• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN METAPHORICAL THINKING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

2.3 Pendekatan Metaphorical Thinking ... 16

2.4 Penelitian-penelitian tentang Metaphorical Thinking .... 23

2.5 Teori-teori yang Mendukung ... 27

2.6 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30

(2)

3.3 Variabel Penelitian ... 31

3.4 Instrumen Penelitian ... 32

1. Soal Tes Tertulis ... 32

a. Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 33

b. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 34

c. Analisis Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 35

1. Validitas Instrumen ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 57

4.1.2 Analisis Uji Data Rataan Pretes Pemahaman Konsep Matematis ... 64

a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 65

b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes ... 66

(3)

Kompetensi Strategis Matematis ... 67

a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 68

b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes ... 69

4.1.4 Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis ... 70

a. Perbandingan Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 71

b. Perbandingan Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 73

4.1.5 Analisis Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis ... 77

a. Perbandingan Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 78

b. Perbandingan Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 80

4.1.6 Deskripsi Sikap Siswa ... 85

a. Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika ... 85

b. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 87

c. Sikap Siswa terhadap Soal Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 89

4.1.7 Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 91

4.1.8 Hasil Wawancara ... 93

a. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru ... 94

b. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Siswa ... 95

4.2 Pembahasan ... 97

(4)

4.2.2 Peningkatan Pemahaman Konsep dan

Kompetensi Strategis Matematis ... 107

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 110

5.2 Saran ... 111

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Klasifikasi Gain... 9

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 34

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Tes Kompetensi Strategis Matematis ... 35

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 37

Tabel 3.4 Tingkat Validitas Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas ... 39

Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 40

Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 41

Tabel 3. 8 Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 42

Tabel 3. 9 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 43

Tabel 3.10 Daya Pembeda Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis Matematis ... 44

Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis Matematis ... 45

Tabel 3.12 Klasifikasi Gain (g) ... 50

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Matematis ... 58

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Kompetensi Strategis Matematis... 60

Tabel 4.3 Deskripsi Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 62

Tabel 4.4 Deskripsi Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 63

(6)

Tabel 4.6 Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 66

Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Rataan Pretes Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Strategis

Matematis Siswa ... 68

Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Rataan Pretes Kompetensi Strategis

Matematis Siswa ... 70

Tabel 4.10 Uji Normalitas Data N-Gain Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 72

Tabel 4.11 Uji Mann-Whitney U Peningkatan Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 73

Tabel 4.12 Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 74

Tabel 4.13 Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 75

Tabel 4.14 Uji Perbedaan Rataan N-Gain Pemahaman Konsep Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 76

Tabel 4.15 Uji Normalitas Data N-Gain Kompetensi Strategis

Matematis Siswa ... 79

Tabel 4.16 Uji Mann-Whitney U Peningkatan

Kompetensi Strategis Matematis Siswa ... 80

Tabel 4.17 Uji Normalitas N-Gain Kompetensi Strategis Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 81

Tabel 4.18 Uji Homogenitas N-Gain Kompetensi Strategis Matematis

Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 82

Tabel 4.19 Uji Perbedaan Rataan N-Gain Kompetensi Strategis Matematis

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 55

Gambar 4.1 Perbandingan Rataan Pretes dan Postes

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ... 59

Gambar 4.2 Perbandingan N-Gain Pemahaman Konsep

Matematis Siswa ... 59

Gambar 4.3 Perbandingan Rataan Pretes dan Postes

Kompetensi Strategis Matematis Siswa ... 61

Gambar 4.4 Perbandingan N-Gain Kompetensi Strategis

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Silabus ... 118

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 119

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 161

A.4 Kisi-kisi dan Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis... 197

A.5 Kisi-kisi dan Angket Skala Sikap Siswa ... 204

A.6 Pedoman Observasi dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 207

A.7 Pedoman Wawancara Guru ... 212

A.8 Pedoman Wawancara Siswa ... 215

LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA ... B.1 Skor Uji Coba Tes Pemahaman Konsep ... 218

B.2 Skor Uji Coba Tes Kompetensi Strategis ... 219

B.3 Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep ... 220

B.4 Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Kompetensi Strategis... 225

LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN C.1 Kategori Kemampuan Siswa ... 231

C.2 Data Hasil Pretes ... 233

C.3 Data Hasil Postes ... 237

C.4 Data Gain Ternormalisasi ... 241

(9)

Matematis ... 245

C.6 Perhitungan Data dan Uji Statistik Kompetensi Strategis Matematis ... 250

C.7 Uji Data Statistik Pemahaman Konsep Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 254

C.8 Uji Data Statistik Kompetensi Strategis Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 259

LAMPIRAN D: ANALISIS DATA SKALA SIKAP DAN OBSERVASI D.1 Data Skala Sikap Kelas Eksperimen ... 265

D.3 Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 267

LAMPIRAN E: UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN E.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 270

E.2 Surat Izin Penelitian ... 271

E.3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 272

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Matematika

juga bermanfaat dalam pengembangan berbagai bidang keilmuan yang lain. Dengan

belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis,

analitis, sitematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam

menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang

diterimanya. Untuk mengembangkan kompetensi tersebut, menurut TIM Kurikulum

(2007:1) di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang

diberlakukan, disusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai landasan

pembelajaran matematika.

Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni interaksi

yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah

tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan

hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan

sebagai mediumnya. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif,

tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif

(12)

Secara umum diindikasikan bahwa pembelajaran matematika kurang

melibatkan aktivitas siswa secara optimal. Hal ini sesuai hasil studi Sumarmo

(1993:55) terhadap siswa SMU, SLTP, dan guru di Kodya Bandung yang hasilnya

antara lain pembelajaran matematika pada umumnya kurang melibatkan aktivitas

siswa secara optimal sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Bahkan Wahyudin

(1999:6) menegaskan bahwa guru matematika pada umumnya mengajar dengan

metode ceramah dan ekspositori.

Pada beberapa tahun terakhir ini, pemahaman konsep dan kompetensi

strategis banyak mendapat perhatian dari para pakar pendidikan. Apalagi setelah

Mathematics Learning Study Committee, National Research Council (NRC), Amerika

Serikat dalam publikasi bukunya yang berjudul Adding it Up: Helping Children

Learn Mathematics pada tahun 2001 yang ditulis oleh Kilpatrick, Swafford, dan

Findell, mengemukakan bahwa pemahaman konsep dan kompetensi strategis

merupakan dua dari lima kecakapan matematis yang harus dikuasai siswa dalam

pembelajaran matematika.

Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001:116), pemahaman konsep

(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi

dan relasi dalam matematika. Berkaitan dengan pentingnya komponen pemahaman

dalam matematika, Sumarmo (2002:2) juga menyatakan visi pengembangan

pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini yaitu pembelajaran

(13)

kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam

disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari

Masih menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001:116), kompetensi

strategis (strategic competence) merupakan suatu kemampuan untuk

memformulasikan, merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan

matematika.

Saat ini, pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis dinilai masih

belum optimal dimiliki siswa. Sehubungan dengan masalah tersebut, diperlukan

suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang cukup relevan digunakan adalah pendekatan metaphorical

thinking.

Menurut Carreira (2001:67), konsep berfikir yang menekankan pada

kemampuan menghubungkan ide matematika dan fenomena yang ada diantaranya

adalah metaphorical thinking.

Metaphorical thinking adalah proses berpikir yang menggunakan

metafora-metafora untuk memahami suatu konsep. Menurut Holyoak & Thagard (Hendriana,

2009:46), metafora bergerak dari suatu konsep yang diketahui siswa menuju konsep

lain yang belum diketahui atau sedang dipelajari siswa.

Pendekatan Metaphorical thinking merupakan pendekatan pembelajaran

(14)

menjadi hal yang lebih konkrit dengan membandingkan dua hal atau lebih yang

berbeda makna baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, terlihat bahwa pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis tersebut menentukan keberhasilan belajar

matematika. Metaphorical thinking merupakan jembatan antara model dan

interpretasi, dapat memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk

mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika. Dengan menggunakan

metaphorical thinking belajar siswa menjadi lebih bermakna karena ia dapat melihat

hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang dikenalnya. Hal ini

diharapkan membuat siswa sadar bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit

tetapi sebaliknya sangat menyenangkan.

Untuk itu penulis tertarik meneliti peningkatan pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis siswa dengan pembelajaran dengan pendekatan

metaphorical thinking.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “apakah

pembelajaran matematika dengan pendekatan metaphorical thinking dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis siswa SMP?”

Dari masalah ini dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai

(15)

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori

kemampuan matematis siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara

siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori

kemampuan matematis siswa?

5. Bagaimana sikap siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan

metaphorical thinking?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan pemahaman

(16)

pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa.

2. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan pemahaman

konsep matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa ditinjau dari kategori kemampuan matematis siswa.

3. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan kompetensi

strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa.

4. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan kompetensi

strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa ditinjau dari kategori kemampuan matematis siswa.

5. Untuk menelaah, mendeskripsikan sikap siswa selama berlangsungnya

pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang

berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

(17)

1. Bagi peneliti: penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

informasi mengenai dapat tidaknya pembelajaran matematika dengan

pendekatan metaphorical thinking meningkatkan pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis siswa.

2. Bagi guru: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

pendekatan pembelajaran matematika di kelas untuk meningkatkan pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.

3. Bagi siswa: dapat memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa

untuk meningkatkan hasil belajar matematikanya dan diharapkan pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa meningkat.

4. Bagi sekolah: hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu sekolah dan dapat

digunakan oleh sekolah-sekolah lain sebagai salah satu alternatif dalam rangka

meningkatkan hasil belajar matematika dan mutu sekolah.

1.5 Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang terdapat pada penelitian ini penulis menetapkan beberapa definisi operasional

yaitu:

1. Pemahaman konsep matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pemahaman konsep matematis tertulis yang meliputi indikator kemampuan:

(18)

2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya

persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.

3. Menerapkan konsep secara algoritma.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.

5. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

2. Kompetensi strategis matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kompetensi strategis matematis tertulis yang meliputi indikator kemampuan:

1. Memahami situasi serta kondisi dari suatu permasalahan.

2. Menemukan kata-kata kunci serta mengabaikan hal-hal yang tidak relevan

dari suatu permasalahan.

3. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.

4. Memilih penyajian yang cocok untuk membantu memecahkan permasalahan.

5. Menemukan hubungan matematik yang ada di dalam suatu masalah.

6. Memilih dan mengembangkan metode penyelesaian yang efektif dalam

menyelesaikan suatu permasalahan.

7. Menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.

3. Sikap siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat kesetujuan dan

ketidaksetujuan siswa terhadap suatu pernyataan tentang pelajaran matematika,

pembelajaran matematika, soal-soal yang akan diukur. Hal ini dilakukan untuk

melihat perubahan siswa ke arah yang lebih baik.

4. Pendekatan metaphorical thinking yang dimaksud dalam penelitian ini

(19)

dan mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak menjadi hal yang lebih konkrit

dengan membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda makna baik yang

berhubungan maupun yang tidak berhubungan.

5. Pembelajaran biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran

yang merupakan pembelajaran ekspositori (ceramah), dalam pembelajaran ini

guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan

yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan, dan siswa

dipersilahkan untuk bertanya apabila tidak mengerti.

6. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis siswa, yang ditinjau berdasarkan gain

ternormalisasi (N-Gain) dari perolehan skor pretes dan postes siswa.

Gain ternormalisasi (g) = (Meltzer, 2002)

Kategori gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g  0,7 Tinggi

0,3  g < 0,7 Sedang

g <0,3 Rendah

(Hake, 1999)

7. Kategori Kemampuan Matematis (KKM) siswa yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pengkategorian siswa ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok tinggi,

(20)

KKM tersebut dilakukan dengan melihat rataan nilai ulangan harian 1, ulangan

harian 2, dan nilai ulangan harian 3. Kemudian dari rataan nilai tersebut

diranking dari siswa yang memiliki nilai tertinggi sampai dengan terendah.

Pengelompokkan KKM siswa juga berdasarkan sistem penilaian PAP (Penilaian

Acuan Patokan), serta dengan aturan 27% siswa skor teratas termasuk dalam

kategori tinggi, 27 % siswa skor terbawah merupakan kategori rendah dan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini

subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

adanya (Ruseffendi, 2005). Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan

bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi

pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.

Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan

metaphorical thinking dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran biasa. Perlakuan

yang diberikan berupa pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking untuk

dilihat pengaruhnya terhadap aspek yang diukur yaitu pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah

pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking dan variabel terikatnya

adalah pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.

Desain pada penelitian ini berbentuk:

Kelompok eksperimen O X O

(22)

Keterangan :

O : Pretes dan postes (tes pemahaman konsep dan tes kompetensi strategis

matematis)

X : Perlakuan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking.

3.2. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 12 Bandung.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 (genap)

di SMP Negeri 12 Bandung. Kelas VIII yang dimaksud adalah kelas VIII-E sebagai

kelas eksperimen dan VIII-A sebagai kelas kontrol.

3.3. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), jika dilihat berdasarkan hubungan antar satu

variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis variabel dapat dibedakan

menjadi dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel

terikat (dependent variabel). Dalam penelitian ini, variabel yang ada terdiri atas

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1. Variabel Bebas (X)

Sugiyono (2010) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan variabel yang

akan mempengaruhi dan dapat dikatakan sebagai variabel sebab. Berdasarkan

pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

(23)

Dalam pembahasan selanjutnya, pembelajaran dengan pendekatan

metaphorical thinking disingkat PMT, sedangkan pembelajaran biasa disingkat PB.

PMT diberikan di kelas eksperimen dan PB diberikan di kelas kontrol.

2. Variabel Terikat (Y)

Sugiyono (2010) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas atau yang menjadi akibat dari variabel bebas.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat dalam penelitian

ini adalah: (1) pemahaman konsep matematis siswa; (2) kompetensi strategis

matematis siswa.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima

jenis instrumen yaitu soal tes tertulis mengenai pemahaman konsep dan kompetensi

strategis matematis yang dibuat dalam bentuk uraian, bahan ajar, angket, pedoman

observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan pedoman wawancara.

1. Soal Tes Tertulis

Soal tes tertulis berupa tes pemahaman konsep dan tes kompetensi strategis

matematis. Tes tertulis ini terdiri dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes

yang diberikan pada setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol baik soal-soal untuk

pretes maupun postes dibuat sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan digunakan

(24)

dengan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan, sedangkan tes akhir

dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada tidaknya perubahan yang

signifikan setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang

akan diterapkan. Jadi, pemberian tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan pendekatan metaphorical thinking dengan siswa yang memperoleh

pembelajaran biasa.

Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen tes tertulis ini, peneliti

terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti

dalam membuat soal tes yang mengukur pemahaman konsep dan kompetensi strategis

matematis. Selanjutnya, dengan bantuan pembimbing memeriksa validitas soal baik

itu validitas muka dan validitas isi (content validity). Pemeriksaan ini dilakukan

sebelum dilakukannya uji coba instrumen tes.

Setelah instrumen tes tersebut divaliditas, selanjutnya dilakukan uji coba. Uji

coba instrumen tes ini dilakukan pada siswa kelas IX di SMP Negeri 12 Bandung

pada tanggal 4 April 2012. Hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis dianalisis dengan menggunakan software Anates

4.0.7 untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda

instrumen tersebut.

a. Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Materi yang disiapkan untuk mengukur pemahaman konsep dan kompetensi

(25)

(delapan) semester genap yang mengacu pada KTSP yaitu materi tentang Bangun

Ruang Sisi Datar. Instrumen tes terdiri dari 6 soal untuk mengukur pemahaman

konsep matematis dan 7 soal untuk mengukur kompetensi strategis matematis.

Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan tes tersebut adalah 80 menit (2 x 40

menit).

b. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis

Dalam menentukan validitas butir soal, reliabilitas butir soal, dan indeks

kesukaran butir soal, sebelumnya dilakukan pemberian skor terhadap jawaban siswa.

Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes

pemahaman konsep matematis berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang

dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (Subagiyana, 2009:56) seperti pada tabel

berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran

Tes Pemahaman Konsep Matematis

Skor Kriteria

0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika

1 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas, jawaban sebagian besar terdapat perhitungan yang salah

2 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap, jawaban terdapat perhitungan yang salah

3 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir lengkap, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar namun terdapat sedikit kesalahan

(26)

Selanjutnya, untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian

skor untuk soal tes kompetensi strategis matematis diadaptasi dari buku How to

Evaluate Progress in Problem Solving (Charles, 1994) seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran

Tes Kompetensi Strategis Matematis

Skor Kriteria

0 Tidak ada solusi sama sekali 1 Hasil salah dan proses salah

2 Hasil salah atau sebagian salah, tetapi hanya karena salah perhitungan saja atau copying error

3 Hasil benar tetapi prosesnya kurang lengkap 4 Hasil dan proses benar

c. Analisis Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Data hasil uji coba instrumen yang diolah dalam penelitian ini meliputi:

validitas tiap butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Pengolahan

data tersebut menggunakan software Anates 4.0.7. Secara lengkap, proses analisis

data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid (absah atau shahih) apabila instrumen

tersebut mampu untuk mengevaluasi atau mengukur apa yang seharusnya diukur.

Oleh karena itu, untuk menguji valid tidaknya suatu instrumen, peneliti melakukan

uji validitas instrumen.

1) Validitas Isi

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari

(27)

evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari penguasaan yang

dikuasai. Arikunto (2002:67) menyatakan bahwa validitas isi (content validity),

artinya tes yang digunakan merupakan sampel yang mewakili kemampuan yang akan

diukur.

Suatu tes matematika dikatakan memiliki validitas isi yang baik apabila dapat

mengukur Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator yang

telah ditentukan sesuai dengan KTSP. Pertimbangan para pakar (dosen pembimbing)

sangat berperan dalam menyusun validitas isi suatu instrumen dalam hal yang

berkaitan dengan konsep-konsep matematikanya.

2) Validitas Muka

Validitas muka atau sering disebut pula validitas tampilan suatu alat evaluasi

yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas

pengertiannya atau tidak menimbulkan multi tafsir. Validitas muka adalah derajat

kesesuaian tes dengan jenjang sekolah atau pendidikan peserta didik. Soal tes

disesuaikan dengan tingkat pendidikan subyek penelitian.

3) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki

oleh sebutir soal (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu

totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut

(Sudjono, 2001:182). Untuk menguji validitas tiap butir soal, skor-skor yang ada pada

(28)

soal akan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson

(Suherman dan Sukjaya, 1990:154), yaitu:

rxy =

  

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

x = Skor siswa pada tiap butir soal

y = Skor total tiap responden (siswa)

N = Jumlah peserta tes

Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat validitas digunakan kriteria

menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:147).

Tabel 3.3

Kriteria: Bila rhitung > rtabel , maka butir soal dikatakan valid.

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, validitas dari soal uji coba

instrumen tes pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai

(29)

Tabel 3.4

Tingkat Validitas Uji Coba

Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Jenis Tes Nomor

mengukur pemahaman konsep matematis, terdapat soal yang memiliki validitas tinggi

dan sangat tinggi. Rata-rata nilai validitas tersebut adalah 0,785, sehingga dapat

disimpulkan bahwa validitas soal yang mengukur pemahaman konsep matematis

tersebut secara keseluruhan memiliki validitas tinggi. Untuk soal yang mengukur

kompetensi strategis matematis, dari 7 soal yang diberikan terdapat validitas sangat

tinggi dan tinggi. Jika dilihat rata-ratanya adalah 0,743, maka ini berarti secara

keseluruhan soal tes yang mengukur kompetensi strategis matematis memiliki

(30)

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan

untuk menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Sugiyono (2008:173)

mendefinisikan reliabilitas alat ukur sebagai ketetapan alat ukur dalam mengukur apa

yang diukurnya, yang artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan

memberikan hasil ukur yang sama.

Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui

menggunakan rumus Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990:194) sebagai berikut:

r11 =

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

n = Banyak butir soal (item)

Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas alat evaluasi

digunakan kriteria menurut Guilfod (Suherman dan Sukjaya, 1990:177). Penafsiran

harga korelasi reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.5

(31)

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, reliabilitas dari soal uji coba

pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Uji Coba

Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas

Pemahaman Konsep Matematis 0,91 Sangat Tinggi

Kompetensi Strategis Matematis 0,90 Sangat Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, dapat dilihat bahwa reliabilitas untuk soal yang

mengukur pemahaman konsep matematis maupun soal yang mengukur kompetensi

strategis matematis termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

3. Tingkat kesukaran

Arikunto (2002:207) mengungkapkan bahwa soal tes hasil belajar dapat

dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik, apabila butir-butir soal tersebut tidak

terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang

siswa untuk berusaha memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar akan

menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi karena di

luar jangkauannya.

Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan

kriteria perangkat soal yang diharuskan. Penentuan siswa kelompok atas dan siswa

kelompok bawah, dilakukan dengan cara mengurutkan terlebih dahulu skor siswa dari

(32)

kelompok kecil, ambil sebanyak 50% siswa yang skornya tertinggi dan 50% siswa

yang skornya terendah. Selanjutnya masing-masing disebut kelompok atas dan

kelompok bawah.

Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan

menggunakan rumus:

Kriteria penafsiran harga Indeks Kesukaran suatu butir soal menurut

Suherman dan Sukjaya (1990:213) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software Anates 4.0.7

seperti yang tertera pada lampiran, tingkat kesukaran dari soal uji coba pemahaman

(33)

Tabel 3.8

Tingkat Kesukaran Uji Coba

Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Jenis Tes Nomor

Tabel 3.8 di atas, menyajikan tingkat kesukaran suatu soal. Berdasarkan tabel

tersebut, dapat dilihat bahwa soal tes nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang mengukur

pemahaman konsep matematis tergolong ke dalam kategori sedang, hanya soal tes

nomor 6 saja yang merupakan soal yang sukar. Untuk soal tes nomor 2, 3, 4, dan 5

yang mengukur kompetensi strategis matematis tergolong ke dalam kategori sedang.

Untuk soal tes nomor 1, 6, dan 7 tergolong ke dalam kategori sukar. Hal ini tidak

berarti bahwa soal yang diberikan memang benar-benar sukar, tetapi lebih

dikarenakan jarangnya siswa mendapatkan soal-soal dengan karakteristik kompetensi

(34)

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan

siswa. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi

(DP) yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Discriminatory power (daya pembeda)

DP = indeks daya pembeda suatu butir soal A

Sukjaya (1990:202) adalah sebagai berikut :

(35)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software Anates 4.0.7

seperti yang tertera pada lampiran, daya pembeda dari soal uji coba pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Daya Pembeda Uji Coba

Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Jenis Tes Nomor

Tabel 3.10 di atas, menyajikan daya pembeda dari soal uji coba. Berdasarkan

tabel tersebut, butir soal yang mengukur pemahaman konsep matematis memiliki

daya pembeda yang cukup, baik dan sangat baik. Butir soal yang mengukur

kompetensi strategis matematis memiliki daya pembeda yang cukup dan baik. Hal

ini mencerminkan bahwa soal yang telah dibuat dapat digunakan sebagai instrumen

(36)

Berdasarkan uraian di atas, pada tabel berikut ini disajikan rangkuman uji

coba instrumen untuk soal tes tertulis yang dilakukan sebelum pelaksanaan

penelitian.

Tabel 3.11

Rangkuman Hasil Uji Coba

Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis

Validitas Reliabilitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda

PKM KSM PKM KSM PKM KSM PKM KSM

PKM : Pemahaman Konsep Matematis

KSM : Kompetensi Strategis Matematis

2. Bahan Ajar

Dalam penelitian ini, bahan ajar yang digunakan adalah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP disusun sebagai panduan

bagi peneliti dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam penelitian

ini diterapkan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking. Oleh karena

itu, bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen adalah bahan ajar khusus.

(37)

diberikan pada kelas eksperimen. LKS dirancang dan dikembangkan sesuai dengan

karakteristik dari pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking, serta

dengan mempertimbangkan kecakapan matematis (mathematical proficiency) yang

ingin dicapai, yaitu pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis.

3. Angket

Angket merupakan instrumen skala sikap. Instrumen ini bertujuan untuk

mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan melalui

pendekatan metaphorical thinking. Data skala sikap berguna untuk mengetahui

kualitas sikap siswa terhadap (1) pelajaran matematika, (2) pembelajaran matematika

melalui pendekatan metaphorical thinking, serta (3) soal-soal tes pemahaman konsep

dan kompetensi strategis matematis. Angket sikap yang digunakan terdiri dari 5

komponen, yaitu: (a) kepercayaan diri belajar matematika, (b) kecemasan

matematika, (c) kegunaan matematika, (d) motivasi dalam belajar matematika, dan

(e) peranan guru (Herdian, 2010).

Angket skala sikap yang disusun mengacu pada skala Likert. Kisi-kisi angket

disusun berdasarkan lima komponen di atas, yang setiap komponennya memiliki

pernyataan positif dan negatif. Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut

terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak

setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap,

skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya

dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat

(38)

skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1.

Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S

diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5. Penyusunan

skala sikap diawali dengan pembuatan kisi-kisi skala sikap yang bertujuan agar

efektif yang hendak diukur terangkum secara proporsional.

4. Observasi

Observasi merupakan kegiatan melihat sesuatu secara cermat untuk

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu itu. Observasi ini digunakan

untuk mengamati dan mengumpulkan semua data tentang aktivitas siswa dan guru

selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Dalam pengumpulan

data aktivitas siswa dan guru digunakan lembar observasi yang dilakukan dengan cara

membubuhkan tanda cek () pada setiap aspek yang dilakukan siswa dan guru selama

proses pembelajaran berlangsung yang berupa skor (Herdian, 2010).

Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran melalui pendekatan

metaphorical thinking adalah keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab

pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat, mengemukakan ide untuk

menyelesaikan masalah, bekerjasama dalam kelompok, berada dalam tugas

kelompok, membuat metafora dalam kelompok, membuat kesimpulan di akhir

pembelajaran dan menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran. Sedangkan

aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan

pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking. Untuk melihat aktivitas

(39)

juga salah seorang mahasiswa sekolah pascasarjana UPI program magister, pada

Program Studi Pendidikan Matematika.

Selain itu juga digunakan lembar observasi untuk mengamati setiap indikator

kemampuan dari pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis yang dapat

dicapai siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Wawancara

Pedoman wawancara merupakan panduan yang digunakan untuk mencari

informasi tambahan terhadap proses pembelajaran melalui pendekatan metaphorical

thinking yang sudah dilakukan. Siswa yang dipilih untuk diwawancarai adalah semua

siswa di kelas eksperimen.

3.5Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,

angket skala sikap dan lembar wawancara. Data yang berkaitan dengan pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa dikumpulkan melalui tes (pretes

dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan metaphorical thinking dikumpulkan melalui angket

(40)

3.6Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis secara

statistik. Sedangkan angket skala sikap, hasil pengamatan dengan menggunakan

lembar observasi, dan pedoman wawancara dianalisis secara deskriptif.

Data yang dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa dan data kualitatif berupa angket

skala sikap, hasil observasi, dan pedoman wawancara. Untuk melakukan uji hipotesis

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan software

SPSS 16.

Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan beberapa

hal sebagai berikut:

a. Menghitung skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem

penskoran yang digunakan.

b. Menghitung Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah

pembelajaran yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

Gain ternormalisasi (g) = (Meltzer, 2002)

Gain ternormalisasi ini untuk melihat mutu peningkatan kompetensi yang terjadi

sebelum dan sesudah pembelajaran.

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

(41)

Tabel 3.12

Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

g  0,7 Tinggi

0,3  g < 0,7 Sedang

g <0,3 Rendah

(Hake, 1999)

c. Menyajikan statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain yang

meliputi skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), rata-rata , dan simpangan

baku (S).

d. Melakukan uji normalitas pada data pretes dan N-Gain pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui

normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis

statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Kolmogorov- Smirnov atau

Shapiro-Wilk.

Kriteria pengujian, jika nilai signifikansi > αmaka H0 diterima.

e. Menguji homogenitas varians data skor pretes dan N-Gain pemahaman konsep

dan kompetensi strategis matematis. Pengujian homogenitas antara dua

(42)

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : variansi pada tiap kelompok sama

H1 : tidak semua variansi pada tiap kelompok sama

Uji statistiknya menggunakan Uji Levene. Kriteria pengujian H0 diterima

apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi (α = 0,05).

Apabila data tersebut normal dan homogen, uji hipotesis dilakukan dengan uji t.

Tetapi jika data tersebut normal tetapi tidak homogen dilakukan dengan uji t’,

dan jika data tidak normal maka uji hipotesis menggunakan uji non parametric

yaitu uji Mann-Whitney U. Adapun hipotesis yang diuji dalam uji perbedaan dua

rataan:

Uji dua pihak/arah (2-tailed)

H0 :

H1:

Atau

Uji sepihak/searah (one-tailed)

H0 :

H1:

Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata

menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji Independent-Sample T Test. Jika

variansi kedua kelompok data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu

nilai pada baris “Equal variances assumed”. Sedangkan jika variansi kedua

(43)

baris “Equal variances not assumed”. Sedangkan jika terdapat minimal satu data

tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji statistik

non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Alasan pemilihan uji Mann-Whitney U

yaitu dikarenakan kedua sampel diuji saling bebas (independen) (Ruseffendi, 1993).

Kriteria penerimaan H0 untuk uji dua pihak yaitu bila nilai signifikansi > 0,025.

Dimana 0.025 diperoleh dari α , untukα = 0,05.

f. Skala Sikap

Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap (1)

pelajaran matematika, (2) pembelajaran matematika melalui pendekatan metaphorical

thinking, serta (3) soal-soal tes pemahaman konsep dan kompetensi strategis

matematis. Pembuatan angket dilakukan dengan berpedoman pada skala Likert.

Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori,

yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak

setuju (STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer

ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang

bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang

bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi

skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif,

pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi

(44)

g. Data Observasi

Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung yang dirangkum dalam lembar observasi. Tujuannya

adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran

berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan

skenario yang telah dibuat. Selain itu, lembar observasi ini digunakan untuk

mendapatkan informasi lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif

dan kualitatif.

3.7Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun jadwal penelitian

b. Membuat rencana penelitian

c. Menyusun instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari sampel yang telah

dipilih.

b. Melakukan pretes di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.

c. Melakukan perlakuan (treatment) pembelajaran sesuai dengan rencana

(45)

d. Mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

e. Melakukan postes di kedua kelas setelah pembelajaran selesai dilakukan pada

masing-masing kelas.

f. Memberikan angket skala sikap pada kelas eksperimen

g. Memberikan lembar (pedoman) wawancara pada siswa kelas eksperimen.

3. Tahap Pengumpulan Data

4. Tahap Analisis Data

3.8Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai Desember 2011 sampai Juli

(46)

3.9Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan

penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram

berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran

biasa Studi Pendahuluan:

Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah,

Studi Literatur, dll

Pengembangan dan Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen Penelitian dan Ujicoba, Penentuan

Kategori Kemampuan Matematis Siswa

Pemilihan Responden Penelitian

Pretes

Kelas Eksperimen Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan metaphorical thinking

Postes

Observasi dan angket sikap siswa

Analisis Data

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai

perbedaan peningkatan pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis

antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical

thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori

kemampuan matematis siswa.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

4. Terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara siswa

yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,

dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori

(48)

5. Siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pelajaran matematika,

terhadap pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking, serta

terhadap soal-soal pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi para guru matematika, pembelajaran melalui pendekatan metaphorical

thinking hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan

pembelajaran untuk diimplementasikan dalam pengembangan pembelajaran

matematika di kelas, terutama untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

kompetensi strategis matematis siswa.

2. Pembelajaran matematika melalui pendekatan metaphorical thinking

hendaknya dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan

tujuan agar proses pembelajaran menjadi lebih optimal.

3. Untuk menerapkan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking,

sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang lebih baik,

sehingga pembelajaran dapat berjalan secara sistematis sesuai dengan rencana,

dan diharapkan guru menyediakan benda nyata atau model yang sesuai dengan

pokok bahasan yang diajarkan.

4. Perlu dikembangkan oleh pihak sekolah melalui Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) Matematika, soal-soal untuk meningkatkan pemahaman

(49)

mengerjakan soal-soal tersebut sehingga dapat meningkatkan pemahaman

konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, tetapi pada level sekolah tinggi atau rendah

atau terhadap jenjang pendidikan lain seperti sekolah dasar, sekolah menengah

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Carreira, S. (2001). Where There’s a Model, There’s a Metaphor: Metaphorical Thinking in Students’ Understanding of a Mathematical Model. An

International Journal Mathematical Thinking and Learning. 3(4), 261-287.

Charles, R. (1994). How to Evaluate Progress in Problem Solving. USA: NCTM.

Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman

matematis Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Djamarah, S.B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Ferara, F. (2005). Bridging Perception and Theory: What Role Can Metaphors and

Imagery Play?. Torino: Universita di Torino.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.[16 Januari 2012].

Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Metaphorical Thinking untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Herdian. (2010). Pengaruh Penerapan Metode Discovery (Penemuan) Dalam

Pembelajaran Matematika Siswa Menengah Pertama Terhadap Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.

Hickey, D.J. (1999). Figurs of Trought : For College Writers. Michigan: Mayfield Publishing.

Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (Eds.). (2001). Adding it Up: Helping

Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Lakoff, G. and Johnson, M. (1980). Philosophy in the Flesh. Basic Books.

Ludlow-Saenz, A. (2004). Metaphor and Numerical Diagrams in The Arithmetical

(51)

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics. Vol. 70 (12)

1259-1268.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1993). Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta

Lainnya. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.

Subagiyana. (2009). Pengaruh Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matemaris Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.

Sudjono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sumarmo, U. (1993). Peranan Kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarmo,U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Seminar

Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

(52)

Wahab, A. (1995). Isu Linguistik : Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.

Widjajanti, D.B. (2011). Mengembangkan Kecakapan Matematis Mahasiswa Calon

Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. Makalah terdapat pada Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia:

Gambar

Gambar  3.1    Alur Penelitian ........................................................................
Tabel 1.1 Klasifikasi Gain (g)
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran
+7

Referensi

Dokumen terkait

E-Commerce (2) Jaringan

[r]

Penulis kertas karya ini dalam paper ini membicarakan tentang deskripsi afiks yang digunakan oleh salah seorang jurnalis surat kabar, Reuter, Jakarta Post volume 31 nomor 234 yang

[r]

Koefisien Korelasi Transformasi Antara Penilaian Kinerja (X) Terhadap Prestasi Kerja

Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sangat pesat di wilayah Indonesia (Provinsi Sumatera Utara khususnya) menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar.Banyaknya jumlah

Komik Legenda Pohon Maja Sebagai Media Penyampaian Cerita Rakyat Daerah Majalengka Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Hal ini dapat terlihat banyak berdirinya instansi-instansi baik instansi pamerintah maupun instansi swasta yang bergerak dibidang sector pelayanan jasa kesehatan masyarakat adalah