• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN TESIS"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI

UMUM YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN

TESIS

Oleh:

HERTY AFRINA SIANTURI 157026005/FIS

PROGRAM PASCASARJANA (S2) FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI

UMUM YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HERTY AFRINA SIANTURI 157026005/FIS

PROGRAM PASCASARJANA (S2) FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)
(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN

TESIS

Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 30 Juli 2017

HERTY AFRINA SIANTURI NIM. 157026005

(5)

Telah diuji pada Tanggal : 27 Juli 2017

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc Anggota : 1. Prof. Dr. Marhaposan Situmorang

2. Dr. Kerista Sebayang, MS 3. Dr. Mhd. Fauzi, M.S 4. Dr. Kurnia Sembiring, MS

(6)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : HERTY AFRINA SIANTURI, S.Si

NIM : 157026005

Program Studi : Magister Ilmu Fisika Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul:

ANALISIS KELUARAN BERKAS SINAR-X MENGGUNAKAN LIMA PARAMETER KELUARAN PADA PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

YANG PEMAKAIANNYA LEBIH DARI 10 TAHUN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-Eksklusifini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 30 Juli 2017

HERTY AFRINA SIANTURI NIM. 15702600

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Herty Afrina Sianturi, S.Si, M.Si Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 01 April 1985

Alamat Rumah : Jl. Pertahanan Perumahan Patumbak Asri Blok A No. 3

HP : 081262885691

e-mail : [email protected]

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Swasta Katolik Budi Luhur, Medan Tahun: 1991 – 1997 SMP : SMP Swasta Katolik Trisakti 1, Medan Tahun: 1997 – 2000

SMA : SMA Negeri 14, Medan Tahun: 2000 – 2003

Strata-1 : Prodi Fisika Universitas Sumatera Utara Tahun: 2003 – 2008 Strata-2 : Magister Prodi Ilmu Fisika Universitas Sumatera Utara Tahun: 2015 – 2017

RIWAYAT PEKERJAAN

Guru Fisika SMA Swasta Cahaya Medan Tahun 2009 - 2013

(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul “Analisis Keluaran Berkas Sinar-X Menggunakan Lima Parameter Keluaran Pada Pesawat Sinar-X Radiografi Umum Yang Pemakaiannya Lebih Dari 10 Tahun” Yang Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Dalam Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk ini penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terimakasih yang tiada terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi Master Ilmu Pengetahuan Alam pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah menyediakan fasilitas dan kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa dan menyelesaikan program studi Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Bapak Dr. Kurnia Sembiring, MS., selaku Ketua Program Studi Master Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah menyediakan arahan dan bantuan bagi penulis untuk menyelesaikan Magister Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc sebagai Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.

Marhaposan Situmorang, sebagai Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, masukkan, saran, dan dorongan dengan penuh kesabaran tulus dan ikhlas bagi penulis dalam menjalankan pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS., Bapak Dr. Fauzy, M.S., dan Bapak Dr. Kurnia Sembiring, MS., sebagai Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan masukkan bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini, sehingga tesis ini semakin baik.

6. Orangtua saya E. Sianturi; M. Br. Pakpahan dan mertua saya B.P Siregar; D. Br. Hasibuan, S.Pd atas doa, bantuan dan dukungannya dari awal hingga penyelesaian tesis ini.

7. Secara khusus penghargaan, rasa hormat, rasa sayang, dan terimakasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada suami tercinta Rumatar Yan Monri Siregar, S.Si yang telah mengizinkan dan memberikan kepercayaan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan S2 ilmu Fisika, mendoakan, membiayai dan mendukung saya hingga tesis ini selesai dan anakku tersayang Jessica Mannuela Siregar dan Fionna Christie Siregar, yang selalu berdoa untuk kelancaran tesis mama hingga selesai.

8. Lincewati Sidauruk, S.Si., S.K.M, M.Si yang telah dari awal bersedia membimbing saya selama menjalani penelitian dan penulisan tesis ini hingga tesis ini selesai.

(9)

9. Dr. Martha Rianna Tambunan, M.Si., atas motivasi, dukungan dan perhatiannya kepada penulis hingga tesis ini selesai.

10.Teman-teman Pascasarjana Fisika USU angkatan 2015, yang menemani saya Hariyati Lubis, S.Si., Hilda Ayu Marlina, S.Si., Cindy Al Kindi, S.Si., Zikri Noer, S.Si., M.Si.

11.Kepala Ruang Radiologi Rumah Sakit di RS. TK II Kesdam-1/BB, RS.Sinar Husni, RS.

Sundari, RS. Imelda Pekerja Indonesia dan RS. G.L. Tobing yang telah memberikan tempat penelitian untuk saya gunakan

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu ysng telah banyak membantu dalam penelitian tesis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis menggarapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya bagi bidang fisika.

Medan, 30 Juli 2017

Herty Afrina Sianturi NIM. 157026005

(10)

Abstrak

Telah dilakukan pengukuran keluaran berkas sinar-X pada lima pesawat sinar-X Radiografi yang berbeda di beberapa Rumah Sakit yaitu di RS Kesdam Putri Hijau, RS Sundari, RS.

Husni Thamrin dan RSU Imelda Pekerja Indonesia. Pengukuran ini dilakukan tanpa pasien dengan bantuan menggunakan Multimeter X-Ray detektor RTI Piranha CB2-10090128 dan hasil nya ditampilkan pada monitor laptop. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah akurasi tegangan kV (kilovolt), akurasi waktu penyinaran s (Second), Linearitas keluaran radiasi, Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi Dosis pasien. Kualitas keluaran berkas sinar X pada keempat pesawat sinar X tersebut dapat dikatakan memenuhi kriteria jaminan kualitas menurut prosedur batas toleransi British Columbia (BC Centre For Disease Control, 2004) dan Radiation Safety Act 75. Namun tidak seluruhnya berada dalam nilai batasan yang direkomendasikan IAEA - Tecdoc 1447. Persentase uji tegangan keluaran, uji akurasi waktu penyinaran pada pesawat radiografi D masih dapat menunjukkan kinerja yang memuaskan karena masih dalam batas toleransi yang berlaku yaitu kurang dari batas toleransi 10%.

Kata kunci: Pesawat Sinar X, keselamatan radiasi, uji akurasi, dosis pasien, batas toleransi

(11)

Abstract

The intensities of X-ray beam had been measured in five different Radiographic X-ray planes in several hospitals, namely Hospital Kesdam Putri Hijau Medan, Hospital Sundari Medan, Hospital Husni Thamrin Medan and Hospital Imelda Pekerja Indonesia Medan. This measurement is done without the patient with the help of using X-Ray RTI Piranha X2 Ray detector CB2-10090128 and the results are displayed on the laptop monitor. The parameters measured in this research are the accuracy of energy kV (kilovolt), irradiation time s (Second), Linearity of radiation output, Radiation output of Reproducibility and information of patient dose. The quality of X-ray beam output on all four X-ray planes can be said to satisfy the quality assurance criteria according to the British Columbia Center For Disease Control (2004) and Radiation Safety Act 75 procedures. But not at all within the recommended limits standart of IAEA - Tecdoc 1447. Percentage of output voltage test, radiation time irradiance accuracy test on D radiography plane can still show satisfactory performance because it is within tolerable limits that is less than 10% tolerance limit.

Keywords: radiography X-ray, radiation safety, test accuracy, patient doses, tolerance limit

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

ABSTACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORI 7

2.1 Terjadinya Sinar-X 7

2.2 Pesawat Sinar-X 9

2.3 Tabung Sinar-X 11

2.4 Generator 16

2.4 Radiasi Karakteristik 18

2.5 Radiasi Bremsstahlung 19

2.6 Kualitas sinar-X 20

2.6.1 Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak) 20

2.6.2 Filtrasi 20

2.7 Kuantitas sinar-X 22

2.7.1 KuatArus (miliampere second, mAs) 22 2.7.2 Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X 23

2.8 Beda Potensial (kilovolt, kV) 24

2.8.1 Pengaruh kV terhadap Kuantitas Sinar-X 24 2.8.2 Pengaruh kV terhadap Gambaran 26

(13)

2.10 Dosis Radiasi 31

2.11 Besaran dan Satuan Radiasi 32

2.12 Multimeter X-ray 35

2.13 Multimeter X-ray Piranha 35

2.14 Dosimetri 36

2.15 Dosimeter Radiasi 37

2.16 Perawatan Peralatan Radiasi 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40

3.1 Tempat Penelitian 40

3.2 Peralatan 41

3.3 Prosedur Penelitian 45

3.3.1 Observasi Awal 47

3.3.2 Persiapan Pealatan Penelitian 47

3.3.3 Pengukuran Paramater Uji 47

3.3.3.1 Pengukuran Akurasi kV 47

3.3.3.2 Pengukuran Akurasi Waktu Penyinaran 48 3.3.3.3 Pengukuran Linieritas Keluaran Radiasi 49 3.3.3.4 Pengukuran Reproduksibilitas keluaran

radiasi sinar-X 50

3.3.3.5 Informasi dosis pasien 51

(Entrance Surface Dose )

3.3.4 Pengambilan Data Pengukuran 52

3.3.5 Pengolahan Data Pengukuran 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53

4.1 Uji Akurasi Tegangan 53

4.2 Uji Akurasi Waktu Penyinaran 56

4.3 Uji linearitas Keluaran Radiasi 58

4.4 Hubungan Jumlah Dosis output Radiasi 60 Terhadap Arus Tabung

4.5 Uji Reproduksibilitas Keluaran Radiasi Sinar-X 64

4.6 Informasi Dosis Pasien 65

(14)

4.6.2 Pesawat Radiografi B 66

4.6.3 Pesawat Radiografi C 67

4.6.3 Pesawat Radiografi D 67

4.7 Analisis Pengukuran Data 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71

5.1 KESIMPULAN 71

5.2 SARAN 72

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 76

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh kombinasi nilai mA dan s untuk mAs 20 Tabel 4.1 Hasil Pengukuran uji akurasi tegangan 52 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran uji akurasi waktu penyinaran 55 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Koefisien Linearitas keluaran pada 58 Pesawat A, Pesawat B, Pesawat C dan Pesawat D

Tabel 4.4 Hasil uji Reproduksibilitas Keluaran Radasi Sinar-X 63 Tabel 4.5 Hasil pengukuran dosis pasien pada thorax dan abdomen 65

Pada pesawat radiografi A

Tabel 4.6 Hasil pengukuran dosis pasien pada thorax dan abdomen 65 Pada Pesawat radiografi B

Tabel 4.7 Hasil pengukuran dosis pasien pada thorax dan abdomen 66 Pada Pesawat radiografi C

Tabel 4.8 Hasil pengukuran dosis pasien pada thorax dan abdomen 66 Pada Pesawat radiografi D

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Spektrum sinar-X 7

Gambar 2.2 Tumbukan Antara Elektron dengan Anoda 8 Gambar 2.3 Interaksi Elektron dengan Atom Anoda 8

Gambar 2.4 Pesawat Sinar-X General Purpose 9

Gambar 2.5 Skema Tabung Sinar-X 10

Gambar 2.6 Sinar-X karakteristik diproduksi setelah ionisasi elektron 16 kulit K.Ketika elektron kulit terluar mengisi kekosongan kulit K, sinar-X diemisikan.

Gambar 2.7 Konstruksi alat ukur radiasi 29

Gambar 3.1 Multimeter X-Ray : RTI Piranha CB2-10090128 37 Gambar 3.2 Spesifikasi pesawat radiografi A 38 Gambar 3.3 Meja kontrol pesawat radiografi A 38

Gambar 3.4 Spesifikasi Pesawat Radiografi B 39

Gambar 3.5 Meja kontrol Pesawat Radiografi B 39 Gambar 3.6 Spesifikasi Pesawat Radiografi C 40 Gambar 3.7 Meja kontrol Pesawat Radiografi C 40 Gambar 3.8 Spesifikasi Pesawat Radiografi D 41 Gambar 3.9 Meja kontrol Pesawat Radiografi D 41

Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian 42

Gambar 3.11 Proses Pengukuran Akurasi kV 43

Gambar 3.12 Pengukuran Akurasi Waktu Penyinaran 44 Gambar 3.13 Pengukuran Linearitas Keluaran Radiasi 45 Gamabr 3.14 Pengujian Reproduksibilitas tabung sinar-X 46

Gambar 3.15 Pengujian entrance surface dose 47

Gambar 4.1 Grafik jumlah dosis keluaran terhadap arus pada tabung Pesawat sinar-X radiografi A 57 Gambar 4.2 Grafik jumlah dosis keluaran terhadap arus pada tabung Pesawat sinar-X radiografi B 57 Gambar 4.3 Grafik jumlah dosis keluaran terhadap arus waktu tabung

terhadap dosis Pada Pesawat C 58

Gambar 4.4 Grafik jumlah dosis keluaran terhadap arus waktu tabung

terhadap dosis Pada Pesawat D 59

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Pengukuran Pesawat Radiografi di 76 RS. G.L Tobing, Tanjung Morawa

Lampiran 2 Contoh Data Hasil Uji Pengukuran Pesawat Radiografi di 77 RS. G.L Tobing, Tanjung Morawa setiap parameter uji

Lampiran 3 Gambar Metode pengukuran berkas keluaran sinar X dengan

menggunakan detektor piranha. 81

Lampiran 4 Hasil Tampilan Data Pengukuran Pada Layar Monitor 82 Lampiran 5 Data Hasil Pengukuran Pesawat Radiografi A, B, C dan D 83 Lampiran 6 Nilai Toleransi Uji kesesuaian 87 Lampiran 7 Sertifikat pengujian Kementerian Kesehatan oleh Balai 88

Pengamanan Fasilitas Kesehatan di RS. Imelda Pekerja Umun, Medan Lampiran 8 Diagnostic X-Ray Equipment Compliance testing 89 Lampiran 9 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 15 90

Tahun 2015 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi diagnostic dan Intervensional

Lampiran 10 Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 9 91 Tahun 2011 Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

Radiologi diagnostic dan Intervensional

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi, 2001)

Sinar-X merupakan salah satu radiasi gelombang elektromagnetik buatan yang sejenis dengan gelombang radio, panas dan cahaya, tetapi memiliki panjang gelombang sangat pendek yaitu 1/10.000 panjang gelombang cahaya tampak, sehingga memiliki daya tembus tinggi terhadap material yang dilaluinya. Sinar-X dimanfaatkan dalam bidang radiologi untuk diagnosis penyakit (Rasad, 2010). Jumlah ataupun besar sinar-X yang dihasilkan oleh sebuah pesawat sinar-X sangat dipengaruhi oleh nilai tegangan tabung (kVp) yang diatur pada control panel.

Tegangan tabung (kVp) berpengaruh terhadap keluaran sinar-X dan merupakan faktor utama yang mempengaruhi daya tembus sinar-X yang keluar (Bushong, 2001). Untuk mengevaluasi kesesuaian jumlah keluaran tegangan tabung (kVp) yang diatur pada control panel pada pesawat sinar-X, perlu dilakukan pengujian terhadap keluaran tegangan tabung.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1250/Menkes/Sk/Xii/2009, metode pengujian keluaran tegangan tabung pesawat sinar-X dapat menggunakan digital kilovoltage peak (kVp) meter untuk mengetahui jumlah keluaran kVp yang diatur pada control panel sesuai dengan tegangan tabung (kVp) yang keluar dari tabung pesawat sinar-X.

(19)

Aplikasi teknik nuklir dalam bidang kesehatan telah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam bidang diagnosis maupun terapi beberapa jenis penyakit.

Perkembangan keilmuan khususnya di bidang kedokteran yang memanfaatkan radiasi pada saat ini dibagi atas tiga bagian besar yaitu radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir.

Pemanfaatan sinar-X dalam radiodiagnostik di dunia kedokteran sangat menunjang dalam penegakkan diagnosis. Secara tidak langsung hal ini akan memberikan kontribusi radiasi yang berasal dari sumber radiasi buatan terhadap pasien. Kontribusi radiasi buatan akan menimbulkan efek biologis yang secara langsung atau tidak langsung akan diderita oleh pasien.

Sebagai upaya penerapan standar keselamatan radiasi, pada tahun 1995 - 1999 Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) mengadakan proyek riset terpadu tentang proteksi radiasi dalam radiologi diagnostik di beberapa negara Eropa Timur, kawasan Afrika, dan Asia termasuk Indonesia. Awalnya riset terpadu tersebut hanya untuk radiografi dan mencakup aspek optimisasi proteksi radiologik. Kemudian riset tersebut diperluas untuk fluoroskopi dan computed tomography (CT), dengan cakupan utamanya hanya dosis pasien dan jaminan mutu peralatan, serta tidak termasuk aspek reduksi dosis pasien dalam fluoroskopi dan CT. Tujuan utama dari riset terpadu tersebut adalah untuk menginisiasi program optimisasi proteksi radiasi di tiap negara yang berpartisipasi dengan mengintroduksi pelaksanaan jaminan mutu. Vienna (2004).

(20)

Pada kajian yang dilakukan oleh BAPETEN pada tahun 2004 dinyatakan bahwa indikasi yeng memperkirakan buruknya kinerja pesawat sinar-X tersebut adalah: (Marpaung, 2007)

1. Umur pesawat sinar-X yang sudah tua yaitu sekitar 20 hingga 40 tahun.

2. Dilakukan modifikasi pesawat yang sudah rusak atau berumur tua dengan cara penggantian komponen misalnya penggantian tabung, kolimasi, dan panel kontrol.

3. Komponen atau sub komponen pesawat sinar-X tidak ada atau rusak, misalnya tanpa kolimasi, lampu kolimasi mati, dan sebagainya.

4. Pesawat sinar-X portabel dan mobile dengan arus tabung sangat kecil (10 mA, 20 mA, dan 30 mA) tidak hanya untuk prosedur gawat darurat atau pasien yang tidak dapat dipindahkan karena alasan klinis tetapi juga digunakan untuk kegiatan radiologi rutin.

5. Pesawat sinar-X untuk pemeriksaan umum digunakan untuk gigi.

6. Akurasi kolimasi, tegangan tabung, dan pencatat waktu tidak sesuai dengan parameter keselamatan.

Optimalisasi hasil pemeriksaan Pesawat Sinar-X radiografi umum ini sangat diperlukan agar citra yang dihasilkan memiliki kualitas baik dengan radiasi yang diberikan ke pasien tetap dalam jumlah sekecil mungkin dan berada dalam nilai batasan yang aman.

Pembentukan gambar pada peristiwa pencitraan pada pengujian Pesawat sinar-X tergantung dari beberapa faktor antara lain: akurasi tegangan kV (Kilovolt), akurasi waktu penyinaran s (Second), Linearitas keluaran radiasi, Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi Dosis pasien,

Papp (2011) telah melakukan uji tegangan tabung pesawat sinar-X dapat dievaluasi melalui pengujian ini. Serta menurut Papp (2011) dan Lloyd (2001) untuk pengecekan ataupun pengujian peralatan radiologi dilakukan setiap setahun sekali pada peralatan baru, dan pada peralatan yang baru saja diperbaiki. Dari beberapa RS yang diteliti walaupun tiap

(21)

tahun ada pengujian peralatan namun bisa saja dalam setahun peralatan dalam keadaan kurang memuaskan.

Oleh karena itu, pemanfaatan sinar-X sebagai radiodiagnostik di bidang kesehatan telah diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Radiologi Diagnostik Dan Intervensional Paparan radiasi yang diterima pasien berhubungan dengan keluaran sinar-X dari tabung pesawat, sehingga perlu dilakukan pengujian keluaran terhadap tabung sinar-X dalam hal ini pesawat sinar-X radiografi umum.

Oleh karena itu Peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengkaji kemampuan atau performa pada Pesawat Radiografi umum yang sudah digunakan 10 tahun / lebih terhadap hasil pembentukan ketajaman gambar (citra) pada film dan dosis radiasi yang diterima oleh pasien apakah masih dalam batas yang diijinkan. Maka diperlukan pengukuran keluaran tegangan tabung pada pesawat sinar-X radiografi umum tersebut untuk mengetahui keakuratan keluaran tegangan tabung.

Dalam penelitian ini ada beberapa pesawat sinar-x radiografi umum yang sudah digunakan lebih dari 10 tahun yang ada di beberapa Rumah Sakit di Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Dari penelitian ini nantinya diharapkan hasil dari pengukuran keluaran beberapa pesawat general purpose sinar-X dapat sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Produksi Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa hasil dari pengukuran keluaran berkas sinar-X pada beberapa pesawat sinar –X Radiografi Umum yang digunakan lebih dari 10 tahun dalam parameter uji akurasi tegangan kV (kilovolt) , akurasi waktu penyinaran s (Second), Linearitas keluaran radiasi, Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi Dosis pasien?

2. Bagaimana hasil analisis dari pengukuran keluaran berkas sinar-X pada beberapa pesawat sinar –X Radiografi Umum yang digunakan lebih dari 10

tahun?

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa pesawat sinar-X radiografi umum yang digunakan lebih dari 10 tahun yang ada di RS Tk II Kesdam-1/BB Jl. Putri Hijau No. 17 Medan; RSU Sinar Husni Jl. Veteran Helvetia, Medan; RSU Sundari Jl. TB. Simatupang Kampung Lalang, Medan; dan RSU Imelda Pekerja Indonesia Jl. Bilal, Pulo Brayan, Medan.

Penelitian ini dibatasi pada lima parameter uji dan dilaksanakan tanpa menggunakan pasien.

Parameter yang diuji adalah: akurasi tegangan kV (kilovolt), akurasi waktu penyinaran s (Second), Linearitas keluaran radiasi, Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi Dosis pasien.

(23)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil pengukuran keluaran berkas sinar-X pada beberapa pesawat sinar –X Radiografi Umum yang digunakan lebih dari 10 tahun dengan memperhatikan parameter yang diuji yaitu akurasi tegangan kV (kilovolt) , akurasi waktu penyinaran s (Second),Linearitas keluaran radiasi,

Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi dosis pasien.

2. Untuk menganalisis hasil akhir dari pengukuran keluaran berkas sinar-X pada beberapa pesawat sinar –X Radiografi Umum yang digunakan lebih dari 10 tahun dalam kondisi baik atau tidak dengan memperhatikan parameter yang diuji yaitu akurasi tegangan kV (kilovolt) , akurasi waktu penyinaran s (Second), Linearitas keluaran radiasi, Reproduksibilitas keluaran radiasi dan informasi Dosis pasien.

1.5. Manfaat Penelitian

Rumah sakit sebagai pemilik fasilitas radiodiagnostik dapat mengoptimalkan fungsi pesawat sinar-X radiografi umum sehingga dapat menghasilkan kualitas citra yang baik serta menghindari terjadinya pengulangan foto rontgen, serta penerimaan dosis radiasi kepada pasien masih dalam batas dosis yang diperkenankan.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Terjadinya Sinar-X

Pada peristiwa terjadinya tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dengan atom anoda (targed) akan terjadi dua hal sebagai berikut.

1. Terjadi radiasi yang dikenal dengan “bremstrahlung” yaitu elektron yang mendekati atom targed (anoda) akan berinteraksi dengan atom bahan anoda, tepatnya dengan elektron luar atom tersebut. Ia mengalami perlambatan sehingga mengeluarkan radiasi. Radiasi ini memiliki aneka ragam panjang gelombang, oleh karena itu proses bremstrahlung dapat dialami elektron berulang kali, sehingga

spektrum radiasi ini bersifat kontinyu (Darmawan, 1987). Spektrum sinar-X bremstrahlung seperti terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Spektrum sinar-X

Sinar-X karakteristik terjadi karena elektron atom yang berada pada kulit K terionisasi sehingga terpental keluar.

(25)

Kekosongan kulit K ini segera diisi oleh elektron dari kulit di luarnya. Jika kekosongan pada kulit K diisi oleh elektron dari kulit L, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kα. Jika kekosongan itu diisi oleh elektron dari kulit M, maka akan dipancarkan sinar-X karakteristik Kβ. Oleh sebab itu, apabila spektrum sinar- X dari suatu atom berelektron banyak diamati, maka di samping spektrum sinar-X bremstrahlung dengan energi kontinyu, juga akan terlihat pula garis-garis tajam berintensitas tinggi yang dihasilkan oleh transisi Kα, Kβ dan seterusnya.

Peristiwa tumbukan antara elektron dengan atom anoda dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tumbukan Antara Elektron dengan Anoda

2. Elektron yang mendekati atom di dalam anoda berinteraksi dengan elektron dalam atom tersebut, berupa tumbukan tak kenyal sempurna, akibatnya elektron anoda terlepas dari kulitnya. Atom bereksitasi (ke luar) dalam keadaan tidak stabil. Maka terjadilah (dalam waktu 10-8 detik) pengisian kekosongan itu oleh elektron-elektron yang lebih luar.

Perpindahan kulit yang luar ke kulit yang dalam disertai pancaran radiasi dengan panjang gelombang tertentu, maka radiasi ini bersifat

Diskrit. (Darmawan, 1987). Interaksi elektron dengan atom anoda dapat dilihat pada Gambar 2.3

(26)

Gambar 2.3 Interaksi Elektron dengan Atom Anoda 2.2 Pesawat Sinar-X

Pesawat sinar-X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan seting parameter untuk mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan (kV), arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).

Gambar 2.4 Pesawat Sinar-X General Purpose

(27)

Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen. Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan cara terkendali.

Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih komponen sistem sinar-X.

Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya.

Tegangan tabung pada pesawat sinar-X merupakan salah satu faktor yang

dapat dikontrol untuk mengurangi radiasi hambur dan mengurangi dosis yang digunakan dalam radiodiagniostik (Vassileva, 2004). Peningkatan nilai tegangan tabung pesawat sinar-X yang digunakan harus diimbangi dengan penurunan nilai arus tabung pembangkit sinar-X dan waktu penyinaran sehingga diperoleh intensitas radiasi yang menghasilkan densitas bayangan yang cukup. Penentuan kontras pada tegangan tabung pesawat sinar-X dilakukan dengan cara pengukuran dosimetrik yang diterapkan secara langsung dalam suatu pengaturan eksperimental (Kramer dan Selbach, 2008). Pada pengaturan tegangan tabung rendah biasanya diikuti dengan peningkatan kontras (Vollmar dan Kalender, 2009).

2.3 Tabung Sinar-X

Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar-X adalah komponen yang utama yang terdapat pada pesawat sinar-X. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat skema tabung sinar-X dimana tempat terbentuknya sinar-X pada tabung sinar-X.

(28)

Gambar 2.5 Skema Tabung Sinar-X

Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:

1. Sumber elektron (filamen)

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif Jauhari, 2008).

(29)

2. Anoda

Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda

Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

5. Target

Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda.

(30)

6. Tabung pembungkus

Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara.

Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih lama (Mukhlis, Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung

Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (Akhadi, Mukhlis, 2001).

8. Rumah tabung

Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).

9. Filter

Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan bahan filter yang

(31)

baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum.

Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal.

10. Pembatas sinar

Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem dia fragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti sinar tampak. Efisiensi produksi sinar-X tidak bergantung pada arus tabung, akibatnya, terlepas dari mA yang diatur, efisiensi produksi sinar-X tetap konstan.

Efisiensi produksi sinar-X meningkat dengan meningkatnya kVp. Pada 60 kVp, hanya 0,5% energi kinetik elektron yang diubah menjadi sinar-X. Pada 100 kVp, sekitar 1%

energi kinetik elektron yang diubah menjasi sinar-X. (Bushong, 2013).

(32)

2.4. Generator

Generator adalah elemen dari sistem pembangkit sinar-X. Ketidak konsistenan produksi/keluaran sinar-X dari tabung sinar-X yang dibangkitkan suatu generator pembangkit, sangat dipengaruhi oleh parameter teknis. Besarnya keluaran sinar-X yang tidak konsisten akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik, berpengaruh langsung terhadap variasi- variasi baik kualitas gambar, atau kuantitas sinar-X yang diproduksi dan dosis radiasi yang terjadi. Untuk itu sangatlah penting memonitor parameter-parameter tersebut khususnya tegangan kerja, kuat arus, waktu eksposi, kualitas radiasi, kedapatulangan dan kebocoran tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

Pengujian ketepatan keluaran tabung sinar-X bertujuan agar pesawat sinar-X dapat memproduksi sinar-X yang sesuai dengan faktor eksposi yang diatur pada panel pengontrol, serta dapat menghasilkan keluaran sinar-X yang berkualitas secara berkelanjutan sehingga diperoleh hasil radiograf yang terjaga kualitasnya, untuk itu sangat penting adanya kesesuaian antara panel pengontrol dengan keluaran tegangan tabung sinar-X.

Dalam pengukuran keluaran tabung sinar-X, pengaturan nilai faktor eksposi sangat berpengaruh pada daya tembus, intensitas sinar-X yang diberikan dan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Selain itu faktor tegangan tabung, arus tabung dan waktu ekposi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kontras dan densitas pada film yang dihasilkan. Ketidaklinieran antara tegangan kerja yang diatur pada panel pengontrol dan besar energi penetrasi yang dihasilkan oleh tabung akan berpengaruh pada kontras dan densitas radiograf serta secara tidak langsung turut mempengaruhi dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Arus tabung dan waktu penyinaran merupakan faktor yang saling terikat dalam menentukan intensitas sinar-X yang dipancarkan ke tubuh pasien yang akan ditangkap oleh film sehingga akan terbentuk gambaran organ yang diperiksa.

(33)

Arus tabung merupakan jumlah arus listrik yang mengalir di katoda. Saat arus listrikmelewati kawat filamen maka terjadi pemanasan filamen yang diikuti pembentukan elektron-elekton di sekitar permukaan filamen, sedangkan waktu eksposi merupakan lamanya waktu arus listrik mengalir melewati filamen sehingga filamen dapat terus menerus memproduksi awan-awan elektron dalam jangka waktu yang sesuai dengan lamanya waktu eksposi yang diatur. Perubahan arus tabung dan faktor waktu eksposi dapat memberikan rentang densitas yang berbeda pada film serta berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dikeluarkan, juga dosis radiasi yang diterima oleh pasien akan semakin meningkat (Arif Jauhari, 2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian antara output sinar-X dengan faktor eksposi yang disetting. Pada umumnya ketidaksesuaian antara keluaran sinar-X dengan faktor eksposi yang diatur pada panel kontrol dapat disebabkan kondisi instrumentasi internal pesawat sinar-X itu sendiri yang diakibatkan berbagai faktor antara lain:

a. Efisiensi transformer, yaitu daya keluar dari transformator dibanding daya masuk pada transformator setiap unitnya.

b. Bergesernya pengatur tegangan kerja, arus tabung dan waktu ekspose pada panel kontrol, karena dimungkinkan tombol pengaturan tegangan kerja, arus tabung atau Waktu ekspose telah aus.

c. Kondisi tabung sinar-X yang normalnya hampa udara, mungkin terisi udara sehingga terjadi friksi (gesekan) yang berakibat energi foton akan berkurang.

2.5 Radiasi Karakteristik

Radiasi karakteristik dihasilkan jika elektron proyektil berinteraksi dengan elektron pada kulit terdalam atom target. Sinar-X karakteristik dihasilkan saat terjadi interaksi cukup untuk mengionisasi atom target melalui penghapusan total dari sebuah elektron kulit terdalam. Ketika proyektil elektron mengionisasi atom target dengan menghapus elektron pada kulit K, terjadi kekosongan elektron sementara pada kulit K. Ini adalah keadaan yang

(34)

terluar berpindah jatuh untuk mengisi ke kekosongan pada kulit K. Transisi elektron orbital dari kulit luar ke kulit bagian dalam disertai dengan emisi sinar-X. Sinar-X memiliki energi sama dengan perbedaan energi pengikat dari elektron orbital yang terlibat. (Bushong, 2013).

Gambar 2.6 Sinar-X karakteristik diproduksi setelah ionisasi elektron kulit K. Ketika elektron kulit terluar mengisi kekosongan kulit K, sinar-X diemisikan.

2.6 Radiasi Bremsstahlung

Produksi panas dan sinar-X karakteristik melibatkan interaksi antara elektron proyektil dam elektron target. Tipe interaksi ketiga dimana elektron proyektil dapat kehilangan energi kinetiknya adalah interaksi dengan bidang nuklir dari atom target. Pada interaksi ini, energi kinetik dari elektron proyektil diubah menjadi energi elektromagnetik.

Sebuah elektron proyektil yang menghindari elektron orbital saat melewati atom target dapat sampai cukup dekat dengan inti atom untuk berada di bawah pengaruh medan listrik. Karena elektron bermuatan negatif dan inti bermuatan positif, ada elektrostatik gaya tarik-menarik antara mereka. Semakin dekat elektron proyektil menuju nukleus, semakin dipengaruhi pula oleh medan listrik dari nukleus. Medan ini sangat kuat karena nukleus mengandung proton dan jarak antara nukleus dan elektron proyektil sangat pendek. Ketika proyektil elektron melewati inti, elektron proyektik akan melambat dan mengubah arah jalannya, meninggalkan inti dengan mengurangi energi kinetiknya dalam arah yang berbeda. Hilangnya energi kinetik ini muncul kembali sebagai sinar-X. (Bushong, 2013). Tipe sinar-X ini disebut sinar-X

(35)

melambat". Sinar-X Bremsstrahlung dapat dianggap radiasi yang dihasilkan dari pengereman elektron proyektil oleh nukleus.

2.7 Kualitas sinar-X

Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus obyek.

Daya tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau materi. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi. atau objek terutama terhadap objek yang tebal. Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.

2.7.1 Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak)

Tegangan tabung adalah memindahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari filamen ke permukaan target yang tertanam di anoda. Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-x karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas sinar-x. Beda potensial tabung sinar-X (kVp) dapat berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan berpengaruh pula terhadap citra radiograf yang dihasilkan pada suatu objek. Selain itu, kVp juga berperan penting dalam kemampuan daya tembusnya dalam menembus suatu bahan atau objek terutama terhadap objek yang tebal.

Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.

(36)

2.7.2 Filtrasi

Filter adalah suatu bahan yg dapat meningkatkan kehomogenitasan energi radiasi yg dipancarkan oleh anoda tabung tanpa absorpsi.

Berikut adalah jenis – jenis filter.

a. Inherent Filter

Inherent filter adalah material yang terletak di jalan foton sinar-x dari focal spot (target) untuk membentuk pancaran yang dikeluarkan dari tabung. Inherent filter terdiri dari glass tabung yg membungkus anoda dan katoda, oli pada sistem pendingin tabung dan window pada tabung Setara antara 0,5 – 1 mm Al. Filter ini sudah ada dalam tabung sinar x atau bawaan dari pabrik.

b. Additional Filter

Additional filter adalah peletakan cakram aluminium di tempat jalannya sinar-x antara collimator dan tubehead seal. Cakram ini mempunyai ketebalan 0,5 mm dan berfungsi menghalangi lewatnya foton sinar-x berenergi rendah, panjang gelombang lebih panjang, dan tidak berguna dalam proses diagnosis serta berbahaya bagi pasien. Hasilnya adalah pancaran foton dengan panjang gelombang lebih rendah, berenergi tinggi, dan mempunyai tingkat penetrasi lebih tinggi pula untuk proses diagnosis.

Pancaran sinar-X mempunyai spektrum energi foton yang berbeda-beda. Foton dengan energi yang lebih rendah (panjang gelombang yang panjang) berperan serta dalam pencahayaan namun tidak mempunyai energi yang cukup untuk menyentuh film. Oleh karena itu, untuk mengurangi dosis radiasi pasien, foton dengan kemampuan penetrasi lebih rendah harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan filter aluminium pada garis laluan sinar. Aluminium digunakan karena dapat menyerap foton berenergi rendah dengan sedikit efek pada foton berenergi tinggi yang dapat berpenetrasi sampai ke film. Filtrasi, filter

(37)

logam, biasanya terbuat dari alumunium atau tembaga, yang dimasukkan ke dalam tube housing x-ray sehingga energi rendah yang dipancarkan oleh sinar-X dapat diserap sebelum mencapai pasien (Bushong, 2013).

2.8 Kuantitas sinar-X

Kuantitas sinar-X adalah pengukuran jumlah foton sinar-X dalam berkas utama. Kadang disebut juga output sinar-X, intensitas atau exposure. Satuan dari kuantitas sinar-X adalah Roentgen (R). Faktor yang berpengaruh secara langsung adalah kuat arus (mAs), beda potensial (kV), jarak dan filtrasi. Pengaruh dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut : (Nova Rahman, 2009)

2.8.1 Kuat Arus (miliampere second, mAs)

Ampere merupakan satuan dari kuat arus. Penambahan kata mili menandakan bahwa kuat arus yang digunakan berorde 10-3. Ini berarti kuat arus yang digunakan pada radiografi sangat kecil. Elektron yang akan menumbuk anoda dihasilkan di katoda tepatnya di filament.

Filament ini kan menghasilkan Elektron ketika dipanaskan. Pemanasan filament ini dapat terjadi apabila tabung sinar-X diberi arus listrik. Semakin besar arus yang diberikan pada tabung sinar-X, maka akan semakin banyak Elektron yang dihasilkan oleh filament. Semakin banyak Elektron yang dihasilkan oleh filament, maka akan semakin banyak Elektron yang menumbuk anoda dan itu berarti semakin banyak foton sinar-X yang dihasilkan. Karena penambahan arus berhubungan dengan banyaknya foton sinar-X yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa mAs berhubungan dengan kuantitas sinar-X. mAs (arus tabung) tidak mempengaruhi kualitas sinar-X karena panjang gelombang tidak ikut berubah seiring dengan berubahnya nilai mA. Kuat arus yang diberikan pada tabung sinar-X ini harus dikombinasikan dengan waktu eksposi yang dinyatakan dalam second (s). Kombinasi antara

(38)

kuat arus dengan waktu yang diberikan ke tabung sinar-X yang kemudian disebut dengan mAs.

Penggunaan waktu eksposi yang singkat akan memberikan keuntungan sebagai berikut.

a. Mengurangi kekaburan gambar akibat pergerakan oasien (movement unsharpness).

a. Mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien berdasarkan prinsip proteksi radiasi yang menganjurkan menggunakan waktu eksposi yang sesingkat mungkin.

Perkalian kuat arus dengan waktu mempengaruhi kuantitas sinar-X yang dikeluarkan tabung serta berpengaruh juga terhadap kenaikan kV.

2.8.2 Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X

Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah Elektron yang dihasilkan dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-X yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs berhubungan dengan kuantitas atau intensitas sinar-X yang dihasilkan. Kuantitas sinar-X akan mempengaruhi densitas (derajat kehitaman) gambaran pada film yang dihasilkan.

Semakin tinggimA yang digunakan, maka akan semakin tinggi pula densitas yang dihasilkan.

Hubungan mAs terhadap kuantitas sinar-X dapat dirumuskan sebagai berikut. (Bushong, 2013)

(Pers.2.1)

Dimana :

I adalah intensitas sinar-X (watt/m2)

mAs adalah perkalian kuat arus tabung dengan waktu (mAs)

(39)

2.9 Beda Potensial (kilovolt, kV)

Volt merupakan satuan dari beda potensial atau tegangan dari tabung sinar-X.

penambahan kata kilo di depannya berarti volt yang digunakan mempunyai orde 103. Ini berarti tegangan yang digunakan untuk pemeriksaan radiografi dimulai dari ribuan volt.

Bahkan dalam beberapa literature disebutkan bahwa sinar-X baru dapat dihasilkan pada tegangan 40 kV. Sinar-X baru akan dihasilkan apabila tumbukan Elektron di anoda tepatnya di target, sangat cepat dan seketika itu juga dihentikan mendadak. Hal ini biasa disebut dnegan sinar-X bremstrahlung. Elektron yang dihasilkan di katoda tidak akan bisa bergerak dengan sangat cepat jika diberi beda potensial atau tegangan yang sangat tinggi diantara katoda dan anoda. Elektron yang dihasilkan pada anoda bermuatan negative sementara anoda tempat Elektron menumbuk bermuatan positif. Secara alami Elektron yang bermuatan negative akan tertarik ke anoda yang bermuatan positif. Supaya Elektron ini dapat bergerak dengan sangat cepat, maka diberi beda potensial diantara katoda dan anoda. Hal ini akan membuat muatan positif pada anoda bertambah besar yang secara alami akan menarik

Elektron dengan kekuatan yang lebih besar, inilah yang menyebabkan Elektron bergerak sangat cepat menuju anoda. (Nova Rahman, 2009).

Beda potensial mempengari kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang dikeluarkan tabung, berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya, peristiwa anode heel effect serta pada gambaran yang dihasilkan. (Nova Rahman, 2009)

2.9.1 Pengaruh kV terhadap Kuantitas Sinar-X

Semakin tinggi kV yang diberikan diantara katoda dan anoda, maka Elektron akan bergerak semakin cepat. Semakin cepat Elektron menumbuk anoda pada target, maka akan semakin cepat sinar-X terbentuk dan semakin kuat daya tembus dari sinar-X yang dihasilkan tersebut. (Nova Rahman, 2009)

(40)

Beda potensial akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin baik kualitas sinar-X. (Bushong, 2013)

Kemampuan foton untuk menembus benda tergantung pada energinya. Foton sinar-X berenergi tinggi mempunyai kemampuan menembus benda padat lebih tinggi daripada foton sinar-X yang berenergi lebih rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi kVp dan energi rerata pancaran sinar, semakin tinggi kemampuan penetrasi sinar terhadap benda padat. (Bushong, 2013)

Hal ini bisa disimpulkan dari sebuah rumus yang menyatakan hubungan antara intensiatas sinar-x dengan kV yaitu

= ( )

( ) (pers. 2.2) Dimana :

I adalah intensitas sinar-X (watt/m2) I1 adalah intensitas sinar-X (watt/m2) awal I2 adalah intensitas sinar-X (watt/m2) akhir V adalah beda potensial (kV)

Dari rumus di atas, dapat dilihat bahwa intensitas sinar-X yang dihasilkan berbanding lurus dengan kuadrat dari kV yang digunakan pada saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin tinggi v yang digunakan, maka semakin tinggi pula intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan dihasilkan panjang gelombang yang lebih pendek sehingga daya tembusnya besar. (Nova Rahman, 2009)

(41)

2.9.2 Pengaruh kV terhadap Gambaran

Untuk mendapatkan gambaran yang baik, dibutuhkan penggunaan faktor eksposi yang tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk cenderung digunakan kV yang lebih tinggi dengan alasan supaya sinar-X dapat menmbus tubuh pasien dan membentuk gambaran pada film. Apabila penggunaan kV tidak tepat maka akan terjadi pembentukan gambaran yang bisa dianggap salah yaitu over expose atau gambaran dengan densitas yang tinggi akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu tinggi dan under espose atau gambaran dengan densitas yang rendah akibat penggunaan faktor eksposi yang terlalu rendah. (Nova Rahman, 2009.

Penggunaan kV tinggi akan menyebbakan radisi hambur (scatter radiation). Hal ini dikarenakan sinar-X yang dihasilkan dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi pula. Saat berinteraksi dengan objek, sinar-X dengan intensitas tinggi ini ada yang diteruskan dan ada pula yang dipantulkan. Sinar-X yang memantul ini karena masih memliki intensitas yang tinggi maka masih sanggup untuk menghitamkan film. Karena hal ini, gambaran yang dihasilkan, densitasnya akan lebih tinggi dari biasanya. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka digunakan gris yang merupakan suatu alat berbentuk lempengan yang dipasang di atas kaset yang dieksposi, terbuat dari aluminium yang disusun perbaris, dimana tujuan penggunaan alat ini adalah untuk menyerap radiasi hambur, sehingga sinar-X yang masuk ke kaset dan mengenai film hanya sinar-X yang memiliki kualitas bagus. (Nova Rahman, 2009).

2.10 Sifat-sifat Sinar-X

Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik antara lain daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus dimana pergerkannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak bisa difraksikan bersama lensa atau prisma tetapi bisa

(42)

difraksikan dengan kisi kristal. Bisa diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat, memiliki frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus

Sinar x bisa menembus bahan atau massa yang padat bersama daya tembus yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Semakin tinggi tegangan tabung ( besarnya KV) yang dipakai, semakin besar daya tembusnya. Semakin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, semakin besar daya tembusnya.

b. Pertebaran

Apabila berkas sinar-X melewati suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilewati. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi dampak radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis.

c. Penyerapan

Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin besar penyerapannya.

d. Fluoresensi

Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X saja.

2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar - X sudah dimatikan (after – glow).

(43)

e. Ionisasi

Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi

Kerusakan jaringan atau perubahan yang disebabkan oleh paparan radiasi pengion-yaitu, sinar gamma, sinar X, dan partikel berenergi tinggi seperti neutron, elektron, dan positron.

Radiasi pengion menembus jaringan hidup dan dapat menghancurkan sel-sel hidup atau membuat fungsinya menjadi tidak normal. Radiasi pengion termasuk alpha, beta dan sinar gamma dan neutron dengan energi yang cukup untuk menghasilkan pasangan ion yaitu elektron, yang dapat menghasilkan radikal bebas pada gilirannya dapat merusak struktur molekul yang mengakibatkan disfungsi sel (efek somatik) atau mutasi (kerusakan genetik).

(Adhikari, 2012).

Spektrum Sinar-X diperngaruhi oleh beberapa faktor:

1. Tegangan Tabung (kVp) dijelaskan sebagai energi maksimum pada spektrum bremsstrahlung. Pengaplikasian tegangan mengatur energi elektron proyektil, intensitas, energi maksimum dan energi rata-rata dari berkass sinar-X. Merubah kVp tidak akan merubah energi karakteristik sinar-X. (Fosbinder & Kelsey, 2002).

2. Arus tabung (mA) adalah sama dengan jumlah elektron-elektron yang bergerak dari katoda ke anoda persatuan waktu. mA mengendalikan banyaknya elektron proyektil menumbuk anoda dan intensitas berkas sinar-X. Perubahan pada mA akan merubah intensitas berkas sinar-X, tetapi tidak energinya. Jumlah sinar-X karakteristik akan meningkat seiring dengan meningkatnya mA, tetapi energinya tetap. Kuantitas berkas sinar-X berbanding lurus dengan mA; menggandakan nilai mA maka akan menggandakan kuantitas dari berkas sinar-X. (Fosbinder & Kelsey, 2002).

(44)

3. Waktu paparan adalah lamanya produksi sinar-X. Kuantitas dari sinar-X berbanding lurus dengan hasil dari arus tabung dan waktu penyinaran (mAs).

4. Filtrasi berkas sinar-X mempengaruhi intensitas dan rata-rata energi dari berkas sinar-X.

Menambahkan filtrasi akan menaikkan energi rata-rata sinar-X serta mengurangi intensitas berkas. Perubahan filtrasi tidak mengubah energi maksimum berkas sinar-X ataupun energy dari sinar-X karakteristik. Filter biasanya terbuat dari lapisan tipis aluminium atau jenis logam lainnya yang dipasang pada tempat keluarnya berkas sinar-X pada rumah tabung. Kegunaan filtrasi adalah untuk menyerap sinar-X berenergi rendah sebelum mengenai pasien (Fosbinder & Kelsey, 2002).

5. Bahan target (anoda) mempengaruhi efisiensi dari produksi radiasi bremsstrahlung, dengan keluaran paparan secara kasar berbanding dengan nomor atom. Elektron yang datang ke atom target lebih berpeluang mengalami interaksi radiatif pada bahan dengan nomor atom tinggi. Energy dari sinar-X karakteristik diproduksi di target tergantung dari bahan target. Oleh karena itu, bahan target mempengaruhi kuantitas dari foton-foton bremsstrahlung dan kualitas dari radiasi karakteristik.

6. Generator mempengaruhi kualitas dari spektrum sinar-X yang diemisikan. Pada kVp yang sama, generator dengan fase tunggal menunjukkan beda potensial yang rata-rata lebih rendah dari yang bisa diberikan oleh generator tiga-fase atau generator frekuensi tinggi.

Kualitas dan kuantitas spectrum sinar-X kedua-duanya dipengaruhi oleh tipe generator yang digunakan. Generator mempengaruhi intensitas dan energi rata-rata dari berkas sinar- X. (Fosbinder & Kelsey, 2002)

(45)

2.11 Dosis radiasi

Dosis radiasi menggambarkan tingkat perubahan atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh radiasi. Nilai dosis ini sangat ditentukan oleh kuantitas radiasi, jenis radiasi dan jenis bahan penyerap. Dalam proteksi radiasi pengertian dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi.

Penggunaan sistem pengukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu untuk kegiatan proteksi radiasi dan untuk kegiatan aplikasi/penelitian radiasi nuklir. Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus dapat menunjukkan nilai dosis radiasi yang mengenai alat tersebut. Sedangkan alat ukur yang digunakan di bidang aplikasi radiasi dan penelitian biasanya ditekankan untuk dapat menampilkan nilai kuantitas radiasi atau spektrum energi radiasi yang memasukinya. Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian utama yaitu detektor dan peralatan penunjang. Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang jadi bila dikenai radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan (response) tertentu yang lebih mudah diamati sedangkan peralatan penunjang, biasanya merupakan peralatan elektronik, berfungsi untuk mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang dapat diamati oleh panca indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi informasi yang berarti.

Gambar 2.7 konstruksi alat ukur radiasi

(46)

2.12 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Satuan radiasi ada beberapa macam. Satuan radiasi ini tergantung pada kriteria penggunaannya, yaitu (BATAN, 2008):

a. Satuan untuk paparan radiasi

Paparan radiasi dinyatakan dengan satuan Rontgen, atau sering disingkat dengan R, adalah suatu satuan yang menunjukkan besarnya intensitas sinar-X atau sinar gamma yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Satuan Rontgen penggunaannya terbatas untuk mengetahui besarnya paparan radiasi sinar-X atau sinar Gamma di udara.

Satuan Rontgen belum bisa digunakan untuk mengetahui besarnya paparan yang diterima oleh suatu medium, khususnya oleh jaringan kulit manusia. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara 1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara b. Satuan dosis absorbsi medium.

Radiasi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan energinya kepada medium. Dalam hal ini medium menyerap radiasi. Untuk mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau Radiation Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis absorbsi merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium. Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut dengan Gray yang disingkat Gy. Dalam hal ini 1 Gy sama dengan energi yang diberikan kepada medium sebesar 1 Joule/kg. Dengan demikian maka:

(47)

1 Gy = 100 Rad;

Sedangkan hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah:

1 R = 0,00869 Gy c. Satuan dosis ekuivalen

Satuan untuk dosis ekuivalen lebih banyak digunakan berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau sistem biologis lainnya. Dosis ekuivalen ini semula berasal dari pengertian Rontgen equivalen of man atau disingkat dengan Rem yang kemudian menjadi nama satuan untuk dosis ekuivalen. Hubungan antara dosis ekuivalen dengan dosis absobrsi dan quality faktor adalah sebagai berikut:

Dosis ekuivalen (Rem) = Dosis serap (Rad) X Q

Sedangkan dalam satuan SI, dosis ekuivalen mempunyai satuan Sievert yang disingkat dengan Sv. Hubungan antara Sievert dengan Gray dan Quality adalah sebagai berikut:

Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) X Q Berdasarkan perhitungan

1 Gy = 100 Rad, maka 1 Sv = 100 Rem.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4 Coulomb/kg udara 1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara

(48)

d. Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam;

1 mR = 10-3 R.

e. Satuan untuk Dosis serap

Dosis serap (D) ialah perbandingan energi yang diberikan oleh radiasi pengion (E) kepada materi dalam elemen volume yang mempunyai massa (m). Satuan ini menggambarkan jumlah radiasi yang diterima oleh pasien.

Satuannya adalah Roentgen Absorbed Dose (rad) dan gray (Gy).

1 Gy = 1J/kg = 100 rad 2.13 Multi Meter X Ray

Detektor merupakan suatu bahan yang peka atau sensitif terhadap radiasi yang bila dikenai radiasi akan menghasilkan tanggapan mengikuti mekanisme yang telah dibahas sebelumnya. Perlu diingat bahwa setiap jenis radiasi mempunyai cara berinteraksi yang berbeda-beda sehingga suatu bahan yang sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi yang lain. Sebagai contoh, detektor radiasi gamma belum tentu dapat mendeteksi radiasi neutron.

Sebenarnya terdapat banyak jenis detektor, tetapi di sini hanya akan dibahas tiga jenis detektor yang biasa digunakan untuk mengukur radiasi yaitu, detektor isian gas, detektor sintilasi, dan detektor semikonduktor.

2.14 Multi Meter X Ray Piranha

Merupakan detektor universal yang dapat digunakan untuk pengukuran hampir semua sistem sinar-X. Beberapa parameter dan besaran fisis dapat diperoleh dalam satu eksposi, misalnya radiasi,tegangan, waktu eksposi dan HVL. Piranha ini kemudian dihubungkan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada halaman sebelumnya maka penyusun simpulkan bahwa upaya Bank BTN Syariah Kantor Cabang Medan untuk bersaing pada marketing funding

Dilihat dari data pengkajian Ny “L” terdapat keluhan seperti nyeri pinggang sering BAK Untuk mengurangi rasa nyeri pinggang yang dialami yaitu dengan mempertahankan postur,

Untuk meningkatkan evaluasi mutu pelayanan kefarmasian pada indikator evaluasi mutu pelayanan farmasi klinik adalah melakukan sesuai standar yaitu Peraturan Menteri

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog

Perilaku merokok kaum laki-laki mudah kita jumpai sekitar kita, kecendrungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun, baik pada laki-laki maupun

Berdasarkan hasil penelitian tentang Persepsi Siswa terhadap Permainan Kecil dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri

Uraian di atas menjelaskan bahwa media yang dipakai guru, motivasi, lingkungan keluarga, kesegaran jasmani dan status gizi sangat berperan penting terhadap hasil

Bahwa Organisasi Pemerintahan Desa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Pemerintahan Desa,