DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHADAP KONSEP SUDUT PADA BANGUN RUANG BERDASARKAN
LEARNING TRAJECTORY
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Matematika
oleh
Dean Refangga Setiadi
NIM 1100077
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Desain Didaktis untuk Mengembangkan
Kompetensi Siswa terhadap Konsep
Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan
Learning Trajectory
Oleh
Dean Refangga Setiadi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Dean Refangga Setiadi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Desain Didaktis untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang
Berdasarkan Learning Trajectory” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari
pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2015
Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Dean Refangga Setiadi (1100077). Desain Didaktis untuk Mengembangkan Kompetensi Siswa Terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan Learning Trajectory
Penelitian ini merupakan penelitian desain didaktis (didactical design research) tentang desain didaktis untuk mengembangkan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang berdasarkan learning trajectory. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah kurangnya kompetensi siswa dalam memahami konsep sudut pada bangun ruang, bentuk pembelajaran yang bersifat menerima materi bukan mengkonstruksi materi, dan alur kegiatan pembelajaran (learning trajectory) yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, guru perlu membuat rancangan belajar (desain didaktis) yang mampu mengembangkan kompetensi siswa dan memperkaya alur kegiatan pembelajaran pada materi ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun desain didaktis yang mampu mengembangkan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang. Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian kualitatif berupa penelitian desain didaktis melalui tiga tahapan analisis yaitu analisis situasi didaktis, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, desain didaktis yang telah disusun masih kurang mampu mengembangkan kompetensi siswa, hal ini disebabkan oleh siswa yang tidak terbiasa untuk mengkonstruksi konsep, siswa terbiasa untuk menerima konsep begitu saja dan menggunakannya setelah diberikan contoh yang sesuai dengan soal yang akan diberikan oleh guru.
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Dean Refangga Setiadi (1100077). Didactical Design to Develop Student’s Competences Towards the Concept of Angle in Space Based On Learning Trajectory.
This research was a didactical design research about didactical design to develop
student’s competences towards the concept of angle in space based on learning trajectory.
The undernying problem of this research was the lack of student’s competences to
understanding the concept of angle in space, the form of learning that only to receive the topic rather than to construct the topic, and the needs to improve the learning trajectory. Therefore, teacher needs to create a didactical design that able to develop student’s competences and enrich the learning trajectory in this topic. The purpose of this research
was to set a didactical design that able to develop student’s competences towards the concept of angle in space. The used research method was a method of qualitative research in the form of a didactical design research through three phase of analysis that is didactical situation analysis, metapedadidactical analysis, dan retrospective analysis. The subject of this research was students in 10th grade from Laboratory Pilot Senior High School of Universitas Pendidikan Indonesia (SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia). Based on the results of research and discussion, the
didactical design that has been made, was still less able to develop student’s competences,
this is caused by the students that are not used to construct the concept, they used to accept the concept for granted and use it after being given with an example in accordance with the question that will be provided by teacher.
Key Word : Didactical Design Research, Didactical Design, Learning Trajectory,
DAFTAR ISI
Hal aman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi ... 7
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Learning Obstacle ... 9
B. Learning Trajectory ... 9
C. Didactical Design Research (DDR)... 10
D. Mathematics Proficiency ... 12
E. Teori Belajar Terkait ... 12
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 20
B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 22
C. Pengumpulan Data... 22
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Learning Obstacle Topik Sudut pada Bangun Ruang... 24
B. Learning Trajectory Topik Sudut pada Bangun Ruang ... 30
C. Desain Didaktis Topik Sudut pada Bangun Ruang ... 32
D. Analisis Perkembangan Kompetensi Siswa... 55
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 61
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 62
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Persentase Perkembangan Conceptual Understanding Siswa... 55
4.2 Persentase Perkembangan Procedural Fluency Siswa ... 57
4.3 Persentase Perkembangan Strategic Competence Siswa ... 58
4.4 Persentase Perkembangan Adaptive Reasoning Siswa ... 59
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Bentuk pendefinisian sudut dalam buku siswa ... 4
1.2 Definisi sudut dalam buku karangan Edwin E. Moiss... 4
2.1 Segitiga didaktis yang dimodifikasi ... 11
4.1 Jawaban soal no. 1... 24
4.2 Jawaban soal no. 2... 25
4.3 Jawaban soal no. 3... 25
4.4 Jawaban soal no. 4... 26
4.5 Jawaban soal no. 5... 27
4.6 Jawaban soal no. 6... 28
4.7 Jawaban soal no. 7... 28
4.8 Structural’s Learning Trajectory topik sudut pada bangun ruang... 31
4.9 Bentuk permainan sepak bola berputar... 34
4.10 Media pion pemain dan bola ... 35
4.11 Kemungkinan arah pergerakan pion pemain terhadap bola ... 35
4.12 Hasil menghubungkan poros pion dengan bola... 36
4.13 Prediksi cara mengukur sudut tumpuan yang dilakukan siswa ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 – Peta Konsep Lampiran 2 – Chapter Design
Lampiran 3 – Desain Didaktis Konsep Sudut pada Bangun Ruang Lampiran 4 – Draft dan Hasil Wawancara Guru
Lampiran 5 – Kisi-kisi dan Soal Instrumen Uji Learning Obstacle Lampiran 6 – Contoh Jawaban Uji Learning Obstacle Responden Lampiran 7 – Rubrik dan Soal Instrumen Tes Mathematics Proficiency Lampiran 8 – Contoh Jawaban Tes Mathematics Proficiency Subjek
Penelitian
Lampiran 9 – Rekapitulasi Hasil Analisa Jawaban Tes Mathematics
Proficiency Subjek Penelitian
Lampiran 10 – Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Tempat Penelitian
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia yang
berpengaruh juga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Begitupun sebaliknya, ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh
terhadap perkembangan pendidikan.
Matematika menjadi salah satu bidang yang ikut berkembang dan berperan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengapa
demikian? Hampir seluruh aspek kehidupan dan kegiatan manusia tidak terlepas
dari matematika. Matematika memiliki kekayaan akan konsep yang digunakan di
bidang lain seperti ilmu alam, ilmu sosial, kedokteran, dan sebagainya. Hal ini
mengakibatkan matematika mulai dipelajari dari pendidikan tingkat dasar hingga
ke perguruan tinggi.
Dipelajarinya matematika oleh siswa di dunia pendidikan tentu terkait
dengan proses pembelajaran. Pembelajaran memuat kegiatan belajar dan
mengajar, menurut Suherman (2010) bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah
kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran
adalah membuat siswa dalam kondisi belajar. Departemen Pendidikan Nasional
(2007) merumuskan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:
1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah;
2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika;
3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyajikan model, dan menafsirkan solusi yang
diperoleh;
4. mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
2
5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Menurut Ausubel (Suherman : 2010) tujuan pembelajaran matematika dapat
tercapai secara optimal jika pembelajaran berlangsung secara bermakna atau
belajar bermakna (meaningful learning). Namun kenyataan yang terjadi adalah
pembelajaran matematika mengarah kepada proses transfer konsep dan rumus
sehingga pembelajaran matematika bersifat dogmatis, maksudnya adalah siswa
hanya menerima begitu saja tanpa mengetahui penjelasan dan keikutsertaan dalam
mengkonstruksi konsep. Hal ini berdasarkan hasil pengamatan dan analisis video
kegiatan belajar mengajar matematika yang terjadi di sekolah.
Berdasarkan hasil analisis dari beberapa video pembelajaran matematika
yang penulis lakukan sebelumnya, penulis menemukan bahwa kegiatan belajar
siswa merupakan belajar ‘hasil matematika’, bukan belajar ‘proses matematika’.
Maksud dari ‘hasil matematika’ adalah serangkaian prinsip, konsep, prosedur, hingga fakta dalam matematika. Sedangkan ‘proses matematika’ adalah proses
dalam menemukan, mengkonstruksi, sampai mengkoneksikan suatu konsep,
prinsip, fakta, dan prosedur dalam matematika. Sebagai contoh, ketika
mempelajari tentang variabel, guru memberitahukan begitu saja apa itu variabel
(konsep), padahal, makna atau definisi dari varibel dapat ditemukan oleh siswa
melalui suatu kegiatan yang dapat disusun oleh guru agar siswa mampu
menemukan sendiri apa itu variabel, kegiatan siswa untuk menemukan definisi
variabel inilah yang merupakan proses matematika. Sehingga kegiatan
pembelajaran hanya berlangsung satu arah, yaitu proses guru mentransfer ilmu
kepada murid, sedikit sekali campur tangan siswa dalam mempelajari ilmu baru
dalam matematika. Jadi, siswa masuk kelas, duduk, guru memasuki kelas,
mentransfer ilmu, dan siswa hanya menerima, sebatas itu. Kegiatan pembelajaran
yang seperti itu, akan mengakibatkan kata ‘belajar’ hilang dari proses
pembelajaran.
Beberapa video pembelajaran menunjukkan respon siswa terlihat senang
3
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyenangkan merupakan syarat cukup bagi pembelajaran matematika? Didi
Suryadi mengatakan dalam kegiatan workshop Didactical Design Research pada
bulan April 2014, bahwa hakikat pembelajaran matematika tidak hanya saat
menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena ekspresi tersebut tidak
menjelaskan apakah peserta didik paham atau tidak. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan syarat perlu, bukan
syarat cukup. Syarat cukup dari pembelajaran matematika adalah terbentuknya
pemahaman dan sistem keyakinan dalam diri siswa mengenai bagaimana siswa
memandang dan mempelajari matematika.
Suryadi (2010b) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang terkait dalam
pembelajaran matematika yaitu guru, siswa, dan materi. Jika pembelajaran hanya
didasarkan atas pemahaman tekstual akan menghasilkan proses belajar
matematika bersifat miskin makna dan konteks, serta proses belajar berorientasi
hasil yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar. Pembelajaran yang
kurang bermakna akan mengakibatkan hilangnya proses integrasi konsep,
sedangkan konsep-konsep dalam matematika bersifat saling membangun dan
berkaitan seperti rantai. Jika terputus, maka akan terbentuk suatu partisi dalam
pemahaman siswa setiap mempelajari konsep matematika baru yang diterimanya.
Dari sekian banyak konsep dalam matematika, yang dipelajari dari tingkat
SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi adalah konsep sudut. Konsep sudut
dipelajari mulai dari definisi saat SD, kemudian berkembang bersama
konsep-konsep matematika lainnya mulai dari sudut pada bidang, hingga ke bentuk sudut
yang lebih kompleks yaitu sudut pada ruang. Konsep sudut pada ruang
memerlukan beberapa konsep untuk membentuknya seperti konsep jarak, proyeksi
tegak lurus, hingga bentuk kedudukan antar objek-objek geometri yaitu titik,
garis, dan bidang.
Fakta dilapangan mengenai bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
sekolah memperlihatkan kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan dalam pemaparan
konsep sudut dan ini bahkan terjadi di tingkat SD. Kesalahan dalam
mendefiniskan sudut, penjelasan daerah sudut, juga pada buku tersebut tidak
4
menjelaskan mengenai definisi sudut di tingkat SD dari tiga jenis Buku Sekolah
Elektronik kelas 4 SD yang disediakan dalam website bse.kemdikbud.go.id:
\
Gambar 1.1
Bentuk pendefinisian sudut dalam buku siswa
Pada gambar pertama kekeliruan dalam menunjukkan ukuran sudut sebagai
sudut, dan mendefinisikan sudut sebagai ruas garis berpotongan pada titik
pangkal. Pada gambar kedua, daerah interior sudut disebut sebagai sudut.
Terakhir, pada gambar ketiga juga kekeliruan pada definisi sudut yang dibentuk
oleh dua garis lurus berpotongan, dan mengatakan sinar AB dan AC sebagai ruas
garis. Definisi sudut yang tepat adalah seperti pada gambar berikut yang dikutip
dari buku “Elementary Geometry from an Advanced Standpoint” karangan Edwin
5
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 1.2
penjelasan manakah yang merupakan sudut dari dua garis berpotongan tersebut.
Penyajian sifat-sifat sudut sehadap, dalam berseberangan, dan sebagainya dari
setiap jenis buku langsung dipaparkan dengan menggunakan dua garis sejajar
yang dipotong oleh garis transversal. Kekeliruan juga terjadi pada buku pegangan
siswa di tingkat SMA, prosedur disajikan dengan cara yang sama dan tidak ada
penjelasan mengenai prosedur tersebut.
Suratno (2013) menjelaskan bahwa hal ini merupakan hambatan belajar
(learning obstacle) dalam proses pembelajaran siswa yang disebut sebagai
didactical obstacle karena kesalahan pada bahan ajar akan mengakibatkan
kesalahan dalam mengajar. Kesulitan belajar ini muncul dan terjadi semenjak
awal siswa belajar mengenai konsep sudut, maka dapat dipastikan munculnya
epistemological obstacle, yaitu kesulitan belajar yang disebabkan oleh
pemahaman siswa yang terbatas. Penyajian dalam bahan ajar yang sama
mengakibatkan suatu kesulitan belajar karena bahan ajar tersebut tidak bisa
diakses oleh setiap siswa, sedangkan modalitas atau kemampuan siswa dalam
kelas berbeda-beda sehingga beberapa siswa mengalami kekurangan mental
belajar. Kesulitan belajar ini disebut ontogenical obstacle.
Suratno dan Suryadi (2013) menyatakan bahwa dalam perencanaan
6
siswa atas situasi didaktis (pola hubungan siswa-materi melalui bantuan sajian
guru) yang dikembangkan sehingga rangkaian situasi didaktis berikutnya
kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintasan belajar (learning
trajectory) masing-masing siswa. Artinya, setiap siswa memiliki pola pikir
tersendiri dalam merespon sajian materi dan kegiatan pembelajaran. Hal ini
mengindikasikan perlunya melakukan repersonalisasi sebelum membuat
rancangan pembelajaran. Repersonalisasi adalah proses mengaitkan konsep
sebelum dan sesudahnya. Suryadi (2010) menjelaskan bahwa berbagai
pengalaman yang diperoleh melalui proses tersebut akan menjadi bahan berharga
bagi guru pada saat berusaha membantu kesulitan belajar yang dialami siswa yang
kadang-kadang kesulitan tersebut sama persis dengan pengalaman yang pernah
dialaminya pada saat melakukan proses repersonalisasi.
Rancangan pembelajaran atau desain didaktis disusun dengan
mempertimbangkan learning obstacle yang diperoleh dalam penelitian. Namun,
itu tidaklah cukup, karena guru juga harus menentukan alur kegiatan pembelajaran
dari awal hingga akhir tercapainya tujuan pembelajaran. Alur pembelajaran ini
disebut learning trajectory. Dengan mempertimbangkan kedua hal ini, maka
diharapkan guru dapat membuat alternatif-alternatif penyajian materi yang sesuai
dengan karakter siswa sehingga memunculkan proses belajar matematika yang
selama ini buram dalam kegiatan pembelajaran, optimalisasi potensi siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Desain Didaktis untuk Mengembangkan
Kompetensi Siswa Terhadap Konsep Sudut pada Bangun Ruang Berdasarkan
Learning Trajectory”.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun dan menentukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada
bangun ruang?
7
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana bentuk desain didaktis alternatif berdasarkan learning trajectory
konsep sudut pada bangun ruang?
4. Bagaimana implementasi desain didaktis konsep sudut pada bangun ruang
berdasarkan respon siswa yang timbul?
5. Bagaimana perkembangan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada
bangun ruang selama implementasi desain?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui masalah-masalah yang teridentifikasi dalam pembelajaran konsep
sudut pada bangun ruang.
2. Mengetahui apa saja kompetensi siswa yang dapat dikembangkan dalam
konsep sudut pada bangun ruang.
3. Mengetahui bentuk desain didaktis alternatif berdasarkan learning trajectory
konsep sudut pada bangun ruang.
4. Mengetahui implementasi desain didaktis konsep sudut pada bangun ruang
berdasarkan respon siswa yang timbul
5. Mengetahui perkembangan kompetensi siswa terhadap konsep sudut pada
bangun ruang selama implementasi desain
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih memahami dan mengembangkan
kompetesinya terhadap konsep sudut pada bangun ruang dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran matemaika
berdasarkan karakteristik siswa melalui desain didaktis beserta
8
3. Bagi penulis, diharapkan dapat mengetahui desain didaktis konsep sudut pada
bangun ruang dan menjadi kegiatan rutinitas dalam membuan desain didaktis
konsep matematika lainnya untuk meningkatkan profesionalitas pendidik.
4. Bagi penulis lain, diharapkan dapat menjadi rujukan dalam menyusun desain
didaktis atau penelitian pendidikan matematika lainnya.
E. Struktur Organisasi
Skripsi ini terdiri dari beberapa bab dengan struktur organisasi dan
penjelasannya sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan, berisikan tentang gambaran isi skripsi, yang terdiri dari
latar belakang yang berisikan alasan melakukan penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi yang berisi
tentang urutan dan bagian bab dalam skripsi ini.
2. BAB II Landasan Teoritis, beirisikan tentang teori yang digunakan dalam
penelitian dan penyusunan skripsi
3. BAB III Metode Penelitian, berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang
digunakan, desain penelitian, instrumen penelitian, subjek penelitian, dan
teknik analisis data yang digunakan.
4. BAB IV Temuan dan Pembahasan, berisikan hasil penelitian yang diperoleh
berdasarkan rumusan masalah, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian
pustaka.
5. BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, berisi kesimpulan dan saran
yang berkenaan dengan hasil penelitian.
6. Daftar Pustaka, memuat semua sumber tertulis yang digunakan dalam
penelitian skripsi.
7. Lampiran, memuat semua dokumen yang digunakan selama penelitian dan
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis topik sudut
pada bangun ruang berdasarkan pada learning trajectory dan menggunakan hasil
uji learning obstacle sebagai pertimbangan kegiatan dan antisipasi respon siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini
dipilih agar dapat lebih jelas dan rinci menjelaskan kejadian-kejadian lebih
kompleks yang tidak bisa dijelaskan atau diungkapkan dengan menggunakan
metode kuantitatif.
Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini, yaitu
sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
a. Memilih sebuah konsep matematika yang akan dijadikan sebagai materi
penelitian.
b. Mempelajari beberapa penelitian sebelumnya untuk mengkaji learning
obstacle yang sudah ditemukan.
c. Menganalisis bahan ajar dan alur yang digunakan dalam pembelajaran di
sekolah terkait konsep matematika yang dipilih.
d. Menganalisis video pembelajaran mengenai kegiatan belajar mengajar
matematika dan konsep terkait.
e. Mempelajari materi yang telah dipilih untuk penelitian.
f. Melakukan wawancara terhadap guru mengenai pengalamannya dalam
kegiatan belajar mengajar konsep yang sudah dipilih.
2. Tahap Persiapan
a. Menganalisis dan membuat represonalisasi dari konsep yang telah dipilih
dalam bentuk peta konsep.
b. Menyusun beberapa opsi learning trajectory dari konsep yang dipilih.
c. Menganalisis karakteristik siswa dan tempat yang akan dijadikan subjek
21
d. Menyusun, membuat, dan mengkonsultasikan instrumen tes kompetensi
siswa
e. Menyusun, membuat, dan mengkonsultasikan desain didaktis awal yang
telah dibuat kepada orang-orang yang ahli dibidangnya.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Memilih dua subjek penelitian misal A dan B.
b. Melakukan uji coba desain didaktis awal pada subjek A.
c. Melakukan tes terhadap siswa setelah uji coba desain didaktis awal.
d. Menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari desain
didaktis awal.
e. Melakukan perbaikan dan menyusun desain didaktis baru yang lebih baik
dari sebelumnya.
f. Melakukan uji coba desain didaktis revisi pertama pada subjek B.
g. Melakukan tes terhadap subjek B.
h. Menganalisis dan melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari desain
didaktis revisi pertama menjadi desain didaktis revisi kedua.
B.Partisipan dan Tempat Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa SMA kelas X pada salah
satu sekolah di Kota Bandung. Penulis akan membuat dan mengujicobakan desain
didaktis mengenai konsep sudut pada bangun ruang untuk siswa SMA kelas X.
Sesuai dengan kurikulum bahwa konsep ini dipelajari oleh siswa SMA kelas X.
C.Pengumpulan Data
Dalam metode penelitian kualitatif, penulis sendiri atau dengan bantuan
orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong : 2012). Penulis
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, dan pada akhirnya menjadi
pelapor hasil penelitiannya (Moleong : 2012). Pada penelitian ini, teknik
pengumpulan data digunakan pada penelitian ini adalah teknik triangulasi, yaitu
gabungan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi dan pengujian instrumen
22
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada
responden yang jumlahnya sedikit. Wawancara yang dilakukan oleh penulis
adalah wawancara terstruktur, yaitu setiap responden diajukan pertanyaan yang
sama. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terlebih dahulu disusun secara sistematis
dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Wawancara yang dilakukan adalah
wawancara kepada guru matematika sebelum uji coba desain didaktis.
Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang menyimpan data
tentang sikap dan kepribadian. Data yang diperoleh dari hasil observasi bersifat
relatif karena dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas pengamat. Observasi
yang dilakukan penulis adalah observasi non partisipant, artinya penulis hanya
bertindak sebagai pengamat independent tanpa harus masuk kedalam kehidupan
sehari-hari subjek yang diteliti.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi video pembelajaran,
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang
relevan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang semakin objektif.
D.Analisis Data
Metode penelitian kualitatif yang digunakan berupa Penelitian Desain
Didaktis (Didactical Design Research) melalui analisis yang dilakukan melalui
tiga tahapan, yaitu:
1. analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa
Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP;
2. analisis metapedadidaktik, yakni analisis kemampuan guru yang meliputi
tiga komponen yang terintegrasi yaitu kesatuan, fleksibilitas, dan koherensi;
3. analisis retrosfektif, yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi
didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedidaktik;
Analisis data dilakukan dari semenjak sebelum penelitian hingga sesudah
penelitian, hal ini ditujukan untuk melihat korelasi antara hasil analisis sebelum,
saat, dan sesudah penelitian. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
23
2. menganalisis secara rinci informasi yang sudah dikumpulkan;
3. mengelompokkan setiap informasi dalam suatu klasifikasi berdasarkan hasil
analisis;
4. mencatat informasi yang muncul secara terperinci saat melakukan
penelitian;
5. menganalisis informasi baru dan membandingkan dengan hasil analisis dari
informasi sebelumnya;
6. menemukan pola dari informasi- informasi yang sudah ada;
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa penulis mendapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Masalah yang terindikasi dalam pembelajaran konsep sudut pada bangun
ruang adalah lemahnya tilikan ruang siswa, kurangnya pemahaman siswa
mengenai konsep sudut, lemahnya materi prasyarat dan kekeliruan siswa
dalam menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek
geometri;
2. Kompetensi yang dapat dikembangkan dalam konsep sudut pada bangun
ruang ada 5. Pertama adalah conceptual understanding yaitu pemahaman
konsep siswa terhadap konsep sudut pada bangun ruang secara menyeluruh.
Kedua adalah procedural fluency yaitu kecakapan siswa dalam
menggunakan prosedur menentukan sudut antara objek-objek geometri.
Ketiga adalah strategic competence yaitu kemampuan siswa dalam
merepresentasikan bentuk sudut yang terbentuk, memformulasikan cara
menentukan ukurannya, hingga menyelesaikan permasalahan terkait konsep
sudut pada bangun ruang dengan menggunakan beberapa cara. Keempat
adalah adaptive reasoning yaitu kemampuan siswa dalam menjelaskan
alasan-alasan dalam menggunakan prosedur dan menyelesaikan
permasalahan. Dan kelima adalah productive disposition yaitu bagaimana
sikap siswa dalam mempelajari, melihat dan menyelesaikan masalah terkait
konsep sudut pada bangun ruang.
3. Berdasarkan hasil learning trajectory, penulis hanya menemukan satu
bentuk desain didaktis, adapun revisi yang dilakukan tidak merubah tugas
instruksional dan urutan pembelajaran dalam learning trajectory. Revisi
yang dilakukan hanya pada bagian Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam
desain didaktis, yakni prediksi respon dan bentuk tindak lanjut.
4. Pada saat implementasi, hampir keseluruhan respon siswa yang telah
62
berhasil penulis atasi dan menjadikannya sebagai bahan untuk merevisi
bagian tindak lanjut pada desain didaktis. Penggunaan media dalam desain
didaktis yaitu Geogebra dan Cabri membantu kemampuan tilikan ruang
siswa.
5. Perkembangan kompetensi siswa secara kesulurahan dikatakan kurang
berkembang. Pada saat pembelajaran hanya sedikit siswa yang mengalami
perkembangan kompetensi. Siswa hanya memenuhi sedikit indikator bahkan
hanya satu indikator dari masing-masing kompetensi yang penulis
kembangkan dalam desain.
B.Implikasi
Implikasi hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang sudah
dipaparkan sebelumnya adalah, desain didaktis untuk mengembangkan
kompetensi siswa terhadap kosep sudut pada bangun ruang kurang mampu
mengembangkan kompetensi siswa disebabkan oleh siswa yang tidak terbiasa
mengikuti kegiatan pembelajaran yang bersifat mengkonstruksi materi.
Sehingga kegiatan pembelajaran matematika dalam kelas sebaiknya bersifat
mengkonstruksi materi sehingga alur pembelajaran (learning trajectory)
menjadi lebih kaya akan makna.
C.Rekomendasi
Rekomendasi dari penelitian yang dilakukan penulis untuk penelitan
serupa yang akan dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisa pendahuluan yang lebih mendalam untuk mendapatkan
keseluruhan learning obstacle dari pembelajaran topik sudut pada bangun
ruang.
2. Mengembangkan desain yang lebih mampu dalam mengembangkan
kompetensi siswa dan memperbaiki pola pikir siswa menjadi terbiasa
mengkonstruksi daripada menerima rumus, konsep, dan prosedur begitu saja
3. Lebih teliti dalam menyusun bentuk Antisipasi Didaktis Pedagogis dalam
63
Dean Refangga Setiadi, 2015
D ESAIN D IDAKTIS UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SISWA TERHAD AP KONSEP SUD UT PAD A BANGUN RUANG BERD ASARKAN LEARNING TRAJECTORY
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dokumentasi selama penelitian untuk membantu analisis dalam hasil temuan
DAFTAR PUSTAKA
Brousseau, G. 1997. Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.
Clements, Douglas H. & Sarama, Julie. 2009. Learning and Teaching Early Math
(The Learning Trajectories Approach). New York: Routledge.
Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. [Online]. Tersedia di http://puskurbuk.net/web13/download/prod2007 /50_Kajian%20Kebijakan%20Kurikulum%20Matematika.pdf [12 Januari 2015].
Gauvain, Mary dan Cole, Michael. 1997. Readings on the Development of
Children. New York : W. H. Freeman and Company.
Killpatrick, Jeremy., Swafford, Jane., & Findell, Bradford. 2001. Adding It Up. Washington : National Academy Press.
Moiss, Edwin E., 1990. Elementary Geometry from an Advanced Standpoint. United States of America : Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Moleong, Lexi J., 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Suherman, Erman. 2010. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: tidak diterbitkan.
Suratno, Tatang. 2013. Rekontekstualisasi Lesson Study di Indonesia :
Pendekatan Didactical Design Research. Surabaya: tidak diterbitkan.
Suratno, Tatang & Suryadi, Didi. 2013. Metapedidaktik dan Didactical Design
Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum Praktik Lesson Study. Hand-out Seminar. Surabaya: tidak diterbitkan.
Suryadi, Didi. 2010a. “Metapedidaktik dan Didactical Design Research (DDR):
Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study”, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.
Suryadi, Didi. 2010b. Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian Sudut Pandang
Teori Belajar dan Teori Didaktik. Hand-out Seminar. Bandung: tidak