PENGARUH PENERAPAN METODE LATIHAN BAGIAN DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP PENGUASAAN
KETERAMPILAN TEKNIK JUMP HEADING CABOR PERMAINAN SEPAKBOLA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh:
Mochamad Agung Juniarto 0906470
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
PENGARUH PENERAPAN METODE LATIHAN BAGIAN
DAN METODE KESELURUHAN TERHADAP
PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK JUMP
HEADING
CABOR PERMAINAN SEPAKBOLA
Oleh
Mochamad Agung Juniarto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Mochamad Agung Juniarto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Mochamad Agung Juniarto NIM : 0906470
Judul : Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian dan Metode
Keseluruhan terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Jump
Heading Cabor Permainan sepakbola.
Disetujui dan disahkan oleh
Pembimbing I,
(Drs. H. Dede Rohmat, N. M.Pd) NIP: 196312091988031001
Pembimbing II,
(Muhamad Tafaqur, M.Pd) NIP: 197810052009121003
Diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Batasan Istilah ... 8
F. Struktur Organisasi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Metode Latihan ... 11
a. Metode Bagian ... 12
b. Metode Keseluruhan ... 14
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bagian dan Keseluruhan 15
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Jump Heading Cabor Permainan Sepakbola
3. Keterampilan Dasar Permainan Sepakbola ... 20
a. Pengertian Keterampilan ... 20
b. Keterampilan Dasar Sepakbola ... 21
c. Teknik Dasar Permainan Sepakbola ... 22
d. Menyundul Bola (Heading) ... 28
e. Heading dalam Permainan Sepakbola ... 29
B. Kerangka Berpikir ... 33
C. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 36
B. Populasi dan Sampel ... 37
C. Desain Penelitian ... 38
D. Instrumen Penelitian... 41
E. Prosedur Pengambilan Data ... 48
F. Pelaksanaan Latihan ... 50
G. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Latihan ... 52
H. Prosedur Pengolahan Data ... 53
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 57
1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku ... 57
2. Uji Normalitas Uji Lilliefors ... 58
3. Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan Dua Variansi ... 58
B. Pengujian Hipotesis ... 59
C. Diskusi Penemuan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 67
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Jump Heading Cabor Permainan Sepakbola
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bagian ... 15
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Keseluruhan ... 15
3.1 Tabel Pembangian Kelompok ... 40
3.2 Tabel Penilaian Skala Likert ... 43
3.3 Tabel Penilaian Teknik Jump Heading ... 44
3.4 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 51
4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata, Simpangan Baku, dan Selisih Tes Heading . 56 4.2 Hasil Pengujian Normalitas Lilliefors Kedua Kelompok ... 57
4.3 Hasil Pengujian Homogenitas (Kesamaan Dua Variansi) Gain Score Kedua Kelompok... 57
4.4 Hasil Uji Signifikansi Menggunakan Uji Dua Rata-rata Antara Kedua Kelompok... 58
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Teknik Menendang Bola ... 24
2.2 Teknik Menghentikan Bola ... 24
2.3 Teknik menggiring Bola ... 25
2.4 Teknik Menyundul Bola ... 25
2.5 Teknik Merampas Bola ... 26
2.6 Teknik Melempar Bola ... 27
2.7 Teknik Menanngkap Bola ... 27
3.1 Desain Penelitian ... 41
MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO, 2014
Pengaruh Penerapan Metode Latihan Bagian Dan Metode Keseluruhan Terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Jump Heading Cabor Permainan Sepakbola
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Program Latihan ... 67
2. Hasil Perhitungan Rata-rata Kedua Kelompok ... 79
3. Hasil Perhitungan Simpangan Baku Kedua Kelompok ... 82
4. Hail Uji Normalitas ... 84
5. Uji Homogenitas ... 88
6. Uji Signifikansi Dua Rata-rata (Skor Berpasangan) ... 89
7. Uji Signifikansi Perbedaan Kedua Rata-rata Dua Pihak antara Kelompok A dan Kelompok B ... 93
8. Daftar Tabel Z ... 94
9. Daftar Tabel Distribusi F ... 95
10.Daftar XIX (11) Nilai Kritis untuk Uji Liliefors ... 97
11.Nilai Presentil untuk Distribusi T ... 98
12.Dokumentasi Penelitian ... 99
13.Surat Keputusan Pengesahan Judul dan Dosen Pembimbing ... 107
14.Kartu Bimbingan ... 108
15.Surat Permohonan Izin Penelitian ... 110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini olahraga sepakbola telah menjadi salah satu olahraga yang populer dan digemari banyak orang hampir di seluruh belahan dunia. Mulai dari kalangan anak kecil sampai orang tua, lapisan masyarakat yang ada di kota bahkan di desa sekalipun sangat menyukai olahraga ini. Disamping itu permainan sepakbola merupakan olahraga yang murah meriah karena dapat dilakukan dengan sarana prasarana yang sederhana. Sepakbola merupakan permainan kelompok, seperti yang dikemukakan oleh Sucipto (2000:7) bahwa :
Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukuman.
Berbagai macam tujuan masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga khususnya sepak bola adalah untuk pencapaian prestasi, untuk kesehatan atau hanya sekedar untuk menjaga kebugaran jasmani, bahkan adapula yang hanya bertujuan untuk rekreasi semata. Permainan sepakbola mempunyai tujuan yakni memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Salah satu tim yang dapat memasukkan bola lebih banyak dari lawannya tim tersebut adalah pemenangnya. Apabila kedua tim memasukkan bola dengan jumlah yang sama maka permainan tersebut di anggap seri. Lebih lanjut Sucipto dkk, (2000:7) menjelaskan bahwa:
Tujuan permainan sepakbola adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya sendiri, agar tidak kemasukkan. Suatu regu dinyatakan menang apabila regu tersebut dapat memasukkan bola lebih banyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri/draw.
Bibit atlet yang unggul perlu pengolahan dan proses pelatihan yang baik dan sistematis serta berkesinambungan. Sebelum seseorang dapat bermain sepakbola, ada beberapa aspek penting yang perlu dipahami dan dikuasai oleh seorang pemain dalam latihan, yakni teknik, taktik, fisik, dan mental.
Salah satu aspek yang perlu dikuasai secara sempurna oleh seorang pemain sepakbola adalah teknik. Teknik ini merupakan salah satu dari beberapa aspek latihan yang perlu dikembangkangkan dalam kaitannya dengan prestasi. Bukan hanya dalam sepakbola, tapi dalam setiap cabang olahraga teknik merupakan hal
yang penting untuk dipelajari dan dikuasai. Dalam olahraga sepakbola teknik merupakan landasan utama yang perlu dikuasai oleh seorang pemaian, karena dengan teknik kita akan dapat bermain sepakbola dengan baik dan benar. mengenai pentingnya menguasai keterampilan teknik setiap cabang olahraga Sudrajat (1991:24) dalam Satriya, dkk. (2010:52) menjelaskan bahwa : „Teknik dasar adalah merupakan keterampilan-keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk dapat berprestasi tinggi‟. Maka dari itu untuk bermain sepakbola dengan baik pemain perlu dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula. Mengenai pentingnya menguasai teknik dasar Harsono (1988:100) menjelaskan bahwa :
Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan membentuk gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk latihan yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna.
Teknik dasar bermain sepakbola yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola adalah sebagai berikut: Menendang (kicking), menggiring
(dribbling), menghentikan (stopping), menyundul (heading), merampas
(tackling), lemparan ke dalam (throw-in), dan menjaga gawang (goal
keeping).
Banyak yang kurang menyadari betapa pentingnya penguasaan teknik gerakan, sesuai dengan hasil observasi yang penulis lakukan tidak sedikit pemain yang kurang menguasai teknik gerakan dengan baik, apalagi teknik tersebut terbilang teknik yang kompleks seperti menyundul bola di udara. Dalam hal ini
ada beberapa bagian yang sering kali luput dari pengamatan seorang pelatih dan dilupakan arti pentingnya gerakan tersebut oleh seorang pemain.
Dalam melakukan gerakan tersebut ada beberapa bagian yang menjadi sorotan penting yakni salah satunya ialah gerakan pada saat melompat, tidak jarang para atlet yang sedang belajar melakukan gerakan tersebut dengan hanya menggunakan satu kaki pada kenyataannya teknik gerakan yang benar menurut teori beberapa ahli ialah pada saat melompat untuk mengambil bola di udara dilakukan dengan kedua kaki bukan satu kaki itu dilakukan agar pada saat tolakan kaki benar-benar memberikan kekukatan yang maksimal. Gerakan berikutnya ialah gerakan pada saat lentingan di atas, tidak sedikit pemain yang hanya melompat tidak memperhatikan lentingan badan sebelum terjadi kontak bola dengan kepala. Memang pada dasarnya tidak ada ukuran melenting seperti apa yang seharusnya dilakukan akan tetapi bila dilihat dari segi efektivitas gerakan kontribusi lentingan untuk menghasilkan sundulan yang bagus itu ialah dengan melentingkan badan selenting mungkin agar hasil yang diberikan saat kepala kontak dengan bola memberikan kekuatan pada sundulannya.
Hal ketiga yang sering dilupakan ialah perkenaa bola dengan kepala, banyak pemain yang menyundul bola bukan dengan bagian kepala yang benar ada yang
kening dan bulu rambut. Untuk itulah seorang pemain sepakbola harus menguasai teknik gerakan dengan sempurna, karena seorang pemain yang tidak memiliki keterampilan gerak dasar bermain sepakbola yang baik tidak mungkin akan menjadi pemain sepakbola yang baik pula dan akan sulit untuk mencapai prestasi maksimal, hal setara dijelaskan oleh Sucipto, dkk (2000:17) bahwa: “untuk dapat bermain sepakbola dengan baik pemain harus dibekali teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula”. Maka dari itu penguasaan teknik dasar yang baik harus benar-benar diberikan pada setiap cabang olahraga, termasuk sepakbola.
Teknik menyundul bola merupakan salah satu teknik dasar sepakbola berkontribusi besar dalam keberlangsungan permaian dan juga sering digunakan setiap pemain dalam proses mengumpan, mengantisipasi serangan lawan, dan mencetak gol ke gawang lawan. Tujuan menyundul bola dalam permainaan sepakbola adalah untuk mengoper, mencetak gol, dan mengantisipasi serangan lawan atau membuang bola. Hal ini sesuai dengan pendapat Sucipto (2000:32) yang mengatakan bahwa : ”Menyundul bola pada hakekatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan menyundul bola dalam permainan sepakbola adalah untuk mengumpan, mencetak gol, dan mematahkan serangan lawan atau membuang bola”. Dalam keadaan tertentu sering terlihat bahwa teknik heading ini kurang memberikan kontribusi yang positif saat dilapangan, hal itu mungkin dikarenakan penguasaan teknik heading ini kurang dikuasai secara sempurna oleh para pemain. Maka dari itulah keterampilan atau kemampuan menyundul bola ini harus ditingkatkan. Teknik heading atau menyundul dalam olahraga sepakbola dapat dilakukan dengan dua cara yakni, bisa sambil berdiri dan sambil meloncat. Hal ini diperjelas oleh Sucipto dkk (2000:32) bahwa: “Menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, dan sambil meloncat”.
a. Meloncat/melompat sesuai datangnya bola.
b. Pada saat mencapai titik tertinggi/terjauh, badan dilentingkan, otot-otot leher dikontraksikan, pandangan ke sasaran dan dagu merapat dengan leher.
c. Dengan gerak bersamaan otot-otot perut, dorongkan panggul, dan dorongkan badan ke depan sehingga dahi mengenai bola.
d. Badan disondongkan ke depan dan mendarat dengan kedua kaki secara ekplosif.
Bagi kebanyakan pemain, teknik heading/menyundul bola terutama sambil melompat adalah bagian yang paling lemah dan sedikit sulit dalam permainan sepakbola. Pelaksanaan dalam melakukan sundulan/heading tersebut yang benar membutuhkan koordinasi antara gerakan, waktu lompatan yang tepat, perkenaan
(impact) yang tepat, dan kemantapan untuk mengalahkan lawan apabila sedang
berebut bola di udara. Untuk seorang pemain sepakbola dalam melakukan gerakan
heading ini sering sulit dalam mengkombinasikan semua elemen tersebut secara
serentak. Untuk itulah diperlukan latihan yang benar-benar dapat membuat atlet bisa melakukan gerakan heading tersebut secara benar dan sempurna. Bukan hanya melaksanakan koordinasi antara ketiga elemen tersebut tapi juga tekniknya pun sering salah bahkan gerakan-gerakannya pun banyak yang tidak dilakukan seperti menjaga keseimbangan dengan mengangkat kedua tangan, badan tidak dilentingkan ketika diatas, perkenaan bola dengan kepala juga sering terjadi pada bagian kepala yang salah.
Untuk mencapai kesempurnaan teknik dan penguasaan teknik tersebut perlu latihan yang sistematis dan juga perlu adanya suatu metode latihan yang tepat
Metode bagian atau part method adalah suatu cara mengajar yang membagi keterampilan menjadi bagian-bagian. Metode ini dimulai dengan mengajarkan bagian-bagian terkecil dari suatu keterampilan dan pada akhirnya digabungkan menjadi suatu keterampilan yang utuh. Seperti yang diungkapkan oleh Mahendra (2007:275) yang mengatakan bahwa: “Metode bagian atau part method adalah suatu cara mengajar yang beranjak dari suatu bagian ke keseluruhan”. Dengan metode ini, atlet atau pemain diharapkan mampu mengetahui dan melakukan teknik heading secara bertahap dimulai dari gerakan yang mudah hingga gerakan
yang sulit yang mana nantinya selain dapat menguasai teknik heading dengan baik, juga dapat melakukan heading secara tepat pada saat perkenaan bola dengan kepala atau tepat pada sasaran.
Metode keseluruhan atau whole method merupakan suatu cara pendekatan melatih dimana untuk menguasai suatu rangkain gerakan yang diajarkan secara langsung beranjak dari yang umum ke yang khusus. Jadi keseluruhan gerak didemonstrasikan dan dijelaskan tujuannya dan setiap bagian yang salah akan diberikan penjelasan yang lebih mendalam lagi. Pada kenyataannya kedua metode di atas sering digunakan baik untuk mengajar ataupun untuk melatih suatu keterampilan. Metode bagian (part method) biasanya digunakan manakala keterampilan tersebut komplek atau sukar untuk dipelajari, sedangkan untuk metode keseluruhan (whole method) kebalikannya dari metode bagian yakni digunakan pada keterampilan yang sifatnya sifatnya simple atau sederhana, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Thomas (1970) yang dikutip oleh Harsono (1988:142) bahwa:
kalau sport skill itu simple dan mudah dimengerti oleh atletnya (misalnya menendang bola, passing bola, melempar bola), maka keterampilan tersebut dapat diajarkan sebagai unit yang utuh (whole unit), dan setiap teknik bagian hanya dilatih secara khusus apabila atlet selalu membuat kesalahan pada teknik bagian tersebut.
pada kenyataannya penggunaan kedua metode latihan diatas tidak ada yang salah, melihat dari penggunaannya metode bagian dan keseluruhan adalah satu hal yang tidak terpisahkan, akan tetapi kedua metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya dalam mengajarkan suatu keterampilan. Beberapa keterampilan biasanya terdiri dari beberapa gerakan yang sangat kompleks. Dari kenyataan ini cukup jelas alangkah sulitnya bagi seorang pelatih/guru untuk menampilkan semua aspek keterampilan tersebut sekaligus kepada siswa sebab siswa pun akan merasa dijejali terlalu banyak tugas untuk itulah penggunaan metode bagian akan
sangat cocok diberikan.
Membagi tugas ke dalam bagian-bagian adalah hal yang mudah. Namun dalam hal ini belum ada penelitian secara ilmiah yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan teknik dalam sepak bola khusunya dalam hal teknik Heading atau menyundul bola. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menilai dari segi proses, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang ditimbulkan dari kedua metode latihan tersebut. Peneltian ini dilakukan disalah satu Sekolah Sepakbola yang bertempat digegerkalong bandung, penulis melakukan penelitian ditempat ini karena di SSB tersebut masih banyak siswa yang kurang menguasai teknik dasar dengan baik, maka dari itu penulis merasa cocok untuk melakukan penelitian tersebut di Sekolah Sepakbola KPAD Gegerkalong Bandung.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Metode Latihan Menggunakan Metode Bagian dan Metode Keseluruhan terhadap Penguasaan Keterampilan Teknik Jump Heading dalam Permainan Sepakbola”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
2. Apakah metode keseluruhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan teknik heading cabang olahraga sepakbola?
3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode bagian dan keseluruhan terhadap penguasan keterampilan teknik heading cabang olahraga sepakbola?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian yang telah penulis ajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah metode bagian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan teknik heading.
2. Untuk mengetahui apakah metode keseluruhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan teknik heading.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode bagian dan metode keseluruhan terhadap penguasaan keterampilan teknik heading.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai berikut:
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan tambahan informasi bagi pemain, pelatih dan pembina serta lembaga-lembaga yang bergelut dibidang olahraga sepakbola. Khususnya berkenaan dengan penguasaan teknik dasar dalam permainan sepak bola. 2. Secara praktis apabila hasil penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan,
maka dapat dimanfaatkan pula dalam upaya untuk meningkatkan prestasi atlet cabang olahraga sepak bola.
E. Batasan Istilah
1. Sepak bola
Sepak bola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang (sucipto, 1999:7).
2. Metode latihan
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (KBBI, 2008:910). Sedangkan Latihan menurut Harsono (1988:101) adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya. 3. Metode Bagian
Metode bagian adalah suatu cara mengajar yang beranjak dari suatu bagian ke keseluruhan, atau dari yang khusus ke yang umum. Pada prakteknya metode ini dianggap metode yang tradisional, karena merupakan metode yang paling tua yang merupakan pengkristalan gagasan-gagasan mengajar dari teori behaviorisme (Mahendra, 2007:275).
4. Metode Keseluruhan
Metode keseluruhan adalah suatu cara mengajar yang beranjak dari yang umum ke yang khusus, dalam mengajarkan keterampilan gerak atau permainan, maka bentuk yang utuh atau keseluruhan diajarkan terlebih dahulu kemudian dipecah-pecahkan menjadi bagian-bagian (Mahendra, 2007:273).
5. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum menurut (Mahendra, 1998:146)
6. Heading atau menyundul bola
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:1356), menyundul
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang didalamnya berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab ke dua menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab ke tiga menjabarkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari lokasi pengambilan data, desain penellitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. MetodePenelitian
Untuk pemecahan atau menyelesaikan suatu masalah penelitian diperlukan suatu metode. Metode adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan suatu masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian.
Terdapat beberapa jenis metode penelitian yang sering digunakan untuk menjawab suatu permasalahan, seperti metode historis, deskriptif, dan eksperimen.
Metode adalah suatu cara atau jalan yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai dengan prosedur penelitian. Surakhmad (1982:131) menjelaskan bahwa:
Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari suatu penyelidikan.
Penggunaan suatu metode tergantung dari penelitian yang akan dicapai. Penggunaan metode haruslah efektif, efisien, dan relevan. Maksudnya, metode
yang digunakan harus mempunyai nilai positif pada tiap perubahan sesuai tujuan yang diharapkan, hemat, dan tepat guna, dengan biaya sedikit dapat menghasilkan penelitian yang maksimal.
Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode eksperimen.
melihat suatu hasil dan hasil itu yang akan menegaskan bagaimanakah hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang diteliti. Eksprimen pada umumnya di anggap sebagai metode penelitian yang paling canggih dan dilakukan untuk mengisi suatu hipotesis.
Mengenai metode eksprimen ini, Surakhmad (1982:149) mengemukakan
bahwa: “Eksprimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki.”
Penggunaan suatu metode tergantung dari penelitian yang akan dicapai. Penggunaan metode haruslah efektif, efesien, dan relevan. Maksudnya, metode yang digunakan harus mempunyai nilai positif pada tiap perubahan sesuai tujuan yang diharapkan hemat, tepat guna, dengan biaya sediit dapat menghasilkan penelitian yang maksimal.
Metode penelitian eksprimen merupakan prosedur kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki suatu masalah ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksprimental dan menyediakan control untuk perbandingan, sehingga diperoleh hasil.
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test post-test group design
alasan memilih desain tersebut adalah karena penulis meneliti perkembangan keterampilan teknik heading menggunakan dua metode yang berbeda, dan desain tersebut dianggap tepat untuk digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Metode eksprimen digunakan dengan pertimbangan atas dasar sifat penelitian yaitu melihat perbedaan pengaruh yang dihasilkan dari metode bagian dan keseluruhan terhadap penguasaan keterampilan teknik heading.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
yang jelas sifat-sifatnya dan lengkap. Populasi mempunyai makna berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat-tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bias berupa individu, keluarga, kelompok social, sekolah, kelas dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah sekumpulan elemen. Arikunto (2006:130)
menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sugiyono (2013:80) memberikan penjelasaan tentang populasi bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah sepakbola KPAD gegerkalong usia 13-14 tahun yang berjumlah 35 orang.
2. Sampel
Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya ialah menentukan sampel. Arikunto (2006:131) menjelaskan bahwa: ”Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Menurut Aikunto (2006:139) menjelaskan bahwa: ”Purposive sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel bukan berdasarkan strata, tapi berdasarkan ciri dan tujuan tertentu”. Teknik sampling ini digunakan atas dasar dan ciri-ciri tertentu, ciri-ciri yang diambil untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang belum mahir dalam melakukan teknik heading, dan siswa yang mengikuti latihan 3 kali dalam satu minggu, serta dengan kriteria umur usia 13-14 tahun. Maka dari itu sampel yang didapat berjumlah 20 orang dengan kriteria tersebut diatas.
C. Desain Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan pola-pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola tertentu tersebut sering disebut dengan rencana penelitian yang
Tiap penelitian harus direncanakan, untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara pengumpulan dan menganalis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian ini.
Penelitian eksprimen mempunyai berbagai macam desain. Penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Berdasarkan argument tersebut, maka penulis menggunakan
pre-test post-test group desaign sebagai desain penelitiannya. Kemudian dalam
penentuan kelompok sampel peneliti menggunakan Matched Subject untuk penentuan kelompoknya, matched subject atau matching merupakan cara yang dipakai untuk mencocokan dan menyamaratakan kelompok sampel, dari data hasil tes awal disusun berdasarkan ranking dari yang tertinggi catatan nilainya sampai yang terendah dengan menggunakan sistem Zig-Zag, cara zig-zag ini dapat dilihat pada tabel 3.1. Pembagian kelompok dengan matching lalu menggunakan sistem zig-zag ini bertujuan untuk membagi kelompok sampel ke dalam dua kelompok yang seimbang (equivalen). Dalam desain ini sampel dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok A yang berjumlah 10 orang dan kelompok B yang berjumlah 10 orang yang telah ditentukan sesuai ranking. Dibawah ini merupakan tabel sistem zig-zag pembagian kelompok.
Tabel 3.1
Teknik penglompokan sampel dengan sistem zig-zag berdasarkan ranking.
Desain penelitian yang penulis gunakan adalah pre-test, post-test group
design. Penulis menggunakan desain tersebut karena dalam pelaksannaan
penelitian penulis membagi sampel menjadi dua kelompok yang sama dengan perlakuan yang berbeda.
Adapun konstalasi desain penelitiannya adalah sebagi berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
A : Kelompok Metode bagian
B : Kelompok Metode keseluruhan
O1 : Tes Awal
X1 : Treatment (Metode bagian)
X2 : Treatment (Metode keseluruhan)
O2 : Tes Akhir
Selain membuat desain penelitian, penulis pun membuat alur untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok eksperimen (A) O1 X1 O2
---
Gambar 3.2
Prosedur Penelitian
D. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat untuk memperoleh informasi. Instrument ini banyak ragamnya, sesuai dengan jenis informasi yang akan dikumpulkan. Suatu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih instrumen adalah instrumen tersebut harus valid (dapat mengukur apa yang hendak di ukur) dan reliable (ketetapan hasil).
Sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga sepakbola, diperlukan tes dan pengukuran untuk menganalisis dan mengetahui sejauh manamateri latihan yang telah diberikan dan mengukur sejauh mana perkembangan dari materi yang telah diberikan. Karena peran serta tes dan pengukuran akan memberikan gambaran yang pasti akan kondisi penguasaan teknikataukondisi fisik atlet tersebut. Adapun pengertian tes menurut Suharsiwi Asukunto dalam Nurhasan dan Cholil (2007:3) bahwa: ”Tes adalah merupakan
POPULASI
TEST AWAL
MetodeBagian (A) MetodeKeseluruhan (B)
TES AKHIR
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
KESIMPULAN SAMPEL
suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Sedangkan pengertian pengukuran menurut Nurhasan dan Cholil (2007:5) adalah:
”pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”.
Dalam proses pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah diberi perlakuan, penulis menggunakan kontruksi penilaian teknik dengan menggunakan skala penilaian pernyataan positif dengan urutan
bobot skornya 5-1 (5 untuk nilai tertinggi dan 1 untuk nilai terendah) atau lebih jelasnya penilaian ini menggunakan Skala Likert (Summated Rating Scales), menurut Nurhasan (2007:349) menjelaskan bahwa : ”Skala likert ialah suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topic”. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.
Tabel 3.2
Tabel penilain skala likert, sumber Nurhasan (2007:350)
No.
Pada pernyataan no.1 menunjukan pernyataan positif dengan urutan bobot skornya 5, 4, 3, 2, 1. Sedangkan pernyataan no.2 merupakan pernyataan negative dengan urutan bobot skornya 1, 2, 3, 4, 5. Dalam penelitian ini penulis menilai Kemampuan Teknik Heading dengan menggunakan skala likert/skala 5 dengan
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli penulis menyimpulkan terdapat point-point yang menjadi penilaian dalam keterampilan teknik heading, diantaranya sebagai berikut:
(e) Perhatian tetap fokus pada bola
2. Pelaksanaan
(a) Melompat keatas sesuai datangnya bola
(b) Melompat dengan kedua kaki
(c) Pada saat mencapai titik tertinggi, bada dilentingkan posisi tangan diangkat sejajar dengan bahu (untuk menjaga keseimbangan)
(d) Posisi dagu ditarik sampai merapat ke leher
(e) Dengan gerak bersamaan otot-otot perut dorongkan badan ke depan sehingga dahi mengenai bola (kontak bola dengan dahi)
3. Follow Through
(a) Mata tetap terbuka dan mulut tertutup
(b) Badan dicondongkan kedepan mengikuti diarahkannya bola dan mendarat dengan kedua kaki
(c) Mendarat dengan halus dipermukaan tanah dengan kedua kaki
(d) Tangan direntangkan kesamping (untuk menjaga keseimbangan)
Tabel 3.3
Tabel Penilain Teknik Jump Heading
NO. INDIKATOR PENILAIAN PENILAIAN
NO. INDIKATOR PENILAIAN PENILAIAN
Pada saat mencapai titik tertinggi, badan dilentingkan. Posisi tangan diangkat sejajar dengan bahu (untuk menjaga
keseimbangan)
4 Posisi dagu ditarik sampai merapat keleher
5
Dengan gerak bersamaan otot-otot perut dorongkan badan kedepan sehingga dahi mengenai bola. (Kontak bola dengan
kening)
C. Follow Through
1 Mata tetap terbuka dan mulut tertutup
2 Badan dicondongkan kedepan mengikuti diarahkannya bola
dan mendarat dengan kedua kaki
3 Tangan direntangkan kesamping untuk menjaga
keseimbangan
4 Mendarat dengan kedua kaki dibuka selebar bahu.
JUMLAH NILAI
Petunjuk Tes
Tes penguasaan teknik menyundul bola sambil melompat/meloncat Validitas : 0,969 dan Realiabilitas : 0,879
Tujuan : Mengukur kemampuan penguasaan teknik dasar heading/menyundul bola sambil melompat atau meloncat
- Setiap testeer berada di posisi
- Setiap testter melakukan 5 kali pengulangan gerakan disetiap 1 kali percobaan
Cara penskoran :
- Terdapat 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk pemberian nilai. nilai 5 merupakan nilai paling besar yang diberikan untuk testee sedangkan nilai 1 merupakan nilai terendah yang diberikan untuk testee. Berikan nilai 5, 4, 3, 2, atau 1 untuk setiap point yang ada ditabel penilaian sesuai dengan gerakan yang dilakukan.
- Beri tanda centang( √ ) di setiap point penilaian yang tertera di table
penilaian yang menurut penilai gerakan tersebut benar dan dirasakan layak diberikan nilai tersebut.
- Contoh :
Pada tahap persiapan terdapat 5 poin/gerakan yang harus dilakukan oleh testee, berikan nilai pada setiap gerakan yang dilakukan. Berikan nilai 5 apabila gerakan tersebut dirasa sempurna dilakukan oleh testee tersebut.
Kriteria :
5 (sempurna), 4 (baik), 3 (cukup), 2 (kurang), dan 1 (sangantkurang).
Instrument penilaian teknik ini sudah diujikan dengan 3 orang tim penilai dan 20 orang sampel atlet yang telah mahir dan menguasai teknik heading, data hasil uji intrumen ini telah diolah dan mendapatkan hasil dengan validitas = 0,969
dan Reliabilitas = 0,879. Dibawah ini adalah cara perhitungan hasil pengolahan data sampai menjadi hasil validitas dan reliabilitas, sebagai berikut:
1. Uji validitas instrumen dengan menggunakan microsoft excel. Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan microsoft excel adalah sebagai berikut:
a. Buka sheet, kemudian isi sel A3 dengan No. Isi sel B3 dengan Nama Atlet. Isi sel C3 dengan Hasil Tes Pertama (X1). Isi sel D3 dengan Total Skor
(Y).
d. Isi sel C4 sampai dengan sel C27 dengan skor hasil tes pertama masing-masing atlet.
e. Isi sel D4 sampai dengan sel D27 dengan total skor dari masing-masing atlet.
f. Pada sel B28 ketik Koefisien korelasi Pearson
g. Pada sel B29 ketik Koefisien validitas instrumen h. Pada sel B30 ketik r tabel Pearson
i. Pada sel B31 ketik Kriteria
j. Pada sel B21 ketik Kategori
k. Pada sel C28 ketik rumus =PEARSON(C4:C27;D4:D27)
Untuk menghitung koefisien korelasi antara data yang ada pada sel C4 sampai dengan C27 dengan data yang ada pada sel D4 sampai dengan D27 l. Pada sel C29 ketik rumus untuk menghitung Koefisien validitas instrumen,
yaitu: =C28*1
Untuk menghitung reliabilitas instrument. Angka 1 dipilih berdasarkan asumsi bahwa total skor sudah terstandar sempurna.
m. Pada sel C30 ketik angka yang ada pada kolom α = 0,05 dengan n = 20 pada r tabel Pearson, yaitu 0,444.
n. Pada sel C31 ketik rumus untuk Kriteria, yaitu: =IF(C29<C30,"Tidak
valid","Valid")
o. Pada sel C32 ketik kategori untuk menentukan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h.145) dalam BAPM (2008) dalam Kurniawan (2012:49) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Klasifikasi Validitas Instrument Guilford (1956, h.145) dalam BAPM (2008)
Dari langkah-langkah penghitungan uji validitas di atas di dapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,969, nilai koefisien validitas instrumen sebesar 0,969, r tabel pearson dengan α 0,05 n=20 sebesar 0,444. Karena nilai koefisien validitas (0,969) > nilai r tabel pearson (0,444) maka uji validitas tes penguasaan keterampilan teknik heading cabang olahraga sepakbola dinyatakan valid. Selanjutnya untuk menentukan kategori dari validitas instrument yang mengacu pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford (1956, h.145) dalam BAPM (2008) maka uji validitas tes penguasaan keterampilan teknik heading cabang olahraga sepakbola dengan nilai 0,969 dinyatakan sangat tinggi.
2. Uji reliabilitas instrumen dengan menggunakan microsoft excel. Langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan microsoft excel adalah sebagai berikut:
a. Buka sheet, kemudian isi sel A3 dengan No. Isi sel B3 dengan Nama Atlet. Isi sel C3 dengan Hasil Tes Pertama (X1). Isi sel D3 dengan Hasil Tes
Kedua (X2).
b. Isi sel A4 sampai dengan sel A27 dengan angka 1 sampai dengan 24. c. Isi sel B4 sampai dengan sel B27 dengan nama atlet.
d. Isi sel C4 sampai dengan sel C27 dengan skor hasil tes pertama masing-masing atlet.
e. Isi sel D4 sampai dengan sel D27 dengan skor hasil tes kedua dari masing-masing atlet.
f. Pada sel B28 ketik Koefisien korelasi Pearson
g. Pada sel B29 ketik Koefisien reliabilitas instrumen h. Pada sel B30 ketik r tabel Pearson
j. Pada sel B21 ketik Kategori
k. Pada sel C28 ketik rumus =PEARSON(C4:C27;D4:D27)
Untuk menghitung koefisien korelasi antara data yang ada pada sel C4 sampai dengan C27 dengan data yang ada pada sel D4 sampai dengan D27 l. Pada sel C29 ketik rumus untuk menghitung Koefisien reliabilitas
instrumen, yaitu: =C28*1
m. Pada sel C30 ketik angka yang ada pada kolom α = 0,05 dengan n = 15 pada r tabel Pearson, yaitu 0,404.
n. Pada sel C31 ketik rumus untuk Kriteria, yaitu: =IF(C29<C30,"Tidak reliabel","Reliabel")
o. Pada sel C32 ketik kategori untuk mengetahui kalsifikasi koefisien korelasi. Mengenai klasifikasi koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Singapure Med J (2009) dalam Kurniawan (2012:50)
The values for the reliability coefficient ranged from 0 to 1, where ICC < 0
indicated “no reliability”, ≥ 0 but < 0.2 “slight reliability”, 0.2 to < 0.4 “fair reliability”, 0.4 to < 0.6 “moderate reliability”, 0.6 to < 0.8 “substantial reliability”, and1 “almost perfect reliability.
Maksud dari kutipan di atas adalah nilai dari koefisisen reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1, jika nilai reliabilitas kurang dari 0 berarti “tidak reliabel”. Jika nilainya di antara 0-0,2 berarti “rendah”, jika nilainya di antara 0,2-0,4 berarti
“cukup”, jika nilainya di antara 0,4-0,6 berarti “sedang”, jika nilainya di antara 0,6-0,8 berarti “kuat” dan jika nilainya 1 “hampir sempurna”. Dengan merujuk pada Singapure Med (2009) dalam Kurniawan (2012:50) mengenai pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, maka uji reliabilitas tes penguasaan keterampilan teknik jump heading dengan nilai 0,879 mempunyai kriteria kuat.
E.Cara Pengambilan Data
dibantu oleh tester sebanyak 3 orang dengan kriteria yang sudah memiliki license
pelatih dan berpengalaman dibidang olahraga sepakbola dan penulis merupakan koordinator tester. Tester penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola KPAD Gegerkalong usia 13-14 tahun, untuk kriteria testenya sendiri adalah siswa yang belum mahir melakukan teknik jump heading bisa dibilang siswa tingkat pemula.
Berikut dibawah ini adalah tata cara pengambilan data:
1. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan tes awal terlebih dahulu untuk mengetahui sampai dimana testee menguasai gerakan teknik jump
heading yanng dinilai oleh 3 orang pelatih, setelah melakukan test awal dan mengetahui hasil penguasaan dari masing-masing testee selanjutnya adalah menjumlahkan skor hasil penilaian dan mengambil rata-ratanya. 2. Setelah nilai terkumpul, langkah berikutnya adalah merangking hasil tes
awal tadi sesuai jumlah anggota testee. Dengan ketentuan rangking 1 adalah nilai yang paling besar dan rangking 20 adalah nilai yang terkecil. 3. Kemudian setelah selesai, penulis menguraikan hasil rangking tadi untuk
dibuat menjadi 2 kelompok yang seimbang.
4. Cara yang dipakai peneliti untuk menentukan kelompok tersebut adalah dengan menggunakan cara matching atau menyamaratakan kedua kelompok agar seimbang, kemudian sistem yang dipakai untuk membagi kedua kelompok tersebut dengan menggunakan zig zag. Dapat dilihat di tabel 3.1.
5. Setelah kedua kelompok terbagi kemudian kedua kelompok tadi diberikan threatment dengan metode yang berbeda, yaknik kelompok A diberikan metode bagian (part method), dan kelompok B diberikan metode keseluruhan (whole method).
6. Setelah kurang lebih 18 kali pertemuan, selanjutnya adalah mengetahui hasil akhir dari penggunaan kedua metode tersebut dilakukan test akhir.
7. Setelah test akhir dilakukan dan nilai dari masing-masing testee didapat maka selanjutnya masuk ke proses pengolahan data yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
F.Pelaksanaan Latihan
Untuk memperoleh data yang baik dalam penelitian ini, maka penulis merencanakan tahap-tahap latihan yang akan menunjang keberhasilan tujuan latihan tersebut. Dalam pelaksanaan latihan ini, masing-masing kelompok A dan
kelompok B mendapatkan satu bentuk latihan yang berbeda. Kelompok A melakukan latihan dengan metode bagian sedangkan kelompok B melakukan latihan dengan menggunakan metode keseluruhan. Pelaksanaan latihan dalam penelitian ini dilakukan selama 6 minggu, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Maglischo (2003:406) dalam fadillah (2014:46) menjelaskan sebagai berikut.
With regard to level of conditioning, it is well known that athletes will improve quite rapidly if they have taken a long layoff andare out of condition when training begins. Most research indicates that they will improve dramatically during the first 6 to 12 weeks.
Pengertiannya bahwa mengenai tingkatan pengaruh keadaan, itu sungguh baik diketahui bahwa atlet akan meningkat dengan cepat jika mereka sudah mengambil suatu pemberhentian sementara dan tidak terpakai ketika pelatihan mulai. Kebanyakan riset menunjukan bahwa mereka akan meningkat secara dramatis sepanjang yang pertama 6 sampai 12 minggu. Dengan 18 kali pertemuan yang dilakukan dalam frekuensi 3 kali dalam seminggu. Untuk frekuensi latihan mengacu pada pendapat Harsono (1988:194) yang menjelaskan bahwa :
“Sebaiknya latihan dilakukan tiga kali dalam seminggu, misalnya senin, rabu, jumat dan diselingi satu hari istirahat”. Mengacu pada hal tersebut dalam penelitian ini setiap minggunya berlatih sebanyak 3 kali dalam satu minggu yaitu pada hari rabu, sabtu, dan minggu.
1. Latihan Pemanasan pemanasan dengan bimbingan dari pelatih/peneliti atau melakukan dengan sendiri dengan intruksi dari teman, yaitu melakukan peregangan statis, lari mengelilingi lapangan sepakbola, dan peregangan dinamis yang lamanya kurang lebih 10
Sebelum melakukan latihan inti, atlet diinstrusikan untuk melakukan sampai 15 menit.
Latihan pemanasan yang diberikan berupa statis yaitu meregangkan seluruh anggota secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai kaki,
selanjutnya lari keliling dan diakhiri dengan peregangan dinamis. 2. Latihan Inti
Setelah melaksanakan pemanasan, atlet melaksanakan materi dalam latihan inti sesuai dengan program yang telah penulis susun. Dikarenakan latihan teknik membutuhkan kerja otot yang segar, maka ketika atlet mengalami kelelahan dalam melaksanakan materi penulis memberikan istirahat sampai kondisi tubuh kembali normal atau mendekati normal.
3. Pendinginan
Latihan pendinginan atau cooling down adalah latihan penutup dalam setiap latihan, tujuannya adalah untuk mengurangi rasa sakit pada otot setelah selesai latihan. Setelah melakukan latihan inti, atlet diinstrusikan untuk melakukan lari-lari kecil yang dilanjutkan dengan gerakan pelemasan yang lamanya kurang dari 10 menit.
Dalam melaksanakan latihan heading atau menyundul bola penulis membagi tahapan latihan dan pembagian latihan serta gerakan ke dalam tiga tahapan sesuai dengan yang dijelaskan oleh Luxbacher (2002:88), untuk melakukan teknik Jump
Heading yang baik dan benar ada tiga tahapan yang perlu diperhatikan yakni
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan follow through. Adapun penjelasan dari
ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Luruskan bahu dengan bola yang datang b. Tekukkan lutut
e. Fokuskan perhatian pada bola 2. Pelaksanaan
a. Melompat ke atas
b. Melompat dengan kedua kaki c. Angkat tangan ke atas
d. Melengkungkan badan tarik dagu ke dada e. Leher tidak bergerak
f. Sentakkan badan ke depan g. Kontak bola dengan kening h. Mata terbuka dan mulut tertutup 3. Follow Through
a. Gerakkan kening pada saat kontak dengan bola b. Lanjutkan gerakan akhir dengan badan
c. Tangan direntangkan ke samping untuk menjaga keseimbangan d. Mendarat dengan bahu di atas permukaan lapangan dengan kedua kaki
G.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama berupa pelaksanaan tes awal, tahap dua adalah pelaksanaan penelitian berupa pemberian perlakuan metode latihan, dan tahap ketiga melaksanakan tes akhir.
Tabel 3.4
waktu dan tempat pelaksanaan
No Variabel Penelitian Hari/Tanggal Waktu Tempat
KPAD Gegerkalong
H. Prosedur Pengolahan Data
Setelah data penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah
data dan menganalisis data tersebut secara statistik. Langkah-langkah pengolahan
data tersebut ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel dengan rumus dari
Nurhasan, dkk (2008:24) :
̅= ∑
Arti dari tanda-tanda tersebut adalah:
̅= Rata-rata hitung yang dicari
∑ = Jumlah dari
Xi = Data hasil pengukuran n = Jumlah sampel
b. Menghitung simpangan baku, menurut Nurhasan, dkk (2008:39) :
S = √∑ ̅
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel
∑ ̅ = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
c. Menguji Homogenitas, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari
F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (a) =
0,05.
d. Menguji normalitas data menggunakan uji Liliefors. Prosedur yang digunakan
adalah:
1) Penggunaan X1, X2,...Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,...Zn dengan
menggunakan rumus Z skor :
Zi = ̅
( ̅ dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku
dari sampel)
2) Untuk tiap angka baku tersebut, dengan bantuan tabel distribusi
normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari
masing-masing nilai X (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif
maka dalam menetukan Fzi nya adalah 0,5 – luas daerah distrbusi Z
pada tabel.
3) Menetukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat
kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi
dengan banyaknya sampel.
4) Hitung selisih antara F(zi) – S(zi) dan tentukan harga mutlaknya.
5) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari
seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.
6) Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka
7) Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk menghitung
diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria:
- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal
- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal
e. Uji Signifikasi peningkatan hasil latihan, dengan menggunakan uji t dengan
rumus :
H0 : ̅ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
H1 : ̅≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan
t = ̅
√ Untuk masing-masing kelompok
Arti dari tanda-tanda dari rumus tersebut: t = Nilai t hitung yang dicari
̅ = Rata-rata nilai beda = Simpangan baku n = Jumlah sampel
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis: terima H0 jika –t (1-1/2α) <
t > t (1-1/2 α) dk (n-1). Dalam hal lainya H0 ditolak
f. Uji Signifikasi perbedaan peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t:
H0 : µ1 ≤ µ2, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
H1 : µ1 > µ2, terdapat perbedaan yang signifikan
t = ̅̅̅̅– ̅̅̅̅ √ ⁄ ⁄
Untuk perbedaan kelompok
t = Nilai t hitung yang dicari
S = Simpangan baku
n1 = Jumlah sampel kelompok 1
̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 1
̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 2
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:
- Terima hipotesis jika, thitung ≤ t(1-0.05)
- Tolak hipotesis jika, thitung > t(1-0.05)
Batas penerimaan dan penolakan hipotesis
1-α
1-(0.05)
0.95
Dk = n1+n2-2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data, maka penulis mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Metode bagian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan teknik Jump Heading dalam permainan sepakbola.
2. Metode keseluruhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan keterampilan teknik Jump Heading dalam permainan sepakbola.. 3. Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode bagian dengan
metode keseluruhan terhadap penguasaan keterampilan teknik Jump Heading
dalam permainan sepakbola. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, latihan dengan menggunakan metode keseluruhan memberikan pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan metode bagian terhadap penguasaan keterampilan teknik Jump Heading dalam permainan sepakbola.
B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan dengan hasil yang telah didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Kepada para pelatih, atlet, pengurusatau Pembina olahraga khususnya di cabang olahraga sepakbola dalam memakai metode latihan hendaknya untuk memperhatikan kompleksibilitas teknik gerakannya sehingga nanti tidak salah dalam menentukan metode yang akan dipakai.
2. Apabila teknik gerakan tersebut gerakan yang terbilang komplek maka metode bagianlah yang paling efektif untuk dipakai.
3. Kemudian apabila teknik gerakan tersebut merupakan gerakan yang terbilang sederhana maka metode yang efektif dan cocok dipakai ialah metode keseluruhan.
saja akan tetapi akan lebih baik apabila menggunakan video agar penilaian tidak terlihat subyektif.