• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGMELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK YANG DIMODIFIKASI DENGAN DADU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNGMELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK YANG DIMODIFIKASI DENGAN DADU."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK YANG DIMODIFIKASI DENGAN DADU

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

Mukti Amaliani 1003521

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK YANG DIMODIFIKSI DENGAN DADU

Oleh Mukti Amaliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini

© Mukti Amaliani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MUKTI AMALIANI 1003521

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK YANG DIMODIFIKASI DENGAN DADU

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok A TK Negeri Centeh Bandung Tahun Ajaran 2014-2015 )

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Ali Nugraha M.Pd Nip. 196805241998021001

Pembimbing II

Euis Kurniati, S.Pd., M.Pd Nip. 19770611200112002

Mengetahui ,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

i ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI MEDIA PERMAINAN CONGKLAK

YANG DIMODIFIKASI DENGAN DADU

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa siswa Taman Kanak-Kanak Negeri Centeh Bandung kelompok A kelas Strawberry yang berjumlah 15 orang anak mengalami kesulitan dalam mengenal konsep angka dan bilangan sehingga anak-anak belum dapat menghitung secara urut. Hasil pengamatan di lapangan dari hasil observasi menemukan 9 orang anak belum dapat berhitung secara urut dan belum mengetahui konsep angka dan bilangan sehingga perkembangan anak masih berada pada tahap Perlu Stimulus (PS). Fokus penelitian adalah meningkatkan kemampuan berhitung menggunakan media permainan congklak yang dimodifikasi dengan dadu. Strategi ini merupakan salah satu cara alternatife bagi guru untuk membantu anak dalam meningkatkan kemampuan berhitungnya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak usia dini. Instrument yang digunaka yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara. Adapun hasil dari penelitian ini diperoleh data sebagai berikut. Pada pra siklus diperoleh 9 orang anak berada pada tahap perlu stimulus kemudian pada siklus 1 mengalami pengurangan jumlah anak yang berada pada tahap perlu stimulus sehingga anak yang berada pada tahap berkembang baik menjadi 6 orang anak. Pada siklus 2 anak yang berada pada kategori berkembang baik berjumlah 9 orang hal ini meningkat dari jumlah siklus sebelumnya. Adapun pada siklus 3 anak yang berada pada tahap perlu stimulus semakin berkurang karena adanya tindakan pada setiap siklusnya yaitu berjumlah 1 orang anak. Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu kemampuan berhitung anak meningkat dari tiap siklus hal ini dikarenakan guru dalam melaksanakan penelitian melibatkan anak dalam proses pembelajaran. Adapun saran bagi pembaca yaitu semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat digunakan oleh pembaca di lingkungan sekolah. Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu semoga media yang digunakan dapat menjadi alternatif bagi guru untuk dilanjutkan pada penelitian selanjutnya.

(5)

ii

MEDIA THROUGH GAME CONGKLAK MODIFIED WITH DICE

This study was motivated by the fact on the ground that the students Kindergarten Centeh State Bandung Strawberry group A class of 15 children who have difficulty in recognizing the concept of numbers and number so that children can not count sequence. The observations in the field of the observation of 9 people found the child has not been able to count in sequence and do not know the concept of numbers and number so that child development is still at the stage of Need Stimulus (PS). The focus of the research is to improve numeracy skills using a modified media congklak game with dice. This strategy is one of the alternatives ways for teachers to help children to improve berhitungnya. The method used is a class action research consists of 3 cycles The purpose of this research is to improve the numeracy skills of early childhood. Digunaka instrument of observation, documentation, and interviews. The results of this study showed the following data. In the pre-cycle obtained 9 children were in need of stimulus later stage in cycle 1 experienced a reduction in the number of children who are in need of stimulus phase so that children who are at the stage of developing both be 6 children. In cycle 2 children who are in good growing category totaled 9 people this increase of the number of previous cycles. As for the third cycle of children who are in need of stimulus wane stage because of the actions in each cycle that is numbered 1 child. The conclusions obtained in this study is the ability to count increased child of each cycle this is because teachers in conducting research involving children in the learning process. As for advice to the reader that this study may be useful for the reader so it can be used by readers in the school environment. Suggestions for further research that may be used media can be an alternative for teachers to continue in future studies.

(6)

Mukti Amaliani, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usa Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini, untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun pendidikan non formal (UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1,Pasal 1, Butir 14).

Menurut Kurniati (2006:123) bahwa permainan tradisional congklak merupakan permainan yang menitik-beratkan pada penguasaan berhitung. Permainan ini memiliki beberapa peranan, diantaranya adalah untuk melatih kemampuan berhitung anak dan motorik halus. Dengan permainan tradisional congklak anak dapat sambil belajar berhitung dengan menghitung biji-biji congklak, selain itu juga ketika anak meletakkan biji-biji congklak satu persatu dipapan congklak, hal ini dapat melatih motorik anak dan konsentrasi anak.

(7)

Matematika untuk anak usia dini dapat diberikan melalui usia 0-6 tahun dengan kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain anak dapat bereksplorasi, bereksperimen dengan bebas mengekspresikan dirinya. Dengan bermain, tanpa sengaja anak akan memahami konsep-konsep matematika tertentu dan melihat adanya hubungan antara satu benda dan yang lainnya. Anak juga sering menggunakan benda sebagai simbol yang akan membantunya dalam memahami konsep-konsep matematika yang lebih abstrak. Pada pendidikan matematika dapat diberikan misalnya pada pengenalan bilangan, terlebih dahulu diperdengarkan angka dengan menyebutkan angka satu, dua, tiga dan seterusnya. Kemudian anak diperlihatkan benda-benda berjumlah satu, dua, tiga dan seterusnya, bukan berarti materinya langsung mengenalkan lambang bilangan "dua" karena anak akan bingung. Dengan bertambahnya kecerdasan dan umur barulah diperkenalkan ke lambang bilangan. Pentingnya ilmu matematika diajarkan sejak usia dini adalah karena matematika dasar ilmu dari segala pelajaran yang lainnya. Dengan anak belajar matematika sejak usia dini maka anak akan mampu memasuki cabang ilmu lainnya kelak jika anak sudah dewasa seperti ilmu fisika, kimia dan terutama matematika.

Pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat mengenali angka 1 hingga 20. Anak juga sudah memahami konsep jumlah yang ditunjukkan oleh masing-masing angka dan dapat menghitung benda dengan benar apabila jumlah benda 20 atau kurang. Beberapa anak sudah mulai dapat menghitung loncat (1, 3, 5, 7 atau 10, 20, 30, 40). Anak usia Taman Kanak-kanak dapat mengenali dan meneruskan deret yang makin kompleks (misal: merah – merah – biru – kuning – merah – merah – biru – kuning). Mereka juga sudah bisa membuat deret sendiri dan meneruskannya. Selain itu, anak juga dapat mengelompokkan benda menjadi tiga kelompok atau lebih berdasarkan lebih dari satu sifat, contohnya: balok merah besar, balok merah kecil, balok biru besar, balok biru kecil.

(8)

sebagai pondasi yang kokoh bagi anak dalam mengembangkan kemampuan pada tahap selanjutnya.

Dalam pedoman pembelajaran permainan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak (Depdiknas, 2007:5) dijelaskan bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi perkembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.

Sebelum anak mengenal lambang bilangan, terlebih dahulu anak usia dini diperkenalkan dengan konsep matematikan. Seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut. Anak membangun konsep-konsep matematika melalui berbagai kegiatan sehari-hari yang ia lakukan. Anak-anak sering mendengar dan mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan matematika dari orang tua, guru dan juga sesamanya. Pada umumnya anak mendengar dan mengucapkan terlebih dahulu berbagai konsep yang berhubungan dengan matematika baru kemudian seiring dengan meningkatnya usia dan kemampuan berpikirnya, ia mulai memahami konsep-konsep matematika itu dengan lebih mendalam. (Sriningsih,2009).

Salah satu bagian dari konsep bilangan dan operasi bilangan adalah berhitung. Pembelajaran berhitung diberikan kepada anak sebaiknya tidak monoton agar lebih menarik. Hamzah (1995:111) mengungkapkan agar pembelajaran berhitung lebih menarik dan tidak membosankan anak, guru hendaknya merencanakan dan menyiapkan berbagai jenis gagasan yang bervariasi dengan bermain dan menciptakan bermacam-macam permainan yang menarik. Solehudin (1997:35) mengungkapkan baik Piaget maupun Vygotsky sangat menekankan pentingnya aktivitas bermain.

(9)

kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan seperti menyebutkan urutan lambang bilangan dari 1-10, menyebutkan urutan secara mundur dari 10-1, menyebutkan bilangan sebelumnya dan menyebutkan bilangan sesudahnya, dalam kemampuan mengenal lambang bilangan seperti menunjuk lambang bilangan juga menirukan lambang bilangan dalam kemampuan menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan seperti menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda, dan dalam kemampuan mengenal konsep sama dan tidak sama seperti membedakan dua kumpulan benda yang jumlahnya sama, jumlahnya lebih banyak dan jumlahnya lebih sedikit. Hal ini dikarenakan guru dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan menggunakan media LKS.

Upaya yang akan dilaksanakan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung yaitu melalui media permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu. Permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu akan digunakan dalam penelitian ini karena merupakan suatu alternatif baru bagi pemanfaatan media pembelajaran di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan terkait kemampuan berhitung anak.

Congklak atau Dakon biasanya sejenis cangkang kerang yang digunakan sebagai biji congkak dan jika tidak ada, diganti dengan biji-bijian dari tumbuhan (Mulyani:31). Permainan ini bertujuan menguji kecakapan pemain mendapatkan seberapa banyak buah yang dimiliki oleh pihak lawan. Adapun aspek yang dapat diperoleh dari permainan ini dapat meningkatkan kemahiran motorik halus anak. Dalam segi perkembangan kognitif anak-anak dapat mempelajari konsep nomor melalui berhitung, contohnya membilang biji disetiap lubang. Anak-anak juga belajar membuat strategi karena mereka perlu pandai dalam membagi bilangan biji yang diambil supaya tidak jatuh di lubang lawan yang kosong. (Nani:39).

(10)

dimodifikasikan dengan menggunakan dadu angka. Dengan menggunakan dadu angka ini anak akan mudah menghitung biji congklak. Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak usia dini dalam pembelajaran berhitung, khususnya dalam mengenal konsep bilangan 1 hingga 5.

Dadu adalah kubus kecil bersisi (biasanya terbuat dari kayu, tulang, gading, atau plastik), pada sisinya diberi mata 1-6 yang diatur sedemikian rupa sehingga dua sisi yang saling berhadapan selalu berjumlah 7 (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:228).

Dadu juga merupakan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan operasi penjumlahan (Andiyani, 2009). Hal ini relevan dengan pendapat Jones, dalam Andiyani : 2009) bahwa dadu dapat membantu anak dalam membangun konsep bilangan dan berhitung.

Dengan memodifikasikan kedua media ini antara media permainan tradisional congklak dengan dadu angka sehingga diharapkan dapat terciptanya suasana belajar baru yang lebih efektif dan mengarah ke tujuan yaitu pengenalan konsep berhitung, sehingga dirasa anak tidak akan terlalu jenuh dalam pembelajaran matematika sejak dini. Dengan bermain sambil belajar dirasa akan lebih menyenangkan bagi anak.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

memfokuskan kajian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Berhitung

Melalui Media Permainan Tradisional Congklak Yang Dimodifikasi Dengan Dadu”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

(11)

pemahaman mengenai kemampuan konsep bilangan, lambang bilangan, dan menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan.

Permasalahan tersebut menuntut perlunya suatu pendekatan, metode atau model pembelajaran untuk menanganinya. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran melalui pemanfaatan permainan tradisional congklak.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum

diterapkannya media permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu pada anak TK A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung tahun ajaran 2014-2015 ?

2. Bagaimana penerapan permainan tradisional congklak dalam

meningkatkan kemampuan berhitung yang dimodifikasi dengan dadu angka pada anak TK A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung tahun ajaran 2014-2015 ?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung setelah penerapan permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu angka pada anak TK A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung tahun ajaran 2014-2015 ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan berhitung anak sebelum menggunakan media congklak yang telah dimodifikasi dengan dadu TK A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung tahun ajaran 2014-2015.

(12)

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung setelah penerapan permainan tradisional congklak yang telah dimodifikasi dengan dadu pada anak TK A Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung tahun ajaran 2014-2015.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait diantaranya:

a. Bagi guru

Guru lebih mudah mengajarkan konsep berhitung pada anak karena menggunakan media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak di Taman Kanak-kanak untuk menciptakan media yang menarik, menyenangkan dan bermakna bagi anak. Dapat meningkatkan kompetensi guru-guru sehingga pembelajaran berhitung di Taman Kanak-kanak lebih berkualitas.

b. Bagi anak

(13)

yang diisi oleh biji, mengenalkan permainan tradisional. Mengenalkan keterampilan sosial kepada anak.

c. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, khususnya bagi TKN Centeh Kab. Bandung dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung anak pendidikan anak usia dini.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab. Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua memaparkan tentang landasan teoritik mengenai konsep kemampuan berhitung dan bermain permainan tradisional congklak di TK Negeri Centeh Bandung. Landasan teoritik ini didapat dari uraian teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah.

Bab ketiga berisi tentang penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas. Semua prosedur serta tahap-tahap penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir.

Bab keempat merupakan bagian analisis pembahasan mengenai hasil temuan peneliti dilapangan. Pada bab ini penulis mencoba mengungkapkan bagaimana kemampuan berhitung anak dapat meningkat melalui bermain congklak yang telah dimodifikasi dengan dadu.

(14)

Mukti Amaliani, 2015

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Bandung yang beralamat di Jl. Pacar No. 5 Kota Bandung. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas A kelompok Strawberry tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 anak.

B. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan MC Taggart. Adapun jenisnya yaitu PTK partisipasi karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan Muslihudin (2009:73), bahwa sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

(15)
[image:15.612.115.483.80.570.2]

Mukti Amaliani, 2015

Gambar 3.1

Model Kemmis dan MC Taggart dalam Muslihuddin (2010:69) Siklus I

Pengamatan (Observing) Refleksi

(Reflecting)

Tindakan (Acting)

Siklus II Refleksi

(Reflecting)

Tindakan (Acting)

Pengamatan (Observing)

Siklus III dst... (Planning)

(16)

Mukti Amaliani, 2015

Metode penelitian dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul di TK Negeri Centeh Bandung yaitu masih belum optimalnya kemampuan berhitung anak dan kemampuan mengenal konsep angka pada anak usia dini, hal ini ditandai dengan belum mampunya anak mengenal angka secara berurutan serta kemampuan anak dalam operasi hitung penjumlahan dan pengurangan. Melihat kondisi di TK tersebut peneliti berinisiatif untuk merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di TK Negeri Centeh secara berkesinambungan sehingga diharapkan akan mampu mengembangkan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan kemampuan berhitung anak pun dapat tercapai dengan optimal. Untuk itu diterapkanlah metode Penelitian Tindakan Kelas.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terbagi kedalam empat tahapan kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Secara prosedural dapat diuraikan sebagai berikut (Muslihuddin, 2009:54-66) :

1. Identifikasi Masalah

(17)

Mukti Amaliani, 2015

2. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan alasan untuk mengambil data kondisi objektif tentang kemampuan berhitung. Berdasarkan hasil observasi, rendahnya kemampuan berhitung anak disebabkan keterbatasannya media permainan edukatif sebagai penunjang yang kurang modifikatif dalam proses belajar yang mengakibatkan anak merasa bosan dan stimulus yang diberikan oleh guru tidak tersampaikan secara optimal. Adapun alat yang digunakan dalam observasi dengan menggunakan pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan pedoman observasi.

Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak pemanfaatan media congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat melihat langsung pemanfaatan media congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak di lapangan dan mencatatnya dalam catatan secara apa adanya.

3. Pelaksanaan Tindakan

Setelah mengetahui fokus permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Perencanaan

(18)

Mukti Amaliani, 2015

setiap anak. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan implementasi isi dari rancangan pembelajaran yang sudah peneliti buat, dimana peneliti akan melihat sejauh mana penguasaan guru serta respon anak terhadap tindakan yang diberikan. Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan media permainan tradisional congklak dan dadu angka, penggunaan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.

c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan anak. Peneliti mengamati segala proses dalam aktivitas pengembangan kemampuan berhitung dengan menggunakan media congklak yang dimodifikasi dengan dadu angka. Pengamatan dilakukan secara kontinyu dari siklus I sampai siklus yang diharapkan dapat tercapainya tujuan.

d.Refleksi

(19)

Mukti Amaliani, 2015

Adapun definisi operasional variabel dari kemampuan berhitung dan media congklak yang dimodifikasi dengan dadu angka pada penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan berhitung permulaan Anak Usia Dini

Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (rote caounting/rational caounting) Copley dalam (Sriningsih, 2008:64).

Menurut Sujiono (2008:12) Pengembangan berhitung permulaan bagi anak di Taman Kanak-Kanak meliputi kemampuan konsep bilangan, kemampuan mengenal lambang bilangan, kemampuan menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan dan kemampuan mengenal konsep sama dan tidak sama.

2. Permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu

(20)

Mukti Amaliani, 2015

dadu adalah sebagai berikut :

a. Media congklak yang berisi 7 lobang kecil dan 2 lobang besar di kedua sisi.

b. Dadu angka yang dibuat dari bahan kertas duplek tebal yang telah diberi angka pada tipa sisinya yaitu angka 1-6.

c. Alat pelengkap perminan yaitu biji congklak yang jumlahnya lebih banyak.

d. Adapun aturan permainan congklak dadu ini adalah sebagai berikut :

1) Permainan ini dilakukan di lingkungan pembelajaran area, sehingga di tiap area terdapat 3-4 anak. Anak dapat menggunakan media 1 congklak 2 anak dan 2 dadu.

2) Setiap anak akan mendapatkan biji congklaknya masing-masing yang telah tersedia

3) Anak akan melemparkan dadu terlebih dahulu. Setelah angka dadu muncul kemudian anak akan mengambil biji congklak sesuai jumlah angka dadu yang muncul dan anak akan meletakkannya di lubang congklak yang kecil.

(21)

Mukti Amaliani, 2015

1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2007:67), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting ( kondisi yang alami ), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observasion), dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdapat tiga macam yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan atau benda lain dengan tujuan mampu menggambarkan secara utuh atau mampu mengkonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan.

b. Wawancara

Sanjaya, (2010:96) mengemukakan bahwa wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan. Baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara adalah salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian yang pada pelaksanaan dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.

(22)

Mukti Amaliani, 2015

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik berupa foto, rekaman suara dan lain-lain yang diperlukan sebagai dokumentasi yang menggambarkan upaya meningkatkan kemampuan berhitung anak di TK Negeri Centeh Bandung melalui penggunaan media permainan tradisional congklak yang dimodifikasi dengan dadu.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2006:160) merupakan alat atau fasilitas digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam pedoman penelitian ini adalah pedoman observasi yang berbentuk rating scale, pedoman wawancara dan studi dokumentasi. Prosedur

pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut ( Margono, 2002:157 ) :

1. Menganalisis Variabel Penelitian

(23)

Mukti Amaliani, 2015

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adlah pedoman observasi dalam bentuk rating scale, pedoman wawancara, dan studi dokumentasi penggunaan media congklak yang dimodifikasi dengan dadu angka untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.

3. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen

[image:23.612.27.579.540.668.2]

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data yang bersumber dari PERMEN No. 58 Tahun 2009 Tentang KURIKULUM PAUD. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Melalui Permainan

Tradisional Congklak Yang Dimodifikasi Dengan Dadu Angka

variabel Indikator Item Pernyataan

Teknik

Pengumpulan

Data

Sumber Data

A. Berhitung 1. Mengenal Konsep Bilangan

a. Anak dapat menyebutkan urutan bilangan

Observasi Dokumentasi

(24)

Mukti Amaliani, 2015

b. Anak dapat menyebutkan urutan bilangan secara mundur dari 1-10 c. Anak dapat

menyebutkan bilangan sebelumnya, contoh sebelum 2 adalah 1 d. Anak dapat

menyebutkan bilangan sesudahnya, contoh sesudah 2 adalah 3

2. Mengenal lambang bilangan

a. Anak dapat menunjuk lambang bilangan b. Anak dapat

(25)

Mukti Amaliani, 2015

dengan lambang bilangan

congklak sesuai dengan angka yang muncul pada dadu 4. Mengenal konsep

sama dan tidak sama

a. Anak dapat membedakan dua kumpulan benda yang sama jumlahnya. b. Anak dapat

membedakan dua kumpulan benda yang lebih banyak.

c. Anak dapat membedakan dua kumpulan benda yang lebih sedikit.

B. Permainan Congklak yang dimodifikasi dengan dadu angka

1. Perencanaan pembelajaran

a. Perumusan tujuan pembelajaran b. Perencanaan

materi

pembelajaran c. Perencanaan

Observasi Dokumentasi

(26)

Mukti Amaliani, 2015

pembelajaran d. Perencanaan

media

pembelajaran e. Penentuan

evaluasi 2. Pelaksanaan

Pembelajaran

1. Persiapan a. Guru

mengkoordinasi kan anak didik pada suasana pembelajaran yang

menyenangkan b. Guru

menyediakan media yang yang dibutuhkan untuk kegiatan pembelajaran c. Guru

menyampaikan tema

pembelajaran d. Guru

memberikan apersepsi

(27)

Mukti Amaliani, 2015

tema berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan e. Guru

memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan tentang keterangan informasi atau suatu hal f. Guru memberi

penjelasan kepada anak tentang media permainan congklak dan dadu

(28)

Mukti Amaliani, 2015

memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba kegiatan yang telah dijelaskan b. Guru

membimbing dan memantau kegiatan anak sampai selesai 3.Evaluasi 1. Penilaian

a. Guru

memberikan evaluasi mengenai kegiatan apa yang telah dilakukan b. Guru

memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan

(29)

Mukti Amaliani, 2015

4. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya, peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam bentuk rating scale. Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Indikator Tingkat Pencapaian

Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini

No Indikator

Hasil Pengamatan BB DP PS 1 Anak dapat menyebutkan urutan bilangan 1-10

2 Anak dapat menyebutkan urutan bilangan 10-1

3 Anak dapat menyebutkan bilangan sebelum dan sesudah secara acak, misalnya setelah 5 adalah 6

4 Anak dapat mengenal lambang bilangan 1-10 dengan benda

[image:29.612.83.510.340.631.2]

5 Anak dapat memasangkan lambang bilangan dengan gambar sesuai dengan jumlah benda

6 Anak dapat membedakan 2 kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak

7 Anak dapat membedakan 2 kumpulan benda yang jumlahnya lebih sedikit

8 Anak dapat menunjukan 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya

9 Anak dapat menunjukan 2 kumpulan benda yang tidak sama jumlahnya

(30)

Mukti Amaliani, 2015

(2000). The Young Child And Mathematics. National Assosiationfor the Education of Young Children

Keterangan :

BB : BerkembangBaik DP : Dalam Proses PS : Perlu Stimulus

5. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah

dibuat dengan ahli dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan untuk merevisi insrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti item/pernyataan dalam masing-masing indikator, penulisan isi atau reduksi dan sebagainya.

F. Analisis Data

a. Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian kualitatif telah dilakukan sejak pengumpulan informasi, maka sejak itulah analisis terhadap data yang ditemukan dilakukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dengan melakukan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data, dan kesimpulan. (Sugiyono, 2008:337 ).

b. Reduksi Data

(31)

Mukti Amaliani, 2015

dicapai setiap akan mereduksi data. c. Display Data

Setelah direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, tabel, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya yang berbentuk teks bersifat naratif. Dalam penelitian ini display data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Menurut Supriyanto ( 2006:62 ) distribusi frekuensi adalah pengelompokan data kedalam beberapa kelompok ( kelas ) dan kemudian dihitung banyaknya data yang masuk kedalam tiap kelas. Dengan display data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

d. Verifikasi

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

(32)

Pengelolaan Informasi Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Medan Tahun Pembelajaran Pembelajaran 2010/2011. Skripsi. Fakultas Ekonomi

UniversitasNegeri Medan. Medan

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktis”. Jakarta: Rineka Cipta.

Dariyo A. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika Aditama. Depdiknas (2007). Pedoman Permainan Berhitung Permulaan di Taman

Kanak-kanak. Jakarta Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Eliawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Husna. (2009). 100+ Permainan Tradisional Indonesia. Yogyakarta. Kurniati, E. (2010). Main Yuk! ( 30 Permainan Tradisional Jawa Barat).

Bandung.

Margono.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bhineka Cipta. Muslihuddin. (2009). Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

Bandung: Rizqi.

Mulyani, S. (2013). 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: Langensari Publishing.

PERMEN No 58 Tahun 2009 Tentang Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.

Sholehudin. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fakultas Ilmu Pendidikan. Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini.

Bandung: Pustaka Sebelas.

Sujiono, Y.N (2008). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan

Gambar

Gambar 3.1 Model Kemmis dan MC Taggart dalam Muslihuddin (2010:69)
Tabel 3.1
gambar sesuai dengan jumlah benda Anak dapat membedakan 2 kumpulan benda yang jumlahnya lebih banyak

Referensi

Dokumen terkait

Data mining merupakan bidang yang dapat menjadi solusi untuk digunakan sebagai alat deteksi dini penyakit jantung.. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai apakah dengan strategi vermikompos, aktivator pengomposan, serta penggabungan vermikompos dan aktivator bisa meningkatkan

Berdasarkan data hasil observasi pendahuluan pada lokasi berbeda dan berdekatan, dapat diperoleh hasil bahwa lalat sebagai vektor mekanis pembawa bakteri patogen dan

h) tidak hanya terkait dengan produk akhir, tetapi juga harus mempertimbangkan semua aspek yang berkaitan dengan daur hidup produk

Mahasiswa mulai untuk membuat rendering dari sebuah model yang lengkap dengan tingkat presisi dan.

4pabila tubuh membusuk sebelum penguburan proses pembusukan akan tetap terjadi alaupun lambat karena akti;itas en5im dan bakteri sudah terbentuk dari dalam sebelum

keimanan yang kuat serta akhlak yang mulia, maka anak dapat melihat orang tuanya sebagai teladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman dan

Kemudian untuk menentukan portofolio optimal pada instrumen reksa dana saham dapat digunakan metode Markowitz Diversification dimana kombinasi portofolio reksa dana saham yang