PENGARUH HARGA, LEBEL DAN KEMASAN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN
ROKOK A MILD DI SURABAYA Disusun Oleh
E
ERRIIKKUURRNNIIAAWWAANN 0412010438/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 1 April 2011
Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama Ketua
Dr. Eko Purwanto, MSi Dr. Eko Purwanto, MSi
Sekretaris
Dra. Ec. Hj. Lucky Susilowati, MP
Anggota
Drs. Ec. Pandji Soegiono, MM
M
Meennggeettaahhuuii
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6
2.2. Landasan Teori ... 6
2.2.1. Manajemen Pemasaran ... 6
2.2.2. Konsep Pemasaran ... 7
2.2.3. Produk ... 9
2.2.3.1. Klasifikasi Produk... 10
2.2.3.2. Atribut Produk... 11
2.2.4. Harga ... 17
2.2.7.1. Pengertian Pembelian... 22
2.2.7.2. Fungsi Pembelian ... 22
2.2.7.3. Tujuan Pembelian ... 23
2.2.8. Keputusan Pembelian ... 24
2.2.8.1. Pengambilan Keputusan Pembelian... 25
2.2.8.2. Proses Pengambilan Keputusan Terbatas ... 26
2.2. 9. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian ... 27
2.2.10. Pengaruh Kualitas terhadap Keputusan Pembelian ... 28
2.2.11. Pengarun Kemasan terhadap Keputusan Pembelian . 29 2.3. Kerangka Konseptual ... 29
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 31
3.1.1. Definisi Operasional... 31
3.1.2. Pengukuran Variabel... 34
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 34
3.2.1. Populasi ... 34
3.2.2. Sampel... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.3.1. Jenis Data ... 35
3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 39
3.4.3. Pengujian Model dengan One-Step Approach ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 42
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 42
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden ... 43
4.2.2. Deskripsi Variabel Harga (X1) ... 45
4.2.3. Deskripsi Variabel Label (X2) ... 46
4.2.4. Deskripsi Variabel Kemasan (X3)... 47
4.2.5. Deskripsi Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 48
4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
4.3.1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 49
4.3.2. Evaluasi atas Outlier ... 50
4.3.3. Deteksi Multicolinierity dan Singularity ... 51
4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 52
4.3.5. Pengujian Model Dengan One-Step Approach ... 55
4.3.6. Uji Unidimensi ... 58
4.3.7. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 59
4.4. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Sarana ... 65
Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 44
Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Usia ... 44
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Harga (X1) 45 Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Label (X2) 46 Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kemasan (X3) ... 47
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 48
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas ... 50
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 51
Tabel 4.9. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 52
Tabel 4.10. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 53
Tabel 4.11 Construct Reliability & Variance Extrated ... 55
Tabel 4.12 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 56
Tabel 4.13 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 57
Gambar 3.1. Model SEM ... 38
Gambar 4.1. Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach ... 56
Gambar 4.2. Model Pengukuran Kausalitas One Step Approach
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Hasil Jawaban Responden
Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas
Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Multivariate
Lampiran 5 Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor
Analysis
Lampiran 6 Pengujian Reliability Consistency Internal
Lampiran 7 Construct Reliability & Variance Extrated
UPN “Veteran” Jawa Timur
1 1. Latar BelakangRokok kretek filter merupakan salah satu produk yang menawarkan cita rasa yang lebih halus dan rata dibandingkan rokok kretek tanpa filter. Oleh karena itu, konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas tentunya mempertimbangkan terlebih dahulu, apakah dengan mengkonsumsi produk tersebut kebutuhannya akan rasa, aroma, kadar nikotin yang diinginkan dapat terpuaskan. Itu semua menjadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak. Karena adanya kenyataan bahwa konsumen yang tidak puas terhadap barang yang di konsumsinya, mereka akan mencari penyedia produk dari perusahaan lain yang mampu memuaskan kebutuhannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel harga, lebel dan kemasan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
2. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang di jabarkan di atas, maka
perumusan masalah yang di sajikan adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen ?
2. Apakah terdapat pengaruh lebel terhadap keputusan pembelian konsumen ?
3. Apakah terdapat pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen?
UPN “Veteran” Jawa Timur
2 3. Kerangka KonseptualHarga
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan landasan teori yang digunakan maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari harga
terhadap keputusan pembelian.
2. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari label terhadap keputusan pembelian.
3. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari kemasan terhadap keputusan pembelian
5. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
1. Harga (X1)
UPN “Veteran” Jawa Timur
3 Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.b. Situasi Pasar dan permintaan (X1.2)
Situasi Pasar dan permintaan suatu kondisi dalam aktivitas distribusi barang atau jasa yang berkaitan dengan kondisi konsumen.
c. Persaingan (X1..3)
Persaingan merupakan situasi kompetitif yang terjadi diantara satu pihak dengan pihak yang lain untuk memenuhi tujuan tertentu.
2. Label (X2)
Label merupakan bagian dari aktivitas pengemasan produk, yang mengandung informasi yang jelas, dan mudah dimengerti oleh konsumen, baik itu aturan pakai yang didesain sebaik mungkin untuk menarik perhatian. Indikator dalam penelitian ini adalah : a. Bahasa mudah Dimengerti (X2.1)
Bahasa yang digunakan dalam pemberian label adalah bahasa sehari-hari yang banyak didengar dan diucapkan oleh masyarakat.
b. Gambar yang Menarik (X2.2)
Gambar yang diberikan pada label dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian konsumen/pelanggan.
c. Informasi yang Jelas (X2.3)
Informasi yang jelas merupakan bagian dari usaha pihak provider untuk memberikan wacana mengenai fungsi produk, efek samping dari produk dll.
3. Kemasan (X3)
a. Ragam Ukuran (X3.1)
Keragaman ukuran pembungkus harus pula diperhatikan sebab
hal ini sangat erat hubungannya dengan harga dan jumlah
UPN “Veteran” Jawa Timur
4 Corak warna yang menarik merupakan suatu bentuk komunikasi visual dalam kemasan yang menggunakan gambar untukmenyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin.
c. Kualitas Bahan (X3.3)
Kualitas bahan merupakan jaminan kemampuan terbaik dari bahan
yang digunakan.
4. Keputusan Pembelian (Y)
Merupakan proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk di awali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael disebut need arousal. Indikator pada variabel ini adalah:
1. Pilihan Merek Terbatas (Y 1)
Pilihan merek yang menjadi pertimbangan konsumen untuk
mengkonsumsi rokok jenis mild dengan taste yang enak cukup
terbatas.
2. Faktor Keluarga (Y2)
Banyaknya pihak kerabat atau keluarga yang mengkonsumsi
rokok merek A Mild.
3. Kualitas Yang Sudah Terbukti (Y3)
Informasi tentang kualitas dari produk rokok merek A Mild yang sudah memasyarakat
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yaitu skala jenjang selisih semantik (semantic differential scale).
6. Teknik Analisis
UPN “Veteran” Jawa Timur
5 7. Hasil PengujianBerdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM untuk menguji pengaruh harga, label dan kemasan terhadap keputusan pembelian produk rokok A Mild, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian sehingga hiopotesis yang diajukan dapat terbukti kebenaranya.
2. Label berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian sehingga hiopotesis yang diajukan dapat terbukti kebenaranya.
1
1.1. Latar Belakang
Pada beberapa dekade terakhir ini perusahaan harus memikirkan kembali
visi dan misi bisnis serta strategi pemasarannya secara kritis. Perusahaan masa
kini tidak hanya dalam persaingan pasar dengan saingan yang sudah diketahui dan
sudah pasti, atau pilihan pelanggan yang stabil, melainkan dalam perang antara
saingan yang terus berubah, kebijaksanaan yang terus terkelolah dan turunnya
kesetiaan konsumen (Alma, 2000).
Konsumen saat ini menemukan banyak sekali produk dalam setiap
kategori dan memiliki beragam kebutuhan dalam kombinasi serta harga maupun
produk. Harapan konsumen akan produk yang berkualitas dengan harga yang
murah terus meningkat. Konsumen cenderung memilih tawaran yang paling
sesuai dengan kebutuhan serta harapan masing–masing. Dalam arti, konsumen
membeli produk agar dapat memuaskan kebutuhannya (Alma, 2000).
Perusahaan yang unggul saat ini adalah yang paling berhasil memuaskan
bahkan menyenangkan konsumennya atau sasarannya. Perusahaan seperti itu
melihat pemasaran sebagai filosofi seluruh perusahaan, bukan bagian sendiri.
Mereka ingin bagian pemasaran mereka membantu menemukan kelompok dan
kebutuhan konsumen manakah yang dapat di penuhi dengan menguntungkan serta
bagaimana cara melayani konsumen secara lebih efektif dari pada pesaingnya
Perusahaan harus berwawasan pasar atau konsumen, sehingga sangat
memperhatikan mutu secara keseluruhan, memenuhi kebutuhan bahkan melebihi
harapan konsumen. Setiap perusahaan harus dapat merasakan pentingnya suatu
informasi perusahaan yang terarah agar produk atau jasa yang di hasilkan dapat
terjual pada konsumen. Untuk itu pemahaman atas perilaku konsumen sangat
panting dimiliki oleh setiap perusahaan. Hal ini disebabkan dengan memahami
perilaku konsumen dalam memilih barang atau jasa, perusahaan dapat mengetahui
dengan sebenarnya apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen (Alma,
2000).
Rokok kretek filter merupakan salah satu produk yang menawarkan cita
rasa yang lebih halus dan rata dibandingkan rokok kretek tanpa filter. Persaingan
diantara pengusaha rokok, ini bisa dilihat dengan adanya berbagai macam jenis
rasa, aroma, kadar nikotin, dan selera sesuai dengan keinginan konsumen. Bagi
perusahaan rokok, riset pemasaran dapat digunakan untuk mengetahui perilaku
konsumen sehingga sangat membantu dalam upaya menentukan dan menyediakan
apa yang menjadi keinginan konsumen. Oleh karena itu, tiap perusahaan produk
rokok berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda terhadap produknya yang
diberikan kepada konsumen. Oleh karena itu, konsumen yang menginginkan
produk yang berkualitas tentunya mempertimbangkan terlebih dahulu, apakah
dengan mengkonsumsi produk tersebut kebutuhannya akan rasa, aroma, kadar
nikotin yang diinginkan dapat terpuaskan. Itu semua menjadi pertimbangan
sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak. Karena adanya kenyataan
akan mencari penyedia produk dari perusahaan lain yang mampu memuaskan
kebutuhannya (Annual Report PT. HM. Sampoerna, 2009 ).
Meningkatnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang yang sama juga
mempengaruhi pihak manajemen untuk mengevaluasi dan memperbaiki produk
yang dihasilkan. Persaingan yang terjadi mendorong para produsen, khususnya
produsen rokok untuk berlomba-lomba untuk dapat membuat produk yang dapat
memberikan kepuasan. Salah satu perusahaan rokok tersebut adalah PT. HM.
Sampoerna yang memproduksi rokok A mild. Rokok A mild merupakan rokok
perpaduan cita rasa antara campuran aroma Jawa, Amerika dan tembakau lain
yang bermutu tinggi dengan rasa yang alami (Annual Report PT. HM. Sampoerna,
2009 ).
Menurut Biro Pusat Statistik angka pengangguran yang tinggi
menyebabkan daya beli masyarakat pada umumnya mengalami penurunan
sehingga pemasaran barang-barang konsumsi semakin kompetitif selain itu
berdasarkan hasil survei AC Neilson konsumsi rokok nasional mengalami
penurunan 11%. Menurunnya konsumsi rokok menyebabkan persaingan makin
tajam antar produsen rokok, karena masing-masing berusaha mempertahankan
volume penjualan dan keuntungan mereka ( Annual Report PT. HM. Sampoerna,
2009 ).
Penurunan juga dialami oleh PT. HM. Sampoerna dimana volume
penjualannya rokok A mild mengalami penurunan sebesar 3, 0% dari 40,6 milyar
batang pada tahun 2009 menjadi 39,5 milyar batang pada tahun 2010, penurunan
dan kenaikan cukai rokok sebesar 27 % dari tahun sebelumnya membuat PT. HM
Sampoerna selaku produsen rokok A mild menaikan harga sehingga membuat
selera pasar Indonesia yang lebih menginginkan produk bermerek dengan mutu
yang semakin tinggi. Keadaan ini membuat PT. HM. Sampoerna untuk bisa membuat
produk dengan harga yang lebih murah, kemasan yang praktis tetapi tetap dengan
kualitas yang sama sehingga keinginan konsumen untuk tetap menikmati rokok A mild
dapat terpenuhi http://www.sampoerna.com/id_id/our_products/pages/our_brands.aspx.
Hal ini tentunya sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wahyudi
(2005:169) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel harga, lebel dan kemasan terhadap keputusan pembelian yang dilakukan
oleh konsumen, dimana konsumen dalam membeli sebuah produk masih
memperhatikan atribut produk yang ada pada produk itu sendiri. Wahyudi
(2005:169) juga menyatakan bahwa atribut produk yang berupa kemasan mejadi
bagian yang cukup penting untuk di perhatikan dan ditindak lanjuti, sebab
kemampuan bertahan kemasan dan kualitas kemasan yang baik akan mampu
mepertahankan higienisitas dari produk yang ada.
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas dapat diambil benang merah
dari penelitian ini, dimana tema yang diambil adalah mengenai atribut produk dan
harga rokok A mild dengan keputusan konsumen untuk mebeli produk rokok
tersebut. Hal ini yang mendorong peneliti mengambil judul “PENGARUH
HARGA, LEBEL DAN KEMASAN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di jabarkan di atas, maka perumusan
masalah yang di sajikan adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen ?
2. Apakah terdapat pengaruh lebel terhadap keputusan pembelian konsumen ?
3. Apakah terdapat pengaruh kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel harga terhadap
variabel keputusan pembelian konsumen.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel lebel terhadap
variabel keputusan pembelian konsumen.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh dari variabel kemasan terhadap
variabel keputusan pembelian konsumen.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam mempelajari pola pengambilan keputusan konsumennya.
b. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti yang akan datang sebagai
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai dasar tinjauan teoritis dalam menyusun
sebuah penelitian. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Haryono, fauzi dan Arifin, (2008) dengan judul ”Analisis beberapa atribut dan bauran
promosi serta implikasinya terhadap keputusan pembelian”. Hasil dalam penelitian ini
adalah dikatahuinya variabel rekemondasi personal melalui WOM memiliki pengaruh
yang dominan terhadap keputusan pembelian.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sukaris dan Kusuma (2008) dengan
judul “Analisis perbedaan sikap konsumen atas atribut produk air minum dalam
kemasan merek ”X” dan ”Y” di kabupaten Gresik”. Hasil penelitian tersebut adalah
konsumen mempunyai sikap yang berbeda untuk atribut kemasan dan kinerja
sedangkan untuk atribut merek dan label konsumen mempunyai sikapyang sama.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2005) dengan judul
”Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Konsumen Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang”. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat
pengaruh dari variabel harga, kualitas dan kemasan detergen baik secara parsial
maupun secara simultan terhadap keputusan kunsumen dalam melakukan pembelian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran terjadi bilamana setidak-tidaknya salah satu pihak
memperoleh tanggapan yang diinginkan dati pihak lain. Menurut Kotler (1997 :
13) manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran,
penetapan harga, promosi dan penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Dari definisi tersebut mengandung arti bahwa manajemen sebagai suatu
proses yang meliputi analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian yang
mencakup gagasan pertukaran, bertujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi
pihak-pihak yang terlibat.
2.2.2. Konsep Pemasaran
Menurut Swastha (2002:10) konsep pemasaran adalah sebuah falsafah
bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Definisi tersebut
mempunyai konsekuensi bahwa semua kegiatan perusahaan termasuk produksi,
teknik, keuangan dan pemasaran harus selalu diarahkan pada usaha untuk
mengetahui kebutuhan pembeli, kemudian memutuskan kebutuhan tersebut
dengan mendapatkan laba yang layak dalam jangka panjang.
Definisi lain dikemukakan oleh Stanton (1998:14) dalam maknanya yang
utuh konsep pemasaran adalah suatu filsafat bisnis yang mengatakan bahwa
kepuasan keinginan konsumen adalah dasar kebenaran sosial dan ekonomi sebuah
perusahaan. Sudah sewajarnya jika segala kegiatan perusahaan harus dicurahkan
untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen dan kemudian memuaskan
keinginan-keinginan itu, dan sudah tentu pada akhirnya perusahaan bertujuan
untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Sebagai falsafah bisnis, konsep
pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen, atau
Menurut Swastha dan Handoko (1997:5-7) terdapat tiga unsur pokok atau
tiga unsur penting yang dipakai dasar dalam konsep pemasaran:
1. Orientasi pada konsumen
Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan kepuasan harus:
a. Menentukan kebutuhan pokok (basic need) dari pembeli yang akan
dilayani dan dipenuhi.
b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan,
karena perusahaan tak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhan pokok
konsumen, maka perusahaan harus memilih kelompok pembeli tertentu dari
kelompok pembeli tersebut.
c.Menentukan produk dan program pemasarannya untuk memenuhi
kebutuhan yang berbeda-beda dari kelompok pembeli yang dipilih sebagai
sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang-barang dengan tipe model
yang berbeda-beda dan dipasarkan dengan program pemasaran lainnya.
d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan
menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku mereka.
e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik
beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang tinggi, harga yang murah atau
model yang menarik.
2. Penyusunan kegiatan secara integral (integral marketing)
Pengintegrasian pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian
perusahaan turut berkecimpung dalam suatu yang terkoordinir untuk
memberikan kepuasan sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir. Selain itu,
distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat
dengan konsumen.
3. Kepuasan konsumen (costumer satisfaction)
Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan
mendapatkan laba ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat
dipenuhi, itu berarti perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara
memberikan kepuasan kepada konsumen.
Sedangkan Marti Sumarni dan John Soeprihanto (2000:263) dasar
pemikiran yang terkandung dalam konsep pemasaran antara lain adalah :
1. Pemuasan keinginan kelompok pembeli tertentu adalah menjadi tuas
perusahaan.
2. Untuk memuaskan keinginan konsumen tersebut, diperlukan program riset
pemasaran agar dapat diketahui pola keinginan konsumen.
3. Semua kegiatan untuk mempengaruhi pembeli harus ditetapkan dibawah
control pemasaran yang terintegrasi.
4. Kepuasan konsumen akan menimbulkan loyalitas dan kesan baik dari
pembeli.
2.2.3. Produk
Menurut Philip Kotler (1999 : 189), Produk adalah sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada sebuah pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai, atau
dikonsumsi sehingga mungkin memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk bisa
berupa benda fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1992 : 347), Produk adalah
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk
kebutuhan. Dalam arti yang luas, produk adalah sesuatu yang dapat dipasarkan,
termasuk obyek, fisik, jasa (layanan), orang tempat, organisasi dan gagasan.
2.2.3.1. Klasifikasi Produk
Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasar
mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan pada
karakteristik produk.
a. Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut ketahanlamaanya
(durability) atau keberwujudannya (tangibility).
1. Barang tidak tahan lama adalah barang konsumsi yang biasanya
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Beberapa contoh
diantaranya adalah bir, sabun, garam, rokok, gula, ndan roti.
2. Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang digunakan selama kurun
waktu yang panjang dan biasanya tetap bertahan hingga banyak kali
penggunaan. Beberapa contohnya diantaranya adalah kulkas, mobil, kursi,
meja, dan kompor.
3. Jasa atau layanan adalah kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang
ditawarkan untuk dijual. Beberapa contoh diantaranya adalah pemangkas
rambut, pemeriksaan dokter, konsultasi menajemen, dan perawatan.
b. Berdasarkan tujuan pembeliannya:
Barang Konsumsi adalah barang yang dibeli oleh masyarakat untuk
dipakai sendiri guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang konsumsi
dapat dibedakan menjadi tiga jenis :
Yaitu barang –barang yang dibutuhkan oleh masyarakat setiap hari
untuk kebutuhan sehari-hari. Barang konvenien dibedakan menjadi tiga:
Bahan kebutuhan pokok adalah barang kebutuhan hidup sehari-hari.
Barang implusif adalah barang yang biasa dibeli tanpa rancangan
terlebih dulu.
Barang darurat adalah barang yang dibeli karena kebutuhan
mendesak dan tidak bisa ditunda.
2. Barang Shopping
Yaitu barang kebutuhan pelengkap yang dalam proses pemilihan dan
pembeliannya konsumen mempertimbangkan terlebih dulu akan
kebutuhan barang tersebut.
3. Barang Spesial
Yaitu barang spesial atau barang mewah yang umumnya berharga
mahal dan tidak banyak jumlah serta frekuensi pembeliannya sangat
kecil. Contohnya: mobil, parabola, video camera.
2.2.3.2. Atribut Produk
Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk
yang menjamin produk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Atribut produk dapat berupa suatu yang berwujud atau tangible maupun suatu
yang tak berwujud atau intangible. Atribut produk yang berwujud dapat berupa:
a. Desain Produk
Merupakan atribut yang sangat penting untuk mempengaruhi konsumen
desain produk dapat berbeda walaupun merupakan produk sejenis. Misanya:
produk sabun merek Lux berbeda bentuknya dengan merek Lifeboy. Dalam
hal produk jasa pendidikan desain produk ditunjukkan oleh kurikulum serta
silabi yang ditampilkan.
Atribut produk merupakan senjata yang ampuh dalam persaingan
(competitive weapon) dengan para pesaingnya dalam mempengaruhi
konsumen. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari atribut desain produk
dengan lebih seksama, karena pada umumnya konsumen hanya
mempertimbangkan antara dua sampai lima atribut dalam mengambil
keputusan untuk membeli. Hal ini disebabkan oleh faktor yang bersifat
manusiawi dimana kapasitas atau daya pikir manusia pada umumnya hanya
akan mampu untuk mempertimbangkan dua sampai lima faktor dalam
memikirkan sesuatu. Oleh karena itu, pengusaha harus lebih teliti dalam
mendesain suatu produk agar konsumen tertarik untuk membeli produk
tersebut.
c. Merek (Brand)
1. Nama Merek (Brand Name) diperlukan untuk membedakan dalam
memasarkan produk hasil produksi suatu pabrik dengan pabrik yang lain
yang menghasilkan produk sejenis.
2. Trade Mark (Merek Dagang, Simbol Merek) adalah sebagian dari brand
yang dinyatakan dalam bentuk simbol atau logo, desain, warna atau huruf
Merek dapat digolongkan atas beberapa hal yaitu:
Dasar Pemilikan
Dengan dasar ini merek digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
- Merek produsen yakni merek yang dipunyai oleh produsen.
- Merek distributor yakni merek yang dipunyai oleh penyalur.
Dasar Geografis
Berdasarkan penggolongan ini merek dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
- Merek Regional hanya berlaku untuk daerah tertentu.
- Merek Nasional yaitu merek yang berlaku secara nasional.
- Merek Internasional yaitu merek yang berlaku secara internasional.
Dasar Pentingnya Merek
Dengan dasar ini dibagi menjadi dua macam, yaitu:
- Merek Primer adalah merek untuk produk yang berkualitas tinggi
dan biasanya untuk kepentingan promosi.
- Merek Sekunder adalah merek yang diciptakan untuk tujuan tertentu
atau sering juga digunakan untuk menjual produk yang berkualitas
tinggi.
Dasar Banyaknya Produk yang manggunakan merek
Berdasarkan penggolongan ini merek dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
- Merek Individual adalah merek untuk satu macam produk saja.
3. Keuntungan Menggunakan Merek
Produk yang menggunakan merek dapat memberikan keuntungan atau
manfaat tidak hanya bagi penjual tapi juga pembeli atau masyarakat. Akan
tetapi penggunaan merek juga dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan yang memasarkan produk tersebut. Keuntungan penggunaan
merek bagi penjual adalah:
Memudahkan untuk memproses pesanan.
Mendapat perlindungan terhadap ciri khas produk.
Untuk mengetahui kesetiaan pembeli terhadap produknya.
Merek yang baik dapat membantu membangun citra perusahaan.
Membantu stabilitas harga.
Mengurangi perbandingan harga bagi pembeli.
Menimbulkan loyalitas pembeli terhadap produk perusahaan.
Keuntungan penggunaan merek bagi pembeli:
Memudahkan pembeli dalam mengenal mutu produk.
Menimbulkan keseragaman mutu produk yang bermerek.
Melindungi konsumen, karena produsennya jelas.
Ada kecendrungan produsen meningkatkan kualitas produk.
4. Strategi Untuk Memperluas Merek
Suatu strategi untuk memperluas merek adalah usaha untuk menggunakan
suatu nama merek (Brand Name) yang sudah terkenal untuk meluncurkan
5. Strategi Aneka Merek
Strategi aneka merek adalah pengembangan dua atau lebih merek oleh
produsen untuk kategori produk yang sama atau sejenis. Penggunaan
aneka merek mempunyai beberapa alasan, yaitu:
Pengusaha atau pabrik akan dapat memperoleh lebih banyak ruang
atau etalase penjualan.
Sebab beberapa konsumen setia terhadap suatu merek.
Sebab penciptaan merek baru dapat meningkatkan gairah dan efisiensi
dalam organisasi perusahaan.
6. Proses Pemilihan Nama Merek
Menciptakan nama merek yang baik adalah merupakan pekerjaan yang
sulit karena harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
Nama merek harus menunjukkan suatu manfaat dan kualitas produk.
Nama merek harus mudah diucapkan, diingat dan dikenal.
Nama merek harus mudah dibedakan.
Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
Nama merek harus didaftarkan untuk mendapat perlindunag hukum.
Nama merek harus unik dan tidak boleh sama dengan perusahaan lain.
7. Proses Pemilihan Nama Merek
Proses pemilihan nama merek dari tahap identifikasi sampai tahap memilih
satu kriteria nama merek yang paling sesuai dengan produk yang akan
dipasarkan. Dibawah ini digambarkan urutan pemilihan nama merek
gambar 2.1.
Proses Pemilihan Nama Merek
Dengan demikian telah diketahui kegunaan merek bagi pembeli atau
konsumen dan bagi penjual atau produsen.
2.2.4. Harga
Definisi harga menurut Tjiptono (1995) dalam Triatmanto (2003:136)
adalah suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang atau jasa lainnya)
yang ditukarkan agar memperoleh barang atau sejumlah uang yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kontribusi dari produk dan pelayanan. Jadi harga
adalah nilai yang diberikan seseorang terhadap suatu barang atau jasa.
Dalam Alma (2000 : 125) Nilai dari suatu produk dapat ditukar dengan
produk lain dalam situasi barter. Sekarang ini ekonomi kita tidak melakukan
barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai nilai ukurannya. Harga
adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Merupakan tanggapan
yang diberikan konsumen terhadap harga produk/barang, potongan harga dan
perbedaan harga dengan swalayan lainnya atau di pasar tradisional.
Harga adalah satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang
juga merupakan salah satu dari elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel,
dimana harga dapat berubah dengan cepat, tidak seperti unit produk dan
komitmen saluran. Pada saat yang sama penetapan harga dan persaingan harga
adalah masalah utama yang dialami oleh banyak eksekutif pemasaran, tetapi
banyak perusahaan tidak menangani penetapan harga dengan baik.
Menurut Wahyudi ( 2005) Indikator-indikator yang dapat membentuk
harga adalah :
1. Biaya
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
2. Situasi Pasar dan permintaan
Situasi Pasar dan permintaan suatu kondisi dalam aktivitas distribusi
barang atau jasa yang berkaitan dengan kondisi konsumen.
3. Persaingan
Persaingan merupakan situasi kompetitif yang terjadi diantara satu pihak
dengan pihak yang lain untuk memenuhi tujuan tertentu.
2.2.5. Label
Label merupakan bagian dari aktivitas pengemasan produk, yang
mengandung informasi yang jelas, dan mudah dimengerti oleh konsumen, baik itu
aturan pakai yang didesain sebaik mungkin untuk menarik perhatian (Kusuma,
2009:245). Suatu produk di samping diberi merek, kemasan, juga harus diberi
penjelasan mengenai barang-barang tersebut. Label dapat dibedakan menjadi tiga
macam:
Brand Label
Adalah label yang semata-mata sebagai brand (merek).
Grade Label
Adalah label yang menunjukkan tingkatan mutu (kualitas) tertentu daru
suatu produk.
Deskriptive Label (Imformative Label)
Adalah label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, formula atau
kandungan isi, pemeliharaan, hasil kerja, penggunaan dari suatu produk.
Indikator dari kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Kusuma, 2009:245) :
1) Bahasa mudah Dimengerti (X2.1)
Bahasa yang digunakan dalam pemberian label adalah bahasa sehari-hari yang
banyak didengar dan diucapkan oleh masyarakat.
2) Gambar yang Menarik (X2.2)
Gambar yang diberikan pada label dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik
perhatian konsumen/pelanggan.
3) Informasi yang Jelas (X2.3)
Informasi yang jelas merupakan bagian dari usaha pihak provider untuk
2.2.6. Kemasan
Kemasan adalah aktivitas merancang dan membuat wadah atau pembungkus
untuk suatu produk (Alma, 2004:159 ). Banyak perusahaan yang memperhatikan
kemasan suatu barang, sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak
hanya sebagai kemasan, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Jika pihak produsen
atau penjual memperhatikan fungsi tersebut maka kelancaran penjualan
barang-barang dapat diharapkan. Salah satu aspek yang banyak diabaikan dalam
pengemasan adalah keindahan. Padahal keindahan kemasan besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan penjualan. Meskipun faktor biaya harus diperhatikan.
Memang harus diakui bahwa kualitas barang adalah besar sekali pengaruhnya
terhadap keberhasilan penjualan, tapi dalam hal ini tidak berarti masalah
pembungkus boleh diabaikan. Seseorang akan menjadi konsumen suatu barang
apabila ia telah mencoba barang tersebut, tapi bilamana orang tersebut tidak
tertarik untuk mencoba itu disebabkan karena kemasan yang tidak menarik,
padahal konsumen tidak tahu bahwa isinya berkualitas baik. Dengan demikian
kemasan yang menarik akan memperlancar penjualan barang. Seperti yang telah
dikemukakan bahwa fungsi dari kemasan tidak hanya sebagai kemasan tetapi
lebih luas dari itu. Apabila kita dapat memenuhi syarat-syarat tersebut maka calon
konsumen lebih luas, sehingga kelancaran barang-barang akan terjamin.
Syarat-syarat (Alma, 2002) kemasan tersebut antara lain:
1. Sebagai Tempat
Syarat ini adalah syarat yang telah lama banyak diketahui sehingga bukan
2. Menarik Konsumen
Dengan kemasan yang menarik dapat diharapkan orang akan tertarik untuk
mencobanya sehingga akhirnya dapat diharapkan jadi langganan.
3. Dapat Melindungi
Bilamana kemasan dapat melindungi barang-barang tersebut maka kualitas
barang akan lebih terjamin sehingga kelancaran penjualan dapat ditingkatakan.
4. Praktis atau Ergonomi
Apabila perusahaan mampu membuat kemasan yang praktis maka dengan
sendirinya konsumen akan lebih puas. Praktis disini adalah mudah dibawa,
mudah dibuka dan ditutup kembali, ringan dan sebagainya.
5. Ketetapan Ukuran
Ukuran pembungkus harus pula diperhatikan sebab hal ini sangat erat
hubungannya dengan harga.
6. Pengangkutan atau Pendistribusian
Dalam membuat kemasan harus pula diperhatikan pengaruhnya terhadap biaya
pengangkutan. Dengan penghematan biaya pengankutan maka perusahaan akan
mampu menjual produk dengan harga yang lebuh rendah dari saingan atau
dengan harga jual yang sama perusahaan akan mampu meningkatkan kualitas
produksinya.
7. Faktor Estetika
Keindahan merupakan daya tarik visual suatu produk.
8. Faktor Identitas
Identitas suatu produk sangat penting gara mudah dikenali dan dibedakan
dengan produk yang lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi kreatif kemasan,
1. Warna
Adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan suatu obyek ke mata manusia.
2. Bentuk
Merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya daya tari visual.
3. Ilustrasi
Merupakan unsur penting dalam mengkomunikasikan suatu kemasan.
4. Tipografi
Merupakan pesan yang ditulis dengan huruf tertentu untuk mejelaskan produk
yang ditawarkan sekaligus mengarahkan konsumen agar dapat bersikap sesuai
harapan produsen.
5. Tata Letak
Merupakan cara memadukan unsur grafis meliputi: warna, bentuk, merek,
ilustrasi dan tipografi menjadi satu kesatuan yang disusun dan ditempatkan
pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu.
Indikator dari kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Kusuma, 2009:245)
1. Ragam Ukuran (X3.1)
Keragaman ukuran pembungkus harus pula diperhatikan sebab hal ini sangat
erat hubungannya dengan harga dan jumlah produk yang dikemas.
2. Corak Warna yang Menarik (X3.2)
Corak warna yang menarik merupakan suatu bentuk komunikasi visual dalam
kemasan yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau
3. Kualitas Bahan (X3.3)
Kualitas bahan merupakan jaminan kemampuan terbaik dari bahan yang
digunakan.
2.2.7. Pembelian
2.2.7.1.Pengertian Pembelian
Pembelian dapat diartikan sebagai urutan kerja atau salah satu proses yang
berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa bisa dikatakan pembelian adalah
kegiatan untuk menjamin kelancaran transaksi penjualan terhadap produk atau
jasa (Dewanti, 2005). Dalam pembelian suatu produk atau jasa konsumen harus
mempunyai sikap dalam mengambil keputusan pembelian yaitu proses pemilihan
diantara dua atau lebih alternatif dimana semua aspek perilaku dan kondisi
dilibatkan suatu pengambilan keputusan konsumen, termasuk pengetahuan, arti
kepercayaan, perhatian dan pemahaman akan suatu produk yang ditawarkan agar
konsumen tidak merasa rugi dalam membeli produk atau jasa. (Setiadi, 2003:413).
2.2.7.2.Fungsi Pembelian
Menurut Dewanti (2005) fungsi pembelian barang sebenarnya berada di
bawah atap fungsi logistik. Yang dimaksud dengan fungsi logistik adalah fungsi
perencanaan dan pengendalian aliran fisik barang yang mengalir ke segenap
bagian organisasi. Aliran fisik barang menyangkut barang dagangan yang akan
dijual kembali pada perusahaan dagang ataupun bahan baku yang akan diolah
menjadi barang jadi seperti pada perusahaan manufaktur. Fungsi pembelian pada
umumnya bertanggung jawab untuk :
b. Menentukan waktu penerimaan barang yang tepat
c. Menentukan rekanan pemasok barang yang tepat.
Kegiatan menentukan kuatitas dan saat penerimaan barang yang tepat
merupakan kegiatan manajemen pengendalian persediaan. Untuk menentukan
kuatitas pembelian dan titik pemasaran kembali yang dilakukan agar tercapai
keseimbangan yang optimal, memerlukan tiga faktor yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah barang yang dipesan
b. Biaya pengelolah barang
c. Resiko kelangkaan barang
2.2.7.3. Tujuan Pembelian
Tujuan utama proses pembelian menurut Dewanti (2005) adalah
menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh konsumen atau organisasi
perusahaan dengan cara yang efisien dan efektif. Tujuan tersebut dapat dirinci
lebih lanjut menjadi sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembelian dari rekanan yang handal
b. Membeli barang dengan kualitas yang baik sesuai dengan yang diinginkan
c. Memperoleh barang dengan harga yang pantas
d. Hanya membeli barang yang disetujui (authorized) dan sesuai dengan tujuan
perusahaan
e. Mengelola barang secara sehat sehingga selalu tersedia manakala dibutuhkan
perusahaan
f. Hanya menerima barang yang sudah dipesan, dan harus menerima semua
g. Menerapkan pengendalian barang yang disimpan dan diterima secara sehat
untuk menghindari berbagai kemungkinan yang merugikan
2.2.8. Keputusan Pembelian
Merupakan proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk
melakukan pembelian suatu roduk di awali oleh adanya kesadaran atas
pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael disebut need arousal.
(Sutisna, 2003:15).
Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali ada lebih dati dua
pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada
lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran
ini dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan
beberapa orang. Pemahaman mengenai masing-masing pernanan ini sangat
berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kegiatan konsumen. Kelima
peran tersebut meliputi (Kotler, et al., 1996 dalam Tjiptono, 1997:20) :
1. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya
keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (influencer), yaitu orang yang pandangan, nasihat atau
pendapat-pendapatnya yang mempengaruhi keputusan pembelian.
3. Pengambilan keputusan (decider), yaitu orang-orang yang menentukan
keputusan pembelian, misalnya apakah jadi membeli, apa yang dibeli,
bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya.
4. Pembeli (buyer), yakni orang yang melakukan pembelian aktual.
5. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang
Proses pengambilan keputusan pembelian sangat bervariasi. Ada yang
sederhana dan ada pula yang kompleks. Hawkins et al. (1992) dan Engel et al.
(1990) membagi proses pengambilan keputusan ke dalam tiga jenis, yaitu
pengambilan keputusan yang luas, pengambilan keputusan yang terbatas, dan
pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan.
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (Wahyuni,
2008:34)
1. Pilihan Merek Terbatas (Y 1)
Pilihan merek yang menjadi pertimbangan konsumen untuk mengkonsumsi
rokok jenis mild dengan taste yang enak cukup terbatas.
2. Faktor Keluarga (Y2)
Banyaknya pihak kerabat atau keluarga yang mengkonsumsi rokok merek A
Mild.
3. Kualitas Yang Sudah Terbukti (Y3)
Informasi tentang kualitas dari produk rokok merek A Mild yang sudah
memasyarakat
.
2.2.8.1. Pengambilan Keputusan Luas
Pengambilan keputusan yang luas merupakan jenis pengambilan
keputusan yang paling lengkap, bermula dari pengenalan masalah konsumen yang
dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk. Untuk keperluan ini,
konsumen mencari informasi tentang produk atau merek tertentu dan
mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memechkan
masalahnya. Evaluasi produk atau merek akan mengarah kepada keputusan
pembelian. Selanjutnya konsumen akan mengevaluasi hasil dari keputusannya.
konsumen atau untuk pengambilan keputusan yang melibatkan keterlibatan
tinggi-tinggi, misalnya pembelian produk-produk yang mahal, mengandung niali
prestise, dan dipergunakan untuk waktu yang lama. (Tjiptono, 1997:20)
2.2.8.2.Proses Pengambilan Keputusan yang Terbataas
Proses pengambilan keputusan terbatas terjadi apabila konsumen
mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau
merek berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya
melakukan sedikit usaha) mencari informasi baru tentang produk atau merek
tersebut. Ini biasanya berlaku untuk pemeblian produk-produk yang kurang
penting atau pembelian yang bersifat rutin. Dimungkinkan pula proses
pengambilan keputusan terbatas ini terjadi pada kebutuhan yang sifatnya
emosional atau juga environmental needs (Hawkins, et al., 1992 dalam Tjiptono,
1997:21), misalnya seseorang memutuskan untuk membeli suatu merek atau
produk baru dikarenakan bosan dengan merek yang sudah ada, atau karena ingin
mencoba/merasakan sesuatu yang baru
Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasan merupakan proses
yang paling sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung
mengambil keputusan untuk membeli merek favorit/kegemarannya (tanpa
evaluasi alternatif). Evaluasi hanya terjadi bila merek yang dipilih tersebut
2.2.9. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (1997:107) bahwa secara tradisonal harga berperan
sebagai penentu utama pilihan pembelian. Hal ini masih berlaku untuk
negara-negara miskin, diantara kelompok-kelompok miskin dan untuk produk jenis
komuditas. Walau faktor-faktor non harga telah menjadi semakin penting dalam
perilaku pembelian selama beberapa dasawarsa ini, harga masih tetap merupakan
salah satu unsur terpenting yang menentukan pangsa pasar dan profitabilitas
perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2001:452) konsumen akan
memutuskan apakah harga suatu produk sudah tepat. Keputusan penetapan harga,
seperti halnya bauran pemasaran lainnya haruslah berorientasi kepada pembeli.
Ketika konsumen membeli suatu produk mereka menukar suatu nilai atau harga
untuk mendapatkan suatu nilai lainnya. Penetapan harga yang berorientasi pada
hal yang efektif mencakup pemahaman seberapa besar nilai yang ditempatkan
konsumen atas manfaat yang mereka terima dari produk tersebut. Konsumen akan
menggunakan nilai-nilai ini untuk mengevaluasi harga produk, sehingga apabila
konsumen merasa cocok maka akan muncul sebuah keputusan untuk membeli
produk tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi
(2005:169) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel harga, kualitas dan kemasan terhadap keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen, dimana konsumen dalam membeli sebuah produk
2.2.10.Pengaruh Label terhadap Keputusan Pembelian
Kotler dan Amstrong (2001:310) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
dan profitabilitas perusahaan berkaitan erat dengan tingkat kualitas produk yang
diberikan. Mayoritas pelanggan beranggapan bahwa popularitas nama perusahaan
menjadi bagian penting dalam pemilihan suatu jasa penjualan, lebih
mengutamakan ketenaran merek perusahaan daripada faktor lainnya, dapat
memberikan rasa prastise atau bangga bagi pelanggan, dan memandang citra
perusahaan resmi relatif baik, sehingga sedemikian rupa citra merek perusahaan
menjadi hal yang utama dan yang pertama yang menjadi pertimbangan bagi
pelanggan dalam menjawab kebutuhan yang akan dibelinya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafei
(2006:17) bahwa di antara aspek produk yang tak berwujud (intangible), merek
merupakan sesuatu yang paling penting, dimana mayoritas dari strategi pemasaran
yang dilakukan cenderung untuk menyoroti merek daripada produk yang sedang
dijual. Merek perusahaan perlu dikelola dengan baik sehingga sedemikian rupa
dapat memberikan citra merek yang positif di mata pelanggan yang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Merek perlu dikelola dan dibangun oleh perusahaan dalam upaya
menunjang perkembangan perusahaan dalam jangka panjang, dengan
menyampaikan informasi yang benar dan kontinyu kepada pelanggan, sesuai
dijelaskan oleh Aperi (2001, dalam Syafei, 2006:18) bahwa membangun merek
adalah merupakan suatu aktivitas dengan tujuan membedakan suatu merek
tertentu melalui penciptaan suatu hubungan (relationship) antara merek dengan
(relationship) dengan pelanggan yaitu untuk menumbuhkan kepercayaan
pelanggan.
2.2.11.Pengaruh Kemasan terhadap Keputusan Pembelian
Kotler dan Amstrong (2001:367) menyatakan bahwa fungsi kemasan
adalah untuk memuat dan melindungi prod uk. Namun dalam beberapa waktu
terakhir ini, banyak faktor yang membuat kemasan menjadi alat pemasaran yang
penting. Semakin bertambahnya persaingan dan kacau balaunya rak toko eceran
mempunyai arti bahwa kemasan sekarang harus banyak melakukan tugas
penjualan dengan menarik perhatian, menguraikan produk dan bahkan membuat
penjualan. Perusahaan menyadari pengaruh dari kemasan yang baik supaya
konsumen dapat mengenal perusahaan atau merek dengan cepat dan mampu
membentuk keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2005:169),
dimana telah dinyatakan bahwa atribut produk yang berupa kemasan mejadi
bagian yang cukup penting untuk di perhatikan dan ditindak lanjuti, sebab
kemampuan bertahan kemasan dan kualitas kemasan yang baik akan mampu
mepertahankan higienisitas dari produk yang ada.
2.3. Kerangka Konseptual
Harga X1
Label X2
Kemasan
Keputusan Pembelian
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
landasan teori yang digunakan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari harga terhadap keputusan
pembelian.
2. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari label terhadap keputusan
pembelian.
3. Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari kemasan terhadap
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasioanal
Definisi operasional menurut Nazir (2003:152) adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan atau pun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Keputusan pembalian (Y) sebagai variabel terikat diduga
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yaitu Harga (X1), Label (X2) dan
Kualitas (X3). Definisi variabel-variabel tersebut adalah :
a. Harga (X1)
Harga adalah nilai yang dipertukankan oleh konsumen untuk suatu manfaat
atas pengkonsumsian, penggunaan atau kepemilikan barang atau jasa.
Indikator dalam penelitian ini adalah : (Wahyudi, 2005:165)
1) Biaya (X1.1)
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.
2) Situasi Pasar dan permintaan (X1.2)
Situasi Pasar dan permintaan suatu kondisi dalam aktivitas distribusi
3) Persaingan (X1..3)
Persaingan merupakan situasi kompetitif yang terjadi diantara satu pihak
dengan pihak yang lain untuk memenuhi tujuan tertentu.
b. Label (X2)
Label merupakan bagian dari aktivitas pengemasan produk, yang mengandung
informasi yang jelas, dan mudah dimengerti oleh konsumen, baik itu aturan
pakai yang didesain sebaik mungkin untuk menarik perhatian. Indikator dalam
penelitian ini adalah : (Kusuma, 2009:245)
1) Bahasa mudah Dimengerti (X2.1)
Bahasa yang digunakan dalam pemberian label adalah bahasa sehari-hari
yang banyak didengar dan diucapkan oleh masyarakat.
2) Gambar yang Menarik (X2.2)
Gambar yang diberikan pada label dibuat sedemikian rupa agar dapat
menarik perhatian konsumen/pelanggan.
3) Informasi yang Jelas (X2.3)
Informasi yang jelas merupakan bagian dari usaha pihak provider untuk
memberikan wacana mengenai fungsi produk, efek samping dari produk
dll.
c. Kemasan
Kemasan merupakan wadah atau pembungkus produk yang bersifat nyata.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (Kusuma, 2009:245)
Keragaman ukuran pembungkus harus pula diperhatikan sebab hal ini
sangat erat hubungannya dengan harga dan jumlah produk yang dikemas.
2) Corak Warna yang Menarik (X3.2)
Corak warna yang menarik merupakan suatu bentuk komunikasi visual
dalam kemasan yang menggunakan gambar untuk menyampaikan
informasi atau pesan seefektif mungkin
3) Kualitas Bahan (X3.3)
Kualitas bahan merupakan jaminan kemampuan terbaik dari bahan yang
digunakan.
d. Keputusan Pembeli (Y)
Merupakan proses pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk di awali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan
kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael disebut need arousal. (Sutisna, 2003:15). Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
(Wahyuni, 2008:34)
1. Pilihan Merek Terbatas (Y 1)
Pilihan merek yang menjadi pertimbangan konsumen untuk
mengkonsumsi rokok jenis mild dengan taste yang enak cukup terbatas.
2. Faktor Keluarga (Y2)
Banyaknya pihak kerabat atau keluarga yang mengkonsumsi rokok merek
A Mild.
3. Kualitas Yang Sudah Terbukti (Y3)
Informasi tentang kualitas dari produk rokok merek A Mild yang sudah
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yaitu jarak antara
satu data dengan yang lain dan mempunyai bobot yang sama sematik (semantic
differential scale) merupakan metode pengukuran Sifat dengan menggunakan
skala penelitian tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (bipolar)
penilaian yang ekstrem.
Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut,
misalnya :
1 7
Sangat Tidak Baik Sangat baik
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberikan sikap
yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada masing-masing skala, dimana
nilai 1 menunjukkan terendah dan nilai 7 merupakan nilai tertinggi.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah penduduk (Bungin, 2008:99). Populasi dalam
penelitian ini adalah keseluruhan konsumen yang mengkonsumsi produk rokok A
Mild.
3.2.2. Sampel
Adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
adalah non probabilitysampling dengan menggunakan Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. (Sugiyono, 2003:60).
Sedangkan berdasarkan Ferdinand (2002 : 48) pedomannya adalah:
1. 100-200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel
laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. Bila terdapat
20 indikator, besarnya sampel adalah antara 100-200.
4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.
Berdasarkan pedoman penentuan sampel diatas maka jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 12 X 10 indikator = 120 sampel jadi jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 120 responden.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer,
yaitu data yang diperoleh dari wawancara penulis dengan para konsumen rokok
merek A Mild, hasil observasi lapangan serta penyebaran daftar pertanyaan atau
kuesioner kepada responden dan data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
menggunakan cara:
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari
catatan-catatan perusahaan dan literatur-literatur pendukung yang berkaitan
dengan penelitian ini sebagai acuan dalam mencari pemecahan dari
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penulisan ini.
2. Survei Lapangan
Survei lapangan adalah penelitian yang dilaksanakan secara langsung pada
obyek penelitian dengan menggunakan cara:
a. Kuesioner
Pengambilan data dengan jalan menyebarkan angket berisi daftar
pertanyaan seputar hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.
b. Wawancara
Pengambilan data dengan jalan mengadakan tanya jawab dengan
orang-orang yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
c. Observasi
Pengamatan langsung yang dilakukan terhadap obyek penelitian di
lapangan dengan mengikuti kegiatan dan melakukan pencatatan secara
sistematis terhadap berbagai macam hal yang berkaitan dengan penelitian
d. Dokumentasi
Mengutip data-data kuantitatif dari arsip-arsip (dokumen-dokumen)
perusahaan yang menjadi obyek penelitian.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modeling (SEM). Model ini digunakan karena
didalam model konseptual terdapat variabel-variabel laten dan
indikator-indikatornya, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
masing-masing variabel laten. Model pengukuran untuk variabel pengalaman marketing,
emosi merek, kepercayaan merek dan loyalitas merek menggunakan Confirmatory
Faktor Analysis. Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat mengunakan koefisien jalur. Langkah dalam model pengukuran
analisis SEM dengan contoh faktor kepercayaan merek dilakukan sebagai berikut:
Persamaan dimensi faktorharga :
X1.1 = λ1 faktor Biaya+ Er_1
X1.2 = λ2 faktor Situasi Pasar dan Permintaan + Er_2
X1.3 = λ3 faktor Persaingan + Er_3
Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
Gambar 3.1
Contoh Model Pengukuran Citra Merek
Keterangan:
X1.1, X1.2, X1.3 = pertanyaan tentang……….
Er_j = errror term X1.j
Demikian juga dengan faktor-faktor yang lain seperti nilai produk, nilai
jasa, personil, pilihan merek terbatas, faktor keluarga, kualitas yang sudah
terbukti, sparpart mudah di dapat dan pemberian bonus.
3.4.1. Uji Asumsi Model (Structural Equation Modeling)
A. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1.Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dengan
menggunakan metode statistik.
2.Menggunakan critical ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien
sampel dengan standart error-nya dan Skeweness value yang biasa disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik yang digunakan untuk
penilaian pada tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z score lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal.
B. Evalusi Outlier
1.Mengamati nilai Z-score, ketentuannya diantara + 3,0 non outlier.
2. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p
< 0,001. Jarak diuji dengan Chi Square [χ2] pada derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebasnya. Dengan ketentuan Mahalanobis dari nilai
[χ2] adalah multivariate outlier. Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda dibandingkan
observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk
sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi.
C. Deteksi Multicolinearity dan heteroskedastsitas
Deteksi multicolinearity dan heteroskedastsitas dilakukan dengan mengamati Determinant Matrix Covariance. Dengan ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi multikolinearitas dan heteroskedastsitas.
D. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi
dimana masing-masing indikator mampu menghasilkan konstruk/faktor
variabel laten.
Karena merupakan indikator multidimensi maka uji validitas dari
setiap latent variables construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan constructreliability dan variance extracted.
Construct reliability dan Variance extracted dihitung dengan menggunakan rumus:
Construct Reliability =
jStandardize Loading dapat dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap stiap butir sebagai indikatornya.
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj = 1– [Standardize
Loading]. Secara umum nilai construct reliability yang dapat diterima adalah
≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5.
3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau P
(Probability) yang sama dengan nilai thitung, apabila thitung lebih besar daripada ttabel
3.4.3. Pengujian Model dengan One-Step Approach
Dalam model SEM, model pengukuran dan model structural
parameter-parameternya dieliminasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami
kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan
oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang
diestimasi bersama (One Step Approach to SEM) yang digunakan apabila model
diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas yang
sangat baik.
3.4.4. Evaluasi Model
Hair et.al. (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai “poor fit” dengan data. AMOS dapat menguji apakah model “good
fit” atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam menggunakan Structural Equation Modeling.
Pengujian terhadap model dikembangkan dengan menggunakan berbagai
kriteria Goodness of Fit, yakni Chi Square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data model
Tabel 3.1.
Kriteria Goodness of Fit Index Goodness of Fit
Index
Keterangan Cut-off Value
Χ2
- Chi Square
Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sampel (apakah model sesuai dengan data)
Diharapkan kecil, 1 s.d 5, atau paling baik diantara 1 dan 2
Probability
Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2 atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sampel besar
≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varian dalam matriks sampel yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (Analog dengan R2 dalam regresi berganda)
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dengan model ≤ 2,00
TLI Perbandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model
≥ 0,95
CFI
Uji kelayakan model yang tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kerumitan model
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna membutuhkan waktulebih dari
dua tahun untuk proses persiapan peluncuran produk A Mild yang
termasuk kedalam kategori baru industri rokok kretek saat itu yaitu sigaret
kretek mesin mild. A mild tercatat sebagai rokok kretek berjenis LTLN
pertama di Indonesia. Karena rokok kretek hanya ada di Indonesia, A Mild
dapat disebut pula sebagai rokok kretek mild pertama di dunia. Sejak awal
A Mild sudah dirancang untuk menjadi produk yang tidak ada duanya di
pasaran domestik. Dji Samsoe bersama A Mild merupakan jenis rokok
yang ditujukan untuk pasar kelas atas. A Mild sendiri menetapkan target
konsumennya pada perokok muda dewasa dengan rentang usia 18 hingga
25 tahun.
Senin,18 Desember 1989, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna
secara resmi meluncurkan A Mild ke pasaran. Senyum puas tampak jelas
di wilayah Putera selaku pelopor lahirnya A Mild. Bahkan, putera pun tak
ragu untuk membubuhkan nama dan tanda tangannya pada kemasan A
Mild. Kehadiran A Mild mengundang reaksi berupa cibiran dari
yang mencibir, konsumen pun memberi cibiran yang tidak kalah pedas.
Maklum, konsumen yang sudah terbiasa dengan jenis rokok yang sudah
ada (SKT, SKM dan SPM), A Mild dianggap sebagai rokok yang tidak
berasa apapun.
A Mild menghadapi tantangan berat karena konsumen
memposisikannya sebagai rokok putih, sehingga kesannya kurang macho,
seperti yang telah di ungkapkan olehj Surja S. Handoko, CBO Colman
Handoko yang juga mantan Direktur Pemasaran HMS. Penjualan rokok
LTLN dari PT. HMS itu tersendat. Bahkan, hingga tiga tahun sejak
peluncurannya (1992) penjualan A Mild masih tertinggal jauh di banding
kategori lainnya. Dari total produksi rokok nasional yang sebesar 152,7
miliar batang (berdasarkan pembelian pita cukai), A Mild hanya memberi
kontribusi 0,33% atau 0,5 miliar batang.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Gambaran Umum Keadaan Responden
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli
dan mengkonsumsi rokok A Mild yang berdomisili di Surabaya.
1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 120 orang
responden diperoleh gambaran responden berdasarkan jenis kelamin