7
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK BERBASIS MACROMEDIA FLASH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Setiadi Yusron NIM. 08501244034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK BERBASIS MACROMEDIA FLASH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Oleh : Setiadi Yusron
08501244034
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik berbasis berbasis Macromedia Flash yang akan dikembangkan bagi calon pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta terhadap media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau research and development (R&D) menggunakan model sekuensial linier dengan tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut: (1) analisis, (2) desain, (3) implementasi (kode), dan (4) evaluasi (tes). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menempuh mata kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
Hasil penelitian ini adalah penilaian Media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik berbasis macromedia flash sudah layak digunakan sebagai pendukung pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik ditinjau dari sisi calon pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik berbasis Macromedia Flash ini dikatakan layak karena diperoleh hasil rerata skor 2,93 dari skor maksimal 4. Secara persentase 35% subjek memberi penilaian dengan kategori cukup layak, dan 65% memberi penilaian dengan kategori layak.
Motto
Dont look back, but step out ahead
”Jangan melihat kebelakang, tapi melangkahlah kedepan”.
“Jika Ilmu Sudah Ada Di Dalam Kepalamu, Maka Dunia Telah Berada Di Dalam Genggamanmu”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dan puji syukur kepada ALLAH SWT yang selalu
memberikan karunia dan kelancaran sehingga tugas akhir skripsi ini
selesai disusun.
KARYA TUGAS AKHIR SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan nasehat, doa dan
motivasi kepada ananda.
2. Adikku Rusmania Intang Swaseny dan Ahmad Muzanni Husein yang
selalu membuat ceria kepada kakakmu.
3. Calon pendamping hidupku Fitria Hidayati yang selalu memberi
dukungan, semangat dan keceriaan.
4. Sahabat-sahabat ku yang ada di Jogja dan di Lombok.
5. Sahabat dan Teman-teman Elektro Kelas D 2008 yang memberikan
semangat, keceriaan dan senyum kalian.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga atas ijin dan ridhonya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir skripsi ini dengan judul
“Pengembangan Media Pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik Berbasis
Macromedia Flash Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Muhamad Ali, M.T, selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas
bimbingannya yang telah diberikan dalam penyusunan Tugas Akhir
Skripsi yang banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan
selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Muh. Khairudin, Ph.D, dan Sigit Yatmono, M.T, selaku validator
instrument penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan
sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai tujuan.
3. Sunyoto, M.Pd dan Ariadie Chandra Nugraha, M.T, selaku Penguji Utama
dan Sekertaris Penguji yang memberikan koreksi perbaikan secara
4. Ketut Ima Ismara, M.Pd, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Yogyakarta dan Muh. Khairudin, Phd, selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta
beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas
selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS
ini.
5. Dr. Moch Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
6. Para Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta selaku subjek/respon
terhadap penelitian TAS ini.
7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan disini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan
TAS ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di
atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah
SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca
atau pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iv
ABSTRAK………... v
HALAMAN MOTTO... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR TABEL... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Rumusan Masalah... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar…... 6
1. Media Pembelajaran ... 8
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 8
b. Fungsi Media Pembelajaran ... 9
c. Manfaat Media Pembelajaran ... 11
d. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 13
2. Multimedia ... 14
a. Definisi Multimedia ... 14
b. Komponen Multimedia ... 15
c. Tahapan Pengembangan Multimedia ... 17
3. Mata Kuliah Sistem Proteksi ... 18
4. Adobe Flash CS6 ... 39
B. Kajian Penilitian yang Relevan ... 56
C. Kerangka Fikir ... 57
D. Pertanyaan Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan ... 58
B. Prosedur Pengembangan ... 59
1. Analisis ... 59
2. Desain ... 60
3. Implementasi (kode) Analisis ... 60
C. Tahapan Penelitian ... 63
D. Subjek Penelitian ... 65
E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 65
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 66
1. Metode Pengumpulan Data ... 66
2. Alat Pengumpulan Data ... 67
G. Teknik Analisi Data ... 73
1. Analisis Kualitas Produk Yang Dihasilkan ... 74
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Penilaian Media SPTL Dari Mahsiswa... 76
B. Pembahasan ... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Relai ... 19
Gambar 2 Relai Jenis Amatur Berengsel ... 24
Gambar 3 Metode Kutub Bayang ... 26
Gambar 4 Diagram Fase Piringan Induksi ... 27
Gambar 5 Metode Wattmetrik... 28
Gambar 6 Relai Jenis Magkuk Induksi ... 29
Gambar 7 Relai Jenis Torak ... 30
Gambar 8 Elemen-Elemen Relai Statis ... 32
Gambar 9 Relai Arus Lebih Seketika ... 35
Gambar 10 Prinsip Relai Jarak ... 36
Gambar 11 Pengawatan Dasar Relai Diferensial ... 38
Gambar 12 Interface Adobe Flash ... 40
Gambar 13. Komponen Adobe Flash CS6 ... 40
Gambar 14. Tools ... 41
Gambar 15. Timeline ... 44
Gambar 16. Stage ... 45
Gambar 17. Properties ... 46
Gambar 18. Action Script ... 47
Gambar 19. Ruller ... 48
Gambar 20. Document Setting ... 48
Gambar 22. Cara Menyimpan Lembar Kerja ... 51
Gambar 23. Mengolah Layer ... 51
Gambar 24. Menyisipkan Layer Baru ... 52
Gambar 25. Mengubah Nama Layer ... 52
Gambar 26. Mengubah Posisi Layer ... 53
Gambar 27. Mengunci Layer ……...…………...… 54
Gambar 28. Menyembunyikan Layer ...………...… 54
Gambar 29. Menghapus layer ...………... 55
Gambar 30. Membuat folder ...…………... 55
Gambar 31. Model Sekuensial Linier ... 58
Gambar 32. Diagram Penelitian Pengembangan Media Pembelajaran ... 62
Gambar 33. Diagram Tahapan Penelitian ... 63
Gambar 34. Grafik Penilaian Mahasiswa Per Aspek ...…………... 78
Gambar 35. Grafik Kategori Aspek Materi …………...……...… 80
Gambar 36. Grafik Kategori Aspek Kemanfaatan ... 81
Gambar 37. Grafik Kategori Aspek Materi ... 82
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Untuk Ahli Materi ... 67
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Untuk Ahli Media ...…... 69
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Untuk Mahasiswa ………... 71
Tabel 4. Kriteria kategori penilaian Ideal ...…... 75
Tabel 5. Penilaian Per Aspek Mahasiswa ... 77
Tabel 6. Kategori Penilaian Responden ... 79
Tabel 7. Kategori Aspek Materi ... 79
Tabel 8. Kategori Aspek Kemanfaatan... 80
Tabel 9. Kategori Aspek Media ... 81
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar pendidik atau pengajar
untuk membantu peserta didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Pembelajaran terjadi proses komunikasi antara
peserta didik dan pengajar atau pendidik. Pembelajaran bertujuan untuk
mencapai perkembangan optimal pada peserta didik yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang membawa anak didik pada pemahaman.
Kualitas suatu kegiatan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, di
antaranya kompetensi pendidik, karakteristik kelas, besarnya kelas, suasana
belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia, serta karakteristik sekolah
atau perguruan tinggi. Semua faktor tersebut saling mempengaruhi antara
yang satu dengan yang lain. Apabila salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas kegiatan pembelajaran tidak terpenuhi, maka kualitas suatu kegiatan
pembelajaran tersebut kurang baik.
Salah satu faktor yang juga mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap hal tersebut adalah fasilitas serta sumber belajar diantaranya yaitu
media belajar. Media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting
dalam komponen pembelajaran karena pembelajaran itu merupakan proses
komunikasi yang berlangsung dalam suatu sistem. Media dalam hal ini
berperan sebagai perantara antara pendidik dan peserta didik saat kegiatan
pengiriman pesan dalam proses komunikasi agar kesamaan pemahaman
antara pendidik dan peserta didik lebih cepat terwujud.
Sistem Proteksi Tenaga Listrik merupakan mata kuliah yang ada di
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta. Mata
kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik bersifat teori yang membutuhkan
berbagai media pembelajaran salah satunya merupakan multimedia
pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik berbasis komputer.
Pembelajaran mata kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik di jurusan
Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
selama ini masih menggunakan bantuan media power point. Mahasiswa lebih berperan sebagai objek, sedangkan dosen sebagai sumber ilmu. Di samping
itu, masih banyak dosen yang mengajar menggunakan metode ceramah dan
menggunakan peralatan secara manual seperti spidol, papan tulis dan
peralatan seadanya.
Untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar mahasiwa, pengajar
diharapkan dapat memanfaatkan teknologi komputer dan internet yang saat
ini terbilang sangat pesat kemajuannya terutama dalam perangkat lunak
(software). Salah satu bentuk sofware yang saat ini telah dikembangkan yaitu berupa Macromedia Flash. Macromedia Flash ini merupakan media interaktif yang berisi animasi berupa audio maupun visual.
Macromedia Flash yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas oleh ahli materi dan ahli media yang telah dikembangkan oleh
peneliti dalam proyek akhir, dan dinyatakan telah layak digunakan sebagai
media pembelajaran. Terkait dari media pembelajaran ini dapat dilihat pada
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti berusaha mengembangkan
hasil dari proyek akhir untuk mengetahui kelayakan dari calon pengguna yaitu
mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta terhadap media pembelajaran berbasis Macromedia Flash pada mata kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Media yang telah dibuat belum diimplementasikan dalam pembelajaran
pada mata kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik di program studi
Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Media yang telah dibuat belum diketahui kelayakannya ditinjau dari sisi
mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian
ini dibatasi pada pengujian media pembelajaran menggunakan software Macromedia Flash. Media pembelajaran ini akan diuji kelayakannya bagi calon pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai hal yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah
kelayakan media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik berbasis
Macromedia Flash yang telah dikembangkan ditinjau dari sisi calon pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran Sistem Proteksi
Tenaga Listrik berbasis Macromedia Flash bagi calon pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta terhadap media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan
Media pembelajaran interaktif yang akan digunakan dalam penelitian ini
memanfaatkan software Macromedia Flash untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik di tinjau dari sisi
pengguna yaitu mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta. Produk yang akan digunakan berbentuk
perangkat lunak atau aplikasi yang bisa dioperasikan pada komputer, aplikasi
ini dapat dijalankan di semua sistem operasi windows. Materi yang akan disampaikan dengan menggunakan software ini mencakup materi berkaitan dengan relai berupa materi tentang pengertian relai, klasifikasi relai, dan
Materi yang akan disampaikan dengan menggunakan Adobe Flash ini nantinya berupa teks, animasi, dan video yang dimaksudkan untuk menunjang
proses pembelajaran. Adapun untuk penggunaannya, software ini dapat dijalankan di semua sistem operasi berbasis Windows.
G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat di manfaatkan sebagai media
pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik di jurusan Pendidikan
Tenknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran
pembelajaran modern berbasis Macromedia Flash.
c. Meningkatkan pemanfaatan software komputer bagi pembelajaran untuk mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Manfaat praktis
a. Membantu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, terutama pada
pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
b. Membantu memperjelas dalam memahami materi yang disampaikan pada
pembelajaran Sistem Proteksi Tenaga Listrik.
c. Mempermudah tenaga pendidik dalam pengumpulan dan menyampaikan
6 BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut yang
mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan atau sikapnya.
Menurut Sharon E. Smaldino dan James D. Russel (2012: 6). dalam
bukunya “Instruction Technology and Media for Learning”, belajar adalah mengembangkan pengetahuan baru, keterampilan, dan perilaku yang
merupakan intraksi individu dengan informasi dan lingkungan. Lingkungan
dalam pengertian ini tidak hanya yang bersifat lunak, tetapi juga bersifat fisik,
seperti jalan raya, televise, pasar, took, serta lainnya.
Menurut Sabri (2005:20) belajar adalah proses perubahan perilaku
berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
sikap, bahkan meliputi segenap aspek.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang kompleks untuk mencapai berbagai macam
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk memperoleh
kepemahaman.
Proses belajar yang diselenggarakan secara formal
disekolah-sekolah, tidak lain dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri
siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut
dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas siswa, guru,
petugas perpustakaan, kepala sekolah, materi pelajaran (buku, modul,
selebaran, majalah dan lain-lain) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas
(proyektor, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, dan
lain-lain).
Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2012: 15)
mengemukakan beberapa ciri belajar yaitu: (1) Belajar ditandai dengan
adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya
dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil; (2) Perubahan
perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar
untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; (3) Perubahan
tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial; (4)
Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; (5)
Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
1. Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar memerlukan dua unsur yang sangat penting
yaitu, metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan
mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih
ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Proses belajar mengajar
berkaitan erat dengan sumber belajar, yang merupakan kebutuhan
penting ysng bisa menjadi sumber informasi, sumber alat, sumber peraga,
serta kebutuhan lain yang diperlukan dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif akan terjadi jika bahan pembelajaran yang
diperlukan tersedia. Sehingga apa yang disampaikan dosen dapat
diserap mahasiswa secara maksimal.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Azhar Arsyad, 2011:
3). Musfiqon (2012: 26) mengemukakan media pembelajaran ditinjau dari
dua aspek, yaitu pengertian bahasa dan pengertian terminologi. Kata
media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Kata kunci media adalah perantara.
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 9), menjelaskan
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang
disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan
lebih baik dan sempurna. Syukur dalam Musfiqon (2012: 27)
mendefinisikan media sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi antara pengajar dan pelajar dalam proses
pendidikan dan pembelajaran disekolah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan media
pembelajaran adalah alat atau perantara yang dapat membantu proses
belajar yang digunakan untuk memperjelas pesan/informasi yang
disampaikan dengan lebih baik dan sempurna.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Daryanto (2010: 10) berpendapat fungsi media pembelajaran
sebagai berikut: (a) Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang
terjadi pada masa lampau; (b) Mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik, karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang; (c)
Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar
diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan,
baik secara langsung karena terlalu besar atau terlalu kecil; (d)
Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung;
(e) Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya.
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto (2011: 21) mengemukakan
fungsi media pembelajaran sebagai berikut: (a) Fungsi atensi adalah
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian
siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
Fungsi afektif adalah media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau
lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa; (c) Fungsi
kognitif adalah media visual dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar; (d) Fungsi kompensatoris adalah media
pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang
memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah
membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingat
kembali. Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima serta
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.
Fatah Syukur yang dikutip oleh Musfiqon (2012: 33) media
pembelajaran berfungsi sebagai berikut: (a) Membantu memudahkan
belajar bagi siswa dan juga memudahkan proses pembelajaran bagi guru;
(b) Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkrit); (c)
Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak
membosankan); (d) Semua indera siswa dapat diaktifkan; (e) Dapat
membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Musfiqoon (2012: 35) Menjelaskan fungsi media pembelajaran
adalah: (a) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran; (b)
Meningkatkan gairah belajar siswa; (c) Meningkatkan minat dan motivasi
kenyataan; (e) Mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam; (f)
Mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (g)
Meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto yang dikutip dari Lavie dan
Lentz (2011: 25), mengemukakan manfaat media pembelajaran yaitu: (a)
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat
menumbihkan motivasi belajar; (b) Bahan pembelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (c)
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran; (d) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan
belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas
lain seperti mengamati, melakukan, medemonstrasikan, memerankan dan
lain-lain.
Daryanto (2010: 52) mengemukakan manfaat media pembelajaran
adalah sebagai berikut: (a) Memperbesar benda yang sangat kecil dan
tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri dan lain-lain; (b)
Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan
kesekolah seperti gajah, rumah dan lain-lain; (c) Menyajikan benda atau
peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat,
seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, dan lain-lain; (d)
berapi, racun, dan lain-lain; (e) Meningkatkan daya tarik dan perhatian
siswa.
Azhar Arsyad (2011: 26-27), menjelaskan manfaat media
pembelajaran sebagai berikut: (a) Media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar; (b) Media
pembelajaran dapat mengingkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Menurut Arsyad Azhar (2011: 6–7) ciri-ciri umum yang terkandung
dalam media yaitu: (a) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang
dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera; (b)
Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada
siswa; (c) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio;
(d) Media pendidikan memiliki pangertian alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun di luar kelas; (e) Media pendidikan digunakan
dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran; (f) Media pendidikan dapat digunakan secara massal
(misalnya radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya
strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu
ilmu.
d. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Arsyad Azhar dikutip dari Gerlach & Ely (2011: 12),
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media
digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang
mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya yaitu: (a)
Ciri Fiksatif (Fixative Property) menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa
atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer,
dan film. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman
kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu
ditransportasikan tanpa mengenal waktu; (b) Ciri manipulatif
(Manipulative Property) adalah transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang
memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu
dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording; (c) Ciri distributif (Distributive Property) adalah ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada
sejumlah besar siswa dengan dengan stimulus pengalaman yang relatif
sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format
media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan
berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan
terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
sesuatu dikatakan media pembelajaran apabila mempunyai ciri-ciri : (1)
ciri fikasatif, (2) ciri manipulatif, (3) ciri distributif, (4) berbentuk hardware maupun software dan (5) mampu digunakan baik itu secara masal, kelompok besar/kecil maupun perorangan.
2. Multimedia
a.
Definisi MultimediaMenurut Fransiskus Hadi Prasetyo (2007: 1), multimedia
merupakan istilah dari suatu kombinasi antara komputer dan video atau
dengan kata lain multimedia kombinasi dari gambar, teks, grafik, suara,
video dan animasi yang dibuat dengan komputer. Sedangkan menurut
Munir (2012: 2). Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi
berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Sedangkan media berasal dari bahasa Latin, yaitu
medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu.
Hofstetter mengatakan dalam buku Suyanto (2005: 21), multimedia
adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,
grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan
menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakaai melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi dan komunikasi.
Dari definisi pengertian multimedia diatas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengintegrasikan komponen-komponen pendukung informasi yaitu
teks, grafik, audio, video dan animasi menjadi sebuah presentasi
informasi untuk menyampaikan pesan secara benar, cepat, dan menarik
ketika pemakai berinteraksi dengan komputer.
b.
Komponen MultimediaDengan hadirnya komponen multimedia dapat memperkuat
informasi yang didapatkan melalui berbagai jenis media seperti teks,
suara, grafik, animasi dan video (Munir, 2012: 2). Berikut ini penjelasan
komponen multimedia yaitu :Teks adalah suatu kombinasi huruf yang
membentuk satu kata atau kalimat yang menjelaskan suatu maksud atau
materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh orang yang
membacanya.Teks tidak dapat dipisahkan dalam penggunaan komputer.
Teks merupakan dasar dari pengelolaan kata dan informasi berbasis
multimedia. Multimedia menyajikan informasi kepada pengguna dengan
cepat, karena tidak diperlukan membaca secara rinci dan diteliti. Teks
dapat membentuk kata atau narasi dalam multimedia yang menyajikan
bahasa. Kebutuhan teks bergantung kepada penggunaan aplikasi
multimedia.
Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia. Grafik
berarti juga gambar. Gambar merupakan sarana yang tepat untuk
menyajikan informasi, apalagi pengguna sangat berorientasi pada gambar
yang bentuknya visual. Manusia berorientasi pada visual, sehingga
informasi yang menggunakan gambar, animasi, dan video lebih mudah
informasi dalam teks seperti buku, brosur dan lain-lain tidak akan
ditinggalkan karena diperlukan untuk melengkapinya, yaitu bila ingin
memahami dan mempelajari dengan rinci dan teliti.
Gambar merupakan penyampaian informasi dalam bentuk visual.
Gambar bisa berupa dalam bentuk garis, bulatan, kotak, bayangan, warna
dan sebagainya yang dikembangkan dengan menggunakan perangkat
lunak agar multimedia dapat disajikan lebih menarik dan efektif. Elemen
gambar digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan lebih jelas.
Gambar digunakan dalam presentasi atau penyajian multimedia karena
lebih menarik perhatian dan dapat mengurangi kebosanan dibandingkan
dengan teks.
Video pada dasarnya adalah alat atau media yang dapat
menunjukkan simulasi benda nyata. Video juga sebagai media digital
yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar bergerak dan
dapat memberikan ilusi/fantasi. Video juga merupakan sarana untuk
menyampaikan informasi yang menarik, langsung dan efektif. Video pada
multimedia digunakan untuk menggambarkan suatu kegiatan atau aksi.
Video menyediakan sumberdaya yang kaya dan hidup bagi aplikasi
multimedia.
Animasi adalah suatu tampilan ynag menggabungkan antara media
teks, grafik dan suara dalam sutau aktivitas pergerakan. Animasi sebagai
ssatu teknologi yang dapat menjadikann gambar yang diam menjadi
bergerak kelihatan seolah-olah gambar tersebut hidup, dapat bergerak,
beraksi dan berkata. Dalam multimedia, animasi merupakan penggunaan
menjelaskan dan mensimulasikan sesuatu yang sulit dilakukan dengan
video.
Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam bentuk
digital seperti suara, musik, narasi dan sebagainya yang bisa didengar
untuk keperluan suara latar, penyampaian duka, sedih, semangat dan
macam-macam disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Disisi lain audio
juga dapat meningkatkan daya ingat serta bisa membantu bagi pengguna
yang memiliki kelemahan dalam penglihatan.
c.
Tahapan Pengembangan MultimediaMenurut Luther dalam buku Munir (2012: 101), pengembangan
multimedia dilakukan berdasarkan 6 tahap yaitu konsep, desain atau
perancangan, pengumpulan material, pembuatan, testing, dan distribusi.
Pada tahap ini tujuan dan dasar aturan untuk perancangan seperti ukuran
aplikasi, target dalam pengembangan multimedia ditentukan. Pada tahap
ini pun dilakukan identifikasi pengguna, macam aplikasi (presentasi,
interaktif, dan lain-lain) dan spesifikasi umum. Hasil dari tahap konsep ini
biasanya dokumen dengan penulidan yang bersifat naratif untuk
mengungkapkan tujuan pengembangan multimedia.
Tahap desain untuk membuat spesifikasi secara rinci mengenai
rancangan dan kbutuhan untuk pengembangan multimedia. Authoring softwere mulai digunakan dalam pembuatan desain dari stage dan mengatur isi sebaik-baiknya. Desain multimedia menggunakan perangkat
Pengembangan multimedia dapat meningkatkan mutu dan produktivitas
sumber daya manusia.
Pengumpulan material dapat digunakan paralel dengan tahap
pembuatan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti clip art, foto berikut pembuatan gambar grafik, foto, suara dan lain-lain yang
diperlukan untuk pada tahap berikutnya. Proses pembuatan pada tahap
ini aplikasi seluruh multimedia dikembangkan bersama-sama. Pembuatan
aplikasi berdasarkan storyboard atau flowchart view dari tahap desain. Pembuatan palikasi dilakukan modular, yaitu setiap scene diselesaikan, selanjutnya digabungkan seluruhnya menjadi satu kesatuan. Testing
dilakukan setelah tahap pembuatan media dan seluruh data dimasukkan.
Pengguna merasakan kemudahan serta manfaat dari aplikasi tersebut
dan dapat menggunakan sendiri, terutama untuk aplikasi interaktif.
Penggandaan aplikasi menggunakan floppy disk, CD-ROM, tape atau distribusi dengan jaringan sangat diperlukan. Suatu aplikasi
biasanya memerlukan banyak arsip yang berbeda, kadang-kadang
ukuran arsip sangat besar. Arsip akan lebih baik bila ditempatkan dalam
media penyimpanan yang memadai. Tahap distribusi juga merupakan
tahap evaluasi terhadap suatu produk multimedia agar dapat
dikembangkan sistem yang lebih baik.
3. Mata Kuliah Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Mata kuliah sistem proteksi tenaga listrik adalah salah satu mata
kuliah kejuruan yang wajib diambil oleh mahasiswa Program Studi
listrik tenaga. Materi yang diajarkan dalam kuliah sistem proteksi tenaga
listrik diantaranya: 1) Filosofi pengaman, 2) Relai pengaman, 3)
Pengaman generator, 4) dan 5) Pengaman transformator. Keterkaitan
mata kuliah sistem proteksi tenaga listrik dengan penelitian ini yaitu
peneliti hendak membuat atau mengembangkan media pembelajaran
sistem proteksi tenaga listrik terfokus pada materi relai.
Pembahasan relai pada mata kuliah sistem proteksi tenaga listrik
terbagi menjadi tiga bagian yakni: 1) Pengertian relai, 2) klasifikasi relai,
dan 3) jenis-jenis relai.
a. Pengertian Relai Pengaman
Relai pengaman adalah susunan piranti, baik elektronik maupun
magnetik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi
ketidaknormalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau
tidak diinginkan (Supriyadi, 1999).
Gambar 1. Relai
b. Fungsi Relai Pengaman
Menurut Supriyadi (1999) pada prinsipnya relai pengaman yang
1) Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang
terganggu serta memisahkan secepatnya ;
2) Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang
terganggu ;
3) Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain
yang tidak terganggu didalam sistem tersebut serta dapat beroprasi
normal, juga untuk mencegah meluasnya gangguan.
c. Syarat-Syarat Relai Pengaman
Pengaman yang berkualitas baik memerlukan relai pengaman
yang baik juga. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh relai
pengaman, yaitu :
1) Keterandalan (reliability)
Menurut Syafar (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Studi
Keandalan Distance Relay Jaringan 150 KV GI Tello - GI Pare-Pare, keandalan dari sistem proteksi adalah kemampuan suatu relay untuk
dapat bekerja dengan baik dan benar pada berbagai kondisi sistem.
Keandalan sistem proteksi ini dibagi atas dua unsur yakni :
a) Kemampuan relay yang selalu bekerja dengan baik pada
kondisiabnormal (saat terjadi gangguan), dan
b) Kemampuan relay untuk tidak bekerja pada kondisi normal.
Keterandalan dalam kerja relai pengaman maksudnya adalah relai
mampu bekerja pada waktu yamg tepat. Ketika suatu saat terjadi
gangguan maka relai tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi
yang diamankan rusak berat atau gangguannya meluas sehingga
daerah yang mengalami pemadaman semakin meluas dan
menimbulkan pemadaman yang tidak seharusnya serta menyulitkan
analisa gangguan yang terjadi. Keandalan relai pengaman ditentukan
dari rancangan, pengerjaan, beban yang digunakan, dan perawatan
yang baik (Supriyadi,1999).
2) Selektivitas (Selectivity)
Menurut Syafar (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Studi
Keandalan Distance Relay Jaringan 150 KV GI Tello - GI Pare-Pare, selektivitas adalah kemampuan sistem proteksi untuk mengetahui
letak terjadinya gangguan, dan memilih pemutus jaringan yang
terdekat dan tempat gangguan untuk membuka.Selektifitas dari relay
ini akan menentukan bahwa yang mengalami gangguan saja yang
harus dipisahkan dari sistem.
Selektivitas berarti relai harus mempunyai daya beda
(disrimination) terhadap bagian yang terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga listrik yang terkena
gangguan. Relai pengaman bertugas untuk mendeteksi adanya
gangguan yang terjadi pada daerah pengamannya dan memberikan
perintah untuk membuka pemutus tenaga dan memisahkan bagian
sistem yang terganggu, sehingga bagian sistem lainnya yang tidak
terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroprasi secara normal
3) Sensitifitas (Sensitivity)
Menurut Supriyadi (1999), sensitifitas berarti relai harus
mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal (kritis)
sebagaimana direncanakan. Relai harus bekerja pada awal terjadi
gangguan, sehingga gangguan lebih mudah diatasi pada awal
kejadian. Selain itu relai juga harus stabil, artinya :
a) Relai harus dapat membedakan antara arus gangguan atau arus
beban maksimum ;
b) Pada saat pemasukan trafo daya, relai tidak boleh bekerja karena
adanya arus inrush, yang besarnya seperti arus gangguan yaitu 3-5 kali arus beban maksimum ;
c) Relai harus dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan
beban.
4) Kecepatan Kerja
Relai pengaman harus dapat bekerja dengan cepat jika ada
gangguan. Tetapi relai tidak boleh bekerja terlalu cepat (kurang dari
10 ms). Disamping itu waktu kerja relai tidak boleh melampaui waktu
penyelesaian kritis (critical clearing time) (Supriyadi, 1999). Sedangkan menurut Syafar (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Studi Keandalan Distance Relay Jaringan 150 KV GI Tello - GI Pare-Pare, tujuan terpenting dari relay proteksi adalah memisahkan bagian
yang terkena gangguan, dari sistem jaringan yang normal dengan
cepat (speed) agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
dan dipadukan dengan pemutus jaringan kecepatan tinggi.
Adakalanya relay proteksi dikehendaki dengan perlambatan waktu
(time delay) yang digunakan pada koordinasi proteksi dan beberapa daerah proteksi yang berturut-turut bilamana kondisi sistem
memungkinkan adanya perlambatan waktu kerja dari relay tersebut.
5) Ekonomis
Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan
relai pengaman adalah masalah harga atau biaya. Relai tidak akan
diaplikasikan dalam sistem tenaga listrik, jika harganya sangat mahal.
Persyaratan reabilitas, selektifitas, sensitifitas dan kecepatan kerja
relai hendaknya tidak menyebabkan harga relai tersebut menjadi
mahal.
d. Klasifikasi Relai Pengaman
Menurut Supriyadi (1999) apabila dilihat dari bahan atau
komponen relai pengaman diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1) Relai Mekanik
Relai elektromekanik merupakan suatu relai yang sistem kerjanya
berhubungan dengan beberapa kontak dan gerakan (movement). Relai jenis ini menggunakan asas kemagnetan. Beberapa jenis
elektromekanik yang banyak digunakan dalam peralatan-peralatan
pengaman jaringan sistem tenaga listrik, antara lain jenis armatur
berengsel (hinged armature), piringan induksi (induction disc unit), mangkok induksi (induction cup), dan torak (plunger).
yang dapat menggunakan besaran searah (DC). Sedangkan relai
mangkok induksi (induction cup), dan torak (plunger) termasuk dalam relai jenis induksi magnetik (magnetic induction), dimana relai ini mempunyai torsi yang digunakan untuk menggerakkan rotor
sebagaimana halnya pada motor induksi, dalam ha ini besaran yang
digunakan hanya besaran bolak balik (AC).
a) Relai Jenis Armatur Berengsel (hinged armatur)
Relai jenis ini terutama digunakan sebagai relai bantu.
Disamping itu, relai ini digunakan sebagai relai arus dan relai
tegangan, baik AC maupun DC. Untuk relai yang mempunyai satu
kontak, daya yang diserap relatif rendah, yaitu 0,05 watt pada
kondisi kerja (pick up). Jumlah kontak yang makin besar akan memperbesar daya yang diserap. Konstruksi dasar relai ini dapat
dilihat pada Gambar 2 di mana terlihat suatu pelat datar sebagai
armatur yang tetap. Sedangkan titik yang lain dapat bergerak ke
kutub kumparan karena diakibatkan gaya tarik elektromagnetik.
Pada armatur terdapat kontraktor gerak yang juga mengenai
kontaktor tetap jika armatur tersebut bekerja.
b) Relai Jenis Piringan Induksi (induction disc unit)
Relai jenis ini mempunyai piringan logam yang terbuat dari
tembaga atau aluminium yang dapat berputar di antara
celah-celah elektromagnet. Ada dua metode yang umum digunakan
untuk menggerakkan jenis piringan induksi ini yaitu : Metode kutub
bayang, dan metode wattmetrik.
Metode kutub bayang merupakan bentuk elektromagnet yang
lebih efektif karena mempunyai beberapa keuntungan, antara lain
torsi/VA-nya lebih besar, karakreristik arus waktu yang dapat
dikendalikan dengan mudah dengan cara memvariasi jumlah
lapisan pada lilitan imdedansi rangkaian lilitan bayang atau shunt
magnetik dan lilitan tunggal yang memungkinkan penghantar yang
panjang.
c) Metode Kutub Bayang
Sebagian dari muka kutub elektromagnet dihubungkan singkat
dengan menggunakan cincin tembaga (copper ring) ataupun kumparan sehingga mengakibatkan selisih sudut fase antara fluks
yang melalui cincin (Ф2) dengan fluks yang tidak melalui cincin
(Ф1).
Fluks total yang dibangkitkan oleh kumparan utama pada
Gambar 3. Metode Kutub Bayang
Fluks Ф2 adalah terbelakang (lagging) terhadap Ф1 dan ФF2 pada cincin akan menimbulkan tegangan induksi Vs dan arus Is
yang mengalir pada cincin tersebut. Fluks Ф1 dan Ф2 memotong
celah udara dan menginduksikan arus putar (eddy current) pada piringan.
Jika kontaktor terbuka maka rangkaian kumparan terbuka
sehingga tidak akan terjadi selisih sudut fase pada fluks-fluks
tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan relai ini dapat digunakan
sebagai relai arah (directional relay). Diagram fase dari induction disc adalah seperti terlihat pada gambar 3.3. arus eddy memberikan induksi lawan yang dapat menggerakkan piringan
Gambar 4. Diagram Fase Piringan Induksi
d) Metode Wattmetrik
Metode watmetrik menggunakan dua set kumparan, yaitu satu
set kumparan diatas piringan dan satu set lainnya berada dibawah
piringan. Arus yang mengalir pada kumparan utama menghasilkan
fluks Ф1 yang mengalir melalui piringan sebagai fluks ФL. Fluks
ФL terbagi dua pada kedua kutub yang berada diatas piringan
tersebut. Arus Is diperoleh sebagai reaksi transformator (gaya
gerak listrik pada rangkaian tertutup)bmengalir melalui kedua
kutub yang diatas tersebut dan menghasilkan fluks Фu.
Фu mengalir dari atas kebawah pada kutub atas yang sebelah
kanan dan dari bawah keatas pada kutub atas yang sebelah kiri.
Intereaksi antara fluks Фu dan ФL terhadap fluks yang diperoleh
dari arus eddy yang diinduksikan pada piringan akan
menggerakkan piringan tersebut untuk berputar sesuai arah jarum
Gambar 5. Metode Wattmetrik
e) Relai Jenis Mangkok Induksi (induction cup)
Elemen relai jenis ini mempunyai suatu rotor aluminium
berbentuk silinder yang ditengahnya terdapat inti magnetis
sehingga silinder aluminium dapat berputar bebas di antara kutub
salient dan inti magnetis. Untuk operasi dengan kecepatan yang tinggi di mana lilitan polarisasi atau diferensial diperlukan, maka
digunakan elektromagnet 4 kutub. Karakteristik relai jenis apa pun
bisa dipakai dengan hanya mengubah lilitan kumparannya.
Karakteristik kerja dapat linier dan akurat apabila tidak terjadi
kejenuhan.
f) Relai Jenis Torak (plunger)
Sesuai dengan namanya, relai ini mempunyai torak yang dapat
bergerak bebas keatas dan kebawah ditengah-tengah kumparan
yang berbentuk silinder dan pada bagian luarnya dilengkapi
pickup-nya maka torak akan bergerak keatas untuk
menggerakkan beberapa kontaktor sekaligus. Besarnya gaya F
yang dibutuhkan untuk menggerakkan torak adalah sebanding
dengan kuadrat arus yang mengalir pada kumparan. (Lihat
Gambar 3.6)
Gambar 6. Relai Jenis Mangkuk Induksi
Keuntungan relai jenis ini, antara lain bentuk konstruksinya
sederhana, bisa digunakan untuk arus DC dan AC, waktu kerjanya
cepat, dapat direset secara manual maupun secara otomatis, dan
sebagainya. Adapun kelemahannya, antara lain tidak dapat
membedakan arah (indirectional), terdapat torsi vibrasi bila digunakan pada besaran bolak-balik, dan hanya bereaksi
[image:44.595.248.486.211.435.2]2) Relai Statik
Istilah relai statik biasanya mengacu pada suatu relai yang
elemen-elemennya terdiri atas komponen semikonduktor, seperti
transistor, dioda, resistor, kapasitor, dan sebagainya. Pada relai jenis
ini fungsi komparasi dan pengukuran dilakukan dengan rangkaian
[image:45.595.184.493.236.441.2]statis yang didalamnya tidak terdapat bagian yang bergerak.
Gambar 7. Relai Jenis Torak
Dengan perkembangan sistem tenaga listrik, baik menyangkut
kompleksitasnya maupun tingkat gangguannya, maka diperlukan relai
pengaman yang sensitif, kerjanya cepat, dan dapat diandalkan.
Teknologi semikonduktor saat ini memungkinkan tercapainya tujuan
tersebut. Penggunaan relai statik mempunyai beberapa keuntungan di
antaranya :
a) Beban yang diserap relatif kecil;
b) Tidak ada bagian yang bergerak maupun bergetar;
d) Mudah perawatannya;
e) Lebih sensitif;
f) Operasi reset dapat dilakukan dengan sangat cepat;
g) Konstruksinya lebih kompak (praktis).
Selain kelebihan-kelebihan diatas, relai statik dengan komponen
semikonduktor mempunyai beberapa kelemahan, yaitu peka terhadap
temperatur, kerusakan akibat bahan lebih, dan peka terhadap
temperatur, kerusakan akibat beban lebih,dan peka terhadap voltage spikes. Namun demikian, kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi.
Pada dasarnya, relai statik berdasarkan pada perubahan sinyal
analog ke biner dengan fungsi-fungsi pengukuran. Variabel-variabel
seperti arus, tegangan, sedut fase, atau frekuensi dapat diperoleh dari
nilai-nilai dengan cara perbedaan, penjumlahan, atau perhitungan
matematika lainnya yang selalu muncul sebagai sinyal analog pada
input unit pengukuran. Output-nya akan selalu mempunyai sinyal
biner, misalnya sinyal buka (off) seandainya relai tidak memberikan perintah trip atau sinyal tutup (on), jika relai memberikan perintah trip. Oleh karena itu, sinyal-sinyal output dapat dengan mudah dievaluasi
dengan elemen-elemen kontrol yang memerlukan sedikit upaya
teknis. Setiap relai dibuat dari elemen-elemen yang sesuai dengan
.
Gambar 8. Elemen-Elemen Relai Statis
Sinyal-sinyal analog dari rangkaian pengukuran (trafo arus dan
atau trafo tegangan) pertama diumpamakan pada unit konverter pada
relai pengaman. Kemudian mengubah sinyal-sinyal yang terukur
sehingga dapat dengan mudah diproses dengan elemen-elemen
pengukur.selanjutnya elemen pengukur akan dioperasikan pada saat
sinyal input mencapai suatu nilai tertentu sehingga terdapat sinyal
tutup pada output-nya. Elemen output itu akan memperbesar sinyal
biner dan mengirimnya pada satu atau lebih elemen kontrol.
Elemen-elemen kontrol membawa switching akhir sebagai pembuka dan
pemutus tenaga. Daya dikirim pada elemen output atau elemen
pengukur oleh suatu elemen umpan. Daya ini diperoleh dari sumber
tegangan bantu atau rangkaian pengukur itu sendiri.
e. Jenis-jenis Relai Pengaman
1) Relai Arus Lebih
Menurut Supriyadi, (1999) relai arus lebih merupakan suatu relai
suatu nilai berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu
nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
menurut Triyono, dkk dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Studi
Relai Pengaman (Over Current Relay Dan Ground Fault Relay) pada Pemakaian Distribusi Daya Sendiri dari PLTU Rembang pada tahun
2013, relai arus lebih merupakan suatu jenis relai yang bekerja
berdasarkan besarnya arus masukan, dan apabila besarnya arus
masukan melebihi suatu harga tertentu yang dapat diatur (Ip) maka
relai arus lebih bekerja. Dimana Ip merupakan arus kerja yang
dinyatakan menurut gulungan sekunder dari trafo arus (CT). Bila
suatu gangguan terjadi di dalam daerah perlindungan rele, besarnya
arus gangguan If yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder
CT juga. Relai akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai
berikut :
If > Ip relai bekerja (trip)
If < Ip tidak bekerja (blok)
Relai arus lebih dikategorikan menjadi tiga, yaitu relai arus lebih
seketika (instantaneous over current relai), relai arus lebih dengan karakteristik tunda waktu (definite time over current relay), dan relai arus lebih dengan karakteristik tunda waktu terbalik (inverse time over current relay).
Relai arus dengan karakteristik tunda waktu tertentu, yaitu suatu
relai yang jangka waktu mulai relai arus pickup sampai selesainya
demikian apabila arus yang mengalir telah melebihi besarnya arus
seting maka relai akan bekerja sesuai waktu penundaan yang telah
ditetapkan.
a) Relai Arus Lebih Seketika
Relai arus lebih seketika adalah relai yang bekerja tanpa
penundaan waktu, atau jangka waktu relai mulai saat relai arusnya
pickup sampai selesai, sangat singkat (sekitar 20 sampai 100 ms).
Salah satu contoh rangkaian sederhana dari relai arus lebih
seketika dapat dilihat pada gambar 9, sedangkan sistem kerja
rangkaian tersebut adalah sebagai berikut.
Arus masukan dari sistem yang diamankan diubah ke tegangan
searah dengan menggunakan transformator atau transactor dan penyearah. Keluaran penearah kemudian mengalir ke basis
transistor T1. Keluaran tadi diatur melalui resistor R2 dan diratakan
dengan kapasitor C2. Pada kondisi normal, transistor T1 (NPN)
dan transistor T2 (PNP) dalam keadaan off.
Pada saat tegangan basis T1 melebihi nilai pickup yang telah
ditentukan melalui potensiometer (Pe), maka T1 akan bekerja
sehingga menyebabkan T2 juga bekerja yang selanjutnya ada arus
yang mengalir dan menyrbabkan nilai Tr bekerja (trip). Transistor
(Th) di kolektor T1 dimaksudkan sebagai relai kompensasi suhu,
sedangkan dioda (D) sebagai pengaman relai (Tr). Besarnya arus
kerja (pickup) dapat diatur malalui tap-tap transformator bantu dan
Gambar 9. Relai Arus Lebih Seketika
Pada relai di atas ada kemungkinan terjadi sensitivitas yang
berlebihan (oversensitivity) pada saat terjadi arus gangguan transien dengan komponan-komponen searah. Filter transien R1
C1 di atas akan mengurangi terjadinya oversensitivity. Pada relai
arus lebih seketika tidak diperlukan waktu reset yang cepat, sebab
nilai seting jauh lebih besar daripada arus yagn mengalir. Hal ini
berbeda dengan relai tegangan lebih atau tegangan kurang, yang
nilai setingnya selosih sedikit terhadap tegangan yang mengalir
sehingga memerlukan reset yang cepat.
b) Relai Arus Lebih Dengan Tunda Waktu
Ada beberapa jenis relai arus lebih dengan tunda waktu, hal ini
tergantung pada karakteristik waktu tundanya. Berdasarkan tunda
waktu kerjanya relai arus lebih dapat dibedakan menjadi empat,
berbanding terbalik (very inverse); 4. Sangat berbanding terbalik sekali (extremely inverse)
2) Relai Jarak
Relai jarak atau distance relay merupakan suatu relai yang di desain agar bekerja hanya untuk gangguan-gangguan (faults) yang terjadi di antara lokasi relai dan suatu titik pilihan pada suatu aliran
transmisi sedemikian rupa sehingga diperoleh “diskriminasi” atau
“selektivitas”. Relai tersebut hanya akan mengeliminir gangguan pada
saluran transmini yang diamankan.
Prinsip kerja relai jarak berdasarkan pada imedansi saluran
transmisi, yang besarnya adalah sebanding dengan panjangnya.
Prinsip pengukuran jaraknya dengan membandingkan arus gangguan
yang “disarankan” oleh relai terhadap tegangan di titik atau di mana
relai terpasang. dengan membandingkan keua besaran itu, impedansi
saluran transmisi dari lokasi relai sampai titik atau lokasi gangguan
dapat diukur.
Prinsip kerja relai jarak adalah membandingkan arus dan
tegangan ditempat yang sama. Dibawah ini gambar prinsip
pemakaian relai jarak.
Agar relai jarak dapat bekerja dengan baik, maka seara
keseluruhan harus mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut :
Dapat menentukan arah letak gangguan, dapat menentukan daerah
letak gangguan, dapat membedakan adanya gangguan atau ayunan
daya, dapat mencegah masuknya beban maksimum.
3) Relai Diferensial
Relai diferensial merupakan suatu relai yang prinsip kerjanya
berdasarkan keseimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus-arus terpasang pada terminal-terminal
peralatan atau instansi listrik yang diamankan (Supriyadi, 1999).
Sedangkan menurut Bien dan Helna (2007) dalam penelitiannya yang
berjudul Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT
Chevron Pacific Indonesia, relai diferensial adalah salah satu relai
pengaman utama sistem tenaga listrik yang bekerja seketika tanpa
koordinasi relai disekitarnya sehingga waktu kerja dapat dibuat
secepat mungkin.
Sistem kerja relai diferensial berdasarkan keseimbangan
arus-arus yang masuk pada relai. Dalam kondisi normal, arus-arus mengalir
melalui peralatan listrik yang diamankan (generator, transformator,
dan lainnya) arus-arus sekunder transformator arus, yaitu I1 dan I2
bersirkulasi melalui jalur 1A. Jika relai pengaman dipasang antara
terminal 1 dan 2, maka dalam kondisi normal tidak akan ada arus
yang mengalir meleluinya. Jika terjadi gangguan di luar peralatan
bertambah besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan
pada kondisi normal, sehingga relai pengaman tidak akan bekerja
untuk gangguan luar tersebut.
Gambar 11. Pengawatan Dasar Relai Diferensial
Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka arah sirkulasi arus di salah satu sisi akan terbalik, menyebabkan keseimbangan
pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir
melalui relai pengaman dan terminal 1 menuju keterminal 2 selama
atus-arus sekunder transformator arus sama besar, maka tidak akan
ada arus yang melalui kumparan kerja (operating coil) relai pengaman, tetapi setiap gangguan (antar fase atau ke tanah) yang
mengakibatkan sisterm keseimbangan terganggu, akan menyebabkan
arus mengalir melalui operating coil relai pengaman. Bila arus tersebut lebih besar dari pada pickup setting relai pengaman, maka
(tripping) kepada circuit breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat diisolir dari sistem tenaga listrik.
4. Adobe Flash CS6
Adobe Flash CS6, merupakan software yang dirancang untuk membuat animasi berbasis vektor dengan hasil yang mempunyai ukuran
yang kecil. Awalnya software ini memang diarahkan untuk membuat
animasi atau aplikasi berbasis internet (online). Perkembangannya banyak digunakan untuk membuat animasi atau aplikasi yang bukan
berbasis internet (offline), dengan Actionscript 3.0 yang dibawanya, Adobe Flash CS6 dapat digunakan untuk mengembangkan game, tampilan wap, media pembelajaran ataupun pembuatan simulasi.
Penggunaan Adobe Flash CS6 untuk animasi atau pembuatan media pembelajaran tidaklah sulit, tool-tool yang tersedia cukup mudah
digunakan, beberapa template dan komponen juga sudah disediakan dan
siap digunakan, dengan anggapan software Adobe Flash CS6 telah terinstal pada komputer yang digunakan. Berikut ini langkah awal untuk
Gambar 12. Interface Adobe Flash CS6.
a. Komponen dan fungsi pada Adobe Flash CS6
[image:55.595.159.539.451.669.2]1) Panel Tools
Panel tools, yaitu bagian yang berisi tombol-tombol untuk
[image:56.595.259.408.162.365.2]membuat, mengatur dan mendesain objek.
Gambar 14. Tools.
Keterangan :
a) Selection tool, untuk seleksi objek.
b) Free transform tool, untuk merubah bentuk objek misalnya dari kecil ke besar atau memutar sebuah objek.
c) Lasso tool, untuk memotong objek secara bebas. d) Pen tool, untuk membuat garis bebas.
e) Line tool, untuk membuat garis lurus.
f) Pencil tool, untuk menggambar objek secara bebas. g) Deco tool, untuk membuat motif dekorasi tertentu. h) Bone tool, untuk membuat tulang pada objek.
j) Hand tool, untuk menggeser posisi stage suai dengan yang diinginkan.
k) Pencil tool, untuk menggambar objek secara bebas. l) Paint bucket tool, untuk mewarnai Fill atau isi dari objek.
m) black and white, untuk mengatur warna fill & strok kewarna awal yaitu warna hitam & putih.
n) Snap To object, untuk membuat objek garis menjadi lurus, melengkung, dsb.
o) Subselection tool, seleksi dari sisi objek untuk merubah bentuk objek sesuai dengan yang di inginkan.
p) 3D rotation, untuk merubah objek menjadi 3 dimensi. q) Text tool, untuk membuat teks tulisan.
r) Rectangle tool, membuat objek kotak.
s) Brush tool, untuk membuat objek secara bebas. t) Paint bucket, untuk mewarnai objek.
u) Erase tool, untuk menghapus objek.
v) Zoom, untuk memperbesar & kecil tampilan.
w) Stroke, untuk merubah warna garis tepi pada objek. x) Fill tool, untuk merubah warna pada objek.
2) Menu Bar
b) Pada menu edit terdapat pengaturan yang berkaitan dengan frame, misalnya di menu timeline berisi menghapus, copy frame, Preferences dsb.
c) Menu View, untuk menampilkan grid, ruler dsb.
d) Menu Insert, untuk memasukan Timeline, scene, motion tween, shape tween dsb.
e) Menu modify, untuk memodifikasi objek, bitmap, symbol, timeline, transform, align dsb.
f) Menu Text, untuk mengatur atribut teks berupa jenis Font, ukuran Style dsb.
g) Menu Command, untuk eksport ke format XML.
h) Menu Control, untuk mengatur kontrol movie, menjalankan test movie dsb.
i) Menu Debug, untuk memeriksa apakah masih ada kesalahan pada flash yang sudah jadi.
j) Menu Window, untuk mengatur Toolbar, TimelineTools dsb, yang akan di tampilkan.atau tidak ditampikan pada interface.
k) Menu Help, untuk menampilkan Bantuan apabila terdapat kesulitan didalammenggunakan Adobe Flash
3) Timeline
Timeline, yaitu bagian untuk mengatur dan mengontrol isi
Gambar 15. Timeline.
Keterangan :
a) New layer, untuk membuat layer yang baru.
b) Add Motion Guide, untuk membuat jalur animasi pada objek. c) Insert layer folder, untuk membuat folder sebagai penempatan
layer.
d) Delete, untuk menghapus layer. e) Center frame, Posisi frame.
f) Union Skin, untuk melihat keseluruhan layer.
g) Union skin outline, untuk melihat gabungan objek hanya sebatas pada line keseluruhan pada layer.
h) Edit multiple frames, untuk editing seluruh frame dan layer, sehingga akan menampilkan keseluruhan objek yang ada pada
i) Modify union markers, untuk editing gabungan dari beberapa objek.
j) Current frame, posisi key frame.
k) Frame rate, kecepatan animasi frame ke frame atau yang disebut dengan Frameper second.
l) Elapsed, waktu yang dibutuhkan dari frame satu ke frame yang lain secara dinamis.
4) Stage
Tempat semua objek animasi di tempatkan, dinamakan stage ini, pada Scene 1, dimana scene disini sebagai bagian-bagian yang dapat ditambah sehingga animasi dapat dibagai didalam beberapa
[image:60.595.199.483.440.708.2]Scene sehingga dapat mempermudah pengaturan.
5) Properties
Properties atau atribut yang digunakan setiap objek untuk mengatur ukuran (size) stage, warna backround, kecepatan animasi frame rate, dan jenis seting publikasi yang akan digunak