0 ARTIKEL PUBLIKASI
TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
GEDUNG PARKIR + CBD(CENTRAL BUSINESS
DISTRICT)-SOLO
Disusun oleh :
AGHIL ARIFIN D 300 100 003
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
0 GEDUNG PARKIR CBD(CENTRAL BUSINESS DISTRICT)-SOLO
AGHIL ARIFIN D 300 100 003
Program Studi Arsitektur , Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417
Email: Aghiljizvuzubaidi@gmail.com.
ABSTRAKS
Seiring berjalannya waktu, Indonesia mengalami perkembangan modernisasi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi transportasi kota-kota di Indonesia juga semakin tinggi, sehingga jumlah kendaraan bermotor juga semakin banyak. Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), selama tahun 2012, pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda motor, masing-masing 12 persen. Sepeda motor baru yang dibeli konsumen pada tahun lalu mencapai 8.551.047 unit. Sedangkan mobil pribadi baru yang dicatat kepolisian mencapai 984.314 unit. Sepeda motor jumlahnya 77,7 juta unit atau 82,4 persen. Mobil pribadi 9,5 juta unit atau 10 persen, disusul mobil barang, bus dan kendaraan khusus. Perkembangan jumlah kendaraan yang meningkat drastis ini juga dialami di Kota Solo. Sebutan “solo macet” kini sudah mulai melekat di Kota Bengawan. Menilik data yang dimiki Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo, 2013) Surakarta, peningkatan jumlah kendaraan menjadi salah satu pemicu kemacetan di Solo. Menurut data Dinas Perbuhungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo, 2013) Surakarta, jumlah kendaraan di Solo hampir sama dengan jumlah penduduk di Kota Solo.Sedikitnya ada 14 titik macet di Kota Solo. Berdasar data di Dinas Perhubungan setempat, jumlah kendaraan roda dua dan roda empat di Kota Solo terus bertambah.Macet menimbulkan terhambatnya arus lalu lintas, sehingga dapat menimbulkan ketidak efisienan waktu. Selain itu macet dapat menimbulkan kendaraan tidak dapat beristirahat. Dengan berjubelnya kendaraan di jalan dengan tidak sengaja akan mengurangi keindahan kota. Untuk mengatasi permasalahan itu, maka dibuat solusi gedung parkir di titik CBD(Central Business District). Dengan adanya gedung parkir di Solo, Maka dapat mengatasi kemacetan di Solo. Khususnya di daerah CBD(Central Business District) Solo, yang menjadi pusat perbisnisan di Solo.
Terdapat permasalahan yaitu; Bagaimana dasar program perencanaan dan perancangan arsitektur Gedung Parkir CBD(Central Business District)-Solo?
Untuk menyusun buku DP3A CBD(Central Business District)-parking dan Membuat karya bangunan CBD(Central Business District)-parking.
Perancangan dilakukan dengan pengamatan data dan juga mempertimbangkan potensi – potensi yang dapat mendukung penulisan proposal. Hasil dari analisis dapat dibuat dalam bentuk kerangka yang berupa deskriptif. Hasil akhir berupa konsep hasil penelitian yang dipadukan dengan referensi yang ada sebagai dasar perencanaan dan perancangan. Desain yang dihasilkan adalah sebuah Gedung Parkir CBD-(Central Business District)-Solo.
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, Indonesia mengalami perkembangan modernisasi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi transportasi kota-kota di Indonesia juga semakin tinggi, sehingga jumlah kendaraan bermotor juga semakin banyak. Kendaraan pribadi di Indonesia meningkat secara drastis sejak tahun 1980-an. Hal ini terjadi bukan hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok daerah. Sebagai contoh penambahan jumlah kendaraan bermotor sepanjang tahun 2012 mencapai 10,036 juta unit. Populasi kendaraan bermotor tercatat naik 12 persen (menjadi 94,229 juta unit) dibandingkan periode tahun sebelumnya (2011) yang berjumlah 84,19 juta unit.(www.kompas.com, 2014)
Kota Budaya yang sukses dengan roda perekonomian dari berbagai kalangan ini ternyata menimbulkan masalah baru, yakni macet. Kemacetan di beberapa ruas jalan utama di kota Solo ini karena banyaknya volume kendaraan yang masuk dan melakukan aktivitas di Kota Solo. Kota Solo sebagai pusat perekonomian bagi kota sekitarnya seperti Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali dan lainnya membuat kota ini semakin sesak. Sedikitnya ada 14 titik macet di Kota Solo diantaranya di kawasan Manahan, Coyudan, Palang Joglo, Simpang Dawung, Simpang Panggung, Simpang Kerten, Jl Kapten Mulyadi, Purwosari, Simpang Girimulyo, Simpang Tugu Wisnu, Simpang Jajar, Jl Gajahmada, Simpang Sumber atau Jembatan Komplang dan Simpang 3 Masjid Mujahidin. Berdasar data di Dinas Perhubungan setempat, jumlah kendaraan roda dua dan roda empat di Kota Solo terus bertambah.
Berdasarkan pengamatan, kemacetan di Solo banyak di sebabkan oleh parkir-parkir yang ada di pinggir jalan. Ruas jalan yang sempit ditambah dengan parkir-parkir di kanan kirinya menjadikan arus jalan macet. Untuk mengatasi permasalahan itu, maka dibuat solusi gedung parkir di titik CBD(Central Business District). Dengan adanya gedung parkir di Solo, Maka dapat mengatasi kemacetan di Solo. Khususnya di daerah CBD
(Central Business District) Solo, yang menjadi pusat perbisnisan di Solo.
B. Permasalahan
Bagaimana dasar program perencanaan dan perancangan arsitektur Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo?
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penentuan Kebutuhan Parkir
2
Gambar.II.1. Standar jumlah parkir (Sumber : Panduan Sistem Bangunan Tinggi, 2005)
B. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96 :
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang.
Gambar II.1. : Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
a = jarak gandar h = tinggi total
b = depan tergantung B = lebar total
c = belakang tergantung L = panjang total
d = lebar
3 Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96, pola parkir dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Pola parkir paralel a. pada daerah datar
Gambar II.5. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Datar
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
b. pada daerah tanjakan
Gambar II.6. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Tanjakan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
c. pada daerah turunan
Gambar II.7. : Pola Parkir Paralel Pada Daerah Turunan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
2. Pola parkir menyudut
a. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku untuk jalan kolektor dan lokal.
b. Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda berdasarkan besar sudut berikut ini.
1) Sudut = 30°
Gambar II.8. : Pola Parkir Menyudut 30°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
4
Gambar II.9. : Pola Parkir Menyudut 45°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
3) Sudut = 60°
Gambar II.10. : Pola Parkir Menyudut 60°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
4) Sudut = 90°
Gambar II.11. : Pola Parkir Menyudut 90°
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
5) pada daerah tanjakan
Gambar II.12. : Pola Parkir Menyudut Pada Daerah Tanjakan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
6) pada daerah turunan
Gambar II.13. : Pola Parkir Menyudut Pada Daerah Turunan
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
D. Tata Letak Gedung Parkir
1. Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp).
5
Gambar II.14. : Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp)
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
2. Lantai terpisah.
Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang turun digunakan untuk kendaraan yang keluar (Gambar II.14b, II.14c dan II.14d). Selanjutnya Gambar II.14c dan II.14d menunjukkan jalan masuk dan keluar tersendiri (terpisah), serta mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih pendek. Gambar II.14b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan (masuk) dan keberangkatan (keluar).
Gambar II.15. : Lantai Terpisah
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk melewati semua ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti itu memiliki kapasitas dinamik yang rendah karena jarak pandang kendaraan yang datang agak sempit.
3. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp.
6 Gambar II.14e memperlihatkan gang satu arah dengan jalan keluar yang lebar. Namun, bentuk seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih dari 500 kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi panjang.
Pada Gambar II.14f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi parkir, dengan jalan keluar dan masuk dari ujung ke ujung.
Pada Gambar II.14g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai
dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi, dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka dan menutup pintu kendaraan.
Pada Gambar II.14h plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk menurun ke dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti polasi gedung parkir lantai datar.
Gambar II.16. : Lantai Gedung Yang Berfungsi Sebagai Ramp
(Sumber : Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96)
4. Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 m. E. Pola Parkir
7 a. membentuk sudut 90°
b. membentuk sudut 30°, 45°, 60°
2. Parkir kendaraan dua sisi.(Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup memadai)
a. membentuk sudut 90°.
b. membentuk sudut 30°, 45°, 60°
3. Pola parkir pulau.(Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas)
a. membentuk sudut 90°. b. membentuk sudut 45° c. Pola Parkir Sepeda Motor d. Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul
F. Ciri-Ciri CBD (Central Business District)
Central Business District memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari bagian kota yang lain. .(http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/central-business-district-cbd.html, 2014). Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Adanya pusat perdagangan, terutama sektor retail. b. Banyak kantor-kantor institusi perkotaan.
c. Tidak dijumpai adanya industri berat/manufaktur.
d. Permukiman jarang, dan kalaupun ada merupakan permukiman mewah(apartemen)sehingga populasinya jarang.
e. Ditandai adanya zonasi vertikal yaitu banyak bangunan bertingkat yang memiliki diferensiasi fungsi.
f. Adanya pedestrian yaitu suatu zona yang dikhususkan untuk pejalan kaki karena sering terjadi kemacetan lalu lintas. Tetapi zona ini baru ada di negara-negara maju.
g. Adanya “ multi storey “ yaitu perdagangan yang bermacam-macam dan ditandai dengan adanya supermarket/mall.
h. Sering terjadi masalah penggusuran untuk redevelopment/renovasi bangunan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN
A. Lokasi dan Lingkungan Eksternalnya
8
Gambar III.1. : Peta Surakarta (Sumber : www.google.com, 2014)
Gambar III.2. : Peta Laweyan, Surakarta (Sumber : www.google.com, 2014)
9 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG PARKIR+ CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) -SOLO
A. Gagasan Perencanaan
Gambar IV.1. : Peta CBD Purwosari-Sriwedari Solo (Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 1 Tahun 2012) Keterangan = : Pertigaan Purwosari
: Pertigaan Sriwedari
Gedung Parkir + CBD (Central Business District)-Solo ini menggunakan dua sistem perpakiran yaitu dengan sistem tradisional atau sistem manual dan dengan sistem APS (Automated Parking System) atau sistem otomatis. Sistem tradisional Gedung Parkir
+ CBD (Central Business District) -Solo ini adalah gedung yang di pakai mobil dengan tarif 5000 rupiah dan motor dengan tarif 2000. Sedangkan sistem APS (Automated Parking System) Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo ini adalah gedung yang digunakan khusus kendaraan mobil dengan tarif 15000.
10 Setelah penulis mengikuti ujian DP3A, ternyata gedung ini membutuhkan perkantoran. Perkantoran ini berfungsi untuk mengantisipasi kekosongan yang terjadi dalam gedung parkir.
B. Analisis dan Konsep Site
Gambar IV.5. : Peta Titik Alternatif Site (Sumber : www.google.com, 2014) Keterangan : : alternatif 1
:alternatif 2 :alternatif 3 Alternatif 1
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Slamet Riyadi Orientasi ke arah Utara
Alternatif 2
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Slamet Riyadi Orientasi ke arah Utara
Alternatif 3
Terletak di pinggir jalan besar, Jl. Sudirman Orientasi ke arah Barat
Dari tabel yang sudah dianalisis penulis didapatkan lokasi site terpilih adalah alternatif 1 yang mempunyai bobot paling banyak dari analisa dasar pertimbangan.
11
(Sumber : Gambar Penulis, 2014)
C. Analisa Besaran Ruang
12
Dari hasil diatas dapat ditemukan jumlah lantai yang diperlukan dalam Gedung Parkir + CBD (Central Business District) -Solo ini. Yaitu total keseluruhan(30475m²) dibagi KDB(4095m²). Maka dapat ditemukan kurang lebih 8 lantai yang diperlukan gedung ini.
D. Analisis dan Konsep Penampilan Arsitektur
13 Jadi sesuai dengan fungsi wadah, yaitu sebagai bangunan parkir maka bentuk dasar ruang yang dipilih adalah perpaduan antara segiempat dan lingkaran, dengan pertimbangan segiempat digunakan gedung parkir sistem tradisional sedangkan lingkaran digunakan gedung parkir APS(Automated Parking System).
Gambar IV.27. : Gubahan Massa (Sumber : Analisis Penulis, 2014)
E. Pola Sirkulasi
Berikut kategori pola sirkulasi yang dapat diterapkan pada kawasan Gedung Parkir :
A. Linier
Gambar IV.38. : Linier (Sumber : www.google.com, 2014)
Dari dasar pertimbangan dan pola Sirkulasi yang telah diuraikan, maka pola sirkulasi dalam kawasan gedung parkir ini akan menerapkan pola linier tanpa menutup kemungkinan penggabungan dengan pola lainnya.
F. Jalur Sirkulasi Parkir Sistem Tradisional
Bagan IV.19. : Jalur Sirkulasi Parkir Sistem Tradisional (Sumber : analisis penulis, 2014)
14 G. Jalur Sirkulasi Parkir Sistem APS(Automated Parking System)
Bagan IV.20. : Jalur Sirkulasi Parkir APS (Automated Parking System)
(Sumber : Analisis Penulis, 2014)
H. Analisis dan Konsep Dalam Mengatasi Limbah Udara/Polusi Udara
Maka dari itu penulis menyimpulkan ada dua sistem yang akan dipakai dalam gedung parkir ini. Yaitu dengan sistem buatan(lokal exhaust ventilasi) dan sistem alami(tanaman).
DAFTAR PUSTAKA
Brierley, John, 1972, Parking of Motor Vehicles, Applied Science Publishers LTD, London
Ching, Francis D.K., 2008, Arsitektur : Bentuk, Ruang & Tatanan (Terj. Hanggan Situmorang), Erlangga, Jakarta.
Juwana, Jimmy S, 2005, Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta.
Neufert, Ernst, 1992, Data Arsitek I dan II (Terj. Ir. Sjamsu Amril), Erlangga, Jakarta.
Poerbo, Hartono, 1995, Utilitas Bangunan, Djambatan, Jakarta.
Soejono, 1996, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Jakarta.
http://id.wikipedia.org, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://kbbi.web.id/gedung, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://kbbi.web.id/parkir, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
http://moeljawan.blogspot.com/2010/03/central-business-district-cbd.html, diakses 2 Maret pukul 21.00 WIB
www.kompas.com, diakses 4 Maret pukul 24.00 WIB
www.google.com, diakses 4 Maret pukul 24.00 WIB