i
UNIVERSITAS UDAYANA
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BERHENTI
MENGGUNAKAN NARKOBA PADA MANTAN PECANDU
NARKOBA DI WILAYAH DENPASAR
MERY S. AFRIANI 1220025078
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
ii
UNIVERSITAS UDAYANA
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK BERHENTI
MENGGUNAKAN NARKOBA PADA MANTAN PECANDU
NARKOBA DI WILAYAH DENPASAR
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
MERY S. AFRIANI 1220025078
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat Beliau, skripsi yang berjudul “Proses Pengambilan Keputusan Untuk
Berhenti Menggunakan Narkoba Pada Mantan Pecandu Narkoba di Wilayah Denpasar” dapat saya selesaikan tepat waktu dengan hasil yang jauh dari sempurna.
Dalam penyusunan skripsi ini berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan
masukan penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Made Ayu Hitapretiwi Suryadhi, SSI., MHsc selaku dosen pembimbing akademis
yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. dr.Komang Ayu Kartika Sari, MPH selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Pihak Yayasan Dua Hati Bali yang telah mengijinkan mengambil data dan
membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
5. Responden penelitian yang telah bersedia membantu penulis dalam peyusunan
skrispi.
6. Teman-teman Peminatan Promosi Kesehatan yang selalu kompak dan saling
vi
7. Teman-teman IKM 12 yang selalu kompak dalam memberi motivasi kepada
sesama.
8. Keluarga: Ayah, Ibu, Kakak dan Adik yang selalu sabar membimbing dan
memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
berbagai pihak.
Denpasar, 12 Juli 2016
vii
Mery S. Afriani, dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH
Proses Pengambilan Keputusan Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Pada Mantan Pecandu Narkoba Di Wilayah Denpasar
ABSTRAK
Kesulitan untuk berhenti merupakan masalah terberat bagi seorang pecandu, karena sering kali pengguna narkoba telah memutuskan untuk berhenti, tetapi kembali lagi menggunakan karena sugesti serta rasa sakit yang dirasakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan perilaku penggunaan narkoba serta pemulihan dari narkoba, dan proses pengambilan keputusan.
Metode kualitatif dengan rancangan studi kasus digunakan dalam penelitian ini, dimana partisipan dipilih menggunakan metode purposive sampling. Lima partisipan terlibat dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara mendalam yang selanjutnya dianalisis menggunakan thematic analysis. Peer debriefing, dan studi literatur digunakan untuk validasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan tidak melewati kelima tahapan pengambilan keputusan. Hanya terdapat dua partisipan yang melewati semua tahapan yang dimulai dari tahapan menilai informasi baru, melihat alternatif-alternatif yang ada, mempertimbangkan alternatif, membuat komitmen, dan bertahan meskipun
ada feedback negatif. Faktor terbesar yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pengguna narkoba untuk meninggalkan narkoba yaitu adanya niat kuat dalam diri dan adanya dukungan keluarga yang positif.
Simpulan dalam penelitian ini yaitu beberapa partisipan tidak melewati semua tahapan yang ada, hanya terdapat satu partisipan yang melewati semua tahap. Faktor-faktor yang mendukung berhasilnya berhenti menggunakan narkoba yaitu dipengaruhi niat dan adanya dukungan keluarga yang positif.
viii
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNVERSITY
MAJOR CONCENTRATION IN HEALTH PROMOTION S 1 Thesis, June 2016
Mery S. Afriani, dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH
DECISION-MAKING PROCESS TO STOP USING DRUGS ON THE FORMER DRUG ADDICTS IN THE AREA OF DENPASAR
ABSTRACT
Difficulty to stop is a toughest problem for an addict, because often the drug users decided to stop, but again using drug because the suggestion and the pain that they felt. The purposes of this study were to describe behavior of drug users and recovery from drugs, and decision-making process and explore supporting factors that was related with decision-making.
Qualitative method with case study design used in this study, in which participants were select by using purposive sampling method. Five participants were involved in data collection was done by in-depth interviews were analyzed using thematic analysis. Peer debriefing, and study of literature was used for data validation. The results showed that all participants do not pass through five stages of decision-making. There is only two participant who passed all stages starting from the stage of assessing new information, look at the alternatives that exist, consider alternatives, make a commitment, and persist despite negative feedback. The biggest factors that can affect the success of drug users to leave drugs is their strong faith in themselves there were positive support from family.
The conclusions in this research that some participants did not pass through all the stages that exist, there is only one participant through all the stages. Factors that support the successful stop using drugs is influenced intentions and their support positive family.
ix
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 6
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Tujuan Umum ... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ... 7
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Narkoba ... 8
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menggunakan Narkoba ... 9
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berhenti Menggunakan Narkoba ... 11
2.4. Pengambilan Keputusan ... 16
2.4.1 Definisi Pengambilan Keputusan... 16
2.4.2 Tahapan Pengambilan Keputusan dan Faktor yang Mempengaruhi ... 17
BAB III ... 21
KERANGKA TEORI ... 21
3.1. Kerangka Teori ... 21
x
METODE PENELITIAN ... 25
4.1. Karakteristik Penelitian ... 25
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
4.3. Peran Peneliti ... 26
4.4. Pengumpulan Data ... 27
4.4.1 Teknik Pemilihan Partisipan ... 27
4.4.2 Strategi Pengumpulan Data ... 28
4.4.3 Alat Pengumpul Data ... 31
4.5. Analisis Data ... 32
4.6. Strategi Validasi Data ... 33
BAB V ... 35
HASIL PENELITIAN ... 35
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35
5.2. Karakteristik Partisipan ... 36
5.3. Hasil Penelitian ... 42
5.3.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 42
5.3.2 Pengalaman dalam Masa Pemulihan ... 50
5.3.3 Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba... 54
BAB VI ... 62
PEMBAHASAN ... 62
6.1. Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 62
6.2. Pengalaman dalam Masa Pemulihan ... 66
6.3. Proses Pengambilan Keputusan Berhenti Menggunakan Narkoba ... 68
6.3.1 Tahap 1: Menilai Informasi Baru... 68
6.3.2 Tahap 2: Melihat Alternatif-Alternatif yang Ada ... 70
6.3.3 Tahap 3: Mempertimbangkan Alternatif ... 70
6.3.4 Tahap 4: Membuat Komitmen ... 71
6.3.5 Tahap 5: Bertahan Meskipun Ada Feedback Negatif ... 72
6.4. Kelemahan Penelitian ... 75
BAB VII ... 76
SIMPULAN DAN SARAN ... 76
7.1. Simpulan ... 76
7.2. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informasi Wawancara Mendalam
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Partisipan Sebagai Responden
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Mendalam Mantan Pecandu Narkoba
xii
DAFTAR SINGKATAN
BNN : Badan Narkotika Nasional
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
Penasun : Pengguna Narkoba Suntik
PKBI : Perkumpulan Warga Berencana Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Narkoba yang merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat Berbahaya
yang semula digunakan untuk kepentingan manusia, khususnya pada bidang
pengobatan, namun dalam kenyataannya zat-zat tersebut sering disalahgunakan
yang dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, dan emosi seseorang.
Mengkonsumsi narkoba tanpa ijin atau resep dokter merupakan suatu bentuk
penyalahgunaan. Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
saat ini telah menjadi permasalahan dunia yang sudah tidak mengenal batas
wilayah dan Negara, serta telah menjadi masalah global yang dapat mengancam
hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara (Indrawati,
2008).
Di Indonesia pengguna narkoba bertambah setiap tahunnya. Diperkirakan
jumlah penyalahguna narkoba sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar
2,10% sampai 2,25% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar
narkoba pada tahun 2014 (BNN, 2014). Bali sendiri menjadi salah satu daerah
yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba, dimana Bali dalam
perkembangannya menjadi daerah yang terbuka bagi transaksi dan peredaran
berbagai jenis narkoba. Jumlah kasus Narkoba di Bali sendiri pada Tahun 2012
2
Sedangkan pada tahun 2014 kasus narkoba yang terungkap khususnya di Kota
Denpasar berjumlah 191 pengguna narkoba yang telah direhabilitasi oleh BNN
Kota Denpasar (Carolina, 2015). Salah satu faktor tingginya kasus narkoba di
Kota Denpasar yakni keberadaan Kota Denpasar sebagai ibukota provinsi Bali.
Namun pada tahun 2015 terdapat 119 penyalahguna yang telah dilakukan
rehabilitasi oleh BNN Kota Denpasar, sehingga terjadinya angka penurunan
jumlah pengguna narkoba di Kota Denpasar pada tahun 2015.
Salah satu istilah yang sering kita jumpai seperti “Say no to drug”
merupakan suatu istilah yang mudah diucapkan namun susah untuk dilaksanakan
bagi pengguna narkoba. Pengguna narkoba yang sudah kecanduan, seperti masuk
dalam perangkap, mudah untuk masuk namun sulit untuk keluar. Seseorang yang
ketergantungan dengan narkoba akan sulit melepaskan diri dari pengaruh narkoba,
walaupun ia sendiri sadar dan memiliki keinginan untuk sembuh. Hal tersebut
didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Purba (2007) dengan
mewawancarai seorang pecandu narkoba, dimana pecandu tersebut mengatakan
ingin sekali untuk berhenti namun selalu tidak tahan dan akhirnya menggunakan
narkoba kembali.
Melihat begitu besarnya efek dari penggunaan narkoba maka pemerintah
mewajibkan pecandu untuk menjalani pengobatan dan perawatan melalui fasilitas
rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan dengan maksud untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang
bersangkutan. Namun dalam masa pemulihan, keadaan emosional pecandu
narkoba menjadi labil. Proses pemulihan pecandu narkoba bukanlah suatu proses
3
dikatakan lepas dari narkoba maka seorang pecandu ada saat-saatnya mereka
relapse, yang dimana kembali kepada perilaku sebelumnya yaitu menggunakan
narkoba. Menurut hasil penelitian dari Curry & McBride, 1994; Ossip-Klein, 1986
(dalam Sarafino, 2006) menyatakan perkiraan relapse terjadi bervariasi mulai dari
50% sampai 80%, tergantung banyak faktor meliputi metode yang digunakan
untuk berhenti, seberapa parah tingkat penggunaannya, dan lingkungannya. Selain
itu, dilihat dari hasil penelitian Purba (2007) yang melakukan wawancara kepada
mantan pecandu narkoba yang mengatakan keinginan untuk berhenti
menggunakan narkoba pada setiap orang pasti ada namun jika bertemu dengan
teman-teman sesama pemakai yang pada akhirnya muncul sugesti untuk
menggunakan narkoba lagi.
Dilihat dari masalah yang di hadapi pecandu narkoba salah satu kunci
keberhasilan untuk lepas dari kecanduan narkoba tersebut sebenarnya terletak
dalam diri individu itu sendiri. Willy (2005) menyatakan niat merupakan modal
yang sangat luar biasa. Niat tersebut harus dijalankan bagaimanapun risikonya.
Kesulitan untuk berhenti merupakan masalah terberat bagi seorang pecandu,
apalagi yang ketergantungannya parah, karena mereka mempunyai sugesti yang
sangat kuat untuk selalu menggunakan. Untuk itu sebelum benar-benar lebih
parah akibatnya, sangat baik jika ada niat berhenti total dari penggunaan narkoba.
Menyandang status menjadi mantan pecandu narkoba bukanlah suatu
jaminan bahwa dirinya terbebas dari godaan narkoba selamanya. Adanya godaan
terbesar untuk mantan pecandu narkoba yaitu disaat mereka bertemu dengan
teman sesama pemakai dahulu atau teman baru yang menggunakan narkoba juga.
4
menghadapi godaan maupun tekanan dari teman dan lingkungan sekitar, serta
melawan tantangan untuk melawan keinginan dari dalam diri sendiri untuk
menggunakan narkoba kembali yang biasanya dikenal dengan istilah sugesti.
Sugesti merupakan ketergantungan mental dan sugesti tidak akan hilang walaupun
tubuh seorang pecandu sudah kembali berfungsi normal. Bagi mantan pecandu,
masa pemulihan dari narkoba tersebut akan berlangsung selamanya. Berdasrkan
hasil penelitian diketahui terdapat beberapa faktor yang mendukung berhenti
menggunakan narkoba yaitu yang dijelaskan pada penelitian Purba (2007),
dimana faktor yang terbesar dalam mempengaruhi keberhasilan pengguna untuk
meninggalkan narkoba selamanya adalah dengan adanya dukungan sosial,
terutama dari keluarga atau orang terdekat.
Wijaya (dalam Purba 2007) mengatakan, banyak orang yang ingin
mengambil keputusan, namun hanya sedikit orang yang mampu mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat, terutama jika keputusan menyangkut
kehidupan di masa yang akan datang. Suatu keputusan yang sudah dibuat
merupakan dasar pertimbangan untuk mengantisipasi konsekuensi jangka panjang
dan jangka pendek yang disebabkan karena menggunakan narkoba, dimana para
pecandu menindaklanjutin keinginan untuk berubah dan berhenti, maka mereka
akan mulai menimbang-nimbang dan melihat perjalanan hidup mereka selama ini
yang berdasarkan dari pengalaman-pengalaman hidup yang pernah mereka lalui.
Dalam kenyataannya terdapat pecandu narkoba yang sudah bisa melepaskan
diri atau mengambil keputusan untuk berhenti menggunakan narkoba, dan ada
pula pecandu yang belum bisa mengambil keputusan sehingga mengalami
5
beberapa faktor yang mendorongnya. Proses pengambilan keputusan untuk
berhenti menggunakan narkoba pada hal ini dapat membantu para pecandu yang
memiliki keinginan pulih dari narkoba, dan dapat memberikan informasi serta
dukungan kepada pecandu narkoba lainnya dalam pengambilan keputusan. Untuk
melihat proses pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba pada
mantan pecandu, maka peneliti memilih mantan pecandu narkoba yang berhasil
pulih selama minimal 1 tahun, dan sudah tidak dalam proses rehabiliatasi
melainkan sudah benar-benar pulih dan dikembalikan kepada pihak keluarga.
Oleh karena itu, peneliti akan melihat pbagaimana proses pengambilan keputusan
untuk berhenti menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba di Wilayah
Denpasar.
1.2.Rumusan Masalah
Jumlah pengguna narkoba di Kota Denpasar pada tahun 2014 yang
berjumlah 191 terjadi penurunan pada tahun 2015 yaitu berjumlah 119 pengguna.
Hal tersebut disebabkan karena adanya pecandu yang memiliki keinginan untuk
berhenti menggunakan narkoba, dimana untuk mengambil keputusan berhenti
menggunakan narkoba merupakan sebuah pilihan. Keputusan yang diambil
terhadap pilihan ini membutuhkan proses yang tidak sama antara individu satu
dengan individu lainnya. Pada proses pengambilan keputusan berhenti
menggunakan narkoba merupakan keunikan sehingga menarik untuk diungkap
dan dipelajari. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses
apa saja yang dilalui dan hal-hal yang terkait dalam pengambilan keputusan untuk
berhenti menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba khususnya di
6
1.3.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan penelitian yang
diajukan oleh peneliti adalah “Bagaimanakah proses pengambilan keputusan
untuk berhenti menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba di wilayah
Denpasar?”
1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Menggambarkan proses pengambilan keputusan untuk berhenti
menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba di wilayah Denpasar.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran perilaku penggunaan narkoba pada mantan
pecandu narkoba di wilayah Denpasar.
2. Untuk mengetahui pengalaman yang dialami dalam masa pemulihan dari
narkoba.
3. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan untuk berhenti
menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba di wilayah Denpasar
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi terhadap khasanah keilmuan di bidang kesehatan,
khususnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai proses pengambilan
7
b. Sebagai acuan dalam pengembangan penelitian ilmiah lainnya yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk berhenti
menggunakan narkoba.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi mengenai hal-hal yang menentukan berhasilnya
seorang mantan pecandu dalam mengambil keputusan berhenti menggunakan
narkoba.
b. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak pelayanan rehabilitasi
dalam memberikan dukungan dan bantuan dalam masa pemulihan pada
pecandu narkoba.
c. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak keluarga, saudara,
sahabat, dan lingkungan sekitar pecandu narkoba, agar dapat memberikan
dukungan kepada para pecandu dan juga mantan pecandu yang masih dalam
proses berhenti menggunakan narkoba.
1.6.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa
Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui proses pengambilan keputusan untuk
berhenti menggunakan narkoba pada mantan pecandu narkoba di wilayah
Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai dengan April 2016
dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui wawancara
mendalam kepada mantan pecandu narkoba yang selama ini dijangkau dan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun
istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Aditif lainnya, sedangkan menurut PKBI Jawa Barat (1999)
Napza memiliki singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. Pada Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
pengertian Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis atau semisintetis, yang mengakibatkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis-jenis narkoba terdiri dari
heroin/putauw, kokain, ganja.petidin, morfin dan codein.
Pengertian dari Psikotropika berdasarkan Undang-Undang RI No. 5 Tahun
1997, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa. Jenis-jenis psikotropika
yaitu ekstasi, sabu-sabu, dan obat penenang, amfetamin dan metamfetamin,
lumubal, fleenitrazepam, nitrazepam, diazepam.
Sedangkan pengertian dari zat adiktif adalah obat atau bahan – bahan aktif
9
yang akan sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus –
menerus, dan bila dihentikan dapat menimbulkan efek rasa sakit luar biasa.
Contohnya seperti rokok dan minuman keras (alkohol).
Narkoba itu sendiri terdapat berbagai cara penggunaannya baik secara oral
atau diminum, dihirup, maupun disuntikan. Adapun jenis narkoba yang biasa
disuntikan yaitu jenis opioida, turunan opiate khususnya heroin. Penyuntikan
tersebut dilakukan dengan cara menyuntikkan lewat otot, lewat kulit atau
pembuluh vena agar mendapatkan reaksi yang kuat. (PKBI Jabar, 1999). Dilihat
dari jenis-jenis narkoba yang sangat banyak macamnya tetap saja setiap jenis
tersebut dapat menimbulkan adiksi atau ketergantungan, karena setiap jenis
narkoba mengandung suatu zat yang menimbulkan psychoactive effects.
2.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menggunakan Narkoba
Dalam menggunakan narkoba seseorang akan melewati 3 tahap yang dilalui
untuk menjadi pecandu, seperti halnya yang dikemukakan oleh Weiss dan Mirin
(dalam Nevid, Rathus, dan Greene,1994). Dimana pada awalnya hanya
merupakan tahap coba-coba atau penggunaan sekali-kali. Pada tahap ini pengguna
merasa nyaman, senang, dan bangga. Pengguna merasa yakin masih memiliki
kontrol dan bisa berhenti kapan saja. Tahap selanjutnya, yaitu routine use,
pengguna telah membangun kehidupannya di sekitar pencarian dan penggunaan
narkoba, dimana para pengguna narkoba mencoba untuk menutupi konsekuensi
negatif dari tindakan mereka terhadap diri sendiri dan juga orang lain, dan mulai
terjadi perubahan nilai-nilai. Ketika tahap ini terus berlanjut makan penggunaan
10
pengguna merasa tidak punya kekuatan untuk melawan pengaruh narkoba
tersebut.
Penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba dan mengakibatkan
kecanduan atau ketergantungan terdapat beberapa faktor yaitu :
1. Faktor Individu
Faktor individu pada umumnya ditentukan oleh dua aspek yaitu aspek
biologis yang menunjukkan bahwa faktor genetic yang berperan seperti bentuk
perilaku menyimpang, dan aspek psikologis seperti penyalahgunaan saat remaja.
Dari hasil penelitian Junaiedi (2012), tentang aspek psikologis yang terjadi di
dalam kehidupan seseorang terdapat aspek psikologis yang mendorong untuk
menggunakan narkoba, seperti munculnya rasa ingin coba-coba sesuatu hal yang
baru, serta untuk meningkatkan rasa percaya diri dan untuk membantu
menghadapi masalah yang terjadi dalam hidupnya.
2. Faktor Obat atau Zat
Pada faktor obat atau zat adanya perubahan nilai yang disebabkan oleh
perubahan zaman sehubungan dengan arti dari penggunaan zat psikoaktif, seperti
penyalahgunaan obat tidur. Selain itu adanya keyakinan bahwa obat dapat
membantu meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi beban masalah yang
sedang dihadapi dan peredaran obat pun semakin banyak sehingga lebih mudah
untuk didapat. Berdasarkan hasil penelitian Junaiedi (2012), tentang faktor obat
atau zat yaitu pada kehidupan seseorang terdapat pengaruh faktor obat atau zat
11
dapat menyatukan mereka dengan teman dan lingkungannya. Selain itu adanya
efek dari narkoba tersebut yang membuat seseorang ketagihan.
3. Faktor Lingkungan
Pada faktor lingkungan adanya hubungan keluarga dan pengaruh teman.
Biasanya keluarga yang tidak harmonis mempunyai masalah dengan
penyalahgunaan narkoba, seperti kualitas hubungan keluarga yang buruk dan
kebiasaan anggota keluarga lainnya yang juga menggunakan narkoba. Adanya
pengaruh teman sangat besar kemungkinan terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Hukuman oleh kelompok teman terutama pengucilan bagi mereka yang mencoba
berhenti dirasa cukup berat daripada penggunaan narkoba itu sendiri. Dari hasil
penelitian Junaiedi (2012), adanya pengaruh hubungan keluarga yang terjadi
kepada subjek untuk menggunakan narkoba.
Berdasarkan penelitian Purwandari (2007), didapatkan dari semua
responden yang menggunakan narkoba awal mulanya diperkenalkan oleh teman
dan tanpa sepengetahuan keluarga. Kondisi seperti ini mirip dengan apa yang
dikemukakan oleh Hawkins (dalam Afiatin, 2005) mengenai beberapa kondisi
keluarga yang dapat menjadi faktor resiko pencetus pemakaian narkoba, yaitu
karena kurangya komunikasi dan kasih sayang antara anggota keluarga.
2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berhenti Menggunakan Narkoba
Selama ini banyak pengguna narkoba yang ingin melepaskan diri dari
ketergantungan narkoba, karena mereka merasa kehidupan yang mereka alami
telah dikendalikan oleh narkoba. Adanya keinginan yang kuat untuk berhenti
12
diperlukan agar tidak kembali terjerumus. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk berhenti menggunakan narkoba, yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi. Menurut Sarlito W Sarwono (1992:61-62) (dalam Handayani, 2011)
pendidikan secara psikologi merupakan usaha untuk mengubah sikap seseorang
melalui proses belajar yang dimana tujuan dari pendidikan tersebut yaitu
membentuk sikap hidup yang lebih kuat dalam menghadapi lingkungan sehingga
individu yang bersangkutan dapat menyesuaikan diri pada lingkungannya.
Berdasarkan penelitian Purwandari (2007), pendidikan dari responden yang
memutuskan untuk berhenti menggunakan narkoba rata-rata sangat memadai
dalam melakukan tingkat berpikir yang tinggi karena sudah mencapai pendidikan
tinggi.
b. Umur
Bertambahnya umur seseorang akan adanya perubahan pada aspek fisik dan
mental. Umur pertama saat menggunakan narkoba sangat berperan dalam upaya
berhenti menggunakan narkoba, dimana pemakaian narkoba dengan usia yang
sangat muda akan memperlambat waktu untuk berhenti dibandingkan denga usia
yang lebih tua saat menggunakan narkoba. Hal tersebut didukung dengan adanya
hasil yang ditunjukkan oleh Villafranca, et al (2006) dimana mereka yang berumur
lebih tua mempunyai resiko yang lebih tinggi dalam perawatan untuk berhenti
13
Selain itu hasil penelitian dari Purwandari (2007), yang melakukan wawancara
dengan tujuh orang mantan pengguna narkoba. Dilihat dari faktor usia, dimana
usia pertamakali menggunakan narkoba menunjukkan bahwa usia remaja
merupakan rawan dalam penyalahguna narkoba, dan alasan mereka menggunakan
narkoba disebabkan rasa ingin tahu yang besar terhadap narkoba.
c. Jenis Kelamin
Menurut hasil penelitian Sussman dan Dent (2004), jenis kelamin
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan tindakan seseorang untuk
berhenti menggunakan narkoba, dimana pada jenis kelamin laki-laki cenderung
sulit berhenti dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut disebabkan laki-laki
terbiasa menggunakan narkoba dengan dosis yang lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan. Hal tersebut juga disebabkan karena perempuan lebih mampu
untuk mendapatkan dukungan sosial (keluarga atau teman) dibandingkan dengan
laki-laki.
d. Niat
Niat dapat diartikan dengan keinginan yang sedang atau akan dilaksanakan.
Willy (2005) menyatakan niat merupakan modal yang sangat luar biasa. Niat
tersebut harus dijalankan bagaimanapun risiko yang akan dialaminya. Kesulitan
untuk berhenti merupakan masalah terberat bagi seorang pecandu, apalagi yang
ketergantungannya parah, karena mereka mempunyai sugesti yang sangat kuat
untuk selalu menggunakan. Untuk itu sebelum benar-benar lebih parah akibatnya,
14
e. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang
baik dari dalam dirinya maupun lingkungannya. Adanya pengalaman seperti
pengalaman dipenjara mempunyai hubungan dengan berhenti menggunakan
narkoba. Berdasarkan penelitian Sawitri (2012), salah satu penggunaan narkoba
suntik yang memiliki pengalaman dipenjara lebih sulit untuk berhenti
menggunakan narkoba suntik dibandingkan dengan pengguna narkoba suntik
yang tidak dipenjara. Hal tersebut disebabkan karena pengguna narkoba suntik
yang pernah dipenjara cenderung tidak memiliki tempat tinggal tetap, adanya
perilaku berisiko penggunaan jarum suntik dan tidak adanya motivasi untuk
mendaftarkan diri dalam program penyembuhan narkoba.
f. Dukungan Keluarga
Menurut Suparlan (1993:76) dalam Handayani (2011) mendefinisikan
keluarga merupakan kelompok sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Hubungan sosial antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan ikatan
perkawinan, darah dan adopsi. Hubungan antara keluarga tersebut dijiwai oleh
suasana kasih sayang, rasa dicintai, saling menghormati, rasa percaya, kepatuhan,
ketaatan sumber informasi, dan rasa mendapatkan perlindungan. Keluarga
merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan bermasyarakat,
tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan
interaksi kelompoknya. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dalam
keluarganya turut menentukan cara-cara tingkah laku terhadap orang lain dalam
15
Berdasarkan penelitian Purba (2007), menujukkan bahwa pada proses
pengambilan keputusan berhenti menggunakan narkoba terdapat faktor yang
terbesar dalam mempengaruhi keberhasilan pengguna untuk meninggalkan
narkoba selamanya adalah dengan adanya dukungan sosial, terutama dari orang
tua dan keluarga. Dukungan ini dapat membantu pengguna narkoba untuk
mempunyai pemahaman yang benar mengenai narkoba dan membuat mereka
merasa berharga, dicintai, dan menjadi bagian dari sebuah komunitas. Selain itu,
dukungan positif dari keluarga atau orang terdekat yang menjadi faktor terpenting
yang pada umunya ketergantungan narkoba terjadi pada seseorang yang sangat
erat kaitannya dengan masalah yang timbul dalam keluarga atau pergaulan teman
yang kurang baik. Sehingga dukungan positif yang didapatkan dari keluarga atau
orang terdekat akan mampu memotivasi responden untuk berhenti menggunakan
narkoba.
g. Program Pengobatan atau Rehabilitasi
Dengan mengikuti program pengobatan atau rehabilitasi memiliki
hubungan dengan berhenti menggunakan narkoba. Bagi pecandu narkoba yang
mengikuti program rehabilitasi terhadap suatu zat, seperti terapi pengobatan
heroin yang memiliki peluang lebih tinggi untuk berhenti menggunakan narkoba
salah satunya narkoba suntik yang dibandingkan dengan yang tidak pernah
mengikuti program rehabilitasi (Shah, Galai, Celento, Vlahov, dan Stratdee,
2005). Aksesibilitas terhadap program rehabilitasi mempunyai pengaruh berhenti
menggunakan narkoba. Dimana penggunaan narkoba dengan aksesibilitas rendah
terhadap program pengobatan atau perawatan akan memiliki peluang kecil untuk
16
jumlah sarana pelayanan terhadap narkoba, persepsi pasien terhadap sikap petugas
kesehatan yang tidak ramah dan ketidakpuasan pelayanan dan harga obat yang
cukup mahal. (Soitawati, 2009:96 dalam Sawitri, 2012).
2.4.Pengambilan Keputusan
2.4.1 Definisi Pengambilan Keputusan
Setiap individu dalam hidupnya akan selalu dihadapkan pada sebuah atau
beberapa pilihan yang akan memaksakan untuk memilih dari salah satu
diantaranya, sehingga saat memilih alternatif-alternatif tersebut diperlukan proses
untuk berfikir, yaitu pengambilan keputusan (decision making). Menurut Salusu
(2004) pengambilan keputusan merupakan suatu proses memilih alternatif dengan
cara bertindak menggunakan metode yang efisien dan sesuai dengan situasi.
Ketika keputusan sudah dibuat, maka sesuatu yang baru mulai terjadi. Harus ada
tindakan yang dibuat saat tiba waktunya dan tindakan itu tidak dapat ditunda.
Apabila keputusan sudah dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya
itu bukanlah keputusan namun lebih tepat dikatakan suatu hasrat atau niat yang
baik. Sedangkan menurut Janis and Mann (1987) menyebutkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan pemecahan masalah dan terhindar dari faktor
situsional. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses mengidentifikasikan alternatif yang
ada sehingga dapat dipilih yang sesuai dengan nilai dan tujuan individu untuk
17
2.4.2 Tahapan Pengambilan Keputusan dan Faktor yang Mempengaruhi
Dalam tahapan pengambilan keputusan pada setiap individu akan
berbeda-beda, hal tersebut tergantung pada pola seseorang dalam menghadapi masalahnya.
Menurut teori Janis & Mann (1987), terdapat lima tahapan dalam proses
pengambilan keputusan, yaitu :
1. Menilai Informasi Baru
Pada tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi
atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi tindakan
yang akan dilakukan, menemukan tujuan yang ingin dicapai bagi penyelesaian
masalah yang kompleks. Individu yang dihadapkan pada suatu informasi atau
kejadian yang menarik perhatiannya dapat membuat dirinya tidak nyaman, dan
akan cenderung menggunakan suatu sikap yang tidak memperdulikan serangkaian
kegiatan yang diikuti untuk mendapatkan kepuasan dalam dirinya sendiri. Saat
individu mulai merasa tidak nyaman berada dalam kondisi tertentu dan menyadari
adanya kesempatan serta tantangan untuk berubah, maka individu akan mulai
memahami tantangan serta apa manfaat tantangan tersebut bagi dirinya.
Pemahaman yang baik akan tantangan yang dihadapi sangat penting, agar
pengambil keputusan terhindar dari asumsi-asumsi yang salah atau sikap terlalu
memandang remeh masalah yang kompleks.
2. Melihat Alternatif-Alternatif yang Ada
Pada tahap ini, setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi yang
berkaitan dengan masalahnya, maka ia mulai memusatkan perhatian pada
berbagai alternatif pilihan yang ada. Individu juga akan berusaha mencari
18
berhubungan dengan masalahnya. Individu lebih menaruh perhatian pada
rekomendasi berupa saran-saran untuk menyelesaikan permasalahan, meskipun
saran tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya sekarang ini. Hal yang paling
penting pada tahap ini adalah sikap terbuka dan fleksibilitas. Hal itu berguna
dalam mengumpulkan seluruh kemungkinan alternatif, baik yang nyata maupun
tidak nyata.
3. Mempertimbangkan Alternatif
Individu yang mengambil keputusan pada tahap ini akan mulai melakukan
evaluasi dengan teliti, berfokus pada mendukung atau tidaknya pillihan-pilihan
yang ada untuk menghasilkan tindakan terbaik. Individu akan lebih berhati-hati
dengan mempertimbangakan keuntungan dan kerugian dari masing-masing
pilihan, hingga individu tersebut merasa yakin dalam memilih satu pilihan yang
dinilai objektif. Individu berusaha memilih alternatif yang terbaik diantara pilihan
alternatif yang tersedia baginya. Ia akan mempertimbangkan keuntungan,
kerugian serta kepraktisan dari tiap-tiap alternatif hingga ia merasa cukup yakin
untuk memilih satu alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya
mencapai tujuan tertentu. Adakalanya saat ia mempertimbangkan
alternatif-alternatif secara bergantian, ia merasa tidak puas dengan semua alternatif-alternatif yang
ada. Ia menjadi stress dan dapat kembali ke tahap dua. Sehingga pada tahap ini
akan dipengaruhi oleh adanya keahlian atau keterampilan yang dimiliki seseorang
untuk meperhitungkan seluruh kemungkinan secara akurat.
4. Membuat Komitmen
Setelah memutuskan, individu akan mengambil sebuah perencanaan
19
mulai memikirkan cara untuk mengimplementasikannya dan menyampaikan
keinginannya tersebut kepada orang lain. Disamping itu, individu juga
mempersiapkan argumen-argumen yang akan mendukung pilihannya tersebut
khususnya bila individu berhadapan dengan orang-orang yang menentang
keputusan yang diambil. Hal ini disebabkan pengambil keputusan menyadari
bahwa cepat atau lambat orang-orang pada jaringan sosialnya akan terkena
dampaknya seperti keluarga atau teman akan mengetahui tentang keputusan
tersebut. Dengan demikian, tahap ini sangat dipengaruhi oleh orang-orang atau
kelompok yang dianggap penting oleh pengambil keputusan.
5. Bertahan Meskipun Terdapat Feedback Negatif
Banyak keputusan memasuki periode honeymoon, dimana Individu menjadi
sangat bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa
cemas. Tahapan kelima ini menjadi setara dengan tahap pertama, dimana
masing-masing kejadian atau komunikasi yang tidak diinginkan membangun negative
feedback yang merupakan sebuah permasalahan potensial untuk mengambil
kebijakan yang baru. Tahap kelima menjadi berbeda dengan tahap pertama dalam
kejadian ketika sebuah masalah sangat berpengaruh atau sangat kuat dan
memberikan respon postitif pada pertanyaan pertama, fokus pada resiko serius
ketika tidak dibuat perubahan, pengambil keputusan hanya tergoncang sesaat
meskipun permasalahan lebih ia pilih diselesaikan dengan keputusan sebelumnya.
Dari tahapan-tahapan tersebut seseorang akan berhati-hati dalam
mengambil keputusan dengan mempertimbangkan segala sesuatunya dari
keuntungan dan kerugian pada sebuah komitmen dalam hidupnya. Apabila
20
tetapi hanya sebatas hasrat atau keinginan semata. Menurut Janis dan Mann (1987)
dalam mengambil keputusan individu tidak selalu melewati kelima tahapan
pengambilan keputusan hal ini disebabkan adanya perbedaan proses pembelajaran