METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KE RJ A SISW A UNTUK MENINGKAT KAN KEMAMPUAN
PE ME CAH AN MAS ALAH MATE MAT I KA SIS WA PADA MATERI PE CAH AN DI KEL AS VII S MP
NE GERI 1 DELI T UA T .A 20 12/ 201 3
Oleh:
Rahtini Febriana Ketaren NIM. 071244120020
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
METODE PENEMUAN TERBIMBING YANG MENGGUNAKAN LEMBAR KE RJ A SISW A UNTUK MENINGKAT KAN KEMAMPUAN
PE ME CAH AN MAS ALAH MATE MAT I KA SIS WA PADA MATERI PE CAH AN DI KEL AS VII S MP
NE GERI 1 DELI T UA T .A 20 12/ 201 3
Rahtini Febriana Ketaren (NIM : 071244120020)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Negeri 1 Deli
Tua. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2
siklus, siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 3 kali
pertemuan. Subjek penelitian yaitu kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua yang berjumlah
32 siswa. Objek penelitian adalah peningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan menerapkan metode penemuan terbimbing di kelas VII SMP
Negeri 1 Deli Tua. Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes
kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3
soal.Tes kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 3 soal dan tes
kemampuan pemecahan masalah siklus II terdiri dari 3 soal
Berdasarkan hasil tes awal diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 17,12. Setelah
pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 22,84 dengan 19 siswa
atau 59,38% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan belajar dan
kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 2,98 dengan kategori baik.
Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas
25,90 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 28
orang atau 87,5% dari seluruh siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran
iv
Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah terdapat 85% siswa
yang telah tuntas memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua dimana peningkatan tertinggi ada pada aspek
memeriksa kembali. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 8
1.3. Batasan Masalah 8
1.4. Rumusan Masalah 8
1.5. Tujuan Penelitian 9
1.6. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar 10
2.1.2. Pembelajaran Matematika 11
2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 12
2.1.4 Hasil Belajar 17
2.1.5. Metode Pembelajaran 20
2.1.6. Metode Penemuan Terbimbing 21
2.1.6.1. Pengertian Metode penemuan Terbimbing 21
viii
2.1.7. Peranan Guru Dalam Metode Penemuan Terbimbing 28
2.1.8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 29
2.2. Uraian Materi Pecahan 32
2.2.1. Bilangan Pecahan 32
2.2.2 Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan 36
2.3. Penelitian Yang Relevan 39
2.4. Kerangka Konseptual 36
2.5 Hipotesis Tindakan 40
BAB III METODE PENELITIAN 44
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 44
3.2. Subjek dan Objek Penelitian 44
3.2.1. Subjek Penelitian 44
3.2.2. Objek Penelitian 44
3.3. Sumber Data 44
3.4. Jenis Penelitian 44
3.5. Definisi Operasional 46
3.6. Prosedur penelitian 46
3.7. Instrumen Penelitian 54
3.7.1. Perangkat Pembelajaran 54
3.7.2. Alat Pengumpul Data 55
3.8. Analisis Data 56
3.8.1. Reduksi Data 56
3.8.2. Paparan Data 56
3.8.3. Penarikan Kesimpulan 60
3.9. Indikator Keberhasilan 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62
4.1. Hasil Penelitian 62
4.1.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus 1 62
4.1.1.2. Tahap Perencanaan Tindakan I 63
4.1.1.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan I 64
4.1.1.4. Tahap Observasi 65
4.1.1.5. Analisis Data I 65
4.1.1.6. Refleksi Siklus I 74
4.1.2. Deskripsi Hasil TesKemampuan Pemecahan Masalah Siklus II 76
4.1.2.1. Tahap Permasalahan II 76
4.1.2.2. Tahap perencanaan Tindakan II 76
4.1.2.3. Tahap Pelaksanaan Tindakan II 77
4.1.2.4. Tahap Observasi II 79
4.1.2.5. Tahap Analisis Data II 79
4.1.2.6. Refleksi II 85
4.1.2.7. Simpulan 93
4.2. Temuan Penelitian 94
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98
5.1. Kesimpulan 98
5.2. Saran 98
DAFTAR PUSTAKA 99
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Peran Siswa dan guru Dalam Metode Penemuan Terbimbing 30
Tabel 3.6.4.Kisi-kisi Observasi 50
Tabel 3.6.2 Konversi 57
Tabel 3.6.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 58
Tabel 4.1 Deskripsi tingkat kemampuan Siswa pada Tes Awal 62
Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 66
Tabel 4.3 Tingkat kemampuan Siswa Memahami masalah 68
Tabel 4.4 Tingkat kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah 68
Tabel 4.5 Tingkat kemampuan Siswa Menyelesaiakan Perencanaan 69
Tabel 4.6 Tingkat kemampuan Siswa Memeriksa kembali 70
Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Siklus I 70
Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Siklus I 71
Tabel 4.9 Data kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 73
Tabel 4.10 Tindakan Siklus I dan SiklusII 73
Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 79
Tabel 4.12 Tingkat kemampuan Siswa Memahami masalah II 81
Tabel 4.13 Tingkat kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah II 82
Tabel 4.14 Tingkat kemampuan Siswa Menyelesaiakan Perencanaan II 83
Tabel 4.15 Tingkat kemampuan Siswa Memeriksa Hasil II 83
Tabel 4.16 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Siklus II 84
Tabel 4.17 Deskripsi Tingkat kemampuan Siswa pada Siklus I 85
Tabel 4.18 Perbandingan Rata-Rata Skor 86
Tabel 4.19 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pada TKPM I dan TKPM II 84
Tabel 4.20 Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah 88
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika 18
Gambar 3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tes Awal 101
Lampiran 2. Alternatif Penyelesaian Tes Awal 102
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 105
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus l 113
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Siklus l 119
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa (LKS) I 123
Lampiran 7. Alternatif Penyelesaian LKS I 132
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 135
Lampiran 9. Alternatif Penyelesaian LKS 2 139
Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 141
Lampiran 11. Alternatif Penyelesaian LKS 3 146
Lampiran 12. Tes Kemampuan Pemecahan masalah (TKPM)I 148
Lampiran 13. Alternatif Penyelesaian TKPM I 150
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV Siklus II 153
Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran V Siklus II 159
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran VI Siklus II 161
Lampiran 17. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4 167
Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian LKS 4 175
Lampiran 19. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 178
Lampiran 20. Alternatif Penyelesaian LKS 5 183
Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa (LKS) 6 185
Lampiran 22. Alternatif Penyelesaian LKS 6 193
Lampiran 23. Tes Kemampuan Pemecahan masalah (TKPM)II 196
Lampiran 24. Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 198
Lampiran 25. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 202
Lampiran 26. Kisi-kisi Tes Awal 203
Lampiran 27. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 204
xiii
Lampiran 29. Daftar Nilai Siswa Pada Tes Awal (Diagnostik) 206
Lampiran 30. Daftar Nilai Siswa Pada TKPM I 208
Lampiran 31. Daftar Nilai Siswa Pada TKPM II 210
Lampiran 32. Daftar Nama Siswa kelas VII-5 SMP Negeri 1 Deli Tua 212
Lampiran 33. Daftar Nama Validator 214
Lampiran 34. Dokumentasi penelitian 215
Lampiran 35. Hasil Wawancara 218
Lampiran 36. Jadwal Penelitian 221
Lampiran 37. Lembar Observasi Kegiatan pembelajaran 222
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan akan membawa manusia kedalam perubahan. Dimana
perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang menjadikan manusia yang
berkualitas. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era
globalisasi sekarang, sangat berpengaruh terhadap segala dimensi kehidupan
manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai
tantangan dan mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat
dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu
wadah untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan dan keahlian.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika.Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), matematika memegang peranan penting karena dalam
pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola
informasi, memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik
dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan
sains dan teknologi. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253) menyatakan
bahwa ada banyak alasan tentang perlunya belajar matematika adalah sebagai
berikut :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Dari hal di atas, diungkapkan bahwa sangat perlu belajar matematika,
perhatian khusus dalam mengajarkan matematika, agar siswa dapat menerima
materi yang disampaikan dengan baik, sehingga keberhasilan siswa dalam
matematika dapat dicapai. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Cocrof (dalam
Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa:
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1. Matematika selalu digunakan dalam segi kehidupan.
2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas.
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara. 5. Meningkatkan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan. 6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang
menantang.”
Di dalam proses pembelajaran masih sering ditemukan adanya
kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa. Pembelajaran yag didominasi
oleh guru menyebabkan kecenderungan siswa lebih pasif sehingga siswa lebih
banyak menunggu sajian materi dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran seperti ini
mengakibatkan pembelajaran hanya menghapal ilmu yang diberikan oleh guru
secara utuh. Dengan diberikannyaseluruh konsep-konsep kepada siswa,akibatnya
siswa kurang memahami konsep dan tidakk mapu menggunakan
konsep-konsep yang ada untuk memecahkan masalah.
Permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana
caranya kita menerapkan atau menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat
memahami dan mengerti konsep serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil wawancara dengan ibu Arfah S.Pd , salah satu guru matematika SMP
Negeri 1 Deli Tua yang masih menerapkan model pembelajaran konvesional
menyatakan:
3
Dengan kata lain belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka
aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya. Belajar memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur,
dan teliti dimana tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Dalam
upaya memecahkan masalah hendaknya guru melatih dan membiasakan siswa
untuk melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya,
seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan
yang ilmiah guna mengumpulakan pendapat kesimpulan atau menyusun alternatif
pemecahan atas suatu masalah.
Berdasarkan hasil observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik
kepada 32 orang siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih Sangat rendah. Dalam
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari empat
indikator, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali. Dari hasi tes
diagnostik siswa diperoleh bahwa siswa yang mampu memahami masalah dengan
tuntas ada 15 siswa dengan persentase 46,87%; siswa yang mampu
merencanakan penyelesaian masalah dengan tuntas ada 1 siswa dengan persentase
3,12%; siswa yang mampu melaksanakan penyelesaian masalah dengan tuntas
sebanyak 6 siswa dengan persentase 18,72%; dan tidak ada siswa yang mampu
memeriksa kembali dari penyelesaian yang dikerjakan dengan persentase 0%.
Dari hasil tes diagnostik ini terlihat bahwa siswa belum mampu menyelesaikan
soal-soal cerita tentang pemecahan masalah. Sehingga kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa masih sangat rendah.
Berikut ini contoh soal tes diagnostik yang diberikan pada saat observasi:
Paman membeli buah Apel sebanyak kg 3 1
sedangkan Ayah membeli Apel sebanyak
. 4 1
kg Siapakah yang membeli jeruk lebih banyak?
b. Bagaimanakah cara untuk menentukan siapa yang membeli apel lebih banyak?
c. Siapakah yang membeli apel lebih banyak?
d. Menurut Ibu, Paman lah yang membeli apel lebih banyak.Bagaimanakah menurut pendapat kamu?
Contoh jawaban yang diberikan siswa:
Dik: Apel paman= kg
Dit: Siapakah yang membeli apel lebih banyak? Jawab:
Jadi,yang membeli apel lebih banyak adalah Ayah
Dari jawaban yang diberikan siswa di atas terlihat bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa masih rendah.Siswa belum memahami soal dan tidak
tahu apa yang harus direncanakan untuk menjawab soal tersebut,bahkan siswa
tersebut tidak menyamakan terlebih dahulu penyebut pecahan sebelum
menentukan pecahan mana yang lebih besar.Padahal materi pecahan sebelumnya
sudah pernah diajarkan di tingkat SD.
Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematika ini adalah karena banyak siswa yang menganggap matematika sebagai
mata pelajaran yang sulit dipelajari. Seperti yang diungkapkan
Abdurrahman(2003) bahwa:
“Dari berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkesulitan belajar.”
Sering kita jumpai siswa-siswa tidak tertarik belajar matematika. Hal ini
terjadi karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika,
metode pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat
pada guru.Hal yang sama dikemukakan oleh Elman Suherman(
http://educare.e-fkipunla.net):
5
dan lupa). Guru memberitahukan konsep,siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong.”
Prestasi belajar siswa dalam matematika dipengaruhi banyak faktor ,dua
diantaranya adalah cara belajar siswa dan metode mengajar guru. Tanpa
mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan
salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil
atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan
penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan,
sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam
situasi atau proses belajar mengajar dikelas. Faktor kekurangtepatan dalam
memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai dilapangan yang ditenggarai
dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua
metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau
menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak
optimal.
Berbagai usaha telah banyak dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan matematika di Indonesia. Namun demikian, sampai sekarang ini
hasilnya belum menggembirakan. Di kelas masih terjadi pelaksanaan proses
pembelajaran yang jarang melatihkan dan mengembangkan keterampilan
komunikasi dan proses interaksi diantara siswa, seperti bekerja sama, menyatakan
ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan/pendapat orang lain.
Para guru memang sudah menerapkan model pembelajaran diskusi. Dalam
mengarahkan diskusi guru hanya memberikan sejumlah pertanyaan pada siswa
yang memuat hampir seluruh isi materi sehingga pola berfikir siswa menjadi tidak
berkembang. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman(2003) bahwa:“Yang
menjadi faktor penyebab rendahnya pemahaman peserta didik terhadap konsep
oleh pengajar misalnya,dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konvensional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar
sebagai pendengar.”
Pembelajaran yang baik harus sebanyak mungkin melibatkan peran aktif
siswa agar mampu berekspresi untuk membentuk kompetisi dengan menggali
berbagai potensi dan kebenaran sacara ilmiah sehingga menimbulkan motivasi
belajar. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing karena dengan metode
ini siswa dibimbing untuk mengembangkan pola pikir kreatif,inovatif dalam
belajar matematika. Metode Penemuan Terbimbing ini merupakan salah satu
metode belajar yang lebih menuntut siswa agar lebih aktif dalam menemukan dan
memecahkan masalah sendiri, sedangkan guru hanya berperan sebagai
pembimbing atau yang memberikan petunjuk dalam menyelesaikan masalah.
Dengan proses penemuan terbimbing, siswa tidak hanya menghafal tetapi
memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah dipelajarinya. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Bruner (Dalam Abdul Hamid 2009:24) yang
mengemukakan bahwa:
“Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan,(1)Pengetahuan itu bertahan lama atau lama diingat,(2)Hasil belajar penemuan Mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya,(3)secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.”
Ciri Penemuan terbimbing merupakan salah satu bagian dari
pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Dilihat dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan
antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi
antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung.Sebagai
konsekuensinya adalah titik berat proses belajar mengajar harus berpindah dari
guru kepada siswa, ini menyangkut keaktifan siswa dalam belajar. Tugas guru
dalam hal ini adalah menciptakan iklim dan suasana yang memungkinkan siswa
7
Salah satu materi yang memerlukan pemahaman konsep yang kuat adalah
materi pokok pecahan. Pecahan merupakan salah satu materi pokok dalam
pembelajaran matematika yang cukup mudah dan sederhana di kelas VII SMP.
Materi ini bukan materi baru lagi bagi siswa karena materi bilangan pecahan
sudah disajikan bagi siswa SD/MI sejak kelas III. Lalu diperdalam lagi di kelas IV
dan kelas V. Materi bilangan pecahan disajikan lagi di SMP/MTs kelas VII
semester 1 pada standar kompetensi pertama yaitu ‘Memahami sifat – sifat
operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah’. Ada dua
kompetensi dasar yang hendak dicapai, yaitu :
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
2. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
Akan tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan mempelajari
materi Pecahan ini terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi ini. Hal ini didukung oleh
hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP N.1 Deli Tua,Ibu
Arfah, S.Pd,yang mengatakan:
“Berdasarkan data siswa kelas IX tahun sebelumnya,masih banyak Siswa kurang menguasai materi pokok Pecahan. Dalam menjawab soal siswa hanya terfokus pada contoh soal yang diberikan guru ataupun yang ada pada buku teks siswa dan pola menjawab soalpun sama persis dengan yang diberikan oleh guru. Juga,Pada saat proses belajar mengajar berlangsung,siswa lebih sering diam dan sangat jarang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa hanya aktif pada saat guru memberikan soal yang mirip dengan contoh soal sebelumnya. Akan tetapi pada saat guru memberikan soal latihan yang sedikit berbeda dengan contoh soal,siswa kurang aktif dalam memberikan pemecahan masalah sehingga untuk menunjukkan hasil kerja siswa,guru harus langsung menunjuk nama siswa yang akan mengerjakan ke depan kelas.”
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan metode
penemuan terbimbing dapat menggunakan dialog atau lembar kerja (LKS). LKS
pada saat ini sangat sering digunakan di setiap sekolah-sekolah. Namun
penggunaan LKS masih kurang optimal. Guru hanya sekedar untuk menyuruh
sekali menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di LKS. Guru hanya
terfokus pada soal-soal yang ada di buku pelajaraan yang biasa digunakan dalam
mengajar. Padahal, LKS sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan
peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode penemuan
terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses
pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Hidayah (2007) yang mengatakan bahwa:
“LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria medis grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis,hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.”
Penggunaan LKS dalam hal ini adalah sebagai alat bantu pengajaran,yang
tujuannya untuk memperjelas penyajian pesan dan infornmasi sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses belajar. Setiap siswa akan menggunakan
LKS untuk menuntaskan materi pelajaran dan menuntun penyelesaian soal-soal
materi. Dengan adanya LKS, Siswa tidak hanya menerima saja penjelasan yang
diberikan guru melainkan siswa lebih aktif melakukan kegiatan belajar. Sehingga
untuk membantu mengoptimalkan proses belajar mengajar dengan metode ini
peneliti menggunakan lembar kerja.
Berdasarkan masalah di atas,maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Metode Penemuan Terbimbing Yang Menggunakan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Materi Pokok Pecahan Di kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua T.A 2012/2013”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
9
3. Siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar
4. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi
5. Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar kurang optimal.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti dan luasnya cakupan identifikasi masalah,
maka masalah dibatasi pada rendahnya kemampuan siswa memecahkan masalah
matematika khususnya pada materi pokok pecahan dan metode pembelajaran yang
digunakan guru kurang bervariasi.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah penerapan metode penemuan terbimbing yang
menggunakan lembar kerja siswa dapat meningkatkan kemampuam pemecahan
masalah matematika siswa pada Pembelajaran Materi Pokok Pecahan Di kelas VII
SMP Negeri 1 Deli Tua?.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada Materi pokok Pecahan Di kelas VII
SMP Negeri 1 Deli Tua dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan metode penemuan
terbimbing dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode alternatif
untuk mengajarkan materi pelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan
3. Bagi siswa, melalui metode pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan
terbina sikap belajar yang positif, aktif, dan kreatif
4. Dapat dijadikan masukan bagi peneliti sebagai calon guru
5. Sebagai bahan masukan bagi peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan
penelitian selanjutnya
6. Bagi pihak sekolah,Sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam
98
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Deli Tua dari siklus I ke siklus II.
Adapun peningkatan pemecahan masalah yang paling tinggi terdapat pada aspek
memeriksa kembali yaitu sebesar 0,62.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 1 Deli
Tua, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan
menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa.
2. Kepada siswa SMP Negeri 1 Deli Tua disarankan lebih berani dalam
menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh
potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.
3. Kepada Kepala SMP SMP Negeri 1 Deli Tua, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan
inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sehingga metode penemuan terbimbing sebagai salah satunya.
4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing
pada materi pecahan ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi,dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara , Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2010), Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Dahar, Ratna Willis ., (2006) , Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Erlangga,Jakarta
Djumanta, Wahyudin dan Dwi Susanti ,(2008),Belajar MatematikanAktif dan Menyenangkan ,Penerbit Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
FMIPA, UNIMED., (2009), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA, Medan.
Hamalik, Oemar., (2010 ). Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.
Hamid, Abdul, K., (2009), Teori Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Herdian, (2010), Metode Pembelajaran Discovery (Penemuan),
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan/ (diakses 18 Agustus 2011).
Hudojo, H . (2001), belajar mengajar matematika ,depdikbud,Jakarta.
Junaidi, Wawan., (2010), Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing,
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-penemuan-terbimbing.html (diakses Senin, 22 Agustus 2011)
Kotijah, Siti.,(2005), Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A MTsN Kaliangkrik Tahun Pelajaran 2004-2005, Skripsi,FMIPA UNIMED.
PPPG, (2004), Pembelajaran Matematika,
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/pembelajaran-matematika.html (diakses
100
Rohani, Ahmad, HM., (2004), Pengelolaan Pengajaran. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Sabri , Ahmad .,(2007) , Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching.Penerbit Quantum Teaching,Bandung
Sihombing, W.L., (2010), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah, FMIPA UNIMED, Medan.
Silaban,Benry, (2006), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing (Guide Reinvention),Skripsi,FMIPA UNIMED.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana,Nana,(2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono,(2010), Metode Penelitian Pendidikan,Penerbit Alfabeta , Bandung.
Suherman, Elman (2007), Metode Pembelajaran Matematika,
http://educare.e-fkipunla.net. (diakses 22 september 2012).
Suherman, Herman,dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. JICA, Bandung.
Surya, Moh., (1987), Pengertian Belajar Menurut Ahli, http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ (diakses 18 Agustus 2011
Suryosubroto, B., (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah: wawasan baru, beberapa metode pendukung dan beberapa komponen layanan khusus, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Tim dosen, (2010), Psikologi Pendidikan, FIP Unimed.
Uzer, Usman, (2007), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya.
ii RIWAYAT HIDUP
Rahtini Febriana Ketaren dilahirkan di Pancur Batu pada tanggal 18
Februari 1990. Ibu bernama Suryati br Sembiring dan Ayah bernama Saderah
Ketaren, dan saya anak kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 1996, penulis
masuk SD Negeri 101820 Pancur Batu dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun
2001, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pancur Batu, dan lulus
pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan di SMA
Negeri 1 Pancur Batu, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu