• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Politik Soroh Terhadap Sikap Politik Organisasi MGPSSR Dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem Tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena Politik Soroh Terhadap Sikap Politik Organisasi MGPSSR Dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem Tahun 2015."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

i

FENOMENA POLITIK SOROH TERHADAP SIKAP

POLITIK ORGANISASI MGPSSR DALAM

PILKADA SERENTAK KABUPATEN

KARANGASEM TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun Oleh: Dwi Ratih Saraswati

NIM. 1221305018

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

FENOMENA POLITIK SOROH TERHADAP SIKAP

POLITIK ORGANISASI MGPSSR DALAM

PILKADA SERENTAK KABUPATEN

KARANGASEM TAHUN 2015

SKRIPSI

Disusun Oleh: Dwi Ratih Saraswati

NIM. 122135018

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu

Politik pada Program Studi Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Fenomena Politik Soroh Terhadap Sikap Politik Organisasi MGPSSR Dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem

Tahun 2015”. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. Sebuah kebahagiaan yang dicapai penulis dalam memenuhi serta mewujudkan sebuah skripsi sebagai wujud ekspresi kemampuan serta tanggung jawab sebagai mahasiswa dan sebagai ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini juga tidak akan tercapai tanpa bantuan, bimbingan serta dukungan banyak pihak kepada penulis. Oleh karena itu, lembar ini penulis persembahkan sebagai tanda hormat dan terimakasih kepada :

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberi restu serta ketenangan hati dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Rektor Universitas Udayana yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPD KEMD.

3. Bapak Dr. Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta Pembantu Dekan I yaitu Bapak Tedi Erviantono, S.IP., M.Si, Pembantu Dekan II yaitu Ibu Ni Nyoman Dewi Pascarani, S.S., M.Si dan Pembantu Dekan III yaitu Bapak Dr. Piers Andreas Noak, S.H., M.Si.

(6)

vi

5. Dosen Pembimbing Akademik (PA) yaitu Muh. Ali Azhar, S.IP, M.A yang telah memdukung serta memotivasi penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. 6. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Udayana atas segala ilmu serta petunjuknya selama mengikuti perkuliahan dari awal sampai skripsi ini selesai.

7. Dosen Pembimbing I yaitu Bapak Tedi Erviantono, S.IP., M.Si, dan Dosen Pembimbing II yaitu Dr. Piers Andreas Noak, S.H., M.Si yang telah bersedia meluangkan tenaga, waktu, pikiran serta memberi dukungan dalam usaha pembimbing untuk membimbing penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

8. Dosen Penguji I yaitu Drs. I Wayan Budiasa, M.Si beserta Dosen Penguji II yaitu Bandiyah, S.Fil, M.A dan Dosen Penguji III yaitu Muh. Ali Azhar, S.IP, M.A yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta memberi masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Ibu Kadek Dwita Apriani, S.Sos., MIP yang telah bersedia dan dengan sabar selalu membimbing, memberi masukan serta mengoreksi penulisan skripsi ini.

10. Seluruh Staff Pegawai Tata Usaha Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kelancaran administratif kampus dari awal perkuliahan hingga saat ini.

11.Putu Arsana yang telah bersedia membantu, memberi jalan serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Ketua MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) Kabupaten Karangasem yaitu Bapak I Gede Pawana, S.Ag., M.Fil karena telah bersedia membantu serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(7)

vii

14.Sekretaris MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) Kabupaten Karangasem yang telah memberi dukungan serta bantuan untuk melengkapi data yang digunakan dalam proses penulisan skripsi ini.

15.Keluarga tercinta yang telah memberi doa, restu serta selalu mendukung dan memotivasi penulis, Bapak I Wayan Sukarsa (Alm), Mama Ketut Erlina Dewi serta kakak Luh Winda Wirayanthi, kakak ipar Komang Suada, adik Komang Monika Pratiwi dan Adelya Praba Iswari.

16.I.G.N Aris Prasetya selaku teman, sahabat, pacar, saudara dan bapak yang dengan sabar serta penuh pengertian mendengar keluh kesah dan dengan setia selalu membantu, menemani juga mendukung penulis dari awal hingga skripsi ini selesai. Terimakasi.

17.Keluarga terkasih Bapak Ketut Sulika dan Ibu Luh Ariati yang telah mendoakan, mendukung serta memberi nasihat kepada penulis dalam proses penulisan skripsi.

18.Terimakasi kepada sahabat penulis Yanti Momiji, I.A Diah Wulan, Fitriani, Bintang Puspita, Nanta, Wijawij, Yayang Murga, Yuli Pitaloka, Bunga Santika, Febrina Dhona, Indah Ambar Sari, Irene Plaituka, Yulis. S, Githas_, Jessica Betty, Ayu Swandayani (Ukik), Emayanthi, Arsitha, Laptop AN beserta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Politik 2012 dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana. 19.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah memberikan bimbingan serta dukungan maupun doa kepada penulis baik dalam studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om Denpasar, 15 Juli 2015

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

(9)

ix

1.5.1 Manfaat Praktis ... 7

1.6 Sistematika Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.2 Kerangka Konseptual ... 14

2.2.1 Teori Dramaturgi ... 14

2.2.2 Sikap Politik ... 18

2.2.3 Ketrkaitan Soroh, MGPSSR dan Politik ... 19

2.2.4 Posisi MGPSSR dalam demokrasi ... 21

2.3 Kerangka Alur Berpikir ... 23

BAB III Metodologi Penelitian ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Sumber Data ... 27

3.3 Unit Analisis ... 28

3.4 Teknik Penentuan Informan ... 28

3.5 Teknik Analisis Data ... 29

3.5.1 Reduksi Mata... 29

3.5.2 Penyajian Data... 29

3.5.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi ... 30

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 30

(10)

x

3.6.2 Observasi ... 31

3.6.3 Dokumentasi ... 31

3.7 Teknik Penyajian Data ... 31

BAB IV PEMBAHASAN ... 32

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 32

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Karangasem ... 32

4.1.2 Sejarah Pasek (MGPSSR) ... 34

4.1.3 Soroh Pasek (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem ... 38

4.2 Hasil Temuan ... 44

4.2.1 Soroh Pasek (MGPSSR) dalam Pilkada Karangasem ... 44

4.2.2 Kemunculan Relawan 157 dalam Pilkada Karangasem .... 48

4.2.3 Kekalahan Kandidat Soroh Pasek dalam Pilkada Karangasem ... 55

4.3 Analisis Temuan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... ` 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 71 Daftar Pustaka

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rekapitulasi Perolehan Suara dalam Pilkada Karangasem ... 4

Tabel 3.1 Matrix Informan ... 29

Tabel 4.1 Kelima Pandita (Panca Pandita) ... 35

Tabel 4.2 Sapta Pandita (Sapta Rsi) ... 36

Tabel 4.3 Data MGPSSR di Kabupaten Karangasem ... 39

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran2 Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 3 Dokumentasi Wawancara

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

(15)

xv

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana organisasi berbasis kekerabatan seperti MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) menentukan sikap politik dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015. Soroh

dilihat sebagai ikatan sosial dalam paguyuban masyarakat umat Hindu di Bali yang merujuk pada satu garis keturunan (trah) yang sama. Hal ini disadari potensial oleh kelompok kepentingan sebagai salah satu faktor untuk memperoleh dukungan. Respon emosional warga Pasek (MGPSSR) mulai mengalir pada kandidat yang memiliki kesamaan latar belakang keturunan tersebut. Berangkat dengan menggunakan teori Dramaturgi dan metode penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Karangasem ini menunjukkan bahwa terjadi pembentukan Relawan 157 sebagai terusan MGPSSR untuk terjun dalam politik dan mendukung kandidat pilihannya. Penelitian ini menemukan implikasi bahwa soroh dapat menjadi faktor utama penunjang kemenangan kandidat yang memiliki kesamaan latar belakang sekaligus dapat menjadi faktor utama penyebab ketidak berpihakkan dari kemenangan itu sendiri.

(16)

xvi

ABSTRACT

This paper aims to see how such a family-based organization MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) determine political attitudes in the elections of 2015. Simultaneously Karangasem Soroh seen as social ties within the community people Hindus in Bali which refers to one lineage (dynasty) the same one. This potential was realized by interest groups as one of the factors for support. The emotional response of citizens Pasek (MGPSSR) start flowing on candidates who have a common background of the offspring. Depart by using the theory of dramaturgy and qualitative research methods-descriptive. Research conducted in Karangasem regency showed that the formation of the Volunteer 157 as a continuation MGPSSR to engage in politics and support the candidate of his choice. This study found the implication that soroh can be a major factor supporting the victory of candidates who have the same background as well as to be the main factor causing the impartiatyof victory itself.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam paguyuban masyarakat umat Hindu di Bali yang merujuk pada garis keturunan (klan). Putu Setia (2008:207) dalam hasil karyanya Bali yang Meradang menuturkan “Soroh atau klan ini mengacu kepada kesamaan leluhur atau lumrah disebut kesamaan kawitan”.

Tiap soroh menyakini bahwa seluruh anggota kelompok (semeton)

mengakar dari satu aliran keturunan leluhur yang sama disebut dengan istilah

tunggal dadia, tunggal kawitan dan berkumpul dalam satu pura yakni Pura Dadia, Pura Kawitan. Pura Kawitan sendiri merupakan tempat suci seluruh umat Hindu di Bali untuk memuja leluhurnya yang berasal dari latar belakang keluarga berbeda tetapi tetap berada dalam satu garis keturunan (trah) yang sama. Pada umunya, dalam merayakan hari raya umat Hindu (piodalan) para semeton dari masing-masing soroh diseluruh wilayah Bali berkumpul untuk bersembahyang bersama. Namun, setiap pasemetonan di masing-masing desa juga memiliki ruang linkup yang lebih kecil disebut Dadia. Sehingga sistem kekerabatan antar

(18)

2

Tahun 1950an menjadi awal kemunculan ikatan soroh di Bali dan mengalami perkembangan yang pesat ditengah masyarakat. Salah satu soroh yang memiliki pengaruh besar dewasa ini adalah soroh Pasek. Paguyuban soroh Pasek

lahir pada tahun 1952 dan dikenal dengan sebutan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR). Lahirnya MGPSSR ditengah warga Pasek bertujuan untuk meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida Bhatara Kawitan dan mewujudkan Bali yang unggul sesuai Bhisama untuk pengabdian kepada agama, bangsa dan negara. Kondisi tersebut merupakan tradisi dari leluhur Warga Pasek (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) yang telah melakukan wujud bhakti serta pengabdian sebagai pemegang kepemimpinan dalam bidang pemerintahan ataupun lembaga keagamaan.

Menurut Soebandi (2009:35) dalam Sejarah Pasek menyebutkan pada tingkat menengah (daerah setempat) fungsi Bendesa kebanyakan dijabat oleh leluhur Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Hal tersebut menyebabkan MGPSSR

memiliki posisi istimewa dalam mempengaruhi masyarakat, khususnya dalam tingkat lokal dan masyarakat yang berada dalam satu garis keturunan (trah). Salah satu wilayah khusus yang menjadi mayoritas Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi

di Bali adalah Kabupaten Karangasem.

Penglingsir MGPSSR Karangasem Made Putra Ayusta menegaskan “MGPSSR adalah organisasi ngayah kepada Ida Batara Kawitan” (Metro:2012).

(19)

3

Pilkada Karangasem tahun 2015 lalu, yang ditandai dengan adanya respon emosional warga Pasek berupa dukungan serta empati kepada kandidat. Salah satunya dapat dilihat pada liputan Bali TV yakni Dadia Pasek dan Kanuruhan solid dukung paket SUKSES. (http://.youtu.be/5D4FcvKwmFs).

Pilkada Karangasem diikuti oleh tiga pasangan calon yakni I Wayan Sudirta-Ni Made Sumiati (SMS), I Gusti Ayu Mas Sumatri-I Wayan Arta Dipa (MASDIPA) dan I Made Sukerana-I Komang Kisid (SUKSES). Dari ketiga pasangan calon tersebut, diketahui pasangan calon I Wayan Sudirta-Ni Made Sumiati (SMS) dan I Made Sukerana-I Komang Kisid (SUKSES) berasal dari

(20)

4

Tabel 1.1 Rekapitulasi perolehan suara dalam Pilkada Karangasem 2015

No. Nama Kandidat Perolehan

Suara Presentase

1 Mas Sumatri-Arta Dipa

(MASDIPA) 102.467 42%

2 Sudirta-Sumiati (SMS) 74.402 31%

3 Sukerana-Kisid (SUKSES) 66.346 27%

Sumber : (http://suarabali.com/koster-akui-belum-beruntung-di-karangasem/)

Fenomena tersebut kemudian mengarah pada sikap politik organisasi

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, dimana Maha Gotra Pasek Sanak Sata Rsi

merupakan organisasi berbasis kekerabatan yang memiliki tujuan untuk ngayah

kepada leluhur dan terbebas dari kepentingan politik. Namun, dewasa ini soroh Pasek dilihat sebagai faktor penting untuk mempengaruhi sikap politik masyarakat khususnya warga PasekMGPSSR di Kabupaten Karangasem. Kondisi tersebut menandakan bahwa masyarakat umat Hindu di Bali memandang bahwa ikatan sosial merupakan suatu hal yang amat penting, dimana dalam hal ini ikatan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah ikatan soroh.

1.2 Rumusan Masalah

(21)

5

“Bagaimana fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak

Kabupaten Karangasem tahun 2015 ?”

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian tidak meluas dan tetap berada dalam permasalahan yang ada, maka fokus dalam penelitian ini mengenai politik soroh

dalam Pilkada tahun 2015. Penelitian ini mengkaji tentang sikap politik organisasi

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem dan secara terperinci membahas bagaimana fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang berjudul Fenomena Politik Soroh terhadap Sikap Politik Organisasi MGPSSR dalam Pilkada Serentak Kabupaten

Karangasem Tahun 2015 ini adalah untuk menjelaskan bagaimana fenomena politik soroh terhadap sikap organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(22)

6

2. Untuk mengetahui sejauh mana soroh dalam organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) mempengaruhi sikap politik masyarakat dalam Pilkada Serentak Karangasem tahun 2015.

3. Untuk membantu masyarakat mengetahui bagaimana politik soroh

mempengaruhi Pilkada Serentak Karangasem tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua manfaat yakni manfaat akademis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya bidang Ilmu Politik mengenai fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015.

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi pedoman untuk penelitian lain yang memiliki kesamaan maupun kemiripan dalam tema penelitian.

(23)

7

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pelaku politik dalam melihat fenomena politik soroh, khususnya sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015.

b. Penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat mengetahui tentang fenomena politik soroh dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015, khususnya sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi(MGPSSR).

1.6 Sistematika Penulisan

Pada Bab I (Pendahuluan) terdiri dari beberapa tajuk bab, yakni latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Dalam latar belakang, mengulas tentang alasan dari judul penelitian. Rumusan masalah merupakan hasil ulasan latar belakang yang di rumuskan dalam bentuk permasalahan. Tujuan penelitian memaparkan tujuan dari dibuatnya penelitian ini. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua yakni manfaat akademis dan praktis yang tujuannya adalah dapat berguna serta memotivasi pihak terkait menyangkut topik. Sistematika penulisan bertujuan menguraikan tulisan dengan menyebutkan urutan-urutan tulisan.

(24)

8

kerangka konseptual berfungsi untuk menjelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian dan dilanjutkan dengan pemaparan kerangka alur berpikir

Bab III (Metodologi Penelitian) dalam bab ini penelitian difokuskan pada metode yang digunakan dalam meneliti. Fungsinya untuk memberi pemahaman mengenai jenis penelitian, sumber data, unit analisis dan teknik dalam penelitian.

Bab IV (Pembahasan) mencakup dua bagian yakni pertama, gambaran umum obyek penelitian dan kedua, hasil temuan dan analisa. Dalam bagian pertama yakni memuat beberapa gambaran umum obyek penelitian seperti gambaran umum lokasi penelitian, tepatnya di Kabupaten Karangasem. Kedua, memuat gambaran umum terkait objek penelitian yaitu Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem. Selanjutnya, pembahasan mengarah dengan membahas bagaimana sikap politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Karangasem tahun 2015.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Berbagai penelitian terkait, telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan, yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Qonita (2008) dalam Sikap Politik Kiai dan Implikasinya terhadap Pilihan Politik Santri Kaliwungu dalam Pilkada

Kendal Tahun 2005. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh faktor kultural dengan pimpinan agamanya yang disebut Kiai. Fenomena Kiai tidak terlepas dari fenomena santri yang pada umumnya sama-sama memegang posisi penting dalam sebuah pesantren.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa, sebagai tokoh sentral, Kiai ditempatkan pada posisi puncak dalam mempengaruhi santri yang masih mengusung unsur sentimen primordial (agama) dan sistem paternalistik

(26)

10

religius dan tradisional. Posisi tersebut dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan dalam upaya meraih kekuasaan dengan memperoleh suara terbanyak. Sikap politik Kiai berimplikasi pada pilihan politik santri terhadap kandidat yang menjadi sasaran dalam Pilkada Kendal tahun 2005. Hal ini menjabarkan bahwa, fenomena politik santri dalam kehidupan demokratis masih sangat kuat dan dilaksanakan secara turun temurun dalam suatu pesantren.

Kedua adalah penelitian yang dilakukan Sholikin (2015) dalam Deviasi Sikap Politiki Elektoral Muhammadiyah Antara Pusat dan Daerah (Studi Kasus

Sikap Politik Elit Muhammadiyah pada Pilihan Presiden 2014 dan Pilkada 2010

di Sleman dan Maros) yang melatar belakangi penelitian adalah dari segi organisator dengan melihat Muhammadiyah sebagai organisasi yang tidak terikat oleh unsur-unsur politik.

Pada level nasional, Muhammadiyah menyatakan diri sebagai organisasi netral menyangkut politik elektoral. Sementara pada level daerah, cendrung melakukan dukungan formal terhadap kandidat Muhammadiyah dalam penyelenggaraan Pilkada. Fenomena ini sangat mengancam kader dari

(27)

11

berjalan seutuhnya. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana sikap netralitas organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan dalam proses politik elektoral.

Ketiga adalah penelitian yang dilakukan Sumaji (2016) dalam Sikap Politik Elit Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Surakarta tentang Pemilihan

Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi Komparatif). Latar belakang dalam penelitian ini mengenai faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi terkait Pemilihan Presiden yang diselenggarakan melalui pemilihan langsung.

Mekanisme pemilihan langsung dalam Pemilihan Presiden menjadi suatu proses yang sarat dengan ragam kepentingan dari berbagai pihak. Elit

Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dalam penelitian ini berkecimpung dalam politik praktis dan mengalami kesenjangan antara kepentingan elit

Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dengan kebijakan organisasi yang tidak terjun dalam politik praktis. Arah politik dalam tubuh Muhammadiyah dan

Nuahdlatul Ulama (NU) sejalan dengan laju gerakan organisasinya. Dalam hal ini, baik organisasi Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) sama-sama mengusung gerakan dakwah dan jauh dari unsur politik praktis. Disisi lain, kebebasan untuk terjun dalam politik dibebaskan mengingat unsur individual oleh elit Muhammadiyah dan Nuahdlatul Ulama (NU) dalam berpolitik praktis. Ini berimbas pada ragam kemunculan sikap dalam diselenggarakannya Pemilihan Presiden. Skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan sikap politik elit

(28)

12

Ketiga penelitian diatas menunjukkan adanya kesamaan dari masing-masing penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang sikap politik dan yang membedakannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Qonita (2008) menegaskan bahwa peran serta pengaruh kultur menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap politik suatu organisasi. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Sholikin (2015) mengemukakan bahwa faktor organisator dalam melihat fungsinya mampu memberi pengaruh bagi organisasi dalam menentukan sikap politiknya. Disisi lain, penelitian Sumaji (2016) mengamati faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi sebagai alasan untuk menjawab sikap politik dalam sebuah ajang perebutan kekuasaan yang menggunakan mekanisme pemilihan langsung.

Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat dilihat bahwa penelitian tentang fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 dengan tiga penelitian sebelumnya sama-sama mengkaji tentang sikap politik dengan dipengaruhi faktor kultur, faktor organisator, faktor kepentingan elit dan pola gerakan organisasi. Begitu pula dengan sikap politik dalam Pilkada Kabupaten Karangasem yang melibatkan soroh dan organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR)

(29)

13

menuai suatu bentuk perselisihan kepentingan yang berbeda-beda dari masing-masing pihak.

Bagaimana pengaruh politik yang ada, melihat eksistenti soroh dalam organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) disadari potensial sebagai salah satu faktor pendukung kesuksesan dalam Pilkada Karangasem 2015. Persaingan kandidat yang ingin meraih kesuksesan dengan memperoleh suara terbanyak mendorong masing-masing kandidat berupaya untuk menarik simpati dari masyarakat, khususnya masyarakat yang berada dalam satu garis keturunan

(soroh) yang sama. Walaupun secara keseluruhan memiliki tujuan yang sama yaitu ingin meningkatkan serta mempererat tali persaudaraan antara keturunan yang sama dan mengajegkan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun sebagai suatu wujud bhakti kepada leluhur dalam suatu keturunan.

(30)

14

2.2. Kerangka Konseptual

Penelitian ini, membahas tentang fenomena politik soroh terhadap sikap politik organisasi Maha Gota Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015. Untuk mengkaji permasalahan dan mempermudah dalam proses penelitian tersebut, maka akan dijabarkan beberapa kerangka konseptual dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan untuk meneliti permasalahan dalam penelitian ini adalah Teori Dramatugi yang dicetuskan oleh Erving Goffman, berikut adalah penjabaran dari teori ini :

2.2.1 Teori Dramatugi

Teori Dramaturgi menguraikan konsep dramatugi sebagai konsep yang bersifat penampilan teateris. Para ahli mengemukakan bahwa teori ini berada di antara tradisi interaksi dan fenomenologi (Sukidin dan Basrow, 2002:103). Teori ini dicetuskan oleh Erving Goffman, yang merupakan perluasan dari teori interaksi simbolik. Hal ini dikarenakan teori interaksi simbolik dinilai kurang melengkapi fenomena sosial yang telah berlangsung yaitu fenomena antara

performance dan kenyataannya yang tidak sama. Disamping itu, teori dramaturgi

dikembangkan untuk melengkapi penjelasan terkait tindakan sosial (sikap), sebab teori interaksi simbolik yang meyakini adanya simbol-simbol tertentu kurang mampu menjelaskan fenomena dramaturgi yang telah berlangsung dalam kehidupan sosial (Syam, 2010:177).

(31)

15

suatu hal. Keberadaan simbol tersebut dinilai dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan kendala yang ada dan dijadikan sebagai suatu hal yang dapat memperkuat, menggolongkan serta menyatakan suatu hal.

Dari teori interaksi simbolik tersebut kemudian menginspirasi Goffman untuk mengembangkan teori dramaturgi. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi ragam interaksi dalam suatu kehidupan sosial. Goffman menekankan bahwa saat berlangsungnya sebuah interaksi, terdapat suatu pesan yang ingin disampaikan. Dalam teori ini, kehidupan sosial diibaratkan dengan kehidupan panggung teateris dan dibagi menjadi dua bagian yaitu wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region).

Wilayah depan (front region) merupakan panggung depan teateris yang befungsi untuk menunjukkan peran individu, kelompok atau organisasi dalam kehidupan politik dengan merujuk pada sifat formalnya. Goffman menguraikan bahwa panggung depan ini mengandung unsur struktural yang terlembagakan, sehingga tujuan akhir dari pertunjukkan ini adalah untuk kepentingan individu, kelompok maupun organisasi tersebut. Pada umumnya, wilayah depan merujuk pada suatu kehidupan sosial individu, kelompok, organisasi yang ditunjukkan kehadapan khalayak umum. Hal ini berarti, terdapat suatu keterbatasan peran yang ditunjukkan guna mencapai tujuan dari kesepakatan bersama.

Goffman kembali membagi wilayah depan (front region) menjadi dua bagian yaitu :

(32)

peralatan-16

peralatan yang dinilai penting dan mampu menjadi peralatan yang dibawa oleh individu, kelompok maupun organisasi tertentu sehinga mampu untuk menjadi sarana dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dicontohkan melalui pakaian yang dikenakan, tutur kata, bahasa verbal maupun bahasa tubuh, intonasi dan lain-lain.

2. Setting merupakan situasi fisik dan bersifat nyata yang harus ada dalam pertunjukkan dari individu, kelompok maupun organisasi.

Setting diwujudkan melalui tokoh, figur atau orang-orang yang berpengaruh dalam upaya mencapai suatu tjuan.

Wilayah belakang (back region) dalam teori dramaturgi merupakan panggung belakang teateris yang berfungsi untuk menunjukkan kesiapan individu, kelompok atau organisasi dalam merepresentasikan suatu pesan dalam kehidupan politik. Wilayah belakang ini cendrung menunjukkan unsur yang bersifat bebas

(informal), sehingga membebaskan diri dari suatu peran sosial namun tidak terlepas dari identitas asli. Wilayah belakang juga dipengaruhi oleh dorongan dari perasaan emosional serta identitas sosial dalam merepresentasikan suatu pesan dalam kehidupan politik tersebut.

Pilkada Karangasem dan organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi

(33)

17

Pasek, dalam hal ini dilihat sebagai organisasi berbasis kekerabatan yang memfatwakan dirinya sebagai organisasi non-politik. Pada fenomenanya warga

Pasek dengan mengatasnamakan soroh tersebut mendukung kandidat dengan latar belakang keturunan (trah) yang sama. Lebih jauh, keberadaan soroh turut dimanfaatkan oleh kandidat untuk menunjukkan identitasnya kehadapan khalayak umum. Tujuannnya adalah untuk menarik simpati warga Pasek sehingga mampu memperoleh dukungan serta suara dalam Pilkada. Hal inipun terwujud dengan adanya respon emosional warga yang berlatar belakang soroh Pasek yang melontarkan dukungan kepada kandidat yang juga merupakan keturunan soroh Pasek dan menjadi penjabaran dari pesan yan ingin disampaikan pada panggung wilayah depan.

Fenomena serupa ditentukan dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 yang diperankan oleh organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapt Rsi (MGPSSR). Peran formal MGPSSR sebagai organisasi ngayah dan memiliki keterikatan untuk menjalin hubungan kekerabatan antar keturunan terebut juga terlihat mempersiapkan diri untuk mendukung kandidat pilihannya. Organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015 inilah yang pada akhirnya memiliki peran dan fungsi yang nantinya mampu mengisi ruang-ruang yang ada pada masing-masing wilayah baik wilayah dalam teori ini, baik wilayah depan (front region) yaitu wilayah pribadi dan setting maupun wilayah belakang (back region)

(34)

18

2.2.2 Sikap Politik

Secara umum, sikap politik lebih dikenal dengan istilah Political Attitude.

Gerber, Huber, Doherty dan Downling dalam penelitiannya Personality and Political Attitudes: Relationships across Issue Domains and Political Contexts

(Vol. 104, Feb, 2010) menegaskan sikap politik sebagai kecendrungan suatu psikologis yang harus dilihat sebagai karakteristik adaptasi dari hasil sifat disposisional.

Christense (2003:12) menyebutkan bahwa sikap politik diperiksa dan dianalisis mencakup tentang organisasi. Dalam organisasi terdapat kekhasan sosial yang menjadi perhatian dalam pembentukan sikap organisasi dari organisasi tersebut. Kekhasan sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah faktor ikatan sosial dan dalam menetukan sikap politik organisasi, mereka lebih mengutamakan ikatan sosial karena faktor ini menyangkut solidaritas dan loyalitas anggota dari suatu organisasi yang memiliki kesamaan ikatan sosial.

Lebih lanjut, Christensen dan Laegreid (1998) dalam Christense (2003:13) menyebutkan set kedua dalam sikap politik meliputi “sikap tradisi”. Faktor

pendekatan tradisional (sikap tradisi) lebih menekankan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kepercayaan dan norma-norma yang berlaku sebagai tradisi. Tradisi yang dimaksud dalam hal ini adalah kepercayaan masyarakat Bali terhadap leluhur berdasarkan pada satu garis keturunan yang sama (soroh) dan bersifat kebapakan (patrilineal). Hal senada diungkapkan oleh Qonita (2008) yang menyimpulkan sistem klasik atau tradisional dalam santri sangat mempercayai

(35)

19

pendekatan tradisional (tradisi) mempengaruhi suatu kelompok dalam menentukan suatu hal, termasuk dalam menetukan sikap politik.

Keterkaitan penjelasan diatas dengan penelitian ini mengenai organisasi

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi(MGPSSR) yang merupakan suatu organisasi dengan kekhasan sosialnya yaitu soroh. Pada umunya, organisasi MGPSSR dan

soroh saling berkaitan dan terikat oleh hukum kawitan (hukum kepada leluhur) dalam mewujudkan bhakti kepada Ida Bhatara Kawitan (leluhur), maka antar keturunan yang berada dalam satu garis keturunan (trah) wajib hukumnya untuk menjaga hubungan kekerabatannya agar tetap ajeg. Fenomena ini dilihat sebagai suatu tradisi, yang hingga kini masih dipercayai dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam organisasi MGPSSR dalam menjaga hubungan kekerabatan antar satu keturunan yang berada dalamsatu garis keturunan (trah) yang sama. Sikap tradisi masyarakat Bali ini, tak terkecuali berkenaan dengan kehidupan politik masyarakat di Kabupaten Karangasem khususnya dalam Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem tahun 2015.

2.2.3 Keterkaitan Soroh, Organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi dan

Politik

(36)

20

yang bersifat kebapakan (patrileneal). Soroh pada intinya merupakan kelompok kekerabatan umat Hindu di Bali yang merujuk pada garis keturunan (klan).

Dalam tesis yang ditulis oleh Pitana (1997) dengan judul In Search of Difference mempertimbangkan tentang konsep kelompok asal merupakan konsep yang tepat untuk memahami ikatan masyarakat di Bali. Geertz dan Geertz (1977:62) mengemukakan kelompok kekerabatan yang terikat oleh unsur kekeluargaan dan keturunan tersebut terorganisir sepenuhnya oleh kelompok. Hal tersebut diperkuat oleh Pitana (1997) yang menyatakan bahwa dalam menyelaraskan sikap dari seluruh warga dalam satu kelompok, masyarakat Bali mengupayakannya dengan menjunjung tinggi nilai solidaritas dalam kelompok tersebut.

Dalam penelitiannya, Pitana mengatakan bahwa keturunan soroh Pasek

yang tergabung dalam organisasi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR)

memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi semetonnya. Eksistensi soroh sebagai ikatan sosial dalam masyarakat Bali, dewasa ini berperan penting dalam mempengaruhi aktivitas sosial politik termasuk dalam proses pembentukan sikap politik organisasi.

Keterkaitan penjelasan diatas dengan penelitian ini adalah mengenai soroh

yang keberadaanya dilihat sebagai suatu kekhasan sosial dalam masyarakat umat Hindu dan merupakan pegangan serta identitas asli dari suatu keturunan. MGPSSR

(37)

21

2.2.4 Posisi Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dengan demokrasi

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) dalam demokrasi dilihat sebagai organisasi non pemerintah (NGO), berada dalam sektor sukarela

(volutary) dan tidak berorientasi terhadap politik. NGO berkaitan dengan konsep

civil society, yang dalam hal ini mencakup institusi-institusi non pemerintahan dan diwujudkan melalui organisasi. Hal ini diperkuat oleh Suharko dalam penelitiannya NGO’s Goverment and Promotion of Democratic Governence in the

Post-New Order Indonesia (Agu, 2003) yang menekankan NGO pada umumnya tidak termasuk dalam bagian partai politik dan dibentuk oleh individu maupun kelompok masyarakat yang khususnya berbasis organisasi keagamaan dan mengambil bentuk hukum organisasi.

NGO berperan sebagai petunjuk mengenai asal usul atau orientasi suatu organisasi. Organisasi yang dimaksud dalam hal ini bercorak keagamaan, kekerabatan, sosial, kepercayaan, kesamaan dan bukan merupakan bagian dari suprasturuktur politik. NGO tidak memiliki kewenangan untuk terjun dalam urusan politik, seperti yang tertera dalam pasal 7 Undang-Udang No.17 Tahun 2013 yakni “Ormas menjalankan bidang kegiatan sesuai dengan AD/ART yang

dimiliki dimana bidang kegiatan tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) baik sifat, tujuan dan fungsi Ormas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6”.

(38)

22

Berbeda dengan the goverment political sphere yang dilihat sebagai suprasturktur yaitu turun terjun dalam aktivitas politik. Faktor ini mengemukakan suasana kehidupan politik di tingkat masyarakat dan fungsinya sebagai pengawas terhadap jalannya aktivitas politik. Hal senada dinyatakan oleh Diamond (1999) dalam Suharko (2003:209) yang mengasumsikan NGO memiliki peran penting dalam konsolidasi demokrasi melalui pengawasan terhadap penyalahgunaan kekuasaan, pencegahan rezim otoriter, dorongan kepada warga untuk meningkatkan partisipasi serta pengawasan atas negara, pendidikan kewarganegaraan, dimensi fundamental sehingga memberdayakan warga dalam mengejar kebutuhan kolektif dan mempertahankan nilai-nilai kepentingan.

Keterkaitan penjelasan tersebut dengan penelitian ini mengenai posisi NGO dalam demokrasi yang diwakili oleh organisasi MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) dan melihat the sosio political sphere sebagai suasana kehidupan yang tidak berpolitik serta melihat the govermenet politicas sphere

(39)

23

2.3 Kerangka Alur Berfikir

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi

(MGPSSR di Kab. Karangasem)

Front Region :

1. Personal Front 2. Setting

(Tidak berpolitik praktis)

Back Region

(Berpolitik praktis)

Pilkada

Soroh

(Soroh Pasek)

Politik Soroh

(40)

24

Hasil bagan penulisan diatas dimulai dari soroh yakni soroh Pasek yang merupakan ikatan sosial dalam paguyuban masyarakat umat Hindu di Bali yang merujuk pada satu garis keturunan yang sama (soroh Pasek). Keberadaan soroh Pasek ditengah masyarakat mengalami perkembangan serta pengaruh yang besar, disamping masyarakatnya yang memang menjadikan soroh sebagai suatu pegangan dan pedoman dalam menjaga hubungan kekerabatan antar semetonnya.

Soroh Pasek memiliki paguyuban yang dikenal dengan sebutan MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi). Terlihat bahwa fungsi MGPSSR di Kabupaten Karangasem adalah sebagai organisasi berbasis kekerabatan, tidak memiliki kepentingan dalam segala urusan dalam berpolitik praktis. Disamping memang organisasi ini memiliki keterikatan yang erat dalam menjalin hubungan kekerabatan secara lahir dan batin oleh semetonnya.

Eksistensi soroh Pasek sebagai pedoman masyarakat dalam menjalin hubungan kekerabatan dan MGPSSR sebagai organisasi tertua yang mengayomi jumlah semeton terbanyak serta diakui keberadaanya menjadi alasan soroh Pasek

dalam paguyuban MGPSSR menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai kesuksesan. Hal ini disadari potensial oleh kelompok kepentingan demi memenangkan ajang pemilihan tingkat lokal dengan memperoleh suara terbanyak dari semeton Pasek tersebut.

(41)

25

organisasi MGPSSR yang secara formal memiliki fungsi untuk ngayah dan tidak terlibat oleh segala urusan politik namun memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan kekerabatan. Disamping itu, MGPSSR terlihat berpolitik praktis didukung oleh peran ketua MGPSSR itu sendiri yang terlihat aktif dalam aktifitas politik salah satu kandidat.

Iklim politik soroh dalam fenomena politik tingkat lokal tersebut, menjadi ajang perebutan kekuasaan yang menyoroti soroh turut berperan dan dijadikan simbol antar kandidat yang memiliki kesamaan latar belakang. Hal ini terlihat seperti soroh merupakan sebuah pegangan dalam perebutan kekuasaan tersebut. Tujuannya adalah memanfaatkan keberadaan soroh sebagai modal dan menjadi jalan bagi kandidat untuk meraih kemenangan melalui dukungan terbanyak.

Gambar

Tabel 1.1 Rekapitulasi perolehan suara dalam Pilkada Karangasem 2015

Referensi

Dokumen terkait

Tas ini berbentuk sederhana dan simpel hanya ditambahkan dengan boneka-boneka monster, warna-warna yang dipilih juga warna-warna yang cerah sehingga cocok digunakan untuk

Adam, W. Boneka & Aksesori Rajut Anak. Jakarta: Kriya Pustaka. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Struktur Organisasi Penguatan kelembagaan Pemerintah Kampung Tualang Baro telah terbentuk dan berjalan sesuai dengan Qanun Kabupaten Aceh

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. Sari

Minyak otak sapi dan otak kambing yang digunakan diperoleh dari proses. sokletasi dengan menggunakan

Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan mengocok menggunakan pelarut organik

Ester Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa dengan Senyawa Etanolamida dan Dietanolamina Menggunakan Katalis Natrium Metoksida.. Jakarta: PT.Gramedia