EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK
TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
ADIVA TANTYAS AURORA
K100110145
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2
EVALUASI KETEPATAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK
TERDIAGNOSA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014
EVALUATION OF ACCURACY ANTIBIOTICS IN PEDIATRIC
PATIENTS DIAGNOSED PNEUMONIA IN RSUP Dr. SOERADJI
TIRTONEGORO KLATEN 2014
Adiva Tantyas Aurora#, dan Nurul Mutmainah
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
#E-mail: auroradiv@yahoo.com
ABSTRAK
Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri atau virus) dan menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas anak. Pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik. Ketepatan penggunaan dan pemilihan antibiotik menjadi penentu keberhasilan terapi untuk menghindari terjadinya efek samping. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak. Penelitian ini merupakan rancangan kualitatif yang bersifat non eksperimental. Data didapatkan dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan dalam data rekam medik pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014. Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling. Data yang diperoleh dikelompokkan menurut usia, jenis kelamin, dan antibiotik yang diberikan. Kemudian data dianalisis secara deskriptif dengan mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak. Dari 52 pasien, antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicillin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%). Setelah dilakukan analisis dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis berdasarkan Standar Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut IDAI tahun 2009 dan Modul Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Depkes RI tahun 2010, diperoleh ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat 100%, ketepatan dosis sebesar 3,85%, dan ketepatan pasien sebesar 100%.
Kata kunci: pneumonia, anak, ketepatan antibiotik, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
ABSTRACT
Pneumonia is an acute inflammation of the lung parenchyma caused by microorganisms (bacteria or virus) and a major cause of mortality and morbidity in children. The treatment of pneumonia is using antibiotics. The accuracy of use and antibiotic’s selection are determinant of the success of therapy to avoid side effects. The purpose of this study is to determine the accuracy of antibiotic use in pediatric patients. This is an non-experimental qualitative research design. Data obtained by conducting searches in the medical record of pediatric patients diagnosed with pneumonia in Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital in Klaten during 2014. Sampling was done by purposive sampling. The data obtained were grouped according to the age, gender, and antibiotics that were given. Then the data were analyzed descriptively to evaluate the accuracy of antibiotic use in pediatric patients. From the 61 patients, the most antibiotic were widely used are Ampicillin + Cloramphenicol (40,39%), Ampicillin + Gentamicin (32,69%), then followed by Ampicillin (21,16%). After analysis of the accuracy of indication’s aspects, drug, patient, also dose accuracy based on “The Standards of Child Health Care in Hospital” according IDAI 2009 and Module of Standard Treatment of Pneumonia by Republic Indonesia’s Health Ministry in 2010, was obtained that the results for indication accuracy is 100%, 100% for drugs accuracy, 3,85% for dose accuracy and 100% for patients accuracy.
2
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah inflamasi akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri atau virus) dan menjadi penyebab utama mortalitas dan
morbiditas anak (Shalih et al., 2014). Pneumonia termasuk penyakit yang berbahaya
karena paru-paru tidak mendapatkan asupan oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Sreptococcus pneumoniae adalah bakteri yang menyerang sistem imun dan mengakibatkan
infeksi pada sistem pernafasan (Kartasamita, 2010).
WHO menyebutkan bahwa angka kejadian pneumonia lebih besar terjadi di negara
berkembang karena masalah kesehatan masih belum mendapatkan perhatian khusus. Jika
dibandingkan dengan negara maju, angka kejadian pneumonia lebih kecil karena vaksinasi
yang mudah didapat, asuransi kesehatan anak, dan pengobatan yang tersedia (Sectish and
Prober, 2007). Diperkirakan lebih dari 2 juta tiap tahun kematian pada anak di bawah usia
5 tahun disebabkan oleh pneumonia, 5.500 anak meninggal setiap hari atau 4 bayi
meninggal tiap satu menit (Gauri et al., 2012). Di negara berkembang, kejadian
pneumonia anak ada 151,8 juta kasus per tahun dan 10% diantaranya merupakan
pneumonia berat yang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. (Kartasamita, 2010).
Di Indonesia sendiri, diperkirakan 140.000 anak per tahun atau rata-rata 1 anak meninggal
setiap 5 menit akibat pneumonia (Depkes, 2006).
Pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik yang bergantung pada ketepatan
antibiotik. Selain itu penggunaan antibotik yang tidak tepat dapat menimbulkan efek
samping, memperlama masa penyembuhan, mengakibatkan resistensi, dan meningkatkan
biaya pengobatan. Ketepatan penggunaan dan pemilihan antibiotik menjadi penentu
keberhasilan terapi untuk menghindari terjadinya efek samping. RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro dipilih sebagai tempat penelitian karena menurut data internal pada tahun
2013, pneumonia menempati urutan ke-5 dari 10 besar kasus penyakit terbanyak di rumah
sakit tersebut.
Berdasarkan beberapa hal sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengevaluasi
ketepatan antibiotik pada pasien anak di rumah sakit tersebut karena pneumonia menjadi
penyebab kematian anak yang tidak mendapat perhatian khusus. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan penting bagi tenaga kesehatan sehingga tingkat kematian pada
METODE PENELITIAN
A.Kategori dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan kualitatif dan bersifat non eksperimental.
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, yaitu dengan melakukan penelusuran
catatan penggunaan antibiotik yang terdapat dalam rekam medis di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif dengan mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik. Alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah Standar Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut
IDAI tahun 2009 dan Modul Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Kemenkes tahun
2010.
B.Penentuan Jumlah Sampel
Teknik sampling dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel yang didapatkan
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi tersebut yaitu:
1. Catatan medik pasien anak rawat inap usia 0-12 tahun di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro tahun 2014.
2. Terdiagnosa pneumonia dan mendapat terapi antibiotik.
3. Minimal data dilengkapi dengan berat badan, nama obat, dosis obat, frekuensi obat,
dan durasi penggunaan obat.
Dari 123 pasien hanya 52 pasien yang memenuhi kriteria tersebut karena sisanya
data RMK tidak lengkap dan pasien mengalami infeksi lain.
C.Analisa Data
Data pasien yang diperoleh dikelompokkan menurut usia, jenis kelamin, dan
antibiotik yang diberikan. Kemudian dianalisis secara deskriptif meliputi parameter tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis dan tepat pasien yang disesuaikan dengan Standar
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit menurut IDAI tahun 2009 dan Modul
Tatalaksana Standar Pneumonia menurut Depkes RI tahun 2010.
D.Jalannya Penelitian
1. Perijinan penelitian
Perijinan penelitian dilakukan dengan mengajukan surat ijin penelitian dari
Fakultas Farmasi UMS kepada Direktur RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yang
disertai degnan proposal penelitian.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mencatat nomor rekam medik pasien melalui unit
4
pneumonia yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun
2014.
3. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan berdasarkan nomor rekam medik dan informasi
penting lainnya, seperti karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, berat badan), diagnosa,
terapi pengobatan (antibiotik, dosis, frekuensi pemberian), dan keadaan klinis pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah pasien anak terdiagnosa pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 sebanyak 123 pasien. Berdasarkan kriteria inklusi,
jumlah sampel yang dapat diambil yaitu sebanyak 52 sampel.
A.Karakteristik Pasien Anak Terdiagnosa Pneumonia
Tabel 1. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
Keterangan Jumlah Persentase (%), n = 52
Usia : Bayi (0-1 tahun) Balita (1-5 tahun) Anak (5-12 tahun)
31 Jenis Kelamin :
Laki-laki Pneumonia dengan penyakit
penyerta bukan infeksi
33 19
63,46 36,54
Penyakit Penyerta : Anemia Wheezing Infant Conjunction OD
1. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan usia dan jenis kelamin
Data dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pneumonia pada pasien
anak banyak terjadi pada usia bayi (0-1 tahun) dengan persentase 59,62%, balita (1-5
tahun) 38,46%, dan anak (5-12 tahun) 1,92%. Depkes RI (2008) menyebutkan, bayi dan
balita lebih rentan terkena penyakit pneumonia karena sistem imunitas yang belum
mempengaruhi timbulnya pneumonia pada anak. Anak yang tidak memperoleh makanan
cukup dan seimbang, daya tahan tubuhnya dapat melemah dan mudah diserang penyakit
infeksi (Soekirman, 2000).
Kasus pneumonia pada pasien anak dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
51,92%. Sedangkan pada pasien anak dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
48,08%. Menurut Depkes RI (2004), laki-laki mempunyai tingkat resiko dua kali lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Anak laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami
pneumonia lebih besar dibandingkan anak perempuan karena diameter saluran pernafasan
anak laik-laki lebih kecil dibandingkan perempuan, selain itu terdapat perbedaan daya
tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan (Hartanti, 2011).
2. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan gejala penyakit
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pasien di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
yang mengalami batuk sebanyak 43 kasus dengan presentase 82,69% dan yang mengalami
sesak nafas sebanyak 41 kasus dengan presentase 78,85%.
3. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan diagnosa penyakit
Dari hasil yang diperoleh, terdapat 33 pasien (63,46%) terdiagnosa pneumonia
tanpa penyakit penyerta dan 19 pasien (36,54%) terdiagnosa pneumonia dengan penyakit
penyerta bukan infeksi.
4. Deskripsi pasien anak terdiagnosa pneumonia berdasarkan penyakit penyerta
Distribusi pasien anak terdiagnosa pneumonia dengan penyakit penyerta
berdasarkan catatan rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yaitu anemia
(11,54%) dan gizi buruk (7,69%) menjadi penyakit penyerta yang paling banyak pada
pasien anak terdiagnosa pneumonia. B.Karakteristik Penggunaan Antibiotik
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Terapi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Persentase (%), n = 52
Antibiotik Ampicillin + Cloramphenicol 21 40,39
Ampicillin + Gentamicin 17 32,69
Ampicillin 11 21,16
Amoxicillin oral 1 1,92
Ceftriaxone 1 1,92
Cefotaxime + Amikasin 1 1,92
1. Penggunaan antibiotik untuk pasien anak terdiagnosa pneumonia
Antibiotik ampicillin + cloramphenicol (40,39%), ampicilin + gentamicin
(32,69%), dan ampicillin (21,16%) paling banyak digunakan di RSUP Dr. Soeradji
6
2. Penggunaan antibiotik tunggal dan kombinasi
Data penggunaan antibiotik pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro meliputi
penggunaan obat tunggal dan kombinasi.
Tabel 3. Distribusi Karakteristik padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
Pengobatan Frekuensi Persentase (%), n = 52 Tunggal :
Ampicillin Amoxicillin oral Ceftriaxone
Kombinasi : Ampicillin + Cloramphenicol Ampicillin + Gentamicin Cefotaxime + Amikasin
11
Pengobatan secara kombinasi dengan rute IV lebih banyak digunakan di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro tahun 2014. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk
mempermudah penggunaan obat pada pasien anak dan mempercepat kerja dari obat
tersebut. Antibiotik intravena juga diberikan pada pasien anak pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral.
C.Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat
1. Tepat Indikasi
Tabel 4. Evaluasi Ketepatan Indikasi padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
Antibiotik Keterangan Persentase (%)
Amoxicilin Tepat
100 Ampicillin Tepat Ampicillin + Cloramphenicol Tepat
Ampicillin + Gentamicin Tepat
Cefotaxime + Amikasin Tepat
Ceftriaxon Tepat
Tepat indikasi adalah ketepatan pemilihan obat yang berdasarkan gejala dan adanya
diagnosa pneumonia. Semua antibiotik yang digunakan tepat indikasi karena diagnosa
pasien adalah pneumonia, dimana menurut standar IDAI dan Depkes RI terapi pneumonia
menggunakan antibiotik. Ketepatan indikasi ini hanya dilihat berdasarkan pengobatan
antibiotik yang digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
2. Tepat Obat
Tabel 5. Evaluasi Ketepatan Obat padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
Antibiotik Usia Keterangan Persentase
(%)
Ampicillin 2 bulan-7 tahun Tepat
100
Amoxicillin oral 7 bulan-8 bulan Tepat
Ampicillin + Cloramphenicol 2 bulan-9 tahun Tepat
Ampicillin + Gentamicin 19 hari-9 tahun Tepat
Cefotaxime + Amikacin 1 bulan-5 bulan Tepat
Antibiotik kombinasi diberikan untuk meningkatkan aktivitas antibiotik dan
memperlambat atau mengurangi resiko timbulnya bakteri resisten (Kemenkes, 2011).
Kombinasi antibiotik ampicillin + cloramphenicol dan ampicillin + gentamicin sudah
sesuai dengan standar yang digunakan. Namun pada kombinasi cefotaxim + amikacin tidak
sesuai dengan standar yang digunakan. Amikacin dapat digunakan untuk pengobatan
pneumonia. Pada pengujian sensitifitas antibiotik, amikacin lebih sensitif pada bakteri
Pseudomonas aeruginosa dibandingkan dengan bakteri penyebab pneumonia. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa drug of choice pengobatan pneumonia lebih dipilih
daripada menggunakan amikacin (Refdanita, 2004).
3. Tepat Dosis
Tabel 6. Evaluasi Ketepatan Dosis padaPasien Anak Rawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2014
No. Kasus Antibiotik Keterangan
Persentase (%)
Amoxicillin oral Dosis kurang
92,3 3,85 3,85
Ampicillin Dosis kurang
Inj. Ampicillin + Cloramphenicol Dosis kurang Inj. Ampicillin + Gentamicin Dosis berlebih Inj. Cefotaxime + amikacin Dosis kurang
8 Inj. Ampicillin Tepat dosis
12 Inj. Ceftriaxon Tepat dosis
Setelah dirata-rata, penggunaan antibiotik baik injeksi maupun oral, dosis yang
digunakan tidak tepat dengan dosis standar. Banyak terjadi pemberian dosis berlebih dan
pemberian dosis yang kurang. Dari 52 pasien anak terdiagnosa pneumonia, hanya ada
3,85% penggunaan antibiotik yang tepat dosis, yaitu pada kasus nomer 8 dan 12. Ketepatan
dosis pasien anak dihitung berdasarkan perkalian berat badan dengan dosis satu kali
pemakaian.
Pemberian dosis yang berlebih akan mengakibatkan hepatotoksik, iritasi sistem
pencernaan, dan timbul beberapa efek samping lainnya. Bukan hanya dosis berlebih saja
yang akan merugikan pasien. Pemberian dosis yang kurang juga akan mengakibatkan tidak
tercapainya sasaran terapi sehingga memperlama kesembuhan pasien.
4. Tepat Pasien
Tepat pasien adalah pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan dan gejala
yang dialami pasien anak terdiagnosa pneumonia. Pada tepat pasien ini, dilihat dari
perbandingan antibiotik yang digunakan dengan penyakit penyerta yang diderita pasien.
Hasilnya adalah 100% tepat karena pemberian terapi sesuai dengan indikasi, keluhan, dan
8
D.Kendala yang Dihadapi Selama Penelitian
Selama melakukan penelitian ini peneliti mengalami beberapa kendala, yaitu tulisan
dokter atau perawat yang sulit untuk dibaca dan ketidaklengkapan atau hilangnya data
rekam medik pasien.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari 52 pasien terdiagnosa pneumonia di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
tahun 2014 ditemukan penggunaan antibiotik terbanyak adalah ampicillin +
cloramphenicol (40,39%), ampicillin + gentamicin (32,69%), dan ampicillin (21,16%).
Penelitian evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak terdiagnosa pneumonia di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tahun 2014 dapat disimpulkan
bahwa ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 100%, ketepatan dosis
3,85% (92,3% dosis pemberian kurang dan 3,85% dosis pemberian berlebih), dan
ketepatan pasien 100%.
B.Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti selanjutnya : perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar hasil
yang didapatkan lebih valid.
2. Bagi rumah sakit : sebaiknya data RMK juga sebaiknya disimpan dengan baik agar
tidak ada RMK yang hilang sehingga menyulitkan dalam melakukan penelitian.
DAFTAR ACUAN
Depkes RI, 2004, Angka Kematian Bayi Masih Tinggi, ISPA Pembunuh Utama, Jakarta, Dirjen PPM & PL.
Depkes RI, 2006, Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, bab 4, hal: 86, Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis, hal: 253, Jakarta, IDAI.
Hartati, Susi. 2011, Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia.
Kartasamita, 2010, Pneumonia Pembunuh Balita, Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 3, Jakarta, Kemenkes RI.
Kemenkes, 2010, Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, hal: 31, Jakarta, Kemenkes RI.
Refdanita, Maksum R., Nurgani A., Endang P., 2004, Pola Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001 - 2002, Makara Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Desember 2004: 41-48.
Salih, et al., 2014, “Poor adherence to the World Health Organization guidelines of treatment of severe pneumonia in children at Khartoum”, Sudan, BMCResearch Notes 2014, 7 :531.
Sectish, T.C., & C.G., Prober, 2007, Pneumonia. In: Behrman R.E., et al (editor). Nelson’s Textbook of Pediatrics, 18th edition. WB Saunders, New York, page 1795-1799.