• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Guru Terhadap Penerapan Student Centered Learning di SMP "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Guru Terhadap Penerapan Student Centered Learning di SMP "X" Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Persepsi Guru terhadap Penerapan Student Centered Learning di SMP “X” Bandung. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai student centered learning yang diterapkan oleh siswa di SMP “X” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik populasi dan populasi penelitian ini berjumlah 30 orang guru. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan merupakan kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori McCombs dan Whisler (1997). Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil uji validitas item, diperoleh 64 item valid dengan validitas berkisar antara 0,286 – 0,765 . Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji reliabilitas maka diperoleh reliabilitas sebesar 0,947.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil 53,3% guru di SMP “X” yang

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research is entitled “Descriptive Study about Teacher Perception of Student Centered

Learning Application in SMP “X” Bandung”. The research is held to find out an overview obout student centered learning applied to a student in SMP “X” Bandung. The selection of sample is done using population technique and there are 30 teachers as the research sample. The model used in this research is descriptive research model.

The measuring tool used in the research in a questionnaire which is compiled by

researches according to McCombs & Whisler’s theory (1997). Item validity test is done using

Pearson Product Moment correlation. Based on the result of the item validity test, 64 items are valid with the validity value ranging from 0,286 – 0,765. Reliability test is done using Alpha Cronbach. Based on the result of the reliability test, the reliability value is 0, 947.

Based on the data processing result, 53,3% of teachers in SMP “X” state that they have applied student centered learning. Teachers state they have applied the natural characteristic principle of the learning process, the puspose of the learning process, high level thinking, an intrinsic motivation for learning, learning tasks characteristics that enhance motivation, hinderances & development chance, sociocultural diversity, social acceptance, self esteem & learning, the individual differences in learning.

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………ii

ABSTRAK………..iii

ABSTRACT………iv

KATA PENGANTAR………v

DAFTAR ISI………..vii

DAFTAR BAGAN……….xi

DAFTAR TABEL………..xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Identifikasi Masalah………9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………9

1.3.1 Maksud Penelitian………9

1.3.2 Tujuan Penelitian………10

1.4 Kegunaan Penelitian………..10

1.4.1 Kegunaan Teoretis………..10

1.4.2 Kegunaan Praktis………....10

1.5 Kerangka Pikir………...11

1.6 Asumsi………...20

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.1.1 Pengertian Student Centered Learning………..20

2.1.2 Domain Student Centered Learning……….22

2.1.3 Prinsip-Prinsip Psikologis dalam Student Centered Learning………...26

2.1.3.1 Sifat alami dari proses belajar………26

2.1.3.2 Tujuan proses pembelajaran………...27

2.1.3.3 Konstruksi pengetahuan……….28

2.1.3.4 Berpikir tingkat tinggi………29

2.1.3.5 Pengaruh motivasi dalam belajar………...30

2.1.3.6 Motivasi intrinsik untuk belajar……….31

2.1.3.7 Karakteristik tugas pembelajaran yang meningkatkan motivasi………..32

2.1.3.8 Hambatan dan kesempatan perkembangan………....33

2.1.3.9 Keragaman sosial dan budaya………34

2.1.3.10 Penerimaan sosial, self esteem, dan pembelajaran……..35

2.1.3.11 Perbedaan individual dalam pembelajaran………..36

2.1.3.12 Penyaringan kognitif………....37

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Student Centered Learning………..38

2.1.4.1 Hubungan guru-siswa dan suasana kelas………38

2.1.4.2 Kurikulum, pengajaran, dan penilaian………41

2.1.4.3 Manajemen kelas………43

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha 2.2 Perbedaan antara Teacher Centered Learning dan Student Centered

Learning………..46

2.3 Tugas dan Peran Guru………...48

2.3.1. Tugas Guru……….48

2.3.2. Peran Guru………..51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian……….55

3.2. Prosedur Penelitian……….55

3.3. Variabel Penelitian, Definisi Operasional………..56

3.3.1. Variabel Penelitian……….56

3.3.2. Definisi Operasional………...56

3.4 Alat Ukur………....58

3.4.1. Kuesioner Student Centered Learning………...58

3.4.2. Prosedur Pengisian……….60

3.4.3. Sistem Penilaian……….61

3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang………..62

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………..62

3.4.5.1. Validitas Alat Ukur………...62

3.4.5.2. Reliabilitas Alat Ukur………..63

3.5. Populasi………..64

3.5.1. Populasi Sasaran………64

(6)

x Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian………...66

4.1.1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin………66

4.1.2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia………...67

4.1.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Status Guru………67

4.1.4. Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Mengajar……….68

4.2 Gambaran Hasil Penelitian………..68

4.2.1. Gambaran Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan Oleh Guru di SMP “X” Bandung………68

4.2.2. Gambaran Tiap Prinsip Student Centered Learning yang Diterapkan Oleh Guru di SMP “X” Bandung………69

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………71

BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan………...79

5.2 Saran……….80

DAFTAR PUSTAKA……….81

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Proses Pembelajaran Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur

Tabel 3.2 Penilaian Jawaban Responden Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Guru Tabel 4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Mengajar

Tabel 4.5 Gambaran Mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan Oleh Guru di SMP “X” Bandung

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Reciprocal determinism menunjukkan suatu interaksi antara personal

variable, environmental variable dan behavior dalam setting pembelajaran.

Personal variable salah satunya mencakup goal atau tujuan pembelajaran,

environmental variable mencakup instruksi guru dan umpan balik, sedangkan

behavior mencakup proses pencapaian goal dan pembelajaran. Dalam

reciprocal determinism setiap variabel dan faktor saling mempengaruhi satu

sama lain; instruksi dan umpan balik yang diberikan guru pada siswa mempengaruhi proses pencapaian goal dalam pembelajaran. Jika guru memberikan instruksi dan umpan balik yang membangun pada siswa maka siswa akan dapat mencapai goal atau tujuan pembelajarannya. Jika guru sudah memberikan instruksi dan umpan balik dengan baik tetapi siswa tidak memprosesnya, goal belum tentu tercapai dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika guru tidak sungguh-sungguh dalam memberikan instruksi dan umpan balik maka siswa pun bisa menjadi sulit dalam mencapai goal atau tujuannya.

Di sekolah terdapat dua metode pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu teacher-centered learning dan student-centered learning. Teacher-centered learning merupakan metode pengajaran satu arah yang berpusat pada

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha metode ini guru seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Afiatin (2007) mengatakan, student-centered learning merupakan metode pengajaran yang menuntut siswa menjadi aktif baik dalam mengerjakan tugas, mencari sumber-sumber materi pelajaran yang lainnya dan mendiskusikannya dengan guru sebagai fasilitator.

Menurut Pongtuluran (2007), student-centered learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep student-centered learning, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Terdapat beberapa perbedaan antara teacher-centered learning dan student centered learning. Pada teacher-centered learning, hasil belajar dalam halnya informasi

(12)

4

Universitas Kristen Maranatha berperan pasif sebagai penerima informasi dan dalam lingkungan belajar, siswa duduk dalam format kelas dan materi dipresentasikan melalui buku (Nugraheni, 2007).

Oleh karena model pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL) memiliki banyak kelemahan, maka menurut Hadi (2009) metode tersebut perlu diubah menjadi model pembelajaran Student Centered Learning (SCL). Menurut McCombs & Whisler (1997), student-centered learning adalah perspektif yang memadukan fokus siswa secara individual dan kebutuhan siswa sebagai pusat untuk membuat keputusan tentang mengajar dan pembelajaran di sekolah maupun di kelas serta pemahaman tentang penelitian pada proses belajar, interaksi, memberikan informasi, dan diinformasikan dari pemahaman serta pengalaman guru selama proses pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi dan bagaimana proses pembelajaran dapat ditingkatkan untuk semua siswa. Fokus siswa secara individual berkaitan dengan bagaiman siswa mengkonstruk pengetahuannya lewat tugas dan aktifitas belajarnya. Moshman (1982) dalam Educational Psychology (2004) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor dalam mengkonstruk pengetahuan. Yang pertama kenyataan dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan bagaimana pengetahuan dibangun, yang kedua proses internal seperti asimilasi, akomodasi dan yang ketiga penggabungan dari eksternal dan internal faktor mengarahkan bagaimana pengetahuan dibangun. Model pembelajaran student centered learning pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha dideskripsikan diatas. Model belajar ini sekaligus dapat mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan (Pongtuluran, 2007).

Terdapat dua belas prinsip yang penting dalam prinsip psikologi pembelajaran student-centered learning, American Psychological Association (McCombs & Whisler, 1997). Prinsip pertama adalah sifat alami dari proses belajar, prinsip kedua adalah tujuan proses pembelajaran, prinsip ketiga adalah konstruksi pengetahuan, prinsip keempat adalah berpikir tingkat tinggi, prinsip kelima adalah pengaruh motivasi terhadap pembelajaran, prinsip keenam adalah motivasi intrinsik untuk belajar, prinsip ketujuh adalah karakteristik tugas pembelajaran yang meningkatkan motivasi, prinsip kedelapan yang merupakan hambatan dan kesempatan perkembangan, prinsip kesembilan keragaman sosial dan budaya, prinsip kesepuluh penerimaan sosial, self-esteem,dan pembelajaran. Prinsip yang terakhir adalah perbedaan individual

dalam pembelajaran dan penyaringan kognitif.

(14)

6

Universitas Kristen Maranatha dan telah menuai hasil yang efektif dalam 2 tahun belakangan ini, terlihat dari kegiatan belajar mengajar; guru menjadi fasilitator, siswa menjadi lebih aktif dan cara mengajar guru tidak hanya ceramah atau lecturing. Dalam hal mendukung penerapan model pembelajaran student centered learning, sekolah sudah menyediakan infokus di setiap kelas untuk mendukung proses kegiatan belajar-mengajar seperti presentasi hingga penayangan film atau video di kelas sehingga cara mengajar guru pun dapat bervariasi dan membuat anak lebih tertarik untuk belajar. Sekolah juga mengadakan pelatihan bagi guru-guru mengenai penerapan student centered learning. Namun, kesulitan yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam menerapkan model pembelajaran student centered learning ini ada di pihak guru karena terkadang guru masih

menerapkan model pembelajaran teacher centered learning.

Selain melakukan survey awal, peneliti juga melakukan observasi mengenai praktik student centered learning yang dilakukan di sekolah. Peneliti sempat melihat pada mata pelajaran IPS dan prakarya, guru membawa murid-murid ke luar sekolah untuk belajar. Untuk mata pelajaran IPS, murid mencari tahu mengenai materi ke museum dan setelah itu menyusun laporan lalu mempresentasikannya. Untuk mata pelajaran prakarya, siswa membuat hasil karya dari barang-barang bekas sehingga siswa pun bisa mempraktikkannya di rumah.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penerapan student centered learning di sekolah tersebut, peneliti memberikan kuesioner kepada sepuluh

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha Kesepuluh orang guru ini mengatakan bahwa mereka sudah membantu siswa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Guru juga sudah mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lewat soal latihan atau ulangan. Selain itu, guru memberikan strategi pembelajaran yang bervariasi di dalam kelas.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan teori saja namun siswa diajak mengaplikasikan materi tesebut. Saat mengajar di kelas kesepuluh orang guru ini juga peka terhadap suasana hati siswa di kelas, terutama jika siswa terlihat melamun, tidak konsentrasi atau gelisah. Tujuh orang guru sudah memandang siswa sebagai partner dalam proses belajar mengajar. Tiga guru yang lain mengatakan bahwa mereka belum seutuhnya memandang siswa sebagai partner dalam proses belajar mengajar.

(16)

8

Universitas Kristen Maranatha dengan strategi pengajaran yang berbeda-beda agar setiap murid dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sepuluh guru ini pun sudah memberikan kesempatan pada siswa dalam mengungkapkan pikiran atau pendapat di dalam kelas. Saat ditanya kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran ini guru-guru menjawab materi atau bahan ajar yang sedikit membuat guru tidak mampu mengembangkan materi. Materi memang dirancang sedikit supaya para siswa dapat aktif, mandiri dalam mencari sumber lainnya tetapi siswa malah malas mencari bahan dari sumber lain. Itu sebabnya guru terkadang kembali pada metode teacher centered learning.

Selain melakukan wawancara dengan guru dan pihak sekolah, peneliti juga

ingin mengetahui persepsi siswa SMP “X” Bandung mengenai student

centered learning yang diterapkan oleh guru di SMP “X” Bandung. Untuk mengetahui persepsi tersebut, peneliti melakukan survei awal terhadap 15

siswa di SMP “X” Bandung. Berdasarkan hasil survei tersebut diketahui

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha Selanjutnya, 9 siswa memandang gurunya sudah peka terhadap suasana hati siswa di kelas, sedangkan 6 siswa siswa memandang bahwa guru tidak selalu peka terhadap suasana hati siswanya. 10 siswa berpendapat bahwa guru sudah memandang siswa sebagai partner di dalam kelas dan 5 siswa memandang guru belum menganggap siswa sebagai partner di kelas. 14 dari 15 siswa memandang guru sudah memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. 6 dari 15 siswa memandang guru sudah memperlakukan seluruh siswa secara merata di dalam kelas, sedangkan 9 siswa memandang bahwa guru tidak memperlakukan siswa secara merata di kelas. 3 dari 15 siswa memandang guru sudah menghargai perbedaan-perbedaan siswa sebagai individu dan 12 siswa memandang guru belum menghargai perbedaan-perbedaan siswa. 14 dari 15 siswa memandang guru sudah berusaha untuk memahami gaya belajar siswa yang berbeda-beda dan 1 siswa memandang guru tidak memahami gaya belajar siswanya.

Dari hasil wawancara dan survey diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara penghayatan guru dan siswa terhadap pembelajaran student centered learning yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk meneliti mengenai student centered learning yang diterapkan pada siswa di SMP “X” Bandung.

1.2.Identifikasi Masalah

(18)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai student centered learning yang diterapkan oleh guru di SMP “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lebih rinci mengenai student centered learning yang diterapkan pada siswa di SMP “X” Bandung serta keterkaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan student centered learning.

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi pendidikan mengenai student centered learning khususnya yang diterapkan pada siswa di SMP

“X” Bandung.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada kepala sekolah mengenai student centered

learning yang diterapkan guru di SMP “X” Bandung. Hasil penelitian

digunakan agar kepala sekolah bisa merancang training untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan student centered learning dalam proses pembelajaran di kelas.

1.5.Kerangka Pikir

Sebagai pengajar, guru di SMP “X” Bandung memiliki tugas dan

peranannya tersendiri. Tugas guru antara lain sebagai perantara dalam belajar, sebagai pembimbing, sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat, sebagai penegak disiplin, sebagai administrator dan manajer, sebagai perencana kurikulum, dan sebagai pemimpin. Sedangkan peranan guru adalah sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan evaluator (Djamarah, 2010).

Dalam kelas student centered learning, guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran siswa sehingga proses belajar-mengajar, guru tidak lagi mengajar secara satu arah saja serta guru juga menjadi pemdamping siswa dalam belajar.

Student centered learning (SCL) menurut Mccombs dan Whisler (1997)

(20)

12

Universitas Kristen Maranatha Psychological Association (1990) mendeskripsikan lima domain dan dua belas

prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan model pembelajaran student centered learning. Domain yang pertama yaitu metakognitif dan kognitif; domain ini

terdiri dari prinsip satu sampai empat yang menjelaskan bagaimana siswa berfikir dan mengingat. Domain yang kedua yaitu afektif; domain ini berisikan prinsip lima sampai tujuh yang menjelaskan bagaimana beliefs, emosi dan motivasi mempengaruhi siswa saat merasakan situasi belajar, sebanyak apa siswa belajar, dan kemauan mereka dalam belajar. Domain ketiga yaitu perkembangan yang mencakup prinsip ke delapan yang mengakui bahwa kapasitas untuk belajar dikenal untuk dikembangkan atau muncul sepanjang waktu.

Domain yang ke empat mencakup prinsip sembilan dan sepuluh yang menjelaskan peran yang dimainkan orang lain dalam proses belajar dan cara siswa belajar dalam grup. Domain yang ke lima mencakup prinsip sebelas dan dua belas yang menjelaskan latar belakang individu yang unik dan kapabilitas yang menunjang pembelajaran.

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha kurang menerapkan prinsip ini tidak akan menjelaskan terlebih dahulu. Prinsip yang kedua adalah tujuan proses pembelajaran yang menggambarkan mengenai menciptakan makna dari pengetahuan dan pengalaman dengan tidak terlalu memperhatikan kuantitas dan kualitas data yang tersedia. Saat proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan mencari tahu sejauhmana pemahaman siswa mengenai materi melalui soal-soal ulangan, latihan dan tugas-tugas yang diberikan, sebaliknya guru

SMP “X” yang kurang menerapkan prinsip ini tidak menanyakan kepada

siswa apakah sudah mengerti atau belum mengenai suatu materi serta guru tidak memberikan latihan-latihan soal agar siswa lebih memahami materi. Prinsip yang ketiga adalah konstruksi pengetahuan yang digambarkan dengan kemampuan mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya melalui cara-cara yang unik. Dalam proses belajar-mengajar, guru

SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan membantu siswa

dalam memahami materi lewat penggunaan singkatan-singkatan, meminta siswa membuat eksperimen di depan kelas dan guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini akan memberikan materi secara satu arah dengan metode ceramah, guru juga tidak berusaha untuk menarik perhatian siswa ketika siswa merasa bosan.

(22)

14

Universitas Kristen Maranatha menuntut siswa untuk menganalisa seperti membahas kasus hingga membuat kesimpulan dari kasus tersebut dan guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini kurang memberikan kesempatan untuk siswa berpikir kritis ketika siswa memiliki ide-ide yang berlainan dari text book dan melarang siswa untuk mencari informasi selain dari text book. Prinsip yang kelima adalah pengaruh motivasi terhadap pembelajaran. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan peka terhadap suasana hati siswa; ketika melihat siswa yang tidak fokus di kelas, maka guru akan bertanya penyebabnya dan berusaha membantu siswa tersebut. Sebaliknya, guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini akan cenderung mengabaikan kondisi perasaan siswa; guru tetap melanjutkan mengajar dan tidak berinisiatif untuk menanyakan kondisi perasaan siswa. Prinsip yang keenam adalah motivasi intrinsik untuk belajar yang menggambarkan kesadaran guru untuk mendorong siswa mendapatkan kecintaan dan hasrat untuk belajar sehingga siswa tidak mengalami perasaan negatif. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini menghargai setiap usaha yang dilakukan siswanya dan dengan sigap membantu siswa bila mengalami kesulitan. Sebaliknya, guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini kurang melihat proses yang ditempuh siswa dan guru memarahi siswa ketika siswa mengalami kegagalan.

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha terstimulasi oleh tugas belajar yang relevan dengan apa yang ada di dunia nyata. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan mempraktikkan langsung apa yang sudah dipelajari, tidak hanya menjelaskannya di kelas saja. Lalu, guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini kurang melibatkan siswa untuk langsung mencoba sendiri materi yang telah diberikan dan guru hanya sekedar menjelaskan teori saja. Prinsip yang kedelapan adalah hambatan dan kesempatan perkembangan yang menjelaskan progres siswa dipengaruhi oleh perkembangan fisik, intelektual, emosional dan sosial yang merupakan fungsi dari faktor genetik yang unik dan juga faktor lingkungan. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti memberikan remedial teaching dan guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini kurang memperhatikan siswa saat mereka menemukan kesulitan dalam memahami materi dan mengabaikan siswa yang membutuhkan perhatian khusus. Prinsip kesembilan adalah keragaman sosial dan budaya yang menjelaskan bahwa di dalam proses pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial dan berkomunikasi dengan orang yang beragam serta dapat menyesuaikan diri dalam proses belajar. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan memperlakukan siswa secara merata tanpa membeda-bedakan, sedangkan

guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini akan lebih

(24)

16

Universitas Kristen Maranatha kelas, kurang menghargai aksen siswa yang berasal dari suku minoritas serta lebih memperhatikan pada siswa yang secara fisik lebih menarik.

Prinsip kesepuluh adalah penerimaan sosial, self-esteem, dan pembelajaran yang menjelaskan bahwa pembelajaran dan self-esteem akan meningkat ketika siswa memiliki hubungan yang saling menghormati dan menjaga hubungan baik dengan orang lain yang melihat potensi mereka. Di dalam proses belajar-mengajar, guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan

menghargai siswa seperti ketika siswa tersebut mendapatkan nilai yang baik saat ulangan atau mengumpulkan tugas tepat waktu, sebaliknya guru SMP

“X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini tidak segan memberikan

umpan balik yang negatif ketika siswa meraih kegagalan serta membanding-bandingkan dengan siswa yang meraih keberhasilan. Prinsip kesebelas adalah perbedaan individu dalam belajar yang menjelaskan bahwa setiap siswa memiliki perbedaan kemampuan dan pilihan dalam cara dan strategi belajarnya. Guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip ini akan

(25)

17

Universitas Kristen Maranatha sebelumnya yang menjadi dasar pribadi untuk mengintepretasikan pengalaman hidup. Guru SMP “X” Bandung yang sudah menerapkan prinsip

ini akan berusaha mendengarkan siswa menurut sudut pandang mereka, sedangkan guru SMP “X” Bandung yang kurang menerapkan prinsip ini akan membatasi siswa dalam mengungkapkan pendapatnya serta guru memaksakan pendapatnya apabila siswa memiliki pendapat yang berbeda.. Model student centered learning akan berperan dengan baik dalam proses pembelajaran

apabila guru menggunakan model tersebut yang tercermin dalam kedua belas prinsip diatas.

Pada penerapan student centered learning di dalam kelas, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pertama adalah hubungan guru-siswa dan suasana kelas, dimana guru SMP “X” Bandung dan siswa diharapkan memiliki hubungan yang baik dan kedekatan emosional. Dengan memiliki hubungan yang baik dan kedekatan emosional, guru mampu memahami kemampuan dan kebutuhan dari setiap siswanya dalam proses pembelajaran. Hal ini pula dapat berpengaruh terhadap suasana di kelas yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan siswa akan merasa lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya di kelas. Faktor yang kedua adalah kurikulum, pengajaran, dan penilaian yaitu dalam merencanakan pembuatan kurikulum diharapkan guru di SMP “X” Bandung terlibat dalam perencanaan,

perumusan, pelaksanaan, evaluasi. Hal ini disebabkan karena dalam Student Centered Learning, siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran di dalam

(26)

18

Universitas Kristen Maranatha materi dari kurikulum yang telah dibuat oleh guru relevan dengan kehidupan nyata maka guru dapat mendukung dalam menerapkan prinsip alami dari proses belajar dimana siswa akan merasa bahwa materi pembelajaran tersebut berguna di kehidupan mereka dan mampu menemukan manfaatnya sehingga siswa merasa antusias untuk melibatkan diri dalam proses belajar.

(27)

19

Universitas Kristen Maranatha Penjelasan dari uraian di atas, dapat di lihat dari bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir Student Centered Learning Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1. Hubungan guru-siswa dan suasana kelas 2. Kurikulum, pengajaran, dan penilaian 3. Manajemen kelas

Guru di SMP “X”

Bandung

Student Centered Learning

Sudah menerapkan Student Centered Learning Kurang menerapkan Student Centered Learning

5 Domain Student Centered Learning : 1. Metakognitif dan Kognitif 2. Afektif

3. Perkembangan 4. Pribadi dan Sosial

5. Perkembangan individual 12 Prinsip Student Centered Learning :

Prinsip 1 : Sifat alami dari proses belajar Prinsip 2 : Tujuan proses pembelajaran Prinsip 3 : Membangun pengetahuan Prinsip 4 : Berpikir tingkat tinggi

Prinsip 5 : Pengaruh motivasi dalam pembelajaran Prinsip 6 : Motivasi intrinsik untuk belajar

Prinsip 7 : Karakteristik tugas pembelajaran yang meningkatkan motivasi Prinsip 8 : Hambatan dan kesempatan perkembangan

Prinsip 9 : Keragaman sosial dan budaya

Prinsip 10 : Penerimaan sosial, self esteem, dan pembelajaran Prinsip 11 : Perbedaan individual dalam pembelajaran

Prinsip 12 : Penyaringan kognitif Peran dan

(28)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

Student centered learning memiliki karakteristik khusus yang

membentuk pola pembelajaran yaitu pengajar berperan sebagai fasilitator, pengajar bersifat terbuka terhadap masukan maupun kritik yang membangun dari siswanya, pengajar menyampaikan materi sesuai kebutuhan dan kondisi siswa.

Student centered learning pada guru di SMP “X” Bandung dapat

dilihat berdasarkan dua belas prinsip yaitu sifat alami dari proses belajar, tujuan proses pembelajaran, konstruksi pengetahuan, berpikir tingkat tinggi, pengaruh motivasi terhadap pembelajaran, motivasi intrinsik untuk belajar, karakteristik tugas yang meningkatkan motivasi, hambatan dan kesempatan perkembangan, keragaman sosial dan budaya, penerimaan sosial, self-esteem dan pembelajaran, perbedaan individual dalam pembelajaran, dan penyaringan kognitif.

 Faktor hubungan guru-siswa dan suasana kelas, kurikulum,

(29)

82 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan student centered learning pada 30 orang guru SMP “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

• Lebih banyak guru di SMP “X” (53,3%) menyatakan diri bahwa sudah

menerapkan model pembelajaran student centered learning dalam proses belajar mengajar di kelas.

Dari dua belas prinsip student centered learning, guru di SMP “X”

menyatakan bahwa sudah menerapkan prinsip sifat alami dari proses belajar, prinsip tujuan proses pembelajaran, prinsip berpikir tingkat tinggi, prinsip motivasi intrinsik, prinsip karakteristik tugas pembelajaran yang meningkatkan motivasi ,prinsip hambatan dan kesempatan perkembangan, prinsip keragaman sosial dan budaya, prinsip penerimaan sosial, self esteem, dan pembelajaran, dan prinsip perbedaan individual. • Guru menyatakan kurang menerapkan prinsip membangun pengetahuan,

(30)

83

Universitas Kristen Maranatha • Faktor hubungan guru-siswa dan suasana kelas menunjukkan keterkaitan

dengan student centered learning; guru yang sudah menerapkan model pembelajaran student centered learning, memiliki hubungan yang erat dengan siswa.

• Faktor kurikulum, pengajaran, dan penilaian menunjukkan keterkaitan

dengan student centered learning; guru yang sudah menerapkan model pembelajaran student centered learning, sudah memberikan materi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, guru sudah mengajak siswa belajar di luar kelas dan menilai tugas yang dibuat siswa.

Faktor manajemen kelas yang mempengaruhi dalam penerapan student

centered learning, yang diukur berdasarkan aturan dan konsekuensi yang

diberikan guru menunjukkan keterkaitan dengan student centered learning; guru yang sudah menerapkan model pembelajaran student

centered learning, sudah memberikan aturan yang jelas dan konsekuensi

yang adil.

5.2 Saran

(31)

84

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai student centered learning disarankan agar :

Melakukan studi komparasi antara student centered learning guru

dan persepsi murid terhadap penerapan model pembelajaran student centered learning.

• Melakukan studi kontribusi setiap faktor yang mempengaruhi

terhadap student centered learning.

• Bagi peneliti lain yang tertarik dan ingin meneliti mengenai teori

student centered learning diharapkan untuk mengkaji ulang teori

dan menyusun alat ukur yang baru.

5.2.2 Saran Praktis

• Disarankan kepada guru untuk lebih mengembangkan prinsip

konstruksi pengetahuan dengan lebih memberikan strategi pengajaran yang berbeda-beda.

• Disarankan kepada guru untuk lebih mengembangkan prinsip

(32)

85

Universitas Kristen Maranatha • Disarankan kepada guru untuk lebih mengembangkan prinsip

(33)

86

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, Tina. 2007. Pembelajaran Berbasis Student-Centered Learning. Jurnal. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif :

Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : Rineka Cipta.

Freidenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn & Bacon.

Hadi, Rahmini. 2007. Dari Teacher-Centered Learning ke Student-Centered Learning: Perubahan Metode Pembelajaran di Perguruan Tinggi. JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF PENDIDIKAN, Vol. 12|No.3|Sep-Des 2007|408-419.

Kaplan, Robert M. dan Dennis P. Saccuzzo. 2005. Psychological Testing : Principles, Applications and Issues. Sixth Edition. United State of America : Inc. Thomson Learning.

McCombs, Barbara. L & Wishler, Joe Sue. 1997. The Learner-Centered Classroom and School : Strategies For Increasing Student Motivation and Achievement. First Edition. San Fransisco: John Wiley & Sons.

Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nugraheni, Endang. 2007. Student Centered Learning dan Implikasinya terhadap

Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan. Vol. 8| No. 1| Maret 2007. Pongtuluran, Aris & Arlinan Rahardjo. 2007. STUDENT – CENTERED

LEARNING: The Urgency and Possibilities. Jurnal.

Sugiyono, Dr. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV ALFABETA. Winkel, W. S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

(34)

87

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://uripsantoso.files.wordpress.com/2011/06/scl1.pdf, diakses 17 Februari 2013

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Perum Perhutani KPH Kedu Utara, (2) Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja

Pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan sejumlah faktor risiko terhadap jenis histopatologis karsinoma paru pada bukan perokok, diantaranya adalah riwayat

Terjadi ketimpangan ekonomi antara perkotaan dengan perdesaan (Booth 2000, hal. 75-77), dan antara Pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa. Ketiga, ciri yang menonjol lain semasa

Apart from that how she dealt with all the barriers and the conflict is also my inquiry As in film “Mona Lisa Smile” which tells ab out a gorgeous smart educated woman named

Ketiga macam apotek ini mendapat pasokan obat dari instalasi gudang farmasi yang terdapat di rumah sakit ini.. Namun, rumah sakit ini tidak memiliki instalasi gudang

Dalam memenuhi sebagian prasyarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan, saya selaku mahasiswa Pendidikan Seni Musik FBS-UNY bermaksud mengadakan penelitian

Instrumen dan teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua, yaitu untuk tingkat kebugaran jasmani diukur dengan multi stage fitness test dan angka kesakitan diperoleh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai sosial pada peserta didik yang mengikuti dan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler di MTS Negeri