• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN KURIKULUM BERBASIS KEBUTUHAN PADA DIKLAT PEMERIKSAAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN KURIKULUM BERBASIS KEBUTUHAN PADA DIKLAT PEMERIKSAAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh:

Asep Wibowo 1201105

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

JALAN DAN JEMBATAN

Oleh Asep Wibowo

S.T. UNS Surakarta, 2004

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Asep Wibowo 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. NIP 19620518 198403 1 001

Pembimbing II

Dr. Toto Ruhimat, M.Pd. NIP 19591121 198503 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pengembangan Kurikulum SPs UPI

(4)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMERIKSAAN INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN

Asep Wibowo 1201105

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan bahwa program diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan yang dilaksanakan di Pusdiklat BPK kurang sesuai dengan kebutuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan desain kurikulum berbasis kebutuhan, komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, serta faktor-faktor penunjang untuk kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subyek penelitian meliputi pihak lembaga kerja, pengelola diklat, dan calon peserta diklat. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumentasi, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini yaitu diperolehnya: (1) model desain kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan mengacu pada model problem

centered design, dengan prosedur desain kurikulum adalah: identifikasi kebutuhan

(5)

vi

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

(6)

vi

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TRAINING OF ROAD AND BRIDGE INFRASTRUCTURES AUDIT

Asep Wibowo 1201105

ABSTRACT

The study based on problems that the education and training program of road and bridge infrastructures audit carried out in BPK Training Center had less accordance with the needs. The purpose of the study is to determine the needs-based curriculum design, curriculum components that accordance with the needs, and supporting factors for the curriculum design. The study used a qualitative approach with the case study method. The informants covered institutions, training center, and trainee candidate. The techniques of data collection are interview, documention study, and observation. The results of the study are obtained: (1) the model of curriculum design for education and training of road and bridge infrastructures audit refers to the problem centered design pattern, with the curriculum design procedures are: identificating the learning needs, formulating the objectives, organizing the materials, determining methods, and evaluation, (2) the curriculum components that accordance with the needs, which include: formulation of objectives which consist of 1 standard competency, 3 basic competencies, and 12 indicators of learning outcomes;10 training materials that accordance with the learning needs;learning methods, i.e: lecture, case study, short video/film, demonstration, sharing, question and answer, group discussion, in class and at the field practice; and the method of training evaluation through three levels of evaluation; and (3) the supporting factors which include: the learners are the auditors who have ATS qualification; the instructors are combination of academics, practitioners of road and bridge infrastructures, and experienced auditors;and the facilities that must be available are a module, short video/film, testing equipments, and the locations of road and bridge for conducting at the field practice. Based on the results of the study, researcher recommend to: Ditama Binbangkum in order to publish the technical guidance of physical examination methodology of infrastructures; BPK Training Center in order to consider the needs in developing the training curriculum; and further reseachers in order to extend the study through research and development stage with covering broader informants.

Keywords:Curriculum Design, Educatioan and Training, Audit, Road and Bridge

(7)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN ...iv

ABSTRAK ...v

KATA PENGANTAR ...vii

UCAPAN TERIMA KASIH ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ...10

D. Definisi Operasional ...11

E. Tujuan Penelitian ...12

F. Manfaat Penelitian ...12

BAB II LANDASAN TEORI ...14

A. Hakikat Kurikulum ...14

1. Pengertian Kurikulum ...14

2. Sistem Pengembangan Kurikulum ...18

B. Pendidikan dan Pelatihan ...21

(8)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Karakteristik Pendidikan dan Pelatihan ...25

C. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...27

1. Pengertian Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...27

2. Desain Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan ...40

D. Kebutuhan... 47

1. Hirarki Kebutuhan ...47

2. Kebutuhan Belajar ...49

3. Identifikasi Kebutuhan Belajar ...50

E. Pemeriksa ... 57

1. Pengertian Pemeriksa ...57

2. Kompetensi Pemeriksa ...58

F. Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...65

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...65

1. Pendekatan Penelitian ...65

2. Metode Penelitian ...67

B. Desain dan Prosedur Penelitian ...68

C. Subyek Penelitian ...71

D. Jenis dan Sumber Data ...75

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ...76

F. Analisis Data Penelitian ...79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 82

A. Deskripsi Hasil Penelitian ...83

1. Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...83

(9)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kebutuhan pada Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan

Jembatan ...

3. Faktor-Faktor Penunjang dalam Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan

Jembatan ...116

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...119

1. Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...119

2. Komponen-Komponen Kurikulum yang Sesuai dengan Kebutuhan pada Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...123

3. Faktor-Faktor Penunjang dalam Desain Kurikulum Berbasis Kebutuhan untuk Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...135

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...1138

A. Simpulan ...1138

B. Rekomendasi ...140

DAFTAR PUSTAKA ...142

(10)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Perbedaan antara Pendidikan dan Pelatihan ...23

Tabel 4.1: Materi Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan ...112

(11)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Hubungan Pendidikan dan Pelatihan ...22

Gambar 2.2: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Induktif ...51

Gambar 2.3: Pihak-Pihak dalam Indentifikasi Kebutuhan Belajar Model Deduktif ...53

Gambar 2.4: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Deduktif ...54

Gambar 2.5: Identifikasi Kebutuhan Belajar Model Klasik...55

Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...69

Gambar 3.2: Proses Analisis Data ...80

(12)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup stabil

beberapa tahun terakhir juga berimplikasi pada besarnya anggaran untuk

pembangunan konstruksi, seperti pembangunan gedung, infrastruktur jalan

dan jembatan. Pembangunan konstruksi terutama infrastruktur merupakan

salah satu prioritas pembangunan dari pemerintah, baik prioritas jangka

pendek maupun jangka panjang, karena sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi di dalam negeri.

Keberadaan infrastruktur di suatu negara sangat penting. Bahkan bagi

para perancang dan pembuat kebijakan publik, infrastruktur dipandang sebagai

salah satu indikator kesejahteraan suatu negara dan rakyatnya. Maka dari itu

upaya pengentasan kemiskinan tidak dapat dipisahkan dari upaya membangun

infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri bahwa infrastruktur menjadi salah satu

faktor penunjang keberhasilan perekonomian suatu negara. Pembangunan

infrastruktur yang menjangkau sampai ke pelosok negeri akan meningkatkan

mobilitas produksi dari masyarakat. Kegiatan bisnis atau usaha di suatu

wilayah akan semakin berkembang seiring dengan semakin baiknya

ketersediaan infrastruktur jalan dan jembatan yang merupakan akses ke

wilayah tersebut.

Pentingnya ketersediaan infrastruktur membuat pihak yang berwenang

dalam hal ini Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar untuk

membiayai pembangunan infrastruktur yang menyeluruh dan

berkesinambungan. Target pembiayaan infrastruktur selama tahun 2009-2014

(13)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebesar kurang lebih 1400 triliun rupiah, namun kemampuan pendanaan

Pemerintah melalui APBN selama 5 tahun hanya sekitar 400 triliun rupiah

(KPPOD, 2012). Di tingkat daerah, anggaran yang dialokasikan untuk

pembangunan infrastruktur juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Peningkatan anggaran ini juga dipicu adanya bencana yang terjadi

hampir merata di seluruh wilayah Indonesia yang mengakibatkan rusaknya

infrastruktur jalan dan jembatan.

Ironisnya, peningkatan anggaran belanja Pemerintah (baik APBN

maupun APBD) untuk pembangunan infrastruktur tidak serta merta dibarengi

dengan peningkatan kualitas infrastruktur tersebut. Hal ini tampak jelas

dengan kondisi jalan dan jembatan yang cepat sekali mengalami kerusakan

meskipun jalan atau jembatan tersebut baru beberapa bulan dibangun.

Perbuatan penyimpangan-penyimpangan seperti mark-up, mark down dan

korupsi oleh para pihak terkait pembangunan infrastruktur dianggap sebagai

penyebab ketidaksesuaian antara peningkatan anggaran dengan peningkatan

kualitas infrastruktur. Oleh karena itu, pemeriksaan/audit terhadap

infrastruktur jalan dan jembatan tersebut menjadi sangat penting untuk

memastikan bahwa pelaksanaan pembangunannya telah taat pada aturan

perundangan yang berlaku. Hal ini menjadi tanggung jawab yang berat bagi

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Besarnya tanggung jawab BPK sebagaimana diamanatkan oleh

Undang-Undang menuntut BPK untuk menjadi lembaga pemeriksa yang

profesional. Dalam melaksanakan pemeriksaaan atas suatu konstruksi, para

pemeriksa/auditor harus memiliki kompetensi yang memadai agar para

pemeriksa dapat menganalisis dan menilai hasil pekerjaan dengan tepat dan

akurat, sehingga pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan

(14)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemeriksa di BPK berasal dari berbagai latar belakang pendidikan

yang berbeda. Komposisi terbesar dari pemeriksa tersebut berasal dari latar

belakang akuntansi, sebagian kecil non akuntansi dari berbagai bidang studi,

antara lain hukum, ekonomi, pertanian, dan teknik. Bidang teknik sendiri

terdiri atas teknik sipil, teknik lingkungan, teknik mesin, teknik industri,

teknik komputer dan teknik pertambangan. Dari komposisi pemeriksa tersebut

dapat dipahami bahwa pemeriksa yang memahami bidang kajian infrastruktur

jalan dan jembatan sangat terbatas, karena pemeriksa yang berasal dari latar

belakang pendidikan teknik sipil sangat sedikit.

Profesionalisme pemeriksa BPK diimplementasikan dengan cara

bahwa setiap pemeriksa yang akan melaksanakan tugas pemeriksaan harus

telah lulus pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional sesuai dengan peran

yang diembannya. Selain itu, BPK juga selalu melaksanakan diklat teknis

pada bidang-bidang tertentu untuk meningkatkan profesionalisme dan

kompetensi pemeriksa, salah satunya adalah diklat pemeriksaan infrastruktur

jalan dan jembatan.

Permasalahan yang sering ditemui dalam penyelenggaraan diklat

adalah sudah sejauhmana penyelenggaraan diklat tersebut mampu

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kualitas sumber

daya manusia sesuai dengan kebutuhan atau harapan pengguna (user) di

tingkat lembaga. Keberhasilan penyelenggaraan diklat sangat tergantung dari

perencanaan diklat yang telah dilakukan sebelumnya. Perencanaan adalah

sebagian besar dari kesuksesan dalam suatu kegiatan.

Berkaitan dengan permasalahan diklat, terdapat beberapa komponen

yang akan menentukan pencapaian tujuan penyelenggaraan diklat. Diantara

komponen-komponen diklat, kurikulum merupakan komponen utama yang

sangat penting. Kurikulum merupakan subsistem diklat yang memiliki

(15)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurikulum merupakan pedoman yang akan menjadi acuan dalam setiap

aktivitas diklat. Kurikulum tidak boleh disusun dan dikembangkan secara

sembarangan dan asal-asalan karena komponen-komponen yang lain akan

berproses dengan berdasarkan pada kurikulum yang telah ditetapkan.

Kurikulum diklat seyogyanya direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar

memenuhi apa yang dibutuhkan oleh peserta diklat.

Dokumen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan

jembatan disusun dalam bentuk sebuah program diklat yang memuat

komponen-komponen kurikulum. Komponen tujuan dalam bentuk standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi yang ingin dicapai

adalah peserta diklat setelah mengikuti diklat mampu menguji pekerjaan jalan

dan jembatan. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai antara lain

setelah mengikuti diklat diharapkan peserta diklat memahami proses

perencanaan pekerjaan jalan dan jembatan; memahami proses pelaksanaan

pekerjaan jalan dan jembatan; memahami proses pengujian pekerjaan jalan

dan jembatan; serta dapat menggunakan peralatan pengujian, baik di lapangan

maupun di laboratorium.

Indikator hasil belajar tidak dicantumkan dalam program diklat

tersebut. Padahal indikator hasil belajar merupakan tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat dimiliki oleh peserta diklat setelah mereka melakukan proses

pembelajaran tertentu. Indikator hasil belajar merupakan penjabaran dari

kompetensi dasar, karena kompetensi dasar masih bersifat umum dan sulit

diukur tingkat ketercapaiannya. Indikator hasil belajar bersifat observable,

artinya apa hasil yang diperoleh peserta diklat setelah mengikuti proses

pembelajaran harus dapat diobservasi. Dengan demikian, indikator hasil

belajar lebih praktis apabila dijadikan sebagai acuan dalam mengetahui tingkat

(16)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan laporan hasil evaluasi diklat yang dilakukan oleh Pusat

Pendidikan dan Pelatihan BPK diketahui bahwa peserta diklat tidak dapat

menggunakan peralatan pengujian. Hal ini disebabkan orang yang akan

menggunakan peralatan untuk menguji mutu jalan dan jembatan harus

memiliki sertifikat keahlian. Artinya kompetensi dasar yang diharapkan bahwa

peserta diklat mampu menggunakan peralatan pengujian tidak akan pernah

dapat tercapai, karena para peserta diklat tidak memiliki sertifikat keahlian.

Dengan demikian tujuan dari diklat tersebut perlu dikaji ulang.

Materi diklat yang disampaikan kepada peserta diklat berdasarkan

program diklat terkait dengan konstruksi jalan aspal dan konstruksi beton,

yang meliputi: perencanaan, manajemen konstruksi, persyaratan teknis,

pelaksanaan pekerjaan lapangan, pengendalian mutu, identifikasi

penyimpangan-penyimpangan, tata cara pemeriksaan, serta teori dan

praktikum penggunaan alat ukur dan alat uji di lapangan maupun di

laboratorium.

Robert Zais (1976, hlm. 343-346) mengemukakan empat kriteria dalam

memilih materi kurikulum, yaitu: significance, utility, interest, dan human

development. Materi dikatakan signifikan apabila memiliki tingkat

kebermaknaan yang tinggi, sedangkan utility mengandung maksud bahwa

materi harus bernilai guna bagi kehidupan peserta didik. Kedua kriteria ini

mensyaratkan bahwa materi yang disampaikan dalam diklat harus benar-benar

bermanfaat sesuai dengan kebutuhan peserta diklat dalam menjalankan tugas

pekerjaannya. Kriteria interest berarti bahwa materi yang disampaikan harus

sesuai dengan latar belakang peserta didik dan menarik perhatiannya.

Sedangkan kriteria human development mensyaratkan bahwa materi harus

sesuai dengan perkembangan individu peserta didik.

Peserta diklat menyampaikan bahwa materi yang dibahas kurang

(17)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setelah mengikuti diklat mampu menguji/memeriksa pekerjaan jalan dan

jembatan, sehingga materi yang disampaikan seharusnya sesuai dengan

kebutuhan pemeriksaan di lapangan. Materi diklat dalam daftar di atas tidak

memuat mengenai bagian-bagian struktur dari jalan dan jembatan. Padahal

pemahaman mengenai bagian-bagian dari struktur jalan dan jembatan, mulai

dari bagian struktur paling dasar sampai struktur atas, sangat penting dalam

melaksanakan pemeriksaan. Kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam

melaksanakan pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan adalah

kemampuan dalam menghitung volume pekerjaan terpasang, karena hal ini

sangat terkait dengan kontrak dan besarnya biaya yang dibayarkan kepada

kontraktor/penyedia jasa. Namun, dalam daftar materi hanya terdapat materi

mengenai tata cara pemeriksaan dan penilaian keandalan konstruksi jalan

aspal dan konstruksi beton terpasang dengan lama pembelajaran selama dua

jam pelajaran. Sedangkan dalam pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan,

terdapat banyak item pekerjaan yang cara perhitungan volume pekerjaannya

juga bervariasi. Selain itu dalam daftar materi di atas juga tidak terdapat

materi mengenai jembatan. Hal ini juga dituangkan dalam hasil evaluasi diklat

bahwa materi tentang jembatan tidak disampaikan. Tentu saja dengan tidak

adanya materi tentang jembatan, maka tujuan diklat tidak akan tercapai secara

efektif.

Proses pembelajaran dalam diklat ini sesuai dengan program diklat

menggunakan pendekatan pembelajaran andragogi, karena peserta diklat

adalah orang dewasa. Prinsip andragogis menuntut pendekatan pembelajaran

yang berpusat pada peserta diklat (trainee-centered approach). Penerapan

pembelajaran dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode

pembelajaran antara lain ceramah, latihan soal, permainan peran/demonstrasi,

studi kasus dan diskusi kelompok serta praktik di lapangan. Penerapan metode

(18)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam implementasinya, pembelajaran cenderung berpusat pada

instruktur/fasilitator (trainer-centered approach). Instruktur banyak

menggunakan bahasa teknis yang tidak dipahami lulusan non teknik sipil. Hal

ini disebabkan metode pembalajaran tersebut tidak diuraikan secara spesifik

untuk masing-masing materi diklat, sehingga penyampaian materi

menyesuaikan para instruktur karena mereka tidak memiliki acuan

penggunaan metode pembelajaran yang jelas.

Instruktur sebagaimana disebutkan dalam program diklat berasal dari

perguruan tinggi/universitas, yaitu Fakultas Teknik Sipil Universitas

Indonesia. Memang instruktur dari universitas memiliki keahlian dalam

bidang infrastruktur, namun mereka tidak ahli dalam bidang pemeriksaan.

Oleh karena itu, instruktur sebaiknya merupakan kombinasi dari para ahli pada

bidang infrastruktur dan ahli pada bidang pemeriksaan/audit sehingga

pengalaman belajar peserta diklat lebih lengkap dan aplikatif sesuai dengan

kondisi pekerjaannnya di lapangan.

Kurikulum/program diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan

jembatan juga memuat komponen evaluasi. Evaluasi diklat dilakukan untuk

mengukur tingkat reaksi dan penyerapan materi diklat oleh peserta diklat.

Evaluasi dilakukan dengan mengadopsi model evaluasi empat level dari

Kirkpatrick. Namun dalam diklat ini, evaluasi hanya dilakukan pada level 1

dan level 2 saja. Evaluasi level 1 untuk mengukur tingkat reaksi dan feedback

dari peserta terhadap pelaksanaan diklat. Pengumpulan datanya dapat

dilakukan melalui metode kuisioner, observasi, atau interviu/diskusi.

Sedangkan evaluasi level 2 untuk mengukur tingkat pemahaman materi diklat

oleh peserta diklat. Pengumpulan datanya dapat dilakukan melalui tes tertulis,

tes lisan, studi kasus, simulasi, role play atau metode lain yang ditentukan oleh

masing-masing instruktur atau pembuat materi diklat. Evaluasi level 3 dan

(19)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sulit daripada evaluasi pada pendidikan formal, terutama pada evaluasi

terhadap output dan outcomes-nya. Hal ini disebabkan adanya kendala jarak

dan waktu karena para peserta diklat yang telah kembali ke unit kerjanya

masing-masing. Selain itu cukup sulit untuk menentukan bahwa peningkatan

kinerja dari pemeriksa benar-benar hasil dari keikutsertaan diklat dan bukan

karena pengaruh lain. Oleh karena itu diperlukan kajian lagi mengenai

penentuan teknik evaluasi yang tepat sesuai kebutuhan.

Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan dilaksanakan

selama lima hari. Peserta diklat merupakan pemeriksa yang berasal dari BPK

pusat dan perwakilan, baik perwakilan wilayah timur maupun wilayah barat.

Peserta diklat berasal dari latar belakang pendidikan formal yang

berbeda-beda, namun sebagian besar berasal dari jurusan ekonomi akuntansi.

Pertanyaannya, apakah penyelenggaraan diklat teknis tersebut sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta diklat untuk menunjang kegiatan

pemeriksaan di lapangan? Tentu saja jawaban dari pertanyaan ini memerlukan

pengkajian yang mendalam. Namun, berdasarkan hasil post-test terhadap

kemampuan kognitif dari 24 peserta diklat di Pusdiklat Jakarta, hanya 10

peserta atau 41,67% saja yang memenuhi Nilai Kelulusan Minimal (skor 65).

Hal ini mengindikasikan bahwa peserta diklat belum memahami materi yang

disampaikan serta belum memenuhi tujuan diklat yang telah ditetapkan.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kurikulum diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan masih terdapat beberapa kelemahan pada

perumusan komponen-komponennya. Oleh karena itu, kurikulum diklat

tersebut perlu didesain ulang sehingga komponen-komponennya sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta diklat. Leslie Rae (2005, hlm. 3)

mengemukakan bahwa: “Boleh saja Anda memberikan air kepada kucing

(20)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita harus memberikan materi yang tepat dan benar-benar dibutuhkan oleh

para peserta diklat sesuai dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, sebelum

melaksanakan kegiatan diklat maka sebelumnya harus dilakukan perencanaan

yang matang terlebih dahulu untuk menilai kebutuhan-kebutuhan diklat

tersebut. Salah satu bentuk perencanaan diklat adalah dengan melakukan

identifikasi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar merupakan

upaya untuk mengidentifikasi ketimpangan atau kesenjangan kompetensi

antara kompetensi yang sudah dimiliki pemeriksa sebagai calon peserta diklat

dengan kompetensi standar yang harus dimiliki oleh pemeriksa sesuai tuntutan

pekerjaan/lembaga kerja. Identifikasi kebutuhan belajar diperlukan untuk

menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi tingkat

kemanfaatan dan kemudahan pemenuhannya dalam penyelenggaraan diklat.

Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan belajar berguna untuk mendesain

kurikulum diklat, sehingga tujuan dari kegiatan diklat dapat tercapai secara

efektif.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan pada dasarnya

merupakan bagian dari program peningkatan kualitas hasil pemeriksaan secara

menyeluruh, karena untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang andal dan

berkualitas dibutuhkan para pemeriksa yang berkualitas pula. Kegiatan diklat

dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi pemeriksa agar lebih efektif

dalam melaksanakan tugas pemeriksaan yang menjadi tugas dan tanggung

jawab profesionalnya.

Namun efektivitas diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

dianggap masih belum memadai, karena hanya 41,67% peserta diklat yang

memenuhi Nilai Kelulusan Minimal. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta

(21)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan diklat yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang

penelitian di atas, permasalahan ini antara lain disebabkan oleh:

1. Latar belakang pendidikan formal para peserta diklat yang sebagian besar

bukan dari teknik sipil sehingga kurang memahami istilah-istilah teknis;

2. Waktu pelaksanaan diklat selama lima hari terlalu singkat;

3. Penentuan sebagian tujuan diklat yang kurang tepat;

4. Materi yang diajarkan terlalu teoritis serta kurang sesuai dengan kebutuhan

belajar peserta diklat karena kurang aplikatif;

5. Materi yang diajarkan kurang menyeluruh, terutama materi tentang

jembatan;

6. Metode pembelajaran yang cenderung trainer oriented sehingga kurang

menyesuaikan dengan materi serta karakteristik dan keinginan peserta

diklat;

7. Instruktur yang hanya berasal dari ahli di bidang infrastruktur tanpa

melibatkan instruktur dari bidang pemeriksaan/audit;

8. Evaluasi diklat yang belum dilakukan secara menyeluruh.

Permasalahan yang berhasil diidentifikasi di atas banyak berkaitan

dengan kurikulum diklat. Mengingat luasnya bidang kajian kurikulum, maka

peneliti akan membatasi masalah penelitian, yaitu kurikulum sebagai suatu

rencana tertulis berupa desain kurikulum diklat. Karena desain kurikulum

diklat juga mencakup aktivitas yang sangat kompleks, maka masalah

penelitian ini lebih difokuskan lagi pada desain kurikulum berdasarkan

kebutuhan belajar tanpa melakukan penilaian kompetensi yang telah dimiliki

oleh calon peserta diklat. Kompetensi existing tersebut telah tergambar dari:

(1) hasil evaluasi diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan; (2) latar

belakang pendidikan formal para auditor/pemeriksa yang sebagian besar

bukan dari teknik sipil, sehingga mereka kurang memahami bidang

(22)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pekerjaan infrastruktur jalan dan jembatan, baik kuantitas maupun kualitasnya,

yang tidak terungkap oleh pemeriksa saat melaksankan pemeriksaan.

Alasan pembatasan ini adalah kurikulum diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan merupakan kurikulum yang unik, artinya

desain kurikulumnya bukan semata-mata berasal dari kajian teoritis, tetapi

lebih bersumber dari pendapat para praktisi di bidang pemeriksaan (audit)

serta praktisi di bidang infrastruktur jalan dan jembatan. Sehingga diharapkan

materi kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan lebih

aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Namun demikian,

penelitian ini hanya mengembangkan produk berupa desain kurikulum diklat

secara teoritis saja tanpa dilakukan ujicoba secara empiris.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas,

rumusan permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah: “Desain

kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat

pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?” Rumusan permasalahan

tersebut dapat dijabarkan ke dalam submasalah penelitian sebagai berikut:

1. Komponen-komponen kurikulum yang bagaimanakah yang sesuai dengan

kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?

Submasalah penelitian ini diuraikan ke dalam empat pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

a. Rumusan tujuan diklat seperti apakah yang sesuai dengan kompetensi

yang harus dimiliki pemeriksa?

b. Materi diklat apa saja yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari

berbagai macam latar belakang pendidikan formal?

c. Metode pembelajaran apa saja yang sesuai dengan tujuan, materi dan

(23)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Metode evaluasi yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengukur

tingkat efektivitas pelaksanaan diklat?

2. Faktor-faktor apa saja yang menunjang desain kurikulum berbasis

kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai untuk diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan? Submasalah penelitian ini diuraikan ke

dalam tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki peserta diklat?

b. Kualifikasi apakah yang harus dimiliki instruktur diklat?

c. Sarana-prasarana pendukung apa saja yang harus tersedia?

D. Definisi Operasional

Definisi operasional disusun agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam

menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi

operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Desain Kurikulum

Desain kurikulum adalah rancangan pengorganisasian

komponen-komponen kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan.

2. Kebutuhan

Kebutuhan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan kebutuhan

belajar, yaitu kesenjangan kompetensi antara kompetensi yang telah

dimiliki pemeriksa dengan kompetensi yang dituntut atau harus dimiliki

pemeriksa sehingga mampu melaksanakan tugas pemeriksaan infrastruktur

jalan dan jembatan dengan baik dan profesional.

3. Diklat Pemeriksaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan

Diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan adalah proses

penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kompetensi

(24)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara/daerah untuk

pembiayaan infrastruktur jalan dan jembatan.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan desain

kurikulum berbasis kebutuhan yang sesuai untuk diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Menentukan komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan, yang

meliputi:

a. Rumusan tujuan diklat yang sesuai dengan kompetensi yang harus

dimiliki pemeriksa;

b. Materi diklat yang sesuai kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai

macam latar belakang pendidikan formal;

c. Metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi dan peserta

diklat tersebut;

d. Metode evaluasi yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas

pelaksanaan diklat.

2. Menentukan faktor-faktor penunjang dalam desain kurikulum berbasis

kebutuhan untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan, yang

meliputi:

a. Kualifikasi yang harus dimiliki peserta diklat;

b. Kualifikasi yang harus dimiliki instruktur diklat; dan

(25)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat

semaksimal mungkin, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menemukan desain

kurikulum sesuai dengan teori pengembangan kurikulum, khususnya

berkenaan dengan pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Pusdiklat BPK, yaitu sebagai masukan untuk mengambil kebijakan

dalam mengembangkan kurikulum diklat sesuai dengan kebutuhan,

khususnya kurikulum diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan

jembatan;

b. Pengguna, yaitu sebagai masukan dalam memanfaatkan lulusan peserta

diklat sesuai dengan kompetensi yang diperoleh dari pelaksnaan diklat

pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan untuk kepentingan

instansi;

c. Peserta diklat, yaitu sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi

pemeriksa sesuai dengan kebutuhan di lapangan;

d. Program studi pengembangan kurikulum, yaitu sebagai bahan masukan

dalam mengembangkan model desain kurikulum pendidikan dan

pelatihan yang bersifat aplikatif di lapangan;

e. Peneliti lainnya, yaitu sebagai acuan dalam pengembangan model

(26)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan

desain kurikulum berbasis kebutuhan yang cocok untuk diklat

pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Ditinjau dari jenis data dan

teknik analisis data yang digunakan, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik. Pendekatan kualitatif dipilih karena

peneliti ingin mengeksplor permasalahan yang bersifat deskriptif yang

tidak dapat dikuantifikasikan (Ghony dan Almanshur, 2012, hlm. 25-26).

Terdapat beberapa alasan mengapa penulis menggunakan

pendekatan kualitatif dalam penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh

Creswell (dalam Emzir, 2012, hlm. 9-10), antara lain:

a. Memilih studi kualitatif karena hakikat dari pertanyaan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian sering dimulai

dengan bagaimana dan apa. Alasan ini sangat cocok dengan

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1, yaitu: (1)

Desain kurikulum berbasis kebutuhan yang bagaimanakah yang sesuai

untuk diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan?; (2)

Rumusan tujuan diklat seperti apakah yang sesuai dengan kompetensi

yang harus dimiliki pemeriksa? (3) Materi diklat apa saja yang sesuai

dengan kebutuhan belajar peserta diklat dari berbagai macam latar

belakang pendidikan formal? (4) Metode pembelajaran apa yang sesuai

(27)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang bagaimanakah yang sesuai untuk mengukur tingkat efektivitas

pelaksanaan diklat? (6) Kualifikasi apakah yang harus dimiliki peserta

diklat? (7) Kualifikasi apakah yang harus dimiliki instruktur diklat?

dan (8) Sarana-prasarana pendukung apa saja yang harus tersedia?

Pertanyaan bagaimana dan apa memaksa peneliti untuk masuk ke

dalam topik yang mendeskripsikan apa yang sedang berlangsung. Ini

berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang menanyakan mengapa

kemudian mencari perbandingan atau suatu hubungan antar variabel

dengan tujuan mengetahui suatu asosiasi, hubungan atau sebab akibat.

b. Memilih penelitian kualitatif karena topik perlu dieksplorasi dan

menyajikan suatu pandangan yang mendetail mengenai topik tersebut.

Peneliti ingin mengeksplorasi pandangan dan gagasan para narasumber

mengenai komponen-komponen kurikulum diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan. Pandangan dan gagasan dari

narasumber yang terlibat langsung dengan kegiatan pemeriksaan serta

praktisi/ahli di bidang infrastruktur jalan dan jembatan akan

memberikan gambaran yang detail dan mendalam mengenai topik

yang akan dikaji.

c. Memilih pendekatan kualitatif karena waktu dan sumber-sumber yang

cukup untuk digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data

yang rinci tentang informasi teks. Dalam penelitian ini, data yang

diperoleh bukan dalam bentuk angka tetapi data berupa deskripsi

naratif yang diperoleh dari hasil wawancara maupun studi

dokumentasi.

d. Memilih pendekatan kualitatif karena narasumber menerima penelitian

kualitatif. Narasumber adalah pangguna dari para pemeriksa yang

(28)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

infrastruktur jalan dan jembatan; praktisi di bidang perencanaan dan

evaluasi program diklat; serta pemeriksa sebagai calon peserta diklat.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menuntut peran aktif dari

peneliti sebagai pelajar aktif. Peneliti harus mampu mengisahkan cerita

tentang pandangan narasumber dan menghindari bertindak sebagai seorang

ahli yang berlaku sebagai hakim terhadap narasumber.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Penggunaan

metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti

menentukan tingkat keberhasilan dan keakuratan hasil penelitian. Sesuai

dengan rumusan permasalahan yang sedang diteliti, penelitian ini

menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus dipilih karena

penelitian ini memiliki fokus pada satu program, yaitu program diklat

pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Sukmadinata (2011, hlm.

99) mengemukakan bahwa:

Penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam ... Satu fenomena tersebut bisa berupa suatu program.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus antara

lain wawancara, observasi, studi dokumen serta studi literatur yang

semuanya difokuskan untuk memperoleh kesatuan data dan kesimpulan.

Salah satu karakteristik dari studi kasus adalah bahwa kesimpulan tersebut

tidak dapat digunakan untuk generalisasi seluruh program. Sedangkan

karakteristik lainya adalah penelitian lebih spesifik dan mendalam serta

pemilihan sampel yang cenderung ketat dan jumlahnya terbatas (Ghony

(29)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didasarkan pada kemampuan mereka menyumbang suatu pemahaman

tentang permasalahan yang akan diteliti.

Perbedaan antara penelitian dengan menggunakan metode studi

kasus dan penelitian dengan manggunakan metode angket ibarat sumur

dan kolam. Sumur areanya sempit namun dalam, sedangkan kolam

memiliki area yang luas namun dangkal. Pada penelitian dengan

menggunakan studi kasus, subyek penelitian tidak perlu berjumlah banyak,

namun yang lebih penting adalah kemampuannya memberikan informasi

yang mendalam mengenai topik yang sedang diteliti.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan penelitian. Nasution (2009, hlm. 23) mengemukakan bahwa

“Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi

dengan tujuan penelitian.” Salah satu karakteristik penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif adalah fleksibilitas dalam desain. Ghony

dan Almanshur (2012, hlm. 36) mengemukakan bahwa dalam penelitian

kualitatif tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku

yang tidak dapat diubah lagi. Hal ini disebabkan antara lain:

1. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan di

lapangan;

2. Tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu

akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan; dan

3. Bermacam sistem nilai yang terkait hubungan dengan cara yang tidak

dapat diramalkan.

Penelitian merupakan suatu proses mencari sesuatu secara sistematis

(30)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga dibutuhkan desain penelitian yang mampu mengarahkan peneliti

dalam setiap tahap penelitiannya. Namun demikian, pada desain penelitian

kualitatif belum ada patokan yang standar seperti halnya pada pendekatan

kuantitatif yang sudah memiliki tahapan yang baku dan berlaku umum (Ghony

dan Almanshur, 2012, hlm. 29). Emzir (2012, hlm. 14-17) mengidentifikasi

tahap-tahap yang secara umum dilakukan pada penelitian kualitatif, yaitu:

1. Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus;

2. Melakukan tinjauan pustaka;

3. Mendefinisikan peran peneliti;

4. Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di lapangan;

5. Memilih partisipan;

6. Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan;

7. Pengumpulan data;

8. Analisis data; dan

9. Interpretasi dan diseminasi hasil.

Tahap-tahap di atas bukan merupakan prosedur yang baku dalam

penelitian kualitatif. Prosedur tersebut dapat disesuaikan dengan konteks dan

tujuan penelitian. Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian

ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram alur sebagai berikut:

Identifikasi dan perumusan masalah

Tinjauan pustaka

Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian

(31)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penjelasan secara ringkas dari prosedur pelaksanaan penelitian di atas

adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi dan perumusan masalah

Identifikasi masalah merupakan upaya untuk menggali

permasalahan-permasalahan yang ada pada kurikulum/program diklat pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan. Sedangkan perumusan masalah

merupakan fokus dari penelitian yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan

penelitian.

2. Tinjuan pustaka

Peneliti melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi informasi

penting yang relevan dengan fokus atau permasalahan penelitian.

3. Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian

Penentuan metodologi, desain dan prosedur penelitian penting untuk

(32)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan proses penggalian data dari sumber-sumber

yang terkait dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data meliputi

studi literatur dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam studi lapangan adalah wawancara, observasi dan studi

dokumentasi.

5. Analisis data

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis. Aktivitas analisis data

tidak perlu menunggu setelah data terkumpul secara lengkap, namun

aktivitas pengumpulan data dan analisis data dapat berlangsung secara

bersamaan. Setelah proses analisis data selesai dan dianggap cukup untuk

menjawab pertanyaan penelitian, langkah selanjutnya adalah penyusunan

draf desain kurikulum diklat berbasis kebutuhan pada pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan serta draf komponen-komponen

kurikulumnya. Penyusunan draf tersebut diarahkan untuk menjawab tujuan

penelitian, yaitu:

a. Menentukan desain kurikulum berbasis kebutuhan yang sesuai untuk

diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan;

b. Menentukan komponen-komponen kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan;

dan

c. Menentukan faktor-faktor penunjang yang harus tersedia untuk desain

kurikulum berbasis kebutuhan untuk diklat pemeriksaan infrastruktur

jalan dan jembatan.

6. Validasi

Setelah penyusunan draf desain kurikulum dan draf komponen-komponen

(33)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan cara menyampaikan draf tersebut kepada para ahli pada

bidangnya masing-masing untuk mendapat revisi dan penyempurnaan.

7. Desain kurikulum berbasis kebutuhan

Setelah draf desain kurikulum dan draf komponen-komponen kurikulum

diklat divalidasi dan direvisi, maka diperoleh desain kurikulum berbasis

kebutuhan untuk dilakukan pembahasan, kemudian dirumuskan simpulan

serta rekomendasi kepada berbagai pihak.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah responden/narasumber

yang menjadi sumber data utama penelitian. Sugiyono (2008, hlm. 221)

mengemukakan bahwa penentuan sampel atau narasumber dalam penelitian

kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum. Penelitian

kualitatif mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan

responden, yakni bagaimana responden memandang dan menafsirkan

permasalahan dari segi pendiriannya. Oleh karena itu, orang yang akan dipilih

untuk dijadikan responden sebaiknya yang memenuhi salah satu atau beberapa

kriteria sebagai berikut:

1. Menguasai ilmu dan pengalaman pada bidang pemeriksaan;

2. Menguasai atau ahli mengenai materi pada bidang infrastruktur jalan dan

jembatan;

3. Menguasai atau memahami mengenai perencanaan atau program diklat;

4. Mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai;

5. Bersikap kooperatif.

Subyek penelitian tidak harus banyak dari segi kuantitas, karena yang

terpenting adalah kemampuannya memberikan informasi yang dibutuhkan

secara mendalam. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti menentukan subyek

(34)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informan-informan terpilih yang kaya dengan informasi untuk studi yang

bersifat mendalam.

Subyek penelitian yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian

ini dianggap mampu untuk mengungkapkan gagasan dan pikirannya sesuai

dengan bidang tugas dan keahliannya yang disesuaikan dengan tujuan

penelitian. Sesuai dengan pendekatan identifikasi kebutuhan belajar dengan

model deduktif, penelitian ini menggunakan narasumber dari tiga pihak,

meliputi: (1) pihak masyarakat/lembaga kerja, yaitu pihak dari instansi BPK

dan instansi pemerintah sebagai masyarakat/praktisi di bidang infrastruktur

jalan dan jembatan; (2) pihak pengelola diklat, yaitu dari instansi Pusdiklat

BPK; dan (3) pihak calon peserta diklat, yaitu pemeriksa BPK. Terdapat tujuh

narasumber yang dijadikan sebagai subyek penelitian yang namanya

diungkapkan dengan inisial tertentu agar terjaga identitasnya dan menjaga

kenyamanan dalam mengungkapkan informasi dan gagasannya. Berikut ini

adalah profil subyek penelitian yang dijadikan sebagai narasumber:

1. DDS, laki-laki 42 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas Satya

Negara Indonesia tahun 1998 dan S2 Manajemen Universitas Satyagama

tahun 2003, PNS, Pembina (IV/a), Kepala Sub Auditorat Jabar II BPK RI

Perwakilan Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 1994. DDS adalah

Kepala Sub Auditorat Jabar II yang dipromosikan pada tahun 2010 dari

jabatan sebelumnya Kepala Seksi IV.A..1.2, sebuah unit kerja di Auditama

Keuangan Negara IV yang membidangi Kementerian Pekerjaan Umum

(PU). DDS dipilih karena bertindak sebagai pihak dari lembaga kerja dan

pengguna para pemeriksa di BPK Perwakilan Jawa Barat, dengan

demikian diduga bahwa DDS mengetahui kompetensi-kompetensi yang

harus dimiliki oleh pemeriksa agar dapat melakukan tugas pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan provinsi dan kabupaten/kota. Selain itu,

(35)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpengalaman puluhan tahun dalam aktivitas pemeriksaan, sehingga DDS

diasumsikan sebagai ahli dalam bidang pemeriksaan.

2. SJN, laki-laki 39 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas

Gadjah Mada tahun 2000 dan S2 Akuntansi Universitas Padjadjaran tahun

2010, PNS, Pembina (IV/a), Plt. Kepala Sub Auditorat IV.A.1, mulai

bekerja di BPK tahun 1994. SJN adalah Plt. Kepala Sub Auditorat IV.A.1

sebuah unit kerja di Auditama Keuangan Negara IV yang membidangi

Kementerian PU. SJN dipilih karena bertindak sebagai pihak dari lembaga

kerja dan pengguna para pemeriksa pada Sub Auditorat yang membidangi

Kementerian PU, dengan demikian diduga bahwa SJN mengetahui

kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh pemeriksa agar dapat

melakukan tugas pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan nasional.

Selain itu, SJN sebagai pejabat eselon III di BPK juga sudah terlibat dan

berpengalaman puluhan tahun dalam aktivitas pemeriksaan, sehingga SJN

diasumsikan sebagai ahli dalam bidang pemeriksaan.

3. GML, laki-laki 48 tahun, lulusan S1 Teknik Sipil Institut Teknologi

Bandung tahun 1991 dan S2 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung

tahun 2005, PNS, Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Dinas Bina Marga

Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 1996. GML saat ini juga

merangkap jabatan sebagai Plh. Kepala Bidang Teknik Dinas Bina Marga

Provinsi Jawa Barat. GML dipilih menjadi subyek penelitian karena

bertindak sebagai pihak dari masyarakat/instansi pemerintah dan

merupakan praktisi yang berpengalaman di bidang infrastruktur jalan dan

jembatan, sehingga GML diduga mengetahui jenis-jenis pekerjaan jalan

dan jembatan yang paling sering diadakan dan paling banyak menyerap

anggaran pemerintah. Selain itu, GML berasal dari latar belakang

pendidikan teknik sipil, sehingga diduga bahwa ia merupakan pihak yang

(36)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. AGS, laki-laki 55 tahun, lulusan S1 Teknik Geodesi Universitas Winaya

Mukti tahun 1992 dan lulusan S2 Manajemen Universitas Winaya Mukti

tahun 2002, PNS, Kepala Bidang Pembangunan dan Pemeliharaan

Kebinamargaan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung, mulai

bekerja tahun 1986. AGS dipilih menjadi subyek penelitian karena

bertindak sebagai pihak dari masyarakat/instansi pemerintah dan praktisi

di bidang infrastruktur jalan dan jembatan, sehingga AGS diduga

mengetahui jenis-jenis pekerjaan jalan dan jembatan yang paling sering

diadakan dan paling banyak menyerap anggaran pemerintah.

5. MNW, perempuan 39 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas

Padjadjaran tahun 1999 dan S2 Akuntansi Universitas South Carolina

tahun 2002, PNS, Kepala Sub Bagian Program dan Kerjasama Pusdiklat

BPK, mulai bekerja tahun 1995. MNW dipilih menjadi subyek penelitian

karena bertindak sebagai pengelola diklat dan merupakan praktisi di

bidang perencanaan kurikulum diklat. Subbagian Program dan Kerja Sama

adalah unit kerja yang bertugas menyusun program/kurikulum diklat

pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan. Oleh karena itu, MNW

mempunyai pengalaman tentang wujud penyelenggaraan diklat yang telah

diselenggarakan serta berbagai hal yang terkait dengan kegiatan diklat.

6. DHT, laki-laki 44 tahun, Akuntan, lulusan S1 Akuntansi Universitas

Sriwijaya tahun 1996 dan S2 Administrasi Publik Universitas Sriwijaya

tahun 2008, PNS, Kepala Sub Bagian Evaluasi Program Pusdiklat BPK,

mulai bekerja tahun 1997. DHT dipilih menjadi subyek penelitian karena

bertindak sebagai pengelola diklat dan merupakan sebagai praktisi di

bidang evaluasi program diklat. Oleh karena itu, DHT mempunyai

pengalaman tentang wujud penyelenggaraan diklat yang telah

(37)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. ACA, laki-laki 35 tahun, lulusan S1 Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Gadjah Mada tahun 2004, PNS, Anggota Tim Senior di BPK

Perwakilan Provinsi Jawa Barat, mulai bekerja tahun 2007. ACA dipilih

menjadi subyek penelitian karena bertindak sebagai calon peserta diklat,

yaitu pemeriksa atau praktisi yang melaksanakan tugas pemeriksaan

infrastruktur jalan dan jembatan. Informasi dari ACA digunakan untuk

mencocokkan dugaan dari pihak lembaga kerja dan pihak pengelola diklat

dengan kecenderungan kebutuhan yang diminati calon peserta diklat.

Selain ketujuh narasumber tersebut di atas, juga terdapat beberapa

subyek penelitian yang dijadikan sebagai validator draf kurikulum, yaitu:

1. Dosen pembimbing sebagai validator draf desain kurikulum karena

merupakan pihak yang ahli pada bidang kurikulum;

2. RCS, Kepala BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. RCS dipilih sebagai

validator karena merupakan pengguna sekaligus pihak yang ahli di bidang

pemeriksaan; dan

3. GTR, Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat. GTR dipilih sebagai

validator karena merupakan praktisi dan ahli di bidang infrastruktur jalan

dan jembatan.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

berupa hasil wawancara dengan subyek penelitian, hasil observasi serta hasil

studi dokumentasi dan studi literatur. Sedangkan sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer yaitu informasi yang diperoleh dari hasil observasi serta

hasil wawancara dengan para subyek penelitian. Sedangkan sumber data

sekunder adalah informasi yang diperoleh dari hasil studi dokumen dan studi

(38)

buku-Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku teori, hasil penelitian, jurnal ilmiah, peraturan perundang-undangan, dan

arsip-arsip resmi yang terkait dengan masalah penelitian.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Sugiono (2008, hlm. 222) mengemukakan bahwa terdapat dua hal

utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu: kualitas instrumen

penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrumen, peneliti

harus bersikap terbuka, hati-hati, sabar, menjadi pendengar yang baik dan

efektif, tidak terburu-buru membuat kesimpulan, adaptif, ramah, sopan dan

murah senyum serta empati.

Kualitas hasil penelitian juga sangat dipengaruhi kualitas pengumpulan

data yang terkait dengan ketepatan teknik atau cara-cara yang digunakan

untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah wawancara, observasi, studi dokumen, serta studi literatur.

1. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Jack R. Fraenkel dkk. (2012,

hlm. 474), sebuah teknik utama yang biasa digunakan oleh para peneliti

kualitatif adalah wawancara mendalam yang bertujuan untuk

menemukan bagaimana atau apa yang interviewee pikirkan atau rasakan

tentang sesuatu. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara terbuka (open-ended). Peneliti bertanya langsung

kepada subyek penelitian yang dipilih, yaitu pihak-pihak yang

berkompeten yang dianggap mampu memberikan gambaran dan informasi

yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian

ini (Sugiyono, 2008, hlm. 140). Subyek penelitian yang diwawancarai

(39)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

infrastruktur jalan dan jembatan, perencanaan program diklat, evaluasi

diklat, dan pemeriksa sebagaimana telah disebutkan pada sub judul subyek

penelitian.

Meskipun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terbuka, peneliti tetap membuat instrumen berupa pedoman

wawancara. Penggunaan pedoman wawancara bertujuan agar bahasan

dalam wawancara tidak melenceng terlalu jauh dari topik serta tujuan

penelitian yang telah ditetapkan. Secara detail pedoman wawancara

terdapat pada lampiran. Namun pedoman tersebut tidak bersifat kaku,

artinya pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kondisi di lapangan

dengan syarat tetap mengacu pada topik dan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Untuk memperlancar proses wawancara, peneliti menggunakan

alat bantu perekam suara atas persetujuan nara sumber.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan suatu objek. Observasi mengharuskan peneliti turun ke

lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian,

antara lain ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa,

tujuan dan perasaan (Ghony dan Almanshur, 2012, hlm. 29).

Observasi dalam penelitian ini untuk mengetahui sumber daya-sumber

daya yang telah dimiliki oleh Pusdiklat BPK, baik sumber daya manusia

maupun sarana dan prasarana. Pengetahuan mengenai sarana-prasarana

yang telah dimiliki oleh Pusdiklat BPK akan memberikan masukan untuk

menentukan metode dan media yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran. Sedangkan pengetahuan mengenai sumber daya manusia

terutama instruktur atau widyaiswara yang dimiliki Pusdiklat BPK akan

menentukan apakah instruktur yang akan digunakan dalam diklat

(40)

Asep Wibowo, 2014

Desain kurikulum berbasis kebutuhan pada diklat pemeriksaan infrastruktur jalan dan jembatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendatangkan instruktur dari pihak luar. Observasi juga bermanfaat untuk

menentukan subyek penelitian yang paling tepat.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian

diurutkan berdasarkan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya

dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan disintesis

membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh (Sukmadinata,

2011, hlm. 221-222). Dokumen-dokumen yang akan dianalisis dalam

penelitian ini adalah peraturan perundangan resmi, laporan-laporan, dan

dokumen tertulis lainnya.

4. Studi literatur

Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relevan dengan

permasalahan yang sedang diteliti. Referensi tersebut dapat berasal dari

buku, jurnal, artikel laporan penelitian, dan situs-situs di internet.

Tujuan penelitian kualitatif bukan semata-mata mencari kebenaran,

tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap apa yang sedang diteliti. Oleh

karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan triangulasi. Sugiyono (2012,

hlm. 330) mengemukakan bahwa “triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Sehingga apabila peneliti

melakukan triangulasi, maka sebenarnya peneliti telah melakukan

pengumpulan data yang sekaligus juga menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

Selanjutnya Sugiyono mengemukakan bahwa terdapat dua jenis

Referensi

Dokumen terkait

Terlaksananya Perencanaan, Peng endalian dan Evaluasi Pembang unan Bidang Prasarana, Sarana Kota dan Ling kung an Hidup Kota Administrasi J akarta Utara0. 1 06 07   Prog ram

Persentase sintasan juvenil hingga umur 28 hari pada perlakuan iradiasi 9916 J/m 2 dengan kejut panas pada 25 menit setelah fertilisasi diperoleh tertinggi 38,20 ± 17,15%

6) Rencana Umum Tata Ruang (RTUR) Untuk dapat mengetahui dan menentukan formulasi kebijakan SATPOL PP Kabupaten Tabanan, maka tanggapan dan peran serta warga

Pada pengerjaan tugas akhir ini penulis akan menggunakan framework Laravel sebagai kerangka kerja untuk mengembangkan website pengelolaan dokumen laporan celah keamanan

Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan

(2) Seksi Penetapan Hak Pakai, Hak Guna Bangunan, Hak Milik dan Hak Guna Usaha Instansi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan norma, standar,

Budaya organisasi merupakan usaha untuk memperoleh rasa, perasaan, atmosfer, karakter atau citra dari sebuah organisasi, sehingga dapat dikatakan sebuah organisasi yang efektif

Arsitektur merupakan suatu karya manusia untuk manusia, berarti sesungguhnya arsitektur tidak dapat dinilai hanya sebagai seni bangunan saja, tetapi harus selalu dalam