LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh :
Epa Sariningsih
Nim 1103663
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Oleh :
Epa Sariningsih
Sebuah laporan tugas Akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjan Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
©Epa Sariningsih 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang – undang,
PUSAT PEMBINAAN ATLET BOLA VOLI KOTA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dra. RR. Tjahyani Busono, M.T. NIP. 196212311988032005
Pembimbing II
Nuryanto, S.Pd.,M.T NIP. 1976051320060401010
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Arsitektur
Teknik Arsitektur UPI
ABSTRAK
Kata Kunci : Pusat Pelatihan, Bola Voli, GOR
Olahraga bola voli di Kota Bandung semakin berkembang ditandai dengan bermunculannya klub pembinaan baru, namun perkembangan tersebut tidak didukung dengan fasilitas pelatihan yang memadai sebagai penunjang keberlangsungan kegiatan pelatihan. “Pusat Pembinaan Atlet Bola Voli di Kota Bandung” merupakan wadah bagi perkembangan olahraga bola voli di Kota Bandung dengan mewadahi beberapa klub pembinaan bola voli di Kota Bandung dan mawadahi penyelenggaraan event pertandingan olahraga bola voli tingkat klub, daerah dan nasional.
Dengan sistem pelatihan yang terkoordinasi melalui penyediaan fasilitas yang terintegrasi bagi atlet seperti fasilitas pelatihan, fasilitas pertandingan, dan fasilitas akomodasi (asrama). Fasilitas pelatihan berupa lapangan bola voli, penunjang pelatihan berupa ruang fisik (indoor dan outdoor) dan sekretariat klub, asrama, kafetaria dan retail retail komersil.
Teknik Arsitektur UPI
ABSTRACT
Keywords: Training Centre, Volleyball, Sporthall
The sport of volleyball in Bandung growing, marked by the emergence of a new coaching club, but these developments are not supported by adequate training facilities as supporting the continuity of training activities. "Pusat pembinaan Atlet Bola Voli di Kota Bandung" is a forum for the development of the sport of volleyball in Bandung, by facilitating some coaching club volleyball in Bandung and facilitated a match event sport volleyball club level, regional and national levels.
With coordinated training systems through the provision of integrated facilities for athletes, such as training facilities, games facilities, and accommodation facilities (boarding). Training facilities such as volleyball courts, supporting the training in the form of physical space (indoor and outdoor) and the secretariat of the club, dormitories, cafeterias and commercial retail.
UCAPAN TERIMKASIH ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Maksud dan Tujuan ... 3
C. Identifikasi Masalah Perancangan... 4
D. Batasan Masalah perancangan ... 4
E. Pendekatan ... 4
F. Kerangka Berpikir ... 5
G. Sistematika Laporan ... 6
BAB II: KAJIAN A. Tinjauan Umum ... 7
1. Olahraga ... 7
2. Olahraga Bola Voli ... 13
3. Pusat Pelatihan Bola Voli... 16
B. Tinjauan Khusus... 21
1. Gedung Olahraga ... 21
2. Fasilitas Gedung Olahraga ... 24
3. Persyaratan Ruang Gedung Olahraga ... 25
C. Studi banding bangunan Sejenis ... 36
BAB III: DESKRIPSI PROYEK A. Nama Proyek ... 49
B. Lokasi ... 49
C. Rona Lingkungan ... 53
B. Program Ruang... 67
C. Program Bangunan ... 77
BAB V: KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Dasar ... 79
B. Konsep Perancangan Tapak ... 79
C. Konsep Perancangan Bangunan ... 87
D. Konsep Struktur dan Konstruksi ... ...94
E. Konsep Pemilihan Bahan ... 95
F. Konsep Mekanikal dan Elektrikal ... 97
G. Konsep Utilitas ... 98
H. Konsep Perancangan Lansekap ... 101
DAFAR PUSTAKA ... 102
Tabel 1.1 Jumlah Klub Pembinaan Bola Voli di Kota Bandung 2
Tabel 2.1 Ukuran Lapangan Voli 15
Tabel 2.2 Klasifikasi dan Penggunaan Gedung Olahraga 22
Tabel 2.3 Ukuran Minimal Matra Ruang Gedung Olahraga 22
Tabel 2.4 Kapasitas Penonton Gedung Olahraga 23
Tabel 2.5 Ukuran Tempat Duduk 32
Tabel 2.6 Koefisien Refleksi Warna 34
Tabel 2.7 Kaji Banding 46
Tabel 2.8 Sintesa Perbandingan 48
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 50
Tabel 3.2 Analisis Lokasi 52
Tabel 3.3 Jenis Struktur 56
Tabel 4.1 Pelaku Kegiatan Pelatihan 67
Tabel 4.2 Pelaku Kegiatan Umum 67
Tabel 4.3 Pelaku Kegiatan dalam Asrama 68
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Gedung Olahraga 71
Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang Penunjang Pelatihan 71
Tabel 4.6 Kebutuhan Ruang Pengelola 72
Tabel 4.7 Kebutuhan Ruang Asrama 72
Tabel 4.8 Kebutuhan Ruang Perawatan Bangunan 72
Tabel 4.9 Parkir 73
Tabel 4.10 Besaran Kelompok Ruang Olahraga 73
Tabel 4.11 Besaran Kelompok Ruang Bangunan Penunjang 74
Tabel 4.12 Besaran Kelompok Ruang Bangunan Pengelola 75
Tabel 4.13 Besaran Kelompok Ruang Bangunan Asrama 75
Tabel 4.14 Besaran Kelompok Ruang Perawatan Bangunan 76
Tabel 4.15 Besaran Kelompok Ruang Parkir 76
Gambar 2.1 Ukuran Net Bola Voli 14
Gambar 2.2 Ukuran Lapangan Voli 15
Gambar 2.3 Ketentuan Tribun 30
Gambar 2.4 Ketentuan Ukuran Tribun 31
Gambar 2.5 Jarak Tempat Duduk 32
Gambar 2.6 Radius Pencahayaan 34
Gambar 2.7 Fasad GOR Persada 37
Gambar 2.8 Suasana di Dalam GOR 37
Gambar 2.9 Struktur Atap GOR 38
Gambar 2.10 Ruang Fitness 38
Gambar 2.11 Asrama 39
Gambar 2.12 Ruang Berkumpul 40
Gambar 2.13 Mushola 40
Gambar 2.14 Ruang Konveksi 40
Gambar 2.15 Eksterior GOR C-Tra Arena 41
Gambar 2.16 Interior GOR C-Tra Arena 42
Gambar 2.17 Desain Jendela 42
Gambar 2.18 Fasad GOR Jati 43
Gambar 2.19 Lapangan GOR Jati 43
Gambar 2.20 Ruang Fisioterapi dan Ruang Fisik 44
Gambar 2.21 Ruang Perpustakaan 44
Gambar 2.22 Ruang Pertemuan 44
Gambar 2.23 Bangunan Asrama 45
Gambar 2.24 Ruang Makan 45
Gambar 3.1 Foto Udara Lokasi Tapak Arcamanik 50
Gambar 3.2 Foto Udara Lokasi Tapak Padjadjaran 51
Gambar 3.3 Foto udara Lokasi Tapak Gedebage 51
Gambar 3.4 Foto Udara Lokasi Tapak Panyileukan 51
Gambar 3.8 Luanda Multisports Pavilion 59
Gambar 3.9 Struktur Atap Luanda Multisports Pavilion 59
Gambar 3.10 Fasad 1 L’Hmeisferic (Planetarium) 60
Gambar 3.11 Penggunaan Struktur 60
Gambar 4.1 Eksisting Ukuran Lahan 61
Gambar 4.2 Analisis Ukuran Lahan 62
Gambar 4.3 Sirkulasi Sekitar Tapak 63
Gambar 4.4 Potongan Sirkulasi Seitar Tapak 63
Gambar 4.5 Sintesis Sirkulasi Sekitar Tapak 67
Gambar 4.6 View Lokasi 67
Gambar 4.7 Pencapaian Menuju Tapak 68
Gambar 4.8 Sensori Pada Tapak 69
Gambar 4.9 Arah Matahari dan Angin 70
Gambar 5.1 Pemintakatan 80
Gambar 5.2 Bentuk Dasar 81
Gambar 5.3 Bentuk Dasar 81
Gambar 5.4 Penempatan Entrance 82
Gambar 5.5 Orientasi matahari 83
Gambar 5.6 Grid Jalan 84
Gambar 5.7 Grid Arah Pandang 84
Gambar 5.8 Alur Sirkulasi 85
Gambar 5.9 Alur Parkir 85
Gambar 5.10 Pergola 86
Gambar 5.11 Tata Hijau 86
Gambar 5.12 Fungsi Vertikal 87
Gambar 5.13 Fungsi Horizontal 87
Gambar 5.14 Sirkulasi Ruang Dalam GOR lanati 1 88
Gambar 5.15 Sirkulasi Ruang Dalam GOR lanati 2 88
Gambar 5.19 Skylight 91
Gambar 5.20 Layout Pencahayaan Buatan 92
Gambar 5.21 Lampu Halogen 92
Gambar 5.22 Lampu HID 92
Gambar 5.23 Absorber Polyutherene 93
Gambar 5.24 Alumunium Sheet 93
Gambar 5.25 Sistem Struktur Alumunium Sheet 93
Gambar 5.26 Pondasi Tiang Pancang 94
Gambar 5.27 Pondasi Tiang Sumuran 94
Gambar 5.28 Kolom Baja WF 94
Gambar 5.29 Konstruksi Waffle Slab 95
Gambar 5.30 Profile Alumunium Panel Wall 95
Gambar 5.31 Struktur Alumunium Panel Wall 96
Gambar 5.32 Lantai Parket 96
Gambar 5.33 Konstruksi lapisan parket 96
Gambar 5.34 Struktur Rangka Ruang 97
Gambar 5.35 Springkle 99
Gambar 5.36 Hose Rack 99
Gambar 5.37 Fire Exithinguise 101
Gambar 5.38 Hydrant 101
Gambar 5.39 Diagram Lansekap 101
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Kerangka Berpikir 5
Diagram 4.1 Pola Kegiatan pengelola 68
Diagram 4.2 Pola Kegiatan Atlet non Asrama 69
Diagram 4.3 Pola Kegiatan Pelatihan Atlet Arama 69
Diagram 4.4 Pola Kegiatan Atlet Asrama 70
Diagram 4.5 Pola Kegiatan Kepala Asrama 70
Diagram 4.6 Pola Kegiatan Penungunjung 70
Diagram 4.7 Pola Kegiatan Petugas Dapur 70
Diagram 4.8 Pola Kegiatan Petugas Operasional 70
Diagram 4.9 Pola Kegiatan Petugas Kebersihan 70
Diagram 4.10 Hubungan Ruang gedung Olahraga 77
Diagram 4.11 Hubungan Ruang Bangunan Pengelola 78
Diagram 4.12 Hubungan Ruang Bangunan Asrama 78
Diagram 4.13 Hubungan Ruang Penunjang Pelatihan 78
Diagram 5.1 Jaringan Listrik 97
Diagram 5.2 Jaringan Air Bersih 92
Diagram 5.3 Jaringan Air Hujan 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Rencana Tapak
Lampiran 2 Gambar Rencana Situasi
Lampiran 3 Gambar Denah Gor Lantai I
Lampiran 4 Gambar Denah Gor Lantai II
Lampiran 5 Gambar Denah Tribun
Lampiran 6 Rencana Atap
Lampiran 7 Gambar Potongan Gor A-A dan B-B
Lampiran 8 Gambar Potongan Gor C-C dan D-D
Lampiran 9 Gambar Tampak Utara dan Selatan Gor
Lampiran 10 Gambar Tampak Timur dan Barat Gor
Lampiran 11 Gambar Denah Asrama Lantai I
Lampiran 12 Gambar Denah Asrama Lantai II-IV
Lampiran 13 Gambar Potongan 1-1 Asrama
Lampiran 14 Gambar Potongan 2-2 dan 3-3 Asrama
Lampiran 15 Gambar Detail Tribun
Lampiran 16 Gambar Layout Lapangan
Lampiran 17 Gambar Presfektif Eksterior 1
Lampiran 18 Gambar Presfektif Eksterior 2
Lampiran 19 Gambar Presfektif Eksterior 3
Lampiran 20 Gambar Presfektif Interior
Lampiran 21 Gambar Suasana Malam
Lampiran 22 Presfektif Mata Burung
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga Bola Voli merupakan salahsatu olahraga yang digemari selain
olahraga Sepak Bola. Olahraga ini cukup popular dikalangan masyarakat, baik
dalam lingkup sekolah sebagai ekstrakulikuler, di lingkungan tempat tinggal,
maupun di tempat pembinaan khusus bola voli. Olahraga bola voli bukan hanya
sekedar olahraga untuk kebugaran jasmani, tetapi juga bisa dijadikan sebagai
prestasi dan profesi.
Kota Bandung merupakan kota yang menjadi barometer dalam
pembinaan atlet bola voli. Prestasi Kota Bandung dibidang olahraga bola voli
tidak hanya di tingkat Jawa Barat, tetapi juga di tingkat nasional, Kota Bandung
kerap menjuarai berbagai kejuaraan baik dalam pertandingan antar daerah
maupun tingkat klub. Selain itu, banyak diantara atlete Platnas (pelatihan
nasional) berasal dari Kota Bandung mewakili Indonesia di kejuaraan tingkat
Asia maupun dunia. Keberhasilan Kota Bandung dalam meningkatkan
prestasinya di bidang olahraga Bola Voli tidak terlepas dari peran klub
pembinaan yang memfasilitasi para atlet untuk berlatih mengembangkan
kemampuan.
Klub pembinaan di Kota Bandung tidak hanya membina atlet atlet yang
berasal dari Kota Bandung saja, namun banyak atlet dari luar Kota Bandung
bahkan dari luar pulau jawa yang mengikuti pembinaan di beberapa klub di kota
Bandung. Peningkatan minat masyarakat terhadap olahraga bola voli ditunjukan
dengan bertambahnya klub pembinaan bola voli, namun hal ini tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas maupun kuantitas fasilitas olahraga khususnya
gedung olahraga di Kota Bandung. Selama ini kebanyakan klub pembinaan atlet
bola voli di Kota Bandung, menggunakan gedung olahraga yang sama untuk
berlatih secara bergiliran dengan waktu yang terbatas, dan dengan fasilitas yang
Tabel 1.1 Jumlah Klub Pembinaan Bola Voli di Kota Bandung
No Nama Klub Jenjang pendidikan
atlet Binaan Lokasi Latihan
1 PBV Bandung
Tectona
SD- Perguruan Tinggi Gor Persada, Jl. Persada
no.9 Kecamatan
panyileukan
2 PBV Alko
Bandung
SD- Perguruan Tinggi Pasar Kosambi Lt.5
3 PBV Bahana Bina
Pakuan
SD- Perguruan Tinggi Gor Pajajaran. Jl.
Pajajaran No.37
Bandung
4 PBV Parahyangan SD- Perguruan Tinggi Gor Pajajaran, Jl.
Pajajaran No.37
Bandung
5 PBV Pasundan SD - SMA SMA Pasundan 1 Kota
Bandung. Jl. Balong
Gede, dan
Gor Pajajaran, Bandung
6 PBV Bina
Cijawura
SD- Perguruan Tinggi Komplek Bea Cukai, Jl
Cijawura. Margacinta
7 PBV Wahana
Ekspress Grup
SD- Perguruan Tinggi Gor Pajajaran, Jl.
Pajajaran No.37
Berdasarkan data tersebut, beberapa klub berlatih ditempat yang sama
dengan fasilitas yang kurang menunjang, hanya klub klub besar yang dapat
menikmati fasilitas pelatihan yang lumayan baik, sehingga terjadi persaingan
yang tidak merata antara klub satu dan yang lain. Kebanyakan dari klub tersebut
tidak memiliki tempat berlatih yang terintegrasi dengan sarana penunjang lainya
seperti sarana pengembangan fisik, sarana pengembangan taktik dan sarana
akomodasi (asrama), sedangkan sistem pelatihan yang baik dan maksimal dalam
olahraga bola voli terdiri dari beberapa unsur, yaitu pelatihan teknik, fisik dan
taktik.
Menghadapi permasalahan demikian, klub yang belum mempunyai tempat
latihan yang tetap tersebut memerlukan wadah yang mampu menampung
kegiatan mereka untuk berlatih meningkatkan prestasi dan kemampuan bermain
bola voli, berlatih fisik untuk kebugaran, serta tempat untuk mengelola klub itu
sendiri. Dengan demikian diharapkan dapat mencetak pemain profesinal dengan
kualitas jasmani dan rohani yang baik serta dapat membawa prestasi bagi Kota
Bandung khusunya dan juga Indonesia.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Perancangan
Menciptakan tempat untuk melakukan pelatihan olahraga bola voli
yang representatif dan terintegrasi dengan sarana penunjang latihan
bola voli lainya, serta dapat menampung beberapa klub pembinaan
olahraga bola voli dalam satu gedung olahraga.
2. Tujuan Perancangan
Tujuan dari diwujudkannya pusat pembinaan ini adalah :
a. Meningkatkan prestasi olahraga bola voli di Kota Bandung
khususnya dan di Jawa Barat umumnya
b. Meningkatkan kemampuan atlet bola voli di Kota Bandung
c. Memfasilitasi klub pembinaan olahraga bola voli di Kota
C. Identifikasi Masalah Perancanan
1. Bagaimana menerapkan privasi dan nilai nilai sportivitas olahraga
antara satu klub dengan klub lain dalam satu bangunan
2. Bagaimana hubungan beberapa fasilitas yang berbeda dalam tapak
3. Bagaimana penerpan struktur yang kuat dapat dijadikan suatu elemen
estetis
D. Batasan Masalah Perancangan
Batasan perancangan pada projek ini adalah Gedung Olahraga, berupa
sebuah hall dengan fasilitas lapangan bola voli yang dapat menampung beberapa
klub pembinaan yang dilengkapi fasilitas pendukung latihan fisik, dan asrama.
Kemudian ditambahkan fungsi komersil sekunder seperti kafetaria dan toko alat
olahraga.
E. Pendekatan
Pendekatan perancagan yang dilakukan meliputi:
1. Studi Literatur mengenai standar pelatihan olahraga bola voli
2. Studi banding kasus sejenis, melalui survey lapangan, terhadap
bangunan yang memilii fungsi sejenis, atau yang berkaitan dengan
projek.
3. Studi mengenai tema yang dipakai, studi terhadap bangunan dengan
tema sejenis
4. Analisa kondisi dan potensi lahan yang akan dijadikan lokasi
F. Kerangka Berpikir
Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015
Kriteria Perancangan dan
Standar Perancangan Gedung Olahraga
Input
Kajian Pustaka
Olahraga
Olahraga Bola Voli
Pusat Pembinaan Olahraga Bola Voli
Gedung Olahraga
Struktur
Bentang Lebar
Estetika
Studi Empiris :
Kaji Banding
Studi Preseden
Analisis Perencanaan
Analisis Perancangan :
Tapak
Pemintakatan
Hubungan Ruang
Konsep Rancangan
Konsep Tapak
Konsep Bangunan
Output Hasil Rancangan
1. Rencana Tapak dan Situasi 2. Denah, Tampak, Potongan 3. Ekserior dan Interior 4. Detail Arsitektural
G. Sistematika Laporan
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama yang menjelaskan tentang latar
belakang kenapa merancang proyek tersebut, permaslahan perancangan,
maksud dan tujuan perancangan, batasan masalah perancangan,
pendekatan dalam merancang, sistematika pembahasan dan kerangka pola
pikir.
BAB II. KAJIAN
Bab ini berupa kajian teoritis terkait olahraga bola voli, sistem pelatihan
olahraga bola voli dan tinjauan khusus mengenai gedung olahraga
BAB III. DESKRIPSI PROYEK
Bab ini menjelaskan gambaran umum perancangan, Rona Lingkungan
pada lokasi perancangan, pemograman, dan kaji banding bangunan sejenis
serta elaborasi tema pada bangunan tersebut.
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN
Bab ini berisi tentang analisis perancangan pada tapak dan bangunan
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Bab ini berisi tentang penjelasan landasan konsep yang digunakan dalam
perancangan, yang terdiri dari, konsep dasar, konsep tapak dan konsep
perancangan bangunan.
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
A. Nama Proyek
1. Nama Bangunan : Pusat pembinaan Olahraga Bola Voli Kota
Bandung
2. Pemilik : Swasta
3. Pengguna
a. Pengguna Utama : Atlet Bola Voli Putra-Putri Usia dini –
Senior Pelatih Pengelola
b. Pengguna Tambahan: Wasit pertandingan
Pengunjung (Penonton dana atau tamu)
4. Fungsi : Sarana pembinaaan dan pelatihan
5. Fasilitas : a. Gedung Olahraga
b. Penunjang Pelatihan Fisik
c. Sekretariat Klub
d. Lapangan voli Pasir
e. Asrama
6. Jenis Proyek : Fiktif
B. Lokasi
1. Orientasi Tapak Terhadap Kota
Lokasi perancangan ini berada di wilayah Kota Bandung. Secara
makro, letaknya harus berada dalam kawasan olahraga dan harus
berdekatan dengan permukiman penduduk, fasilitas transportasi umum,
fasilitas pendidikan dan harus dapat diakses dengan mudah. Hal ini untuk
mencapai target sasaran pengguna terutama atlet remaja usia SMP dan
SMA. kriteria dalam pemilihan lokasi untuk perancangan ini adalah
Tabel 3.1 Kriteria pemilihan Lokasi
No Kriteria Lokasi
1 RTRW Kota Bandung
Termasuk dalam sub bpusat pelayanan sarana olahrga ( Ruang Terbuka Non Hijau)
2 Tinjauan
terhadap struktur kota
Berada di Kawasan yang mendukung fungsi GOR Bola Voli sebagai Fasilitas Olahraga
3 Pencapaian Dapat Diakses mudah dari seluruh wilayah Kota Bandung, baik dengan angkutan umum maupun pribadi.
4 Area Pelayanan Pelayanan mencakup Khususnya Kota
Bandung Keseluruhan dan wilayah Jawa Barat 5 Fungsi lahan
Sekitar
Berada di kawasan yang fungsi lahan sekitarnya mendukung fungsi bangunan 6 Topografi Cendrung datar
2. Penentuan Lokasi dan Tapak
1. Alternatif Lokasi dan tapak
Adapun lokasi yang menjadi alternatif pemilihan tapak yaitu
wilayah yang termasuk kedalam sub pelayanan sarana olahraga (
Ruang terbuka Non Hijau ) berdasarkan RTRW Kota Bandung,
diantaranya :
1) Jl. Pacuan Kuda Kecamatan Arcamanik Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 3.1 Foto Udara Lokasi Tapak Arcamanik
Sumber : Google Maps,2015
2) Jl. Pajajaran kecamatan CIcendo
3) Kecamatan Gede Bage ( Jl Tol Padaleunyi )
4) Jl. Soekarno – Hatta Kec, Panyileukan
Gambar 3.2 Foto Udara Lokasi Tapak Pajajaran Sumber : Google Maps, 2015
Gambar 3.3 Foto Udara Lokasi Tapak Gedebage
Sumber : Google Maps 2015
Gambar 3.4 Foto Udara Lokasi Tapak Panyileukan
Sumber : Google Maps,2015
LOKASI
UUIII
LOKASI
3. Analisis Kriteria Lokasi
a. Analisis Lokasi
Tabel 3.2 Analisis Lokasi
N
o Kriteria
Lokasi
Arcamanik Pajajaran Gedebage Panyileukan 1 RTRW Kota
3 Pencapaian Sulit diakses kendaraan
2 Perkantoran Pemukiman
7 Topografi Cendrung datar
Jumlah Arcamanik 12
Berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan kriteria tapak
untuk proyek ini dan membandingkan antara tapak satu dengan tapak
tapak yang dipilih pada proyek ini adalah tapak yang berada di Jl.
Pajajajaran Kecmatan Cicendo kelurahan Pasirkalilki Kota Bandung.
2. Deskripsi Tapak
1) Lokasi : Jl. Pajajaran No.37 Kota Bandung
2) Luas Lahan : 33589 m2
C. Rona Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Pembangunan Setempat Tapak Perencanaan
termasuk kedalam Sub Pelayanan Ruang Terbuka Non Hijau, dan terleak pada
jalan arteri sekunder yang ketentuannya adalah :
1. KDB : 50%
2. KLB : 1,5
3. KDH :25%
4. GSB : 7 – 10 m
5. Rencana Lebar jalan : 20 m
Gambar 3.5 Lokasi Tapak
D. Elaborasi Tema
1. Pengertian
Tema pada perancangan Pusat Pembinaan Olahraga Bola Voli ini adalah “Struktur Sebagai Elemen Estetis” dengan megeksplorasi pengguanaan struktur bentang lebar Struktur yang digunakan pada objek
rancang tidak hanya menjadi sebuah bagian demi menunjang kekokohan
bangunan, namun juga menjadi unsur pembentuk estetika bangunan.
a. Struktur
Menurut Daniel L. Schodek pengertian struktur berkaitan dengan
masalah bangunan adalah sarana untuk menyalurkan beban ke dalam
tanah. Menurut sistem penyaluran bebannya struktur bangunan
gedung dibagi sebagai berikut:
1) Struktur Utama
Struktur utama adalah organisasi dari elemen-elemen ataupun
komponen komponen bangunan yang menyalurkan beban ketanah
dan tanpa adanya struktur ini bangunan tidak dapat berfungsi
dengan baik, elemen struktur utama meliputi:
a) Elemen Kaku
Kolom
Balok
Flat- plate
Cangkan
Plengkung b) Elemen Fleksibel
Kabel
2) Struktur pendukung
Struktur pendukung adalah susunan elemen-elemen ataupun
komponen bangunan yang mendukung struktur utama supaya dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik
3) Struktur Bentang Lebar
Struktur bentang lebar diperlukan untuk mengakomodasi
aktivitas yang memerlukan ruang luas dan tidak terhalang oleh Gambar 3.6 Elemen Kaku
Sumber : Daniel Schodek, Struktur.
kolom, misalnya auditorium, bioskop, stadion, gedung
peribadatan, gedung olahraga. Keuntungan struktur bentang lebar
antara lain mampu mengakomodasi ruang yang luas tanpa
halangan kolom, memungkinkan bentuk-bentuk arsitektural yang
lebih beragam. selain kelebihan bangunan bentang lebar juga
mempunyai kekurangan yaitu pengaliran beban tidak ditumpu
kolom sehingga memerlukan cara-cara khusus untuk
mengatasinya baik dari segi material maupun sistem struktural.
Beberapa sistem struktur yang cocok digunakan pada
perancangan ini antara lain sebagai berikut
Tabel 3.3 jenis Struktur
Sistem Struktur Kelebihan Kekurangan Contoh
Struktur Portal dengan bentuk bangunan persegi panjang, secara visual tidak baik dalam nilai estetika
Struktur Kantilever : Beban atap disalurkan pada
satu sisi
Struktur kabel, yaitu Sistem Sistem struktur yang
Sistem Rangka Ruang dan Sistem rangka batang atap disertai penyangga membagi beban strukturnya secara geometris
b. Estetika
Ilmu Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa
yang disebut keindahan (A.A.M Djelantika, Estetika: Sebuah
Pengantar, 1999:9). Istilah estetikas berasal dari kata dalam bahsa
Yunani, yaitu “Aethonomai” yang mempunyai arti „menikmati‟. Istilah ini kemudian dikenal dengan nama “Aesthetika” pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf asal Jerman, Alexander Gottlieb
Baumgarten, pada tahun 1750, dan sejak itu istilah tersebut dipakai
dalam Bahasa filsafat mengenai keindahan.
Menurut Vitruvius Sebuah bangunan itu idealnya memenuhi tiga
aspek, yaitu aspek estetika, kekuatan, dan kegunaan (fungsi), dengan
kata lain bangunan hadir dalam kasat mata sebagai sebuah fungsi
bersama-sama dengan kekuatan, dan estetika. Aspek kekuatan
dengan aspek estetika menjadi suatu kesatuan dalam fungsi.
Dalam buku “struktur, Esensi Arsitektur” menyebutkan bahwa konstruksi bangunan dan arsitektur tidaklah menyatu dan bukan
merupakan hal yang sama. Namun Pada teknik, struktur berpengaruh
pada kekukuhan gedung terhadap pengaruh luar maupun bebannya
sendiri yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk atau robohnya
bangunan. Sedangkan estetika dilihat dari segi keindahan gedung
secara integral dan kualitas arsitekturalnya. Jadi,struktur sebagai
elemen estetis adalah bahwa struktur dijadikan sebagai keindahan
gedung baik secara integral maupun kualitas arsitektur.
c. Interprestasi Tema
Struktur merupakan aspek penting untuk menghadirkan kekuatan
pada sebuah bangunan, dalam kekuatan tersebut bisa juga dibentuk
elemen elemen estetika. Semua elemen struktur yang ada, seperti
yang hadir bersama kekuatan (teknik) dan estetika (kualitas
arsitekturnya).
Tema struktur sebagai elemen estetis erat kaitannya dengan
bangunan bentang lebar. Struktur brntang lebar digunakan, karena
adanya kebutuhan ruang yang besar tanpa sekat atau penghalang pada
perencanaan pusat pembinaan voli ini. Pemilihan ini, sangatlah tepat,
karena keberadaan kolom pada bangunan bentang lebar terletak hanya
pada bagian luar atau dinding luar bangunan.
d. Studi banding Tema Sejenis
1) Luanda Multisports Pavilion
a) Luas Bangunan : 2420 m2
b) Lebar Bentan : 60 x 40 m
c) Struktur : Sistem rangka ruang dan rangka batang
d) Lokasi : Spanyol
Gambar 3.8 Luanda Multisports Pavilion Sumber : www.archdaily.com
penonjolaan struktur pada struktur kolom dan struktur atapnya
pada bangunan tersebut terlihat rumit tapi menjadikan sebuah nilai
keindahan tersendiri.
1. L‟ Hmeisferic ( Planetarium )
Bangunan karya Santiago Calatrava ini dibangun menggunakan
struktur cangkang sebagai bagian atapnya. penggunaan struktur ini
dikarenakan bentuknya menyerupai kubah diperlukan untuk
planetariumdengan bentangan yang cukup pajnjang.
Bangunan menggunakan kombinasi material struktur beton
dengan baja, beton digunakan untuk penutup atap berupa cangkang
(Shell) dan struktur lengkung penahannya. Sedangkan baja digunaka
sebagai elemen struktur tegak yang menjadi penyangga lengkung
bagian atas dengan lengkug bagian bawah.
Gambar 3.10 Fasad 1. L‟ Hmeisferic ( Planetarium ) Sumber : www.archdaily.com
Gambar 3.11 Penggunaan Struktur
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Pada dasarnya keberadaan pusat pelatihan olahraga bola voli ini untuk
mendukung kegiatan olahraga bagi masyarakat di Kota Bandung dan melengkapi
fasilitas olahraga yang sudah ada, terutama olahraga bola voli. Secara
keseluruhan letaknya harus berada dalam kawasan olahraga dan berdekatan
dengan kawasan penduduk juga fasilitas pendidikan, serta dapat diakses dengan
mudah terutama ole hank anak rema usia 10 – 15 tahun.
Dalam kasus Pusat Pembinaan Olahraga Bola Voli ini, akan dirancang
beberapa fasilitas yang mendukung kegiatan pelatihan olahraga bola voli yang
mencakup pelatihan teknik dan pelatihan fisik yang diintegrasikan dengan
fasilitas akomodasi ( Dormitori) serta dapat dijadikan sebagai arena pertandingan
tingkat regional maupun nasional.
Pengolahan elemen arsitektural dilakukan untuk menampilkan citra dan
karakter olahraga bola voli, seperti bentuk massa, bentuk ruang, struktur, warna,
dan skala yang menjadi kesatuan sebagai elemen estetika.
B. Konsep Perancangan Tapak
1. Pemintakatan
Area Tapi dibagi menjadi bebebrapa area yaitu :
a. Area Publik, yaitu fasilitas gedung olahraga, ruang terbuka hijau
dan fasilitas parkir. Area ini bisa dicapai oleh seluruh pengguna
dan pengunjung umum, area publik ditempatkan di sebelah utara
untuk memudahkan pengguna seperti pengunjung dan penonton
untuk mengaksesnya, sehingga tidak tercampur dengan aktivitas
atlet dan pengelola.
b. Area Semi Publik, meliputi area penunjang pelatihan dan kantor
Ditempatkan diantara area publik dan privat sebagai penghubung
aktivitas antara area publik dan area privat.
c. Area Privat, yaitu area akomodasi ( asrama ). Area ini hanya bisa
diakses oleh pengelola dan atlet yang tinggal di asrama,
ditempatkan dibagian selatan tapak atau bagian dalam tapak jauh
dari aktivitas public
d. Area Servis, area servis di tempatkan mengikuti kebutuhan dari
area yang lain.
2. Gubahan Massa
Menentukan bentuk bangunan dipertimbangkan analisa bentuk tapak,
lingkungan sekitar dan fungsi bangunan. Menurut Francis D. K Ching
dalam buku Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan menyebutkan secara
umum bentuk dasar bangunan dibagi 3 Yaitu segitiga, persegi dan
lingkaran.
Dari ketiga bentuk diatas,bentuk yang paling baik sebagai gedung
olahraga adalah lingkaran dan persegi. Namun dari beberapa gedung
olahraga memakai bentuk persegi karena menyesuaikan dengan susunan
lapangan didalamnya dan efisien dalam pemanfaatan ruang penunjang
lainnya.
Dalam proyek ini, bentuk persegi dipilih sebagai bentuk utama karena
dianggap paling sesuai dengan bentuk tapak, bisa dipaduan dengan
bentuk lain dan efisien dalm pengolahan ruang didalamnya.
Segitiga
- Bentuk masa tidak sesuai dengan tapak
- Sulit dalam pengolahan ruang ya kaena
terlalu banyak sudut lancip
- Mudah dikembangan diketiga sisinya
Lingkaran
- Memilii esan terpusat
- Tidak sesuai denga n tapak
- Sulit dalam pengolahan
ruang
Gambar 5.2 Bentuk Dasar Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Persegi
- Bentuk massa sesuai
dengan tapak
- Mudah diolah
- Sulit dalam pengolahan
ruang ya kaena terlalu banyak sudut lancip
- Mudah dikembangan
diketiga sisinya
3. Tata Letak
Pengelompokan bangunan pada tapak ditempatkan berdasarkan sifat
dan jenis kegiatan. Penempatan Massa bangunan pada tapak merupakan
respon dari analisis pada tapak tersebut.
a. Penempatan Entrance
Penenmpatan Entrance ditentukan dengan mempertimbangkan
kondisi sekitar tapak, kemudahan pencapaian informatif bagi penguna,
dan berdasarkan peraturan yang ada..
Menurut Neufeurt dalam data arsitek, menyebutkan beberapa
kriteria dalam menentukan sebuah main entrance dianatranya terletak
di daerah yang kepadatan arusnya relatif rendah, mudah terlihat,
informatif dan mudah diakses. Menurut peraturan pintu masuk dan
keluar tapak harus 20 m dari tikungan agar tapak mudah dilihat dan
mudah untuk dicapai dengan kendaraan dan tidak menimbulkan
kecelakaan.
Dengan memeperhatikan bebrapa ketentuan diatas, maka dapat
dibuat analisa sebagai berikut
pintu masuk
kendaraan,
menghindari
kemacetan dari persimpangan antara jl Dr.Cipto dan Jl. H Mustafa
Pintu keluar
kendaraan dipisahkan dengan pintu masuk untu menghindari persimpangan kendaraan didalam tapak
Pintu Servis, dibedakan dengan jalur utama, dapat diakases dari Jl H. Mustafa dan Jl. H Mesri untuk memudahkan janggkauan ke aera servis, serta tidak mengganggu keguiatan didalam tapak
b. Orientasi Bangunan
Penempatan orientasi bangunan diletakan berdasarkan analisis arah
pandang, analisis sensori, dan grid yang terbnetuk pada tapak.
1) Berdasarkan arah matahari dan angin
Dengan posisi tapak seperti pada gambar diatas, maka
memungkinkan bangunan untuk sedikit diputar agar tidak terlalu
frontal mengarah ke arah timur barat perlintasan matahari
2) Berdasarkan Arah Pandang dan Grid
Terdapat 2 grid yang dibentuk pada tapak, yaitu grid yang
terbentuk tegak lurus dari jalan dan grid yang terbentuk dari arah
pandang ke dalam tapak dan keluar tapak arena Pada arah utara
tapak tepatnya pada muka tapak, terdapat jembatan penyebrangan
yang cukup panjang sehingga membentuk arah pandang menjadi
diagonal agar visual dari muka bangunan dapat terlihat utuh dari jl.
Pajajaran.
Penempatan masa bangunan untuk menghindari radiasi dan me maksimalkan
pencahayaan alami
Berdasaran analisa diatas, maka pelatakan masa bangunan yang
dipakai adalah peletakan masa bangunan pada Gambar 5.7 dengan
keuntungan visual bangunan yang dapat terlihat utuh dan tidak terlalu
frontal mehgarahke arah timur dan barat.
4. Sirkulasi Pada Tapak
Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi kendaraan
bermotor, dan sirkulasi pejalan kaki. Pembagian jalur sirkulasi tersebut
agar memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna.
sirkulasi pejalan kaki dibentuk mengitari bangunan, dengan entrance
yang berbeda dan melewati ruang terbuka. Sirkulasi untuk kendaraan Gambar 5.6 Grid jalan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.7 Grid arah pandang Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Penempatan mengikuti grid jalan, dengan kelemahan view terhadap bangunan terhalang oleh jembtan penyebrangan pada tapak.
bermotor dipisahkan dengan entrance yang berbeda untuk kemudahan
akses mencapai area parkir dan dapat menikmati bangunan secara visual.
Untuk membedakan jalur sirkulasi digunakan pengolahan material,
ground treatment, dan elemen pembatas imaginer berupa vegetasi.
5. Parkir
Area parkir ditempatkan diluar bangunan (tidak menggunakan
basement), area parkir terbagi menjadi 4 area yaitu parkir mobil, motor,
bus dan parkir khusus pengguna asrama.
Gambar 5.8 Alur Sirkulasi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Area Parkir Asrama
Area Parkir Motor, khusus area parkir motor diberi penutup atap semcam pergola
Area Parir Mobil dan Bus
Pada area parkir motor ditambahkan pergola yang ditanami dengan
tanaman rambat.
6. Tata Hijau
Vegetasi Pohon pengarah di sepanjang batas tapak
Batas dengan jalan utama ditanami perdu dan
pohon yang tidak terlalu tinggi, agar pandangan kedalam bangunan tidak terhalangi
Diberi vegetasi jenis pohon yang bisa
membuffer
pandangan kedalam tapak
Ruang tebuka Hijau berupa Taman dan bisa dijadikan sebagai saranq fisik outdoor dan dapat diakses
oleh masyarakat
Gambar 5.11 Tata Hijau
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Pada area
C. Konsep Perancangan Bangunan
1. Konsep Bentuk
Pada proje ini terdapat beberapa massa bangunan diantaranya gedung
olahraga, asrama dan kafetaria. Bentuk bangunan gedung olahraga pada
projek ini berdasarkan konsep speed dan power yang dekat dengan
Keseharian olahraga bola voli. Penerapannya berupa bentuk yang dinamis
pada bagian atap sedangkan badan bangunan tetap dengan bentuk dasar
geometri yaitu persegi panajng. Sedangkan bentuk pada bangunan lain
lebih sederhana sehingga Gedung Olahrga menjadi vokal point pada
tapak.
2. Konsep Fungsi
1. Fungsi Gedung Olahraga
Bangunan gedung olahraga terdiri dari 2 lantai dengan pembagian
sifat ruang yang berbeda. Dalam bangunan gedung olahraga terdapat
2 fungsi yang brbeda yaitu fungsi pelatihan dan penunjang pelatihan
(Pengelolaan) keduanya dbedakan degan jalur sirkulasi yang berbeda
secara horizontal maupun vertikal.
Gambar 5.12 Fungsi Vertikal Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.13 Fungsi Horizontal
Setelah melakukan pemintakan secara vertikal dan horisontal,
maka dapat ditentukan jalur sirkulasi dan pengelompokan ruang
dalam gedung dengan memisahkan antara sirkulasi pengguna umum
(pengunjung/penonton) dengan atlet dan pengelola.
Pada lantai 1 bangunan dibagi menajdi 2 area yaitu area yang
publik yang bisa diakses oleh pengunjung umum seperti tribun, retail
dan toilet dan area semi publik yang bisa diakses oleh pengguna
tertentu ( atlet dan pengelola), yaitu ruang penunjang pelatihan..
Gambar 5.14 Sirkulasi Ruang Dalam GOR lanati 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
2. Fungsi Asrama
Fungsi asrama dibagi menjadi 3 lantai yaitu lantai 1 sebagai area
public yang bisa diakses bersama, sedangkan lantai 2 dan lantai 3
sebagai area privat yang hanya bisa diakses oleh penghuni.
3. Konsep Ruang Interior
a. Konsep Pencahayaan
Konsep pencahayaan diterapkan dengan dua cara yaitu dengan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami
diterapkan dengan menggunakan bukaan jendela dan skylight yang
hanya digunakan untuk memasukkan cahaya matahari. Cahaya alami
ini tidak dimasukkan ke dalam bangunan secara langsung namun
diberi peredup dan kuantitasnya tidak banyak karena akan
menimbulkan kesilauan. Sistem pencahayaan yang tidak langsung
dimaksudkan untuk memberi kenyamanan pandangan bagi pemain.
Penggunaan cahaya yang bersumber dari alam untuk perancangan
dengan matahari sebagai sumber utama. Silau dan energy panas yang
masuk kedlam bangunan diantisipasi dengan menggunakan filter
cahaya seperti kisi kisi, atau secondary skin, dan penggunaan
material khusus seperti absorbing glass dan reflective glass Gambar 5.16 Fungsi Asrama
Gambar diatas merupakan kisi kisi yang ifungsikan sebagi
penghalang anara lobby dan lapangan juga pada ruang fitness, kisi
kisi tersebut membatasi arah pandangan juga memasukan cahaya
yang tidak menyilaukan, dan penggunaan material khusus seperti
absorbing glass dan reflective glass.
Absorbing glass merupaan kaca yang diberikan sedikit warna
dari logam( kobal,besi dan selenium).
Pada bagian atap ditambahkan skylight dengan material hollow
dengan kaca absorb yang berfungsi memasukan bias cahaya ke
area tribun. Penggunaan material khusus sepeti EFTE (Ethylene Gambar 5.17 Kisi Kisi
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.18 Absorbing Glass
Tetrafluroethylene) sebagai penutupnya dipilih karena memiliki
karakter sebagai berikut :
1) Merupakan polimer plastik yang ringan, taha karat, tahan
perubahan suhu ekstrim dan dapat memfilter radiasi panas.
2) Dengan bantalan udara bersifat thermal insulation
3) Semi transparan
4) Untuk penutup atap bentang lebar
Sedangkan sistem pencahayaan buatan diterapkan dengan
menggunakan lampu dan diberi peredup. Penggunaan lampu pada
area lapangan disebar diseluruh area lapangan supaya dapat
dilakukan pengaturan penyalaan lampu, dengan intensitas cahaya
masing masing tidak terlalu tinggi dan diletakan cukup dekat
dengan catwalk untuk mempermudah maintenance. Jenis lampu
yang digunakan antara lain halogen untuk latihan dan HID/LED
untuk pertandingan.
Gambar 5.19 Skylight
b. Suhu dan Akustik
Gedung olahraga dengan bentang yang cukup panjang dan
penggunaan penutup atap metal zincalum menimbulkan kebisingan
pada ruang dalam, namun hal ini bisa diantisipasi dengan
penggunaan Polyutherene berupa material absorber yang dipasang
pada plafon dengan tebal ½”, 1” atau 3”.
Area Permainan Zona Peletakan Pencahayaan
Zona Peletakan Pencahayaan
Z
Gambar5.20 Layout Pencahayaan Buatan Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 5.21 Lampu Halogen
Sumber : Guide to Sports Lighting,2014
Gambar 5.22 Lampu HID
Penggunaan material penutup atap juga berpengaruh terhadap
suhu dan akustik dalam ruangan,penggunaan bahan penutup atap
berupa Alumunium Sheet dipilih karena lembar alumunium dkuat,
tahan karat, fleksibel dapat dibentuk, disertai lapisan rockwool
sebagai insulasi suara dan udara.
Gambar 5.23 Absorber Polyutherene Sumber : Guide to Sports Lighting,2014
Gambar 5.24 Alumunium Sheet Sumber : Guide to Sports Lighting,2014
Gambar 5.25 Sistem Struktur Alumunium Sheet
B. Konsep Struktur dan Konstruksi
Sistem Struktur yang digunaan pada rancangan ini yaitu sistem struktur
bentang lebar menggunakan rangka ruang dan rangka batang. Nilai estetika
yang akan dimunculkan pada sistem struktur ditonjolkan pada bagian
struktur utama.
Untuk pondasi bangunan olahraga menggunakan pondasi tiang pancang
agar dapat menahan beban besar dari tribun di dalam bangunan olahraga.
Selain itu, pondasi sumuran digunakan pada area pendukung (Asrama).
Sistem rangka bangunan menggunakan Kolom baja IWF dan Plat
Waffle agar lebih efisien dan kuat menahan beban. Gambar 5.26 : Pondasi Tiang Pancang
Sumber : www.archdaily.com
Gambar 5.28 Kolom baja WF Sumber : repository.upi.edu
Sistem struktur untuk atap menggunakan sistem bentangan lebar dan
konstruksi atap yang digunakan adalah rangka ruang (space frame).
Rangka ruang merupakan susunan struktur rangka yang terdiri dari
batangbatang linier yang membentuk komposisi segitiga sebagai
penunjang kekuatan utama dan penyalur gaya. Rangka ruang berupa
berupa kuda-kuda baja.
C. Konsep Pemilihan Bahan
1. Material Dinding
Penggunaan material pada dinding menggunakan Free cast dan
alumunium panel wall pada sebagian muka bangunan.
Gambar 5.29 Konstruksi Waffle Slab Sumber : repository.upi.edu
Gambar 5.30 Profile Alumunium Panel Wall
2. Material lantai
Penggunaan material pada lantai
Material lantai lapangan mengguanakan penutup lantai parket. Gambar 5.31 Struktur Alumunium Panel Wall
Sumber : Sumber : Guide to Sports Lighting, 2014
Gambar 5.32 Lantai Parket
Sumber : Sumber : hhttp/www.Archdaily.com/material
Gambar 5.34 Struktur Parket
3. Material Atap
Pada bagia atap menggunakan beberapa jenis material, untuk
struktur atap menggunakan sistem rangka ruang.
Sedangkan untuk material penutup atap menggunakan Alumunium
sheet. pada bagian dalam atap, untuk meredam panas yang
ditimbulkan zincalume maka digunakan insulasi polyurethee spray
3 cm. ( Lih Gambar 5. & 5.)
D. Konsep Mekanikal dan Elektrikal
Sumber aliran listrik utama yang digunakan diperoleh dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) untuk seluruh bangunan dalam tapak. Selain itu,
sumber jaringan listrik cadangan yang digunakan adalah generator set
yang digunakan untuk beberapa bangunan utama yang sangat
memerlukan aliran listrik pada saat aliran listrik dari PLN padam.
Diagram 5.1 jaringan Listrik Gambar 5.34 Struktur Ranga Ruang
Sumber : Bajaringan.blogspot.com
METERAN PLN
TRAFO GARDU
PANEL PER LANTAI
AUTOMATIC TRANSFER
SWITCH
GENSET PANEL PER
BANGUNAN PANEL
UTAMA
E. Konsep Utilitas
1. Sistem Jaringan Air
Sistem jaringan air bersih terdiri dari dua macam yaitu secara
vertical dan horizontal. Sumber air bersih yang digunakan adalah dari
sumur air tanah dan juga dari hasil daur ulang air hujan yang diproses
pada bak penampungan air hujan. Sistem distribusi secara vertikal
menggunakan sistem pengaliran secara down-feed, yaitu sistem
pengaliran air bersih dari sumur air tanah dan juga bak penampungan
air hujan yang telah didaur ulang kemudian ditampung pada tangki air
di atas bangunan dan dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan
dengan memanfaatkan gara gravitasi. Sistem distribusi air bersih
secara horizontal dilakukan secara melingkar melewati seluruh massa
bangunan dalam tapak dan agar dapat menjangkau seluruh area tapak
a. Penyaluran Air Bersih
Diagram 5.2 Jaringan Air Bersih
b. Penyaluran Air Hujan
Diagram 5.3 Jaringan Air Hujan
BAK KONTROL AIR
SUMUR RESAPAN
TALANG MENYIRAM
TANAMAN
SERVIS Sumber : Doumentasi pibadi, 2015
c. Penyaluran air kotor
Pembuangan air kotor (limbah cair) dialirkan ke sumur
peresapan yang terdapat di sekitar tapak. Sedangkan untuk kotoran
(limbah padat) dialirkan ke septic tank yang kemudian disalurkan
ke sumur peresapan.
Diagram 5.4 Jaringan Air Kotor
2. Sistem Kemanan Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran di dalam bangunan diterapkan
menggunakan smoke detector, sprinkler dan hose rack. Sedangkan
sistem pemadam kebakaran di luar bangunan menggunakan hydrant
yang diletakkan pada area yang dapat menjangkau seluruh bagian
bangunan.
Selain itu, jalur sirkulasi dalam tapak menyesuaikan dengan ruang
sirkulasi untuk mobil pemadam kebakaran. KOTORAN
SALURAN KOTA SUMUR RESAPAN SEPTIC TANK
AIR KOTOR
Sumber : Doumentasi pibadi, 2015
Gambar 5.35 Springkle Sumber : www.rvvnet.com
F. Konsep Perancangan Lansekap
Ruang terbuka difungsikan sebagai ruang fisik Outdoor yang dapat
memperkuat citra bahwa bangunan ini merupakan pusat pelatihan bola
voli, selain itu ruang terbuka pun dapat diakses oleh masyarakat sekitar
tapak.
Gambar 5.37. Fire Exithinguise
Sumber : : www.rvvnet.com Sumber : : www.rvvnet.com Gambar 5.38 Hydrant
Selain itu dalam area tapak dipisahkan antara aktivitas orang dan
aktivitas orang berkendara atau area parkir, pada area parkir kendaraan
visual parkir disamarkan dengan taman pohon yang berfungsi sebagai
batas imajiner.
De Chiara, Joseph 1973. Times Saver Standard for Building Types, London:
McGraw- Hill Inc.
Sugono, Dendy dan Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Juwana, Jimmy S. 2005. Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga
Neufert, E. 2002. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga
Http://www. Archdaily.com
Dinas Pekerjaan Umum, Standar Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan
Gedung Olahraga. Jakarta:1994
Breslin, Richard, Sport Architecture. China: Design Media Published Limited
Godia, Jordi. Sport facilities. Spanyol: Francisco Acience Saver
Shared, Rod. Stadia a Design and Development Guide. Boston : Architectural
Press
D.K.Ching, Francis. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga
L Scodeck, Daniel. Struktur.2014 Surabaya:Refika Aditama
RIWAYAT HIDUP
Penulis Lahir di Kabupaten Sumedang pada tanggal 6 Februari 1994, dari
pasangan E.Tarmana dengan Juriah adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Penulis
sekarang bertempat tinggal di Jl. Hegarmanah No.101 Rt 02 Rw 03 Jatinangor
Kabupaten Sumedang.
Jenjang Pendidikan yang telah ditempuh penulis yaitu pendidikan sekolah
dasar di SDN Hegarmanah 1, Jatinangor Kabupaten Sumedang pada tahun 1999 dan
lulus pada tahun 2005, Kemudian penulis melanjutkan jenjang SMP pada tahun 2005
di SMPN 1 Jatinangor Kabupaten Sumedang dan lulus pada tahun 2008, setelah itu
penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMAN Jatinangor pada tahun 2008
dan lulus pada tahun 2011. Setelah itu penulis melanjutkan jenjang pendidikan tinggi
S-1 di Universitas Pendidikan Indonesia, program studi Teknik Arsitektur pada tahun
2011 dan pada tahun 2015 penulis menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Pusat