• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 DELI TUA T.A 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII SMP NEGERI 1 DELI TUA T.A 2012/2013."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KE RJ A SISW A UNTUK MENINGKAT KAN KEMAMPUAN

PE ME CAH AN MAS ALAH MATE MAT I KA SIS WA PADA MATERI PE CAH AN DI KEL AS VII S MP

NE GERI 1 DELI T UA T .A 20 12/ 201 3

Oleh:

Rahtini Febriana Ketaren NIM. 071244120020

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KE RJ A SISW A UNTUK MENINGKAT KAN KEMAMPUAN

PE ME CAH AN MAS ALAH MATE MAT I KA SIS WA PADA MATERI PE CAH AN DI KEL AS VII S MP

NE GERI 1 DELI T UA T .A 20 12/ 201 3

Rahtini Febriana Ketaren (NIM : 071244120020)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Negeri 1 Deli

Tua. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2

siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 3 kali

pertemuan. Subjek penelitian yaitu kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua yang berjumlah

32 siswa. Objek penelitian adalah peningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika dengan menerapkan metode penemuan terbimbing di kelas VII SMP

Negeri 1 Deli Tua. Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes

kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3

soal.Tes kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 3 soal dan tes

kemampuan pemecahan masalah siklus II terdiri dari 3 soal

Berdasarkan hasil tes awal diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 17,12. Setelah

pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 22,84 dengan 19 siswa

atau 59,38% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan

kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 2,98 dengan kategori baik.

Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas

25,90 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 28

orang atau 87,5% dari seluruh siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran

(4)

iv

Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah terdapat 85% siswa

yang telah tuntas memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua dimana peningkatan tertinggi ada pada aspek

memeriksa kembali. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 8

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 9

1.6. Manfaat Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Pembelajaran Matematika 11

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.4 Hasil Belajar 17

2.1.5. Metode Pembelajaran 20

2.1.6. Metode Penemuan Terbimbing 21

2.1.6.1. Pengertian Metode penemuan Terbimbing 21

(6)

viii

2.1.7. Peranan Guru Dalam Metode Penemuan Terbimbing 28

2.1.8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 29

2.2. Uraian Materi Pecahan 32

2.2.1. Bilangan Pecahan 32

2.2.2 Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan 36

2.3. Penelitian Yang Relevan 39

2.4. Kerangka Konseptual 36

2.5 Hipotesis Tindakan 40

BAB III METODE PENELITIAN 44

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 44

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 44

3.2.1. Subjek Penelitian 44

3.2.2. Objek Penelitian 44

3.3. Sumber Data 44

3.4. Jenis Penelitian 44

3.5. Definisi Operasional 46

3.6. Prosedur penelitian 46

3.7. Instrumen Penelitian 54

3.7.1. Perangkat Pembelajaran 54

3.7.2. Alat Pengumpul Data 55

3.8. Analisis Data 56

3.8.1. Reduksi Data 56

3.8.2. Paparan Data 56

3.8.3. Penarikan Kesimpulan 60

3.9. Indikator Keberhasilan 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62

4.1. Hasil Penelitian 62

4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus 1 62

(7)

4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 63

4.1.1.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 64

4.1.1.4. Tahap Observasi 65

4.1.1.5. Analisis Data I 65

4.1.1.6. Refleksi Siklus I 74

4.1.2. Deskripsi Hasil TesKemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 76

4.1.2.1. Tahap Permasalahan II 76

4.1.2.2. Tahap perencanaan Tindakan II 76

4.1.2.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan II 77

4.1.2.4. Tahap Observasi II 79

4.1.2.5. Tahap Analisis Data II 79

4.1.2.6. Refleksi II 85

4.1.2.7. Simpulan 93

4.2. Temuan Penelitian 94

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98

5.1. Kesimpulan 98

5.2. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 99

(8)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Peran Siswa dan guru Dalam Metode Penemuan Terbimbing 30

Tabel 3.6.4.Kisi-kisi Observasi 50

Tabel 3.6.2 Konversi 57

Tabel 3.6.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 58

Tabel 4.1 Deskripsi tingkat kemampuan Siswa pada Tes Awal 62

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 66

Tabel 4.3 Tingkat kemampuan Siswa Memahami masalah 68

Tabel 4.4 Tingkat kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah 68

Tabel 4.5 Tingkat kemampuan Siswa Menyelesaiakan Perencanaan 69

Tabel 4.6 Tingkat kemampuan Siswa Memeriksa kembali 70

Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Siklus I 70

Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Siklus I 71

Tabel 4.9 Data kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 73

Tabel 4.10 Tindakan Siklus I dan SiklusII 73

Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 79

Tabel 4.12 Tingkat kemampuan Siswa Memahami masalah II 81

Tabel 4.13 Tingkat kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah II 82

Tabel 4.14 Tingkat kemampuan Siswa Menyelesaiakan Perencanaan II 83

Tabel 4.15 Tingkat kemampuan Siswa Memeriksa Hasil II 83

Tabel 4.16 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Siklus II 84

Tabel 4.17 Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Siklus I 85

Tabel 4.18 Perbandingan Rata-Rata Skor 86

Tabel 4.19 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pada TKPM I dan TKPM II 84

Tabel 4.20 Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah 88

(9)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika 18

Gambar 3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan

(10)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tes Awal 101

Lampiran 2. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 102

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 105

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus l 113

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Siklus l 119

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) I 123

Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LKS I 132

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 135

Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS 2 139

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 141

Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS 3 146

Lampiran 12. Tes Kemampuan Pemecahan masalah (TKPM)I 148

Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian TKPM I 150

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Siklus II 153

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V Siklus II 159

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran VI Siklus II 161

Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4 167

Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian LKS 4 175

Lampiran 19. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 178

Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian LKS 5 183

Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa (LKS) 6 185

Lampiran 22. Alternatif Penyelesaian LKS 6 193

Lampiran 23. Tes Kemampuan Pemecahan masalah (TKPM)II 196

Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 198

Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 202

Lampiran 26. Kisi-kisi Tes Awal 203

Lampiran 27. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 204

(11)

xiii

Lampiran 29. Daftar Nilai Siswa Pada Tes Awal (Diagnostik) 206

Lampiran 30. Daftar Nilai Siswa Pada TKPM I 208

Lampiran 31. Daftar Nilai Siswa Pada TKPM II 210

Lampiran 32. Daftar Nama Siswa kelas VII-5 SMP Negeri 1 Deli Tua 212

Lampiran 33. Daftar Nama Validator 214

Lampiran 34. Dokumentasi penelitian 215

Lampiran 35. Hasil Wawancara 218

Lampiran 36. Jadwal Penelitian 221

Lampiran 37. Lembar Observasi Kegiatan pembelajaran 222

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan akan membawa manusia kedalam perubahan. Dimana

perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang menjadikan manusia yang

berkualitas. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

globalisasi sekarang, sangat berpengaruh terhadap segala dimensi kehidupan

manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya

sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai

tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat

dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu

wadah untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan dan keahlian.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang

peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika

merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan

sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu

menguasai pelajaran matematika.Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), matematika memegang peranan penting karena dalam

pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola

informasi, memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik

dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan

sains dan teknologi. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) menyatakan

bahwa ada banyak alasan tentang perlunya belajar matematika adalah sebagai

berikut :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Dari hal di atas, diungkapkan bahwa sangat perlu belajar matematika,

(13)

perhatian khusus dalam mengajarkan matematika, agar siswa dapat menerima

materi yang disampaikan dengan baik, sehingga keberhasilan siswa dalam

matematika dapat dicapai. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Cocrof (dalam

Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1. Matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan.

2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.

3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas.

4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara. 5. Meningkatkan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan. 6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang

menantang.”

Di dalam proses pembelajaran masih sering ditemukan adanya

kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Pembelajaran yag didominasi

oleh guru menyebabkan kecenderungan siswa lebih pasif sehingga siswa lebih

banyak menunggu sajian materi dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran seperti ini

mengakibatkan pembelajaran hanya menghapal ilmu yang diberikan oleh guru

secara utuh. Dengan diberikannyaseluruh konsep-konsep kepada siswa,akibatnya

siswa kurang memahami konsep dan tidakk mapu menggunakan

konsep-konsep yang ada untuk memecahkan masalah.

Permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana

caranya kita menerapkan atau menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat

memahami dan mengerti konsep serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil wawancara dengan ibu Arfah S.Pd , salah satu guru matematika SMP

Negeri 1 Deli Tua yang masih menerapkan model pembelajaran konvesional

menyatakan:

(14)

3

Dengan kata lain belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka

aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri

pengetahuannya. Belajar memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur,

dan teliti dimana tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan

kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Dalam

upaya memecahkan masalah hendaknya guru melatih dan membiasakan siswa

untuk melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya,

seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan

yang ilmiah guna mengumpulakan pendapat kesimpulan atau menyusun alternatif

pemecahan atas suatu masalah.

Berdasarkan hasil observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik

kepada 32 orang siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih Sangat rendah. Dalam

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari empat

indikator, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,

melaksanakan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali. Dari hasi tes

diagnostik siswa diperoleh bahwa siswa yang mampu memahami masalah dengan

tuntas ada 15 siswa dengan persentase 46,87%; siswa yang mampu

merencanakan penyelesaian masalah dengan tuntas ada 1 siswa dengan persentase

3,12%; siswa yang mampu melaksanakan penyelesaian masalah dengan tuntas

sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,72%; dan tidak ada siswa yang mampu

memeriksa kembali dari penyelesaian yang dikerjakan dengan persentase 0%.

Dari hasil tes diagnostik ini terlihat bahwa siswa belum mampu menyelesaikan

soal-soal cerita tentang pemecahan masalah. Sehingga kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa masih sangat rendah.

Berikut ini contoh soal tes diagnostik yang diberikan pada saat observasi:

Paman membeli buah Apel sebanyak kg 3 1

sedangkan Ayah membeli Apel sebanyak

. 4 1

kg Siapakah yang membeli jeruk lebih banyak?

(15)

b. Bagaimanakah cara untuk menentukan siapa yang membeli apel lebih banyak?

c. Siapakah yang membeli apel lebih banyak?

d. Menurut Ibu, Paman lah yang membeli apel lebih banyak.Bagaimanakah menurut pendapat kamu?

Contoh jawaban yang diberikan siswa:

Dik: Apel paman= kg

Dit: Siapakah yang membeli apel lebih banyak? Jawab:

Jadi,yang membeli apel lebih banyak adalah Ayah

Dari jawaban yang diberikan siswa di atas terlihat bahwa kemampuan

pemecahan masalah siswa masih rendah.Siswa belum memahami soal dan tidak

tahu apa yang harus direncanakan untuk menjawab soal tersebut,bahkan siswa

tersebut tidak menyamakan terlebih dahulu penyebut pecahan sebelum

menentukan pecahan mana yang lebih besar.Padahal materi pecahan sebelumnya

sudah pernah diajarkan di tingkat SD.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah

matematika ini adalah karena banyak siswa yang menganggap matematika sebagai

mata pelajaran yang sulit dipelajari. Seperti yang diungkapkan

Abdurrahman(2003) bahwa:

“Dari berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkesulitan belajar.”

Sering kita jumpai siswa-siswa tidak tertarik belajar matematika. Hal ini

terjadi karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika,

metode pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat

pada guru.Hal yang sama dikemukakan oleh Elman Suherman(

http://educare.e-fkipunla.net):

(16)

5

dan lupa). Guru memberitahukan konsep,siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.”

Prestasi belajar siswa dalam matematika dipengaruhi banyak faktor ,dua

diantaranya adalah cara belajar siswa dan metode mengajar guru. Tanpa

mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan

salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil

atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan

penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan,

sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam

situasi atau proses belajar mengajar dikelas. Faktor kekurangtepatan dalam

memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai dilapangan yang ditenggarai

dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua

metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau

menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak

optimal.

Berbagai usaha telah banyak dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

mutu pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai sekarang ini

hasilnya belum menggembirakan. Di kelas masih terjadi pelaksanaan proses

pembelajaran yang jarang melatihkan dan mengembangkan keterampilan

komunikasi dan proses interaksi diantara siswa, seperti bekerja sama, menyatakan

ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain.

Para guru memang sudah menerapkan model pembelajaran diskusi. Dalam

mengarahkan diskusi guru hanya memberikan sejumlah pertanyaan pada siswa

yang memuat hampir seluruh isi materi sehingga pola berfikir siswa menjadi tidak

berkembang. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman(2003) bahwa:“Yang

menjadi faktor penyebab rendahnya pemahaman peserta didik terhadap konsep

(17)

oleh pengajar misalnya,dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan

konvensional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar

sebagai pendengar.”

Pembelajaran yang baik harus sebanyak mungkin melibatkan peran aktif

siswa agar mampu berekspresi untuk membentuk kompetisi dengan menggali

berbagai potensi dan kebenaran sacara ilmiah sehingga menimbulkan motivasi

belajar. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara

aktif adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing karena dengan metode

ini siswa dibimbing untuk mengembangkan pola pikir kreatif,inovatif dalam

belajar matematika. Metode Penemuan Terbimbing ini merupakan salah satu

metode belajar yang lebih menuntut siswa agar lebih aktif dalam menemukan dan

memecahkan masalah sendiri, sedangkan guru hanya berperan sebagai

pembimbing atau yang memberikan petunjuk dalam menyelesaikan masalah.

Dengan proses penemuan terbimbing, siswa tidak hanya menghafal tetapi

memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Bruner (Dalam Abdul Hamid 2009:24) yang

mengemukakan bahwa:

“Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan,(1)Pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat,(2)Hasil belajar penemuan Mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya,(3)secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.”

Ciri Penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari

pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar. Dilihat dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan

antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi

antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung.Sebagai

konsekuensinya adalah titik berat proses belajar mengajar harus berpindah dari

guru kepada siswa, ini menyangkut keaktifan siswa dalam belajar. Tugas guru

dalam hal ini adalah menciptakan iklim dan suasana yang memungkinkan siswa

(18)

7

Salah satu materi yang memerlukan pemahaman konsep yang kuat adalah

materi pokok pecahan. Pecahan merupakan salah satu materi pokok dalam

pembelajaran matematika yang cukup mudah dan sederhana di kelas VII SMP.

Materi ini bukan materi baru lagi bagi siswa karena materi bilangan pecahan

sudah disajikan bagi siswa SD/MI sejak kelas III. Lalu diperdalam lagi di kelas IV

dan kelas V. Materi bilangan pecahan disajikan lagi di SMP/MTs kelas VII

semester 1 pada standar kompetensi pertama yaitu ‘Memahami sifat – sifat

operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah’. Ada dua

kompetensi dasar yang hendak dicapai, yaitu :

1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan

2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam

pemecahan masalah

Akan tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan mempelajari

materi Pecahan ini terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi ini. Hal ini didukung oleh

hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP N.1 Deli Tua,Ibu

Arfah, S.Pd,yang mengatakan:

“Berdasarkan data siswa kelas IX tahun sebelumnya,masih banyak Siswa kurang menguasai materi pokok Pecahan. Dalam menjawab soal siswa hanya terfokus pada contoh soal yang diberikan guru ataupun yang ada pada buku teks siswa dan pola menjawab soalpun sama persis dengan yang diberikan oleh guru. Juga,Pada saat proses belajar mengajar berlangsung,siswa lebih sering diam dan sangat jarang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa hanya aktif pada saat guru memberikan soal yang mirip dengan contoh soal sebelumnya. Akan tetapi pada saat guru memberikan soal latihan yang sedikit berbeda dengan contoh soal,siswa kurang aktif dalam memberikan pemecahan masalah sehingga untuk menunjukkan hasil kerja siswa,guru harus langsung menunjuk nama siswa yang akan mengerjakan ke depan kelas.”

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode

penemuan terbimbing dapat menggunakan dialog atau lembar kerja (LKS). LKS

pada saat ini sangat sering digunakan di setiap sekolah-sekolah. Namun

penggunaan LKS masih kurang optimal. Guru hanya sekedar untuk menyuruh

(19)

sekali menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. Guru hanya

terfokus pada soal-soal yang ada di buku pelajaraan yang biasa digunakan dalam

mengajar. Padahal, LKS sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan

peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode penemuan

terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses

pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Hidayah (2007) yang mengatakan bahwa:

“LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria medis grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis,hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.”

Penggunaan LKS dalam hal ini adalah sebagai alat bantu pengajaran,yang

tujuannya untuk memperjelas penyajian pesan dan infornmasi sehingga dapat

memperlancar dan mempermudah proses belajar. Setiap siswa akan menggunakan

LKS untuk menuntaskan materi pelajaran dan menuntun penyelesaian soal-soal

materi. Dengan adanya LKS, Siswa tidak hanya menerima saja penjelasan yang

diberikan guru melainkan siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Sehingga

untuk membantu mengoptimalkan proses belajar mengajar dengan metode ini

peneliti menggunakan lembar kerja.

Berdasarkan masalah di atas,maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: ”Metode Penemuan Terbimbing Yang Menggunakan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Materi Pokok Pecahan Di kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua T.A 2012/2013”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

(20)

9

3. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar

4. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi

5. Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar kurang optimal.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti dan luasnya cakupan identifikasi masalah,

maka masalah dibatasi pada rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah

matematika khususnya pada materi pokok pecahan dan metode pembelajaran yang

digunakan guru kurang bervariasi.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini adalah apakah penerapan metode penemuan terbimbing yang

menggunakan lembar kerja siswa dapat meningkatkan kemampuam pemecahan

masalah matematika siswa pada Pembelajaran Materi Pokok Pecahan Di kelas VII

SMP Negeri 1 Deli Tua?.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada Materi pokok Pecahan Di kelas VII

SMP Negeri 1 Deli Tua dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan metode penemuan

terbimbing dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa

2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode alternatif

untuk mengajarkan materi pelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan

(21)

3. Bagi siswa, melalui metode pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan

terbina sikap belajar yang positif, aktif, dan kreatif

4. Dapat dijadikan masukan bagi peneliti sebagai calon guru

5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan

penelitian selanjutnya

6. Bagi pihak sekolah,Sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam

(22)

98

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua dari siklus I ke siklus II.

Adapun peningkatan pemecahan masalah yang paling tinggi terdapat pada aspek

memeriksa kembali yaitu sebesar 0,62.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1 Deli

Tua, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan

menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif

metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah siswa.

2. Kepada siswa SMP Negeri 1 Deli Tua disarankan lebih berani dalam

menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh

potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada Kepala SMP SMP Negeri 1 Deli Tua, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan

inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Sehingga metode penemuan terbimbing sebagai salah satunya.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing

pada materi pecahan ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk

(23)

99

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi,dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara , Jakarta.

Arikunto, Suharsimi., (2010), Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Dahar, Ratna Willis ., (2006) , Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga,Jakarta

Djumanta, Wahyudin dan Dwi Susanti ,(2008),Belajar MatematikanAktif dan Menyenangkan ,Penerbit Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

FMIPA, UNIMED., (2009), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA, Medan.

Hamalik, Oemar., (2010 ). Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamid, Abdul, K., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Herdian, (2010), Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan),

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan/ (diakses 18 Agustus 2011).

Hudojo, H . (2001), belajar mengajar matematika ,depdikbud,Jakarta.

Junaidi, Wawan., (2010), Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing,

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-penemuan-terbimbing.html (diakses Senin, 22 Agustus 2011)

Kotijah, Siti.,(2005), Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A MTsN Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2004-2005, Skripsi,FMIPA UNIMED.

PPPG, (2004), Pembelajaran Matematika,

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses

(24)

100

Rohani, Ahmad, HM., (2004), Pengelolaan Pengajaran. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sabri , Ahmad .,(2007) , Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching.Penerbit Quantum Teaching,Bandung

Sihombing, W.L., (2010), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah, FMIPA UNIMED, Medan.

Silaban,Benry, (2006), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing (Guide Reinvention),Skripsi,FMIPA UNIMED.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana,Nana,(2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyono,(2010), Metode Penelitian Pendidikan,Penerbit Alfabeta , Bandung.

Suherman, Elman (2007), Metode Pembelajaran Matematika,

http://educare.e-fkipunla.net. (diakses 22 september 2012).

Suherman, Herman,dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA, Bandung.

Surya, Moh., (1987), Pengertian Belajar Menurut Ahli, http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ (diakses 18 Agustus 2011

Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah: wawasan baru, beberapa metode pendukung dan beberapa komponen layanan khusus, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Tim dosen, (2010), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed.

Uzer, Usman, (2007), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya.

(25)

ii RIWAYAT HIDUP

Rahtini Febriana Ketaren dilahirkan di Pancur Batu pada tanggal 18

Februari 1990. Ibu bernama Suryati br Sembiring dan Ayah bernama Saderah

Ketaren, dan saya anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1996, penulis

masuk SD Negeri 101820 Pancur Batu dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun

2001, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pancur Batu, dan lulus

pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMA

Negeri 1 Pancur Batu, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Gambar

Gambar 2.1     Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika           18

Referensi

Dokumen terkait

Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang.. Hewan dan manusia

10th International Conference Numerical Analysis in Engineering IOP Publishing IOP Conf. Data flow of the planning interface in KRM. keep the applicable rules of course the

model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada mata pelajaran SKI. siswa kelas IV di MI Darussalam

Aplikasi berbasis web dengan tampilan grafis sangat bermanfaat untuk menampilkan beberapa model data yang perlu dianalisa, lebih jauh lagi bahwa aplikasi berbasis web yang bisa

Dayak dan Daun Mangga Bacang terhadap S. Ini diduga zona hambat yang jernih telah terbentuk di bawah 24 jam waktu inkubasi, kemudian penilaian aktivitas antibakteri

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 64 ayat 8 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 ten tang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adrninistrasi Kependudukan,

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi

Sebuah konsep bar u yang cukup ber ani dan kini coba diter apkan di selur uh Indonesia, dihar apkan mampu dan dapat mencetak pr oduk ber upa sisw a agar pr