• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan Divisi Quality Control CV. "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior Pada Karyawan Divisi Quality Control CV. "X" Kota Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai OCB pada karyawan divisi QC CV.”X” kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan data survey dan pengambilan data dilakukan pada 30 orang responden karyawan divisi QC CV.”X” kota Bandung yang sudah memiliki masa kerja minimal 1 tahun

Alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data adalah kuesioner yang diturunkan dari teori Organizational Citizenship Behavior (OCB) oleh Mackenzie,Posdakoff & Dennis W.Organ (2006). Alat ukur ini terdiri dari 75 item positif dan negatif, yang dapat diturunkan ke dalam 5 dimensi OCB, yaitu dimensi altruism, consciencetiousness, sportsmanship, courtesy, dan civic virtue. Penghitungan validitas dengan Rank Spearman menunjukkan validitas item-item berkisar -0.25046 sampai 0.819411, dengan rata-rata 0.482213. Dengan demikian, 22 item harus mengalami revisi sebelum dapat digunakan untuk mengambil data. Perhitungan reliabilitas menggunakan Split half menunjukkan hasil 0.904, yang berarti item-item dalam kuesioner OCB memiliki reabilitas sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan aspek altruism memiliki 53.3% rendah dan 46.7%, conscienctiousness 46.7% rendah dan 53.3% tinggi, sportsmanship 56.7% rendah dan 43.3% tinggi, courtesy 50% rendah dan 50% tinggi, dan aspek yang terakhir adalah civic virtue 63.3% rendah dan 36.67% tinggi. Dari hasil yang beragam tersebut dapat dikatakan bahwa kelima aspek dalam OCB tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu.

(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI... ...viii

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR BAGAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 10

1.3.1 Maksud Penelitian... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis... 11

(3)

1.6 Asumsi... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 23

2.1 Organizational Citizenship Behavior (OCB)... 23

2.1.1 Pengertian OCB... 23

2.1.2 Pengertian perilaku intra role dan extra role... 23

2.1.3 Dimensi OCB... 24

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembanganya OCB...24

2.2 Manfaat OCB bagi perusahaan... 30

2.3 The Big Five Theory...33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38

3.1 Rancangan Penelitian... 38

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 39

3.2.1 Variabel Penelitian... 39

3.2.2 Definsi Operasional... 39

3.3 Alat Ukur... 40

3.3.1 Alat Ukur OCB... 40

3.3.2 Gambaran alat ukur...41

3.3.3 Prosedur pengisian item...42

(4)

3.3.5 Data Penunjang...44

3.3.6 Uji coba alat ukur...44

3.3.6.1Uji validitas...44

3.3.6.2Reabilitas alat ukur...46

3.4 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel... 48

3.4.1 Populasi Sasaran... 48

3.4.2 Karakteristik Sampel... 48

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel... 48

3.5 Teknik Analisis Data... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...50

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 50

4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja..50

4.2 Gambaran Hasil Penelitian...51

4.2.1 Gambaran Subjek Penelitian Mengenai Derajat OCB...51

4.2.2 Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Altruism...52

4.2.3 Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Consciencetiousness...53

4.2.4 Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Sportsmanship...54

(5)

4.2.6 Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Civic

Virtue...56

4.3 Pembahasan...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...66

5.1 Kesimpulan...66

5.2 Saran...67

5.2.1 Teoritis...67

5.2.2 Guna Laksana...67

DAFTAR PUSTAKA...69

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Gambaran alat ukur ... 41

Tabel Bobot item... 44

Tabel gambaran subjek penelitian berdasarka masa kerja...53

Tabel derajat OCB...54

Tabel tabulasi silang derajat OCB dengan derajat dimensi altruism...55

Tabel tabulasi silang derajat OCB dengan derajat dimensi conscientiousness.56 Tabel tabulasi silang derajat OCB dengan derajat dimensi sportsmanship...57

Tabel tabulasi silang derajat OCB dengan derajat dimensi courtesy...58

(7)

DAFTAR BAGAN

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner OCB

Lampiran 2 : Tabel Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja Lampiran 3 : Tabel Derajat OCB

Lampiran 4 : Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Altruism Lampiran 5 : Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi

Conscientiousness

Lampiran 6 : Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Sportsmanship Lampiran 7 : Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Courtesy Lampiran 8 : Tabulasi Silang Derajat OCB dengan Derajat Dimensi Civis Virtue Lampiran 9 : Tabel Agreeableness The Big Five Theory

Lampiran 10 : Tabel Conscientiousness The Big Five Theory Lampiran 11 : Tabel Emotional Stability The Big Five Theory Lampiran 12 : Tabel Extraversion The Big Five Theory

Lampiran 13 : Tabel Openess to Experience The Big Five Theory Lampiran 14 : Tabel Validitas

Lampiran 15 : Hasil Statistik Reliabilitas

(9)
(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dunia membuat persaingan pada bidang bisnis menjadi

semakin kuat dan semakin ketat. Persaingan dalam dunia bisnis, ditandai dengan

terjadinya perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan dan

menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi bagi para

pelaku industri maupun ekonomi. Salah satu tuntutan tersebut adalah bagaimana

industri dapat menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi secara responsif. Hal

tersebut juga seharusnya diikuti oleh perubahan, baik internal maupun eksternal,

dalam sebuah industri atau pelaku bisnis, agar dapat beradaptasi dengan

lingkungannya. Perubahan internal yang dimaksud adalah peningkatan kualitas

sumber daya manusia yang ada di dalam ruang lingkup bisnis tersebut. Sedangkan

perubahan eksternal adalah perubahan-perubahan organisasi dari perusahaan yang

bersangkutan.

Lingkungan dalam dunia bisnis di era globalisasi ini adalah lingkungan yang

menuntut para pelaku bisnis bersaing ketat dan memiliki kualitas dan kuantitas yang

tinggi dan semakin baik. Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor terpenting

dalam usaha pencapaian keberhasilan dalam persaingan dunia bisnis di era globalisasi

(11)

yang ada untuk terus berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin agar dapat

meraih posisi yang baik dalam persaingan ekonomi dunia.

Selain SDM yang menjadi salah satu faktor penentu dalam persaingan bisnis

sekarang ini, teknologi yang semakin canggih. Para pelaku bisnis harus dapat

mengikuti perkembangan teknologi tersebut, dan semua itu kembali lagi pada kualitas

SDM yang terdapat di dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Hal yang

dikehendaki pemilik perusahaan atau para pelaku bisnis adalah memiliki karyawan

yang dapat melaksanakan tugas sesuai job description secara efektif. Efektif disini

berarti para karyawan sudah menjalankan job description sesuai dengan apa yang

tertulis dan menjalankannya sesauai aturan yang ada. Kerjasama dan koordinasi yang

baik merupakan bagian terpenting dalam tugas utama karyawan, sehingga dapat

mencapai kinerja yang optimal dan tugas-tugas pun dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat waktu.

Salah satu perusahaan di kota Bandung yang mengikuti perkembangan bisnis

era globalisasi dan terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

SDMnya adalah CV “X”. CV “X” merupakan sebuah perusahaan percetakan yang

berdiri di Bandung sejak tahun 1981. Perusahaan ini memproduksi barang berupa box

yang dijadikan wadah produk, baik makanan, sabun, shampoo dan barang lainnya.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini hanya berupa home industry dan semakin lama

usaha percetakan ini semakin maju dan terus meningkat dalam memproduksi barang,

sehingga pada tahun 2004 perusahaan ini membuka cabang di Jakarta untuk

(12)

Visi yang dimiliki CV ”X” adalah perusahaan yang memiliki sistem

manajemen mutu yang berorientasi kepada tercapainya kepuasan pelanggan,

diantaranya : menjamin mutu produk/kualitas (Pemenuhan standar dan bahan baku),

pelayanan kepada pelanggan (Keramahan, konsistensi, dan kelancaran komunikasi),

serta ketepatan waktu pengiriman. Sedangkan misinya adalah meningkatkan SDM

yang terampil dan mampu bekerjasama dalam meningkatkan kualitas produk dan

pelayanan kepada customer dengan menggunakan sistem kerja yang terbaik secara

berkesinambungan. Komitmen dari CV “X” adalah tanggap dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat di bidang jasa percetakan dalam skala nasional

dan internasional, dengan selalu meningkatkan sasaran mutu sehingga persyaratan

yang diminta pelanggan dapat terpenuhi.

CV “X” memiliki karyawan yang berjumlah 285 orang, yang pada awalnya

hanya terdiri dari 15 orang karyawan saja. Pembagian tugas di CV “X” ini dibagi

menjadi beberapa divisi, terdiri dari divisi gudang bahan baku, pembelian, quality

control, HRD, produksi, penjualan, Production Planning Inventory Control (PPIC),

pengiriman, dan gudang stock barang jadi.

Dalam beberapa divisi yang ada di CV ”X” ini, terdapat satu divisi yang

fenomenanya paling terlihat dan sangat berpengaruh pada proses produksi diantara

divisi lainnya, yaitu divisi quality control (QC). Karyawan divisi QC memiliki job

description yaitu mengatur penyortiran barang cetakan dan barang jadi (keadaan fisik

dari hasil produksi), barang retur dan stock (barang yang tidak sesuai dengan hasil

(13)

(kualitas gambar cetakan) setelah dari departemen cetak, memonitor standard warna

dan sampel, perbaikan gagal produksi yang masih bisa diperbaiki, pekerjaan lem dan

mengikat hasil produksi (agar rapih pada saat packing), administrasi, serta packing

dalam QC.

Di dalam pekerjaan pada divisi QC, perusahaan mengharapkan para

karyawannya memiliki keinginan yang tinggi untuk melakukan pekerjaan lebih tanpa

diberi reward dengan tujuan untuk membantu proses kemajuan perusahaan. Hal

tersebut diharapkan muncul pada karyawan divisi QC ini, dengan tujuan agar

target-target yang telah ditetapkan perusahaan dapat tercapai tepat pada waktunya dan tidak

terlambat sampai ke tangan klien. Dari awal karyawan masuk ke dalam divisi QC ini,

mereka sudah mendapatkan pembagian pekerjaan misalnya mengatur penyortiran

barang cetakan, barang jadi, barang retur dan stock, memonitor proof print,

memonitor standard warna dan sampel, perbaikan gagal produksi yang masih bisa

diperbaiki, pekerjaan lem dan mengikat hasil produksi (agar rapih pada saat packing),

administrasi, serta packing dalam QC.

Meskipun karyawan tersebut sudah mendapatkan bagian pekerjaan yang

berbeda-beda, para karyawan divisi QC ini mengerti dan bisa mengerjakan bagian

yang lain dalam divisi QC tersebut karena pada saat masa percobaan karyawan

tersebut mendapat bagian untuk mengerjakan setiap pekerjaan secara satu per satu

yang ada di divisi QC. Pada waktu tertentu jika ada bagian yang membutuhkan

(14)

pekerjaannya tidak terlalu banyak akan dibagi untuk membantu bagian yang

pekerjaannya lebih banyak.

Pembagian tersebut sebagai berikut : karyawan yang ditugaskan untuk

menyortir barang terdiri dari 27 orang, memonitor proof print terdiri dari 5 orang,

bagian standard warna dan sampel terdiri dari 5 orang, perbaikan gagal produksi

yang masih bisa diperbaiki terdiri dari 20 orang, pekerjaan lem dan mengikat hasil

produksi terdiri dari 12 orang, administrasi terdiri dari 9 orang, packing dalam QC

terdiri dari 15 orang, dan tugas memeriksa hasil aksi kebersihan, menjaga kebersihan

area kerja, mematuhi semua peraturan perusahaan dengan baik dilakukan oleh seluruh

karyawan divisi QC CV ”X” Kota Bandung.

Sistem kerja pada divisi QC adalah jika seorang karyawan bekerja dengan

cepat, secara tidak langsung ia akan mendapatkan tugas atau pekerjaan lebih banyak,

karena para karyawan yang sudah selesai mengerjakan tugas bagiannya sangat

diharapkan oleh perusahaan untuk dapat membantu rekan kerjanya dalam satu divisi

yang membutuhkan bantuan. Hal itu diharapkan muncul atas keinginan atau atas

kesadaran karyawan itu sendiri, bukan karena tuntutan atau rasa takut kepada atasan.

Dengan adanya kesadaran yang tinggi untuk membantu rekan kerjanya, maka

pekerjaan pun akan lebih cepat terselesaikan. Meskipun pekerjaannya lebih banyak

daripada karyawan lainnya, ia tidak akan mendapatkan gaji yang lebih besar daripada

karyawan lainnya, kecuali jika atasan atau kepala bagian QC memberikan penilaian

yang lebih pada salah seorang karyawan yang kinerjanya semakin baik, maka

(15)

Selain karyawan dituntut untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas

formal atau yang tercantum pada job description, karyawan juga diharapkan

menunjukkan perilaku melebihi tugas atau peranannya berdasarkan inisiatif

masing-masing. Perilaku tersebut dikatakan sebagai perilaku Organizational Citizenship

Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku membantu pada individu yang dilakukan

atas kemauannya sendiri, meskipun tidak tercantum dalam job description, dan tidak

berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward, yang pada dasarnya

dapat meningkatkan berfungsinya organisasi secara efektif dan efisien (Organ, 1998).

Para karyawan pada divisi QC ini membutuhkan perilaku Organizational

Citizenship Behavior (OCB) karena karyawan divisi QC memiliki masalah dalam

pencapaian target yang diberikan oleh perusahaan. Karyawan seringkali tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu kerja yang telah ditentukan sehingga

memunculkan kerja lembur yang tidak terencana untuk mengejar pencapaian target

yang telah ditetapkan oleh perusahaan, padahal perusahaan sudah menetapkan target

untuk dikerjakan oleh divisi QC melalui beberapa pertimbangan mengenai berapa

jumlah karyawan yang dibutuhkan dan perkiraan waktu untuk penyelesaian target

tersebut.

Dalam bekerja pun, karyawan pada divisi QC ini membutuhkan ketelitian dan

kerja sama antara satu dengan lainnya agar tidak terjadi kesalahan dalam memeriksa

(16)

(sesama karyawan satu divisi) untuk benar-benar memeriksa secara teliti hasil

produksi agar tidak mengecewakan konsumen dan juga tidak menghambat proses

selanjutnya. Jadi, mereka hanya mengandalkan kemampuan dan kerjasama antar

karyawan. Kerjasama yang dibutuhkan untuk memunculkan perilaku OCB adalah

kerjasama yang munculnya atas dasar keinginan yang muncul dari diri karyawan

tersebut untuk melakukan pekerjaan yang menguntungkan perusahaan, melebihi

harapan perusahaan tersebut. Perilaku OCB dapat muncul pada seorang individu

apabila di dalam diri individu tersebut ada rasa empati terhadap sesamanya, ada rasa

ingin saling membantu dengan rekan kerjanya agar masalah atau pekerjaan yang ada

dapat segera terselesaikan, cepat teratasi, dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak

termasuk diri sendiri.

Menurut Podssakoff, MacKenzie, Moorman & Fetter, 1990 (dalam Organ,

2006) terdapat 5 dimensi perilaku yaitu : altruism (perilaku menolong yang dilakukan

oleh karyawan kepada rekan kerja, untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan

operasi-operasi organisasional), conscientiousness (melakukan hal-hal yang menguntungkan

organisasi melebihi dari apa yang dipersyaratkan dalam kehadiran, kepatuhan pada

peraturan, memanfaatkan waktu luang, berisi tentang kinerja yang mempersyaratkan

peran yang melebihi standard minimum), sportsmanship (kesediaan individu untuk

toleransi pada iklim kerja tanpa disertai dengan keluhan), courtesy (perilaku individu

yang mencegah penyebab masalah dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan

orang lain), civic virtue (tingkah laku individu yang menggambarkan keterlibatan dan

(17)

kelima dimensi OCB di atas beserta penjelasan pengertian OCB, maka peneliti ingin

mengukur dimensi mana saja dari kelima dimensi OCB tersebut yang tinggi dan yang

rendah, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan OCB dari seorang karyawan

divisi QC tinggi atau rendah.

Menurut wawancara pada kepala bagian divisi QC, semua karyawan pada

divisi QC ini sudah melaksanakan job descriptionnya masing-masing dan

karyawan-karyawan tersebut dapat mematuhi peraturan yang ada, namun mereka masih kurang

memiliki keinginan untuk membantu rekannya dalam melakukan pekerjaan, sehingga

mereka masih membutuhkan perilaku yang diusahakan untuk memberikan

keuntungan kepada organisasi, yang melebihi harapan perusahaan sebagai penunjang

keefektifan pelaksanaan pekerjaan (perilaku extrarole). Jika karyawan divisi QC ini

hanya menjalankan job description-nya saja dirasa kurang cukup untuk dapat

mengejar target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga memunculkan

seringnya kerja lembur agar dapat menyelesaikan target yang telah ditetapkan. Hal

tersebut dapat menghambat proses produksi pada divisi selanjutnya (packing dan

delivery department) dan juga membuat hasil produksi terlambat sampai ke tangan

klien. Divisi QC adalah divisi yang menjadi penentu bahwa hasil produksi tepat

waktu atau tidak sampai ke tangan klien yang selanjutnya akan di proses oleh divisi

packing lalu selanjutnya berakhir pada divisi delivery department.

Hasil survey awal yang dilakukan dengan metode observasi dan wawancara

terhadap 10 karyawan, maka diperoleh data 70% karyawan ini bersedia untuk

(18)

tersebut tidak masuk kerja, tidak mengeluh akan pekerjaan tambahan yang sering

diberikan dan 30% karyawan lainnya terkadang merasa lelah jika mendapat pekerjaan

lebih dari rekan kerja satu divisi yang tidak masuk kerja (menggambarkan dimensi

altruism). Keseluruhan karyawan (100%) karyawan hadir tepat waktu dan tidak

menggunakan waktu bekerja untuk bersantai (menggambarkan dimensi

conscientiousness). Terdapat 70% karyawan juga tidak pernah mengeluh mengenai

kondisi kerja terutama fasilitas yang ada di tempat mereka bekerja seperti furniture,

sirkulasi udara di ruang kerja, mengenai pekerjaan mendadak yang diberikan kepada

karyawan dan 30% karyawan lainnya terkadang mengeluh jika iklim kerja kurang

mendukung dan mempengaruhi kinerja mereka, misalnya suasana kerja yang tidak

nyaman seperti kursi yang kurang nyaman, sirkulasi udara yang kurang, pekerjaan

mendadak yang diberikan pada karyawan (menggambarkan dimensi sportsmanship).

Lalu, 60% karyawan tersebut juga bersedia membantu rekan kerjanya yang

mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, mereka juga berani untuk

memberikan saran pada rekan kerja maupun atasannya dengan tujuan untuk membuat

perusahaan semakin baik dan maju. Karyawan tersebut juga berani memberikan saran

atau kritik jika terdapat kekurangan atau kelemahan perusahaan sehingga para atasan

dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan tersebut dan 40% lainnya tidak begitu

memperhatikan rekan kerjanya jika melakukan kesalahan atau mengalami kesulitan

dan mereka juga tidak berani untuk mengungkapkan saran atau kritik yang mereka

miliki dan mereka lebih memilih diam (menggambarkan dimensi civic virtue). Divisi

(19)

tambahan dan bekerja lembur ini bukan menjadi beban dan bukan menjadi sesuatu

yang mereka keluhkan, namun mereka lebih menikmati pekerjaan yang mereka

dapatkan di saat lembur tersebut dan 40% lainnya memiliki pendapat bahwa bekerja

lembur adalah sesuatu yang cukup melelahkan, waktu istirahat mereka berkurang

karena adanya kerja lembur, terkadang meskipun hari libur mereka tetap harus

bekerja, dan beberapa karyawan merasa sedikit keberatan namun tidak dapat berbuat

apa-apa (menggambarkan dimensi courtesy).

Berdasarkan pemikiran tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat

gambaran Organizational Citizenship Behavior pada karyawan divisi quality control

CV ”X” Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana derajat Organizational Citizenship Behavior pada karyawan divisi

quality control CV ”X” Kota Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh derajat Organizational

Citizenship Behavior pada karyawan divisi quality control CV ”X” Kota

(20)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat Organizational

Citizenship Behavior beserta dimensi-dimensi dari Orgainizational

Citizenship Behavior yang dimunculkan karyawan divisi quality control

CV.”X”.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

- Memberikan informasi tambahan mengenai Organizational Citizenship

Behavior pada bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi.

- Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan

penelitian lanjutan mengenai Organizational Citizenship Behavior dan

dimensi-dimensinya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Memberikan informasi kepada personalia CV ”X” Kota Bandung untuk

dapat dijadikan sebagai umpan balik mengenai Organizational Citizenship

Behavior sesuai dengan kebutuhan karyawan dan harapan CV ”X” Kota

(21)

1.5Kerangka Pemikiran

CV “X” merupakan sebuah perusahaan percetakan yang berdiri di Bandung

sejak tahun 1981. Perusahaan ini memproduksi barang berupa box yang dijadikan

untuk wadah sebuah produk, baik makanan, sabun, shampoo dan barang lainnya. CV

“X” ini berdiri sejak tahun 1981 di kota Bandung, dan sejak tahun 2004 CV “X” juga

memiliki kantor cabang di Jakarta untuk dapat menampung pesanan-pesanan di

daerah Jakarta dan sekitarnya. Dalam CV “X” ini terdapat berbagai divisi yang

memiliki tugas yang berbeda-beda dan saling berkaitan satu dengan lainnya. Di

dalam divisi tersebut maupun antar divisi karyawan-karyawannya diharapkan

memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan.

Untuk mencapai tujuan dari setiap perusahaan, para karyawan harus

melakukan pekerjaan minimal sesuai dengan job description yang telah ditentukan.

Selain mengerjakan tugas berdasarkan job description, karyawan juga diharapkan

untuk memiliki perilaku extrarole seperti membantu rekan kerja yang mengalami

kesulitan dalam bekerja, saling bekerja sama dalam usahanya mencapai target dan

harapan yang ditetapkan perusahaan tanpa diminta pemimpin. Perilaku seperti itu bisa

disebut dengan Organizational Citizenship Behavior.

Organizational Citizenship Behavior merupakan perilaku membantu pada

(22)

job description, dan tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem

reward, yang pada dasarnya dapat meningkatkan berfungsinya organisasi secara

efektif dan efisien (Organ, 1998). Adapun dimensi-dimensi yang ada di dalam OCB,

yang dapat menjadi tolok ukur seberapa besar pengaruh dimensi-dimensi tersebut

terhadap karyawan divisi quality control CV “X”, yaitu altruism, conscientiousness,

sportsmanship, courtesy, dan civic virtue.

Altruism adalah perilaku karyawan divisi quality control CV “X” Kota

Bandung yang dapat memiliki kesediaan untuk membantu sesama karyawan dalam

satu divisi yang mengalami kesulitan. Dapat dikatakan bahwa altruism seorang

karyawan tinggi, jika perilaku karyawan divisi QC ini memiliki rasa empati untuk

membantu rekan kerja dalam satu divisi tersebut dilakukan atas dasar keinginan dan

ketulusan dari dalam diri sendiri. Misalnya, jika karyawan divisi QC telah

menyelesaikan tugasnya, tetapi rekan kerja dalam satu divisi mengalami kesulitan

karena pekerjaannya masih sangat banyak dan rekan kerjanya sakit, maka karyawan

tersebut akan dengan tulus membantu rekan kerjanya itu dan tidak mengharapkan

imbalan atau balas budi dari rekannya yang dibantu tersebut. Karyawan dikatakan

memiliki altruism rendah jika karyawan tersebut membantu rekan kerjanya karena

diminta oleh atasannya dan merasa terpaksa atau ingin mendapatkan balas budi. Para

karyawan yang memiliki altruism tinggi termasuk dalam tipe personality

agreeableness (kepribadian seseorang yang bersahabat, disenangi, dan mudah

(23)

Conscientiousness adalah jika karyawan divisi quality control CV “X” Kota

Bandung melakukan hal-hal yang menguntungkan organisasi melebihi dari apa yang

dipersyaratkan dalam kehadiran, kepatuhan pada peraturan, dan memanfaatkan waktu

luang. Conscientiousness berisi tentang kinerja yang mempersyaratkan peran yang

melebihi standard minimum. Dikatakan conscientiousness tinggi jika karyawan divisi

QC datang 15 menit sebelum jam kerja yang telah ditentukan sehingga pada jam kerja

yang telah ditentukan ia sudah siap dengan pekerjaan-pekerjaan yang telah

menunggunya atau datang setelah jam istirahat tepat waktu, juga jika

karyawan-karyawan tersebut dapat mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan tersebut dan

dapat memanfaatkan waktu luang yang ada dalam jam kerja dengan sebaik mungkin

(tidak bermalas-malasan). Dikatakan conscientiousness rendah jika karyawan datang

terlambat sehingga melakukan pekerjaan pun menjadi tertunda. Para karyawan yang

memiliki conscientiousness tinggi, memiliki tipe personality conscientiousness (sifat

ketergantungan, terencana, disiplin diri, dan ketekunan) yang tinggi juga.

Sportsmanship adalah kesediaan karyawan divisi quality control CV “X”

Kota Bandung untuk bertoleransi pada iklim kerja tanpa disertai dengan keluhan.

Dikatakan sportsmanship tinggi jika karyawan divisi QC dapat tetap melakukan

pekerjaan dengan normal meskipun iklim pekerjaan yang kurang mendukung situasi

kerja. Sebagai contohnya, karyawan tidak pernah mengeluh mengenai kondisi kerja

terutama fasilitas yang ada di tempat mereka bekerja seperti furniture, sirkulasi udara

(24)

Sportsmanship karyawan tinggi, maka memiliki tipe personality neuritism (trait-trait

seperti ketegangan, mood, dan kecemasan) yang rendah.

Courtesy adalah perilaku karyawan divisi Quality control CV “X” Kota

Bandung yang mencegah penyebab masalah dalam pekerjaan yang berkaitan dengan

pekerjaan orang lain. Dikatakan courtesy tinggi jika karyawan divisi QC membantu

rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dan tidak mampu mengerjakan pekerjaan

tersebut. Tujuan dari perilaku membantu tersebut adalah agar proses selanjutnya tidak

terhambat oleh karena gangguan tersebut. Dikatakan courtesy rendah jika karyawan

yang mampu membantu kesulitan yang dihadapi rekan kerjanya, namun ia pura-pura

tidak mampu melakukan hal tersebut. Karyawan yang memiliki Courtesy tinggi,

maka memiliki tipe personality agreeableness yang tinggi juga.

Civic virtue adalah tingkah laku karyawan divisi quality control CV “X” Kota

Bandung yang menggambarkan keterlibatan dan kepedulian individu terhadap

kelangsungan hidup perusahaan. Dapat dikatakan civic virtue tinggi jika karyawan

divisi QC memberi saran atau masukan pada atasan atau karyawan lainnya jika ada

yang melakukan kesalahan sehingga tidak merusak hasil produksi. Dikatakan civic

virtue rendah adalah jika karyawan tidak peduli terhadap hal-hal yang dapat

merugikan perusahaan, dan mereka hanya menjalankan job description mereka saja

tidak lebih dari itu. Karyawan yang memiliki civic virtue yang tinggi, maka memiliki

tipe personality openness to experience (sering dikatakan intelek atau daya imajinasi).

Sifat ini memiliki ketertarikan yang luas, imajinatif dan wawasan yang luas) yang

(25)

Organizational Citizenship Behavior juga di pengaruhi oleh beberapa faktor

internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari karakteristik tugas, karakteristik

kelompok, karakteristik organisasi, dan perilaku pemimpin. Sedangkan faktor

internalnya adalah karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi morale dan

personality (The Big Five Theory). Didalam morale terdapat mengenai kepuasan

kerja karyawan, menentukan keadaan yang penting dalam proses pertukaran aktivitas

sosial yang berfungsi dalam relasi karyawan misalnya saling membantu satu sama

lainnya, mengarah pada keterikatan emosional, identifikasi dan keterlibatan seseorang

terhadap organisasi, pertimbangan dari pemimpin terhadap kinerja seseorang. Jika

karyawan merasa puas terhadap pekerjaan dan gaya kepemimpinan atasan, maka akan

memunculkan komitmen karyawan dan dari komitmen itu akan dimunculkan

keinginan untuk melakukan extrarole sehingga memunculkan perilaku

Organizational Citizenship Behavior. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

morale yang dimiliki karyawan akan positif. Apabila morale karyawan positif

terhadap pekerjaannya maka karyawan akan menginginkan terus menerus untuk

melakukan sesuatu yang dapat memajukan perusahaan tempatnya bekerja, sehingga

kemungkinan untuk melakukan extrarole sehingga memunculkan perilaku

Organizational Citizenship Behavior itu cukup besar.

Personality merupakan pembahasan mengenai attitude mempengaruhi

munculnya perilaku menolong, selanjutnya dicoba untuk dijelaskan bahwa

personality traits lebih sering tercermin dalam perilaku di dalam situasi dimana

(26)

menggunakan kerangka dari The Big Five Theory (McCrae dan Costa, 1987), yang

paling sedikit relevan dengan 2 dimensi perilaku pada OCB, yaitu : Agreeableness

merupakan kepribadian seseorang yang bersahabat, disenangi dan mudah menjalin

relasi yang hangat dengan orang lain. Conscientiousness merupakan sifat

ketergantungan, terencana, disiplin diri dan ketekunan. Emosional stability

merupakantrait-trait seperti ketegangan, mood, kecemasan. Extraversion merupakan

perilaku individu yang responsif terhadap lingkungan. Openness to experience sering

dikatakan intelek atau memiliki daya imaginasi. Sifat seperti memiliki ketertarikan

yang luas, imajinatif dan wawasan yang luas.

Dimensi-dimensi OCB yang ada jika dikaitkan dengan The Big Five Theory

dari McCrae dan Costa, 1987, maka akan didapatkan perkiraan seperti berikut :

karyawan yang sifat openness menonjol mempunyai rasa ingin tahu akan hal-hal baru

yang dapat membuatnya cepat tanggap terhadap lingkungan pekerjaannya. Karyawan

tersebut dapat bersifat lebih terbuka terhadap perubahan yang dilakukan perusahaan

akan tetapi bila masukan tentang hal-hal positif yang didapat oleh kepala bagian QC

CV “X” dan menanggapi secara positif perubahan yang dibuat oleh perusahaan, maka

dapat dikatakan karyawan memiliki sifat openness to experience tinggi, berpeluang

untuk menampilkan civic virtue. Faktor yang kedua adalah conscientiousness yang

mengarah pada sifat terencana, disiplin diri, dan ketekunan. Karyawan yang memiliki

skor conscientiousness tinggi akan menampilkan perilaku conscientiousness seperti

(27)

Faktor ketiga adalah neuroticism, karyawan yang mempunyai emosi tidak

stabil akan terpaku pada masalahnya sendiri, baik masalah yang nyata maupun

masalah yang hanya ada dalam bayangan sehingga tidak sempat memperhatikan

masalah orang lain, dengan demikian akan mengurangi peluang munculnya OCB.

Jika neuroticism yang dimiliki seorang karyawan rendah, maka dapat dinyatakan

bahwa di dalam karyawan tersebut terdapat dimensi sportsmanship yang tinggi

dimana situasi pekerjaan tidak akan mempengauhi kinerja karyawan divisi QC.

Faktor keempat adalah extraversion, yaitu individu yang memiliki karakter

bersemangat, mempunyai kecenderungan untuk mencari stimulasi, menikmati

kebersamaannya dengan orang lain, senang berbicara dan responsive terhadap

lingkungan. Karyawan divisi QC CV “X” yang memiliki skor extraversion tinggi,

dengan semangat dan keinginannya menjalin relasi maka dapat memunculkan

dimensi altruism. Faktor kelima adalah agreeableness yang meliputi kepribadian

seseorang yang bersahabat, disenangi oleh orang, dan juga mudah menjalin relasi

yang hangat dengan orang lain. Karyawan divisi QC CV “X” dengan skor

agreeableness yang tinggi akan memperlihatkan kerja yang spontan untuk

menawarkan bantuan kepada rekan kerjanya yang membutuhkan bantuan dan

karyawan tersebut akan memunculkan dimensi altruism dan courtesy.

Sedangkan faktor eksternal ada karakteristik tugas, karakteristik kelompok,

karakteristik organisasi dan karakteristik pemimpin. Menurut Hackman & Lawlen

(1971 dalam Organ 2006) di dalam karakteristik tugas terdapat task autonomy

(28)

memilih perlengkapan yang dibutuhkan dan memutuskan prosedur yang digunakan

dalam pekerjaannya. Task identity, variety dan significance dapat mempengaruhi

Organizational Citizenship Behavior dengan meningkatkan persepsi karyawan

mengenai makna dari tugasnya (Hackman & Oldham, 1976 dalam Organ 2006).

Task interdependence adalah keterkaitan antara tugas yang memerlukan

pertukaran informasi, peralatan dan dukungan dari rekan-rekan pengurus yang lain

agar pekerjaannya dapat terlaksana. Sedangkan Goal Interdependence adalah

tingkatan anggota kelompok percaya bahwa telah memberikan atau menyediakan

tujuan kelompok dengan melakukan umpan balik dalam kelompok. Pada karyawan

divisi quality control CV “X” Kota Bandung yang dapat saling mendukung, akan

membuat pekerjaan dapat terlaksana dengan baik dan tepat waktu.

Karakteristik kelompok yang di ungkapkan Organ pun memiliki beberapa

pembagian lagi yang diantaranya group cohesiveness, team member exchange, group

potency, perceived organizational support, distance between the employee and others

in the organization, dan perceived team support. Karakteristik organisasi juga

berpengaruh terhadap Organizational Citizenship Behavior karyawan. Organisasi

juga harus memiliki fleksibilitas yang cukup, karena jika organisasi yang terlalu

formal dan kaku akan mengurangi bahkan menutup kemungkinan karyawan untuk

melakukan inisiatif untuk membantu rekan kerja.

Hal tersebut dikarenakan karyawan sudah memiliki persepsi bahwa setiap

karyawan sudah memiliki job description masing-masing yang jelas dan memiliki

(29)

yang menekankan dukungan diantara karyawan maka akan menimbulkan rasa saling

percaya antar karyawan sehingga akan menimbulkan perilaku Organizational

Citizenship Behavior. Dalam hal ini, CV “X” Kota Bandung merupakan organisasi

formal yang dimana setiap karyawan memiliki job description yang jelas dan terkait

terhadap segala peraturan dan kebijakan perusahaan, namun hal ini tidak menutup

kemungkinan munculnya Organizational Citizenship Behavior dalam diri karyawan

terutama karyawan divisi quailty Control.

Formalisasi dapat mempengaruhi persepsi karyawan divisi QC CV “X”

terhadap fairness dan keadilan dari prosedur. Aturan yang terlalu formal memberikan

gambaran yang jernih tentang CV “X” dan aturan yang tidak fleksibel memberikan

indikasi bahwa setiap karyawan divisi QC CV “X” diharapkan untuk menjalankan

aturan yang sama, dengan demikian meningkatkan kepuasan, komitmen dan

mengurangi ketidakjelasan dan konflik peran. Sehingga formalisasi dan aturan yang

tidak fleksibel yang diberikan pada karyawan divisi QC CV “X” berelasi positif

dengan kepuasan kerja, komitmen dan kepercayaan karyawan dan ketiganya secara

tidak langsung mempunyai pengaruh positif pada kelima dimensi dari OCB melalui

kepuasan kerja dan rasa percaya. Dengan demikian karyawan divisi QC CV “X” akan

terpacu untuk meningkatkan OCB.

Selain itu karakteristik pemimpin juga akan mempengaruhi Organizational

Citizenship Behavior karyawan jika interaksi atau hubungan antara pemimpin dengan

karyawan baik maka pemimpin akan berpandangan positif terhadap karyawan maka

(30)

motivasi. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya dan hormat karyawan pada

pemimpin mereka sehingga karyawan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang

(31)

Bagan 1.5 Bagan Kerangkan Pemikiran Karyawan divisi QC

CV “X” Kota Bandung

Dimensi OCB 1. Altruism

2. Conscientiousness 3. Sportmanship 4. Courtesy 5. Civic virtue

Faktor eksternal : 1. Karakteristik tugas 2. Karakteristik

Kelompok 3. Karakteristik

organisasi

4. Karakteistik pemimpin

OCB Rendah OCB Tinggi Faktor internal :

(32)

1.6Asumsi

1. Organizational Citizenship Behavior yang dimiliki karyawan divisi quality

control CV “X” Kota Bandung dikatakan tinggi apabila karyawan tersebut

sudah memiliki keinginan yang berasal dari dalam dirinya untuk membantu

rekan kerja dalam satu divisi yang mengalami kesulitan dalam bekerja.

2. Organizational Citizenship Behavior yang dimiliki karyawan divisi quality

control CV “X” Kota Bandung dikatakan rendah apabila karyawan tersebut

hanya sebatas melakukan job description-nya saja.

3. Faktor internal seperti karakteristik individu yang didalamnya terdapat morale

dan personality akan mempengaruhi timbulnya OCB dengan tingkat yang

berbeda-beda setiap dimensinya.

4. Faktor eksternal seperti karakteristik tugas, karakteristik kelompok,

karakteristik organisasi, dan karakteristik pemimpin akan mempengaruhi

timbulnya OCB dengan tingkat yang berbeda-beda setiap dimensinya.

5. Karyawan divisi quality control CV “X” Kota Bandung memiliki

Organizational Citizenship Behavior dengan tingkat yang berbeda-beda

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

ditarik suatu gambaran umum mengenai derajat OCB pada karyawan divisi QC

CV.”X” Kota Bandung, dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Lebih banyak karyawan divisi QC CV.”X” Kota Bandung memiliki

derajat OCB yang rendah (56.7%) sedangkan sisanya memiliki derajat

OCB yang tinggi (43.3%).

2. Pada karyawan yang memiliki derajat OCB rendah, mayoritas

karyawannya memiliki dimensi yang rendah pula pada dimensi

sportsmanship dan civic virtue, yaitu berjumlah 16 orang karyawan (53.33%).

3. Pada karyawan yang memiliki derajat OCB rendah, 4 orang karyawan

(13.33%) memiliki derajat dimensi altruism dan courtesy yang tinggi.

4. Pada karyawan yang memiliki derajat OCBtinggi, mayoritas karyawannya

memiliki dimensi yang tinggi pula pada dimensi conscientiousness, yaitu

berjumlah 13 orang karyawan (43.33%).

5. Pada karyawan yang memiliki derajat OCB tinggi, 3 orang karyawan

(34)

5.2. Saran

5.2.1. Teoretis

1. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian sejenis

Agar dapat mengadakan penelitian-penelitian dengan studi korelasional

untuk membahas mengenai derajat OCB dan hubungannya dengan

faktor-faktor lain dalam diri individu. Juga, memanfaatkan berbagai jenis data

penunjang yang berhubungan dengan faktor internal dan eksternal dari

individu yang bersangkutan sehingga dapat memperkaya pembahasan

yang muncul dari hasil penelitian.

5.2.2. Guna laksana

1. Bagi CV.”X” Kota Bandung

- Agar CV.”X” Kota Bandung diharapkan mengadakan pelatihan terhadap

karyawan yang memiliki derajat OCBrendah terutama yang terkait dengan

dimensi sportsmanship dan civic virtue.

- Agar CV.”X” Kota Bandung diharapkan mengadakan pelatihan terhadap

karyawan yang memiliki derajat OCB tinggi namun memiliki derajat

rendah pada dimensi altruism dan civic virtue.

2. Bagi Karyawan divisi QC CV.”X” kota Bandung

- Agar karyawan divisi QC meningkatkan rasa empati dan juga kepedulian

(35)

- Agar karyawan divisi QC meningkatkan rasa kepedulian dan memiliki

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo,W.2003.Metodologi Penelitian.Grasindo:Jakarta

Luthans,Fred. 2002. Organizational Behaviour. New York: McGraw – Hill Irwin

Mackenzie,Posdakoff & Dennis W.Organ.2006.Organizational Citizenship

Behavior:its Nature, Antecendents, and Consequences.Sage Publications,

Inc.California.

Meyer J.P & Allen.1997.Commitment in the workplace : Theory, research, and

application.Sage Publications, Inc. : California

Nasir, Moh., Pd.D., 2003.Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Siegel, Sidney, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Sudjana,M.A.2002.Metode Statistika.Ed6,Bandung:Tarsito

Sunarto , Drs, M.Si & Riduwan, Drs, M. B. A 2007.Pengantar Statistika untuk

penelitian : Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan

(37)

DAFTAR RUJUKAN

Amalia Lisna, 2009. Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship

Behavior pada Karyawan Food and Beverages di Hotel “X” Bandung.

Metodologi Penelitian Lanjutan: Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha

Nova, 2006.Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship Behavior pada

Karyawan Bagian Produksi Molding Manufactures PT.”X” di kota Cikarang.

http://rumahbelajarpsikologi.com/

Sianipar Margareth, 2008.Studi Deskriptif Mengenai Organizational Citizenship

Referensi

Dokumen terkait

 Guru menjelaskan manfaat penguasan kompetensi dasar ini sebagai modal awal untuk menguasai pasangan kompetensi dasar lainnya yang tercakup dalam mata

Bila dalam waktu lebih dari 7,58 jam, jamur merang tidak dipindahkan ke dalam tempat penyimpanan beku, maka akan terjadi proses thawing dimana kristal es akan

37 Dari uji rating atribut yang dilakukan produk yang memiliki nilai paling tinggi baik untuk atribut flavor, kelelehan, kelembutan, dan penerimaan umum adalah

Teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data (penyederhanaan), display data (disajikan), atau verifikasi atau penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan komplikasi Diabetes Mellitus di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan

perbedaan yang signifikan pada tingkat stres kerja ditinjau dari komposisi warna ruang kerja,.. Uji-t yang dilakukan terhadap stres kerja dalam kelompok Harmonis dengan stres

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar siswa pada mata diklat menggunakan mesin untuk operasi dasar di SMK Islam Yogyakarta

 Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang riil..  Kurva LM digambar untuk