• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Tata Letak Fasilitas, Lingkungan Fisik dan K3 Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Restoran 'X' Di Bandung).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis dan Perancangan Fasilitas Fisik, Tata Letak Fasilitas, Lingkungan Fisik dan K3 Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Restoran 'X' Di Bandung)."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Saat ini perkembangan industri yang sangat tinggi menyebabkan munculnya kondisi persaingan yang sangat ketat. Hal ini pula yang dialami oleh perusahaan seperti restoran yang ingin mengembangkan usahanya. Restoran “X” merupakan restoran yang bergerak di bidang makanan western food seperti steak

dan spaghetti yang dikelola oleh Bapak Moh. Fatori di Bandung tepatnya berada

di Jalan Sulanjana No.9. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan maka Restoran “X” ini harus meningkatkan kualitas pelayanannya dengan cara memperbaiki kenyamanan kondisi dalam restoran. Pada restoran ini terdapat beberapa masalah yaitu konsumen merasa tidak nyaman saat menunggu dan saat makan di ruang makan yang disebabkan oleh fasilitas fisik yang tidak sesuai. Selain itu, ukuran dan bentuk fasilitas fisik pada dapur yang tidak sesuai, sehingga mengganggu kinerja dan juga keamanan pekerja. Lingkungan restoran pada saat ini juga kurang memadai untuk beraktivitas, baik dari segi pencahayaan, suhu dan kelembaban, ventilasi dan sirkulasi udara, warna, bau-bauan, dan kebisingan.

Tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data yang dimulai dari data awal perusahaan, dimensi fasilitas fisik aktual, ukuran tata letak fasilitas aktual, lingkungan fisik serta data mengenai penerapan K3 pada restoran. Kemudian dilakukan pengolahan data pada data yang telah dikumpulkan yaitu dengan cara menghitung kesesuaian dimensi fasilitas fisik dengan data antropometri, kesesuaian tata letak fasilitas dari segi ergonomi, kesesuaian lingkungan fisik dari segi ergonomi dan faktor K3 dalam mencegah dan menanggulangi kecelakaan yang telah terjadi serta yang berkemungkinan terjadi.

Dari hasil pengolahan data tersebut maka dilakukan analisis mengenai kesesuaian antara kondisi aktual dengan kondisi yang lebih baik dari segi ergonomi. Analisis yang dilakukan pada dimensi fasilitas fisik diperoleh bahwa dimensi fasilitas fisik aktual belum sesuai dengan data antropometri, sedangkan untuk tata letak fasilitas juga belum sesuai dari segi ergonomi dikarenakan ukuran gang yang tidak sesuai. Selain itu untuk lingkungan fisik juga termasuk belum sesuai karena lingkungan fisik saat ini memberikan kesan panas dan kurang terang baik di ruang makan maupun di ruang dapur.

(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1-1 1.2 Identifikasi Masalah ... 1-2 1.3 Batasan Masalah dan Asumsi ... 1-3 1.4 Perumusan Masalah ... 1-4 1.5 Tujuan Penelitian ... 1-5 1.6 Sistematika Penulisan ... 1-5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Judul Halaman

2.3.1 Pengertian Persentil ... 2-7 2.3.2 Prinsil Pemakaian Persentil ... 2-8 2.4 Perancangan ... 2-8 2.4.1 Pengertian Perancangan ... 2-8 2.4.2 Prosedur Perancangan ... 2-9 2.4.3 Karakteristik Perancangan ... 2-9 2.4.4 Karakteristik Perancang ... 2-10 2.4.5 Analisis Perancangan ... 2-10 2.4.5.1 Analisis Desain ... 2-10 2.4.5.2 Analisis Nilai ... 2-11 2.4.5.3 Tahapan Perancangan ... 2-12 2.5 Lingkungan Fisik ... 2-13 2.5.1 Pencahayaan ... 2-13 2.5.2 Suhu dan Kelembaban ... 2-15 2.5.3 Ventilasi dan Sirkulasi Udara ... 2-17 2.5.4 Bau- bauan ... 2-17 2.5.5 Warna ... 2-18 2.5.6 Kebisingan ... 2-18 2.6 Metode Konsep Penilaian (Concept Scoring) ... 2-20 2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 2-22 2.7.1 Filosofi dan Pengertian K3 ... 2-22 2.7.2 Pencegahan Kecelakaan dan Penanggulangan Kecelakaan . 2-22 2.7.3 Spesifikasi Kotak P3K ... 2-22 2.7.4 Spesifikasi Fire Extinguisher ... 2-23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Judul Halaman

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Data Umum Perusahaan ... 4-1 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 4-1 4.1.2 Jam Kerja... 4-1 4.1.3 Struktur Organisasi ... 4-2 4.2 Data Fasilitas Fisik di Restoran ... 4-3 4.3 Data Tata Letak Fasilitas di Restoran... 4-10 4.4 Data Lingkungan Fisik di Restoran ... 4-12 4.4.1 Pencahayaan ... 4-12 4.4.2 Suhu dan Kelembaban ... 4-13 4.4.3 Ventilasi dan Sirkulasi Udara ... 4-14 4.4.4 Bau-bauan... 4-15 4.4.5 Warna ... 4-16 4.4.6 Kebisingan ... 4-16 4.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Restoran ... 4-17 BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Judul Halaman

BAB 6 PERANCANGAN DAN USULAN

6.1 Perancangan Fasilitas Fisik ... 6-1 6.1.1 Produk Meja Makan ... 6-1 6.1.2 Produk Kursi Makan ... 6-12 6.1.3 Produk Kursi Tunggu ... 6-26 6.1.4 Produk Meja Persiapan Bahan ... 6-39 6.1.5 Produk Meja Persiapan Minum ... 6-55 6.1.6 Produk Meja Kompor ... 6-73 6.1.7 Produk Meja Kasir ... 6-87 6.2 Perancangan Tata Letak Fasilitas ... 6-90 6.3 Usulan Dari Segi Lingkungan Fisik ... 6-106

6.3.1 Pencahayaan ... 6-106 6.3.2 Suhu dan Kelembaban ... 6-109 6.3.3 Ventilasi dan Sirkulasi Udara ... 6-111 6.3.4 Bau-bauan... 6-112 6.3.5 Warna ... 6-112 6.3.6 Kebisingan ... 6-113 6.4 Usulan Dari Segi Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 6-115

6.4.1 Usulan Pencegahan Untuk Meminimasi Terjadinya

Kecelakaan Kebakaran ... 6-115 6.4.2 Usulan Pencegahan Untuk Meminimasi Terjadinya

Kecelakaan Tangan Tergores Saat Mempersiapkan

Bahan ... 6-116 6.4.3 Usulan Penanggulangan Untuk Kecelakaan

Kebakaran di Dapur ... 6-117 6.4.4 Usulan Penanggulangan Untuk Kecelakaan Tangan

(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI (Lanjutan)

Judul Halaman

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 7-1 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Saat ini ... 7-1 7.1.2 Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Yang Lebih Baik ... 7-1 7.1.3 Kondisi Tata letak Fasilitas di Restoran Saat ini... 7-7 7.1.4 Kondisi Tata letak Fasilitas di Restoran Yang Lebih Baik .. 7-8 7.1.5 Kondisi Lingkungan Fisik di Restoran Saat ini ... 7-11 7.1.6 Kondisi Lingkungan Fisik di Restoran Yang Lebih Baik .... 7-12 7.1.7 Kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Restoran

Saat ini ... 7-13 7.1.8 Kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Restoran

Yang Lebih Baik ... 7-13 7.2 Saran ... 7-14 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Data Antropometri Dimensi Tubuh Masyarakat 2-6 Indonesia

2.2 Pemandu untuk Kadar Cahaya 2-14

2.3 Table WRKSTN-D5: Recommended aillumination 2-14

Levels for Interior

2.4 Efek Psikologi dari Warna 2-18

2.5 Klasifikasi Kebisingan 2-19

2.6 Batas Kebisingan yang Diijinkan 2-20

2.7 Concept Scoring 2-20

2.8 Rekomendasi Isi Minimum Kotak P3K 2-23

2.9 Jenis Media Pemadam dan Aplikasinya 2-24

4.1 Spesifikasi Produk Meja Makan 4-3

4.2 Spesifikasi Produk Meja Makan Besar 4-4

4.3 Spesifikasi Produk Kursi Makan 4-5

4.4 Spesifikasi Produk Kursi Tunggu 4-6

4.5 Spesifikasi Produk Meja Persiapan Bahan 4-7 4.6 Spesifikasi Produk Meja Persiapan Minum 4-8

4.7 Spesifikasi Produk Meja Kompor 4-9

4.8 Ukuran Layout di Restoran 4-10

4.9 Data Lingkungan Fisik – Pencahayaan 4-13

4.10 Data Lingkungan Fisik – Suhu dan Kelembaban 4-14

4.11 Data Lingkungan Fisik – Kebisingan 4-17

5.1 Tabel Ringkasan Data Antropometri Masyarakat 5-2 Indonesia untuk Pria dan Wanita

5.2 Tabel Ringkasan Data Antropometri Masyarakat 5-3 Indonesia untuk Pria

5.3 Antropometri Produk Meja Makan 5-7

(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

Tabel Judul Halaman

5.5 Antropometri Produk Kursi Makan 5-13

5.6 Antropometri Produk Kursi Tunggu 5-16

5.7 Antropometri Produk Meja Persiapan Bahan 5-21 5.8 Antropometri Produk Meja Persiapan Minum 5-26

5.9 Antropometri Produk Meja Kompor 5-30

5.10 Pengolahan Data Pencahayaan 5-33

5.11 Pengolahan Data Suhu (°F) dan Kelembaban (%) 5-42

5.12 Pengolahan Data Kebisingan 5-62

6.1 Spesifikasi Meja Makan Alternatif 1 6-1

6.2 Dimensi Produk Meja Makan Alternatif 1 6-3

6.3 Spesifikasi Meja Makan Alternatif 2 6-4

6.4 Dimensi Produk Meja Makan Alternatif 2 6-6

6.5 Spesifikasi Meja Makan Alternatif 3 6-7

6.6 Dimensi Produk Meja Makan Alternatif 3 6-9

6.7 Concept Scoring Meja Makan 6-11

6.8 Spesifikasi Kursi Makan Alternatif 1 6-12

6.9 Dimensi Produk Kursi Makan Alternatif 1 6-15

6.10 Spesifikasi Kursi Makan Alternatif 2 6-16

6.11 Dimensi Produk Kursi Makan Alternatif 2 6-19

6.12 Spesifikasi Kursi Makan Alternatif 3 6-20

6.13 Dimensi Produk Kursi Makan Alternatif 3 6-23

6.14 Concept Scoring Kursi Makan 6-25

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

Tabel Judul Halaman

6.19 Spesifikasi Kursi Tunggu Alternatif 3 6-34 6.20 Dimensi Produk Kursi Tunggu Alternatif 3 6-36

6.21 Concept Scoring Kursi Tunggu 6-38

6.22 Spesifikasi Meja Persiapan Bahan Alternatif 1 6-39 6.23 Dimensi Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 1 6-42 6.24 Spesifikasi Meja Persiapan Bahan Alternatif 2 6-43 6.25 Dimensi Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 2 6-46 6.26 Spesifikasi Meja Persiapan Bahan Alternatif 3 6-47 6.27 Dimensi Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 3 6-51 6.28 Concept Scoring Produk Meja Persiapan Bahan 6-53 6.29 Spesifikasi Meja Persiapan Minum Alternatif 1 6-55 6.30 Dimensi Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 1 6-59 6.31 Spesifikasi Meja Persiapan Minum Alternatif 2 6-60 6.32 Dimensi Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 2 6-64 6.33 Spesifikasi Meja Persiapan Minum Alternatif 3 6-65 6.34 Dimensi Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 3 6-69 6.35 Concept Scoring Produk Meja Persiapan Minum 6-71

6.36 Spesifikasi Meja Kompor Alternatif 1 6-73

6.37 Dimensi Produk Meja Kompor Alternatif 1 6-76

6.38 Spesifikasi Meja Kompor Alternatif 2 6-77

6.39 Dimensi Produk Meja Kompor Alternatif 2 6-80

6.40 Spesifikasi Meja Kompor Alternatif 3 6-81

6.41 Dimensi Produk Meja Kompor Alternatif 3 6-84

6.42 Concept Scoring Produk Meja Kompor 6-86

6.43 Spesifikasi Meja Kasir 6-87

6.44 Dimensi Produk Meja Kasir 6-89

(10)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Antropometri Tubuh Manusia 2-7

2.2 Grafik Hubungan Antara Suhu dan Kelembaban 2-16

3.1 Metodologi Penelitian 3-1

4.1 Struktur Organisasi 4-2

4.2 Produk Meja Makan 4-3

4.3 Produk Meja Makan Besar 4-4

4.4 Produk Kursi Makan 4-5

4.5 Produk Kursi Tunggu 4-6

4.6 Produk Meja Persiapan Bahan 4-7

4.7 Produk Meja Persiapan Minum 4-8

4.8 Produk Meja Kompor 4-9

4.9 Layout Keseluruhan 4-11

5.1 Layout Restoran “X” Aktual 5-32

(11)

xvii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

Gambar Judul Halaman

5.17 Suhu dan Kelembaban Pada Daerah Titik 16 5-58 5.18 Suhu dan Kelembaban Pada Daerah Titik 17 5-59 5.19 Suhu dan Kelembaban Pada Daerah Titik 18 5-60 5.20 Suhu dan Kelembaban Pada Daerah Titik 19 5-61 5.21 Fishbone Diagram Kasus Kebakaran di Dapur 5-65 5.22 Fishbone Diagram Kasus Tangan Tergores Saat 5-66

Mempersiapkan Bahan

6.1 Produk Meja Makan Alternatif 1 6-2

6.2 Produk Meja Makan Alternatif 2 6-4

6.3 Produk Meja Makan Alternatif 3 6-7

6.4 Penataan Produk Meja Makan 6-11

6.5 Produk Kursi Makan Alternatif 1 6-13

6.6 Produk Kursi Makan Alternatif 2 6-17

6.7 Produk Kursi Makan Alternatif 3 6-21

6.8 Produk Kursi Tunggu Alternatif 1 6-27

6.9 Produk Kursi Tunggu Alternatif 2 6-31

6.10 Produk Kursi Tunggu Alternatif 3 6-34

6.11 Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 1 6-40 6.12 Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 2 6-44 6.13 Produk Meja Persiapan Bahan Alternatif 3 6-48

6.14 Penataan Produk Meja Persiapan Bahan 6-54

6.15 Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 1 6-56 6.16 Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 2 6-61 6.17 Produk Meja Persiapan Minum Alternatif 3 6-66 6.18 Penataan Produk Meja Persiapan Minum 6-72

6.19 Produk Meja Kompor Alternatif 1 6-73

6.20 Produk Meja Kompor Alternatif 2 6-77

(12)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

Gambar Judul Halaman

6.22 Penataan Produk Meja Kompor 6-87

6.23 Produk Meja Kasir 6-88

6.24 Layout Restoran Alternatif 1 6-90

6.25 Layout Restoran Alternatif 2 6-93

6.26 Layout Restoran Alternatif 3 6-96

6.27 Layout Restoran Alternatif 4 6-99

6.28 Layout Restoran Alternatif 5 6-102

6.29 Contoh Produk Lampu Neon Panjang Warna Putih 6-107 6.30 Contoh Produk Meja Persiapan Bahan yang 6-108

Dipasang Lampu

6.31 Contoh Produk Meja Persiapan Minum yang 6-108 Dipasang Lampu

6.32 Contoh Produk Kipas Angin Langit- Langit 6-109

6.33 Contoh Produk Air Conditioner 6-110

6.34 Contoh Produk Exhaust Fan 6-110

6.35 Layout Fasilitas Fisik Untuk Lingkungan Fisik 6-114

7.1 Alternatif Produk Meja Makan Terpilih 7-2

(13)

xix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

L-1 Gambar Teknik Meja Makan Aktual L-2 Gambar Teknik Meja Makan Besar Aktual L-3 Gambar Teknik Kursi Makan Aktual L-4 Gambar Teknik Kursi Tunggu Aktual

L-5 Gambar Teknik Meja Persiapan Bahan Aktual L-6 Gambar Teknik Meja Persiapan Minum Aktual L-7 Gambar Teknik Meja Kompor Aktual

L-8 Gambar Teknik Meja Makan Alternatif 1 L-9 Gambar Teknik Meja Makan Alternatif 2 L-10 Gambar Teknik Meja Makan Alternatif 3 L-11 Gambar Teknik Penataan Meja Makan Terpilih L-12 Gambar Teknik Kursi Makan Alternatif 1 L-13 Gambar Teknik Kursi Makan Alternatif 2 L-14 Gambar Teknik Kursi Makan Alternatif 3 L-15 Gambar Teknik Kursi Tunggu Alternatif 1 L-16 Gambar Teknik Kursi Tunggu Alternatif 2 L-17 Gambar Teknik Kursi Tunggu Alternatif 3

L-18 Gambar Teknik Meja Persiapan Bahan Alternatif 1 L-19 Gambar Teknik Meja Persiapan Bahan Alternatif 2 L-20 Gambar Teknik Meja Persiapan Bahan Alternatif 3 L-21 Gambar Teknik Penataan Meja Persiapan Bahan Terpilih L-22 Gambar Teknik Meja Persiapan Minum Alternatif 1 L-23 Gambar Teknik Meja Persiapan Minum Alternatif 2 L-24 Gambar Teknik Meja Persiapan Minum Alternatif 3 L-25 Gambar Teknik Penataan Meja Persiapan Minum Terpilih L-26 Gambar Teknik Meja Kompor Alternatif 1

(14)

xx

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN (Lanjutan)

Lampiran Judul

(15)

1 – 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang ini, perkembangan industri yang sangat tinggi menyebabkan munculnya kondisi persaingan yang sangat ketat. Hal ini pula yang dialami oleh perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan daya saingnya dari segala aspek, termasuk pelayanan kepada konsumen. Pelayanan kepada konsumen sendiri dapat dilakukan dengan memenuhi kepuasan konsumen dalam hal kenyamanan yang dirasakan konsumen.

Persaingan antara pengusaha restoran pada saat ini semakin banyak ditemui di masyarakat. Oleh karena itu, selain membutuhkan kualitas produk yang terjamin, juga dibutuhkan fasilitas fisik, tata letak fisik dan lingkungan fisik yang mendukung. Dengan melakukan analisis terhadap faktor-faktor tersebut yang dilihat dari sudut pandang ergonomi maka dapat diusulkan fasilitas fisik, tata letak fasilitas, dan lingkungan fisik yang lebih baik, sehingga dengan ini dapat meningkatkan kepuasan pelayanan terhadap konsumen dan dapat bersaing dengan restoran yang lain.

Restoran “X” merupakan restoran yang bergerak dibidang makanan

western food seperti steak dan spaghetti. Restoran ini dikelola oleh Bapak

Moh. Fatori yang juga sekaligus koki dari Restoran “X” ini dengan konsep restoran seperti fastfood, sehingga konsumen tidak perlu menunggu hidangannya terlalu lama. Restoran ini berdiri pada tahun 2000 yang awalnya bermula dari tempat makan kaki lima.

(16)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 2

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha ada di ruang makan, sehingga terasa sempit dan tidak leluasa saat makan, serta lingkungan yang terasa panas. Hal ini disebabkan oleh beberapa kelemahan pada restoran yaitu fasilitas fisik, tata letak fasilitas dan lingkungan fisik yang masih kurang mendukung. Selain dari segi konsumen, terdapat juga beberapa masalah yang dialami oleh pekerja yaitu kurang leluasa saat beraktivitas dan kesulitan dalam menyiapkan makanan dan minuman karena fasilitas fisik pada ruang dapur yang kurang mendukung seperti meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja persiapan kompor.

Pada penelitian ini akan melakukan perancangan ulang terhadap fasilitas fisik pada restoran serta tata letak fasilitas restoran. Selain itu, penulis juga mencoba memberikan usulan terhadap lingkungan fisik dan K3 pada restoran, sehingga memberikan kenyamanan maksimum kepada konsumen dan juga pekerja pada Restoran “X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang diidentifikasikan adalah bahwa keinginan Restoran “X” untuk meningkatkan fasilitas fisik, tata letak fasilitas, kenyamanan lingkungan kerja serta lingkungan sekitar, berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab dari masalah tersebut:

1. Meja makan, kursi makan, dan kursi tunggu yang kurang memadai, sehingga tidak nyaman digunakan oleh konsumen.

2. Meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor yang kurang mendukung pekerjaan pekerja, sehingga pekerja kesulitan dalam mempersiapkan makanan dan minuman.

3. Tata letak fasilitas yang kurang memadai, sehingga kurang nyaman bagi konsumen dan karyawan dalam melakukan aktivitas baik di ruang makan maupun di ruang dapur.

(17)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 3

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kurang diperhatikan, sehingga

kurang aman bagi pekerja maupun konsumen.

1.3 Batasan Masalah dan Asumsi Batasan Masalah:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada fasilitas fisik seperti meja makan, kursi makan, kursi tunggu, meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor.

2. Waktu pengambilan data untuk lingkungan fisik dilakukan dalam 1 hari pada 4 zona waktu yaitu:

• 14.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam setelah restoran mulai persiapan,

• 16.30 WIB yaitu waktu dimana restoran mulai menerima konsumen,

• 19.00 WIB yaitu waktu dimana kondisi restoran ramai, dan • 21.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam sebelum restoran tutup. 3. Lingkungan fisik yang akan dibahas dibatasi hanya meliputi

pencahayaan, suhu dan kelembaban, ventilasi dan sirkulasi udara, warna, bau-bauan, dan kebisingan.

4. Panjang adalah jarak yang diukur secara horisontal tegak lurus dengan dada dilihat dari depan.

5. Lebar adalah jarak yang diukur secara horisontal sejajar dengan dada dilihat dari depan.

6. Tinggi adalah jarak yang diukur secara vertikal dengan bidang yang diamati dilihat dari depan.

7. Digunakan 5% untuk persentil minimum, 50% untuk persentil rata-rata, dan 95% untuk persentil maksimum.

(18)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 4

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha Asumsi:

1. Data antropometri yang digunakan diambil dari buku ergonomi dengan judul “Konsep Dasar dan Aplikasinya”, karangan Eko Nurmianto Ir, M. Eng.,Sc., DERT mewakili data antropometri yang dipakai.

2. Besarnya kelonggaran yang digunakan untuk pakaian 2,00 cm. 3. Besarnya kelonggaran yang digunakan untuk sepatu 3,00 cm.

4. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian depan dan belakang 5,00 cm.

5. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian kiri dan kanan 10,00 cm.

6. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian atas 10,00 cm.

1.4 Perumusan Masalah

Berikut adalah perumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis setelah mengidentifikasi dan membatasi masalah, yaitu:

1. Bagaimana keadaan fasilitas fisik aktual? 2. Bagaimana keadaan tata letak fasilitas aktual? 3. Bagaimana keadaan lingkungan fisik aktual?

4. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada lingkungan aktual?

5. Bagaimana fasilitas fisik usulan yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi?

6. Bagaimana tata letak usulan yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi?

7. Bagaimana lingkungan fisik usulan yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi?

(19)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 5

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penulis melakukan penelitian, yaitu:

1. Mengetahui dan menganalisis fasilitas fisik aktual di restoran “X”. 2. Mengetahui dan menganalisis tata letak fasilitas aktual di restoran

“X”.

3. Mengetahui dan menganalisis keadaan lingkungan fisik aktual di restoran “X”.

4. Mengetahui dan menganalisis keselamatan dan kesehatan kerja aktual di restoran “X”.

5. Memberikan usulan fasilitas fisik yang baik bila ditinjau dari sudut pandang ergonomi.

6. Memberikan usulan tata letak fasilitas yang baik bila ditinjau dari sudut pandang ergonomi.

7. Memberikan usulan lingkungan fisik yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi.

8. Memberikan usulan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi.

1.6 Sistematika Penulisan

Berikut adalah susunan laporan tugas akhir: BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab 1 ini, berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

(20)

Bab 1 Pendahuluan 1 - 6

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha yang digunakan. Teori yang digunakan berupa Anthropometry Measurement, lingkungan fisik, dan teori-teori lainnya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab 3 ini, berisi mengenai langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun laporan dari awal sampai akhir. Selain itu berisi langkah-langkah dari metode yang akan digunakan.

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

Pada bab 4 ini, berisi mengenai data-data yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian, seperti data antropometri, ukuran layout, dan lain-lain.

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Pada bab 5 ini, berisi mengenai pengolahan-pengolahan yang dilakukan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan serta data-data yang telah dianalisis setelah kita mengolahnya sebelumnya. Hal ini dilakukan agar dapat diperoleh suatu kesimpulan.

BAB 6 PERANCANGAN DAN USULAN

Pada bab 6 ini, berisi mengenai produk yang akan dirancang atau diusulkan beserta dengan analisis alasannya.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

7 - 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

7.1.1. Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Saat ini

Kondisi aktual dari fasilitas fisik di Restoran “X” ini jika dilihat dari segi antropometri, maka terdapat banyak kekurangan dimana banyak fasilitas fisik yang tidak memenuhi dari segi antropometri. Fasilitas fisik dalam restoran di kelompokkan menjadi 2 jenis yaitu fasilitas fisik pada ruang makan dan fasilitas fisik pada ruang dapur. Untuk fasilitas fisik di ruang makan yaitu meja makan, kursi makan dan kursi tunggu yang tidak sesuai, sehingga konsumen menjadi tidak nyaman. Sedangkan untuk fasilitas fisik di ruang dapur yaitu meja persiapan bahan, meja persiapan minum dan meja kompor yang masih tidak sesuai, sehingga menghambat kinerja pekerja.

7.1.2. Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Yang Lebih Baik

Dengan adanya fasilitas fisik yang belum memadai dari segi antropometri ini, maka dibutuhkan perancangan fasilitas fisik yang baik untuk dapat menunjang kenyamanan manusia dalam beraktivitas di Restoran “X” ini.

(22)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 2

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 1. Meja Makan

Gambar 7.1

Alternatif Produk Meja Makan Terpilih

(23)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 3

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 2. Kursi Makan

Gambar 7.2

Alternatif Produk Kursi Makan Terpilih

(24)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 4

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 3. Kursi Tunggu

Gambar 7.3

Alternatif Produk Kursi Tunggu Terpilih

(25)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 5

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 4. Meja Persiapan Bahan

Gambar 7.4

Alternatif Produk Meja Persiapan Bahan Terpilih

Produk meja persiapan bahan ini merupakan meja persiapan bahan alternatif yang terpilih berdasarkan nilai Concept Scoring

terbesar. Desain meja persiapan bahan ini dapat digunakan oleh 1 orang pekerja dengan bentuk persegi panjang yang memiliki ukuran panjang 180,00 cm, panjang rak 50,00 cm, lebar 70,00 cm, lebar rak 30,00 cm, tinggi keseluruhan 185,00 cm, tinggi dari lantai ke dasar meja 90,00 cm, tinggi dari dasar lantai ke rak 1 120,00 cm, tinggi dari dasar lantai ke rak 2 150,00 cm, panjang

handle 10,00 cm, dan lebar handle 4,00 yang sudah sesuai

(26)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 6

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 5. Meja Persiapan Minum

Gambar 7.5

Alternatif Produk Meja Persiapan Minum Terpilih

Produk meja persiapan minum ini merupakan meja persiapan minum alternatif yang terpilih berdasarkan nilai Concept Scoring

(27)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 7

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 6. Meja Kompor

Gambar 7.6

Alternatif Produk Meja Kompor Terpilih

Produk meja kompor ini merupakan meja kompor alternatif yang terpilih berdasarkan nilai Concept Scoring terbesar. Desain meja kompor ini dapat digunakan oleh 1 orang pekerja dengan bentuk L yang memiliki ukuran panjang I meja 190,00 cm, panjang II meja 65,00 cm, lebar I meja 65,00 cm, lebar II meja 82,00 cm, dan tinggi meja 74,00 cm yang sudah sesuai dengan dimensi antropometri untuk meja kompor. Meja kompor ini terbuat dari bahan keramik kerena bahan keramik lebih kokoh dan kuat, sehingga bisa menahan beban dan tekanan dari berat kompor, berat panci, dan semua alat yang akan digunakan untuk mempersiapkan makanan.

7.1.3. Kondisi Tata Letak Fasilitas di Restoran Saat ini

(28)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 8

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 7.1.4. Kondisi Tata Letak Fasilitas di Restoran Yang Lebih Baik

Berikut ini adalah alternatif dari tata letak fasilitas di restoran yang lebih baik berdasarkan nilai terbesar dari Concept Scoring:

Skala = 1:100 P2 = Panjang II meja

Warna Lantai

(29)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 9

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha Hal-hal yang diperbaiki pada tata letak fasilitas restoran ini adalah sebagai berikut:

1. Semua fasilitas fisik ruang makan yang digunakan sudah sesuai dengan dimensi antropometri, sehingga konsumen bisa merasa nyaman.

2. Semua fasilitas fisik ruang dapur yang digunakan sudah sesuai dengan dimensi antropometri, sehingga pekerja bisa nyaman dalam menggunakannya.

3. Tata letak berdasarkan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan fasilitas fisik.

4. Ukuran gang yang sesuai untuk manusia beraktivitas ( bisa dilalui oleh 2 orang).

5. Adanya pintu antara ruang makan dan dapur untuk menghindari asap masakan masuk ke ruang makan.

(30)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 10

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha

Skala = 1:100

Warna Kursi M ak an

4

Warna M ej a Pers iapan Bahan

180 Warna Kursi M ak an A lternatif 2

172

5

0

Gambar 7.8

(31)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 11

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha Hal-hal yang menjadi kelebihan dan yang diperbaiki pada tata letak fasilitas restoran ini adalah sebagai berikut:

1. Semua fasilitas fisik ruang makan yang digunakan sudah sesuai dengan dimensi antropometri, sehingga konsumen bisa merasa nyaman.

2. Semua fasilitas fisik ruang dapur yang digunakan sudah sesuai dengan dimensi antropometri, sehingga pekerja bisa nyaman dalam menggunakannya.

3. Tata letak berdasarkan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan fasilitas fisik.

4. Tata letak alternatif 2 memiliki kapasitas yang lebih besar daripada kapasitas alternatif 5.

5. Adanya pintu antara ruang makan dan dapur untuk menghindari asap masakan masuk ke ruang makan.

7.1.5. Kondisi Lingkungan Fisik di Restoran Saat ini

(32)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 12

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 7.1.6. Kondisi Lingkungan Fisik di Restoran Yang Lebih Baik

Dengan kondisi lingkungan fisik yang kurang memadai ini maka dibutuhkan perbaikan berupa usulan agar lingkungan fisik bisa mendukung semua aktivitas yang berlangsung pada restoran baik untuk konsumen maupun untuk pekerja. Berikut ini adalah usulan untuk lingkungan fisik pada restoran yaitu:

1. Untuk ruang makan

a. Pencahayaan: menggantikan lampu yang awalnya warna

orange dan lampu yang rusak menjadi 5 buah lampu neon

warna putih ukuran 40 watt.

b. Suhu dan Kelembaban: memasang 2 buah kipas angin langit-langit pada bagian atas.

c. Ventilasi dan Sirkulasi Udara : memasang 2 buah Exhaust fan pada bagian atas ruang makan.

d. Bau-bauan : memasang 2 buah Exhaust fan pada bagian atas ruang makan.

e. Warna: menggantikan warna dinding menjadi warna putih.

2. Untuk ruang dapur

a. Pencahayaan: menambah lampu neon pada meja persiapan bahan dan minum serta lampu neon di bagian atas yang mendekati meja kompor dengan ukuran lampu 25 watt. b. Suhu dan kelembaban: memasang Exhaust fan pada bagian

atas ruang dapur.

c. Ventilasi dan Sirkulasi Udara : memasang 1 buah Exhaust fan pada bagian atas ruang dapur.

d. Bau-bauan : memasang 1 buah Exhaust fan pada bagian atas ruang dapur.

(33)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 13

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 7.1.7. Kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Restoran Saat ini

Kondisi kesehatan dan keselamatan kerja di restoran saat ini masih belum sesuai dikarenakan tidak memperhatikan kondisi kecelakaan yang berkemungkinan terjadi, sehingga tidak mempersiapkan cara pencegahan serta penanggulangan pada kecelakaan.

7.1.8. Kondisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Restoran Yang Lebih Baik

Dengan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja di restoran yang belum sesuai ini, maka berikut ini adalah beberapa usulan untuk pencegahan dan penanggulangan kecelakaan, yaitu: 1. Pencegahan Kecelakaan

a. Peletakan gas di dalam dapur harus benar (tidak dibaringkan dan tidak pada ruangan tertutup).

b. Penerangan pada ruangan harus memadai (lampu tdak menggunakan warna yang redup dan tidak membelakangi pekerja.

c. Menggunakan sarung saat mempersiapkan bahan dengan alat tajam.

2. Penanggulangan Kecelakaan

a. Menyediakan APAR kelas ABC dengan jenis media yang cocok.

(34)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7 - 14

Laporan Tugas Akhir UKM 2015 Universitas Kristen Maranatha 7.2Saran

a. Bagi Perusahaan

Diharapkan agar pemilik Restoran “X” ini dapat mempertimbangkan usulan baik untuk fasilitas fisik, tata letak fasilitas, lingkungan fisik, dan upaya kesehatan dan keselamatan kerja untuk kenyamanan dalam beraktivitas baik untuk konsumen maupun pekerja serta pemilik sendiri.

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

(35)

Analisis Dan Perancangan Fasilitas Fisik, Tata Letak Fasilitas, Lingkungan Fisik Dan K3 Ditinjau Dari Segi Ergonomi (Studi Kasus Restoran “X” di Bandung)

Analyzing and Designing Physical Facilities, Layout, Physical Environment and The Safety and Health in terms of ergonomics (Case Study at Restaurant “X” in Bandung )

Susanti, Wawan Yudiantyo, Winda Halim

Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung

E-mail: wellz_77@yahoo.com, wawany@yahoo.com, windahalim@yahoo.com

Abstrak

Restoran “X” merupakan restoran yang bergerak di bidang makanan western food seperti steak dan

spaghetti yang dikelola oleh Bapak Moh. Fatori di Bandung tepatnya berada di Jalan Sulanjana No.9. Pada restoran ini terdapat beberapa masalah yaitu konsumen merasa tidak nyaman saat menunggu dan makan yang disebabkan oleh fasilitas fisik yang tidak sesuai. Selain itu, fasilitas fisik pada dapur yang tidak sesuai, sehingga mengganggu kinerja dan juga keamanan pekerja. Lingkungan restoran pada saat ini juga kurang memadai untuk beraktivitas, baik dari segi pencahayaan, suhu dan kelembaban, ventilasi dan sirkulasi udara, warna, bau-bauan, dan kebisingan.

Perancangan dan usulan yang lebih baik dilakukan dengan menggunakan teori dan metode pada tinjauan pustaka. Hasil dari perancangan terhadap fasilitas fisik yaitu memperoleh dimensi dan bentuk meja makan, kursi makan, kursi tunggu, meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor yang lebih baik. Terhadap tata letak fasilitas menjadi lebih nyaman namun kapasitas di dalam ruang makan menjadi berkurang. Lingkungan fisik diusulkan beberapa fasilitas yang mendukung seperti lampu neon cahaya putih, memasang Exhaust fan pada ruang makan dan ruang dapur, kipas angin pada ruang makan serta mengganti warna dinding menjadi warna putih. Serta dari segi K3 pada di restoran diusulkan agar menyediakan kotak P3K, APAR jenis ABC dan sarung tangan.

Kata kunci: Fasilitas Fisik, Tata Letak Fasilitas, Lingkungan Fisik, K3, Ergonomi.

Abstract

The X restaurant is a wastern food restaurant that provide food such as steak and spaghetti. It is managed by Mr Moh. Fatori in Bandung, precisely located at Jalan Sulanjana No. 9. There are a few problem at the restaurant, such as the consumers feel uncomfortable when waiting and eating at the restaurant. It is basically caused by the inappropriate physical facility. Moreover, the physical facility of the kitchen is also inappropriate, therefore it effect the performance and the safety of the workers. The restaurant environment currently also inadequate for activity, both in terms of lighting, temperature and humidity, ventilation and air circulation, colors, odors, and noise.

A better plan and suggestion should be done by using theorities and methods in the literature. The results of the physical facility planning is the obtaining of a better dimension and shape of the dining table, dining chairs, lounge chairs, materials preparation table, drink preparation table, and table stoves.The layout of the facility become more comfortable, but the capacity in the dining room to be reduced. Several facilities such as white light fluorescent lamp, install exhaust fan in the dining room and the kitchen, ceiling fan in the dining room as well as change the wall color to white are proposed to support the physical environment. The safety and health of the restaurant worker is purpose to provide first aid box, ABC fire extinguisher and gloves.

(36)

1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Pada masa sekarang ini, perkembangan industri yang sangat tinggi menyebabkan munculnya kondisi persaingan yang sangat ketat. Hal ini pula yang dialami oleh perusahaan yang ingin mengembangkan usahanya. Setiap perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan daya saingnya dari segala aspek, termasuk pelayanan kepada konsumen. Pelayanan kepada konsumen sendiri dapat dilakukan dengan memenuhi kepuasan konsumen dalam hal kenyamanan yang dirasakan konsumen.

Persaingan antara pengusaha restoran pada saat ini semakin banyak ditemui di masyarakat. Oleh karena itu, selain membutuhkan kualitas produk yang terjamin, juga dibutuhkan fasilitas fisik, tata letak fisik dan lingkungan fisik yang mendukung. Dengan melakukan analisis terhadap faktor-faktor tersebut yang dilihat dari sudut pandang ergonomi maka dapat diusulkan fasilitas fisik, tata letak fasilitas, dan lingkungan fisik yang lebih baik, sehingga dengan ini dapat meningkatkan kepuasan pelayanan terhadap konsumen dan dapat bersaing dengan restoran yang lain.

Restoran “X” merupakan restoran yang bergerak dibidang makanan western food seperti steak dan spaghetti. Restoran ini dikelola oleh Bapak Moh. Fatori yang juga sekaligus koki dari Restoran

“X” ini dengan konsep restoran seperti fastfood, sehingga konsumen tidak perlu menunggu hidangannya terlalu lama. Restoran ini berdiri pada tahun 2000 yang awalnya bermula dari tempat makan kaki lima.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pemilik Restoran “X”, maka dapat diketahui

masalah-masalah yang dialami oleh restoran ini. Beberapa masalah yang diperoleh berdasarkan hasil observasi adalah konsumen merasa pegal saat menunggu dikarenakan kursi tunggu yang kurang nyaman, ketidaknyamanan pada meja makan dan kursi makan yang ada di ruang makan, sehingga terasa sempit dan tidak leluasa saat makan, serta lingkungan yang terasa panas. Hal ini disebabkan oleh beberapa kelemahan pada restoran yaitu fasilitas fisik, tata letak fasilitas dan lingkungan fisik yang masih kurang mendukung. Selain dari segi konsumen, terdapat juga beberapa masalah yang dialami oleh pekerja yaitu kurang leluasa saat beraktivitas dan kesulitan dalam menyiapkan makanan dan minuman karena fasilitas fisik pada ruang dapur yang kurang mendukung seperti meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja persiapan kompor.

Pada penelitian ini akan melakukan perancangan ulang terhadap fasilitas fisik pada restoran serta tata letak fasilitas restoran. Selain itu, penulis juga mencoba memberikan usulan terhadap lingkungan fisik dan K3 pada restoran, sehingga memberikan kenyamanan maksimum kepada

konsumen dan juga pekerja pada Restoran “X”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Meja makan, kursi makan, dan kursi tunggu yang kurang memadai, sehingga tidak nyaman

digunakan oleh konsumen.

2. Meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor yang kurang mendukung

pekerjaan pekerja, sehingga pekerja kesulitan dalam mempersiapkan makanan dan minuman.

3. Tata letak fasilitas yang kurang memadai, sehingga kurang nyaman bagi konsumen dan

karyawan dalam melakukan aktivitas baik di ruang makan maupun di ruang dapur.

4. Lingkungan fisik yang kurang mendukung (Suhu, Pencahayaan, Kelembaban, Sirkulasi

udara, Ventilasi udara, Warna, Bau-bauan, dan Kebisingan) baik pada ruang makan maupun di dalam dapur.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kurang diperhatikan, sehingga kurang aman bagi

(37)

1.3 Pembatasan dan Asumsi

Pembatasan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dibatasi pada fasilitas fisik seperti meja makan, kursi makan, kursi

tunggu, meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor.

2. Waktu pengambilan data untuk lingkungan fisik dilakukan dalam 1 hari pada 4 zona waktu

yaitu:

 14.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam setelah restoran mulai persiapan,

 16.30 WIB yaitu waktu dimana restoran mulai menerima konsumen,

 19.00 WIB yaitu waktu dimana kondisi restoran ramai, dan

 21.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam sebelum restoran tutup.

3. Lingkungan fisik yang akan dibahas dibatasi hanya meliputi pencahayaan, suhu dan

kelembaban, ventilasi dan sirkulasi udara, warna, bau-bauan, dan kebisingan.

4. Panjang adalah jarak yang diukur secara horisontal tegak lurus dengan dada dilihat dari

depan.

5. Lebar adalah jarak yang diukur secara horisontal sejajar dengan dada dilihat dari depan.

6. Tinggi adalah jarak yang diukur secara vertikal dengan bidang yang diamati dilihat dari

depan.

7. Digunakan 5% untuk persentil minimum, 50% untuk persentil rata-rata, dan 95% untuk

persentil maksimum.

8. Data antropometri orang dewasa yang diambil dari buku ergonomi dengan judul “Konsep Dasar dan Aplikasinya”, karangan Eko Nurmianto Ir, M. Eng.,Sc., DERT.

Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data antropometri yang digunakan diambil dari buku ergonomi dengan judul “Konsep Dasar dan Aplikasinya”, karangan Eko Nurmianto Ir, M. Eng.,Sc., DERT mewakili data

antropometri yang dipakai.

2. Besarnya kelonggaran yang digunakan untuk pakaian 2,00 cm.

3. Besarnya kelonggaran yang digunakan untuk sepatu 3,00 cm.

4. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian depan dan belakang 5,00 cm.

5. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian kiri dan kanan 10,00 cm.

6. Besar kelonggaran yang digunakan untuk bagian atas 10,00 cm.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis fasilitas fisik aktual di restoran “X”. 2. Mengetahui dan menganalisis tata letak fasilitas aktual di restoran “X”.

3. Mengetahui dan menganalisis keadaan lingkungan fisik aktual di restoran “X”.

4. Mengetahui dan menganalisis keselamatan dan kesehatan kerja aktual di restoran “X”.

5. Memberikan usulan fasilitas fisik yang baik bila ditinjau dari sudut pandang ergonomi.

6. Memberikan usulan tata letak fasilitas yang baik bila ditinjau dari sudut pandang ergonomi.

7. Memberikan usulan lingkungan fisik yang baik bila ditinjau dari segi ergonomi.

8. Memberikan usulan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik bila ditinjau dari segi

ergonomi.

2 Tinjauan Pustaka

2.1.Ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (Kerja) dan NOMOS (Hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia ditempat kerja, dirumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama

yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human

(38)

Menurut Iftikar Z. Sutalaksana, Ruhana Anggawisastra dan John H, Tjakraatmadja, ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.

2.2 Antropometri

2.2.1 Pengertian Antropometri

Antropometri menurut Stevenson (1998) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

2.2.2 Pembagian Antropometri

Antropometri meliputi penggunaan secara hati-hati dan teliti dari titik-titik pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Antropometri Statis

Antropometri Statis yaitu dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam.

2. Antropometri Dinamis

Antropometri dinamis yaitu dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.

2.2.3 Data Antropometri yang digunakan

Adapun pedoman-pedoman dari penggunaan data antopometri sebagai berikut:

Tabel 1

Data Antropometri Dimensi Tubuh Masyarakat Indonesia

5% 50% 95% S.D 5% 50% 95% S.D 1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

Tegak 1532 1632 1732 61 1464 1563 1662 60

2. Tinggi Mata 1425 1520 1615 58 1350 1446 1542 58

3. Tinggi Bahu 1247 1338 1429 55 1184 1272 1361 54

4. Tinggi Siku 932 1003 1074 43 886 957 1028 43

5. Tinggi Genggaman Tangan

(Knuckle) pada Posisi Relaks ke

bawah

655 718 782 39 646 708 771 38

6. Tinggi Badan pada Posisi

Duduk 809 864 919 33 775 834 893 36 7. Tinggi Mata pada Posisi

Duduk 694 749 804 33 666 721 776 33

8. Tinggi Siku pada Posisi Duduk

(popliteal) ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30

13. Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27

Tangan Kanan ke Kiri 1520 1663 1806 87 1400 1523 1646 75 24. Tinggi Pegangan Tangan (grip)

pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Berdiri Tegak

1795 1923 2051 78 1713 1841 1969 79

25. Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi Tangan Vertikal ke Atas & Duduk

1065 1169 1273 63 945 1030 1115 52

26. Jarak Genggaman Tangan (grip) ke Punggung pada Posisi Tangan ke Depan (horizontal)

649 708 767 37 610 661 712 31 Dimensi Tubuh

(39)

Gambar 1

Antropometri Tubuh Manusia

2.3 Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Konsep persentil banyak digunakan untuk memudahkan dalam merancang. Konsep persentil dalam perancangan adalah penggunaan data-data ke 5%, 50% atau 95% dari sebaran data antropometri yang telah diurutkan, yang ditujukan untuk memberi aspek keamanan dan kenyamanan bagi manusia di dalam alat atau sistem kerja yang dirancang.

2.4 Perancangan

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, memperbaiki, dan menyusun suatu sistem baik untuk sistem fisik maupun non-fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada.

2.5 Lingkungan Fisik

Sebagaimana kita ketahui, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerja pada manusia. Salah satunya adalah lingkungan fisik, yaitu pencahayaan, sirkulasi udara, bau-bauan, warna, dan kebisingan.

2.6 Metode Konsep Penilaian (Concept Scoring)

Penilaian konsep dilakukan untuk mengetahui konsep produk manakah yang terbaik diantara beberapa produk yang dibandingkan berdasarkan kriteria seleksi tertentu. Berikut ini adalah tabel untuk konsep penilaian:

Tabel 2 Concept Scoring

Kriteria Seleksi Beban Rating Nilai Beban Rating

Nilai Beban Rating

Nilai Beban Rating

Nilai Beban Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif ...

Peringkat Total Nilai

Konsep

1 2 3 4

(40)

2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Filosofi K3 adalah upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.

3. Metodologi Penelitian

Hal pertama yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan dengan cara melakukan observasi dan juga wawancara dengan pihak perusahaan.

Lalu melakukan penelitian pendahuluan meliputi menentukan topik permasalahan yang akan diangkat, mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas, menentukan batasan dan asumsi agar lebih fokus dan karena keterbatasan waktu, kemudian membuat perumusan masalah dan menentukan tujuan penelitian. Kemudian membuat tinjauan pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini.

Tinjauan pustaka yang dikumpulkan antara lain definisi, tujuan, dan bidang kajian dari ergonomi. Selanjutnya adalah mengenai perancangan, baik antropometri, persentil, definisi dari perancangan, tahapan perancangan, dan lain-lain. Lingkungan fisik kerja dikumpulkan beberapa teori dari buku dan kumpulan teori mengenai pencahayaan, suhu dan kelembaban, sikulasi dan ventilasi, bau-bauan, warna dan kebisingan. Dan mencari definisi dan cara penggunaan metode Concept Scoring. Kemudian mencari teori-teori yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Selanjutnya mengidentifikasikan masalah-masalah yang ada di perusahaan ini. Pertama meja makan, kursi makan, dan kursi tunggu yang kurang memadai, sehingga tidak nyaman digunakan oleh konsumen. Selain itu meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor yang kurang mendukung pekerjaan pekerja, sehingga pekerja kesulitan dalam mempersiapkan makanan dan minuman.selanjutnya tata letak fasilitas yang kurang memadai, sehingga kurang nyaman bagi konsumen dan karyawan dalam melakukan aktivitas baik di ruang makan maupun di ruang dapur. Lingkungan fisik yang kurang mendukung (Suhu, Pencahayaan, Kelembaban, Sirkulasi udara, Ventilasi udara, Warna, Bau-bauan, dan Kebisingan) baik pada ruang makan maupun di dalam dapur. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kurang diperhatikan, sehingga kurang aman bagi pekerja maupun konsumen.

Batasan adalah penelitian ini hanya dibatasi pada fasilitas fisik seperti meja makan, kursi makan, kursi tunggu, meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor, Waktu pengambilan data untuk lingkungan fisik dilakukan dalam 1 hari pada 4 zona waktu yaitu: 14.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam setelah restoran mulai persiapan, 16.30 WIB yaitu waktu dimana restoran mulai menerima konsumen, 19.00 WIB yaitu waktu dimana kondisi restoran ramai, dan 21.00 WIB yaitu waktu dimana 1 jam sebelum restoran tutup, lingkungan fisik yang akan dibahas dibatasi hanya meliputi pencahayaan, suhu dan kelembaban, ventilasi dan sirkulasi udara, warna, bau-bauan, dan kebisingan, panjang adalah jarak yang diukur secara horisontal tegak lurus dengan dada dilihat dari depan, lebar adalah jarak yang diukur secara horisontal sejajar dengan dada dilihat dari depan, tinggi adalah jarak yang diukur secara vertikal dengan bidang yang diamati dilihat dari depan, digunakan 5% untuk persentil minimum, 50% untuk persentil rata-rata, dan 95% untuk persentil maksimum, dan data antropometri orang dewasa yang diambil dari buku ergonomi dengan

judul “Konsep Dasar dan Aplikasinya”, karangan Eko Nurmianto Ir, M. Eng.,Sc., DERT. Untuk asumsi besarnya kelonggaran yang digunakan untuk pakaian 2,00 cm, besarnya kelonggaran yang digunakan untuk sepatu 3,00 cm, besarnya kelonggaran yang digunakan untuk bagian depan dan belakang 5,00 cm, besarnya kelonggaran yang digunakan untuk bagian kiri dan kanan 10,00 cm, dan besarnya kelonggaran yang digunakan untuk bagian atas 10,00 cm.

(41)

Kemudian untuk tujuan penelitian pada penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis bagaimana kondisi fasilitas fisik, lingkungan fisik, tata letak fasilitas, serta kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan, dan memberi usulan bagaimana kondisi fasilitas fisik, lingkungan fisik, tata letak fasilitas,serta kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik bila ditinjau dari segi ergonomi.

Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data mengenai data umum perusahaan yang pertama, yaitu jumlah jam kerja, kegiatan bisnis, struktur organisasi. Yang kedua adalah data mengenai fasilitas fisik, fasilitas fisik yang digunakan adalah meja makan, kursi makan, kursi tunggu, meja persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor. Yang ketiga adalah mengambil data mengenai tata letak fasilitas. Yang keempat adalah mengambil data mengenai lingkungan fisik berupa pencahayaan, suhu dan kelembaban, sirkulasi dan ventilasi udara, bau-bauan, warna, dan kebisingan,. Yang kelima adalah data mengenai kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan yang berupa kecelakan yang sudah terjadi, kecelakaan yang berpotensi terjadi serta cara pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan.

Pada bagian selanjutnya, yaitu pengolahan data dan analisis, yang pertama dilakukan adalah pengolahan data mengenai fasilitas fisik apakah sudah sesuai dengan data acuan atau data antropometri, yang kedua adalah analisis mengenai kenyamanan dari tata letak fasilitas, yang ketiga adalah pengolahan data mengenai lingkungan fisik, yang keempat adalah analisis kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi atau yang sudah terjadi.

Tahap selanjutnya adalah usulan dan perancangan, untuk yang pertama adalah merancang beberapa alternatif untuk masing-masing fasilitas fisik dan juga tata letak fasilitas dan memilih alternatif

terbaik dengan menggunakan Concept Scoring, lalu memberi usulan lingkungan fisik dan

kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik dilihat dari segi ergonomi.

Tahap terakhir yaitu memberikan kesimpulan dengan menjawab pertanyaan dari perumusan masalah dan juga memberikan saran kepada perusahaan sebagai tindakan yang bisa dilakukan untuk perkembangan perusahaan.

4 Pembahasan

4.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan penulis adalah:

1. Sejarah singkat dan struktur organisasi perusahaan.

2. Data Fasilitas Fisik di Restoran

Tabel 3

Meja makan untuk 4 orang 13 Buah Kuantitas

Kegunaan

Spesifikasi Produk Meja Makan

Dimensi (cm)

(42)

Tabel 3

Meja makan untuk 6 orang 1 Buah Dimensi (cm)

Bahan atau Material produk Warna Pelengkap

Spesifikasi Produk Meja Makan Besar

Kegunaan Kursi duduk untuk 1 orang

58 Buah

Bahan atau Material produk Warna Kursi tunggu untuk 1 orang

12 Buah

Bahan atau Material produk

Panjang 220,00

Lebar 85,00

Lebar rak 45,00

Tinggi Keseluruhan 180,00 Tinggi dari lantai ke dasar meja 90,00 Tinggi dari dasar lantai ke rak 145,00 Kayu Spesifikasi Produk Meja Persiapan Bahan

Bahan atau Material produk Warna Tinggi dari lantai ke dasar meja 60,00 Tinggi dari dasar lantai ke rak 140,00 Kayu

Spesifikasi Produk Meja Persiapan Minum

Dimensi (cm)

Bahan atau Material produk Warna

Bahan atau Material produk Warna

Spesifikasi Produk Meja Kompor

(43)

3. Data Tata Letak Fasilitas di Restoran

Tabel 4 Ukuran Layout Restoran

Panjang 1700,00

X Tanda titik Pengukuran X P2 = Panjang II meja

Meja di Titik 10 (Meja Kasir) 10

(44)

4. Data Lingkungan Fisik di Restoran

 Pencahayaan

Tabel 5

Data Lingkungan Fisik – Pencahayaan

14.00 WIB 16.30 WIB 19.00 WIB 21.00 WIB

Titik 1 1028 370 16 15

 Suhu dan Kelembaban

Tabel 6

Data Lingkungan Fisik – Suhu dan Kelembaban

Suhu(°C) Kelembaban(%) Suhu(°C) Kelembaban(%) Suhu(°C) Kelembaban(%) Suhu(°C) Kelembaban(%) Titik 1 31,3 47 30,2 49 29,3 51 29,2 51

Lingkungan fisik-Suhu (°C) dan Kelembaban (%)

Ruang Makan

Data 14.00 WIB 16.30 WIB 19.00 WIB 21.00 WIB

Ruang Dapur

 Lingkungan fisik lainnya

Tabel 7

Data Lingkungan Fisik – Lainnya

Keterangan Ruang Makan Ruang Dapur

Pintu depan Terbuka Ada 1 exhaust fan

Tidak ada jendela Tidak ada jendela

Sirkulasi Tidak ada kipas hanya ada 1 exhaust fan

Bau-bauan Terdapat bau rokok dan

asap masakan

Terdapat bau asap masakan

Dinding berwarna krim Dinding berwarna coklat

karena kotor Lampu redup berwarna

orange Lampu redup

Ventilasi

(45)

 Kebisingan

Tabel 8

Data Lingkungan Fisik – Kebisingan

14.00 WIB 16.30 WIB 19.00 WIB 21.00 WIB

Titik 1 77,2 78,2 81,0 80,2

Titik 2 72,8 78,0 79,8 78,3

Titik 3 74,5 78,9 80,2 78,8

Titik 4 73,9 78,2 81,2 80,2

Titik 5 77,5 77,8 81,2 81,3

Titik 6 75,8 77,2 76,5 88,2

Titik 7 73,8 75,6 77,5 87,4

Titik 8 74,9 75,4 84,5 87,3

Titik 9 72,5 80,2 88,0 86,4

Titik 10 76,2 73,2 79,6 78,4 Titik 11 77,8 72,5 77,3 72,5 Titik 12 74,3 78,5 77,9 74,8 Titik 13 73,8 75,5 73,3 74,5 Titik 14 75,1 75,1 78,4 79,1 Titik 15 74,5 77,7 84,4 79,2 Titik 16 73,7 74,5 73,2 74,1 Titik 17 75,5 72,0 77,2 73,8 Titik 18 78,9 73,8 76,8 77,4 Titik 19 69,4 77,8 80,2 78,9

Lingkungan fisik-Kebisingan (dB)

4.2 Perancangan dan Usulan

4.2.1 Perancangan Fasilitas Fisik

1. Membuat 3 alternatif

Contoh: Produk Meja Makan

Tabel 9

Meja makan untuk 4 orang Persegi Panjang

Kayu Jati Kayu Jati Bahan Meja Makan

Bahan Kaki Meja

Dimensi Meja Makan Alternatif 1 (cm)

Dimensi

Meja makan untuk 4 orang Persegi Kayu Jati

Besi Dimensi Meja Makan Alternatif 2 (cm)

Dimensi

Meja makan untuk 4 orang Lingkaran

Plastik Besi

Dimensi Meja Makan Alternatif 3 (cm)

Dimensi

Bahan Meja Makan Bahan Kaki Meja

(46)

2. Memilih alternatif terbaik dengan menggunakan concept scoring Contoh: Produk Meja Makan

Tabel 10

Alternatif Produk Meja Makan

Rating Kesesuaian Dengan Antropometri 3 3 9 3 9 3 9 1 3

Kekokohan 2 2 4 4 8 3 6 1 2

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Bobot

(w)

3. Dilakukan untuk semua produk yaitu produk kursi makan, kursi tunggu, meja

persiapan bahan, meja persiapan minum, dan meja kompor.

4.2.2 Perancangan Tata Letak Fasilitas

1. Membuat 5 alternatif P2 = Panjang II meja Warna Lantai

(47)

c.Alternatif 3 d. Alternatif 4 P2 = Panjang II meja Warna Lantai

72 Warna Meja Makan

Alternatif 1 P2 = Panjang II meja Warna Lantai

(48)

e. Alternatif 5 P2 = Panjang II meja Warna Lantai Layout Alternatif 5

4.2.3 Usulan Lingkungan Fisik

1. Pencahayaan

Pada ruang makan pencahayaan terlihat berbeda pada restoran bagian depan dan belakang. Pada sore hari sebagian dari restoran bagian depan cukup terang (87 lux sampai dengan 1028 lux) dan pada malam hari cenderung kurang terang (16 lux sampai dengan 66 lux), namun untuk meja kasir pencahayaan masih kurang memadai (80 lux sampai dengan 160 lux). Untuk sebagian dari restoran bagian tengah, pada sore hari dikarenakan lampu belum dinyalakan maka penerangan kurang terang (18 lux sampai dengan 56 lux) dan pada malam hari cenderung cukup terang karena lampu mulai dinyalakan (76 lux sampai dengan 111 lux), namun pada bagian samping kanan masih kurang terang (57 lux sampai dengan 65 lux). Sedangkan untuk bagian belakang baik sore hari maupun malam hari pencahayaan cenderung kurang terang (11 lux sampai dengan 60 lux).

Oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian pencahayaan pada restoran yaitu dengan diberikan lampu neon yang secukupnya. Pada restoran ini terdapat 5 lampu neon sepanjang restoran namun terdapat 1 lampu yang rusak dan warna lampu yang digunakan yaitu warna orange, sehingga terlihat redup. Maka diberikan usulan agar 1 lampu yang rusak serta 4 lampu

neon warna orange tersebut diganti menjadi 5 lampu neon yang warna putih ukuran 40

(49)

Pada ruang dapur pencahayaan baik di sore hari maupun pada malam hari pencahayaan cenderung kurang baik (11 lux sampai dengan 60 lux). Hal ini sangat mengganggu proses kerja pada ruang dapur. Oleh karena itu, diperlukan penambahan lampu pada beberapa fasilitas fisik di dapur seperti 1 lampu neon warna putih dengan ukuran 25 watt pada meja persiapan bahan dan 1 lampu neon warna putih dengan ukuran 25 watt pada meja persiapan minum agar pekerja bisa bekerja dengan baik. Selain itu diperlukan pemasangan 1 lampu neon warna putih dengan ukuran 25 watt di bagian atas yang mendekati meja kompor agar pencahayaan pada bagian meja kompor bisa memadai.

2. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban pada ruang makan cenderung terasa panas pada setiap titik meja

makan dan juga setiap hari (suhu antara 29,1 ᵒC sampai dengan 31,3ᵒC dan kelembaban

antara 46% sampai dengan 54 %). Untuk mengurangi rasa panas tersebut, maka dibutuhkan kipas angin pada titik sudut tertentu, sehingga konsumen tidak merasakan kepanasan. Berikut 2 jenis usulan yang diberikan oleh penulis, yaitu:

 Jika restoran bersifat terbuka, maka diusulkan agar dipasangkan 2 buah kipas pada

area ruang makan untuk memenuhi kebutuhan penggunaannya. Kipas angin diletakkan di atas atap ruangan kerena menggunakan jenis kipas angin langit-langit yang berukuran 60 watt (150 cm), sehingga bisa digunakan oleh banyak titik untuk banyak pengguna. Penambahan kipas sebanyaak 2 buah ini dikarenakan pertimbangan kapasitas area kipas dan juga jarak anr fasilitas fisik pada ruangan.

 Jika restoran bersifat tertutup, maka diusulkan agar dipasangkan 1 buah AC (Air

Conditioner) yang berukuran 670 watt pada area ruang makan untuk mendinginkan ruangan, sehingga konsumen tidak lagi merasa kepanasan.

Suhu dan kelembaban pada ruang dapur cenderung terasa panas pada setiap area kerja dan

juga setiap hari ( suhu antara 29,7 ᵒC sampai dengan 32,4 ᵒC dan kelembaban antara 48%

sampai dengan 63 %). Namun, pada ruang dapur tidak memungkinkan pemasangan kipas ataupun AC karena di dalam dapur perlu menjaga suhu udara agar masakan tidak menjadi dingin sebelum dihidangkan ke konsumen. Oleh karena itu keadaan ini dibantu dengan

pemasangan 1 buah exhaust fan tipe plafon (ceiling mount) ACH 20 /m3 dengan ukuran 150

wattpada ruang dapur. exhaust fan berfungsi untuk menghisap udara panas di dalam ruang

untuk dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain itu exhaust fan juga berfungsi untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan.

3. Sirkulasi dan Ventilasi Udara

Pada ruang makan, ventilasi dan sirkulasi udara sudah cukup memadai dengan adanya pintu yang dibuka lebar namun lebih baik bila dibagian dalam restoran diberikan alat sirkulasi udara agar perputaran udara didalam ruangan bisa lebih lancar. Oleh karena itu

diusulkan pemasangan 2 buah exhaust fan pada ruangan. exhaust fan ini berfungsi untuk

menghisap udara panas di dalam ruangan untuk dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke dalam ruangan. Selain itu exhaust fan juga bisa mengatur volume udara yang akan disirkulasikan pada ruangan. Tipe Exhaust Fan yang dipilih yaitu

plafon (ceiling mount) dengan ACH 12 /m3 dengan ukuran 150 watt untuk ruangan rokok

karena ruang makan pada restoran ini bukan merupakan area bebas rokok, sehingga

konsumen boleh merokok dalam restoran maka dipilih ukuran exhaust fan yang ACH

12/m3.

Pada ruang dapur, ventilasi dan sirkulasi masih kurang memadai karena dipengaruhi dengan udara yang panas serta asap dari hasil masakan, sehingga sangat diperlukan alat sirkulasi udara untuk mengatur perputaran udara pada ruangan. Oleh karena itu diusulkan pemasangan 1 buah exhaust fan pada ruangan. Tipe exhaust fan yang dipilih yaitu plafon

(50)

4. Bau-bauan

Bau-bauan pada ruang makan yang disebabkan oleh bau-bau asap rokok serta ventilasi dan sirkulasi udara yang kurang memadai pada bagian dalam tersebut bisa diatasi jika dipasang exhaust fan pada ruang makan.

Bau-bauan pada ruang dapur yang disebabkan oleh bau-bau asap hasil masak serta ventilasi dan sirkulasi udara yang kurang memadai pada ruang dapur tersebut bisa diatasi jika dipasang exhaust fan pada ruang dapur.

5. Warna

Pada ruang makan yang dikarenakan pemilik menginginkan suasana yang cerah maka diusulkan warna dinding ruangan diganti menjadi warna putih. Warna putih memberikan kesan cerah dan juga leluasa. Selain itu warna putih merupakan warna dengan refleksitas tertinggi yaitu 85 %.

Pada ruang makan yang dikarenakan ruangan pada dapur sempit dan gelap maka diusulkan warna dinding ruangan diganti menjadi warna putih. Warna putih memberikan kesan cerah dan juga leluasa. Selain itu warna putih merupakan warna dengan refleksitas tertinggi yaitu 85 %.

6. Kebisingan

Kebisingan pada ruang makan memang termasuk dalam tingkat frekuensi yang kuat sampai sangat kuat. Akan tetapi bunyi yang dihasilkan tidak mengganggu pendengaran, karena bunyi yang dihasilkan dapat diduga, serta tidak melengking. Selain itu manusia yang berada pada keadaan tersebut tidak terus-menerus karena yang berada pada ruang makan merupakan konsumen, sehingga jika selesai menikmati makanannya maka konsumen tersebut akan pergi. Dengan waktu yang singkat, tingkat frekuensi suara tersebut tidak akan membahayakan manusia.

Kebisingan pada ruang dapur memang termasuk dalam tingkat frekuensi yang kuat sampai sangat kuat. Akan tetapi bunyi yang dihasilkan tidak mengganggu pendengaran, karena bunyi yang dihasilkan dapat diduga, serta tidak melengking. Oleh karena itu tidak dibutuhkan earplug atau earphone pada pekerja.

3.2.4 Usulan K3

1.Usulan Pencegahan dan Penanggulangan Untuk Meminimasi Terjadinya Kecelakaaan

Kebakaran di Dapur Pencegahan:

 Mengikuti cara penggunaan LPG yang benar dan aman sesuai SNI (Standard Nasional

Indonesia), yaitu:

 Peletakan gas harus benar yaitu diberdirikan dan tidak dibaringkan serta tidak pada

ruangan tertutup, sehingga gas bisa berfungsi dengan baik dan aman.

 Hati-hati dan perhatikan dalam hal pemasangan gas sebelum kompor dinyalakan

 Alat peletakan kompor yaitu meja kompor harus menggunakan bahan yang lebih tahan

api seperti jenis logam sehingga tidak mudah terbakar

 Pekerja harus lebih hati-hati dalam menggunakan alat-alat dalam dapur seperti kain,

wadah dan lain-lain agar tidak terjadi kontak langsung dengan api.

Penanggulangan:

 Menyediakan alat pemadam kebakaran pada ruang dapur yaitu APAR sebanyak 1

(51)

 Korban yang terkena api dapat segera diberi obat untuk pertolongan pertama, sehingga diperlukan kotak P3K yaitu kotak P3K jenis B, karena mengantisipasi jumlah korban yang banyak.

 Korban yang terkena api dapat segera dibawa ke rumah sakit jika luka yang diderita

cukup parah.

2. Usulan Pencegahan dan Penanggulangan Untuk Meminimasi Terjadinya Kecelakaan

Tangan Tergores Saat Mempersiapkan Bahan Pencegahan:

 Penerangan pada ruangan yang memadai dimana cahaya tidak membelakangi pekerja,

dan warna lampu sebaiknya tidak warna redup (warna orange) , sehingga pekerja

tidak kesulitan dalam melihat.

 Pekerja harus memperhatikan letak pisau yang diambil, sehingga tidak salah saat

memegang pisau.

 Pekerja dapat menggunakan sarung tangan dalam memotong bahan, karena selain

untuk menghindari tangan luka kerena kontak langsung dengan pisau hal ini juga bisa menjaga kebersihan pekerja saat memotong bahan.

Penanggulangan:

 Korban yang terluka dapat segera diberi obat untuk pertolongan pertama, sehingga

diperlukan kotak P3K yaitu kotak P3K jenis B.

 Pekerja yang terluka dapat segera dibawa ke rumah sakit jika luka yang diderita cukup

parah.

5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

 Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Saat ini

Untuk fasilitas fisik di ruang makan yaitu meja makan, kursi makan dan kursi tunggu yang tidak sesuai, sehingga konsumen menjadi tidak nyaman. Sedangkan untuk fasilitas fisik di ruang dapur yaitu meja persiapan bahan, meja persiapan minum dan meja kompor yang masih tidak sesuai, sehingga menghambat kinerja pekerja.

 Kondisi Fasilitas Fisik di Restoran Yang Lebih Baik

Gambar

Tabel
Tabel
Tabel
Gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain masalah pada kursi, gereja Santa Perawan Maria Sapta Kedukaan memiliki permasalahan lain yaitu fasilitas fisik lainnya seperti akses masuk untuk para lansia (terutama

Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa fasilitas fisik aktual tidak ergonomis, tata letak mesin kurang baik, sehingga mengganggu jalur transportasi barang,

Fasilitas fisik yang dirancang adalah meja peletakan peralatan operasi, bidang miring untuk menaikkan dan menurunkan pasien, tempat cuci tangan, lemari baju,

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis fasilitas fisik, yaitu kursi, mimbar, meja pembicara, dan panggung, lingkungan fisik, yaitu suhu, kelembaban,

Pada saat ini, Ikan Photography Studio & Digital Lab memiliki permasalahan pada fasilitas fisiknya yaitu belum terdapat sandaran tangan dan punggung pada kursi tunggu,

Diketahui masalah yang terjadi saat ini adalah penataan fasilitas fisik yang ada kurang baik seperti penataan meja, kursi, telepon, mesin penghitung uang dan

Dari hasil dari pengolahan dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan manajemen K3 yang terjadi di pabrik masih kurang penanganannya, fasilitas fisik tidak sesuai dengan

Ergonomi ditinjau dari antropometri pada mebel (meja makan, kursi makan, meja salad, kursi tunggu, wastafel, dan meja kasir) di restoran Pizza Hut di Surabaya