iv
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
KHASIAT DAUN BELUNTAS (Pluchea indica less) DALAM MENGHILANGKAN BAU BADAN
Prawendra Eka Putra, 2011
Pembimbing I: Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes
Pembimbing II: Diana Aprilia Bahartresna, dr., M.Kes
Latar Belakang Seiring dengan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahuan, para ahli obat-obatan telah mengembangkan pengobatan tradisional, sehingga cukup banyak tumbuhan obat berkhasiat dari lingkungan sekitar kita yang dapat diolah menjadi obat mujarab, contohnya tanaman beluntas (Pluchea indica less).
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui khasiat daun beluntas dalam menghilangkan bau badan.
Metode Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, dilakukan pada 20 orang laki-laki usia 18-40 tahun, dilakukan pengukuran bau badan, sebelum dan setelah meminum daun beluntas. Analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test dengan α = 0,05.
Hasil Bau badan yang tercium setelah minum daun beluntas berkurang dibandingkan dengan bau badan yang tercium sebelum minum daun beluntas, pada hari pertama dan ketiga didapatkan nilai p < 0,01 (sangat signifikan). Pada hari pertama dan kedua didapatkan nilai p < 0,01 (sangat signifikan).
Kesimpulan Daun beluntas menghilangkan bau badan.
v ABSTRACT
THE EFFICACY OF BELUNTAS (Pluchea indica less) LEAF TO REMOVE BODY ODOR
Prawendra Eka Putra, 2011
First Tutor : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes
Second Tutor : Diana Aprilia Bahartresna, dr., M.Kes
Background Along with the rapid advancement of science, the experts have developed traditional medicine, so quite a lot of medicinal plants from environment around us which can be processed into a panacea, for example beluntas plants.
Objectives This research was performed to determine the efficacy
of the beluntas leaf to eliminate body odor.
Methods The characteristic of this research is a true experimental study was performed on 20 men aged 18-40 years old, the body odor measurements were taken before and after drinking beluntas leaf. Analysis data using Wilcoxon
Signed Ranks Test with α = 0.05.
Results Body odor that smells after drinking beluntas leaf reduced compared with body odor smell before drinking beluntas leaf, where on the first day and the third obtained p value < 0,01 (highly significant). On the first day and both obtained the p value < 0,01 (highly significant).
vi
1.2Identifikasi Masalah ... 1
1.3Tujuan Penelitian ... 1
1.4Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1 Manfaat Akademis ... 2
1.4.2 Manfaat Praktis ... 2
1.5Kerangka Pemikiran ... 2
1.6Hipotesis Penelitian ... 5
1.7Tempat dan Waktu Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Beluntas ... 6
2.1.1 Deskripsi Tanaman... 6
2.1.2 Sifat dan Khasiat ... 7
2.1.3 Kandungan Bahan Aktif ... 7
2.1.4 Cara Pemakaian... ... 12
2.2 Bau Badan ... 13
vii
2.5.1 Berkeringat dan Pengaturannya oleh Sistem Saraf Otonom ... 30
2.5.2 Mekanisme Sekresi Keringat ... 30
2.6 Bakteri ... 31
BAB IV HASIL, PEMBAHASAN, DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 4.1 Hasil penelitian dan Pembahasan ... 37
viii
Universitas Kristen Maranatha BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
LAMPIRAN ... 43
ix
DAFTAR TABEL
x
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
43 Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1. Persetujuan Subjek Penelitian
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
setelah mendapat keterangan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami
tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian, serta
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka saya
setuju ikut serta dalam penelitian yang berjudul:
Khasiat Daun Beluntas dalam Menghilangkan Bau Badan
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan.
Bandung,
Mengetahui, Yang menyatakan
Penanggung jawab penelitian, Peserta penelitian,
( Prawendra Eka Putra ) ( )
*) Surat pernyataan persetujuan penelitian/uji klinik
Lampiran 2. Foto – Foto
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam
maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama berkembang dalam
segi farmakologi maupun fitokimianya berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang
telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara
empiris (Dalimartha, 1999).
Penggunaan obat herbal semakin sering karena selain terjangkau oleh
masyarakat baik dari segi harga maupun ketersediaannya, hasil penelitian modern
juga menunjukkan bahwa obat herbal memang terbukti efektif bagi kesehatan dan
tidak terlalu menyebabkan efek samping seperti obat kimia. Berbagai tanaman
diantaranya daun sirih, daun beluntas, daun kemangi, rimpang temulawak, bunga
kecombrang, jeruk purut, jeruk nipis, jahe, mentimun dan cengkeh dapat
digunakan sebagai penghilang bau badan (Dalimartha, 1999) (Anonymous2,
2011).
Bau badan dapat mempengaruhi aktivitas kita sehari-hari terutama dalam hal
kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pada beberapa individu
bau badan tidak dapat dihilangkan hanya dengan mandi. Sehingga diperlukan
berbagai bahan untuk penghilang bau.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.
1.3Tujuan Penelitian
2
Universitas Kristen Maranatha 1.4Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sejauh mana
pengaruh daun beluntas terhadap bau badan.
1.4.2Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberi informasi kepada mahasiswa pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya akan khasiat daun beluntas dalam menghilangkan bau
badan.
1.5Kerangka Pemikiran
Keringat dihasilkan oleh dua kelenjar, yaitu kelencar accrine dan kelenjar
apocrine. Kelenjar accrine memproduksi keringat bening dan tidak berbau yang dikeluarkan sejak bayi, dan biasanya muncul di tangan, punggung, serta dahi.
Sedangkan kelenjar apocrine terdapat di tempat-tempat tertentu, terutama di
daerah perakaran rambut, seperti ketiak, kemaluan, dan di dalam hidung. Kelenjar
apocrine bersifat aktif setelah masa pubertas.
Kelenjar accrine mengeluarkan cairan yang banyak mengandung air dan tidak
berbau. Cairan tersebut berfungsi menurunkan kondisi tubuh pada waktu tertentu.
Sedangkan kelenjar apocrine mengandung asam lemak jenuh dengan cairan lebih
kental dan berminyak.
Sebenarnya, cairan yang dihasilkan oleh kelenjar apocrine hanya berbau
lemak. Namun, karena di setiap helai rambut terdapat satu
apocrine dan mengandung bakteri yang berperan dalam proses pembusukan,
maka timbullah bau badan yang tak sedap. Terkadang ada
orang yang mempunyai kelenjar apocrine lebih besar, sehingga produksi
keringatnya lebih besar dan pembusukan bakterinya juga lebih banyak
(Anonymous2, 2011).
3
Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Proses Terjadinya Bau Badan
(Anonymous2, 2011)
Daun beluntas memiliki sifat antimikroba (Purnomo, 2001) (Sumitro, 2002).
Khasiat daun beluntas diduga diperoleh dari kandungan kimia yang terdapat di
dalamnya, seperti minyak atsiri, dan flavonoid (Hariana, 2006).
Kandungan flavonoid dalam daun beluntas memiliki aktifitas antibakteri
terhadap Staphylococcus sp, Propionobacterium sp dan Corynebacterium, yaitu
bakteri-bakteri yang menimbulkan bau tidak sedap pada tubuh manusia. Di dalam
flavonoid terkandung suatu senyawa fenol. Fenol merupakan suatu alkohol yang
bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat (Purnomo, 2001).
Terdapatnya lapisan protein pada permukaan bakteri menyebabkan zat
antibakteri kesulitan melakukan penetrasi ke dalam sel bakteri. Pertumbuhan sel
bakteri dapat terganggu oleh komponen fenol yang terdapat pada daun beluntas.
Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasikan protein dan merusak
membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan hidrogen sehingga
mengakibatkan kerusakan struktur protein. Sebagian besar struktur dinding sel
dan membrane sitoplasma bakteri mengandung protein dan lemak (Rahayu, 2000).
Ketidakstabilan pada dinding sel dan membran sitoplasma bakteri
4
Universitas Kristen Maranatha pengendalian susunan protein sel bakteri terganggu. Gangguan integritas
sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel. Sel bakteri
kehilangan bentuknya sehingga lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik
atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya (Pelczar dan Chan, 1988).
Kandungan minyak atsiri daun beluntas mengandung benzil alkohol, benzil
asetat, eugenol dan linolol. Benzil alkohol merupakan suatu turunan alkohol yang
memiliki aktifitas antibakteri. Alkohol memiliki sifat pelarut lemak yang
mendenaturasikan protein secara dehidrasi sehingga membran sel akan rusak dan
terjadi inaktivasi enzim-enzim. Eugenol merupakan turunan fenol. Cara kerja
eugenol hampir sama dengan fenol (Rasmehuli, 1986) (Binarupa Aksara, 1993).
Secara ringkas mekanisme kerja daun beluntas terhadap bau badan disajikan
pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Mekanisme Kerja Daun Beluntas Terhadap Bau Badan
(Pelczar dan Chan, 1988; Rahayu, 2000; Hariana, 2006)
5
Universitas Kristen Maranatha 1.6Hipotesis Penelitian
Daun beluntas menghilangkan bau badan.
1.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Gratia 2, Jln. Surya Sumantri 48 Bandung.
40
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Daun beluntas menghilangkan bau badan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan beberapa hal, yaitu:
1. Daun beluntas dapat digunakan sebagai alternatif penghilang bau badan yang dapat
digunakan oleh segala kalangan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat jumlah efektif, efek samping serta manfaat
lain dari daun beluntas.
41
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous1. 2011. Bau Badan.
http://id.wikipedia.org. 3 Maret 2011.
Anonymous2. 2011. Bau Badan Bikin Ngga Nyaman
http://www.dechacare.com/Bau-Badan-Bikin-Ngga-Nyaman-I32.html. 15
Januari 2011.
Binarupa Aksara. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Hal. 41 – 42.
Daniel Mangoting, Imang Irawan, Said Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat, Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 17-19.
Drake RL., Wayne V., Mitchell AWM. 2005. Gray’s Anatomy for Students.
Jawetz., Melnick., Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta.
Koensoemardiyah. 2010. A to Z Minyak Atsiri Untuk Industri Makanan, Kosmetik, dan Aromaterapi. Edisi I. Jakarta : Andi Publisher.
Moore K.L., Dalley A.F., 1999. Clinically Oriented Anatomy, 4th ed. Philadelphia
: Lippincott Williams & Wilkins Company.
Medicinal Herb Index In Indonesia (Second Edition) atau Indeks Tumbuh-Tumbuhan Obat di Indonesia (Edisi Kedua); Jakarta : PT. Eisai Indonesia; 1995; hal 225 – 226.
Pelczar, J. Michael dan Chan, E. C. S. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Jakarta : Penerbit UI Press.
42
42
Universitas Kristen Maranatha Rahayu, P. Winiati. 2000. Aktivitas Antimikroba Bumbu Masakan Traditional Hasil Olahan Industri Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak. Vol 11 (2). Buletin Teknologi dan Industri Pangan.
Rasmehuli. 1986. Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica less). ITB. Bandung.
Roth, Herman. 1998. Analisis Farmasi. Bandung: Gajah Mada University Press.
Setiawan Dalimartha. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar, Cetakan I. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi; hal 5.