iv ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN TEH PUTIH (Camellia sinensis L.) TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA
LAKI-LAKI DEWASA MUDA
Dessy Titien C. S, 1210153; Pembimbing I : Fen Tih, dr., M. Kes
Pembimbing II : Harijadi Pramono, dr., M. Kes
Waktu reaksi yang cepat diperlukan oleh setiap individu terutama dalam usia produktif khususnya para dewasa muda untuk melakukan pekerjaan dengan hasil maksimal. Bagi para mahasiswa, diperlukan waktu reaksi yang cepat terutama ketika lalu lintas padat. Teh putih mengandung senyawa kafein dan L-theanine yang dapat merangsang SSP dan memperpendek waktu reaksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek konsumsi seduhan teh putih terhadap waktu reaksi sederhana pada pria dewasa muda.
Penelitian ini bersifat ekperimental kuasi, komparatif dengan rancangan pre-test dan post-pre-test terhadap 30 orang pria berusia 18-25 tahun. Data yang diukur yaitu waktu reaksi sederhana dalam detik untuk warna merah, biru, hijau, dan kuning sebelum dan sesudah mengkonsumsi 200 ml seduhan teh putih. Lama pengamatan selama 60 menit dengan interval 15 menit. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,05.
Hasil penelitian rerata WRS sesudah minum teh putih untuk warna merah, biru, hijau, dan kuning berturut-turut dalam detik adalah 0,13; 0,135; 0,107; 0,128, lebih pendek daripada WRS sebelum minum teh putih 0,248; 0,238; 0,21; 0,235 dengan perbedaan yang sangat signifikan (p < 0,01).
Simpulan dari penelitian ini adalah seduhan daun teh putih (Camellia sinensis L.) dapat memperpendek waktu reaksi sederhana pada pria dewasa muda.
Kata kunci : waktu reaksi sederhana, teh putih, pria
.
v ABSTRACT
THE EFFECT OF BREWED WHITE TEA (Camellia sinensis L.) ON SIMPLE REACTION TIME OF YOUNG ADULT MALES
Dessy Titien C. S, 1210153; 1st Tutor : Fen Tih, dr., M. Kes
2nd Tutor : Harijadi Pramono, dr., M. Kes
Fast reaction time is required by each individual, especially in the productive age, for young adults to work with maximum results. For the college students, fast reaction is needed especially in the traffic jam. White tea contains caffeine and L-theanine that stimulate CNS which shortened reaction time.
The objective of this research was to find out the effect of brewed white tea on simple reaction time of young adult males.
The research used quasi experimental method, comparative type with pre-test and post-test design, conducted on 30 males aged 18-25 years old. The data measured was the simple reaction time for red, blue, green and yellow lights before and after consuming 200 ml of brewed white tea. Duration of observation was 60 minutes with 15 minutes interval. Data was analyzed statistically with paired “t” test (α = 0,05).
The average time of simple reaction time (sec) after consuming brewed white tea for red, blue, green, and yellow lights were 0,13; 0,135; 0,107; 0,128 subsequently which were shorter than before drinking brewed white tea which were 0,248; 0,238; 0,21; 0,235 with highly significant difference (p < 0,01). The conclusion of the research was brewed white tea can shorten the simple reaction time of young adult males.
Keywords : simple reaction time, white tea, male
viii DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 2
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Waktu Reaksi ... 5
2.1.1 Pengertian Waktu Reaksi ... 5
2.1.2 Jenis-Jenis Waktu Reaksi ... 5
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ... 7
2.2 Proses Pengolahan Stimulus Menjadi Respon dalam Susunan Saraf Manusia ... 15
2.3 Formatio Reticularis ... 18
ix
2.4 Teh ... 20
2.4.1 Taksonomi Teh ... 20
2.4.2 Morfologi Teh ... 21
2.4.3 Sejarah Perkembangan Teh ... 22
2.4.4 Jenis-Jenis Teh ... 23
2.4.5 Kandungan Kimia Pada Daun Teh ... 27
2.4.6 Pengaruh Teh Terhadap Waktu Reaksi ... 32
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan ... 34
3.2 Subjek Penelitian ... 34
3.3 Lokasi dan Waktu ... 34
3.4 Metode Penelitian ... 35
3.4.1 Disain Penelitian ... 35
3.4.2 Variabel Penelitian ... 35
3.4.3 Definisi Operasional Variabel ... 35
3.4.4 Perhitungan Besar Sampel ... 36
3.5 Prosedur Penelitian ... 37
3.5.1 Pengumpulan Bahan ... 37
3.5.2 Persiapan Bahan Uji ... 37
3.5.3 Persiapan Subjek Penelitian ... 37
3.5.4 Pelaksanaan Penelitian ... 37
3.5.5 Data yang diukur ... 38
3.6 Metode Analisis ... 38
3.7 Hipotesis Statistik ... 38
3.8 Aspek Etik Penelitian ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 40
4.2 Pembahasan ... 45
4.3Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47
x BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 48
5.2 Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ...49
LAMPIRAN ...52
RIWAYAT HIDUP ...68
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi Teh Putih dan Teh Hijau ... 26 Tabel 4.1 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Merah ... 40 Tabel 4.2 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15, 30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Biru ... 41 Tabel 4.3 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Hijau ... 42 Tabel 4.4 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Kuning ... 43 Tabel 4.5 Rerata WRS Warna Merah, Biru, Hijau dan Kuning Pada Pengamatan
Selama 60 Menit Terhadap 30 Subjek Penelitian Pria Dewasa
Muda ... 44
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Waktu Reaksi dengan Intensitas Rangsang ... 7
Gambar 2.2 Hubungan Antara Waktu Reaksi dengan Kewaspadaan ... 8
Gambar 2.3 Prinsip Jaras Penglihatan Dari Mata Ke Korteks Penglihatan ... 17
Gambar 2.4 Formatio Reticularis ... 19
Gambar 2.5 Tanaman Teh ... 20
Gambar 2.6 Proses Pengolahan Teh ... 26
Gambar 2.7 Struktur Molekul Katekin ... 27
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15, 30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Merah ... 41 Grafik 4.2 Hasil Rerata Wrs Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Biru ... 42 Grafik 4.3 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Hijau ... 43 Grafik 4.4 Hasil Rerata WRS Dan Hasil Uji T-Test Berpasangan Untuk Waktu 15,
30, 45, Dan 60 Menit Pada Warna Kuning ... 44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Komisi Etik ... 52
Lampiran 2 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta Dalam Penelitian (Informed Consent) ... 53
Lampiran 3 Lembar Kerja Penelitian ... 54
Lampiran 4 Hasil Percobaan Rerata WRS Warna Merah (detik) ... 56
Lampiran 5 Hasil Analisis Statistik T-Test WRS Warna Merah ... 57
Lampiran 6 Hasil Percobaan Rerata WRS Warna Biru (detik) ... 58
Lampiran 7 Hasil Analisis Statistik T-Test WRS Warna Biru ... 59
Lampiran 8 Hasil Rerata WRS Warna Hijau (detik) ... 60
Lampiran 9 Hasil Analisis Statistik T-Test WRS Warna Hijau ... 61
Lampiran 10 Hasil Rerata WRS Warna Kuning (detik) ... 62
Lampiran 11 Hasil Analisis Statistik T-Test WRS Warna Kuning ... 63
Lampiran 12 Rerata WRS Keseluruhan ... 64
Lampiran 13 Dokumentasi ... 66
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman dewasa ini menuntut setiap individu untuk selalu prima
dalam melakukan segala aktivitas. Setiap individu usia produktif, khususnya para
dewasa muda, tidak dapat dilepaskan dari interaksi dengan lingkungannya untuk
melaksanakan pekerjaan dengan hasil kerja yang maksimal. Mereka mempunyai
mobilitas tinggi, dengan menggunakan sarana transportasi umum maupun pribadi.
Aktivitas seperti mengemudi kendaraan membutuhkan reaksi yang cepat,
terutama pada saat lalu lintas yang padat. Di lain pihak, para mahasiswa dituntut
untuk bereaksi dengan cepat dalam keadaan lalu lintas yang padat. Untuk
mendapatkan reaksi yang cepat dan efektif, manusia membutuhkan kinerja otak
yang prima (Kosinski, 2013).
Kinerja otak yang prima juga berhubungan dengan perangsangan saraf otak
yang baik, yang dapat dinilai dengan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah selang
waktu antara pemberian rangsang dan timbulnya jawaban (Ganong, 2003).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi waktu reaksi, diantaranya adalah
konsentrasi dan stress (Kosinski, 2013).
Saat ini, telah banyak usaha yang dilakukan dalam hal merangsang sistem saraf
pusat untuk mendapatkan waktu reaksi yang lebih baik. Salah satu cara
konvensional yang dipercaya dapat meningkatkan waktu reaksi ini adalah dengan
mengkonsumsi teh (Einöther & Martens, 2013). Telah dikenal empat jenis teh
berdasarkan pada pengolahannya yaitu teh oolong, teh hijau, teh hitam dan teh
putih. Secara umum teh mengandung berbagai macam zat aktif yaitu katekin,
flavanol, karbohidrat, pektin, alkaloid, vitamin, mineral, asam organik, resin,
asam amino dan kafein (Towaha & ET, 2012).
Teh putih mungkin masih terdengar asing untuk sebagian masyarakat dan
masih jarang dikonsumsi karena harganya yang cukup mahal. Namun proses
pengolahan teh putih sangat menarik karena dalam produksinya tanpa mengalami
2
proses fermentasi, juga proses pengeringan dan penguapan dilakukan dengan
sangat singkat. Teh putih diambil dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen
sebelum benar-benar mekar (Towaha & ET, 2012). Karena pengolahannya yang
singkat, teh putih memiliki keunggulan dibandingkan teh hijau dalam hal
kandungan antioksidan, terutama katekin yang lebih tinggi dan kandungan kafein
lebih rendah (Towaha, 2013).
Antioksidan yang tinggi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh,
salah satunya menjaga kesehatan otak dan memperbaiki fungsi kognitif. Kafein di
dalam daun teh juga berpengaruh positif dalam merangsang Sistem Saraf Pusat
tetapi kadar kafein yang tinggi juga dapat memberikan efek yang kurang baik
yaitu memacu denyut jantung lebih cepat, terutama bagi orang yang sensitif.
Kadar asam amino L-theanine juga terbukti merangsang gelombang α di dalam otak yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan memberikan efek tenang
(Towaha, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti efek
pemberian seduhan teh putih terhadap waktu reaksi sederhana.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah konsumsi seduhan teh putih dapat memperpendek waktu reaksi
sederhana (WRS) pada pria dewasa muda.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek konsumsi seduhan
teh putih terhadap pemendekan waktu reaksi sederhana pada pria dewasa muda.
3 1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademik adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
efek seduhan teh putih terhadap perangsangan sistem saraf pusat yang diukur
dengan waktu reaksi.
Manfaat praktis adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat pada
umumnya terutama pada mahasiswa bahwa seduhan teh putih dapat
memperpendek waktu reaksi dalam proses merespon dan memahami materi
pelajaran yang membutuhkan waktu reaksi yang cepat.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Waktu reaksi adalah selang waktu antara pemberian rangsang dan timbulnya
jawaban (Ganong, 2003). Waktu reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
intensitas stimulus, jenis stimulus dan konsentrasi. Faktor lain yang
mempengaruhi waktu reaksi adalah usia, jenis kelamin, latihan, kelelahan, puasa,
gangguan/distraksi, rangsang yang diberitahu, siklus pernapasan, tipe kepribadian,
kecerdasan, gangguan belajar, cedera otak, hukuman, stress, ancaman, alkohol dan
konsumsi obat-obatan (Kosinski, 2013).
Teh putih mengandung kadar katekin yang tinggi terutama karena proses
pengolahannya yang cepat dan tanpa melalui proses fermentasi. Katekin adalah
metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan oleh tumbuhan dan termasuk
dalam golongan flavonoid. Struktur molekul katekin memiliki dua gugus fenol
dan satu gugus dihidropiran dan sering disebut sebagai senyawa polifenol karena
memiliki lebih dari satu gugus fenol. Sehingga katekin termasuk golongan
antioksidan (Towaha, 2013).
Theanine di dalam teh juga memberikan efek yang sangat baik. L-theanine
menstimulasi gelombang α dalam otak dan memberikan efek yang menenangkan bagi otak. Stress yang dialami para mahasiswa juga dapat menyebabkan gangguan
4
dalam proses belajar karena berkurangnya konsentrasi dan kecepatan reaksi para
mahasiswa. Hormon stress yang dikenal sebagai glukokortikoid dapat diaktifkan
oleh keadaan stress yang menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam kimia
otak dan mengganggu suasana hati dan memori. L-theanine dapat menekan
glukokortikoid. Hubungan theanine terhadap penekanan glukokortikoid adalah
melalui glutamat. L-theanine dapat bertindak sebagai antagonis reseptor glutamat
yang dapat mengimbangi dampak berbahaya dari tingkat glukokortikoid yang
tinggi dan memberikan efek neuroprotektif baik pada degenerasi saraf akut
maupun kronis. Aktivasi sinyal glutamat juga mempengaruhi daya ingat dan
proses belajar (Einöther & Martens, 2013).
Teh putih juga mengandung kafein walaupun dalam jumlah yang lebih kecil
dibanding jenis teh yang lain. Kafein merupakan salah satu zat yang dapat
merangsang sistem saraf pusat. Kafein berefek meningkatkan sekresi norepinefrin
dan dopamin yang kemudian meningkatkan aktivitas neural pada beberapa area
otak. Kafein bekerja mengaktifasi batang otak (formatio reticularis). Kafein
menghambat aktivitas adenosin dan meningkatkan aktivitas dopaminergik,
sehingga mengaktivasi pusat eksitasi di batang otak dan meningkatkan sel saraf
yang dapat meningkatkan respon terhadap rangsang (Schellack & Hons, 2012).
Kafein dan theanine juga dapat bekerja bersama-sama untuk meningkatkan
kewaspadaan. Kafein yang rendah dalam teh putih juga baik bagi yang memiliki
masalah dengan jantung karena tidak memompa kerja jantung secara berlebihan
(Towaha & ET, 2012).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Konsumsi seduhan teh putih memperpendek waktu reaksi sederhana (WRS)
pada pria dewasa muda.
48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Seduhan daun teh putih (Camellia sinensis L.) dapat memperpendek waktu
reaksi sederhana pada pria dewasa muda.
5.2Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh minuman teh putih
terhadap waktu reaksi dengan interval pengamatan yang lebih pendek untuk
mengetahui waktu kerja teh putih yang paling efektif.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh minuman teh putih
terhadap waktu reaksi dengan dosis teh putih yang lebih kecil untuk
mengetahui dosis minimum teh putih yang efektif dalam mempengauhi waktu
reaksi.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh minuman teh putih
terhadap waktu reaksi dengan menggunakan tes waktu reaksi sederhana selain
tes dengan menggunakan cahaya lampu.
49
DAFTAR PUSTAKA
Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2012). Ganong's
Review of Medical Physiology 24th edition. McGraw-Hill Companies, Inc.
Einöther, S. J., & Martens, V. E. (2013). Acute effects of tea consumption on
attention and mood. Am J Clinical Nutrition, 1700-1708. Retrieved Januari
23, 2015, from http://ajcn.nutrition.org/content/98/6/1700S.full.pdf+html
Erlina. (2013). 10 Jenis Teh Yang Baik Untuk Kesehatan dan Pengobatan.
Retrieved November 7, 2015, from
http://www.kolomsehat.com/10-jenis-teh-yang-baik-untuk-kesehatan-dan-pengobatan/
Ganong, W. F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.
Giesbrecht, T., Rycroft, J., Rowson, M. J., & De Bruin, E. A. (2010). The
combination of L-theanine and caffeine improves cognitive performance
and increases subjective alertness. Nutritional Neuroscience, 13, 283-290.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Textbook of Medical Physiology 11th edition.
Philadelphia: Elsevier.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical
Physiology). Jakarta: EGC.
Hadiman, R. (2013). Efek Seduhan Teh Hijau (Camellia sinensis L.) Terhadap
Waktu Reaksi Sederhana (WRS) Laki-Laki Dewasa. Dalam Skripsi.
Hilal, Y., & Engelhardt, U. (2007). Characterisation Of White Tea – Comparison
To Green And Black Tea. J. Verbr. Lebensm, 414-421.
Houssay. (1955). Human Physiology, 2nd ed.
IPTEK. (2011). Retrieved Agustus 26, 2015, from http://www.iptek.net.id/
50
Joewana, S. (2005). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif - Penyalahgunaan NAPZA Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kosinski, R. J. (2013, September). Clemson University. Retrieved Januari 18,
2015, from http://biae.clemson.edu/bpc/bp/lab/110/reaction.htm
Nobre, A. C., Rao, A., & Owen, G. N. (2008). L-theanine, A Natural Constituent
In Tea, And Its Effect On Mental State. Asia Pac J Clin Nutr, 167-168.
RI, D. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 2. Jakarta: Bakti
Husada.
Schellack, G., & Hons, B. (201β). Caffeine: the “good”, the “bad” and the “ugly”.
Prof Nurs Today, 16(2), 10-14. Retrieved Januari 20, 2015, from
http://www.pntonline.co.za/index.php/PNT/article/view/656/923
Sherwood, L. C. (2015). Human Physiology (1st ed.). New York: Elsevier.
Spencer, J. P. (2010). The impact of fruit flavonoids on memory and cognition.
British Journal of Nutrition, 40-47. Retrieved Januari 18, 2015, from
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&ai
d=7915043&fileId=S0007114510003934
Syah, A. N. (2006, Maret). Taklukkan Penyakit Dengan Teh Hijau. Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Towaha, J. (2013, Desember). Kandungan Senyawa Kimia pada Daun Teh
(Camelya sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri, 19(3), 12-16. Retrieved Januari 18, 2015, from
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2014/01/perkebunan_warta-vol19No3-2013-4.pdf
Towaha, J. (2015). Retrieved september 5, 2015, from
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/
49-infotekno/177-teh-putih-yang-langka-dan-mahal
51
Towaha, J., & ET, B. (2012, November 29). BALITRRI. Retrieved Januari 18,
2015, from BALITRRI Web Site:
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/
49-infotekno/159-mengenal-4-macam-jenis-teh
USDA. (2015). Retrieved September 5, 2015, from
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CASI16
Wibowo, D. S. (2011). Neuroanatomi Untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang:
Bayumedia Publishing.
Woodworth, R. S., & Schlosberg, H. (1971). Experimental Psychology, Revised
Edition. Methuen & Co. Ltd.