• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Karakter Positif Pada Anak Usia Dini Melalui Dongeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Membangun Karakter Positif Pada Anak Usia Dini Melalui Dongeng"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN KARAKTER POSITIF PADA ANAK USIA DINI

MELALUI DONGENG

Makalah ini diajukan untuk mengikuti lomba simposium guru tingkat nasional

Tahun 2016

Oleh:

Siti Juwariyah, S.Pd TK Setia Budi

Kabupaten Kendal – Jawa Tengah

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Alahamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat

menyelesaikan membuat makalah ini.

Makalah sederhana ini kami buat sebagai bahan persyaratan

mengikuti kegiatan Simposium Tingkat Nasional Tahun 2016. Materi yang

kami tulis merupakan bahan yang kami sajikan pada pertemuan rutin KKG

PAUD Gugus Sembodro Kecamatan Kaliwungu Selatan dalam upaya

membangun karakter positif anak dengan memberdayakan kemampuan

guru PAUD mengembangkan karya inovatif.

Pada kesempatan ini, ijin kami untuk menyampaikan ucapan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Harimurti, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan

Kaliwungu Selatan yang senantiasa memberi dorongan dan

dukungan.

2. Bapak Su’udi, S.Pd. M.Pd, Pengawas TK/SD Kecamatan Kaliwungu

Selatan yang senantiasa memberikan pembinaan kepada kami.

3. Ibu Dwi Asrini, S.Pd, Ketua Gugus Sembodro yang telah memberikan

waktu dan tempat.

4. Teman-teman guru TK Setia Budi yang selalu memberikan motivasi.

Kami menyadari dalam membuat makalah ini masih jauh dari

sempurna disebabkan keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu saran

dan kritik kami harapkan dari pembaca sekalian guna perbaikan di masa

mendatang.

Horat kami

(4)

iv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. DATA DIRI PESERTA LOMBA

2. CERITA/ DONGENG HASIL KARYA GURU

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini (early child educatioan/PAUD) adalah

masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini sangat

penting dilaksanakan pendidikan secara bersama sebagai dasar

pembentukan kepribadian manusia dewasa secara utuh, mulai dari

pembentukan karakter, tauladan berbuat baik, penanaman budi

pekerti luhur, kecerdasan, keterampilan dan pengenalan terhadap

Tuhan pencipta alam semesta. Pendidikan anak usia dini tidak hanya

pada penguasaan calistung saja, tetapi harus lebih tinggi dari itu dengan mengembangkan semangat sebagai penemu cilik,

mengembangkan kreativitas, memiliki percaya diri, kemampuan

berinteraksi, dan mengaplikasikan pemahaman tentang nilai-nilai

kebaikan.

Ranah pengembangan PAUD yang tertuang pada bidang

pengembangan pembiasaan dan kemampuan dasar dapat tercapai

dengan baik jika ada kerjasama dari orang dewasa sebagai model

yang dapat dilihat anak secara langsung. Salah satunya dengan

adanya keterlibatan orang tua dalam membuat pola pendidikan yang

selaras antara lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah.

Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara (2012:10),

mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan

yang pertama dan utama. Frobel dalam Latiana (2012:9) memandang

anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang

buruk timbul, sifat yang buruk karena kurangnya pendidikan atau

pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap

perkembangan yang dialami oleh anak dipandang sebagai satu

kesatuan yang utuh. Jan Lighthart dalam Latiana (2012:29)

(7)

2

(anak) yang memiliki budi pekerti yang luhur, bukan hanya cerdas dan terdidik otaknya saja, maka mengisi dan membina “kata hati” anak menjadi sesuatu yang sangat penting.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemberian pendidikan anak usia dini menjadi tanggungjawab bersama

(guru, orang tua, masyarakat) untuk membentuk pribadi yang unggul

dan mandiri di masyarakat.

Sejalan perkembangan usia anak, secara realita pendidikan

anak usia dini berada di bawah bimbingan guru PAUD dalam

lembaga pendidikan formal ataupun non formal merupakan awal

latihan menuju konsep mandiri. Momen ini menjadi langkah positif

orang tua dalam memaksimalkan peranannya ketika mengasuh anak.

Hubungan Orang tua dan guru saling bersinergi saling mengisi pola

pendidikan yang baik jika terdapat kekurangan yang ada. Adanya

kerjasama orang tua dan lembaga pendidikan dalam pengelolaan

pendidikan anak usia dini mempunyai andil dalam menanamkan

karakter positif anak dan peran aktif orang tua dalam pengelolaan

pendidikan anak mereka.

Mendengarkan dongeng adalah salah satu kegiatan

pembelajaran menyenangkan bagi anak. Mereka antusias duduk

mendekati ibu guru bahkan berebut menempati urutan terdepan agar

tidak terhalangi cerita yang akan didengarnya. Suasana kelas seperti

itu menjadi gambaran sederhana, menariknya sebuah dongeng untuk

anak. Dongeng yang disampaikan guru dalam kondisi dan suasana

yang tepat, mampu membawa imajinasi anak menilai sikap, bahkan

mengembangkan karakter tokoh yang ada pada dongeng. Munculnya

sebuah idola dalam setiap dongeng yang dibacakan secara

berulang-ulang, akan memperkaya wawasan anak dan pesan moral dalam

dongeng secara tidak langsung baik dari tokoh yang baik, tokoh yang

(8)

3

motivasi yang luar biasa untuk melakukan kebaikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Kegiatan mendongeng atau storytelling juga mampu menstimulasi anak mengembangkan kemampuan bahasanya melalui

gambar tokoh, ekspresi pendongeng dan barisan tulisan yang

ditampilkan. Dyer (2004:2) mengungkapkan bahasa merupakan suatu

sistem simbolis yang digunakan untuk mewakili pikiran seseorang

yang mengacu pada kosa kata, tata bahasa, kondisi sosial yang

mengatur cara berkomunikasi melalui berbagai sarana seperti bicara,

memberikan isyarat tubuh dan menulis. Oleh karena itu dengan

dongeng atau cerita secara tidak langsung anak dapat belajar

berbicar, mengungkapkan perasaannya baik secara verbal maupun

non verbal.

Meskipun kehebatan dongeng bagi pendidikan karakter anak

usia dini sudah sering disampaikan oleh pakar-pakar pendidikan anak

pada acara seminar, workshop, kegiatan gugus dan penampilan

lomba guru maupun anak, tetapi kegiatan mendongeng secara total

masih belum menjadi kegiatan menarik bagi guru. Hal ini dikarenakan

antara lain guru merasa kurang percaya diri jika harus menyampaikan

cerita dengan lisan, tidak seringnya guru membaca buku-buku cerita,

kurangnya referensi buku-buku cerita dan belum diajaknya orang tua

untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan mendongeng.

Atas dasar pengalaman di atas penulis tertarik untuk

mengambil tema tentang membentuk karakter positif melalui dongeng

pada anak usia dini

B. Rumusan Masalah

Dari paparan di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana membangun karakter positif pada anak usia dini?

(9)

4

3. Bagaimana mencari dongeng yang sesuai untuk pembentukan

karakter positif anak?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami pentingnya pendidikan karakter

2. Memahami pesan moral dalam dongeng

3. Mengetahui bentuk dongeng yang tepat bagi pembentukan

(10)

5 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S Poerwadarminta (2003)

menjelaskan karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan lainnya. Lebih lanjut

disampaikan pendidikan karakter pada anak usia dini memiliki makna

lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan

dengan benar atau salah, akan tetapi bagaimana menanamkan

kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan,

sehingga anak mempunyai kesadaran dan pemahaman yang tinggi

serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

dalam bukunya Etika dan Karakter Pendidik PAUD (2012:25) karakter

didefinisikan sebagai bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,

perilaku, personalitas, sifat, temperaman, watak, yang mengacu pada

serangkaian sikap (attitude), motivasi (motivasion) dan keterampilan

(skills).

Abdullah (2015:122) mengungkapkan dalam buku terbitan

Association of Character Cities (2006) karakter adalah motivasi batiniah untuk melakukan yang benar berapa pun “harga” yang harus dibayar. Pengertian ini, karakter dikaitkan dengan perbuatan yang

mengandung nilai-nilai, moral, atau etika dalam kehidupan seperti

kejujuran, kesabaran, kesetiaan, kedisiplinan dan lain sebagainya.

Dari beberapa pengertian itu disimpulkan pendidikan karakter

perlu ditanamkan sedini mungkin, sebagai bekal anak berinteraksi dan

berkomunikasi dengan masyarakat yang beragam. Oleh karena itu

peran guru sebagai model yang sangat dekat dengan anak menjadi

(11)

6

B. Mengembangan Karakter Anak Usia Dini

Anak usia dini mempunyai daya ingat yang kuat dalam

menghafal. Dengan kemampuannya itu, anak terlihat sering

menghafal kata-kata yang ia sendiri tidak memahaminya, misal

menghafal lagu, tepuk, bahkan menirukan ucapan orang dewasa yang

didengarnya yang membuat terkejut orang yang mendengarnya.

Untuk itu potensi menghafal anak perlu diarahkan sebaik-baiknya oleh

guru dengan memperhatikan teknik hafalan yang mudah dan menarik

bagi anak.

Aktivitas mengembangkan karakter anak usia dini adalah

dengan mengajak mereka untuk mengeksplorasi nilai dalam kaitannya

dalam mengembangkan keterampilan yang terkait dengan nilai,

misalnya bermain boneka tangan untuk memperagakan tokoh yang

disukainya. Sedangkan untuk mengembangkan sosial emosional

ditekankan pada penyelesaian konflik melalui berbagai permainan dan

kerjasama. (Mulyasa; 2010: 78)

Dalam mengembangkan pendidikan karakter anak usia dini

akan berjalan efektif dan berdampak pada perubahan perilaku anak,

jika keteladanan melalui pembiasaan didukung oleh semuanya yaitu,

guru, orang tua dengan menciptakan lingkungan yang kondusif.

Mulyasa (2010: 88) mengemukakan bahwa lingkungan kondusif

dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai

berikut:

1. Memberikan pilihan inividual bagi setiap anak dalam belajar dan

bermain. Hal ini akan membangkitkan semangat belajar yang

tinggi.

2. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman

dan aman bagi perkembangan potensi seluruh anak usia dini

(12)

7

3. Menciptakan kerjasama saling menghargai di antara anak-anak

dan juga antara anak-anak dengan guru dan tenaga kependidikan

lainnya.

4. Melibatkan anak secara optimal dalam setiap kegiatan, baik di

kelas maupun di luar kelas untuk melatih rasa tanggung jawab.

5. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap

anak untuk berkreasi dan berimprovisasi.

6. Mengembangkan kegiatan bermain dan belajar sebagai tanggung

jawab bersama.

7. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang

menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation). Hal ini

membantu peserta didik dalam menilai kemajuan mereka dalam

kegiatan belajar dan bermain yang dilakuknnya.

C. Dongeng

Dalam kamus besar Bahasa Inonesia (2007:274) pengertian

dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama

kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh. Dongeng merupakan cerita

tradisional yang menggambarkan adat istiadat, kepercayaan,

kebudayaan suatu daerah. Menurut Nurgiantoro (2005: 198) dongeng

adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal

sering tidak masuk akal. termasuk cerita rakyat dan merupakan

bagian tradisi lisan.

Menurut Brunvard, Carvalho, dan Neto dalam (Danadjaja 2007

: 3-5) dongeng mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu

disebarkan dari mulut ke mulut, melalui kata-kata dan dari

generasi ke generasi berikutnya.

2. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup

(13)

8

3. Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara

penyebaran dari mulut ke mulut ( lisan)

4. Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui

lagi

5. Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata

klise, kata-kata pembukaan dan penutup baku

6. Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan

proyeksi keinginan yang terpendam

7. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai

dengan logika umum

8. Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan

penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga

setiap anggota kolektif merasa memilikinya.

9. Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar,

terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga

merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur

manifestasinya (teori dongeng.com)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan dongeng

merupakan cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi, kejadian masa

lampau secara turun temurun dan disebarkan melalui lisan sehingga

menjadi kekayaan legenda sgenuatu daerah.

Al-Qudsy (2010:115) mengemukakan dari segi sumbernya

dongeng dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Dongeng tradisional, yaitu dongeng yang berasal dari cerita

rakyat.

2. Dongeng futuristik atau modern, yaitu dongeng yang berasal dari

imajinasi tentang kondisi masa depan yang dapat menembus

ruang dan waktu.

3. Dongeng pendidikan, yaitu dongeng yang sengaja dibuat untuk

(14)

9

4. Dongeng fabel, yaitu dongeng yang bersumber dari

binatang-binatang yang dapat berbicara an bertingkah seperti manusia.

5. Dongeng sejarah, yaitu dongeng tentang sejarah tokoh atau

kejadian.

6. Dongeng terapi, yaitu dongeng yang digunakan untuk terapi orang

(15)

10 BAB III PEMBAHASAN

A. Upaya Membentuk Karakter Positif

Upaya guru membentuk karakter positif peserta didik melalui

pengelolaan pembelajaran di sekolah, diperlukan keterlibatan orang

tua dalam memantau perkembangan perubahan perilaku.

Pembiasaan keteladanan bersikap dan berinteraksi yang dapat dilihat

secara lansung oleh anak memotivasi mereka untuk meniru

melakukannya. Dari kebiasaan meniru anak akan mulai memahami

manfaat dari sikap yang dimunculkannya. Ketika guru bersama orang

tua senang memberikan reward melalui kata-kata pujian, senyuman, acungan jempol saat anak melakukan kebajikan menambah

pengetahuan mereka tentang sikap yang diterima oleh semuanya.

Mulyasa (2012: 69) keberhasilan pendidikan karakter bagi anak

usia dini sangat tergantung pada ada tidaknya kesadaran,

pemahaman, kepedulian dan komitmen berbagai pihak terhadap pendidikan. Kilpatrick mengemukakan” bahwa salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki

pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukannya. Oleh karena itu pendidikan

karakter bagi anak usia dini sebaiknya direalisasikan melalui berbagai

tindakan nyata dalam pembelajaran, jangan terlalu teoretis dan jangan

membatasi aktivitas pembelajaran apalagi hanya di dalam kelas.

Dongeng dapat digunakan sebagai media untuk mendidik serta

membentuk karakter positif pada anak oleh orang tua maupun guru.

Dalam dongeng ditanamkan nilai-nilai yang baik bagi anak melalui

penghayatan terhadap maksud dari dongeng. (teori dongeng pdf).

Oleh karena itu dengan pengertian dongeng itu sendiri, melatih

(16)

11

El-Khuluqo (2015: 119) sikap yang dibutuhkan dalam mendidik

anak usia dini sebagai penunjang membangun karakter positif adalah:

1. Siapkan menu untuk anak usia dini.

2. Hargailah anak usia dini

3. Tersenyum pada anak didik

4. Mencuri perhatian anak didik

5. Bersahabat dengan anak didik

6. Menjadi tauladan yang baik

7. Berkomunikasi dengan anak didik

B. Mengapa Harus Dengan Dongeng

Bermacam metode pembelajaran digunakan guru untuk

menstimulasi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik sebagai

dasar menyiapkan kelanjutan pendidikan selanjutnya. Membacakan

dongeng merupakan salah satu bentuk cerita yang digunakan untuk

menanamkan sikap positif sekaligus merangsang kemampuan

berbahasa. Smilansky dalam Beaty (1994) (Mulyasa, 2010;117) ada

tiga fungsi utama kegiatan mendongeng untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa yaitu: (1) meniru ucapan orang dewasa; (2)

membayangkan situasi; (3) mengatur permainan.

Asfandiar ( 2007) mengungkapkan tanpa disadari orang tua

(khususnya ibu) yang sering membacakan cerita kepada

anak-anaknya sejak kecil ternyata mampu menciptakan anak-anak yang

mencintai buku dan gemar membaca ketika mereka sudah besar

Menurut Thurstone dalam Hamalik (2004:214) “sikap

merupakan tingkat afektif yang positif atau negatif yang dihubungkan

objek psikologis yang diartikan simbol, kalimat, slogan, orang, institusi

serta ide yang ditujukan agar orang dapat membedakan pengaruh yang positif dan negatif.” Hal ini jika dikaitkan dengan pesan moral yang ada dalam dongeng memiliki pengaruh yang besar bagi

(17)

12

guru bisa memberikan contoh perbedaan perilaku baik atau buruk,

bentuk keteladanan dan sikap pantang menyerah melalui sosok tokoh

cerita.

Kekuatan dan manfaat dongeng untuk pertumbuhan mental

anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Dongeng dapat mengasah daya pikir dan imajinasi. Anak dapat

membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia

dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi

yang muncul dari dongeng tersebut.

2. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk

menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk

menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah

hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai

kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan

menggosok gigi.

3. Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat

baca anak. berawal dari menyukai buku-buku dongeng yang

menarik, ada keinginan membaca buku-buku lainnya seperti buku

pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya

C. Dongeng Yang Sesuai Dengan Pembentukan Karakter Positif Sebelum guru menceritakan dongeng kepada peserta didik

hendaknya membaca keseluruhan dan memahami kesesuaian pesan

moral dalam moral dengan perkembangan usia mereka. Sebab tidak

semua dongeng dapat diceritakan dapat dimengerti oleh daya pikrnya

seperti dongeng percintaan Sangkuriang, Roro Mendut, sifat licik

Kancil Mencuri Timun serta dongeng-dongeng sejenisnya.

Pendapat Al-Qudsy (2010: 113) macam-macam dongeng

yang sesuai dibcakan untuk anak adalah:

1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat.

(18)

13

3. Dongeng yang berkaitan dengan pelipur lara

4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang.

5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.

Dengan banyaknya macam dongeng yang ada dapat

disimpulkan pesan moral atau nilai dalam suatu dongeng yang dapat

mengarahkan sikap anak sebagai pembentuk karakter positif antara

lain; (1) nilai tentang persahabatan; (2) pesan jangan berbuat jahat;

(3) nilai akibat durhaka kepada orang tua; (4) nilai kepahlawanan dan

perjuangan. Setelah mengetahui kekuatan dongeng bagi pendidikan

anak usia dini, kita sebagai guru dan orang tua sebaiknya juga

menyiapkan diri menjadi seorang pendongeng yang disukai anak. Ada

beberapa tip dari Al-Qudsy (2010:109) tentang cara mendongeng

yang baik, antara lain:

1. Seorang pendongeng harus dapat berekspresi dan energik

dengan perubahan intonasi, mimik, wajah, dan gerakan tubuh.

2. Banyak membaca cerita-cerita rakyat atau literatur lainnya agar

anak tidak bosan dengan cerita yang sering didengarnya.

3. Memilih cerita yang mempunyai pesan positif, artinya pesan moral

atau budaya dari cerita yang disampaikan dapat ditiru anak.

4. Sesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. untuk usia di

bawah 5 tahun cerita yang cocok adalah tentang lingkungan

seperti hewan atau tumbuhan. Usia 5-7 tahun dengan cerita

rakyat, usia 9-12 dengan cerita fiksi dan usia 12 tahun ke atas

dengan cerita tokoh sebagai teladan mereka.

5. Siapkan dan kuasai materi cerita agar tidak nampak kesalahan

dalam mendongeng.

6. Gunakan alat peraga untuk memperjelas karakter tokoh.

7. Mengubah mimik muka dan intonasi suara.

8. Libatkan anak dalam dongeng yang kita bacakan.

9. Bila perlu gunakan dengan gerakan tubuh.

(19)

14 BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan tentang pembentukan karakter positif dengan

dongeng dapat disimpulkan:

1. Mendongeng merupakan salah satu metode yang efektif dalam

membentuk karakter positif anak usia dini. Cerita yang menarik,

pendongeng yang ekpresif akan memudahkan penyampaian

pesan moral yang diinginkannya.

2. Keberhasilan pembentukan karakter positif perlu keteladanan,

pembiasaan dan kerjasama semua pihak agar anak mampu

menjadikan karakter itu sebagi sikap hidup di masa mendatang.

B. Harapan

Dari kegiatan mendongeng, hasil yang diharapkan :

1. Memanfaatkan sebagian waktu untuk membaca literasi buku-buku

dongeng agar wawasan pengetahuan kita bertambah dan percaya

diri jika tampil mendongeng.

2. Pesan moral dalam dongeng dapat diaplikasikan dengan kegiatan

bermain lainnya untuk memberikan pemahaman bersikap.

3. Guru atau orang tua mampu membuat buku cerita atau dongeng

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.2015. Etika Pendidikan. Keluarga, Sekolah, Masyarakat. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Asfandiyar, Andi Yudha. 2007. Cara Pintar Mendongeng. Mizan. Jakarta Ihsana El-Khuluqo. 2015. Manajemen PAUD. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Laura Dyer. 2004. Meningkatkan kemampuan Bicara Anak. PT Buana

Ilmu Populer. Jakarta

Muhaimin Al–Qudsi. 2010. Mendidik Anak Lewat Dongeng. Bintang Pustaka Abadi. Yogyakarta

Mulyasa. 2010. Manajemen PAUD. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. GMUP. Yogyakarta

Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka . Jakarta

Tim Penyusun Bahan Ajar PLPG PAUD FIP UNNES. 2012.Modul Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Semarang. Semarang

Tim Penulis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. 2012.

Etika dan Karakter Pendidik PAUD. Direktorat Pembinaan Jakarta Oemar Hamaliki.2004. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo.

Bandung

http://etheses.uin-malang.ac.id/2227/5/08410119_Bab2_.pdf diakses pada tanggal 05 Nopember 2016

http://eprints.uny.ac.id/9387/3bab%202-07204244037.pdf diakses pada tanggal 05 Nopember 2016

(21)
(22)

DATA DIRI PESERTA LOMBA

(23)

DATA DIRI PESERTA LOMBA SIMPOSIUM GURU TINGKAT NASIONAL

TAHUN 2016

1. Nama : SITI JUWARIYAH, S.Pd

2. Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 13 Maret 1971

3. No Induk Kependudukan : 332408503710001

4. Pekerjaan : Guru TK

5. Unit Kerja : TK Setia Budi

6. Alamat Instansi : Protokulon Rt.05 Rw.01 Protomulyo

Kec. Kaliwungu Selatan Kab.Kendal

Provinsi Jawa Tengah Kode Pos : 51372

7. Alamat Rumah : Perumahan Kaliwungu Indah A II No. 17

Rt.02 Rw. 10 Protomulyo

Kec. Kaliwungu Selatan Kab. Kendal

Provinsi Jawa Tengah Kode Pos : 51372

HP : 085225802665,

Email : juwariyah678@gmail.com

8. NPWP Perorangan

a. No. NPWP : 25.507.823.051.3.000

b. Nama di NPWP : Siti Juwariyah

Kaliwungu Selatan, 18 Nopember 2016

Hormat kami

(24)
(25)

CERITA/DONGENG HASIL KARYA GURU

(26)
(27)
(28)
(29)

Pesan moral cerita Si Hitam :

 Sikap tolong menolong

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

Pesan moral dari cerita Ikan Mas & Kura-Kura :

 Mendengar dan mematuhi pesan/nasehat  Berhati-hati dalam bermain/melakukan kegiatan  Sikap tolong menolong

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

Pesan moral dari cerita Mari Bersodaqoh :

 Membiasakan beramal dengan tulus ikhlas  Giat melaksanakan ibadah

 Peduli sesama

 Sikap tolong menolong

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Pesan moral dari cerita Lupa Pesan Ibu :

 Mendengarkan dan patuh pada nasehat/perintah orang tua

 Berhati-hati dalam bermain/melakukan kegiatan  Peduli sesama

 Sikap tolong menolong

(60)

DOKUMENTASI KEGIATAN MENDONGENG

DI SEKOLAH

(61)
(62)
(63)

Referensi

Dokumen terkait

Tombol hitung bahan baku digunakan untuk menampilkan kebutuhan baku tiga periode ke depan sesuai dengan produk jadi yang dipilih sebelumnya, dapat dilihat pada

LKPD yang telah dikembangkan dapat menjadi salah satu sumber belajar/bahan ajar yang dapat digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran karena

Disatu sisi pemakaian pompa dewasa ini terbatas pada merk standar dari pabrik saja, sehingga banyak yang mengabaikan daya tahan performanya dalam penggunaan

a. Survey kepustakaan, yaitu dengan melakukan pendataan dan mengumpulkan sejumlah literatur yang diperlukan yang ada di perpustakaan untuk penyusunan penelitian

Dengan Huruf Empat ratus tiga puluh sembilan juta lima ratus enam puluh ribu rupiah Keterangan Perincian sbb :. Qty

Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari bahan, yaitu sari bahan encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan dari bahan yang diperoleh dari pengepresannya,

Pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan koefisien -1,705 dengan nilai p value

1. Ini menunjukkan nilai kredit CAR lebih besar dari kriteria penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% maka rasio yang dicapai