TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh:
Asep Wibowo 1201105
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA
JALAN DAN JEMBATAN
Oleh Asep Wibowo
S.T. UNS Surakarta, 2004
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum
© Asep Wibowo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. NIP 19620518 198403 1 001
Pembimbing II
Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. NIP 19591121 198503 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pengembangan Kurikulum SPs UPI
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMERIKSAAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN
Asep Wibowo 1201105
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan bahwa program diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan yang dilaksanakan di Pusdiklat BPK kurang sesuai dengan kebutuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan desain kurikulum berbasis kebutuhan, komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, serta faktor-faktor penunjang untuk kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek penelitian meliputi pihak lembaga kerja, pengelola diklat, dan calon peserta diklat. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumentasi, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini yaitu diperolehnya: (1) model desain kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan mengacu pada model problem
centered design, dengan prosedur desain kurikulum adalah: identifikasi kebutuhan
vi
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
vi
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TRAINING OF ROAD AND BRIDGE INFRASTRUCTURES AUDIT
Asep Wibowo 1201105
ABSTRACT
The study based on problems that the education and training program of road and bridge infrastructures audit carried out in BPK Training Center had less accordance with the needs. The purpose of the study is to determine the needs-based curriculum design, curriculum components that accordance with the needs, and supporting factors for the curriculum design. The study used a qualitative approach with the case study method. The informants covered institutions, training center, and trainee candidate. The techniques of data collection are interview, documention study, and observation. The results of the study are obtained: (1) the model of curriculum design for education and training of road and bridge infrastructures audit refers to the problem centered design pattern, with the curriculum design procedures are: identificating the learning needs, formulating the objectives, organizing the materials, determining methods, and evaluation, (2) the curriculum components that accordance with the needs, which include: formulation of objectives which consist of 1 standard competency, 3 basic competencies, and 12 indicators of learning outcomes;10 training materials that accordance with the learning needs;learning methods, i.e: lecture, case study, short video/film, demonstration, sharing, question and answer, group discussion, in class and at the field practice; and the method of training evaluation through three levels of evaluation; and (3) the supporting factors which include: the learners are the auditors who have ATS qualification; the instructors are combination of academics, practitioners of road and bridge infrastructures, and experienced auditors;and the facilities that must be available are a module, short video/film, testing equipments, and the locations of road and bridge for conducting at the field practice. Based on the results of the study, researcher recommend to: Ditama Binbangkum in order to publish the technical guidance of physical examination methodology of infrastructures; BPK Training Center in order to consider the needs in developing the training curriculum; and further reseachers in order to extend the study through research and development stage with covering broader informants.
Keywords:Curriculum Design, Educatioan and Training, Audit, Road and Bridge
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ...iii
PERNYATAAN ...iv
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ...vii
UCAPAN TERIMA KASIH ...viii
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8
C. Rumusan Masalah Penelitian ...10
D. Definisi Operasional ...11
E. Tujuan Penelitian ...12
F. Manfaat Penelitian ...12
BAB II LANDASAN TEORI ...14
A. Hakikat Kurikulum ...14
1. Pengertian Kurikulum ...14
2. Sistem Pengembangan Kurikulum ...18
B. Pendidikan dan Pelatihan ...21
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Karakteristik Pendidikan dan Pelatihan ...25
C. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...27
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...27
2. Desain Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...40
D. Kebutuhan... 47
1. Hirarki Kebutuhan ...47
2. Kebutuhan Belajar ...49
3. Identifikasi Kebutuhan Belajar ...50
E. Pemeriksa ... 57
1. Pengertian Pemeriksa ...57
2. Kompetensi Pemeriksa ...58
F. Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...65
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...65
1. Pendekatan Penelitian ...65
2. Metode Penelitian ...67
B. Desain dan Prosedur Penelitian ...68
C. Subyek Penelitian ...71
D. Jenis dan Sumber Data ...75
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ...76
F. Analisis Data Penelitian ...79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...83
1. Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...83
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kebutuhan pada Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan
Jembatan ...
3. Faktor-Faktor Penunjang dalam Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan
Jembatan ...116
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...119
1. Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...119
2. Komponen-Komponen Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan pada Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...123
3. Faktor-Faktor Penunjang dalam Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...135
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...1138
A. Simpulan ...1138
B. Rekomendasi ...140
DAFTAR PUSTAKA ...142
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Perbedaan antara Pendidikan dan Pelatihan ...23
Tabel 4.1: Materi Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...112
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Hubungan Pendidikan dan Pelatihan ...22
Gambar 2.2: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Induktif ...51
Gambar 2.3: Pihak-Pihak dalam Indentifikasi Kebutuhan Belajar Model Deduktif ...53
Gambar 2.4: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Deduktif ...54
Gambar 2.5: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Klasik...55
Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...69
Gambar 3.2: Proses Analisis Data ...80
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil
beberapa tahun terakhir juga berimplikasi pada besarnya anggaran untuk
pembangunan konstruksi, seperti pembangunan gedung, infrastruktur jalan
dan jembatan. Pembangunan konstruksi terutama infrastruktur merupakan
salah satu prioritas pembangunan dari pemerintah, baik prioritas jangka
pendek maupun jangka panjang, karena sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi di dalam negeri.
Keberadaan infrastruktur di suatu negara sangat penting. Bahkan bagi
para perancang dan pembuat kebijakan publik, infrastruktur dipandang sebagai
salah satu indikator kesejahteraan suatu negara dan rakyatnya. Maka dari itu
upaya pengentasan kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari upaya membangun
infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri bahwa infrastruktur menjadi salah satu
faktor penunjang keberhasilan perekonomian suatu negara. Pembangunan
infrastruktur yang menjangkau sampai ke pelosok negeri akan meningkatkan
mobilitas produksi dari masyarakat. Kegiatan bisnis atau usaha di suatu
wilayah akan semakin berkembang seiring dengan semakin baiknya
ketersediaan infrastruktur jalan dan jembatan yang merupakan akses ke
wilayah tersebut.
Pentingnya ketersediaan infrastruktur membuat pihak yang berwenang
dalam hal ini Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar untuk
membiayai pembangunan infrastruktur yang menyeluruh dan
berkesinambungan. Target pembiayaan infrastruktur selama tahun 2009-2014
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebesar kurang lebih 1400 triliun rupiah, namun kemampuan pendanaan
Pemerintah melalui APBN selama 5 tahun hanya sekitar 400 triliun rupiah
(KPPOD, 2012). Di tingkat daerah, anggaran yang dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Peningkatan anggaran ini juga dipicu adanya bencana yang terjadi
hampir merata di seluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan rusaknya
infrastruktur jalan dan jembatan.
Ironisnya, peningkatan anggaran belanja Pemerintah (baik APBN
maupun APBD) untuk pembangunan infrastruktur tidak serta merta dibarengi
dengan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut. Hal ini tampak jelas
dengan kondisi jalan dan jembatan yang cepat sekali mengalami kerusakan
meskipun jalan atau jembatan tersebut baru beberapa bulan dibangun.
Perbuatan penyimpangan-penyimpangan seperti mark-up, mark down dan
korupsi oleh para pihak terkait pembangunan infrastruktur dianggap sebagai
penyebab ketidaksesuaian antara peningkatan anggaran dengan peningkatan
kualitas infrastruktur. Oleh karena itu, pemeriksaan/audit terhadap
infrastruktur jalan dan jembatan tersebut menjadi sangat penting untuk
memastikan bahwa pelaksanaan pembangunannya telah taat pada aturan
perundangan yang berlaku. Hal ini menjadi tanggung jawab yang berat bagi
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Besarnya tanggung jawab BPK sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang menuntut BPK untuk menjadi lembaga pemeriksa yang
profesional. Dalam melaksanakan pemeriksaaan atas suatu konstruksi, para
pemeriksa/auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar para
pemeriksa dapat menganalisis dan menilai hasil pekerjaan dengan tepat dan
akurat, sehingga pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemeriksa di BPK berasal dari berbagai latar belakang pendidikan
yang berbeda. Komposisi terbesar dari pemeriksa tersebut berasal dari latar
belakang akuntansi, sebagian kecil non akuntansi dari berbagai bidang studi,
antara lain hukum, ekonomi, pertanian, dan teknik. Bidang teknik sendiri
terdiri atas teknik sipil, teknik lingkungan, teknik mesin, teknik industri,
teknik komputer dan teknik pertambangan. Dari komposisi pemeriksa tersebut
dapat dipahami bahwa pemeriksa yang memahami bidang kajian infrastruktur
jalan dan jembatan sangat terbatas, karena pemeriksa yang berasal dari latar
belakang pendidikan teknik sipil sangat sedikit.
Profesionalisme pemeriksa BPK diimplementasikan dengan cara
bahwa setiap pemeriksa yang akan melaksanakan tugas pemeriksaan harus
telah lulus pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional sesuai dengan peran
yang diembannya. Selain itu, BPK juga selalu melaksanakan diklat teknis
pada bidang-bidang tertentu untuk meningkatkan profesionalisme dan
kompetensi pemeriksa, salah satunya adalah diklat pemeriksaan infrastruktur
jalan dan jembatan.
Permasalahan yang sering ditemui dalam penyelenggaraan diklat
adalah sudah sejauhmana penyelenggaraan diklat tersebut mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan kebutuhan atau harapan pengguna (user) di
tingkat lembaga. Keberhasilan penyelenggaraan diklat sangat tergantung dari
perencanaan diklat yang telah dilakukan sebelumnya. Perencanaan adalah
sebagian besar dari kesuksesan dalam suatu kegiatan.
Berkaitan dengan permasalahan diklat, terdapat beberapa komponen
yang akan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan diklat. Diantara
komponen-komponen diklat, kurikulum merupakan komponen utama yang
sangat penting. Kurikulum merupakan subsistem diklat yang memiliki
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurikulum merupakan pedoman yang akan menjadi acuan dalam setiap
aktivitas diklat. Kurikulum tidak boleh disusun dan dikembangkan secara
sembarangan dan asal-asalan karena komponen-komponen yang lain akan
berproses dengan berdasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan.
Kurikulum diklat seyogyanya direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar
memenuhi apa yang dibutuhkan oleh peserta diklat.
Dokumen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan
jembatan disusun dalam bentuk sebuah program diklat yang memuat
komponen-komponen kurikulum. Komponen tujuan dalam bentuk standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi yang ingin dicapai
adalah peserta diklat setelah mengikuti diklat mampu menguji pekerjaan jalan
dan jembatan. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai antara lain
setelah mengikuti diklat diharapkan peserta diklat memahami proses
perencanaan pekerjaan jalan dan jembatan; memahami proses pelaksanaan
pekerjaan jalan dan jembatan; memahami proses pengujian pekerjaan jalan
dan jembatan; serta dapat menggunakan peralatan pengujian, baik di lapangan
maupun di laboratorium.
Indikator hasil belajar tidak dicantumkan dalam program diklat
tersebut. Padahal indikator hasil belajar merupakan tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta diklat setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. Indikator hasil belajar merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar, karena kompetensi dasar masih bersifat umum dan sulit
diukur tingkat ketercapaiannya. Indikator hasil belajar bersifat observable,
artinya apa hasil yang diperoleh peserta diklat setelah mengikuti proses
pembelajaran harus dapat diobservasi. Dengan demikian, indikator hasil
belajar lebih praktis apabila dijadikan sebagai acuan dalam mengetahui tingkat
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan laporan hasil evaluasi diklat yang dilakukan oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan BPK diketahui bahwa peserta diklat tidak dapat
menggunakan peralatan pengujian. Hal ini disebabkan orang yang akan
menggunakan peralatan untuk menguji mutu jalan dan jembatan harus
memiliki sertifikat keahlian. Artinya kompetensi dasar yang diharapkan bahwa
peserta diklat mampu menggunakan peralatan pengujian tidak akan pernah
dapat tercapai, karena para peserta diklat tidak memiliki sertifikat keahlian.
Dengan demikian tujuan dari diklat tersebut perlu dikaji ulang.
Materi diklat yang disampaikan kepada peserta diklat berdasarkan
program diklat terkait dengan konstruksi jalan aspal dan konstruksi beton,
yang meliputi: perencanaan, manajemen konstruksi, persyaratan teknis,
pelaksanaan pekerjaan lapangan, pengendalian mutu, identifikasi
penyimpangan-penyimpangan, tata cara pemeriksaan, serta teori dan
praktikum penggunaan alat ukur dan alat uji di lapangan maupun di
laboratorium.
Robert Zais (1976, hlm. 343-346) mengemukakan empat kriteria dalam
memilih materi kurikulum, yaitu: significance, utility, interest, dan human
development. Materi dikatakan signifikan apabila memiliki tingkat
kebermaknaan yang tinggi, sedangkan utility mengandung maksud bahwa
materi harus bernilai guna bagi kehidupan peserta didik. Kedua kriteria ini
mensyaratkan bahwa materi yang disampaikan dalam diklat harus benar-benar
bermanfaat sesuai dengan kebutuhan peserta diklat dalam menjalankan tugas
pekerjaannya. Kriteria interest berarti bahwa materi yang disampaikan harus
sesuai dengan latar belakang peserta didik dan menarik perhatiannya.
Sedangkan kriteria human development mensyaratkan bahwa materi harus
sesuai dengan perkembangan individu peserta didik.
Peserta diklat menyampaikan bahwa materi yang dibahas kurang
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setelah mengikuti diklat mampu menguji/memeriksa pekerjaan jalan dan
jembatan, sehingga materi yang disampaikan seharusnya sesuai dengan
kebutuhan pemeriksaan di lapangan. Materi diklat dalam daftar di atas tidak
memuat mengenai bagian-bagian struktur dari jalan dan jembatan. Padahal
pemahaman mengenai bagian-bagian dari struktur jalan dan jembatan, mulai
dari bagian struktur paling dasar sampai struktur atas, sangat penting dalam
melaksanakan pemeriksaan. Kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam
melaksanakan pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan adalah
kemampuan dalam menghitung volume pekerjaan terpasang, karena hal ini
sangat terkait dengan kontrak dan besarnya biaya yang dibayarkan kepada
kontraktor/penyedia jasa. Namun, dalam daftar materi hanya terdapat materi
mengenai tata cara pemeriksaan dan penilaian keandalan konstruksi jalan
aspal dan konstruksi beton terpasang dengan lama pembelajaran selama dua
jam pelajaran. Sedangkan dalam pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan,
terdapat banyak item pekerjaan yang cara perhitungan volume pekerjaannya
juga bervariasi. Selain itu dalam daftar materi di atas juga tidak terdapat
materi mengenai jembatan. Hal ini juga dituangkan dalam hasil evaluasi diklat
bahwa materi tentang jembatan tidak disampaikan. Tentu saja dengan tidak
adanya materi tentang jembatan, maka tujuan diklat tidak akan tercapai secara
efektif.
Proses pembelajaran dalam diklat ini sesuai dengan program diklat
menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi, karena peserta diklat
adalah orang dewasa. Prinsip andragogis menuntut pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada peserta diklat (trainee-centered approach). Penerapan
pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode
pembelajaran antara lain ceramah, latihan soal, permainan peran/demonstrasi,
studi kasus dan diskusi kelompok serta praktik di lapangan. Penerapan metode
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam implementasinya, pembelajaran cenderung berpusat pada
instruktur/fasilitator (trainer-centered approach). Instruktur banyak
menggunakan bahasa teknis yang tidak dipahami lulusan non teknik sipil. Hal
ini disebabkan metode pembalajaran tersebut tidak diuraikan secara spesifik
untuk masing-masing materi diklat, sehingga penyampaian materi
menyesuaikan para instruktur karena mereka tidak memiliki acuan
penggunaan metode pembelajaran yang jelas.
Instruktur sebagaimana disebutkan dalam program diklat berasal dari
perguruan tinggi/universitas, yaitu Fakultas Teknik Sipil Universitas
Indonesia. Memang instruktur dari universitas memiliki keahlian dalam
bidang infrastruktur, namun mereka tidak ahli dalam bidang pemeriksaan.
Oleh karena itu, instruktur sebaiknya merupakan kombinasi dari para ahli pada
bidang infrastruktur dan ahli pada bidang pemeriksaan/audit sehingga
pengalaman belajar peserta diklat lebih lengkap dan aplikatif sesuai dengan
kondisi pekerjaannnya di lapangan.
Kurikulum/program diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan
jembatan juga memuat komponen evaluasi. Evaluasi diklat dilakukan untuk
mengukur tingkat reaksi dan penyerapan materi diklat oleh peserta diklat.
Evaluasi dilakukan dengan mengadopsi model evaluasi empat level dari
Kirkpatrick. Namun dalam diklat ini, evaluasi hanya dilakukan pada level 1
dan level 2 saja. Evaluasi level 1 untuk mengukur tingkat reaksi dan feedback
dari peserta terhadap pelaksanaan diklat. Pengumpulan datanya dapat
dilakukan melalui metode kuisioner, observasi, atau interviu/diskusi.
Sedangkan evaluasi level 2 untuk mengukur tingkat pemahaman materi diklat
oleh peserta diklat. Pengumpulan datanya dapat dilakukan melalui tes tertulis,
tes lisan, studi kasus, simulasi, role play atau metode lain yang ditentukan oleh
masing-masing instruktur atau pembuat materi diklat. Evaluasi level 3 dan
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sulit daripada evaluasi pada pendidikan formal, terutama pada evaluasi
terhadap output dan outcomes-nya. Hal ini disebabkan adanya kendala jarak
dan waktu karena para peserta diklat yang telah kembali ke unit kerjanya
masing-masing. Selain itu cukup sulit untuk menentukan bahwa peningkatan
kinerja dari pemeriksa benar-benar hasil dari keikutsertaan diklat dan bukan
karena pengaruh lain. Oleh karena itu diperlukan kajian lagi mengenai
penentuan teknik evaluasi yang tepat sesuai kebutuhan.
Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan dilaksanakan
selama lima hari. Peserta diklat merupakan pemeriksa yang berasal dari BPK
pusat dan perwakilan, baik perwakilan wilayah timur maupun wilayah barat.
Peserta diklat berasal dari latar belakang pendidikan formal yang
berbeda-beda, namun sebagian besar berasal dari jurusan ekonomi akuntansi.
Pertanyaannya, apakah penyelenggaraan diklat teknis tersebut sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta diklat untuk menunjang kegiatan
pemeriksaan di lapangan? Tentu saja jawaban dari pertanyaan ini memerlukan
pengkajian yang mendalam. Namun, berdasarkan hasil post-test terhadap
kemampuan kognitif dari 24 peserta diklat di Pusdiklat Jakarta, hanya 10
peserta atau 41,67% saja yang memenuhi Nilai Kelulusan Minimal (skor 65).
Hal ini mengindikasikan bahwa peserta diklat belum memahami materi yang
disampaikan serta belum memenuhi tujuan diklat yang telah ditetapkan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa kurikulum diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan masih terdapat beberapa kelemahan pada
perumusan komponen-komponennya. Oleh karena itu, kurikulum diklat
tersebut perlu didesain ulang sehingga komponen-komponennya sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta diklat. Leslie Rae (2005, hlm. 3)
mengemukakan bahwa: “Boleh saja Anda memberikan air kepada kucing
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kita harus memberikan materi yang tepat dan benar-benar dibutuhkan oleh
para peserta diklat sesuai dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, sebelum
melaksanakan kegiatan diklat maka sebelumnya harus dilakukan perencanaan
yang matang terlebih dahulu untuk menilai kebutuhan-kebutuhan diklat
tersebut. Salah satu bentuk perencanaan diklat adalah dengan melakukan
identifikasi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar merupakan
upaya untuk mengidentifikasi ketimpangan atau kesenjangan kompetensi
antara kompetensi yang sudah dimiliki pemeriksa sebagai calon peserta diklat
dengan kompetensi standar yang harus dimiliki oleh pemeriksa sesuai tuntutan
pekerjaan/lembaga kerja. Identifikasi kebutuhan belajar diperlukan untuk
menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi tingkat
kemanfaatan dan kemudahan pemenuhannya dalam penyelenggaraan diklat.
Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan belajar berguna untuk mendesain
kurikulum diklat, sehingga tujuan dari kegiatan diklat dapat tercapai secara
efektif.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan pada dasarnya
merupakan bagian dari program peningkatan kualitas hasil pemeriksaan secara
menyeluruh, karena untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang andal dan
berkualitas dibutuhkan para pemeriksa yang berkualitas pula. Kegiatan diklat
dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pemeriksa agar lebih efektif
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yang menjadi tugas dan tanggung
jawab profesionalnya.
Namun efektivitas diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
dianggap masih belum memadai, karena hanya 41,67% peserta diklat yang
memenuhi Nilai Kelulusan Minimal. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuan diklat yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang
penelitian di atas, permasalahan ini antara lain disebabkan oleh:
1. Latar belakang pendidikan formal para peserta diklat yang sebagian besar
bukan dari teknik sipil sehingga kurang memahami istilah-istilah teknis;
2. Waktu pelaksanaan diklat selama lima hari terlalu singkat;
3. Penentuan sebagian tujuan diklat yang kurang tepat;
4. Materi yang diajarkan terlalu teoritis serta kurang sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta diklat karena kurang aplikatif;
5. Materi yang diajarkan kurang menyeluruh, terutama materi tentang
jembatan;
6. Metode pembelajaran yang cenderung trainer oriented sehingga kurang
menyesuaikan dengan materi serta karakteristik dan keinginan peserta
diklat;
7. Instruktur yang hanya berasal dari ahli di bidang infrastruktur tanpa
melibatkan instruktur dari bidang pemeriksaan/audit;
8. Evaluasi diklat yang belum dilakukan secara menyeluruh.
Permasalahan yang berhasil diidentifikasi di atas banyak berkaitan
dengan kurikulum diklat. Mengingat luasnya bidang kajian kurikulum, maka
peneliti akan membatasi masalah penelitian, yaitu kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis berupa desain kurikulum diklat. Karena desain kurikulum
diklat juga mencakup aktivitas yang sangat kompleks, maka masalah
penelitian ini lebih difokuskan lagi pada desain kurikulum berdasarkan
kebutuhan belajar tanpa melakukan penilaian kompetensi yang telah dimiliki
oleh calon peserta diklat. Kompetensi existing tersebut telah tergambar dari:
(1) hasil evaluasi diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan; (2) latar
belakang pendidikan formal para auditor/pemeriksa yang sebagian besar
bukan dari teknik sipil, sehingga mereka kurang memahami bidang
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan, baik kuantitas maupun kualitasnya,
yang tidak terungkap oleh pemeriksa saat melaksankan pemeriksaan.
Alasan pembatasan ini adalah kurikulum diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan merupakan kurikulum yang unik, artinya
desain kurikulumnya bukan semata-mata berasal dari kajian teoritis, tetapi
lebih bersumber dari pendapat para praktisi di bidang pemeriksaan (audit)
serta praktisi di bidang infrastruktur jalan dan jembatan. Sehingga diharapkan
materi kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan lebih
aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Namun demikian,
penelitian ini hanya mengembangkan produk berupa desain kurikulum diklat
secara teoritis saja tanpa dilakukan ujicoba secara empiris.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas,
rumusan permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: “Desain
kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat
pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?” Rumusan permasalahan
tersebut dapat dijabarkan ke dalam submasalah penelitian sebagai berikut:
1. Komponen-komponen kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai dengan
kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?
Submasalah penelitian ini diuraikan ke dalam empat pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan diklat seperti apakah yang sesuai dengan kompetensi
yang harus dimiliki pemeriksa?
b. Materi diklat apa saja yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari
berbagai macam latar belakang pendidikan formal?
c. Metode pembelajaran apa saja yang sesuai dengan tujuan, materi dan
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Metode evaluasi yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengukur
tingkat efektivitas pelaksanaan diklat?
2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang desain kurikulum berbasis
kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan? Submasalah penelitian ini diuraikan ke
dalam tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki peserta diklat?
b. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki instruktur diklat?
c. Sarana-prasarana pendukung apa saja yang harus tersedia?
D. Definisi Operasional
Definisi operasional disusun agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam
menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi
operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Desain Kurikulum
Desain kurikulum adalah rancangan pengorganisasian
komponen-komponen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan.
2. Kebutuhan
Kebutuhan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kebutuhan
belajar, yaitu kesenjangan kompetensi antara kompetensi yang telah
dimiliki pemeriksa dengan kompetensi yang dituntut atau harus dimiliki
pemeriksa sehingga mampu melaksanakan tugas pemeriksaan infrastruktur
jalan dan jembatan dengan baik dan profesional.
3. Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah untuk
pembiayaan infrastruktur jalan dan jembatan.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan desain
kurikulum berbasis kebutuhan yang sesuai untuk diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Menentukan komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan, yang
meliputi:
a. Rumusan tujuan diklat yang sesuai dengan kompetensi yang harus
dimiliki pemeriksa;
b. Materi diklat yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai
macam latar belakang pendidikan formal;
c. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi dan peserta
diklat tersebut;
d. Metode evaluasi yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas
pelaksanaan diklat.
2. Menentukan faktor-faktor penunjang dalam desain kurikulum berbasis
kebutuhan untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan, yang
meliputi:
a. Kualifikasi yang harus dimiliki peserta diklat;
b. Kualifikasi yang harus dimiliki instruktur diklat; dan
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat
semaksimal mungkin, baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menemukan desain
kurikulum sesuai dengan teori pengembangan kurikulum, khususnya
berkenaan dengan pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Pusdiklat BPK, yaitu sebagai masukan untuk mengambil kebijakan
dalam mengembangkan kurikulum diklat sesuai dengan kebutuhan,
khususnya kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan
jembatan;
b. Pengguna, yaitu sebagai masukan dalam memanfaatkan lulusan peserta
diklat sesuai dengan kompetensi yang diperoleh dari pelaksnaan diklat
pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan untuk kepentingan
instansi;
c. Peserta diklat, yaitu sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi
pemeriksa sesuai dengan kebutuhan di lapangan;
d. Program studi pengembangan kurikulum, yaitu sebagai bahan masukan
dalam mengembangkan model desain kurikulum pendidikan dan
pelatihan yang bersifat aplikatif di lapangan;
e. Peneliti lainnya, yaitu sebagai acuan dalam pengembangan model
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan
desain kurikulum berbasis kebutuhan yang cocok untuk diklat
pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Ditinjau dari jenis data dan
teknik analisis data yang digunakan, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik. Pendekatan kualitatif dipilih karena
peneliti ingin mengeksplor permasalahan yang bersifat deskriptif yang
tidak dapat dikuantifikasikan (Ghony dan Almanshur, 2012, hlm. 25-26).
Terdapat beberapa alasan mengapa penulis menggunakan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh
Creswell (dalam Emzir, 2012, hlm. 9-10), antara lain:
a. Memilih studi kualitatif karena hakikat dari pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian sering dimulai
dengan bagaimana dan apa. Alasan ini sangat cocok dengan
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1, yaitu: (1)
Desain kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai
untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?; (2)
Rumusan tujuan diklat seperti apakah yang sesuai dengan kompetensi
yang harus dimiliki pemeriksa? (3) Materi diklat apa saja yang sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai macam latar
belakang pendidikan formal? (4) Metode pembelajaran apa yang sesuai
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas
pelaksanaan diklat? (6) Kualifikasi apakah yang harus dimiliki peserta
diklat? (7) Kualifikasi apakah yang harus dimiliki instruktur diklat?
dan (8) Sarana-prasarana pendukung apa saja yang harus tersedia?
Pertanyaan bagaimana dan apa memaksa peneliti untuk masuk ke
dalam topik yang mendeskripsikan apa yang sedang berlangsung. Ini
berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang menanyakan mengapa
kemudian mencari perbandingan atau suatu hubungan antar variabel
dengan tujuan mengetahui suatu asosiasi, hubungan atau sebab akibat.
b. Memilih penelitian kualitatif karena topik perlu dieksplorasi dan
menyajikan suatu pandangan yang mendetail mengenai topik tersebut.
Peneliti ingin mengeksplorasi pandangan dan gagasan para narasumber
mengenai komponen-komponen kurikulum diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan. Pandangan dan gagasan dari
narasumber yang terlibat langsung dengan kegiatan pemeriksaan serta
praktisi/ahli di bidang infrastruktur jalan dan jembatan akan
memberikan gambaran yang detail dan mendalam mengenai topik
yang akan dikaji.
c. Memilih pendekatan kualitatif karena waktu dan sumber-sumber yang
cukup untuk digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data
yang rinci tentang informasi teks. Dalam penelitian ini, data yang
diperoleh bukan dalam bentuk angka tetapi data berupa deskripsi
naratif yang diperoleh dari hasil wawancara maupun studi
dokumentasi.
d. Memilih pendekatan kualitatif karena narasumber menerima penelitian
kualitatif. Narasumber adalah pangguna dari para pemeriksa yang
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
infrastruktur jalan dan jembatan; praktisi di bidang perencanaan dan
evaluasi program diklat; serta pemeriksa sebagai calon peserta diklat.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menuntut peran aktif dari
peneliti sebagai pelajar aktif. Peneliti harus mampu mengisahkan cerita
tentang pandangan narasumber dan menghindari bertindak sebagai seorang
ahli yang berlaku sebagai hakim terhadap narasumber.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penggunaan
metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti
menentukan tingkat keberhasilan dan keakuratan hasil penelitian. Sesuai
dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti, penelitian ini
menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus dipilih karena
penelitian ini memiliki fokus pada satu program, yaitu program diklat
pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Sukmadinata (2011, hlm.
99) mengemukakan bahwa:
Penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam ... Satu fenomena tersebut bisa berupa suatu program.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus antara
lain wawancara, observasi, studi dokumen serta studi literatur yang
semuanya difokuskan untuk memperoleh kesatuan data dan kesimpulan.
Salah satu karakteristik dari studi kasus adalah bahwa kesimpulan tersebut
tidak dapat digunakan untuk generalisasi seluruh program. Sedangkan
karakteristik lainya adalah penelitian lebih spesifik dan mendalam serta
pemilihan sampel yang cenderung ketat dan jumlahnya terbatas (Ghony
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didasarkan pada kemampuan mereka menyumbang suatu pemahaman
tentang permasalahan yang akan diteliti.
Perbedaan antara penelitian dengan menggunakan metode studi
kasus dan penelitian dengan manggunakan metode angket ibarat sumur
dan kolam. Sumur areanya sempit namun dalam, sedangkan kolam
memiliki area yang luas namun dangkal. Pada penelitian dengan
menggunakan studi kasus, subyek penelitian tidak perlu berjumlah banyak,
namun yang lebih penting adalah kemampuannya memberikan informasi
yang mendalam mengenai topik yang sedang diteliti.
B. Desain dan Prosedur Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Nasution (2009, hlm. 23) mengemukakan bahwa
“Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi
dengan tujuan penelitian.” Salah satu karakteristik penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif adalah fleksibilitas dalam desain. Ghony
dan Almanshur (2012, hlm. 36) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku
yang tidak dapat diubah lagi. Hal ini disebabkan antara lain:
1. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan di
lapangan;
2. Tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu
akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan; dan
3. Bermacam sistem nilai yang terkait hubungan dengan cara yang tidak
dapat diramalkan.
Penelitian merupakan suatu proses mencari sesuatu secara sistematis
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga dibutuhkan desain penelitian yang mampu mengarahkan peneliti
dalam setiap tahap penelitiannya. Namun demikian, pada desain penelitian
kualitatif belum ada patokan yang standar seperti halnya pada pendekatan
kuantitatif yang sudah memiliki tahapan yang baku dan berlaku umum (Ghony
dan Almanshur, 2012, hlm. 29). Emzir (2012, hlm. 14-17) mengidentifikasi
tahap-tahap yang secara umum dilakukan pada penelitian kualitatif, yaitu:
1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus;
2. Melakukan tinjauan pustaka;
3. Mendefinisikan peran peneliti;
4. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan;
5. Memilih partisipan;
6. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan;
7. Pengumpulan data;
8. Analisis data; dan
9. Interpretasi dan diseminasi hasil.
Tahap-tahap di atas bukan merupakan prosedur yang baku dalam
penelitian kualitatif. Prosedur tersebut dapat disesuaikan dengan konteks dan
tujuan penelitian. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian
ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram alur sebagai berikut:
Identifikasi dan perumusan masalah
Tinjauan pustaka
Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penjelasan secara ringkas dari prosedur pelaksanaan penelitian di atas
adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi dan perumusan masalah
Identifikasi masalah merupakan upaya untuk menggali
permasalahan-permasalahan yang ada pada kurikulum/program diklat pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan. Sedangkan perumusan masalah
merupakan fokus dari penelitian yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan
penelitian.
2. Tinjuan pustaka
Peneliti melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi informasi
penting yang relevan dengan fokus atau permasalahan penelitian.
3. Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian
Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian penting untuk
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan proses penggalian data dari sumber-sumber
yang terkait dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data meliputi
studi literatur dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam studi lapangan adalah wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
5. Analisis data
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis. Aktivitas analisis data
tidak perlu menunggu setelah data terkumpul secara lengkap, namun
aktivitas pengumpulan data dan analisis data dapat berlangsung secara
bersamaan. Setelah proses analisis data selesai dan dianggap cukup untuk
menjawab pertanyaan penelitian, langkah selanjutnya adalah penyusunan
draf desain kurikulum diklat berbasis kebutuhan pada pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan serta draf komponen-komponen
kurikulumnya. Penyusunan draf tersebut diarahkan untuk menjawab tujuan
penelitian, yaitu:
a. Menentukan desain kurikulum berbasis kebutuhan yang sesuai untuk
diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan;
b. Menentukan komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan;
dan
c. Menentukan faktor-faktor penunjang yang harus tersedia untuk desain
kurikulum berbasis kebutuhan untuk diklat pemeriksaan infrastruktur
jalan dan jembatan.
6. Validasi
Setelah penyusunan draf desain kurikulum dan draf komponen-komponen
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan dengan cara menyampaikan draf tersebut kepada para ahli pada
bidangnya masing-masing untuk mendapat revisi dan penyempurnaan.
7. Desain kurikulum berbasis kebutuhan
Setelah draf desain kurikulum dan draf komponen-komponen kurikulum
diklat divalidasi dan direvisi, maka diperoleh desain kurikulum berbasis
kebutuhan untuk dilakukan pembahasan, kemudian dirumuskan simpulan
serta rekomendasi kepada berbagai pihak.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah responden/narasumber
yang menjadi sumber data utama penelitian. Sugiyono (2008, hlm. 221)
mengemukakan bahwa penentuan sampel atau narasumber dalam penelitian
kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum. Penelitian
kualitatif mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan
responden, yakni bagaimana responden memandang dan menafsirkan
permasalahan dari segi pendiriannya. Oleh karena itu, orang yang akan dipilih
untuk dijadikan responden sebaiknya yang memenuhi salah satu atau beberapa
kriteria sebagai berikut:
1. Menguasai ilmu dan pengalaman pada bidang pemeriksaan;
2. Menguasai atau ahli mengenai materi pada bidang infrastruktur jalan dan
jembatan;
3. Menguasai atau memahami mengenai perencanaan atau program diklat;
4. Mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai;
5. Bersikap kooperatif.
Subyek penelitian tidak harus banyak dari segi kuantitas, karena yang
terpenting adalah kemampuannya memberikan informasi yang dibutuhkan
secara mendalam. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menentukan subyek
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
informan-informan terpilih yang kaya dengan informasi untuk studi yang
bersifat mendalam.
Subyek penelitian yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian
ini dianggap mampu untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya sesuai
dengan bidang tugas dan keahliannya yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Sesuai dengan pendekatan identifikasi kebutuhan belajar dengan
model deduktif, penelitian ini menggunakan narasumber dari tiga pihak,
meliputi: (1) pihak masyarakat/lembaga kerja, yaitu pihak dari instansi BPK
dan instansi pemerintah sebagai masyarakat/praktisi di bidang infrastruktur
jalan dan jembatan; (2) pihak pengelola diklat, yaitu dari instansi Pusdiklat
BPK; dan (3) pihak calon peserta diklat, yaitu pemeriksa BPK. Terdapat tujuh
narasumber yang dijadikan sebagai subyek penelitian yang namanya
diungkapkan dengan inisial tertentu agar terjaga identitasnya dan menjaga
kenyamanan dalam mengungkapkan informasi dan gagasannya. Berikut ini
adalah profil subyek penelitian yang dijadikan sebagai narasumber:
1. DDS, laki-laki 42 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas Satya
Negara Indonesia tahun 1998 dan S2 Manajemen Universitas Satyagama
tahun 2003, PNS, Pembina (IV/a), Kepala Sub Auditorat Jabar II BPK RI
Perwakilan Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 1994. DDS adalah
Kepala Sub Auditorat Jabar II yang dipromosikan pada tahun 2010 dari
jabatan sebelumnya Kepala Seksi IV.A..1.2, sebuah unit kerja di Auditama
Keuangan Negara IV yang membidangi Kementerian Pekerjaan Umum
(PU). DDS dipilih karena bertindak sebagai pihak dari lembaga kerja dan
pengguna para pemeriksa di BPK Perwakilan Jawa Barat, dengan
demikian diduga bahwa DDS mengetahui kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh pemeriksa agar dapat melakukan tugas pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu,
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpengalaman puluhan tahun dalam aktivitas pemeriksaan, sehingga DDS
diasumsikan sebagai ahli dalam bidang pemeriksaan.
2. SJN, laki-laki 39 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas
Gadjah Mada tahun 2000 dan S2 Akuntansi Universitas Padjadjaran tahun
2010, PNS, Pembina (IV/a), Plt. Kepala Sub Auditorat IV.A.1, mulai
bekerja di BPK tahun 1994. SJN adalah Plt. Kepala Sub Auditorat IV.A.1
sebuah unit kerja di Auditama Keuangan Negara IV yang membidangi
Kementerian PU. SJN dipilih karena bertindak sebagai pihak dari lembaga
kerja dan pengguna para pemeriksa pada Sub Auditorat yang membidangi
Kementerian PU, dengan demikian diduga bahwa SJN mengetahui
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh pemeriksa agar dapat
melakukan tugas pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan nasional.
Selain itu, SJN sebagai pejabat eselon III di BPK juga sudah terlibat dan
berpengalaman puluhan tahun dalam aktivitas pemeriksaan, sehingga SJN
diasumsikan sebagai ahli dalam bidang pemeriksaan.
3. GML, laki-laki 48 tahun, lulusan S1 Teknik Sipil Institut Teknologi
Bandung tahun 1991 dan S2 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung
tahun 2005, PNS, Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Dinas Bina Marga
Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 1996. GML saat ini juga
merangkap jabatan sebagai Plh. Kepala Bidang Teknik Dinas Bina Marga
Provinsi Jawa Barat. GML dipilih menjadi subyek penelitian karena
bertindak sebagai pihak dari masyarakat/instansi pemerintah dan
merupakan praktisi yang berpengalaman di bidang infrastruktur jalan dan
jembatan, sehingga GML diduga mengetahui jenis-jenis pekerjaan jalan
dan jembatan yang paling sering diadakan dan paling banyak menyerap
anggaran pemerintah. Selain itu, GML berasal dari latar belakang
pendidikan teknik sipil, sehingga diduga bahwa ia merupakan pihak yang
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. AGS, laki-laki 55 tahun, lulusan S1 Teknik Geodesi Universitas Winaya
Mukti tahun 1992 dan lulusan S2 Manajemen Universitas Winaya Mukti
tahun 2002, PNS, Kepala Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan
Kebinamargaan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, mulai
bekerja tahun 1986. AGS dipilih menjadi subyek penelitian karena
bertindak sebagai pihak dari masyarakat/instansi pemerintah dan praktisi
di bidang infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga AGS diduga
mengetahui jenis-jenis pekerjaan jalan dan jembatan yang paling sering
diadakan dan paling banyak menyerap anggaran pemerintah.
5. MNW, perempuan 39 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas
Padjadjaran tahun 1999 dan S2 Akuntansi Universitas South Carolina
tahun 2002, PNS, Kepala Sub Bagian Program dan Kerjasama Pusdiklat
BPK, mulai bekerja tahun 1995. MNW dipilih menjadi subyek penelitian
karena bertindak sebagai pengelola diklat dan merupakan praktisi di
bidang perencanaan kurikulum diklat. Subbagian Program dan Kerja Sama
adalah unit kerja yang bertugas menyusun program/kurikulum diklat
pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Oleh karena itu, MNW
mempunyai pengalaman tentang wujud penyelenggaraan diklat yang telah
diselenggarakan serta berbagai hal yang terkait dengan kegiatan diklat.
6. DHT, laki-laki 44 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas
Sriwijaya tahun 1996 dan S2 Administrasi Publik Universitas Sriwijaya
tahun 2008, PNS, Kepala Sub Bagian Evaluasi Program Pusdiklat BPK,
mulai bekerja tahun 1997. DHT dipilih menjadi subyek penelitian karena
bertindak sebagai pengelola diklat dan merupakan sebagai praktisi di
bidang evaluasi program diklat. Oleh karena itu, DHT mempunyai
pengalaman tentang wujud penyelenggaraan diklat yang telah
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. ACA, laki-laki 35 tahun, lulusan S1 Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Universitas Gadjah Mada tahun 2004, PNS, Anggota Tim Senior di BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 2007. ACA dipilih
menjadi subyek penelitian karena bertindak sebagai calon peserta diklat,
yaitu pemeriksa atau praktisi yang melaksanakan tugas pemeriksaan
infrastruktur jalan dan jembatan. Informasi dari ACA digunakan untuk
mencocokkan dugaan dari pihak lembaga kerja dan pihak pengelola diklat
dengan kecenderungan kebutuhan yang diminati calon peserta diklat.
Selain ketujuh narasumber tersebut di atas, juga terdapat beberapa
subyek penelitian yang dijadikan sebagai validator draf kurikulum, yaitu:
1. Dosen pembimbing sebagai validator draf desain kurikulum karena
merupakan pihak yang ahli pada bidang kurikulum;
2. RCS, Kepala BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. RCS dipilih sebagai
validator karena merupakan pengguna sekaligus pihak yang ahli di bidang
pemeriksaan; dan
3. GTR, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat. GTR dipilih sebagai
validator karena merupakan praktisi dan ahli di bidang infrastruktur jalan
dan jembatan.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif
berupa hasil wawancara dengan subyek penelitian, hasil observasi serta hasil
studi dokumentasi dan studi literatur. Sedangkan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer yaitu informasi yang diperoleh dari hasil observasi serta
hasil wawancara dengan para subyek penelitian. Sedangkan sumber data
sekunder adalah informasi yang diperoleh dari hasil studi dokumen dan studi
buku-Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku teori, hasil penelitian, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, dan
arsip-arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian.
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Sugiono (2008, hlm. 222) mengemukakan bahwa terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu: kualitas instrumen
penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrumen, peneliti
harus bersikap terbuka, hati-hati, sabar, menjadi pendengar yang baik dan
efektif, tidak terburu-buru membuat kesimpulan, adaptif, ramah, sopan dan
murah senyum serta empati.
Kualitas hasil penelitian juga sangat dipengaruhi kualitas pengumpulan
data yang terkait dengan ketepatan teknik atau cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi, studi dokumen, serta studi literatur.
1. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Jack R. Fraenkel dkk. (2012,
hlm. 474), sebuah teknik utama yang biasa digunakan oleh para peneliti
kualitatif adalah wawancara mendalam yang bertujuan untuk
menemukan bagaimana atau apa yang interviewee pikirkan atau rasakan
tentang sesuatu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara terbuka (open-ended). Peneliti bertanya langsung
kepada subyek penelitian yang dipilih, yaitu pihak-pihak yang
berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan informasi
yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian
ini (Sugiyono, 2008, hlm. 140). Subyek penelitian yang diwawancarai
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
infrastruktur jalan dan jembatan, perencanaan program diklat, evaluasi
diklat, dan pemeriksa sebagaimana telah disebutkan pada sub judul subyek
penelitian.
Meskipun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terbuka, peneliti tetap membuat instrumen berupa pedoman
wawancara. Penggunaan pedoman wawancara bertujuan agar bahasan
dalam wawancara tidak melenceng terlalu jauh dari topik serta tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Secara detail pedoman wawancara
terdapat pada lampiran. Namun pedoman tersebut tidak bersifat kaku,
artinya pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kondisi di lapangan
dengan syarat tetap mengacu pada topik dan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan. Untuk memperlancar proses wawancara, peneliti menggunakan
alat bantu perekam suara atas persetujuan nara sumber.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan suatu objek. Observasi mengharuskan peneliti turun ke
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian,
antara lain ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa,
tujuan dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2012, hlm. 29).
Observasi dalam penelitian ini untuk mengetahui sumber daya-sumber
daya yang telah dimiliki oleh Pusdiklat BPK, baik sumber daya manusia
maupun sarana dan prasarana. Pengetahuan mengenai sarana-prasarana
yang telah dimiliki oleh Pusdiklat BPK akan memberikan masukan untuk
menentukan metode dan media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Sedangkan pengetahuan mengenai sumber daya manusia
terutama instruktur atau widyaiswara yang dimiliki Pusdiklat BPK akan
menentukan apakah instruktur yang akan digunakan dalam diklat
Asep Wibowo, 2014
Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendatangkan instruktur dari pihak luar. Observasi juga bermanfaat untuk
menentukan subyek penelitian yang paling tepat.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian
diurutkan berdasarkan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya
dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan disintesis
membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh (Sukmadinata,
2011, hlm. 221-222). Dokumen-dokumen yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah peraturan perundangan resmi, laporan-laporan, dan
dokumen tertulis lainnya.
4. Studi literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Referensi tersebut dapat berasal dari
buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet.
Tujuan penelitian kualitatif bukan semata-mata mencari kebenaran,
tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap apa yang sedang diteliti. Oleh
karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan triangulasi. Sugiyono (2012,
hlm. 330) mengemukakan bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Sehingga apabila peneliti
melakukan triangulasi, maka sebenarnya peneliti telah melakukan
pengumpulan data yang sekaligus juga menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
Selanjutnya Sugiyono mengemukakan bahwa terdapat dua jenis