• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI TINGKAT BAHAYA EROSI PERMUKAAN PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS LAU PADUNG KECAMATAN NAMORAMBE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI TINGKAT BAHAYA EROSI PERMUKAAN PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS LAU PADUNG KECAMATAN NAMORAMBE."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TINGKAT BAHAYA EROSI PERMUKAAN

PADA LAHAN PERTANIAN DI SUB DAS LAU

PADUNG KECAMATAN NAMORAMBE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperolah Gelar Sarjan Pendidikan

Oleh :

AGAM SITUMORANG NIM. 3103131002

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Agam Situmorang, 3103131002. Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Permukaan pada

Lahan Pertanian di Sub DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bahaya erosi permukaan (ton/ha/tahun) di Sub DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe (2) Erosi terbolehkan pada lahan pertanian di Sub DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe. (3) Kelas tingkat bahaya erosi pada lahan pertanian di Sub DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 di Sub DAS Lau Padung, Kecamatan Namorambe. Populasi dalam penelitian ini adalah 11 satuan lahan dan sekali gus menjadi sampel diambil dengan teknik Stratified propotional Sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran, teknik observasi, teknik studi dokumentasi dan analisis laboratorium kemudian dianalisis secara deskriptip kualitatif.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala

rahmat dan Kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi Permukaanpada Lahan Pertanian di Sub-DAS

Lau Padung Kecamatan Namorambe”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Jurursan Pendidikan Geografi Fakults Ilmu Sosial.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak

mendapat kesulitan, tanpa bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka

penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Untuk itu pada kesempatan

ini saya menuliskan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtuaku, Simon Situmorang dan Rohana Bukit yang tiada lelah

memeberikan dukungan moral dan material kepada saya sehingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M. Si selaku Rektor Universitas NegeriMedan

3. Bapak Dr. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UniversitasNegeri

Medan.

4. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan

PendidikanGeografi Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Nahor M, Simanungkalit, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah banyak memberi masukan, arahan dan bimbingan dalam

menulisproposal hingga menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak M. Ridha Damanik, M.Sc Dosen Jurusan Pendidikan Geografi

(7)

v

7. Seluruh Staf Pengajar Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak

memberikanpengetahuan dan bimbingan selama penulis menempuh

pendidikan diJurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.

8. Abang dan kakak ku Benteng situmorang dan seluruh keluarga, Namjoni

Situmorang dan seluruh keluarga, Mita Situmorang dan seluruh Keluarga,

Meri Situmorang dan adikku tersayang Ferdinan Situmorang dan Erik

Purnama Situmorang yang telah mencurahkan kasih sayang, perhatian,

pengorbanan, doa, dorongan dan semangat selama hidup ku ini.

9. Kelompok Kecil Kurious Small Group, Kak Lonita, Parlin, Kalawati, Jhontri

dan Gustinar juga kelompok kecil The Glory Small Group Febrita, Kristina,

Sanjana, Emma, Silvya dan Irma yang selalu mendoakan ku.

10.Koordinasi UKMKP UP-FIS Melda, Nijar, Hariati, Jhontri, Regina dan Parlin

yang memberikan dukungan dalam Doa.

11.Sahabat-sahabatku Anyelir Kembang Ayu, Dedy Satria, Kartika Hardo dan

semua kelas B’Reguler 2010, A, C reguler dan AB ekstensi geografi 2010

atas motivasi dan doanya.

12.Teman-teman PERMATA RITANA dan segenap jemaat GBKP RITANA

yang telah memberikan dorongan dan doa.

Saya menyadari kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki, tidak

terkecuali skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi dapat bermanfaat khususnya bagi

saya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang Geografi.

Medan, Agustus 2014

(8)

vii

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teori ... 8

B. Penelitian Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Lokasi Daerah Penelitian ... 35

B. Populasi dan Sampel ... 35

C. Variabel dan Defisi Operasional Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Langkah-langkah penelitian ... 38

F. Teknik Analisis Data ... ...40

(9)

viii

A. Kondisi Fisik ...41

B. Kondisi Non Fisik...55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...60

A. Hasil...60

B. Pembahasan ...73

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN...82

A. Kesimpulan...82

B. Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA...84

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

1. Klasifikasikan intensitas hujan ...12

2. Nilai faktor P untuk berbagai tindakan konservasi tanah khusus ...21

3. Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-Tanah di Indonesia ...24

4. Kelas Bahaya Erosi ...26

5. Kriteria Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi ...27

6. Nama desa di Kecamatan Namorambe dan luasnya ...42

7. Kelas kemiringan lereng di Sub DAS Lau Padung ...43

8. Penggunaan lahan di Sub DAS Lau Padung ...47

9. Satuan lahan di Sub DAS Lau Padung ...52

10.Komposisi jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Namorambe ...58

11.Erosivitas (R) di Sub-DAS Lau Padung ...61

12.Nilai K pada tanah-tanah di Sub DAS Lau Padung ...62

13.Panjang dan Kemiringan lereng di Sub DAS Lau Padung...63

14.Nilai C pada lahan-lahan di Sub DAS Lau Padung ...65

15.Nilai P pada lahan di Sub DAS Lau Padung ...66

16.Tabel perhitungan bahaya erosi di Sub DAS Lau Padung ...67

17.Kehilangan Tanah oleh Erosi Setiap Satuan Lahan ...67

18.Kelas bahaya erosi di Sub DAS Lau Padung ...68

19.Laju erosi terbolehkan di Sub DAS Lau Padung...69

20.Indeks Bahaya Erosi Aktual di Sub DAS Lau Padung ...70

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Uraian Hal

1. Nomograf erodibilitas tanah ...20

2. Kerangka Berpikir ...34

3. Peta Sub DAS Lau Padung ...44

4. Peta kelas Kemiringan Lereng Sub DAS Lau Padung ...45

5. Peta Bentuk Lahan Sub DAS Lau Padung ...48

6. Peta Jenis Tanah Sub DAS Lau Padung ...49

7. Peta Tutupan Lahan Sub DAS Lau Padung ...50

8. Peta Satuan Lahan Sub DAS Lau Padung ...56

9. Peta Titik Sampel Sub DAS Lau Padung ...57

10.Peta Indeks Bahaya erosi di Sub DAS Lau Padung...71

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Klasifikasi Penutup Lahan...85

2. Indeks C Pada Tumbuhan Oleh Suripin (2004)...88

3. Hasil Analisis Lab...90

4. Data Curah Hujan Stasiun Pancur Batu...91

5. Penamaan Bentuk Lahan Dengan Simbol Huruf...92

6. Gambar Penelitian...93

7. Klasifikasi Tipe Iklim Menurut Schmidth Ferguson...99

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai

pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak

digunakan, tanah dapat mengalami pengikisan (erosi) akibat bekerjanya

faktor-faktor penyebab erosi. Keseimbangan alam mengakibatkan tanah dapat

mengalami proses erosi atau pengikisan secara sendirinya, erosi ini sering disebut

dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

karena lajunya seimbang dengan pembentukan tanah di tempat terjadinya erosi

tersebut. Kehadiran manusia disadari atau tidak, mulai meningkatkan laju erosi.

Erosi ini dikenal sebagai erosi dipercepat atau accelerated erosion.

Menyadari akan bahaya atau dampak yang ditimbulkan oleh erosi,

manusia telah berusaha untuk mengendalikannya. Pengendaliannya di sini bukan

berarti mencegah erosi, tetapi mengurangi laju kehilangan tanah mendekati laju

yang terjadi pada kondisi alami. Provinsi Sumatera Utara dikenal memiliki enam

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tergabung dalam satu wilayah sungai yaitu

Wilayah Sungai Belawan-Ular- Padang (WS BUP) dengan luas seluruhnya

6.215,66 km2dimana DAS Belawan merupakan salah satunya. DAS belawan

merupakan salah satu bagian dari WS BUP yang langsung melintasi daerah kota

Medan mulai dari hulu hingga ke hilir. Hulu sungai Belawan di Kabupaten Deli

Serdang yaitu Sibolangit dan Kuta Limabaru hingga bermuara pada daerah hilir di

Kecamatan Hamparan Perak kemudian terus mengalir hingga ke selat Malaka

(14)

Sub-2

DAS yang memiliki perbedaan kerentanan terhadap erosi. Sub-DAS Lau Padung

adalah salah satu dari banyak sub DAS yang berada di seputar Kecamatan

Namorambe.

DAS mempunyai peran penting dalam menjaga kelestarian sumberdaya

air. Manusia memanfaatkan lahan dalam DAS untuk berbagai kepentingan dalam

menunjang kelangsungan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Interaksi

manusia terhadap DAS (pertanian, permukiman, dll) dapat memberi dua macam

dampak, yang menguntungkan adalah peningkatan kondisi sosial ekonomi, akan

tetapi dampak negatifnya adalah penurunan fungsi DAS yang ditandai dengan

terus meningkatnya angka erosi lahan dalam kawasan DAS itu sendiri.

Berdasarkan Interpretasi peta sebaran potensi erosi dan sedimentasi pada lahan

(ton/ha/thn) SWS Belawan-Ular-Padang terlihat bahwa dari tahun ke tahun

jumlah laju erosi terus mengalami peningkatan, tercatat tahun 1995 tingkat erosi

DAS Belawan jumlah erosi 0,000 – 9,967 ton/ha/thn, namun pada tahun 2008

tingkat erosi DAS Belawan jauh meningkat hingga mencapai angka 19,907 –

52,610 ton/ha/thn. Hal ini menyebabkan begitu pentingnya memperhatikan tingkat

erosi pada DAS maupun Sub-sub DAS yang ada di seputar DAS Belawan.

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

bermata pencarian sebagai petani. Untuk memperoleh hasil pertanian yang

maksimal masyarakat menggunakan berbagai cara dalam pengelolaan lahan

pertanian. Pengelolaan tersebut mengakibatkan tanah mengalami perubahan baik

positif maupun negatif. Tindakan-tindakan manusia dalam pelaksanaan pertanian

dapat mempercepat proses erosi atau menyebabkan terjadinya erosi dipercepat

(15)

3

1) curah hujan 2) panjang lereng 3) vegetasi penutup 4) kemirigan lereng 5) tanah

dan 6) manusia. Erosi di pengaruhi oleh hujan, angin, limpasan permukaan, jenis

tanah, kemiringan lereng, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya, dan

ada atau tidaknya tindakan konservasi (Rahim, 2003). Dari keseluruhan faktor

penyebab erosi, manusia merupakan pengaruh besar yang melampaui erosi

terbolehkan. Dalam penggunaan tanah manusia sudah melaksanakan konservasi

tanah namun sering sekali konservasi tersebut tidak berhasil.

Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara

penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan

memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan tanah (Arsyad,2000). Manusia sudah melakukan tindakan konservasi

sejak lama dengan berbagai cara dan metode. Namun tidak jarang konservasi

tersebut mengalami kegagalan, sehingga mengakibatkan laju erosi yang semakin

tinggi. Pada lahan pertanian, konservasi yang dilakukan sering menambah laju

erosi.

Erosi dapat menyebabkan kerusakan lahan pada daerah yang terkena erosi

dan sedimentasi pada daerah tempat tanah diendapkan. Hal ini akan menyebabkan

lahan pertanian semakin keritis dan terjadi banjir di daerah endapan. Maka dari itu

perlu di adakannya pengevaluasian atas besarnya laju erosi yang terjadi agar dapat

menyusun strategi konservasi terbaik pada lahan tersebut. Pengukuran tingkat

bahaya erosi dilakukan untuk mengetahui jumlah tingkatan bahaya erosi yang

terjadi pada suatu lahan pertanian di Sub-DAS Lau Padung, sehingga kita dapat

mengetahui lahan-lahan mana yang akan diperioritaskan untuk dijadikan lahan

(16)

4

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara

yang memiliki potensi cukup besar dalam bidang pertanian. Daerah dengan luas

249.772 hektar ini memiliki potensi lahan pertanian seluas 243.957 hektar. Ini

artinya, daerah yang memiliki 22 kecamatan serta 380 desa dan 14 kelurahan ini,

semuanya terdapat lahan pertanian. Sedangkan lahan khusus terkait

persawahan/ladang untuk tanaman padi saat ini sudah mencapai 90.601 ha atau

36,27% dari luas lahan di Kabupaten Deli Serdang, dimana lahan sawah irigasi

seluas 25.002 ha, lahan sawah non irigasi seluas 19.365 ha dan lahan kering

ladang/huma seluas 46.234 ha. Banyak hutan diolah menjadi lahan pertanian oleh

masyarakat tanpa memperhatikan kemiringan lereng, sehingga di sub-DAS ini

sering terjadi longsoran dan banyak terangkut tanah yang diendapkan di sub-DAS

ini.

Bahaya erosi meningkat dengan berkembangnya budidaya pertanian tanpa

didukung pengelolaan yang baik dan didukung oleh keadaan alamiahnya.

Kecamatan Namorambe merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Deli Serdang, dengan ketinggian rata-rata 350-500 meter diatas

permukaan laut. Kecamatan Namorambe memiliki tiga puluh empat desa, dan 2

kelurahan (Kecamatan Namorambe dalam angka, 2014). Kecamatan Namorambe

memiliki kondisi alam yang beraneka ragam, mulai dari datar, bergelombang

sampai pada berbukit.Sebahagian besar masyarakat Kecamatan Namorambe

bermata pencarian sebagai petani, dan sebagian besar merupakan petani

holtikultural, yang mengelola tanaman dalam waktu yang singkat dan

(17)

5

Semakin tinggi kemiringan suatu lahan akan membuat tanah tersebut

mudah tererosi, sehingga memiliki tingkat bahaya erosi yang tinggi. Selain itu

pengelolaan lahan di sub-DAS Lau Padung pada tahap tradisional , yaitu dengan

memanfaatkan lahan-lahan curam tanpa proses konservasi yang benar sehingga

erosi semakin besar dan melewati erosi terbolehkan. Data curah hujan yang

diperoleh dari stasiun hujan Sampali tercatat bahwa rata-rata curah hujan tahunan

lebih besar dari 2100 mm/tahun. Topografi yang kasar serta intentitas curah hujan

yang besar pada wilayah ini menunjukkan kemungkinan terjadinya bahaya erosi

yang tinggi.

Pengelolahan lahan pertanian yang kurang harmonis, keadaaan alam yang

mendukung terjadinya erosi di daerah ini sehingga sangat perlu diadakannya

penelitian tentang laju erosi untuk menanggulangi betambahnya bahaya erosi

yang terjadi yang akan menyebabkan lahan pertanian di sub-DAS Lau Padung

semakin kritis.Untuk itu perlu dilakukanEvaluasi Tingkat Bahaya Erosi

Permukaan pada Lahan Pertanian di Sub-DAS Lau Padung Kecamatan

Namorambe.

B. Identifikasi Masalah

Faktor umum yang mendukung erosi adalah iklim, vegetasi penutup, panjang

dan kemiringan lereng, dan tanah, dan perbuatan manusia menjadi pendukung

besar erosi yang melampaui erosi terbolehkan. Karena Indonesia merupakan

negara agraris, dengan pekerjaan masyarakat yang sebagian besar bertani,

mengakibatkan pengelolaan lahan yang begitu besar pada lahan-lahan di

Indonesia. Namun pengelolaan yang dilakukan sering sekali mengakibatkan laju

(18)

6

C. Pembatasan Masalah

Tanah yang bervariasi, kemiringan lereng yang bervariasi, dan kegiatan

pertanian diatasnya yang bervariasi menyebabkan bervariasinya kekuatan erosi.

Kedalaman tanah yang berbeda juga akan menyebabkan tingkat bahaya erosi yang

berbeda . Melihat luasnya masalah maka, pembatasan masalah pada evaluasi

tingkat bahaya erosi permukaan pada lahan pertanian di Sub-DAS Lau Padung

Kecamatan Namorambe.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah di jabarkan diatas, maka peneliti

merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana bahaya erosi permukaan (ton/ha/tahun) pada lahan pertanian di

Sub-DAS Lau Padung Kecamatan Namorambe?

2. Bagaimana erosi terbolehkan pada lahan pertanian di Sub-DAS Lau

Padung Kecamatan Namorambe?

3. Bagaimana kelas tingkat bahaya erosi pada lahan pertanian di Sub-DAS

Lau Padung Kecamatan Namorambe?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahuiberat bahaya erosi permukaan (ton/ha/tahun) dan erosi

terbolehkan pada lahan pertanian di Sub-DAS Lau Padung Kecamatan

Namorambe.

2. erosi terbolehkan pada lahan pertanian di Sub-DAS Lau Padung

Kecamatan Namorambe

3. Untuk mengetahui kelas tingkat bahaya erosi pada lahan pertanian di

(19)

7

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat untuk:

1. Bahan masukan bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperbaiki

pengelolaan lahan pertanian mereka untuk mengurangi bahaya erosi pada

lahan pertanian.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teoritis bagi

bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam mengaji geografi fisik.

3. Bahan refrensi bagi peneliti lain dalam bidang yang sama pada waktu dan

tempat yang berbeda.

4. Menambah wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan di lingkungan

(20)

84

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press.

Elfayetti. 2012. Geografi Pertanian. Medan: Universitas Negeri Medan

Kartasapoetra, dkk, 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Mangunita, Maria. 2008. Study Tentang Lereng Permukaan Tanah dan Potensi Erosi di Sub DAS Aek Arung di Daerah Aliran Sungai Aek Sigeaon Kecamatan Sipoholon. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Munte. 2010. Kajian Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Penggunaan Lahan Tanaman Pangan (Ubi Kayu) di Lahan Percobaan USU Kwala Bekala.

Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Nurjanah, dkk, 2011. Manajemen Bencana. Bandung: penerbit Alfabeta.

Ridiza, Elsa. 2013. Analisis TBE di Sub DAS Babura. Skripsi: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Sarumpaet, Jontri. 2014. Evaluasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Permukaan untuk Arahan Konservasi Tanah dan Lahan Pertanian di Desa Merdeka Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Skripsi. Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Simanungkalit, Amos. 2013. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Tanah Andisol Pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Metode USLE di Desa Kutarakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya lahan. Bandung: Tarsito.

Suranta, Eva. 2012. Indeks Erosi Berdasarkan Kemiringan dan Panjang Lereng di Desa Pangambatan Kecamatan Merek. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. http://hargajateng.org/sensus-pertanian-2013.html, diakses 12, April 2014 pukul

23.23 WIB

Referensi

Dokumen terkait

objek penelitian adalah sebuah komunitas musik indie “KIRANA” di kota Medan, dan subjek penelitian yang penulis pilih adalah peran dari fungsi fungsi komunikasi.

Nilai p menunjukkan ≤ 0,05 yang berarti ada hubungan antara beban kerja dan kelelahan kerja pada mahasiswa teknik sipil Undip dalam praktikum Ilmu Ukur

Media online yang saat ini sedanga diminati oleh kalangan masyarakat dari berbagai usia menjadikan peluang bisnis yang sangat menjanjikan, hanya dengan memposting foto prodak

meninjau dan menyesuaikan tarif retribusi kebersihan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng Nomor 2 tahun 1995 tentang Retribusi

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011, Trento,

Menurut Cambridge (1997, hal, 4), ginjal terletak dalam rongga sepanjang kolumna vertebralis, dan tepat dibawah iga yang paling bawah. Ginjal dikelilingi oleh pelindung lemak

Instrumen pengumpul data dalam penelitian pengembangan ini menggunakan teknik non tes angket.Purwoko dan Titin (2007:26) angket atau kuisioner adalah metode

Beban kognitif intrinsic yang muncul dalam belajar geometri berhubungan dengan kesulitan siswa dalam membayangkan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam bangun