• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MINDSCAPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR T.P. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS MINDSCAPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR T.P. 2012/2013."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SUB MATERI POKOK CAHAYADI KELAS VIII SEMESTER IISMP NEGERI 3

PEMATANGSIANTAR T.P 2012/2013

Oleh :

Masnur Marpaung NIM 409121055

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kebaikan-Nya yang memberi hikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model PembelajaranInquiry Training Berbasis Mindscaping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Pokok Cahaya Di Kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013”. diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Pintor Simamora, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Karya Sinulingga, M.Si , Drs. Henok Siagian, M.Si , Drs. Usler Simarmata, M.S sebagai penguji 1, 2, dan 3 yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Ratelit Tarigan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan kepada Bapak Drs. Japiten Banjarnahor, M.Pd , Bapak Drs. Juniar Hutahaean, M.Si dan yang telah memberikan saran dan bimbingan didalam penyusunan instrumen penelitian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulissampaikan kepada seluruh bapak dan ibu dosen serta staf pegawai jurusan fisika yang telah banyak membantu selama penyelesaian studi di UNIMED.

Penulisjuga mengucapkan terima kasih sampaikan kepada Bapak Luhut Simangunsong, S.Pd sebagai Kepala SekolahSMP Negeri 3 Pematangsiantar dan kepada Ibu Taruli Simanjuntak, S.Pd,selaku guru bidang studi fisika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru staf administrasi SMP Negeri 3 Pematangsiantar yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kebaikan-Nya yang memberi hikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model PembelajaranInquiry Training Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model PembelajaranInquiry Training Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Pokok Di Kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013”.

Drs. Pintor Simamora, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Karya Sinulingga, M.Si , Drs. Henok Siagian, M.Si , Drs. Usler Simarmata,

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Ratelit Tarigan, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan kepada Bapak Drs. Japiten Banjarnahor, M.Pd , Bapak Drs. Juniar Hutahaean, M.Si dan yang telah memberikan saran dan bimbingan didalam penyusunan instrumen penelitian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulissampaikan kepada seluruh bapak dan ibu dosen serta staf pegawai jurusan fisika yang telah banyak membantu selama

(3)

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua yang teramat penulis sayangi, ayahanda tercinta Drs. Wismin Marpaung dan Ibunda tersayang Renti Simanjuntakyang telah mendidik dan membesarkan penulis, memberi doa yang tulus dan dorongan serta sumbangsih yang besar dari segi material, spritual dan nasehat yang menjadi motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, juga teristimewa penulis ucapkan kepada saudara-saudara penulis; abang (Hendra Marpaung,SH), eda (Kristina C. Siburian,ST) , kakak (Masnytha Marpaung, SE dan Erisa A. Marpaung, SE), adek (Paskha Y. Marpaung), dan boru abangku yang super duper imoet banget (Lidia Hotnauli A. Marpaung), serta sanak keluarga lain yang telah memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat terdekat penulis Berto Sitompul, S.Pd yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis di dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulisyang tergabung dalam group Gecinth(Bellina Siburian,Lammindo Pakpahan, Maria F. Ginting, Tetty Ompusunggu), Erni M. Samosir, Elisabeth Hutasoit, Merta Simbolon, Shinta Sonia Gultom, Sisca W. Sembiring dan seluruh teman-teman Fisika Dik B 2009yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis. Spesial buat Berto Sitompul, S.Pd yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulisdi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juli 2013

Penulis,

Masnur Marpaung NIM. 409121055

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua yang teramat sayangi, ayahanda tercinta Drs. Wismin Marpaung dan Ibunda tersayang Renti Simanjuntakyang telah mendidik dan membesarkan penulis, memberi doa yang tulus dan dorongan serta sumbangsih yang besar dari segi material, spritual dan nasehat yang menjadi motivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, juga teristimewa penulis ucapkan kepada saudara-saudara penulis; abang (Hendra Marpaung,SH), eda (Kristina C. Siburian,ST) , kakak (Masnytha Marpaung, SE dan Erisa A. Marpaung, SE), adek (Paskha Y. Marpaung), dan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat terdekat penulis Berto

sahabat penulisyang tergabung dalam group (Bellina Siburian,Lammindo Maria F. Ginting, Tetty Ompusunggu), Erni M. Samosir, Elisabeth Hutasoit, Merta Simbolon, Shinta Sonia Gultom, Sisca W. Sembiring dan seluruh teman-teman Fisika Dik B 2009yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

(4)
(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAININGBERBASIS MINDSCAPING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

SUB MATERI POKOK CAHAYA DI KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 3

PEMATANGSIANTAR T.P 2012/2013

Masnur Marpaung (NIM 409121055)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

inquiry training berbasis mindscaping terhadap hasil belajar siswa pada sub materi pokok cahaya di kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P

2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling

dengan mengambil 2 kelas dari 8 kelas secara acak yaitu kelas VIII-2 sebagai kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis

mindscaping dan kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar yang memenuhi validitas isi dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah 20 soal.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 38,71 dengan standar deviasi 11,27 , dan nilai rata-rata kelas kontrol 37,43 dengan standar deviasi 11,34. Hasil uji t dua pihak dengan dk = 68 dan α= 0,05, diperoleh thitung=

0,47, ttabel= 1,99 sehingga thitung< ttabelmaka H0diterima, dengan demikian diperoleh

bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Kemudian diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry training berbasismindscapingdan kelas kontrol dengan dengan model pembelajaran langsung. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, diperoleh postest dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 73,86 dengan standar deviasi 12,72 dan kelas kontrol 61,71 dengan standar deviasi 10,57. Hasil uji t satu pihak dengan

dk = 68 dan taraf signifiksn α = 0,05 diperoleh thitung = 4,35, ttabel = 1,67 sehingga

sehingga thitung > ttabel maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan

adanya pengaruh model pembelajaran inquiry training berbasismindscaping terhadap hasil belajar siswa pada sub materi pokok cahaya di kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada sub materi

penelitian ini adalah quasi eksperimen

seluruh siswa kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P

2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling

dengan mengambil 2 kelas dari 8 kelas secara acak yaitu kelas VIII-2 sebagai kelas

yang menggunakan model pembelajaran inquiry training

dan kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model langsung. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar yang memenuhi validitas isi dalam bentuk pilihan

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 38,71 dengan standar deviasi 11,27 , dan nilai rata-rata kelas kontrol 37,43 dengan standar deviasi 11,34. Hasil uji t dua pihak dengan dk = 68 dan = 0,05, diperoleh t

0,47, t = 1,99 sehingga t < t maka H diterima, dengan demikian diperoleh

bahwa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Kemudian diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model

pembelajaran langsung. Setelah pembelajaran selesai dilakukan, diperoleh postest dengan hasil rata-rata kelas eksperimen 73,86 dengan standar deviasi 12,72 dan kelas kontrol 61,71 dengan standar deviasi 10,57. Hasil uji t satu pihak dengan

diperoleh t = 4,35, t = 1,67 sehingga

sehingga t > t maka Ha diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar pengesahan i

Riwayat hidup ii

Abstrak iii

Kata pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Rumusan Masalah 4

1.5 Tujuan Penelitian 5

1.6 Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Kerangka Teoritis 6

2.1.1 Pengertian Belajar 6

2.1.2 Hasil Belajar 6

2.2 Pengertian Model Pembelajaran 7

2.2.1 Model Pembelajaran Langsung 7

2.2.2 Model Pembelajaran Inquiry Training 9

2.3 Media Mindscaping 16

2.3.1 Media sebagai Alat Bantu 16

2.3.2 Membuat Mindscape 16

2.3.4 Langkah Mindscape 19

2.3.5 Mindscaping Sebagai Riset Pembuatan Catatan 21

2.4 Uraian Materi 28

2.4.1 Pengertian Cahaya 28

2.4.2 Hukum Pemantulan Cahaya 28

2.4.3 Cermin dan Sifat Bayangan 29

2.5 Kerangka Konseptual 36

2.6 Hipotesis 38

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 39

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 39

3.2.1 Populasi Penelitian 39

3.2.2 Sampel Penelitian 39

(7)

3.3.1 Variabel Bebas 39

3.3.2 Variabel Terikat 39

3.4 Desain Penelitian 40

3.5 Prosedur Penelitian 40

3.6 Instrumen Penelitian 41

3.7 Teknik Analisis Data 42

3.7.1 Menghitung nilai rata-rata dan simpangan baku 42

3.7.2 Uji Normalitas 42

3.7.3 Uji Homogenitas 43

3.7.4 Pengujian Hipotesis 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47

4.1 Hasil Penelitian 47

4.11 Data Nilai Pretest 47

4.1.2 Data Nilai Postest 48

4.1.3 Uji Persyaratan Analisis Data 49

4.1.3.1 Uji Normalitas 50

4.1.3.2 Uji Homogenitas 50

4.1.4 Pengujian Hipotesis 51

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55

5.1 Kesimpulan 55

5.2 Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 57

(8)

DAFTAR TABEL

[image:8.595.85.521.114.648.2]

Halaman Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung 8

Tabel 3.1 Desain Penelitian 40

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 59

Lampiran 2 Lembar Kegiatan Siswa 90

Lampiran 3 Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar 94

Lampiran 4 Soal - soal Tes Hasil Belajar 105

Lampiran 5 Data Pretest Kelas Eksperimen 111

Lampiran 6 Data Pretest Kelas Kontrol 113

Lampiran 7 Data Postest Kelas Eksperimen 115

Lampiran 8 Data Postest Kelas Kontrol 117

Lampiran 9 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 119

Lampiran 10 Data Hasil Belajar Kelas Kontrol 121

Lampiran 11 Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, Dan Varians 123

Lampiran 12 Uji Normalitas 125

Lampiran 13 Uji Homogenitas 132

Lampiran 14 Pengujian Hipotesis 135

Lampiran 15 Rubrik Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 139 Lampiran 16 Rekapitulasi Observasi Afektif Siswa 140 Lampiran 17 Rubrik Penilaian Afektif Kelas Kontrol 144 Lampiran 18 Rekapitulasi Observasi Afektif Kelas Kontrol 145 Lampiran 19 Rubrik Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen 149 Lampiran 20 Data penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen 150 Lampiran 21 Contoh mindscaping yang diajarkan di kelas eksperimen 156 Lampiran 22 Contoh mindscaping yang dikerjakan siswa di kelas eksperimen157

Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian 159

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai salah satu ilmu dasar yang mengkaji fenomena alam berperan penting bagi kemajuan sains dan teknologi. Kemampuan memahami fisika diperoleh siswa melalui pendidikan secara umum dilaksanakan dalam pembelajaran fisika. Salah satu indikator mutu pendidikan fisika di Sekolah Menengah tercermin dari kualitas proses pembelajaran di sekolah. Saat ini timbul dugaan kualitas pembelajaran fisika yang biasa terjadi di sekolah cenderung rendah. Pembelajaran fisika di sekolah dan atau madrasah saat ini masih didominasi oleh kegiatan guru. Dalam arti guru aktif mengajar dan peserta didik pasif dalam belajar. Guru aktif menjabarkan rumus-rumus fisika dengan bantuan media pembelajaran yang ada di sekolah, latihan soal-soal, dan penambahan jam pelajaran di sore hari dengan kegiatan pendalaman materi ajar (PMA) yang semua kegiatan ini untuk mengejar target materi ajar dan mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi ujian nasional (UNAS) (Hamid, 2011).

Peserta didik tidak aktif bekerja ilmiah, bersikap ilmiah, dan tidak dapat menemukan sendiri produk ilmiah yang diharapkan. Kegiatan laboratorium atau praktikum yang diselenggarakan masih bersifat verifikasi, yaitu siswa membuktikan konsep atau hukum yang telah diajarkan di kelas (model of a scientist as seeker after truth). Jadi kegiatan laboratorium yang diselenggarakan belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep atau hukum-hukum alam. Atau dengan perkataan lain, praktik pembelajarannya masih jauh dari pembelajaran sains yang oleh Woolnough (2000) disebut pembelajaran sains autentik, yaitu pembelajaran yang memfasilitasi siswa menemukan konsep sendiri dengan cara seperti yang dilakukan oleh ilmuwan ketika menemukan konsep dan hukum-hukum alam (Wiyanto, dkk. 2006).

Fisika sebagai salah satu ilmu dasar yang mengkaji fenomena alam penting bagi kemajuan sains dan teknologi. Kemampuan memahami fisika diperoleh siswa melalui pendidikan secara umum dilaksanakan dalam pembelajaran fisika. Salah satu indikator mutu pendidikan fisika di Sekolah Menengah tercermin dari kualitas proses pembelajaran di sekolah. Saat ini timbul dugaan kualitas pembelajaran fisika yang biasa terjadi di sekolah cenderung rendah. Pembelajaran fisika di sekolah dan atau madrasah saat ini masih didominasi oleh kegiatan guru. Dalam arti guru aktif mengajar dan peserta didik pasif dalam belajar. Guru aktif menjabarkan rumus-rumus fisika dengan bantuan media pembelajaran yang ada di sekolah, latihan soal-soal, dan penambahan jam

kegiatan ini untuk mengejar target materi ajar dan mempersiapkan peserta didik

Peserta didik tidak aktif bekerja ilmiah, bersikap ilmiah, dan tidak dapat menemukan sendiri produk ilmiah yang diharapkan. Kegiatan laboratorium atau praktikum yang diselenggarakan masih bersifat verifikasi, yaitu siswa membuktikan konsep atau hukum yang telah diajarkan di kelas (model of a as seeker after truth). Jadi kegiatan laboratorium yang diselenggarakan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep atau hukum-hukum alam. Atau dengan perkataan lain, praktik pembelajarannya masih jauh dari pembelajaran sains yang oleh Woolnough (2000) disebut

(11)

oleh guru. Namun demikian, keterampilan inkuiri ilmiah siswa belum berkembang secara optimal. Padahal, kurikulum KTSP yang digunakan di sekolah menuntut adanya kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Kegiatan inkuri ilmiah meliputi observasi, pengukuran, hipotesis, interpretasi data, pengumpulan data, analisis data, interpretasi data dan membuat teori (Devi, 2010).

Bertitik tolak dari beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas, akar permasalahan rendahnya kualitas pembelajaran fisika yaitu bersumber dari praktik pembelajaran yang tidak sejalan dengan hakekat belajar dan mengajar fisika. Oleh karena itu, model pembelajaran sains yang dapat memfasilitasi hal tersebut mutlak diperlukan.

Model pembelajaran inquiry training adalah salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan proses pembelajaran tersebut. Perlunya guru sains merancang program pembelajaran sains yang berbasis inkuiri telah ditekankan sejak lama oleh para pakar pendidikan dan pakar pendidikan sains (Roth, 1996; Rutherford & Ahlgreen, 1990; Trowbridge & Bybee, 1990; Trowbridge, et al., 1981; Kaplan, 1963 dalam Rustaman, 2005). Menurut Jabot & Kautz (2003) dan Wenning & Wenning (2006) dalam Santyasa (2008: 4) mengajar adalah mengubah lingkungan belajar dan menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada peserta didik untuk melakukan Inquiry Learning dan memecahkan masalah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Williams (2005) (Santyasa, 2008) guru fisika dianjurkan untuk mengurangi berceritera dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak mengajak para peserta didik untuk bereksperimen dan memecahkan masalah. Dalam berbagai model yang dikaji dalam Model of Teaching (Joyce, et oleh guru. Namun demikian, keterampilan inkuiri ilmiah siswa belum

menuntut adanya kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

ilmiah meliputi observasi, pengukuran, hipotesis, interpretasi data, pengumpulan

Bertitik tolak dari beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas, akar

Model pembelajaran adalah salah satu alternatif model yang sesuai dengan proses pembelajaran tersebut. Perlunya guru sains merancang program pembelajaran sains yang berbasis inkuiri telah ditekankan sejak lama oleh para pakar pendidikan dan pakar pendidikan sains (Roth, 1996; Rutherford & Ahlgreen, 1990; Trowbridge & Bybee, 1990; et al., 1981; Kaplan, 1963 dalam Rustaman, 2005). Menurut Jabot Kautz (2003) dan Wenning & Wenning (2006) dalam Santyasa (2008: 4) mengajar adalah mengubah lingkungan belajar dan menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada peserta didik untuk melakukan Inquiry Learning

(12)

seni bertanya IPA tentang gejala alam dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Model pembelajaran inquiry training bertujuan untuk melibatkan kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah (Hamzah, 2007:17). Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran dari fakta menuju teori atau From Fact To Theoris(Joyce, 1996 :192).

Model pembelajaran inquiry training akan efektif jika dipadu dengan mindscaping, sehingga tampak hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi setelah melakukan kegiatan penemuan (inkuiri). Mindscapingmerupakan perwakilan visual ide dengan menggunakan gambar dan kata (Margulies dan Valenza, 2008: 14).

Setiap mindscaping memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Mindscaping dapat membantu siswa mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk mengidentifikasi konsep yang sulit dimengerti, memudahkan siswa menyusun dan memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan. Hal tersebut juga mendukung mengenai kebermaknaan dalam belajar. Selain itu, mindscaping bermanfaat dalam pemecahan masalah, dan menyiapkan serta memberikan laporan lisan atau tertulis (Margulies dan Valenza, 2008: 16). Perpaduan antara model pembelajaran inquiry training dan mindscaping diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka dalam rangka meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan proses sains siswa perlu dilakukan penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Mindscaping Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Pokok Cahaya Di Kelas VIII Semester II SMP N 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013”

seni bertanya IPA tentang gejala alam dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Model pembelajaran

melibatkan kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah (Hamzah, 2007:17). Model pembelajaran

adalah model pembelajaran dari fakta menuju teori atau

pembelajaran inquiry training akan efektif jika dipadu dengan , sehingga tampak hubungan yang bermakna antara konsep-konsep bentuk proposisi-proposisi setelah melakukan kegiatan penemuan (inkuiri). merupakan perwakilan visual ide dengan menggunakan gambar dan

memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna orang yang menyusunnya. dapat membantu siswa konsep ke dalam struktur yang berarti sehingga bermanfaat untuk mengidentifikasi konsep yang sulit dimengerti, memudahkan siswa menyusun dan memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan. Hal tersebut juga mendukung mengenai kebermaknaan dalam belajar. Selain itu,

bermanfaat dalam pemecahan masalah, dan menyiapkan serta laporan lisan atau tertulis (Margulies dan Valenza, 2008: 16). Perpaduan antara model pembelajaran inquiry training

dari latar belakang tersebut, maka dalam rangka meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan proses sains siswa perlu dilakukan penelitian

“Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

(13)

1. Pembelajaran fisika di sekolah saat ini masih didominasi oleh kegiatan guru.

2. Peserta didik tidak aktif bekerja ilmiah, bersikap ilmiah, dan tidak dapat menemukan sendiri produk ilmiah yang diharapkan.

1.3 Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan peneliti maka perlu dibatasi masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk model pembelajaran inquiry training berbasismindscaping.

2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar tahun pelajaran 2012/2013.

3. Materi yang disajikan kepada siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi pada sub materi pokok Cahaya.

1.4 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis mindscaping pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013? 3. Adakah pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran inquiry

trainingberbasis mindscapingterhadap hasil belajar siswa pada sub materi Pembelajaran fisika di sekolah saat ini masih didominasi oleh kegiatan

2. Peserta didik tidak aktif bekerja ilmiah, bersikap ilmiah, dan tidak dapat

Karena keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan peneliti maka perlu masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar

3. Materi yang disajikan kepada siswa dalam penelitian ini hanya dibatasi

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah telah diuraikan, maka

Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model inquiry training pada sub materi Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) pada sub materi pokok

(14)

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis mindscaping pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013.

2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunkan model pembelajaran langsung (direct instruction)pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013.

3) Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran inquiry trainingberbasis mindscaping terhadap hasil belajar siswa pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model pembelajaran inquiry training berbasis mindscapingyang dapat digunakan nantinya dalam mengajar.

2. Sebagai latihan bagi penulis dalam mengajar nantinya.

3. Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model inquiry training pada sub materi Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P

2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunkan model

3) Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan penerapan model inquiry training terhadap hasil belajar pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3

Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training berbasis mindscaping pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P. 2012/2013 setelah diberikan perlakuan rata-rata postes siswa sebesar 73,86.

2. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematanggsiantar T.P. 2012/2013 setelah diberikan perlakuan, rata-rata postes siswa sebesar 61,71.

3. Ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis mindscaping terhadap hasil belajar siswa pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013, dimana t hitung= 4,35 > t tabel = 1,67 pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil ini menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis mindscaping lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh

. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training pada sub materi pokok Cahaya di VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P. 2012/2013 setelah

2. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada sub materi pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematanggsiantar T.P. 2012/2013 setelah diberikan perlakuan, rata-rata

3. Ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran

terhadap hasil belajar siswa pada sub pokok Cahaya di kelas VIII SMP Negeri 3 Pematangsiantar T.P 2012/2013, dimana t = 4,35 > t = 1,67

(16)

5.2 Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya agar mampu menyampaikan kepada siswa jenis pertanyaan yang digunakan dalam belajar dengan model pembelajaran inquiry training, sebab jangan sampai pertanyaan yang diajukan siswa, peneliti yang menjawabnya, Seharusnya peneliti hanya memberikan jawaban “Ya” atau “Tidak”.

2. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya membuat perencanaan yang lebih baik pada pengorganisasian kelompok, sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kelompok cukup 3-4 orang saja agar semua aktif dalam melakukan praktikum.

3. Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya mengusahakan bentuk penyampaian mindscaping yang lebih tepat agar seluruh siswa dapat membuat daya kreatifitasnya masing-masing dengan jelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih kondusif lagi.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti permasalahan yang sama diharapkan agar melaksanakan penelitian pada lokasi dan materi pokok berbeda serta terlebih dahulu memperhatikan kelemahan-kelemahan didalam penelitian ini sehingga tercapai peningkatan hasil belajar yang lebih baik.

1. Kepada peneliti selanjutnya agar mampu menyampaikan kepada siswa pertanyaan yang digunakan dalam belajar dengan model inquiry training, sebab jangan sampai pertanyaan yang siswa, peneliti yang menjawabnya, Seharusnya peneliti hanya

2. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya membuat perencanaan yang lebih baik pada pengorganisasian kelompok, sebaiknya jumlah siswa dalam setiap kelompok cukup 3-4 orang saja agar semua aktif dalam melakukan

yang lebih tepat agar seluruh siswa dapat membuat daya masing-masing dengan jelas sehingga proses pembelajaran

(17)

Arikunto, S., (2006). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara Aunurrahman., (2009). Belajar dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta

Dahniar, Nani., (2006), Pertumbuhan Aspek Psikomotorik dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Observasi Gejala Fisis Pada Siswa SMP, Jurnal Pendidikan Inovatif 2: 1-5

Daryanto., (2010), Belajar dan Mengajar, Bandung : Yrama Widya

Devi, Kamalia Popy,. (2010), Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA UNTUK GURU SMP, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program BERMUTU48: 4

Djamarah, S., dan Zain, A.,(2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Halliday, D., R. Resnick and J. Walker, (2001) Fundamental of Physics 6௧ ௛

Edition, John Wiley and Sons, Inc, New York

Hamid, Ahmad Abu., (2011), Pembelajaran Fisika di Sekolah, Yogyakarta: FMIPA UNY

Joyce, B., dan Weil, M., (2009),Models of Teaching, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Karim, Saeful., dkk., (2008), Belajar IPA: Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2

Untuk Kelas VIII SMP/MTS, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Kartono, Agus., (2008), Seribu Pena Fisika, Bandung: Erlangga

Mangunwiyoto, Widagdo,, Harjono., (2007), Pokok-Pokok Fisika SMP, Jakarta: Erlangga

Margulies, Nancy., Christine Valenza., (2008), Pemikiran Visual, Jakarta: Indeks Rustaman., 2005, Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam

Pendidikan Sains, Makalah dalam Seminar Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IndonesiaBandung 22-23 Juli 2005 Santyasa, I Wayan., (2008), Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan

Pemecahan Masalah Fisika Bagi Siswa SMA dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok, Laporan Hasil Penelitian, FKIP Undikhsa.

Nani., (2006), Pertumbuhan Aspek Psikomotorik dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Observasi Gejala Fisis Pada Siswa SMP, Jurnal Pendidikan

Kamalia Popy,. (2010), Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA GURU SMP, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk

D., R. Resnick and J. Walker, (2001) Fundamental of Physics ௧ ௛

Hamid, Ahmad Abu., (2011), Pembelajaran Fisika di Sekolah, Yogyakarta:

Saeful., dkk., (2008), Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar 2 Kelas VIII SMP/MTS, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Widagdo,, Harjono., (2007), Pokok-Pokok Fisika SMP,

Pendidikan Sains, Makalah dalam Seminar Nasional II Himpunan Ikatan

(18)

Kencana

Sudjana., (2005),Metode Statistika, Bandung: Tarsito

Sudjana., N (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Kencana

Wiyanto., A. Sopyan., Nugroho., dan S.W. A. Wibowo (2006), Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA, Jurnal Pendidikan Fisika 2: 63-66

N (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT

Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif

Gambar

Tabel 2.1Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Referensi

Dokumen terkait

Selain sebagai langkah pengurangan penggunaan plastik, pelaku bisnis laundry dapat menggunakan tas Lacaca ini sebagai media promosi untuk menarik pelanggan

Faktor kontijensi yang akan peneliti ambil dalam penelitian ini adalah motivasi sebagai faktor psikologi karyawan (Riyadi, 2000), faktor pelimpahan wewenang sebagai faktor

[r]

diangkat sebagai kepala sekolah adalah guru yang telah mempunyai sertifikasi. dan pengalaman kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope , sehingga

[r]

1 Menampilkan data secara detail dari baris data yang dipilih pada halaman lokasi atau hasil pencarian Halaman lokasi Pengguna meng-klik link ‘View’ Menampilkan

menunjukkan bahwa Fobservasi = 14,47 dan Ftabel = 3,12 sehingga Fobservasi &gt; Ftabel, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bersama (interaksi) antara penggunaan