seperti biaya anggaran, tidak ada. Tidak berupa dana anggaran”. (Informan 2)

“Kalo dana, kami dapet dari dana desa. Pokoknya setiap tahun itudari semua jumlah dana desa misalnya ada 1 milyar, itu kami dapet sekian % untuk Posyandu sendiri”. (Informan 3)

“aku kurang tau secara jelas mengenai alur pembiayaan untuk kebutuhan program imunisasi TT saat ini. Tapi setauku semua dana yang digunakan berasal dari dana desa”. (Informan 4)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, tidak dijelaskan secara rinci mengenai pembiayaan yang dibutuhkan untuk melakukan imunisasi TT. Namun dari penjelasan informan 3 dan informan 4 sebagai tenaga kesehatan yang berada langsung di Jaring halus mengatakan bahwa dana keseluruhan kegiatan Posyandu

(54)

54

salah satunya imunisasi TT didapatkan dari dana desa.Kemudian dilihat melalui spanduk yang tertera di setiap Posyandu, dana imunisasi yang berasal dari Dana Desa berjumlah Rp1.750.000,00 untuk setiap Posyandu, namun untuk kegiatan imunisasi TT hanya diberikan berupa vaksin TT, tidak berupa dana.

Analisis Komponen Proses

Pelaksanaan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi pasal 22 ayat (1), pelaksanaan untuk pelayanan imunisasi wajib bagi bayi dan balita yang dilaksanakan secara massal dan harus direncanakan oleh Puskesmas secara berkala dan berkesinambungan.

Sementara pada ayat (2) bahwa perencanaan meliputi jadwal pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan pelaksana pelayanan imunisasi.

Perencanaan dalam pelaksanaan imunisasi TT. Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari perencanaan kegiatan imunisasi. Perencanaan dilakukan sebelum terlaksananya kegiatan imunisasi di lapangan. Perencanaan teknis yang meliputi perencanaan jumlah sasaran, jumlah logistik, dan pendanaan.

Perencanaan imunisasi merupakan unsur manajemen yang penting dalam pengelolaan program imunisasi. Kebutuhan untuk pelayanan imunisasi pada dasarnya harus berasal dari unit Puskesmas dengan dasar besaran jumlah sasaran tiap jenis pelayanan imunisasi untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, atau tidak sesuai sengan situasi riil di lapangan. Berdasarkan pernyataan informan diperoleh informasi mengenai perencanaan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Pada akhirnya media pembelajaran Fisika berbasis web ini akan diaplikasikan pada siswa Sekolah Menengah Atas untuk menjadi media penghubung antara guru dengan siswa yang dalam hal

The SCANSITES 3D ® is based on the combination of the SCANSITES ® method, an advanced tool which provides numeric defect inspection of large structures, a new wide ranged

PESERTA UJIAN WAJIB MAMAKAI PAKAIAN PUTIH - HITAM DAN MEMAKAI JAS ALMAMATER 2.. BAGI MAHASISWA PUTERI BAWAHAN HARUS MENGGUNAKAN ROK

Hartika, Ruri Zain., Sumaryati., 2016, Perancangan Sistem Buka Tutup Pintu Air Otomatis Dimuara /Waduk Menggunakan Sensor Infra Red Dan Photo.. Dioda Dengan Tampilan Lcd

Untuk mendukung dan mendorong kegiatan dalam kerangka Komite Konsultasi di bidang Pertanian dapat berlangsung secara berkesinambungan dan agar terjadi pertukaran

Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

Ketidak-berdayaaan warga masyarakat sukubangsa setempat dalam melawan pemerintah atau sistem nasional, kecuali di Aceh, mungkin dikarenakan bahwa:

Komisi Kebijakan Ekonomi (ECON) koordinat Komite kerja Daerah 'dalam.