• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial pada Anggota Pemadam Kebakaran di Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial pada Anggota Pemadam Kebakaran di Kota Cimahi."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang dominan dan faktor-faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan motivasi prososial pada Anggota Pemadam Kebakaran di Kota Cimahi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 37 orang yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skenario proyektif motivasi prososial yang bersifat semi proyeksi yang dibuat berdasarkan pada proses-proses motivasi prososial dari Janusz Reykowsky yang telah divalidasi menggunakan content validity. Alat ukur terdiri dari 15 item yang menggambarkan proses-proses dari motivasi prososial. Data yang dihasilkan diolah menggunakan teknik content analysis dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Dari data yang diperoleh, terdapat 70,27% anggota Damkar memiliki Intrinsic Prosocial Motivation dan 29,73% anggota Damkar Endocentric Motivation. Aspek yang memiliki kecenderungan keterkaitan terhadap Intrinsic Prosocial Motivation dan Endocentric Motivation ialah karakteristik kualitas tindakan dan perkiraan hasil yang diharapkan. Faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan terhadap Intrinsic Prososial Motivation dan Endocentric Motivation ialah lingkungan sosial dan pola asuh orang tua.

(2)

iii

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research was conducted in order to discover the dominant prosocial motivation type and factors that have a tendency linkages with prosocial motivation the firemen at Cimahi. The sample in this research was amounted to 37 individuals, all of the male.

Sampling method used in the research was purposive sampling. The instrument utilized in the research was Prosocial Motivation scenario which had the characteristics of semi-projective test. The instrument was based on Janus Reykowsky’s prosocial motivation processes and had been validated using content validity. The instrument consists of 15 items which describe prosocial motivation processes. The data obtained from the instrument was processed with content analysis and expressed in the form of frequency distribution table along with cross-tabulation.

Based from the data obtained, a majority of 70.27% firemen have Intrinsic Prosocial Motivation whereas the 29.73% firemen have Endocentric Motivation. aspect which have a tendency linkages of Intrinsic Motivation and Endocentric Prosocial Motivation is the characteristic quality of the actions and estimate the expected results. Factors which have a tendency linkages of Intrinsic Motivation and Endocentric Prosocial Motivation is the social environment and parenting style.

(3)

vi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAC ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN……….... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Maksud Penelitian ... 5

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6

1.5 Kerangka Pikir ... 6

(4)

vii

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Motivasi Prososial ... 16

2.1.1 Pengertian Motivasi Prososial ... 16

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Motivasi Prososial ... 16

2.1.3 Proses Motivasi Prososial ... 17

2.1.4 Macam-macam Motivasi Prososial ... 19

2.1.5 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Prososial ... 22

2.2 Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal dan Dewasa Madya. ... 25

2.3Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Awal dan Dewasa Madya ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 28

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 28

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

(5)

viii

Universitas Kristen Maranatha

3.4.4 Validitas Alat Ukur ... 35

3.5 Populasi Sasaran ... 36

3.6 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 37

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.2.1 Motivasi Prososial Anggota Damkar ... 38

4.3 Pembahasan ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 54

5.2.1 Saran Teoritis ... 55

5.2.2 Saran Praktis ... 55

DAFTAR PUSTAKA……… . 56

DAFTAR RUJUKAN……… . 57

(6)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 31

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 37

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 38

Tabel 4.4 Hasil Penelitian Jenis Motivasi Prososial Pada Anggota Damkar . 39 Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Jenis Motivasi Prososial Dengan Proses Motivasi Prososial (Kondisi Awal Yang Mendahului) ... 39

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Jenis Motivasi Prososial Dengan Proses Motivasi Prososial (Perkiraan Hasil Yang Diharapkan)... 40

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Jenis Motivasi Prososial Dengan Proses Motivasi Prososial (Kondisi Yang Mendukung)... 41

Tabel 4.8 Tabulasi Silang Antara Jenis Motivasi Prososial Dengan Proses Motivasi Prososial (Kondisi Yang Menghalangi)... 42

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Antara Jenis Motivasi Prososial Dengan Proses Motivasi Prososial (Karakteristik Kualitas Dari Tindakan)... 43

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Antara Data Utama Dengan Penunjang (Pengasuhan Orang Tua)... 44

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Data Utama Dengan Penunjang (Penghayatan Terhadap Respon Klien Yang Dibantu)... 45

(7)

x

Universitas Kristen Maranatha Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Motivasi Prososial Dengan Faktor

(8)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(9)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : KUESIONER MOTIVASI PROSOSIAL

Lampiran 2 : KUESIONER DATA PENUNJANG

Lampiran 3 : DATA PRIMER

Lampiran 4 : DATA PENUNJANG

Lampiran 5 : GAMBARAN RESPONDEN

Lampiran 6 : PROFIL PEMADAM KEBAKARAN (DAMKAR)

Lampiran 7 : KISI-KISI ALAT UKUR

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, musibah dapat menimpa siapapun, dimanapun, dan kapanpun

juga. Musibah dapat berupa bencana alam, seperti gunung meletus, gempa, dan kebakaran. Jika

gunung meletus dan gempa merupakan bencana karena gejala alam, lain halnya dengan kebakaran.

Unit Pelayanan teknis Daerah (UPTD) Pemadam Kebakaran Kota Cimahi menilai, faktor paling

dominan terjadi peristiwa kebakaran disebabkan oleh kelalaian manusia seperti lupa mematikan

kompor, setrika atau alat listrik lainnya (Agus Sarwono,2011).

Guna mengatasi bencana kebakaran, pemerintah mendirikan organisasi pemadam

kebakaran yang tugas utamanya berusaha memadamkan kebakaran yang terjadi dan berupaya

untuk menolong korban-korban bencana kebakaran. Dinas pemadam kebakaran (disingkat

Damkar) adalah salah satu organisasi pemerintah yang bertujuan menangani musibah kebakaran.

Sejarah berdirinya Damkar ditetapkan oleh pemerintah pada tanggal 1 Maret 1919

(http://www.jakartafire.net). Pada tahun 1919 di masa penjajahan Belanda, awalnya Damkar

bernama Bataviasch Brandweer Reglement. Kemudian di tahun 1943 ketika Jepang menduduki

Batavia, berubah nama lagi menjadi Syoobootai. Terjadi beberapa kali perubahan nama pada

organisasi pemadam kebakaran hingga 1974 sampai saat ini nama organisasi tersebut ditetapkan

sebagai Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar).

Damkar berada di setiap kota-kota Indonesia. Dalam karya ilmiah ini, Damkar yang dituju

adalah Damkar yang berada di kota Cimahi. Kota Cimahi merupakan kota yang berfungsi sebagai

kota pendidikan militer, pusat perdagangan dan jasa, daerah industri serta pemukiman dan

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Cimahi mencapai 4.103,73 Ha. Pada tahun 2001 ditingkatkan statusnya menjadi kota otonom.

Kewenangan Kota Cimahi sebagai Daerah Otonom mencakup seluruh kewenangan bidang

pemerintahan, salah satu kewenangan wajibnya yaitu pertahanan keamanan sesuai dengan

peraturan Perundang-undangan Nomor I tahun 2003 tentang Kewenangan Kota Cimahi sebagai

Daerah otonom(http://www.cimahikota.go.id/).

Damkar Kota Cimahi digerakkan oleh misi meningkatkan peran dan fungsi satuan kerja da

lam melaksanakan tugas dibidang pencegahan kebakaran, penanggulangan bahaya kebakaran (pe

madaman) serta penyelamatan jiwa dan ancaman bencana lain yang juga terdapat pada Perda No.

10 Tahun 2008 tentang Organisasi Satuan Perangkat Daerah dan Dewan Permusyawaratan Rakyat

Daerah serta Surat Keputusan Gubernur (Skep. Gub) Provinsi DKI Jakarta No. 96 Tahun 2009 me

nandai terjadinya perubahan dan sekaligus pengembangan fungsi organisasi. Perkembangan ini ju

ga berlanjut pada kegiatan serta tugas dan fungsi anggota Damkar itu sendiri. (http://damkar.cima

hikota.go.id).

Perubahan nama institusi yang juga diikuti oleh peningkatan peran dan fungsi Damkar serta

dukungan melalui Perda diatas secara otomatis menambah jumlah tugas yang harus dilakukan oleh

para anggota Damkar. Perubahan tugas tersebut juga berefek terhadap tingkat kesulitan dalam

pekerjaan dan lebih berisiko terhadap keselamatan diri para anggota Damkar. Selain itu salah satu

misi Damkar yang berbunyi penyelamatan jiwa dan ancaman bencana lain juga merupakan salah

satu jobdesc dari institusi lain, namun ternyata banyak fungsi Damkar yang bersangkutan dengan

perilaku penyelamatan ataupun tindakan sosial yang mengharuskan Damkar terlibat dalam segala

kegiatan penyelamatan sehingga membuat tugas pokok Damkar bertambah dari yang sebelumnya

Menurut ketua regu Damkar kota Cimahi, anggota Damkar kota Cimahi hingga saat ini

berjumlah 37 orang. Menurut ketua Damkar kota Cimahi, jumlah ini tidak memadai dalam

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha jumlah anggota ideal untuk kota Cimahi adalah 50-60 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dari

UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi, setiap tahunnya jumlah kasus kebakaran yang terjadi di

Kota Cimahi berbeda-beda. Pada tahun 2012 tercatat tejadi 43 kasus kebakaran. Tahun berikutnya

kejadian kebakaran meningkat menjadi 68 kali. Hingga akhir oktober 2014 jumlah kebakaran yang

terjadi sebanyak 78 kasus.

Bila dibandingkan, ketidakseimbangan jumlah anggota Damkar Kota Cimahi dengan

jumlah kasus kebakaran yang terjadi merupakan masalah penting yang sedang dihadapi Damkar

Kota Cimahi. Kepala UPTD Damkar Kota Cimahi, Uus Supriyadi mengatakan, kebutuhan personil

itu mendesak untuk mengatasi berbagai peristiwa kebakaran yang sering terjadi tanpa bisa diduga.

Dengan kekuatan yang ada saat ini, pihaknya tidak bisa bekerja secara maksimal mengcover

seluruh wilayah Cimahi. Untuk mengatasi kekurangan personil, sementara ini diberlakukan regu

piket. Masing-masing regu yang notabene adalah tim penanggulangan diambil satu per tiga dari

jumlah personel yang ada. Dengan begitu kekuatan di tim tersebut berkurang. Belum lagi adanya

tim penarik retribusi. Dengan kondisi tersebut, apabila terjadi peristiwa anggota regu piket fokus

pada pemadaman. Kegiatan lain terpaksa ditunda.

Cara lain untuk menanggulangi masalah adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai

kebakaran pada masyarakat agar masyarakat mampu menghindari hal-hal yang bisa menyebabkan

terjadinya kebakaran. Pembagian piket, tertundanya pekerjaan, hingga tugas tambahan penyuluhan

membuat beban anggota Damkar Kota Cimahi semakin bertambah, disamping risiko bahaya yang

mengancam jiwa setiap kali menanggulangi kasus kebakaran. Meskipun demikian, hal ini tidak

membuat para anggota lainnya menjadi malas bertugas.

Peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap 10 anggota Damkar Kota Cimahi

lainnya guna mendapatkan gambaran lebih rinci. Kesepuluh anggota Damkar menyatakan

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha orang (50%) menyatakan bahwa mereka kurang puas dengan gaji yang mereka peroleh. Tiga orang

menyatakan (30%) semakin sulitnya menyelesaikan pekerjaan karena bertambahnya tugas dan

peralatan yang kurang memadai. Sisanya sebanyak 2 orang (20%) menyatakan ada pekerjaan lain

yang lebih aman seperti menjadi petugas keamanan. Namun demikian, kesepuluh anggota Damkar

kota Cimahi menyatakan bahwa semua alasan itu tidak menjadikan mereka melalaikan tugas atau

bahkan mengundurkan diri. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai pemadam kebakaran memiliki

imbalan dalam bentuk lain yaitu kepuasan dari tindakan menolong orang lain yang kesulitan.

Pekerjaan sebagai pemadam kebakaran juga dihayati sebagai pekerjaan mulia karena mereka

mempertaruhkan keselamatan pribadi demi keselamatan orang lain. Dengan demikian, sampai saat

ini anggota Damkar masih tetap bertahan dan menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pemadam

kebakaran di tempatnya bekerja.

Semua anggota damkar yang diwawancara mengakui bahwa pekerjaan sebagai pemadam

kebakaran merupakan pekerjaan dengan tekanan tinggi. Tekanan ini dikarenakan mereka wajib

bersiaga selama 1x24 jam. Kondisi fisik juga diwajibkan tetap prima. Selain tuntutan tersebut,

mereka juga berisiko mengalami celaka atau, kemungkinan terburuknya, tewas saat bertugas.

Meskipun demikian, mereka menyatakan bahwa semua tuntutan dan risiko pekerjaan merupakan

hal yang tidak setimpal dengan keinginan mereka untuk membantu orang lain dan juga kepuasan

batin pribadi saat mereka menolong orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap anggota Damkar kota Cimahi, peneliti melihat

adanya suatu kecenderungan dari anggota Damkar yang diwawancarai. Mereka bertahan dalam

pekerjaan yang berbahaya bagi keselamatan pribadi demi satu alasan yaitu menolong orang lain.

Menurut Eisenberg (1982) tingkah laku yang secara nyata dimaksudkan untuk menguntungkan

orang lain tanpa memerhatikan motif pribadi adalah motivasi prososial.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha berasal dari dalam diri yang menimbulkan semacam kekuatan (Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Kekuatan ini menyebabkan seseorang berbuat atau bertingkah laku untuk mencapai tujuannya yaitu

memberi perlindungan, perawatan dan meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial eksternal.

Objek sosial eksternal yang dimaksud meliputi manusia secara perorangan, kelompok, atau suatu

perkumpulan secara keseluruhan, institusi sosial atau sesuatu yang menjadi simbol, seperti

contohnya adalah ideologi atau sistem moral.

Merujuk pada hasil wawancara terhadap anggota Damkar, ditemukan bahwa

jawaban-jawaban dari anggota Damkar banyak mengacu pada keinginan mereka untuk menolong orang lain.

Meskipun terdapat tekanan dan risiko dalam melaksanakan tugas sebagai pemadam kebakaran,

anggota damkar tetap bertahan dalam pekerjaannya karena keinginan mereka membantu orang

lain. Hal ini mengindikasikan adanya motivasi prososial pada diri mereka. Adanya motivasi

prososial pada anggota Damkar merupakan salah satu ketentuan untuk menjadi anggota pemadam

kebakaran sebagaimana yang tertulis dalam visi UPTD Pemadam Kebakaran yang

berbunyi: ”Terwujudnya profesionalisme Satuan (UPTD) Pemadam Kebakaran dalam menjaga dan

memelihara kondisi lingkungan hunian yang aman, nyaman serta didukung dengan kondisi

masyarakat yang sadar, paham, waspada dan mampu mencegah maupun menanggulangi kebakaran

sedini mungkin.”

Bila motivasi prososial ditinjau lebih mendalam, Eisenberg (1982) menyatakan bahwa

motivasi prososial memiliki tiga jenis. Jenis-jenis tersebut adalah ipsocentric motivation,

endocentric motivation, dan intrinsic prosocial motivation. Ipsocentric motivation adalah kondisi

yang memunculkan motivasi prososial disebabkan adanya harapan akan reward dari lingkungan

(berupa pujian, keuntungan materi, atau sebagainya), atau untuk menghindari kerugian.

Endocentric motivation mengarah pada kondisi penyebab motivasi prososial yang merupakan

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha penyebab motivasi prososial yang muncul karena persepsi terhadap kebutuhan akan pertolongan

dari orang lain.

Jenis ipsocentric motivation maupun jenis endocentric motivation nampak tidak terdapat

pada anggota Damkar. Dari seluruh jawaban wawancara, anggota Damkar lebih cenderung

mengarah pada jenis intrinsic prosocial motivation. Jenis intrinsic prosocial motivation sendiri

merupakan jenis yang murni bertujuan untuk membantu orang lain. Grant dan Berg (2010)

menyatakan bahwa pekerja yang memiliki jenis intrinsic prosocial motivation akan menunjukkan

kinerja yang lebih baik. Mereka juga akan lebih proaktif dalam melaksanakan pekerjaannya.

Seperti yang telah dipaparkan diatas, pekerjaan pemadam kebakaran memiliki tekanan yang

tinggi akibat risiko berikut tuntutan yang ada. Berhubung pekerjaan pemadam kebakaran

merupakan pekerjaan yang mulia karena bertujuan menolong orang lain, perlu diketahui apa yang

menjadi motivasi prososial pada anggota Damkar.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui jenis motivasi prososial yang dominan pada anggota

Damkar di Kota Cimahi.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui gambaran motivasi prososial yang dominan pada anggota Damkar di

Kota Cimahi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran mengenai jenis motivasi prososial yang dominan dan

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha anggota Damkar di Kota Cimahi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.2 Kegunaan Teoretis

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan pada ilmu Psikologi

khususnya dalam bidang Psikologi Sosial mengenai motivasi prososial.

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan penelitian lain agar dapat

menambahkan informasi dalam penelitian selanjutnya.

1.4.3 Kegunaan Praktis

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi penentuan pelatihan

dan pembinaan para anggota Damkar Cimahi.

 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi ketua Damkar Cimahi

mengenai gambaran motivasi prososial yang ada pada anggotanya sehingga dapat menjadi

salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang bersangkutan

dengan kesejahteraan anggotanya dalam bekerja.

1.5 Kerangka Pikir

Anggota Damkar kota Cimahi adalah individu yang bertugas untuk menghadapi musibah

kebakaran. Tugas demikian mengandung risiko karena dapat membahayakan keselamatan pribadi.

Meskipun berbahaya, anggota Damkar tetap berupaya menunaikan tugasnya untuk mengatasi

kebakaran guna menyelamatkan individu lain. Tujuan menyelamatkan individu lain merupakan

salah satu bentuk tindakan yang dihasilkan karena motivasi prososial. Motivasi prososial sendiri

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha menimbulkan semacam kekuatan agar seseorang berbuat atau bertingkah laku untuk mencapai

tujuan yaitu memberi perlindungan, perawatan dan meningkatkan kesejahteraan dari objek sosial

eksternal baik itu manusia secara perorangan, kelompok, atau suatu perkumpulan secara

keseluruhan, institusi sosial atau sesuatu yang menjadi simbol, seperti contohnya adalah ideologi

atau sistem moral. (Reykowski, dalam Eisenberg, 1982).

Tingkah laku prososial menurut Mussen dan Eisenberg (1977) dalam Eisenberg

(1982)adalah “actions that are intended to aid or benefit another person or groups of people

without the actor’s anticipation of external rewards” atau “Tindakan yang dimaksudkan untuk

menolong atau menguntungkan orang lain atau sekelompok orang tanpa antisipasi dari pelaku akan

reward eksternal”. Menurut Eisenberg (1982), yang disebut sebagai tingkah laku prososial adalah

a voluntary behavior that apparently is intended to benefit another regardless individual’s motive

for desiring to benefit the other” atau “Tingkah laku yang secara nyata dimaksudkan untuk

menguntungkan orang lain tanpa memperhatikan motif pribadi”. Dengan demikian terdapat juga

proses yang serupa dalam motivasi prososial. Anggota Damkar kota Cimahi memiliki dorongan,

keinginan, atau hasrat dalam dirinya untuk mencapai tujuan sebagai anggota Damkar yaitu

mengatasi kebakaran. Menurut Eisenberg (1982) terdapat lima proses yang terjadi hingga muncul

motivasi prososial. Lima proses tersebut adalah Condition of Initiation, Anticipatory outcome,

Facilitating Conditions, Inhibitory Conditions, dan Qualitative Characteristics of an act.

Condition of Initiation adalah kondisi individu untuk melakukan tindakan prososial atau

alasan individu dalam melakukan tindakan prososial (Eisenberg, 1982). Anticipatory outcome

adalah perkiraan konsekuensi awal yang diterima karena melakukan tindakan prososial.

Facilitating Conditions adalah kondisi yang mendukung untuk melakukan tindakan prososial.

Inhibitory Conditions adalah kondisi yang menghambat seseorang untuk melakukan tindakan

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha pada individu. Kelima proses ini akan menghasilkan salah satu dari tiga jenismotivasi prososial

yaitu Ipsocentric Motivation, Endocentric Motivation, dan Intrinsic Prosocial Motivation

(Eisenberg, 1982). Setiap jenis motivasi prososial memiliki kelima proses yang sudah disebutkan

sebelumnya, namun proses-proses tersebut akan berbeda dari segi kualitasnya (Eisenberg, 1982).

Pada Ipsocentric Motivation, tahap awal yaitu condition of initiation yang memunculkan

tingkah laku prososial adalah adanya harapan reward dari lingkungan, atau untuk menghindari

kerugian. Bila ditinjau pada anggota Damkar, kondisi awal atau harapan anggota yang memiliki

jenis ipsocentric motivation dimulai dari penilaian ada atau tidaknya pujian, atau keuntungan

materi yang dapat diperoleh. Selain keuntungan, anggota Damkar juga dapat menilai bahwa kondisi

yang menyebabkan tingkah laku prososial merupakan upaya untuk terhindar dari hukuman seperti

cemooh dari publik atau hukuman dari atasan maupun rekan sejawatnya. Pada tahap anticipatory

outcome, anggota Damkar akan lebih berorientasi adanya antisipasi kepastian menerima

keuntungan pribadi akibat bertindak prososial seperti dipuji oleh warga atau rekan sejawat.

Selanjutnya pada proses facilitating conditions, anggota Damkar menilai ada atau tidaknya

peningkatan reward yang diterima seperti kenaikan gaji ataupun menjadi sosok pahlawan bagi

warga. Pada proses inhibitory conditons, anggota Damkar mempertimbangkan kerugian-kerugian

yang dapat diperolehnya bila bertindak prososial seperti mengalami cedera fisik saat bertugas.

Keempat proses sebelumnya berujung pada qualitative characteristics of an act, pada proses

terakhir ini anggota Damkar menunjukkan kecenderungan bertindak prososial dengan orientasi

keuntungan yang dapat diterima oleh dirinya dibandingkan kebutuhan yang diperlukan orang lain

seperti bergegas keluar dari lokasi kebakaran setelah selesai memadamkan kebakaran yang ada

tanpa memastikan kondisi korban kebakaran.

Proses dalam endocentric motivation berfokus pada kondisi yang memunculkan tingkah laku

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha Damkar dengan jenis endocentric motivation memulai proses conditions of initiation dengan

mengharapkan pekerjaan Damkar sebagai wujud dari kewajiban yang harus dijalani. Selanjutnya

dalam proses anticipatory outcome, anggota Damkar memperkirakan rasa bangga yang didapatkan

setelah bertindak prososial atau terhindar dari rasa malu jika gagal bertindak prososial (norma).

Proses facilitating condition anggota Damkar dititikberatkan pada kesesuaian antara aturan

lingkungan dengan aturan yang dimiliki dirinya sebelum bertindak prososial seperti menjaga

kondisi fisik tetap prima (aturan lingkungan) sehingga menghayati adanya dukungan atau situasi

yang mendukung. Sedangkan dalam proses inhibitory conditions mengarah pada ketidaksesuaian

lingkungan dengan pribadi anggota Damkar sehingga menghambat munculnya tindakan prososial

seperti saat bebas tugas dirinya tidak mau diganggu meskipun terdapat kebakaran besar. Seluruh

proses sebelumnya mengarahkan minat anggota Damkar dalam proses qualitative characteristics

of an act yang berkecenderungan untuk bertindak prososial semata-mata bila sesuai dengan dirinya

atau guna terhindar dari rasa malu karena gagal memenuhi ketentuan yang ada dalam dirinya.

Dengan demikian, anggota Damkar akan menolong individu lain sebagaimana anggota tersebut

anggap pantas tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya dari individu terkait.

Pada Intrinsic Prosocial Motivation, hasil yang ingin dicapai atau diperkirakan oleh

seseorang adalah bahwa orang yang dibantu tersebut telah mendapatkan pertolongan (Eisenberg,

1982). Anggota Damkar yang memiliki jenis intrinsic prosocial motivation akan memiliki proses

condition of initiation dengan penilaian bahwa tindakan prososial disebabkan adanya penilaian

bahwa individu lain yang kesulitan sehingga anggota Damkar akan menolong individu terkait.

Dalam proses anticipatory outcome, anggota Damkar berharap dengan bertindak prososial,

individu yang dinilai mengalami masalah akan menjadi lebih baik lagi seperti pada saat kebakaran

anggota Damkar berupaya tidak hanya menyelamatkan korban namun juga berusaha memadamkan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha proses facilitating conditions, anggota Damkar berpikir bahwa kebutuhan untuk bertindak

prososial merupakan kebutuhan yang muncul dari pihak korban kebakaran. Di sisi lain, dalam

proses inhibitory conditions, anggota Damkar dapat mengurungkan niat bertindak prososial

bilamana ada suatu egosentrisme yang melampaui kebutuhan korban kebakaran seperti korban

menuntut anggota Damkar menyelamatkan surat-surat berharga padahal api sudah terlalu besar dan

besar kemungkinannya mencelakai anggota Damkar tersebut. Seluruh proses sebelumnya

mengarahkan anggota Damkar dalam proses qualitative characteristics of an act

berkecenderungan melakukan tindakan prososial dengan fokus kebutuhan individu yang menjadi

target bantuan. Hal ini juga menyebabkan ketepatan dari segi kualitas bantuan yang diberikan

anggota Damkar terhadap korban kebakaran yang dibantu oleh anggota terkait.

Pengarahan dan pengerahan motivasi prososial yang ada dalam ketiga jenis motivasi

prososial berkaitan erat dengan penilaian kognitif. Cara menilai dalam setiap proses motivasi

prososial oleh Eisenberg (1982) disebut sebagai struktur kognitif. Struktur kognitif ini memiliki

standar-standar, posisinya di dalam sistem, dan nilai-nilai afeksi. Terdapat dua jenis standar dalam

sistem kognitif memengaruhi motivasi prososial, yaitu Standards of Well-being dan Standards of

Social Behavior. Standards of Well-being pada umumnya memiliki nilai mencari keuntungan

pribadi atau untuk kesejahteraan diri sendiri atau untuk menghindari hilangnya keuntungan pribadi.

Anggota Damkar kota Cimahi dengan struktur kognitif Standards of Well-being pikirannya

berpusat mengenai kesejahteraan dirinya sendiri baik dari segi material maupun non-material

seperti gaji, pujian, rasa dihormati maupun menghindari rasa malu akibat cemoohan lingkungan

atau rekan sejawat. Sedangkan Standards of Social Behavior pada umumnya diarahkan untuk

mempertahankan keadaan normal orang lain secara eksternal dan keinginan untuk memperbaiki

kondisi individu lain. Anggota Damkar kota Cimahi dengan struktur kognitif Standards of Social

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha berupaya untuk memerbaiki atau membantu keadaan individu yang membutuhkan pertolongan.

Bila dikaitkan dengan ketiga jenis motivasi prososial yang ada Reykowski (dalam Eisenberg,

1982) berpendapat bahwa ipsocentric motivation dan endocentric motivation merupakan bagian

dari Standards of Well-being. Hal ini disebabkan fokus utama motivasi prososial yang ada pada

individu selalu mengarah pada kesejahteraan diri pribadi. Sedangkan intrinsic prosocial motivation

merupakan Standards of Social Behavior karena pola pikir maupun pusat perhatian motivasi

prososial terkait selalu mengarah pada keinginan untuk memerbaiki atau menolong kondisi

individu yang membutuhkan.

Menurut Janusz Reykowski, bila individu mengembangkan salah satu mekanisme perilaku

prososial maka hal tersebut akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan mekanisme lainnya

(Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982). Dalam diri individu pada dasarnya terdapat ketiga

jenis motivasi prososial, namun pada diri individu hanya terdapat satu jenis motivasi prososial yang

paling dominan. Jadi, apabila individu melakukan perilaku prososial dengan ipsocentric

motivation, akan menghambat individu tersebut untuk melakukan perilaku prososial dengan

intrinsic prosocial motivation.

Menurut Eisenberg (1982), motivasi prososial dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor. Faktor

yang memengaruhinya terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor internal, hal-hal

yang memengaruhi adalah usia dan jenis kelamin. perkembangan usia tidak terlepas dari

perkembangan moral dan kognitif individu. Para ahli menemukan bahwa orang dewasa memiliki

tingkat moral judgment yang lebih tinggi dibanding orang dengan usia lebih muda (Eisenberg,

1982). Usia anggota Damkar berada pada rentang usia 25–56 tahun. Oleh karena itu, anggota

Damkar berada pada masa dewasa dan dewasa madya. Pada masa dewasa mentalnya lebih baik

dibanding Emerging Adulthood. Mereka lebih mampu mengembangkan relasi yang intim dan

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha mampu mengembangkan relasi dengan masyarakat seperti melakukan penyuluhan pada

masyarakat agar mampu meminimalisir kejadian kebakaran. Sedangkan kesiapan mengambil

tanggung jawab terlihat dari kesediaan mereka untuk tetap bekerja sebagai anggota Damkar meski

banyak permasalahan dan tantangan yang terjadi. Pada masa dewasa madya anggota Damkar

berada pada tahap perkembangan kognitif formal operational, dalam memecahkan masalah

anggota Damkar mampu berpikir lebih sistematis, pemikiran lebih idealisme dan mampu

mempertimbangkan kemungkinan sebelum pengambilan keputusan.

Mengenai jenis kelamin, terdapatnya signifikansi pada laki-laki dan perempuan dalam

generousity (suka memberi, penyayang, pengasih, suka menolong dan suka beramal) dan perilaku

helpfulness & comforting (suka menolong, memberikan bantuan dan memberikan ketenangan atau

penghiburan) dan menemukan bahwa perempuan lebih generousity, lebih helpfulness & lebih

comforting dibandingkan laki-laki. Ditemukan juga keterkaitan yang signifikan antara moral

judgment dengan perilaku generousity &helpfulness, dimana tingkat atau level moral judgment

yang tinggi ini akan merujuk kepada intrinsic prosocial motivation yaitu perilaku menolong untuk

memberikan kondisi yang positif kepada obyek sosial. Keterangan diatas menunjukkan bahwa

jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap motivasi prososial (Darlev & Latane dalam Eisenberg

1982). Dalam penelitian ini, seluruh sampel yaitu anggota Damkar adalah laki-laki.

Faktor lainnya yaitu faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial dan juga pola pengasuhan

dalam keluarga dapat memengaruhi motivasi prososial yang muncul. Dilihat dari pola asuh dalam

keluarga, Ronald Cohen (1972) mengatakan bahwa sosialisasi dalam keluarga mengenai perilaku

prososial dapat mendukung perkembangan dari salah satu jenis motivasi prososial dan

menghambat perkembangan jenis motivasi yang lain. Tingkah laku prososial akan berkembang

melalui respon atau feedback yang diberikan oleh orang terdekatnya yaitu orangtuanya sehingga

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha prososial dengan menggunakan hadiah yang bersifat materi dan berasal dari luar (external material

reward), akan menimbulkan ipsocentric motivation. Disisi lain, individu yang diberikan informasi

mengenai efek sosial dari tindakan mereka, meskipun tanpa adanya external material reward,

intrinsic prosocial motivation akan berkembang. Selanjutnya, motivasi inilah yang dapat terus

berkembang pada diri individu (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Faktor eksternal lainnya, yaitu lingkungan sosial memiliki pengaruh dengan adanya kontak

yang dilakukan berkali-kali dan feedback dari lingkungan sosial mengenai akibat dari perilaku

individu, dimana dengan adanya kontak dan feedback akan mengakibatkan intrinsic prososial

motivation menjadi berkembang pada diri individu. Adanya kontak yang dilakukan berkali-kali

akan menghasilkan peningkatan kesukaan pada obyek tersebut. Dengan kata lain, interaksi dengan

lingkungan sosial menghasilkan emosi positif. Emosi positif ini merupakan bukti dari

perkembangan kognitif sehingga individu yang melakukan kontak berkali-kali dan feedback

berkesempatan untuk memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik tentang orang lain yang

akan membuat individu memiliki pengetahuan informasi yang cukup untuk mengenali kebutuhan

orang yang dibantu (Janusz Reykowski dalam Eisenberg, 1982).

Selain itu, lingkungan sosial juga berpengaruh dalam perkembangan motivasi prososial

dalam diri individu, dengan adanya rasa konformitas individu dengan kelompoknya. Di dalam

penelitian H. Paspalanowa (1979), ia menemukan bahwa subyek yang diklasifikasikan dengan

menggunakan teknik peer-nomination sebagai kelompok prososial pada faktanya bergantung pada

ekspektasi dari lingkungan sosial. Mereka melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok tersebut.

Ditemukan juga bahwa sikap individu terhadap orang yang asing bergantung pada norma

kelompok. Mereka dapat berperilaku menolong jika hal ini diharapkan oleh kelompok dan dapat

juga sangat tidak menolong jika kelompok tidak peduli pada orang asing tersebut. Oleh karena itu,

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha lingkungannya (Eisenberg, 1982). Dalam hal ini, anggota Damkar dipengaruhi oleh kelompoknya

di dalam pemadam kebakaran dimana mereka memang memiliki tujuan untuk membantu

orang-orang dari bencana kebakaran.

(25)
(26)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Tindakan anggota Damkar dalam menolong korban musibah kebakaran di Kota Cimahi

dilandasi oleh motivasi prososial.

2. Motivasi prososial yang ditampilkan oleh anggota Damkar Kota Cimahi dapat dibedakan ke

dalam tiga jenis motivasi, yaitu

- Ipsocentric Motivation, yaitu anggota Damkar dipengaruhi oleh adanya reward atau

keuntungan personal dalam menolong korban kebakaran;

- Endocentric Motivation, yaitu anggota Damkar dipengaruhi oleh adanya norma-norma

dan aturan-aturan dalam menolong korban kebakaran,dan

- Intrinsic Prosocial Motivation, yaitu anggota Damkar dipengaruhi oleh adanya empati

dalam diri seseorang terhadap penderitaan korban kebakaran.

3. Setiap anggota Damkar memiliki ketiga jenis motivasi prososial, namun perbedaannya adalah

motivasi prososial mana yang dominan dalam diri anggota Damkar.

4. Motivasi prososial dapat dilihat melalui aspek yang membentuknya, yaitu kondisi awal yang

mendahuluinya, perkiraan hasil yang diharapkan, kondisi yang memfasilitasi, kondisi yang

menghalangi, dan karakteristik kualitas dari tindakan yang dilakukan.

5. Motivasi prososial anggota Damkar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (usia)

(27)

55

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan pengolahan data mengenai jenis

motivasi prososial pada anggota Pemadam Kebakaran Kota Cimahi, dapat ditarik simpulan

sebagai berikut :

1. Sebagian besar anggota Pemadam Kebakaran Kota Cimahi memiliki Jenis Intrinsic Prosocial Motivation sebagian kecil anggota Pemadam memiliki jenis Endocentric

Motivation dan tidak ada satupun anggota Pemadam Kebakaran Kota Cimahi yang

memiliki jenis Ipsosentric Motivation.

2. Proses yang paling menonjol pada anggota Damkar Intrinsic Prosocial Motivation ialah proses karakteristik kualitas tindakan yaitu 84,6%.

3. Proses yang paling menonjol pada anggota Damkar Endocentric Motivation ialah proses kondisi awal yang mendahului dan perkiraan hasil yang diharapkan yaitu

81,8%.

4. Faktor yang memiliki kecenderungan keterkaitan dengan terbentuknya Intrinsic Prosocial Motivation pada anggota Pemadam Kebakaran Kota Cimahi adalah faktor

lingkungan sosial.

5. Faktor yang memiliki kecendrungan keterkaitan dengan terbentuknya Endocentric Motivation pada anggota Pemadam Kebakaran Kota Cimahi adalah faktor

(28)

56

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, peneliti mengajukan beberapa

saran, yaitu :

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti lanjutan mengenai motivasi prososial dengan memperluas sampel penelitian dengan menyertakan anggota Pemadam perempuan dan yang tidak turun

kelapangan.

2. Bagi peneliti lanjutan mengenai motivasi prososial dengan sampel serupa dapat menggunakan alat ukur dengan bentuk wawancara untuk menjaring proses-proses

dalam motivasi prososial.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi kepala regu anggota Damkar supaya menambahkan materi lain dalam acara pembinaan yang diadakan mengenai pengembangan empati dan kepekaan anggota

Damkar terhadap sesama anggota Damkar sehingga saat menghadapi tugas besar

semua anggota Damkar dapat bekerja bersamaan.

2. Berdasarkan data bahwa pada proses paling lemah dari anggota Damkar Intrinsic ialah perkiraan hasil yang diharapkan, maka peneliti menyarankan supaya kepala

regu menghimbau agar anggota Damkar dalam melaksanakan tugasnya lebih

spontanitas, karena hal ini akan membuat para anggota Damkar kaku dalam

(29)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI PROSOSIAL

PADA ANGGOTA PEMADAM KEBAKARAN

DI KOTA CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

RENI MARIA PANJAITAN

NRP: 0730252

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

(30)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : RENI MARIA PANJAITAN

NRP : 0730252

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, September 2016

(31)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RENI MARIA PANJAITAN

NRP : 0730252

Fakultas : Psikologi

menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI MOTIVASI PROSOSIAL PADA ANGGOTA PEMADAM KEBAKARANDI KOTA CIMAHI”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/

mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3) Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas

Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, September 2016

(32)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerahNya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial Pada Anggota Pemadam Kebakaran di Kota Cimahi.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat Sidang di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Dalam penelitian ini, peneliti menemui berbagai kendala, namun karena bantuan berbagai pihak, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Dr. Irene P. Edwina, M.Si., psikolog.

2. Robert Oloan Rajagukguk Ph.D., psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, saran, serta masukan dalam pelaksanaan penelitian ini.

3. Efnie Indrianie, M.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing pendamping, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, dorongan dan semangat dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si, psikolog selaku dosen Wali yang telah mendampingi peneliti selama berkuliah dan memberikan pengarahan untuk aktivitas perkuliahan serta banyak membantu memberikan bahan dalam penyusunan penelitian ini.

5. DR. Carolina Nitimihardjo selaku dosen yang telah banyak membantu memberikan bahan dalam penyusunan penelitian ini.

6. Dra. Sianiwati S. H, M. Si., Psikolog, selaku pengajar dosen koordinator mata kuliah Usulan Penelitian dan Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

7. Tata Usaha beserta staf yang telah memberikan informasi terkait dengan Usulan Penelitian dan telah membantu kelancaran dalam prosedur-prosedur yang harus dilalui hingga penelitian ini selesai.

8. Para petugas perpustakaan yang telah membantu dalam peminjaman buku-buku. 9. Para petugas Perlindungan Masyarakat (LINMAS) Pemkot Kota Cimahi yang

(33)

10.R. Dewi Martiati S, ST selaku humas UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi serta Anggota Pemadam Kebakaran Lainnya yang telah membantu perizinan dan pengumpulan informasi dan menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Papa dan mama yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta doanya, yang selalu memberikan memotivasi untuk menjadi kuat.

12.Kakak – kakakku dan adik – adikku serta keponakanku yang selalu memberikan semangat selama penyusunan penelitian ini.

13.Rissa, Nesia, Acha, Eva, Garung, Ira, Pipit, Ian, Yonathan, Sitha yang telah memberikan semangat dan menjadi teman seperjuangan mengerjakan penelitian. 14.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan secara satu per

satu.

Bandung, September 2016

(34)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, John W. 1964. An Introduction To Motivation. Canada: D. Van Nostrand Company. Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2003. Adolescence : Perkembangan Remaja. Edisi 6. Jakarta : Erlangga.

(35)

58

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Damkar Kota Cimahi. 2013 (http://www.Damkar.cimahikota.co.id, diakses pada tahun 2013). Sarwono, Agus (2011). Peningkatan Layanan Pemadam Kebakaran Pada Masyarakat Yang

Membutuhkan. (http://www.pemadam.com, diakses pada tanggal 6 November 2013). Susanto. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Prososial Pada Pembimbing Pendalaman

Alkitab Di Persekutuan “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Tim Penyusun Psikologi. (2010). Panduan Penelitian Skripsi Sarjana Edisi Revisi. Bandung: Fakultas Psikologi Maranatha.

Tim Wikipedia Indonesia (2010). Unit Pemadam Kebakaran Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/unitpemadamkebakaranindonesia, diakses 9 November 2013)

Gambar

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Motivasi Prososial Dengan Faktor

Referensi

Dokumen terkait

Waktu migrasi yang diperoleh dari log adalah 41 menit 55 detik dengan hasil sukses migrasi, namun video ini mengalami error sehingga hasil render tersebut

Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan cross check terhadap pertanyaan persepsian melalui pertanyaan terbuka seperti berapa jumlah alat transaksi yang digunakan,

Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang teknologi informasi dan komunikasi mampu menghilangkan batas ruang, waktu dan tempat. Setiap orang bisa berpindah tempat

Selain mempertahankan alangkah lebih baik juga terus dilakukan peningkatan dalam segi kualitas dengan memasukkan fitur yang menjadi pembeda seperti user interface

Setiyaningrum, Ari (2013) Peran Dimensi-Dimensi Country Of Origin (COO), Consumer Ethnocentrism, dan Keterlibatan Produk Pada Niat Beli Konsumen Terhadap

L Jelaskan bagaimana cara kerja wawancara mendalam dan wawancara terstrukrur dalam penelitian

Islam terhadap model hipotetik konseling kesehatan mental.. berdasarkan teori transformasi ruhani Ibn. Qayyim al-Jauziyah. menunjukan bahwa model yang dikembangkan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana