• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TESIS OLEH ANISHA HARDIANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR EKONOMI DAN SOSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TESIS OLEH ANISHA HARDIANTI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

ANISHA HARDIANTI 187018010

MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ANISHA HARDIANTI 187018010

MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(4)
(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 07 September 2020

DEWAN PENGUJI TESIS

Ketua : Irsad, SE., M.Soc.Sc., Ph.D Anggota : 1. Dr. Dede Ruslan, M.Si

2. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec 3. Dr. Rujiman, MA

4. Dr. Rahmanta, M.Si

(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

1. Nama : Anisha Hardianti

2. Tempat/ Tanggal lahir : Langsa, 30 September 1995 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Orangtua

a. Ayah : Abdul Hamid

b. Ibu : Nur’aini

6. Alamat : Jl. Sidomulyo, Desa Lengkong, Kec Langsa Baroe, Kota Langsa

Data Pendidikan

1. SD : SD Negeri 1 Kr.Anyar

Tahun 2001-2007

2. SMP : SMP Negeri 3 Langsa

Tahun 20017-2010

3. SMA : SMA Negeri 3 Langsa

Tahun 2010-2013

4. S-1 : Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Medan (UNIMED) Tahun 2013-2017

5. S-2 : Magister Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) Tahun 2018 - 2020

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur jalan, infrastruktur listrik, infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pendidikan. Data yang digunakan adalah data sekunder dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini menggunakan model regresi panel dengan alat bantu untuk mengolah data digunakan program Eviews 10.0. Data diolah menggunakan analisis data panel dengan model regresi terbaik sesuai dengan karakteristik data penelitian ini, yaitu model Fixed Effect Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi dan sosial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara parsial infrastruktur jalan, listrik, kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Infrastruktur Ekonomi Dan Sosial, Data Panel, Fixed Effect Model.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad, SE, M.Soc.Sc, PhD selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Dede Ruslan M.Si selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S,S.E., M.Ec selaku sekretaris Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(11)

6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S,S.E., M.Ec, Dr.Rujiman, M.A dan Bapak Dr. Rahmanta selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Bapak/Ibu dosen dan staf pegawai Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

8. Orang Tua yang sangat saya cintai dan saya sayangi ayahanda Abdul Hamid dan ibunda Nur’aini yang telah memberikan kasih sayang dan segala dukungan baik moril maupun materiil.

9. Teruntuk suami Rian Jura Arrazi S.P yang telah memberikan dukungan,motivasi dan bersedia menemani dalam keadaan susah maupun senang dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Teruntuk sahabat Cindy Yolanda, dan Mukarramah yang telah memberikan motivasi, dukungan, semoga persahabatan dan silaturahmi tetap terjalin dan apa yang kita cita-citakan dapat tercapai.

11. Teman-teman Jurusan Magister Ilmu Ekonomi yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini khususnya angkatan 2018.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga kita semua selalu dalam lindungan ALLAH SWT.

Hormat Saya,

( Anisha Hardianti)

(12)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.1.1. Defenisi Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.1.2. Mengukur Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 17

2.1.3.1. Teori Ekonomi Klasik ... 17

2.1.3.2. Teori Harrod Domar ... 18

2.1.3.3. Teori Neoklasik Sollow... 19

2.1.3.4. Teori Pertumbuhan Endogen... 23

2.1.3.5. Faktor- Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ... 25

2.2. Infrastruktur ... 32

2.2.1. Defenisi Infrastruktur ... 32

(13)

2.2.3. Infrastruktur Jalan ... 35

2.2.4. Infrastruktur Listrik ... 39

2.2.5. Infrastruktur Kesehatan ... 42

2.2.6. Infrastruktur Pendidikan... 44

2.3. Hubungan Infrastruktur Dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 46

2.3.1. Hubungan Infrastruktur Ekonomi Dengan pertumbuhan Ekonomi... 48

2.3.2. Hubungan Infrastruktur Sosial Dengan pertumbuhan Ekonomi... 50

2.4. Penelitian Terdahulu ... 53

2.5. Kerangka Konseptual ... 56

2.6. Hipotesis Penelitian ... 58

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 59

3.2. Sumber dan Jenis Data ... 59

3.3. Defenisi Operasional ... 60

3.4. Batasan Kajian ... 61

3.5. Model Analisis Data ... 62

3.5.1. Common Effect Model (CEM) ... 63

3.5.2. Fixed Effect Model (FEM) ... 64

3.5.3. Random Effect Model ( REM) ... 65

3.5.4. Metode Pemilihan Model ... 66

3.6. Pengujian Parameter Model ... 68

3.6.1. Uji - T ... 69

3.6.2. Uji – F ... 69

3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

4.1. Gambaran Umum Indonesia ... 71

(14)

4.2. Deskripsi Data ... ... 73

4.2.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 75

4.2.2. Perkembangan Infrastruktur Jalan Indonesia ... 79

4.2.3. Perkembangan Infrastruktur Listrik Indonesia ... 81

4.2.4. Perkembangan Infrastruktur Kesehatan Indonesia ... 84

4.2.5. Perkembangan Infrastruktur Pendidikan Indonesia ... 87

4.3. Estimasi Model Data Panel ... 89

4.3.1. Uji Chow ... ... 90

4.3.2. Uji Hausman ... ... 90

4.4. Hasil Estimasi dan Interpretasi ... 91

4.4.1. Interpretasi Pulau Sumatera ... 95

4.4.2. Interpretasi Pulau Jawa dan Bali ... 98

4.4.3. Interpretasi Pulau Nusa Tenggara dan Kalimantan ... 99

4.4.4. Interpretasi Pulau Sulawesi ... 101

4.4.5. Interpretasi Pulau Maluku dan Papua ... 103

4.4.6. Analisis Pengaruh Infrastruktur jalan Terhadap Pertum- buhan Ekonomi . ... 104

4.4.7. Analisis Pengaruh Infrastruktur Listrik Terhadap Pertum- buhan Ekonomi . ... 106

4.4.8. Analisis Pengaruh Infrastruktur Kesehatan Terhadap Per- tumbuhan Ekonomi ... 107

4.4.9. Analisis Pengaruh Infrastruktur Pendidikan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 112

5.1.Kesimpulan ... 112

5.2. Saran ... ... 112

DAFTAR PUSTAKA .………. ... 114

DAFTAR LAMPIRAN .………. ... 117

(15)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Hal

1.1. Rasio Infrastruktur Ekonomi (Jalan dan Listrik) Dengan

Pengguna di Indonesia Tahun 2014 dan 2018 ... 7

1.2. Rasio Infrastruktur Sosial (Pendidikan dan Kesehatan) Dengan Pengguna di Indonesia Tahun 2014 dan 2018 ... 9

2.1.Penelitian Terdahulu Berkaitan Dengan Infrastruktur Ekonomi dan Sosial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 54

3.1. Sumber dan Jenis Data Penelitian ... 60

4.1. Pembagian Provinsi dan Pulau Wilayah KBI dan KTI ... 71

4.2. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 74

4.3. Hasil Uji Chow ... ... 90

4.4. Hasil Uji Haustman ... ... 91

4.5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model ... 92

4.6. Interpretasi Koefisien FEM Pulau Sumatera... 96

4.7. Interpretasi Koefisien FEM Pulau Jawa dan Bali ... 98

4.8. Interpretasi Koefisien FEM Pulau Nusa Tenggara dan Kalimantan ... 100

4.9. Interpretasi Koefisien FEM Pulau Sulawesi ... 101

4.10. Interpretasi Koefisien FEM Pulau Maluku dan Papua ... 103

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Hal

1.1.Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 – 2018 ... 3

1.2.Skor Daya Saing Infrastruktur Negara Asia Tenggara Tahun 2018 ... 6

2.1. Kerangka Konseptual ... ... 57

4.1. Peta Negara Indonesia ... ... 71

4.2. Peringkat Pertumbuhan Ekonomi 34 Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2014 ... ... 77

4.3. Peringkat Infrastuktur Panjang Jalan 34 Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2014 ... ... 80

4.4. Peringkat Infrastruktur Listrik 34 Provinsi di Indonesia Tahun 2013 -2014 ... ... 83

4.5. Peringkat Infrastruktur Kesehatan 34 Provinsi di Indonesia Tahun 2013- 2014 ... ... 86

4.6. Peringkat Infrastruktur Pendidikan 34 Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2014 ... ... 88

(17)

DAFTAR SINGKATAN

BUMD : Badan Usaha Milik Daerah BUMN : Badan Usaha Milik Negara

C : Konsumsi

CEM : Common Effect Model DAK : Dana Alokasi Khusus

ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral FEM : Fixed Effect Model

GCI : Global Comtitiveness Index

I : Investasi

IPTEK : Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

K : Kapital

L : Labor

MGDs : Millennium Development Goals MVW : Mega Volt Ampere

OLS : Ordinary Least Square.

PDB : Produk Domestik Bruto

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto PLBN : Pos Lintas Batas Negara

PLS : Pooled Least Square

Q : Quantity

REM : Random Effect Model SDM : Sumber Daya Manusia UU : Undang – Undang

WHO : World Health Organization

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Harga Konstan 2010 Tahun

2014-2018 ... ... 117

2 Perkembangan Infrastruktur Jalan menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 ... ... 118

3 Perkembangan Infrastruktur Listrik menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 ... ... 119

4 Perkembangan Infrastruktur Kesehatan menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 ... ... 120

5 Perkembangan Infrastruktur Pendidikan menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 ... ... 121

6 Uji Chow Test ... ... 122

7 Uji Haustman ... ... 122

8 Hasil Output Regresi Fixed Effect Model ... 123

9 Model Persamaan berdasarkan Provinsi ... 124

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setiap negara berupaya untuk melaksanakan pembangunan. Pembangunan di Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijaksanaan pembangunan dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi di Indonesia secara resmi dimulai sejak dimulainya rencana pembangunan lima tahun (Repelita I) pada tahun 1969 dan prosesnya berjalan mulus selama beberapa dekade 1970-an dan 1980-an (Tambunan, 2012:39).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara. Komponen dasar atau nilai inti keberhasilan pembangunan ekonomi antara lain kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) dan kebebasan (freedom), yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh setiap masyarakat (Todaro, 2011:25). Kecukupan dalam hal ini mencerminkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, papan, sandang, kesehatan dan keamanan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk dapat menjalankan kehidupannya.

Pembangunan ekonomi atau biasa disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dilihat dengan dua pendekatan yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan produksi. Dalam pendekatan pengeluaran para pelaku ekonomi dalam suatu perekonomian dapat dibagi dalam sektor rumah tangga yaitu konsumen (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), sektor luar negeri yaitu ekspor

(20)

(X) dan impor (M). Keempat sektor tersebut lebih dikenal dengan sebutan sektor riil.

Dari sisi pendekatan produksi, pertumbuhan ekonomi sendiri dipengaruhi oleh tenaga kerja (L) dan modal (K). Menurut Teori Ekonomi Klasik yang dikemukakan oleh Solow dan Swam pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyediaan faktor produksi (tenaga kerja, akumulasi modal dan sumber daya alam) dan tingkat kemajuan teknologi. Hal ini sejalan dengan tiga faktor atau komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhan penduduk (growth in population), dan kemajuan teknologi (technological progress) (Todaro & Smith, 2011).

Di Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa di awal pembangunan (awal era Suharto) proporsi dari jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan masih sangat besar, pertumbuhan ekonomi sangat penting sebagai prioritas pembangunan jangka pendek (Tambunan, 2012). Pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi Produk Domestik Bruto (PDB) potensial atau output nasional negara, yang menentukan tingkat standar hidup negara tersebut.

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur antara lain dengan besaran yang disebut Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu perubahan tingkat ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sukirno, 2006). Ini berarti bahwa untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, harus membandingkan pendapatan riil daerah yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Indikator yang digunakan adalah PDRB. Ekonomi Indonesia

(21)

tahun 2018 tumbuh 5,17% (yoy), tertinggi sejak tahun 2014 hal ini dilihat dari PDB Indonesia berdasarkan harga konstan pada tahun 2010 dan harga berlaku.

Adapun pada gambar 1.1 dapat terlihat laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014-2018.

Sumber : BPS Indonesia 2014-2018 (data diolah).

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 -2018 Gambar 1.1. menunjukkan grafik laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2014-2018. PDB Indonesia pada tahun 2018 atas dasar harga berlaku mencapai Rp14.837,4 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2018 merupakan capaian PDB tertinggi sejak lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh permintaan domestik, sebagai dampak berlanjutnya proyek infrastruktur yang kemudian memberikan dampak pengganda kepada konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan dan nonbangunan (BI.go.id : 2018). Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia tahun 2015 tumbuh sebesar 4,8% (yoy), di mana PDB dasar harga konstan (2010) mencapai Rp 8.982,5 triliun. Sementara berdasarkan atas dasar harga berlaku mencapai Rp 11.526,3

4.7 4.75 4.8 4.85 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2

0.00 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 16,000,000.00

2014 2015 2016 2017 2018

Laju PDB ( %)

PDB (Rp)

Harga konstan (Rp) Harga Berlaku ( Rp) PDB ( milyar ) laju PDB %

(22)

triliun, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 5,0% (yoy) padahal menurut perkiraan Bank Indonesia di awal tahun sebesar 5,4-5,8%

(BI.go.id).

Perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 dipengaruhi oleh faktor siklikal maupun struktural. Faktor siklikal terutama bersumber dari perlambatan ekonomi Tiongkok, berlanjutnya penurunan harga komoditas, dan ketidakpastian normalisasi kebijakan moneter AS. Sementara itu, faktor struktural terutama terjadi di negara maju, yang bersumber dari menurunnya potensial output akibat faktor demografi (ageing population) dan penurunan tingkat investasi pascakrisis keuangan global.

Berdasarkan laporan perkembangan perekonomian Indonesia oleh Bank Indonesia (BI.go.id : 2015) meskipun ekonomi domestik melambat untuk keseluruhan tahun 2015, momentum pemulihan ekonomi mulai terlihat di paruh kedua 2015 didorong oleh stimulus fiskal pemerintah. Di tengah rendahnya penerimaan pajak, kebijakan reformasi fiskal terutama berkurangnya subsidi telah membuka ruang stimulus bagi perekonomian. Stimulus fiskal tercermin dari peningkatan belanja pemerintah khususnya belanja modal terkait proyek-proyek infrastruktur pemerintah.

Dengan diketahui sumber-sumber pertumbuhan ekonomi maka dapat ditentukan sektor prioritas pembangunan suatu wilayah. Pandangan umum adalah pengeluaran pemerintah khususnya pada pembangunan infrastruktur fisik yang dapat mempercepat pertumbuhan (growth-reterding), berupa fasilitas atau barang publik yang akan mendukung peningkatan output barang dan jasa tiap-tiap daerah.

(23)

Infrastruktur menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dewasa ini infrastruktur merupakan salah satu program prioritas pemerintah untuk pembangunan. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian integral pembangunan nasional dan roda penggerak pertumbuhan ekonomi (Bappenas : 2009). Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur diyakini sebagai motor pembangunan suatu kawasan. Pengadaan infrastruktur merupakan program untuk menaikkan indeks daya saing infrastruktur di Indonesia (Kemenpu-Pera : 2019). Daya saing yang baik diperlukan guna menarik investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan masuknya investasi tentunya akan dapat beragam manfaat, mulai terbukanya lapangan kerja yang lebih besar hingga potensi pertumbuhan ekonomi nasional. Infrastruktur yang baik juga akan merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena aktifitas ekonomi yang semakin meningkat sebagai akibat mobilitas faktor produksi dan aktivitas perdagangan yang semakin tinggi.

Pemerintah senantiasa memberikan prioritas bagi pembangunan dan berfungsinya infrastruktur dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi (Bappenas : 2009). Kondisi penyediaan infrastruktur yang meliputi transportasi, ketenagalistrikan, energi, pos, telekomunikasi dan informatika, sumber daya air, serta perumahan, pelayanan air minum, fasilitas pendidikan, dan penyehatan lingkungan di Indonesia masih tertinggal. Dalam laporan pada tahun 2018, World Economic Forum (WEF) mengungkapkan bahwa tingkat daya saing Indonesia masih tertinggal dari beberapa Negara Asia. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2.

(24)

Sumber : World Economic Forum, 2018

Gambar 1.2. Skor Daya Saing Infrastruktur Negara-Negara Asia Tenggara Tahun 2018

Berdasarkan gambar 1.2 terdapat selisih ketertinggalan jauh kondisi infrastruktur Indonesia dibandingkan dengan Singapura. Meskipun demikian Indonesia tidak terlalu jauh perbandingan dengan Thailand. Kurangnya kualitas Infrastruktur di Indonesia akan memicu sulitnya atau besarnya biaya produksi untuk barang dan jasa sehingga tingkat biaya ekonomi terbilang tinggi (High cost economy). Berkurangnya kualitas dan pelayanan dan tertundanya pembangunan infrastruktur akan menghambat laju pembangunan nasional.

Upaya pembenahan kondisi infrastruktur di Indonesia dianggap penting untuk mengurangi pengangguran, kemiskinan, kesenjangan pendapatan, dan dampak panjang bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Infrastruktur yang baik tentunya akan mempengaruhi produktivitas masyarakat dan diharapkan

95.7 77.89

71.31 69.66 66.83 65.44 59.42 57.52 51.67

0 20 40 60 80 100 120

Singapura Malaysia Brunei D Thailand Indonesia Vietnam Filipina Laos Kamboja

(25)

mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Program pembangunan Infrastruktur di Indonesia diutamakan pada kebutuhan dasar atau pokok masyarakat mulai dari kebutuhan manusia atau ekonomi seperti listrik, dan transportasi seperti jalan raya sedangkan dalam hubungan infrastruktur sosial melalui fasilitas sekolah dan kesehatan di tiap–tiap daerah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS dan Kementrian ESDM, pada tahun 2014 dan tahun 2018 dilihat dari rasio kuantitas infrastruktur ekonomi panjang jalan dengan volume kendaraan atau penggunanya menunjukkan angka yang semakin menurun. Sedangkan rasio infrastruktur energi (listrik) menunjukkan semakin baik. Lebih jelas mengenai perkembangan infrastruktur ekonomi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Rasio Infrastruktur Ekonomi (Jalan dan Listrik) Dengan Pengguna di Indonesia Tahun 2014 dan 2018

No Kondisi Infrastruktur

Indonesia Tahun 2014 Rasio Tahun 2018 Rasio 1 Panjang Jalan

(Km) 517.753

1 : 220

539.353

1 : 257 2 Volume Kendaraan

(Unit) 114.209.260 138.556.669

3 Daya tersambung (MVA) 100.030,53

1 : 575

130.280,55

1 : 552 4 Jumlah Pelanggan

57.493.234 71.917.397

Sumber : BPS dan Statistik ESDM (diolah).

Berdasarkan Tabel 1.1, secara umum perkembangan kondisi infrastruktur di Indonesia tahun 2014 dengan tahun 2018 menunjukkan kondisi semakin memprihatinkan. Indikator ini dapat dilihat dari besaran rasio infrastruktur dengan penggunanya yang cenderung semakin besar. Ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 1 : 220 yang berarti bahwa setiap panjang jalan sepanjang 1 km dapat diakses kendaraan baik kendaraan roda 4 maupun roda 2 sebanyak 220 kendaraan. Kondisi ini berbeda

(26)

dengan kondisi pada tahun 2018, dimana ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan mencapai 1 : 257 yang berarti bahwa setiap panjang jalan sepanjang 1 km dapat diakses kendaraan baik kendaraan roda 4 maupun roda 2 sebanyak 257 kendaraan. Kondisi di atas menunjukkan bahwa jumlah kendaraan pada tahun 2018 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2014.

Artinya, ketersediaan panjang jalan dengan jumlah kendaraan semakin tidak memadai.

Sedangkan rasio infrastruktur energi (listrik) rasionya menunjukkan semakin baik. Pada tahun 2014 rasio per MVA dengan jumlah pelanggan 1 : 575 pada tahun 2018 meningkat menjadi 1 : 552 artinya, penyediaan energi yang merupakan investasi sosial untuk mendukung pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat baik di kota maupun di pedesaan semakin baik meskipun angka tersebut masih terlalu besar dalam mengefisienkan daya listrik bagi tiap-tiap penggunanya. Terlambatnya Indonesia membangun infrastruktur kelistrikan membuat ketersediaan tenaga listrik di negeri ini tidak cukup untuk memenuhi tingkat kebutuhannya. Akibatnya, kelistrikan belum benar- benar optimal berperan sebagai pendorong pembangunan ekonomi.

Selain infrastruktur ekonomi, hal yang dianggap mendukung dalam peningkatan perekonomian suatu daerah adalah fasilitas pendidikan dan kesehatan. Menurut Mankiw (2007) pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas modal manusia. Peningkatan modal manusia dapat mengacu pada sarana dan prasarana bidang pendidikan, selain dari pada itu hal yang dianggap penting lainnya adalah investasi yang mendorong ke arah populasi yang sehat yaitu sarana dan prasarana dalam bidang kesehatan.

(27)

Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar di suatu wilayah. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2011).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, PDDIKTI, Kemendikbud, dan Kemenag pada tahun 2014 dan tahun 2018 dilihat dari rasio kuantitas infrastruktur sosial berupa pendidikan yaitu jumlah sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi negeri dan swasta serta jumlah siswa dan jumlah mahasiswa atau penggunanya menunjukkan angka yang semakin meningkat. Sedangkan rasio infrastruktur sosial berupa kesehatan menunjukkan semakin baik. Lebih jelas mengenai perkembangan infrastruktur sosial di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Rasio Infrastruktur Sosial (Pendidikan dan Kesehatan) Dengan Pengguna di Indonesia Tahun 2014 dan 2018

No Kondisi Infrastruktur

Indonesia Tahun 2014 Rasio Tahun 2018 Rasio 1 Infrastruktur Pendidikan

(Unit) 26.237

1 : 615

30.093

1 : 540 2 Jumlah Murid dan

Mahasiswa (Orang) 16.128.783 16.245.870

3 Infrastruktur Kesehatan

(Unit) 20.891 1 :

12070 25.244 1 : 10498 4 Jumlah Penduduk (Orang) 252.164.800 265.015.300

Sumber : BPS, PDDIKTI, Kemendikbud, Kemenag (diolah).

Rasio infrastruktur sosial berupa pendidikan dan kesehatan dengan penggunanya secara umum semakin meningkat antara tahun 2014 dan tahun 2018.

Namun angka rasio masih tergolong tinggi. Indikasi ini menunjukkan sarana dan

(28)

prasarana pendidikan dan kesehatan di Indonesia perlu ditingkatkan. Kondisi seperti ini akan menyebabkan rendahnya mutu modal manusia (human capital) yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang dihasilkan dari setiap kegiatan ekonomi.

Peneliti terdahulu yang membahas tentang pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap perekonomian memperoleh hasil yang bervariasi. Perbedaan hubungan yang terjadi pada penelitian terdahulu terkait dengan perbedaan kondisi tiap-tiap negara yang diteliti. Salah satunya adalah penelitian oleh Prasetyo dan Firdaus (2009) menyimpulkan bahwa kegiatan perekonomian di Indonesia masih bersifat padat karya dan infrastruktur listrik, jalan maupun air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap perekonomian di Indonesia.

Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Maqin (2014) bahwa infrastruktur jalan dan pendidikan memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan. Sedangkan infrastruktur kesehatan memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.

Kemudian, Demurger (2001) menyimpulkan bahwa selain reformasi dan derajat keterbukaan, kondisi infrastruktur berperan signifikan dalam mempengaruh disparitas pertumbuhan regional.

Berdasarkan alasan teoritis, terdapat beberapa pendapat yang kontroversi terhadap peranan infrastruktur jalan, listrik, pendidikan dan kesehatan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang baik dalam jangka panjang. Secara teori dinyatakan bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat maka permintaan aggregat akan meningkat. Dari identifikasi beberapa masalah dan fakta di atas maka dapat dilihat bahwa infrastruktur ekonomi dan sosial berkontribusi terhadap

(29)

pertumbuhan ekonomi Indonesia, adanya kecenderungan perubahan pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuktikan secara ilmiah apakah infrastruktur ekonomi dan sosial memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah- masalah yang timbul dalam mempengaruhi infrastruktur sosial dan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Apakah infrastruktur jalan yang diukur melalui total panjang jalan Negara, Provinsi, dan Kabupaten / Kota menurut Provinsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Apakah infrastruktur listrik yang diukur melalui daya tersambung per kelompok pelanggan menurut Provinsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

3. Apakah infrastruktur kesehatan yang diukur melalui jumlah rumah sakit, rumah sakit khusus dan puskesmas menurut Provinsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

4. Apakah infrastruktur pendidikan yang diukur melalui jumlah sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi menurut Provinsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(30)

1. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur jalan yang diukur melalui total panjang jalan Negara, Provinsi, dan Kabupaten / Kota menurut Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur listrik yang diukur melalui daya tersambung per kelompok pelanggan menurut Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur kesehatan yang di ukur melalui jumlah rumah sakit umum, rumah sakit khusus dan puskesmas menurut Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

4. Untuk menganalisis pengaruh infrastruktur pendidikan yang diukur melalui jumlah sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi menurut Provinsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan masukan kepada pemerintah pusat dan daerah dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayahnya.

2. Tambahan referensi dalam menyusun tulisan yang relevan dengan bidang ekonomi.

3. Wacana tambahan yang berkontribusi bagi perkembangan dunia penelitian, khususnya di Indonesia.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk mengukur secara kuantitatif perkembangan kegiatan ekonomi dengan membandingkan tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Menurut Arsyad (2011 : 12), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Menurut Iskandar (2013 : 411) Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan tertentu.

Selain itu menurut Mahyudi (2004 : 35) pengertian pertumbuhan ekonomi adalah nilai hasil perlakuan terhadap suatu perencanaan kegiatan (sektor) yang sekarang dibandingkan dengan keadaan sektor tahun lalu. Menurut Tambunan (2012 : 40) dari sisi penawaran agregat, faktor-faktor pendorong adalah perubahan kemajuan teknologi, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan penemuan material-material baru untuk produksi. Dalam periode jangka panjang, pertumbuhan yang berkesinambungan membawa peruahan struktur ekononomi lewat efek peningkatan pendapatan masyarakat (dari sisi permintaan) dan akan memicu pertumbuhan ekonomi.

(32)

Menurut Todaro (2011 : 118) Tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang paling penting adalah sebagai berikut:

a. Akumulasi modal, mencakup semua investasi lahan, peralatan fisik, dan sumber daya manusia melalui peningkatan kesehatan,pendidikan dan keterampilan kerja.

b. Pertumbuhan populasi yang menyebabkan pertumbuhan angkatan kerja (labor force).

c. Kemajuan Teknologi.

Berdasarkan beberapa pengertian pertumbuhan ekonomi dari beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara. Dalam kegiatan ekonomi sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fisik. Beberapa perkembangan ekonomi fisik yang terjadi di suatu negara adalah pertambahan produksi barang dan jasa dan perkembangan infrastruktur.

2.1.2. Mengukur Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan (Tambunan : 2012 : 40). Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan Produk Domestik Bruto (PDB).

Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Menurut pendekatan produksi, PDB adalah nilai Output dari semua

(33)

sektor ekonomi atau lapangan usaha. Sedangkan melalui pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti gaji atau upah tenaga kerja, pemilik modal dari bunga atau hasil investasi, pemilik tanah dari sewa tanah atau hasil jual serta pengusaha dari keuntungan bisnis atau perusahaannnya.

Adapun menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari seluruh komponen dari permintaan akhir yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan lembaga swasta yang tidak berorientasi profit / nirlaba (C), pembentukan modal tetap domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi pemerintah (G), ekspor (X) dan Impor (M).

Dalam pembahasan teori produksi (Teori Ekonomi Mikro), telah diperkenalkan dengan fungsi produksi klasik sederhana (Rahardjo, 2008: 136) dimana Q = output, K = barang modal, L = tenaga kerja

Q = f (K,L)

Untuk analisis pertumbuhan ekonomi (analisis makro), model klasik tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut, yaitu Q = output atau PDB, K = barang modal, L = tenaga kerja, T = teknologi, U = uang, sehingga dapat ditulis persamaan:

Q = f (K,L,T,U)

(34)

Produktivitas pada umumnya hanya di definisikan sebagai perbandingan antara output dan input tertentu dalam suatu periode. Ukuran-ukuran produktivitas merupakan konsep yang sering dijumpai. Namun konsep ini telah berkembang dengan diperkenalkannya suatu konsep fungsi produksi oleh Paul Douglass &

Charles Cobb yang menggunakan input modal dan tenaga kerja dalam bentuk suatu persamaan untuk mengestimasi parameternya. Fungsi Cobb-Douglas ini kemudian dikenal dengan dengan nama fungsi Cobb-Douglass. Fungsi ini cukup popular dalam riset-riset ekonomi disamping perhitungannya yang sederhana juga konsistensinya dengan teori (Yotopaulus, Pan. A, and Jeffry B. Nurgent 91976), Economics of Development: Emperical Investigation, Harper Internasional Edision, Singapore.

Mankiw menyatakan bahwa banyaknya keluaran produksi ditentukan dari jumlah modal dan tenaga kerja. Secara matematis, Dornbusch et al. menuliskan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah :

Y = cK α L 1−α

Keterangan :

Y : besarnya hasil produksi,

K : besarnya modal,

L : banyaknya tenaga kerja,

c : efisiensi produksi,

α dan (1 − α) = β : elastisitas masing-masing faktor produksi.

(35)

2.1.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi 2.1.3.1. Teori Ekonomi Klasik

Teori Ekonomi Klasik dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith dan David Ricardo. Menurut Smith, pertumbuhan ekonomi secara klasik dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.

Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan, dan manajemen yang lebih baik (Sukirno, 2010 : 433).

Adam Smith pada dasarnya menentang setiap campur tangan pemerintah dalam industri dan perniagaan. Ia penganut paham perdagangan bebas dalam ekonomi. Kekuatan yang tidak terlihat yaitu pasar persaingan sempurna yang merupakan mekanisme menuju keseimbangan secara otomatis, cenderung untuk memaksimumkan kesejahteraan sosial.

Smith mengungkapkan pada pertumbuhan output total sistem produksi suatu negara dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sumber daya alam yang tersedia

Apabila sumber daya alam yang belum dipergunakan secara maksimal, maka jumlah penduduk dan stok modal merupakan pemegang peranan dalam pertumbuhan output. Ketika sumber daya alam sudah digunakan secara maksimal maka pertumbuhan output akan terhenti.

2. Sumber daya insani

Jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan angkatan kerja yang bekerja di masyarakat.

(36)

3. Stok barang modal

Jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal.

Menurut pandangan para ekonom klasik terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi. Dalam komponen pertumbuhan ekonomi ini, Todaro (2006:118) membagi tiga komponen penting pertumbuhan ekonomi, pertama adalah akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam lahan, peralatan fisik, dan sumber daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ketrampilan kerja.Kedua, pertumbuhan jumlah penduduk yang akhirnya menyebabkan pertubuhan angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi atau cara-cara baru menyesuaikan pekerjaan.

2.1.3.2. Teori Harrod-Domar

Dalam teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomin dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. (Sukirno, 2010 : 435). Dalam perekonomian pada dasarnya harus mencadangkan atau menyisihkan sebagian dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau mengganti barang-barang modal yang telah susut.

Namun untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan netto terhadap stok modal maka dengan begitu setiap tambahan netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GDP. Di bawah ini merupakan

(37)

versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar Persentase GDP (∆Y/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional, yaitu s serta rasio modal output nasional k.

Tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (semakin banyak bagian GDP yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan secara negatif atau berbanding terbalik terhadap rasio modal output dari suatu perekonomian (semakin besar rasio modal output nasional maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah).

Supaya bisa tumbuh dengan pesat, setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan sebanyak mungkin bagian dari GDP-nya. Semakin banyak yang dapat ditabung dan kemudian diinvestasikan maka laju pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat (Todaro, 2011 : 136). Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teori yang dikemukakan oleh Keynes. Teori Harrod-Domar menekankan pentingnya investasi dalam jangka panjang dan menunjukan pembentukan modal pada masa sebelumnya akan selalu digunakan sesudahnya.

2.1.3.3. Teori Neoklasik Solow

Teori ini dikembangkan oleh Solow. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penambahan persediaan faktor faktor produksi dan tingkat kemajuan tekonologi. Pandangan ini didasarkan pada anggapan yang diperoleh oleh Mahzab Klasik yang menyatakan bahwa

(38)

perekonomian berada pada kondisi full employment sehingga faktor-faktor produksi sudah digunakan secara penuh (Sukirno, 2008).

Model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan.

Berbeda dengan model Harrod-Domar yang mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoretisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Model pertumbuhan Neoklasik Solow memakai fungsi agregat standar berikut:

Y adalah PDB, K adalah stok modal dan modal manusia, L adalah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Sedangkan simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal.

(39)

Dengan memperhatikan penawaran dan permintaan terhadap barang, dapat diketahui faktor yang menentukan banyaknya output yang diproduksi pada waktu tertentu. Dari modal ini akan terlihat pengaruh tingkat depresiasi dan investasi dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Persamaan model dicari dengan persamaan diferensial biasa karena hanya terdapat satu variabel bebas (Baiduri : 2002).

Menurut Amalia (2016) untuk menentukan persamaan model dari teori Solow-Swan dilakukan beberapa analisis. Analisis pertama dimulai dengan melakukan pendekatan pengeluaran agrerat. Pendekatan ini digunakan untuk menghitung kondisi mapan pada pendapatan nasional yaitu pada kondisi pendapatan nasional sama dengan pengeluaran agrerat. Pendapatan nasional merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam suatu periode, sedangkan pengeluaran agrerat merupakan kuantitas total barang dan jasa yang diproduksi atau ditawarkan dalam suatu perekonomian. Kondisi saat pengeluaran agrerat (Ye) sama dengan pendapatan nasional (Y) ditulis sebagai berikut :

Pengeluaran agrerat merupakan akumulasi antara besar konsumsi (C) dengan investasi (I) . Dapat ditulis dengan persamaan :

Konsumsi merupakan bagian dari pendapatan yang dibelanjakan (Yd) dikurangi dengan tabungan nasional (S). Pendapatan yang dibelanjakan adalah pendapatan yang siap dimanfaatkan untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi. Hubungan ini dapat ditulis sebagai berikut :

(40)

Saat kondisi tertentu, mengharuskan tingkat investasi sama dengan jumlah tabungan, atau besar pendapatan nasional sama dengan pendapatan yang dibelanjakan. Hal ini berarti atau .

Untuk melihat laju akumulasi modal terhadap waktu yang merupakan hasil pengurangan investasi kotor dengan depresiasi yaitu:

̇ ̇

Dengan I adalah investasi, adalah tingkat depresiasi, dan ̇

Diperoleh perubahan persediaan modal per jumlah tenaga kerja efektif yaitu:

̇

Karena

,

maka ̇

Disisi lain diasumsikan bahwa jumlah tenaga kerja (L) akan tumbuh secara konstan pada tingkat dan kemajuan teknologi (A) pada tingkat yang berarti jumlah tenaga kerja efektif akan tumbuh pada tingkat : ̇

dan Maka ̇ ̇

Sehingga diperoleh persamaan Solow yaitu :

̇ ̇ ̇

(41)

Dengan demikian, model pertumbuhan Solow dengan kemajuan teknologi yaitu : ̇

̇ adalah perubahan persediaan modal antara satu tahun tertentu dan tahun berikutnya, adalah break even investment, adalah tingkat investasi per jumlah tenaga kerja, adalah tingkat depresiasi per jumlah tenaga kerja, adalah tingkat pertumbuhan jumlah tenaga kerja per jumlah tenaga kerja, adalah laju akumulasi modal per jumlah tenaga kerja, adalah tingkat perkembangan teknologi yang mengoptimalkan jumlah tenaga kerja.

Analisis Solow menunjukkan kesimpulan bahwa faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi.

Teori ini memasukkan infrastruktur sebagai input dalam mempengaruhi output agregat dan juga merupakan sumber yang mungkin dalam meningkatkan batas- batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas pada pembangunan infrastruktur. Eksternalitas Infrastruktur mempengaruhi kegiatan produksi dengan memberikan aksesbilitas, kemudahan dan kemungkinan kegiatan produksi menjadi lebih efisien dan produktif.

2.1.3.4. Teori Pertumbuhan Endogen

Menurut teori neoklasik menyebutkan bahwa sebagian besar sumber pertumbuhan ekonomi merupakan faktor eksogen atau proses yang sama sekali independen dari kemajuan teknologi. Namun tidak begitu menurut teori pertumbuhan endogen, menurut teori pertumbuhan endogen pertumbuhan GDP ditentukan oleh sistem yang mengatur proses produksi dan bukan oleh kekuatan-

(42)

kekuatan di luar sistem. Teori ini mengasumsikan bahwa investasi sektor publik dan swasta dalam sumber daya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas yang membalikkan kecenderungan hasil yang semakin menurun yang alamiah. Teori ini menjelaskan keberadan skala hasil yang semakin meningkat dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antarnegara.

Karena teknologi masih memainkan peran penting dalam model-model ini, perubahan eksogen tidak diperlukan lagi untuk menjelaskan pertumbuhan jangka panjang. (Todaro, 2011).

Menurut Mankiw, (2007) teori pertumbuhan endogen menolak asumsi dasar Solow tentang perubahan teknologi eksogen (yang berasal dari luar). Mulai dengan fungsi produksi sederhana: Y = AK, di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang mengukur jumlah output yang dihasilkan tiap unit modal (perhatikan fungsi produksi ini tidak memiliki pengembalian modal yang kian menurun). Satu unit modal tambahan menghasilkan A unit output tambahan berapapun modal yang ada. Ketiadaan pengembalian modal yang kian menurun ini merupakan perbedaan kunci antara model pertumbuhan endogen ini dan model Solow. Akumulasi modal bisa digambarkan dengan persamaan: ∆K= sY-δK. Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (∆K) sama dengan investasi (sY) dikurangi depresiasi (δK), sehingga :

∆Y/Y = ∆K/K = sA – δ

Persamaan di atas menunjukkan apa yang menentukan tingkat pertumbuhan output ∆Y/Y. Sepanjang sA>δ, pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, bahkan tanpa asumsi kemajuan teknologi eksogen. Pada model Solow,

(43)

tabungan mendorong pertumbuhan sementara, tapi pengembalian modal yang semakin menurun akhirnya mendorong perekonomian mendekati kondisi mapan di mana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen.

Sebaliknya, pada model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan.

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Todaro (2011 : 170) menjelaskan ada tiga komponen pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti penting bagi setiap masyarakat. Ketiga komponen tersebut adalah:

a. Akumulasi Modal

Akumulasi modal (capital accumulation) akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini ditabung dan diinvestasikan lagi dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku dalam rangka meningkatkan stok modal (capital stock) secara fisik memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang.

Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastruktur”

ekonomi dan sosial. Contoh: pembangunan jalan-jalan raya, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi, pembangunan fasilitas komunikasi, peningkatan kualitas SDM, dsb, yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap aktivitas ekonomi produktif.

Contoh investasi yang dilakukan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya.

(44)

Tetapi tanpa fasilitas transportasi (jalan dan/atau kendaraan) yang memadai guna mengangkut tambahan produksi tersebut ke pasaran, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah produksi pangan nasional.

b. Populasi dan pertumbuhan angkatan kerja

Pertumbuhan jumlah penduduk, dan yang pada akhirnya dihubungkan dengan kenaikan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.

Positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan itu dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

c. Kemajuan Teknologi

Komponen kemajuan teknologi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

 Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress)

Terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Contoh: pengelompokan tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat. Ditinjau dari sudut analisis kemungkinan produksi, perubahan teknologi yang netral, yang dapat melipatgandakan output,

(45)

secara konseptual, sama saja artinya teknologi yang mampu melipat gandakan semua input produktif.

 Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor saving technological

progress) Penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja yang sama.

Penggunaan komputer elektronik, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenis mesin serta peralatan modern lainnya, Sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja. Jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai kegiatan produksi mulai dari pengemasan kacang sampai dengan pembuatan sepeda dan jembatan, semakin sedikit.

 Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological

progress) Di negara-negara Dunia Ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling diperlukan. Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efisien (yakni, yang memerlukan biaya lebih rendah), misalnya mesin pemotong rumput berputar atau mesin pengayak dengan tenaga tangan, pompa penghembus dengan tenaga kaki dan penyemprot mekanis di atas punggung untuk pertanian skala kecil.

Pengembangan teknik produksi di negara-negara berkembang yang murah, efisien dan padat karya (hemat modal) atau teknologi tepat guna merupakan salah satu unsur terpenting dalam strategi pembangunan jangka panjang yang berorientasi pada perluasan penyediaan lapangan kerja. Hal lain yaitu investasi

(46)

dalam modal manusia dan fisik dapat menghasilkan penghematan eksternal dan peningkatan produktivitas yang lebih.

Sedangkan M.L. Jhingan (2012) menjelaskan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi.

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi didalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut adalah:

1. Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat.

2. Akumulasi Modal

Faktor ekonomi kedua yang penting dalam pertumbuhan adalah akumulasi modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Profesor Nurkse,

(47)

“Makna pembentukan modal ialah, masyarakat tidak melakukan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat- alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.

Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang- barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional.

Jadi pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan. (a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; (b) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakan tabungan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki; (c) mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.

3. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi.

Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil resiko di antara ketidakpastian. Menurut Schumpeter, seorang wirausahaan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi).

(48)

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan prokduktifitas buruh, modal, dan faktor produksi yang lain.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.

Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

b. Faktor Non ekonomi

Faktor non ekonomi dan faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan perekonomian suatu negara. Dalam kenyataan, faktor non ekonomi pada umumnya mempengaruhi faktor ekonomi yang ditulis di atas. Oleh karena itu, faktor non ekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi.

Faktor non ekonomi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan dan kebudayaan barat ke arah penalaran (reasioning) dan skeptisme.

Ia menanamkan semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru dan akhirnya memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur, dan nilai nilai sosial.

Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi, dan menikmati risiko untuk memperoleh laba. Mereka mengembangkan apa yang oleh Lewis disebut, “hasrat

(49)

untuk berhemat” dalam rangka memaksimumkan output berdasarkan input tertentu. Kebebasan agama dan ekonomi kian mendorong perubahan pandangan dan nilai sosial. Unit keluarga terpisah menggantikan sistem keluarga bersama; ini sangat membantu pertumbuhan ekonomi modern.

2. Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada sumber daya manusia saja tetapi lebih menekankan pada efisiensi mereka. Peningkatan GNP perkapita berkaitan erat dengan pengembangan faktor manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitas yang melonjak di kalangan tenaga buruh. Inilah yang oleh para ahli ekonomi modern disebut pembentukan modal insan, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya. Tetapi jumlah penduduk yang melonjak cepat merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi. Dengan pendapatan perkapita dan tingkat pembentukan modal yang rendah, semakin sulit bagi negara terbelakang untuk menopang ledakan penduduk tersebut. Sekalipun output meningkat sebagai hasil teknologi yang lebih baik dan pembentukan modal, peningkatan ini akan ditelan oleh kenaikan jumlah penduduk. Alhasil tidak ada perbaikan dalam laju pertumbuhan nyata perekonomian.

3. Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern. Pertumbuhan ekonomi Negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan administrasi yang kokoh. Struktur politik dan administrasi

(50)

yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi negara terbelakang. Administrasi yang kuat, efisien, dan tidak korupsi, dengan demikian amat penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara.

2.2. Infrastruktur

2.2.1. Defenisi Infrastruktur

Definisi infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana. Infrastruktur merupakan fasilitas yang memungkinkan adanya kegiatan ekonomi dan pasar, seperti jaringan transportasi, komunikasi dan distribusi, utilitas, air, saluran air, dan sistem persediaan energi (Todaro dan Smith, 2011 : 82). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 38/ 2015 mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat serta mendukung jaringan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Menurut Prapti (2015 : 84) infrastruktur secara umum meliputi fasilitas- fasilitas publik yang disiapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah sebagai pelayan publik (sebagai akibat mekanisme pasar tidak bekerja) untuk menunjang dan mendorong aktivitas ekonomi maupun sosial suatu masyarakat. Infrastruktur yang disiapkan pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan setiap wilayah, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Istilah infrastruktur ini lebih mengarah ke infrastruktur teknis dan fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas jalan, air bersih, perlistrikan, telekomunikasi, pengelolahan limbah, bandara,

(51)

waduk, tanggul, kanal, kereta api secara fungsional dapat memperlancar aktivitas ekonomi masyarakat.

Berdasarkan beberapa pengertian infrastruktur di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa infrastruktur merupakan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maupun pihak swasta untuk mendorong kegiatan perekonomian suatu daerah. The World Bank (1994 : 2) mengemukakan bahwa Infrastruktur dapat memberikan manfaat besar dalam pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan kelestarian lingkungan tetapi hanya ketika menyediakan layanan tersebut dengan efektif dan efisien. Merujuk pada publikasi World Development Report (World Bank,1994 : 2) mengklasifikasikan infrastruktur menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Infrastruktur ekonomi, merupakan aset fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi final, meliputi public utilities (tenaga, telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas), public work (jalan, bendungan, kanal, saluran irigasi dan drainase) serta sektor transportasi (jalan, rel kereta api, angkutan pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).

b. Infrastruktur sosial, merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit dan pusat kesehatan), perumahan dan rekreasi (taman, museum dan lain-lain).

c. Infrastruktur administrasi/institusi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi serta kebudayaan.

(52)

Friawan (2008) ada tiga alasan utama mengapa infrastruktur penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Alasan pertama adalah ketersedian infrastruktur yang baru merupakan mesin utama pembangunan ekonomi. Kedua, untuk memperoleh manfaat yang penuh dari integrasi, ketersediaan jaringan infrastruktur sangat penting dalam memperlancar aktifitas perdagangan dan investasi. Alasan ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar negara. Infrastruktur terdiri dari beberapa subsektor, infrastruktur dalam bentuk perumahan dan transportasi merupakan cukup penting untuk menunjang kehidupan masyarakat.

Jadi infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara karena infrastruktur merupakan salah satu kebutuhan dasar fisik untuk jaminan ekonomi dalam bentuk layanan kepada masyarakat baik dari sektor publik maupun privat untuk kesejahteraan, memperlancar aktivitas ekonomi masyarakat serta perkembangan wilayah menjadi lebih baik jika infrastruktur kurang memadai maka akan terjadi masalah dan penurunan dalam laju pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

2.2.2. Jenis – Jenis Infrastruktur

Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2015, Jenis Infrastruktur mencakup :

Infrastruktur transportasi; Infrastruktur jalan; Infrastruktur sumber daya air dan irigasi; Infrastruktur air minum; Infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat; Infrastruktur sistem pengelolaan limbah setempat;Infrastruktur sistem pengelolaan persampahan; Infrastruktur telekomunikasi dan informatika;

Infrastruktur ketenagalistrikan; Infrastruktur minyak dan gas bumi dan energi

(53)

terbarukan; Infrastruktur konservasi energi; Infrastruktur fasilitas perkotaan;

Infrastruktur fasilitas pendidikan; Infrastruktur fasilitas sarana dan prasarana olahraga, serta kesenian; Infrastruktur kawasan; Infrastruktur pariwisata;

Infrastruktur kesehatan; Infrastruktur lembaga permasyarakatan; dan Infrastruktur perumahan rakyat.

Dalam penelitian ini infrastruktur yang dimaksud merupakan infrastruktur dasar atau pokok seperti infrastruktur jalan, listrik, pendidikan dan kesehatan.

Ketersediaan infrastruktur tersebut memberikan dampak terhadap sistem sosial dan sistem ekonomi yang ada di masyarakat. Pemerintah sebagai pemain utama dalam penyediaan infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasi pembangunan infrastruktur dan memrioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunan nasional, sehingga infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas.

2.2.3. Infrastruktur Jalan

Berdasarkan UU 38/2004 tentang Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Pemerintah selaku penyelenggara jalan berkewajiban melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. Infrastruktur merupakan dasar dari kualitas hidup, jalan yang baik memberikan dampak positif seperti mengurangi tingkat kecelakaan dan meningkatkan keselamatan publik ( Palei : 2015).

Referensi

Dokumen terkait

• To prevent an avoidable event, detect an event earlier, and respond an event rapidly, do rapid risk assessment and disseminate it to relative agencies on

[r]

Seperti pada bagian mendata pasien baru dan pasien berobat yang daftar pada klinik masih dilakukan dengan ditulis pada kertas, penyimpanan data rekam medis pasien yang ditulis

Pasien menjalani pemeriksaan rontgen torak dan diperoleh gambaran efusi pleura pada hemitorak kanan, kemudian pasien dilakukan pungsi pleura untuk dilakukan

Kayu kamper, kayu bengkirai, kayu keruing, kayu meranti, dan kayu kelapa adalah jenis material kayu yang telah lama dikenal dan umum digunakan, tetapi memiliki kelemahan-kelemahan

Penelitian dilakukan dengan metode evaluatif komparatif terhadap anak usia 12-14 bulan dengan berat lahir 1.501-2.499 gram untuk menilai kesetaraan antara pemeriksaan

Pengaruh Model P roject Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas X Sma Negeri.. 2 Surakarta Tahun

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan beberapa hal berikut : (1)Bagi guru/peneliti yang ingin