• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERCERITA SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORY TELLING

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI KELAS VI SDN SEI RENGGAS

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan

Prasekolah Dan Sekolah Dasar

Oleh:

MIMI OKTAVIANA

NIM :1101111014

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

Nama : MIMI OKTAVIANA

Tempat/Tanggal Lahir : Sentang, 11 Oktober 1991

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Anak Ke : 4 dari 4 Bersaudara

Jumlah Bersaudara : 4 Orang

Alamat : Jalan Kapten M. Jamil Lubis No. 16 Tembung Nama Orang Tua

Nama Ayah : H. SAMURI S.Pd

Nama Ibu : SUPIAH

Alamat : Jln. Rambutan No. 24 Sentang, Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan

II. Riwayat Pendidikan

1. TAHUN 1998-2004 : SD NEGERI 017108 SENTANG 2. TAHUN 2004-2007 : SMP NEGERI 3 KISARAN TIMUR 3. TAHUN 2007-2010 : SMA NEGERI 4 KISARAN TIMUR

(6)
(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PGSD S1 pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Selain itu Sholawat berangkai salam penulis hadiahkan pada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabat. Semoga beliau senantiasa berkenan memberikan syafaatnya di akhirat kelak. Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda serta Ibunda dan segenap keluarga tercinta yang dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan kesabaran telah menuntun penulis untuk bersabar dan tawakal menghadapi tantangan dalam penulisan skripsi ini.

Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis namun semua itu dapat diatasi karena bantuan yang tulus dari berbagai pihak terutama Dosen Pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran atas kekurangan penulis mengenai masalah penelitian.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis melaksanakan studi di Universitas Negeri Medan.

(8)

iii

3. Bapak Pembantu Dekan I, Bapak Pembantu Dekan II, dan Bapak Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Drs. Khairul Anwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan PGSD dan Bapak Drs, Ramli Sitorus, M.Ed selaku Sekretaris Jurusan.

5. Bapak, Drs Effendy Manalu M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah penuh kesabaran dan perhatian memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Erlinda Simangungkalit, M.Pd dan Ibu Nurmayani, M.Ag serta Ibu Dr. Naeklan Simbolon, M.Pd selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak H. Samuri S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri No. 014610 Sei

Renggas yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian serta guru kelas VI Ibu Fauziah S.Pd yang juga banyak membantu penulis dalam penelitian. Dan guru-guru lainnya yang mendukung dan memotivasi penulis dalam pelaksanaan penelitian di sekolah tersebut.

8. Abang Muhammad Rasyid Akbar, abang Syamsul Hidayat S.P yang sangat penuh perhatian, abang Indra Sugianto S.Pd dan kakak Rapita Putri S.Pd yang telah dengan sabar mendengarkan keluh kesah penulis, memberikan penguatan, dan tak henti-hentinya berdoa untuk keberhasilan penulis.

9. Teman-teman kelas C reguler angkatan 2010 yang telah berbagi suka maupun duka bersama penulis selama mengikuti perkuliahan bahkan sampai

pada penyusunan skripsi ini.

(9)

iv

seperjuangan dalam bimbingan skripsi Ria Mei Saragih, Nur Ilwana Harahap, Ribka Siahaan, Nita Rakhmah Nst, abangda Nanang Tommi Sitorus serta kakanda Wagina, S.Pd. Serta yang terkasih Waisal Qorni Siahaan yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi serta doa demi terselesaikannya skripsi ini.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima dari berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan.

Medan, Mei 2014 Penulis

(10)

i

ABSTRAK

MIMI OKTAVIANA, NIM : 101111014, “Meningkatkan Kreativitas Bercerita Siswa Melalui Model Pembelajaran Paired Story Telling pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VI SDN Sei Renggas”.

Masalah dalam penelitian ini adalah kreativitas kurang dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena sistem pendidikan yang lebih mengembangkan kemampuan akademik seperti penguasaan pengetahuan dan berhitung. Selain itu, materi pelajaran yang dibelajarkan guru terlalu luas dan tidak melibatkan kreativitas siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas bercerita siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VI SDN 014610 Sei Renggas Kisaran Tahun Ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jumlah siswa terdiri dari 29 orang siswa, 17 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Prosedur tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kreativitas bercerita. Adapun indikator penilaian kreativitas bercerita yaitu: (1) Kelancaran bercerita, (2) ketepatan pilihan kata, (3) struktur kalimat, (4) kelogisan (penalaran), (5) kontak mata, (6) pengetahuan dalam bercerita, (7) ekspresi, (8) imajinasi, (9) percaya diri, (10) volume suara. Dan sebagai tolak ukur keberhasilannya adalah apabila kreativitas bercerita siswa meningkat sebesar ≥70.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 bahwa kreativitas bercerita dengan nilai rata-rata 50,7 dan 60,1%. Dari 29 siswa terdapat 6 siswa yang dinyatakan kreatif dengan persentase 21% ,sebanyak 23 siswa dengan persentase 79% tidak kreatif. Pada pertemuan ke 2 berjumlah 12 orang siswa (41%) kreatif, sedangkan tidak kreatif berjumlah 17 orang (59%). Selanjutnya terjadi peningkatan kreativitas bercerita pada siklus II pertemuan 3 dan 4 dengan nilai rata-rata siswa 74,6% dan 84,9%. Siklus II pertemuan 3 ini mengalami peningkatan kekreatifan bercerita siswa secara klasikal diperoleh data sebanyak 26 orang siswa kreatif (90%), dan siswa yang tidak kreatif 3 orang (10%). Untuk hasil observasi dalam proses pembelajaran, pada siklus I terlihat sikap dan performance guru baik dalam menyampaikan materi yang diajarkan dengan perolehan nilai 82,5%. Sedangkan pada siklus II terlihat sikap dan performance guru sangat baik dengan perolehan nilai 95%.

(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Idendifikasi masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Masalah ... 7

1.6 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian Kreativitas ... 9

2.1.1 Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif ... 10

2.2 Pengertian Bercerita... 10

2.2.1 Keterampilan Bercerita ... 12

2.2.2 Tujuan Bercerita ... 14

2.2.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bercerita ... 15

2.3 Kreativitas Bercerita ... 16

(12)

vi

2.4 Hakikat Model Pembelajaran ... 30

2.4.1 Faktor- Faktor Pembelajaran ... 31

2.4.2 Faktor-Faktor yang Menghambat Pembelajaran ... 36

2.4.3 Model Pembelajaran Paired Story Telling ... 37

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Paired Story Telling ... 40

2.4.5 Tujuan dan Manfaat Model Paired Story Telling ... 41

2.4.6 Peranan Guru dalam Teknik Bercerita Berpasangan ... 44

2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 46

2.5.1 Tujuan Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 48

2.5.2 Kurikulum Bahasa Indonesia ... 51

2.6 Kerangka Konseptual…………... 53

2.7 Hipotesis Tindakan ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ... 56

3.2 Jenis Penelitian ... 56

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 56

3.4 Operasional Variabel penelitian ... 57

3.5 Desain Penelitian ... 57

(13)

vii

3.7 Teknik Pengumpulan data ... 63

3.8 Analisis Data ... 69

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 71

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 72

4.1.1 Kondisi Umum Sekolah ... 72

4.1.2 Kondisi Ruangan Kelas ... 73

4.1.3 Keadaan Guru Dan Siswa Kelas VI Sekolah Dasar No. 014610 Sei Renggas ... 74

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ... 74

4.3 Analisis Data Siklus I ... 87

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ... 102

4.5 Analisis Data Siklus II ... 114

4.6 Pembahasan ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 138

5.2 Saran ... 139

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kisi-Kisi Keterampilan Bercerita Siswa ... 65 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Keterampilan Bercerita ... 66 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Aktivitas Guru dan Penggunaan Model

Pembelajaran ... 66 Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru dan Penggunaan

Model Pembelajaran ... 68 Tabel 3.5 Konversi Nilai Angka Menjadi Nilai Huruf ... 70 Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 71 Tabel 4.1 Hasil Observasi Terhadap Peneliti Pada Siklus I

Pertemuan I ... 86 Tabel 4.2 Hasil Observasi Terhadap Guru Pada Siklus I Pertemuan 2 90 Tabel 4.3 Hasil Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 1 ... 93 Tabel 4.4 Perubahan Tingkat Kreativitas bercerita Siswa Berdasarkan

Kategori Pada Siklus I Pertemuan 1 Secara Klasikal... 95 Tabel 4.5 Persentase Kreativitas Bercerita SiswaSecara Klasikal Pada

Siklus I Pertemuan 1 ... 96 Tabel 4.6 Hasil Pelaksanaan Siklus I Pertemuan 2 ... 97 Tabel 4.7 Perubahan Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Berdasarkan Kategori Pada Siklus I Pertemuan 2 Secara Klasikal... 99 Tabel 4.8 Persentase Kreativitas Bercerita Siswa Secara Klasikal

(15)

ix

Tabel 4.9 Hasil Observasi Terhadap Guru Pada Siklus II Pertemuan 3 114 Tabel 4.10 Hasil Observasi Terhadap Guru Pada Siklus II Pertemuan 4 117 Tabel 4.11 Hasil Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 3 ... 120 Tabel 4.12 Perubahan Skor Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa

Berdasarkan Kategori Pada Siklus II Pertemuan 3 Secara

Klasikal ... 123 Tabel 4.13 Persentase Kreativitas Berceita SiswaSecara Klasikal

Pada Siklus II Pertemuan I ... 124 Tabel 4.14 Hasil Pelaksanaan Siklus II Pertemuan 4 ... 125 Tabel 4.15 Perubahan Skor Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa

Berdasarkan Kategori Pada Siklus II Pertemuan 4 Secara

Klasikal ... 128 Tabel 4.16 Persentase Kreativitas Bercerita Siswa SecaraKlasikal Pada

Siklus II Pertemuan 4 ... 129 Tabel 4.17 Rekapitulasi Nilai Kreativitas Bercerita Siswa ... 131 Tabel 4.18 Persentase Kreativitas Bercerita Siswa Secara Klasikal Siklus I dan II (Pertemuan I dan II) ... 132 Tabel 4.19 Hasil Kreativitas Bercerita Siswa Siklus I dan Siklus II

(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Desain Penelitian Kemmis dan Teggart ... 58 Gambar 4.1 Lokasi Tempat Penelitian ... 72 Gambar 4.2 Guru Menjelaskan Materi Pembelajaran Kepada Siswa . 77 Gambar 4.3 Siswa Secara Berpasangan Bercerita Di depan Kelas ... 78 Gambar 4.4 Guru Menulis Materi di Papan Tulis dan Menjelaskan

Materi ... Gambar 4.5 Siswa Bercerita Secara Berpasangan Tentang

Pengalamannya ... 81 Gambar 4.6 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Tentang Unsur-unsur

Cerita ... 104 Gambar 4.7 Siswa Bersama Pasangannya Bercerita Di Depan Kelas

Dan Guru Melakukan Pengamatan ... 106 Gambar 4.8 Guru Menjelaskan Materi Pelajaran Dan Bertanya Jawab

Dengan Siswa Tentang Sebuah Unsur-Unsur Dalam

Sebuah Cerita... 108 Gambar 4. 9 Siswa Melakukan Kegatan Bercerita Bersama Pasangan

(17)
(18)

ix

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Diagram 4.1 Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Siklus I Pertemuan 1 95 Diagram 4.2 Tingkat Ketuntasan Kreativitas Bercerita Siswa Secara

Klasikal Pada Siklus I Pertemuan 1... 96 Diagram 4.3 Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Siklus I Pertemuan 2 100 Diagram 4.4 Tingkat Ketuntasan Kreativitas Bercerita Siswa Secara

Klasikal Siklus I Pertemuan ... 101 Diagram 4.5 Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Siklus II Pertemuan 3 123 Diagram 4.6 Persentase Hasil Peningkatan Kreativitas Bercerita Secara

Klasikal Siklus II Pertemuan 3 ... 124 Diagram 4.7 Tingkat Kreativitas Bercerita Siswa Siklus II Pertemuan 4 128 Diagram 4.8 Persentase Hasil Peningkatan Kreativitas Bercerita

Secara Klasikal Siklus II Pertemuan 4 ... 130 Diagram 4.9 Grafik Rekapitulasi Persentase Peningkatan Kreativitas

Bercerita Siswa ... 133 Diagram 4.10 Grafik Peningkatan Kreativitas Bercerita Siswa

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana berpikir. Guru tidak perlu lagi menjejali siswa dengan materi belajar memakai buku teks. Guru harus lebih kreatif untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan di dalam maupun di luar kelas.

Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya sejak dini melakukan reposisi dan perubahan ke arah yang lebih baik. Guru dan siswa harus memiliki sikap yang sama, sama–sama bekerja dan belajar untuk melakukan perubahan yang bisa membuat kompetensi dapat dicapai sehingga penggunaan bahasa pun dapat berubah menjadi lebih baik. Anggapan siswa bahasa Indonesia mudah untuk dipelajari karena siswa telah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari tidaklah benar. Untuk itu, harus ada upaya konkret dalam mengoptimalkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

(20)

2

Bercerita merupakan salah satu komponen kemampuan berbicara yang sepertinya kurang mendapat perhatian. Di mana dalam sistem pendidikan pada sekolah dasar lebih menekankan pengembangan kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas kurang memberikan kesempatan dan pelatihan untuk mengembangkan kreativitas anak dalam bercerita. Disisi lain, kemampuan menceritakan kembali cerita (retelling story) kepada pasangannya yang diperdengarkan atau dibaca merupakan suatu

cara yang paling efektif untuk menunjukkan sejauh mana tingkat penguasaan anak terhadap suatu materi simakan atau bacaan. Dan sejauh mana tingkat kesulitan sebuah wacana diceritakan kepada pasangannya.

Disisi lain, pembelajaran bercerita akan memberikan lahan bagi peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan apresiasinya. Hal ini penting sekali mengingat kemampuan menyampaikan informasi dengan baik merupakan salah satu indikator kemampuan anak-anak dalam berkomunikasi sebagai landasan pembelajaran bahasa yang telah disebutkan dalam kurikulum.

Diketahui Fenomena siswa di sekolah SDN 014610 yang semakin malas belajar bahasa Indonesia dan sikap memandang remeh serta acuh terhadap bahasa Indonesia menyelimuti sebagian besar siswa. Gejalanya, siswa sering ngantuk, tidak bergairah, under estimate saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Siswa tidak memiliki kesadaran dan pemahaman yang cukup tentang pentingnya keterampilan berbahasa dan tata bahasa praktis bahasa Indonesia.

(21)

3

Bereksplorasi bermakna menggali, menemukan, dan mendeteksi cara bercerita melalui pemahaman isi cerita secara berpasangan. Upaya ini membuat peserta didik lebih nyaman bercerita di depan kelas sebab mampu mengembangkan ekspresi dan kreativitasnya bersama pasangannya.

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut peneliti pada saat di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari media yang seharusnya siswa menyampaikan dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Tetapi isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa di SD 014610 berbicara mereka tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas.

Selain itu, pada saat guru memerintahkan kepada siswa untuk maju kedepan kelas untuk menceritakan sebuah cerita, siswa ada yang tidak mau maju kedepan kelas karena takut salah dalam berbicaranya. Pada kondisi ini para siswa belum menunjukkan keberanian untuk bercerita. Siswa takut salah didepan teman-temannya apalagi jika siswa berdiri sendiri didepan kelas untuk bercerita.

(22)

4

Dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan, peserta didik harus diberi saluran bereksplorasi dalam bercerita. Bereksplorasi bermakna menggali, menemukan, dan mendeteksi cara bercerita melalui pemahaman isi cerita secara berpasangan. Upaya ini membuat peserta didik lebih nyaman bercerita di depan kelas sebab mampu mengembangkan ekspresi dan kreativitasnya bersama pasangannya.

Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pendidikan yang didalamnya terdapat guru sebagai pengajar dan siswa yang sedang belajar. Ahmad Susanto (2013: 19) mengatakan “Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan, kemahiran, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik”. Maka dari pendapat Ahmad Susanto guru sebagai pendidik memberikan pengetahuan berupa ilmu yang dikuasai oleh guru kepada siswa seehingga siswa memiliki kemahiran dalam pembelajaran dan mengelola sikap siswa agar terampil kreatif seperti yang guru inginkan.

(23)

5

Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif. Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.

Guru dituntut memiliki orientasi pembelajaran bahasa Indonesia yang bersifat lebih praktis. Dan dalam setiap pembelajaran guru harus menunjukkan kekreativitasannya sebagai seorang guru, apalagi dalam berbahasa Indonesia khususnya dalam bercerita. Jika seorang guru sudah kreatif maka besar kemungkinan siswa pun akan kreatif juga dalam setiap pembelajarannya karna telah mencontoh gurunya yang kreatif.

Melalui model pembelajaran kooperatif teknik bercerita berpasangan (Paired Story Telling ) siswa dapat menuliskan kembali yang terjadi baik sebelum maupun sesudah berdasarkan hasil bacaan yang telah didapat sebelumnya dan daftar kata kunci yang diterima dari hasil bacaan temannya. Kemudian siswa akan mengemukakan pendapatnya berdasarkan apa yang telah didiskusi baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru.

Model pembelajaran kooperatif teknik bercerita berpasangan (Paired Story Telling) diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas siswa dikelas selama proses

(24)

6

dengan judul” Meningkatkan Kreativitas Bercerita Siswa Melalui Model

Pembelajaran Paired Story Telling Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

di kelas VI SDN Sei Renggas.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain :

1. Kreativitas kurang mendapat perhatian karena sistem pendidikan yang lebih mengembangkan kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung. 2. Materi pelajaran yang dibawakan guru terlalu luas dan tidak melibatkan

kreativitas siswa.

3. Rendahnya kemampuan bercerita siswa.

4. Siswa takut salah berbicara di depan kelas saat diperintahkan oleh guru untuk bercerita di depan temannya.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka batasan masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada “Penggunaan model pembelajaran Paired Story Telling pada mata pelajaran

bahasa indonesia dengan kompetensi dasar menceritakan isi cerita yang disampaikan secara lisan dengan kalimat yang runtut di kelas VI SDN 014610 Sei Renggas”.

1.4. Rumusan Masalah

(25)

7

pembelajaran Paired Story Telling dapat meningkatkan keativitas bercerita bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menceritakan isi cerita yang disampaikan secara lisan dengan kalimat yang runtut di kelas VI SDN 014610 Sei Renggas”. .

1.5. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain’’Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam bercerita

pada dengan kompetensi dasar menceritakan isi cerita yang disampaikan secara lisan dengan kalimat yang runtut di kelas VI SDN 014610 Sei Renggas T.A 2013/2014”.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan nantinya bermanfaat:

1. Bagi siswa sebagai subjek untuk meningkatkan kemampuannya dalam bercerita dengan baik dalam belajar melalui penggunaan metode Paired Story Telling.

2. Bagi guru sebagai bahan masukan bagi guru khususnya dalam menggunakan metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa bercerita dalam belajar.

3. Bagi sekolah sebagai bahan masukan bagi sekolah yang menggunakan metode yang tepat dalam mengajar yang sesuai dengan materi.

(26)

138

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan model pembelajaran Paired Story Telling dapat meningkatkan kreativitas bercerita siswa, peningkatan itu dapat terlihat dari nilai atau skor siswa pada saat observasi siklus I dan siklus II dimana pada siklus I pertemuan pertama persentase kreativitas bercerita 21% dari keseluruhan jumlah siswa. Pada siklus I pertemuan kedua, siswa mengalami peningkatan persentase kreativitasnya menjadi 41%. Pada siklus II pertemuan ketiga, meningkat dengan persentase mencapai 90%. Pada siklus II pertemuan keempat peningkatan kreativitas bercerita siswa mencapai 97%.

(27)

139

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan disarankan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menerapkan metode Paired Story Telling dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kreatifitas bercerita siswa.

2. Sewaktu guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Paired Story Telling diharapkan disertai dengan penggunaan media yang sesuai dengan materi pelajaran dan lebih memperhatikan alokasi waktu karena metode pembelajaran yang bervariasi membutuhkan lebih banyak waktu.

(28)

140

DAFTAR PUSTAKA

Aqib,Zainal,dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK.Bandung:Yrama Widya.

Budi Santoso,Kusno.1990.Problematika Bahasa Indonesia Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku.Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas.

Dewi, Rosmala.2010.Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed. Dimyati dan Mujiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. E Slavin,Robert.2005.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Guntur Tarigan, Henry. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Lie, Anita.2010.Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.

Murniati, Endyah.2012.Penelitian dan Bimbingan Anak Kreatif.Yogyakarta: Pedagogia.

Ngalimun, dkk.2013.Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas.Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.

Wahab Solehudin, Rochmad.1998.Perkmbangan dan belajar peserta didik.Jakarta: Depdikbud.

Siregar,Rosdiana, 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Berbicara Prodi Sastra Indonesia FBS Unimed. Medan.

Saddahono,Kundharu, dkk.2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi.

Slameto.2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

(29)

141

Alternatif Model Pembelajaran Bercerita _ Agupena Jawa Tengah.htm, di akses tanggal 6 Desember 2013.

Suyono,dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusuf L.N,Syamsu. 2012. Perkembangan Peserta didik.Jakarta: Rajawali Pers. Utami, Munandar. 2009.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Yovita Rahayu, Afrianti. 2013. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita. Jakarta: Indeks.

Zulela.2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar.Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Keraf,Gorys. 1989.Tata Bahasa Indonesia. Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah. http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php Ilmu PendidikanPendidikanGuru Dasar

Standar Isi Bahasa Indonesia SD pdf. di akses tanggal 9 Januari 2014. http://tian99win.blogspot.com/2012/08/faktor-faktor-penunjang-keefektifan.html

diakses tanggal 21 Januari 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi program dengan pemberian satu pola error di semua posisi bit sandi seperti yang terlihat pada Tabel 2.7, dapat dilakukan dengan baik. Posisi error

[r]

Pada Toko elektronik ini pengolahan datanya masih bersifat manual, oleh karena itu diusulkan aplikasi ini untuk mengolah data-data yang sudah ada dengan menggunakan komputer

Karena memiliki kekakuan yang tinggi karena ditopang oleh serat yang banyak, maka energi serap yang dibutuhkan untuk mematahkan komposit pun lebih besar Pada spesimen

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) bagaimana kemampuan pembelajar dalam membentuk W-Fragen sebelum penerapan media permainan dadu, (2) kemampuan

Pada tahun 2015 nilai DPR sama seperti tahun 2014, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2014 pada tanggal 31 Maret 2015, pemegang saham menyetujui tidak

Dalam skala internasional, regional dan nasional, hutan mangrove luasnya relative kecil bila dibandingkan, aik dengan luas daratan maupun luasan tipe hutan lainnya, padahal