• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN TEPUNG GETAH PEPAYA DALAM PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus Burchell)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN TEPUNG GETAH PEPAYA DALAM PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus Burchell)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN TEPUNG GETAH PEPAYA DALAM PAKAN

TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN

PERTUMBUHAN LARVA IKAN LELE DUMBO

(Clarias gariepinus Burchell)

Eri Paldi1, Elfrida2 dan Lisa Deswati2 E-mail : eripaldi9@gmail.com 1

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

2

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta, Jl. Sumatera Ulak Karang, Padang, Sumatera Barat

Abstract

This study aims to determine the effect of papaya latex powder in feed on the growth and survival of larvae Catfish ( Clarias gariepinus ) . This research was conducted in June and July 2013 in the Laboratory of Integrated Bung Hatta University , Padang , West Sumatra . This study uses eksperien by using completely randomized design ( CRD ) consisting of 4 treatments and 3 replications are on treatment A feed of fish without flour administration of papaya latex ( control ) , treatment administration of 0.5 g of flour B pepaya/100g sap feeding , treatment C giving sap pepaya/100g 1g powder feed , treatment D giving 1.5 g flour sap pepaya/100g feed . The results showed that survival was highest in treatment A and treatment length growth contained in D. Based on statistical analysis test showed that the administration of papaya latex powder in feed highly significant to the survival of catfish larvae ( P < 0.01 ) . While based on the statistical analysis for the growth of either the administration of papaya latex flour were not significantly different( P > 0.05 ) .

Keywords : Effects , flour papaya latex , survival , growth of African catfish PENDAHULUAN

Dalam budidaya ikan khususnya pembenihan ikan lele, masih tergantung dengan tersedianya stok pakan alami cacing tubifek di alam, apabila terjadi musim hujan atau musim kemarau ketersediaan cacing tubifek sangat sulit didapatkan. Akibat tidak tersedianya stok pakan alami secara terus menerus akan mengakibatkan terkendalanya

usaha budidaya, hal ini yang dapat mengakibatkan gagalnya suatu usaha budidaya pembenihan yang hanya menggantungkan sumber makanan alami dari alam yang tidak tersedia secara terus menerus (Darmawiyanti, 2005).

Pemberian pakan merupakan salah satu faktor utama untuk pemeliharaan ikan. Pakan diperlukan

(2)

ikan agar dapat menghasilkan energi untuk aktifitas bergerak dan pertumbuhan. Pada stadia benih (larva), ikan membutuhkan pakan alami sesuai dengan kemampuan daya cerna ikan tersebut karena pakan alami mengandung enzim yang dapat membantu proses pencernaan yang baik pada larva ikan. Benih ikan memiliki alat pencernaan yang belum sempurna, sekresi enzim yang dihasilkan belum optimal, oleh karena itu benih ikan membutuhkan suplai enzim dari luar. Enzim sendiri berfungsi sebagai katalisator senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak (Fennema, 1985).

Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung getah pepaya pada pakan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan didalam pemeliharaan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan pemberian tepung getah pepaya (Carica papaya) pada pakan sebagai pakan alternatif, dan sebagai informasi dalam usaha

pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).

Materi dan Metode Penelitian Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm sebanyak 12 buah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pisau, baskom, sendok, Oven mistar, timbangan, blender, tepung getah pepaya, kertas pH, DO meter, NH3, thermometer, larva ikan lele dumbo yang berumur 3 hari sebanyak 500 ekor / akuarium.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rangcangan acak lengkap ( RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang akan diuji pada penelitian ini adalah perlakuan A pakan tanpa pemberian tepung getah kontrol, perlakuan B Pemberian 0,5g tepung getah pepaya /100g pakan, Perlakuan C Pemberian 1g tepung getah pepaya /100g pakan, perlakuan D Pemberian 1,5g tepung getah pepaya / 100g pakan.

Prosedur yang digunakan dalam Penelitian ini adalah :

 Persiapan akuarium

 Pengambilan getah buah pepaya  Pengeringan getah pepaya

(3)

 Pembuatan pakan larva

 Penggukuran awal panjang larva  Penggukuran kulitas air

 Pemberian pakan secara alibitum.  Pengamatan dilakukan selama 9

hari.

 Kemudian diamati kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang akhir larva ikan.

Peubah Yang Diamati 1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Jumlah benih ikan yang bertahan hidup selama percobaan rangan 9 hari dapat di ketahui dari selisih kepadatan awal dengan jumlah mortalitas (Effendi, 1979) dengan rumus :

SR = Nt/No x 100% Keterangan :

SR = Kelangsungan hidup benih (%) Nt = Jumlah total benih ikan yang hidup No = Jumlah total benih ikan pada awal

penelitian

2. Pertumbuhan Panjang

Menurut Effendi (1979) laju pertumbuhan panjang mutlak dapat di hitung dengan rumus :

Lm = Lt – Lo Keterangan :

Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (mm) Lt = Pertumbuhan panjang mutlak setelah

t hari (mm)

Lo = Panjang awal (mm)

Untuk menganalisis data kelangsungan hidup (laju sintasan) dan pertumbuhan dalam penelitian, dilakukan uji statistik. Kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s untuk melihat pengaruh masing-masing pengamatan.

Dengan kriteria : Ho diterim dan Hi ditolak apabila F hitung < F tabel pada taraf 95% berarti tidak ada pengaruh pemberian tepung getah pepaya dalam pakan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ho ditolak dan Hi diterima apabila F hitung > F tabel pada taraf 95% berarti ada pengaruh dari masing – masing perlakuan yang diberikan terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan yang akan diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelangsungan Hidup Larva Lele Dalam pengamatan awal sampai akhir penelitian masa kritis larva ikan lele dumbo terjadi pada hari ke 3 dan hari ke 6 penelitian, dimana jumlah kematian meningkat pada hari ke 6.

(4)

Gambar. Grafik Persentase Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lele Dumbo Ket : A = Pemberian Pakan tanpa penambahan tepung getah pepaya/100g pakan

B = Pemberian 0,5g tepung getah pepaya /100g pakan C = Pemberian 1g tepung getah pepaya /100g pakan D = Pemberian 1,5g tepung getah pepaya /100g pakan Dari Gambar 1. Terlihat bahwa

kelangsungan hidup larva ikan lele dumbo, tertinggi terdapat pada perlakuan A (98,4%), diikuti perlakuan B (98%), perlakuan C (97,8%), dan perlakuan D (97,2%).

Hasil uji statistik analisa varian menunjukan bahwa perlakuan B, C,dan D pemberian pakan dengan penambahan tepung getah pepaya memberikan pengaruh sangat berbeda nyata F hitung > F tabel pada taraf 95% (P <0,01)t erhadap rata – rata laju kelangsungan hidup larva.

Dari hasil uji Duncan’s menunjukan tingkat kelangsungan hidup dengan pemberian pakan tanpa menambahkan tepung getah pepaya (Perlakuan A) berbeda sangat nyata dengan pemberian tepung getah pepaya 0,5g (Perlakuan B), pemberian tepung getah pepaya 1g (Perlakuan C),

pemberian tepung getah pepaya1,5g (Perlakuan D).

Kelangsungan hidup terendah terjadi pada perlakuan D (97,2%), dimana kematian larva meningkat sejalan dengan peningkatan dosis tepung getah pepaya. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya dosis tepung getah papaya akan kandungan amoniak perairan yang mencapai 1,20 ppm pada hari ke 9.

Tingginya kandungan amoniak dalam perairan disebabkan karena dengan meningkatnya jumlah pemberian tepung getah pepaya maka akan menyebabkan tekstur dari daging ikan pada pakan menjadi lebih lunak dan pakan yang diberikanpun akan lebih gampang dimakan dan dicerna oleh larva.

Hasil penguraian dari feses maupun dari sisa pakan yang tersisa

(5)

dalam perairan inilah yang menyebabkan kandungan amoniak meningkat. Effendi dalam Gunadi (2008) menyatakan bahwa sumber amoniak dalam perairan berasal dari bahan organik (protein dan urea), feses maupun ekskresi biota akuatik yang merupakan limbah dari aktifitas metabolisme yang menghasilkan amoniak. Peningkatan kadar amoniak berkaitan erat dengan masuknya bahan organik (protein) yang mudah terurai dalam perairan. Menurut Effendi dalam Gunadi (2008), kadar amoniak pada perairan alami yang baik untuk kehidupan biota perairan biasanya kurang dari 0,1 mg/L. Terjadinya peningkatan amoniak dalam perairan karena hasil dari penguraian protein yang begitu cepat, enzim yang terdapat pada tepung getah pepaya sangat berperan terhadap penguraian tersebut. Enzim sangat berperan untuk merombak serat-serat bahan-bahan organik menjadi lembut dan mempercepat terjadinya proses penguraian. Ada

beberapa enzim yang dapat melembutkan tekstur atau serat daging sehingga terjadi percepatan proses pengkenyalan serat.

Sesuai dengan hasil penelitian Sudrajat (2002), dalam perebusan teripang tiga kali dengan penambahan enzim papain4% dapat menghilangkan kadar lapisan kapur pada tubuh teripang 1,59 ppm dari teripang segar 16,64 ppm dan tidak menyebabkan lapisan kulit teripang rusak.

Menurut Roswita. (2009) dalam perendaman menggunakan berbagai bentuk enzim papain menghasilkan perbedaan dalam karakteristik keempukan, susut masak (penyusutan) dan daya mengikat air daging kambing betina berumur tua dengan pemberian enzim papain getah pepaya konsentrasi 0,4%.

Pertumbuhan Panjang

Dari hasil pengamatan tingkat pertumbuhan panjang ikan uji setiap perlakuan dan ulangan selama penelitian dapat dilihat pada grafik.

(6)

Gambar. Grafik Pertumbuhan Panjang (mm) Larva Ikan Lele Dumbo Ket : A = Pemberian pakan tanpa penambahan tepung getah pepaya /100g pakan

B = Pemberian pakan dengan penambahan tepung getah pepaya 0,5g/100g pakan C = Pemberian pakan dengan penambahan tepung getah pepaya 1g/100g pakan D = Pemberian pakan dengan penambahan tepung getah pepaya 1,5g/100g pakan Dari Gambar 2. Diatas dapat

dilihat pada akhir penelitian, perlakuan D mempunyai pertumbuhan panjang tertinggi (11,93 mm), diikuti perlakuan C (11,34 mm), perlakuan B (10,9 mm), dan perlakuan A mempunyai pertumbuhan panjang terendah (10,09 mm).

Dari hasil uji statistik analisis pertumbuhan panjang menunjukan bahwa pemberian tepung getah pepaya pada pakan memberikan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan larva ikan lele dumbo dengan F hitung < F tabel pada taraf 95 % (P>0,05). (Perlakuan A) tidak berpengaruh nyata dengan pemberian tepung getah pepaya 0,5g (Perlakuan B), pemberian tepung getah pepaya 1% (Perlakuan C) dan pemberian tepung getah pepaya 1,5g (Perlakuan D).

Tingkat pertumbuhan panjang yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan D (11,93 mm) dengan penambahan tepung getah pepaya 1,5g diikuti pada perlakuan C (11,34 mm) dengan penambahan tepung getah pepaya 1g, perlakuan B (10,9 mm) dengan penambahan tepung getah pepaya 0,5g, sedangkan yang terendah pada perlakuan A (10,09mm) tanpa penambahan tepung getah pepaya pada pakan.

Pada stadia benih (larva), ikan membutuhkan pakan alami sesuai dengan kemampuan daya cerna ikan tersebut karena pakan alami mengandung enzim yang dapat membantu proses pencernaan yang baik pada larva ikan. Dalam fase larva alat pencernaan belum sempurna, sekresi enzim yang dihasilkanpun belum optimal, oleh karena itu benih ikan

(7)

membutuhkan suplai enzim dari luar. Enzim sendiri berfungsi sebagai katalisator senyawa organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Didalam getah pepaya kandungan utamanya adalah enzim – enzim protease (pengurai protein yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam pepaya muda berturut-turut 10% dan 45 %.

Kedua enzim ini mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam melekul protein sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan dipeptida. Selain itu dalam getah papaya terkandung lebih dari 50 asam amino, antara lain asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin, histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein.

Semangkin tinggi dosis getah pepaya yang diberikan pada pakan maka semakin banyak enzim yang bekerja untuk menguraikan ikatan kompleks protein menjadi senyawa – senyawa sederhana yang mudah diserap, sebab banyak menghasilkan asam amino yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Secara garis besar kebutuhan enzim yang berperan dalam pencernaan pakan yaitu protease yang

menghidrolisis ikatan peptide pada rantai polipeptida hingga menjadi asam amino (Purves dalam Melianawati 2010), kemudian amilase yang menghidrolisiskarbohidrat (McFadden, Keeton dalam Melinawati 2010), sedangkan lipase berperan dalam proses pencernaan lemak dengan menghasilkan monogliserida dan asam lemak (Overmire dalam Melinawati 2010).

Pakan yang diberikan dapat dicerna dengan baik dengan penambahan enzim pada pakan yang sebagian digunakan untuk energi dan pertumbuhan panjang akan terjadi apabila pakan yang diberikan dikonsumsi dengan baik oleh ikan dan apabila terdapat kelebihan energi yang diperoleh dari makanan akan terjadi pertumbuhan badan. (Elliot, 1979

dalam Ningrum 2010) dan

pertumbuhan ikan akan terhambat terutama jika pasokan energi oleh pakan sangat terbatas karena kurangnya pakan yang dimakan oleh ikan (Swift, 1993 dalam Zulkifli, 2004).

Kualitas air

Pengamatan parameter kualitas air media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian, yaitu kualitas air awal dan akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada :

(8)

Tabel. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Parameter Awal Penelitian Akhir Penelitian

A B C D A B C D

Suhu (0C) 29 29 29 29 29 29 29 29

DO (ppm) 7,1 7,1 7,1 7,1 4,50 4,40 4,37 4,07

Amoniak(ppm) 0 0 0 0 0,25 0,28 0,50 1,20

pH 8 8 8 8 8 8 8 8

Parameter kualitas air selama penelitian untuk setiap perlakuan yang diukur pada awal dan akhir penelitian adalah suhu berkisar antara 29 0C. Sesuai dengan pendapat Soetomo, (1996) bahwa suhu yang baik untuk pembenihan ikan lele 29 – 30 0C. Oksigen terlarut pada awal penelitian 7,1 ppm, pada akhir penelitian oksigen terlarut pada perlakuan A (4,50), perlakuan B (4,40), perlakuan C (4,37), dan perlakuan D (4,07). Penurunan oksigen terlarut pada akhir penelitian menyebabkan ikan sulit bernafas, nafsu makan kurang, hal ini dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Menurut Djamika dalam Satria, (2005), kandungan oksigen yang baik berkisar antara 5 – 8 ppm/liter. Kandungan amoniak pada awal penelitian pada perlakuan awal A,B,C, dan D sama (0 ppm), sedangkan pada akhir penelitian pada perlakuan A (0,25 ppm), B (0,28 ppm), C (0,50 ppm), D (1,20 ppm).

Meningkatnya kandungan amoniak diduga karena pemberian pakan dengan penambahan tepung getah pepaya mempercepat proses penguraian, dalam tepung getah pepaya mengandung enzim yang dapat mempercepat proses penguraian pakan pada perairan, bahwa dengan makin tinggi dosis tepung getah pepaya yang diberikan akan berdampak terhadap kualitas air yang buruk karena penguraian pakan dalam perairan yang mengakibatkan kandungan amoniak menjadi meningkat.

Dalam PP No. 82 tahun 2001, standar baku mutu kadar amoniak dalam melakukan usaha budidaya perikanan yaitu 0,02 ppm. pH rata – rata 8, pH yang cocok untuk semua jenis ikan berkisar 6,5 – 8 ppm, (Soetomo 1996).

(9)

KESIMPULAN

1. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan dumbo yang tertinggi adalah pada perlakuan A (98,4%)pemberian pakan tanpa penambahan tepung getah pepaya , diikuti perlakuan B (98%) dengan penambahan tepung getah pepaya 0,5g/100g pakan, perlakuan C (97,8%) dengan penambahan tepung getah pepaya 1g/100g pakan, dan yang terendah pada perlakuan D (97,2%) dengan penambahan tepung getah pepaya 1,5g/100g pakan.

2. Untuk pertumbuhan panjang terbaik terdapat pada perlakuan D (11,,93 mm), diikuti perlakuan C (11,34 mm), perlakuan B(10,9 mm), dan yang terendah pada perlakuan A (10,09 mm).

3. Dari hasil analisa statistik terdapat perbedaaan yang sangat nyata (P<0,01) pada tingkat kelangsungan hidup antara perlakuan A, dengan perlakuan B, C, dan D, dan pada pertumbuhan panjang tidak berpengaruh nyata (P>0,05) antara perlakuan A dengan perlakuan B, C, dan D.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawiyanti, 2005. Perbaiki Nutrisi Induk Udang Vanname (Litopenaeus) dalam pakan buatan HUFA.

Djadmika, 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C. V. Simplex. Jakarta. Effendi, M. I. 1979. Metode Bilogi

Perikanan. Penerbit Dwi Sri, Bogor.

Fennema, O.W. 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed). Marcel Dekker Inc, New York.

Melianawati, R. 2010. Identifikasi Aktifitas Enzim Pencernaan Untuk Optimasi Pemanfaatan Pakan Dalam Usaha Budidaya Ikan Kerapu (Cromileptes Altivelis). Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Gondol.

Ningrum, F.G.K. 2010. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas The Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahkota Dewa (phaleria) Pada Media Tanam yang Berbeda,Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Roswita, S. 2009. Karakteristik Daging

Kambing Dengan Perendaman Enzim Papain. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Satria, I. 2005. Padat Tebar Yang

Berbeda Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Jelawat. Skripsi Fakultas

(10)

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang. Soetomo, M, H.A. 1996. Teknik

Budidaya Ikan Lele. Penerbit Sinar Baru Alghenisindo. Bandung.

Zulkifli, 2004. Pembenihan Ikan Mas Yang Efektif dan Efisien. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. Manado.

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui konsep pengembangan sistem keselamatan pada kendaraan bermotor (mobil) yang mampu mencegah terjadinya kecelakaan ketika pengemudi lalai dalam mengendalikan

dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen dan juga. bagaimana upaya yang dilakukan dalam memenuhi hak

Penelitian mengenai optimasi formula gel UV protection endapan perasan umbi wortel ( Daucus carota , L.): tinjauan terhadap humektan propilen glikol dan sorbitol dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

Oleh yang demikian, untuk memastikan kelicinan penyerahan tapak bina yang boleh mempercepatkan kontraktor menyerah dokumen-dokumen berkaitan, perlulah disediakan

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan

Seni merupakan bentuk aktivitas manusia untuk menciptakan suatu karya apapun, yang kemudian sebagai cipta seniman akan menyampaikan ungkapan perasaan