DAFTAR ISI
2.3 Pendekatan Metaphorical Thinking ... 16
2.4 Penelitian-penelitian tentang Metaphorical Thinking .... 23
2.5 Teori-teori yang Mendukung ... 27
2.6 Hipotesis Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30
3.3 Variabel Penelitian ... 31
3.4 Instrumen Penelitian ... 32
1. Soal Tes Tertulis ... 32
a. Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 33
b. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 34
c. Analisis Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 35
1. Validitas Instrumen ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57
4.1.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... 57
4.1.2 Analisis Uji Data Rataan Pretes Pemahaman Konsep Matematis ... 64
a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 65
b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes ... 66
Kompetensi Strategis Matematis ... 67
a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 68
b. Uji Kesamaan Rataan Data Pretes ... 69
4.1.4 Analisis Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis ... 70
a. Perbandingan Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 71
b. Perbandingan Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 73
4.1.5 Analisis Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis ... 77
a. Perbandingan Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Pembelajaran ... 78
b. Perbandingan Peningkatan Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 80
4.1.6 Deskripsi Sikap Siswa ... 85
a. Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika ... 85
b. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 87
c. Sikap Siswa terhadap Soal Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 89
4.1.7 Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 91
4.1.8 Hasil Wawancara ... 93
a. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru ... 94
b. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Siswa ... 95
4.2 Pembahasan ... 97
4.2.2 Peningkatan Pemahaman Konsep dan
Kompetensi Strategis Matematis ... 107
4.2.3 Keterbatasan Penelitian ... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 110
5.2 Saran ... 111
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Klasifikasi Gain... 9
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 34
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Tes Kompetensi Strategis Matematis ... 35
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 37
Tabel 3.4 Tingkat Validitas Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 38
Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas ... 39
Tabel 3.6 Tingkat Reliabilitas Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 40
Tabel 3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 41
Tabel 3. 8 Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis ... 42
Tabel 3. 9 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 43
Tabel 3.10 Daya Pembeda Uji Coba Soal Tes Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis Matematis ... 44
Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Strategis Matematis ... 45
Tabel 3.12 Klasifikasi Gain (g) ... 50
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep Matematis ... 58
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Skor Kompetensi Strategis Matematis... 60
Tabel 4.3 Deskripsi Pemahaman Konsep Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 62
Tabel 4.4 Deskripsi Kompetensi Strategis Matematis Berdasarkan Kategori Kemampuan Matematis Siswa ... 63
Tabel 4.6 Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 66
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Rataan Pretes Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ... 67
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Strategis
Matematis Siswa ... 68
Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Rataan Pretes Kompetensi Strategis
Matematis Siswa ... 70
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data N-Gain Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ... 72
Tabel 4.11 Uji Mann-Whitney U Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ... 73
Tabel 4.12 Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 74
Tabel 4.13 Uji Homogenitas N-Gain Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 75
Tabel 4.14 Uji Perbedaan Rataan N-Gain Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 76
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data N-Gain Kompetensi Strategis
Matematis Siswa ... 79
Tabel 4.16 Uji Mann-Whitney U Peningkatan
Kompetensi Strategis Matematis Siswa ... 80
Tabel 4.17 Uji Normalitas N-Gain Kompetensi Strategis Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 81
Tabel 4.18 Uji Homogenitas N-Gain Kompetensi Strategis Matematis
Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 82
Tabel 4.19 Uji Perbedaan Rataan N-Gain Kompetensi Strategis Matematis
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 55
Gambar 4.1 Perbandingan Rataan Pretes dan Postes
Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa ... 59
Gambar 4.2 Perbandingan N-Gain Pemahaman Konsep
Matematis Siswa ... 59
Gambar 4.3 Perbandingan Rataan Pretes dan Postes
Kompetensi Strategis Matematis Siswa ... 61
Gambar 4.4 Perbandingan N-Gain Kompetensi Strategis
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Silabus ... 118
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 119
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 161
A.4 Kisi-kisi dan Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis... 197
A.5 Kisi-kisi dan Angket Skala Sikap Siswa ... 204
A.6 Pedoman Observasi dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 207
A.7 Pedoman Wawancara Guru ... 212
A.8 Pedoman Wawancara Siswa ... 215
LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA TES MATEMATIKA ... B.1 Skor Uji Coba Tes Pemahaman Konsep ... 218
B.2 Skor Uji Coba Tes Kompetensi Strategis ... 219
B.3 Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Pemahaman Konsep ... 220
B.4 Perhitungan Hasil Uji Coba Tes Kompetensi Strategis... 225
LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN C.1 Kategori Kemampuan Siswa ... 231
C.2 Data Hasil Pretes ... 233
C.3 Data Hasil Postes ... 237
C.4 Data Gain Ternormalisasi ... 241
Matematis ... 245
C.6 Perhitungan Data dan Uji Statistik Kompetensi Strategis Matematis ... 250
C.7 Uji Data Statistik Pemahaman Konsep Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 254
C.8 Uji Data Statistik Kompetensi Strategis Berdasarkan Kemampuan Matematis Siswa ... 259
LAMPIRAN D: ANALISIS DATA SKALA SIKAP DAN OBSERVASI D.1 Data Skala Sikap Kelas Eksperimen ... 265
D.3 Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking ... 267
LAMPIRAN E: UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN E.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 270
E.2 Surat Izin Penelitian ... 271
E.3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 272
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang
memegang peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi. Matematika
juga bermanfaat dalam pengembangan berbagai bidang keilmuan yang lain. Dengan
belajar matematika siswa dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis,
analitis, sitematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam
menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang
diterimanya. Untuk mengembangkan kompetensi tersebut, menurut TIM Kurikulum
(2007:1) di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang
diberlakukan, disusun standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai landasan
pembelajaran matematika.
Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi edukatif, yakni interaksi
yang bernilai pendidikan yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan
hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah pengetahuan
sebagai mediumnya. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif,
tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif
Secara umum diindikasikan bahwa pembelajaran matematika kurang
melibatkan aktivitas siswa secara optimal. Hal ini sesuai hasil studi Sumarmo
(1993:55) terhadap siswa SMU, SLTP, dan guru di Kodya Bandung yang hasilnya
antara lain pembelajaran matematika pada umumnya kurang melibatkan aktivitas
siswa secara optimal sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Bahkan Wahyudin
(1999:6) menegaskan bahwa guru matematika pada umumnya mengajar dengan
metode ceramah dan ekspositori.
Pada beberapa tahun terakhir ini, pemahaman konsep dan kompetensi
strategis banyak mendapat perhatian dari para pakar pendidikan. Apalagi setelah
Mathematics Learning Study Committee, National Research Council (NRC), Amerika
Serikat dalam publikasi bukunya yang berjudul Adding it Up: Helping Children
Learn Mathematics pada tahun 2001 yang ditulis oleh Kilpatrick, Swafford, dan
Findell, mengemukakan bahwa pemahaman konsep dan kompetensi strategis
merupakan dua dari lima kecakapan matematis yang harus dikuasai siswa dalam
pembelajaran matematika.
Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001:116), pemahaman konsep
(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi
dan relasi dalam matematika. Berkaitan dengan pentingnya komponen pemahaman
dalam matematika, Sumarmo (2002:2) juga menyatakan visi pengembangan
pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini yaitu pembelajaran
kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika, masalah dalam
disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Masih menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001:116), kompetensi
strategis (strategic competence) merupakan suatu kemampuan untuk
memformulasikan, merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan
matematika.
Saat ini, pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis dinilai masih
belum optimal dimiliki siswa. Sehubungan dengan masalah tersebut, diperlukan
suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang cukup relevan digunakan adalah pendekatan metaphorical
thinking.
Menurut Carreira (2001:67), konsep berfikir yang menekankan pada
kemampuan menghubungkan ide matematika dan fenomena yang ada diantaranya
adalah metaphorical thinking.
Metaphorical thinking adalah proses berpikir yang menggunakan
metafora-metafora untuk memahami suatu konsep. Menurut Holyoak & Thagard (Hendriana,
2009:46), metafora bergerak dari suatu konsep yang diketahui siswa menuju konsep
lain yang belum diketahui atau sedang dipelajari siswa.
Pendekatan Metaphorical thinking merupakan pendekatan pembelajaran
menjadi hal yang lebih konkrit dengan membandingkan dua hal atau lebih yang
berbeda makna baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan.
Berdasarkan seluruh uraian di atas, terlihat bahwa pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis tersebut menentukan keberhasilan belajar
matematika. Metaphorical thinking merupakan jembatan antara model dan
interpretasi, dapat memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk
mengeksploitasi pengetahuannya dalam belajar matematika. Dengan menggunakan
metaphorical thinking belajar siswa menjadi lebih bermakna karena ia dapat melihat
hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang dikenalnya. Hal ini
diharapkan membuat siswa sadar bahwa matematika bukanlah pelajaran yang sulit
tetapi sebaliknya sangat menyenangkan.
Untuk itu penulis tertarik meneliti peningkatan pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis siswa dengan pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini adalah “apakah
pembelajaran matematika dengan pendekatan metaphorical thinking dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis siswa SMP?”
Dari masalah ini dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori
kemampuan matematis siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori
kemampuan matematis siswa?
5. Bagaimana sikap siswa selama berlangsungnya pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan pemahaman
pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa.
2. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan pemahaman
konsep matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa ditinjau dari kategori kemampuan matematis siswa.
3. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan kompetensi
strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa.
4. Untuk menelaah, mendeskripsikan, dan membandingkan peningkatan kompetensi
strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metaphorical thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa ditinjau dari kategori kemampuan matematis siswa.
5. Untuk menelaah, mendeskripsikan sikap siswa selama berlangsungnya
pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang
berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. Bagi peneliti: penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
informasi mengenai dapat tidaknya pembelajaran matematika dengan
pendekatan metaphorical thinking meningkatkan pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis siswa.
2. Bagi guru: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pendekatan pembelajaran matematika di kelas untuk meningkatkan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.
3. Bagi siswa: dapat memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa
untuk meningkatkan hasil belajar matematikanya dan diharapkan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa meningkat.
4. Bagi sekolah: hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu sekolah dan dapat
digunakan oleh sekolah-sekolah lain sebagai salah satu alternatif dalam rangka
meningkatkan hasil belajar matematika dan mutu sekolah.
1.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada penelitian ini penulis menetapkan beberapa definisi operasional
yaitu:
1. Pemahaman konsep matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman konsep matematis tertulis yang meliputi indikator kemampuan:
2. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.
3. Menerapkan konsep secara algoritma.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.
5. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).
2. Kompetensi strategis matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kompetensi strategis matematis tertulis yang meliputi indikator kemampuan:
1. Memahami situasi serta kondisi dari suatu permasalahan.
2. Menemukan kata-kata kunci serta mengabaikan hal-hal yang tidak relevan
dari suatu permasalahan.
3. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.
4. Memilih penyajian yang cocok untuk membantu memecahkan permasalahan.
5. Menemukan hubungan matematik yang ada di dalam suatu masalah.
6. Memilih dan mengembangkan metode penyelesaian yang efektif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
7. Menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.
3. Sikap siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah derajat kesetujuan dan
ketidaksetujuan siswa terhadap suatu pernyataan tentang pelajaran matematika,
pembelajaran matematika, soal-soal yang akan diukur. Hal ini dilakukan untuk
melihat perubahan siswa ke arah yang lebih baik.
4. Pendekatan metaphorical thinking yang dimaksud dalam penelitian ini
dan mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak menjadi hal yang lebih konkrit
dengan membandingkan dua hal atau lebih yang berbeda makna baik yang
berhubungan maupun yang tidak berhubungan.
5. Pembelajaran biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang merupakan pembelajaran ekspositori (ceramah), dalam pembelajaran ini
guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan
yang disampaikan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan, dan siswa
dipersilahkan untuk bertanya apabila tidak mengerti.
6. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis siswa, yang ditinjau berdasarkan gain
ternormalisasi (N-Gain) dari perolehan skor pretes dan postes siswa.
Gain ternormalisasi (g) = (Meltzer, 2002)
Kategori gain ternormalisasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Klasifikasi Gain (g)
Besarnya Gain (g) Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 g < 0,7 Sedang
g <0,3 Rendah
(Hake, 1999)
7. Kategori Kemampuan Matematis (KKM) siswa yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pengkategorian siswa ke dalam tiga kelompok yaitu kelompok tinggi,
KKM tersebut dilakukan dengan melihat rataan nilai ulangan harian 1, ulangan
harian 2, dan nilai ulangan harian 3. Kemudian dari rataan nilai tersebut
diranking dari siswa yang memiliki nilai tertinggi sampai dengan terendah.
Pengelompokkan KKM siswa juga berdasarkan sistem penilaian PAP (Penilaian
Acuan Patokan), serta dengan aturan 27% siswa skor teratas termasuk dalam
kategori tinggi, 27 % siswa skor terbawah merupakan kategori rendah dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen ini
subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa
adanya (Ruseffendi, 2005). Penggunaan desain ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa, kelas yang ada telah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi
pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan
kekacauan jadwal pelajaran yang telah ada di sekolah.
Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking dan kelas kontrol memperoleh pembelajaran biasa. Perlakuan
yang diberikan berupa pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking untuk
dilihat pengaruhnya terhadap aspek yang diukur yaitu pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking dan variabel terikatnya
adalah pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.
Desain pada penelitian ini berbentuk:
Kelompok eksperimen O X O
Keterangan :
O : Pretes dan postes (tes pemahaman konsep dan tes kompetensi strategis
matematis)
X : Perlakuan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking.
3.2. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 12 Bandung.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 (genap)
di SMP Negeri 12 Bandung. Kelas VIII yang dimaksud adalah kelas VIII-E sebagai
kelas eksperimen dan VIII-A sebagai kelas kontrol.
3.3. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010), jika dilihat berdasarkan hubungan antar satu
variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis variabel dapat dibedakan
menjadi dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel
terikat (dependent variabel). Dalam penelitian ini, variabel yang ada terdiri atas
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
1. Variabel Bebas (X)
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan variabel yang
akan mempengaruhi dan dapat dikatakan sebagai variabel sebab. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
Dalam pembahasan selanjutnya, pembelajaran dengan pendekatan
metaphorical thinking disingkat PMT, sedangkan pembelajaran biasa disingkat PB.
PMT diberikan di kelas eksperimen dan PB diberikan di kelas kontrol.
2. Variabel Terikat (Y)
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas atau yang menjadi akibat dari variabel bebas.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat dalam penelitian
ini adalah: (1) pemahaman konsep matematis siswa; (2) kompetensi strategis
matematis siswa.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
jenis instrumen yaitu soal tes tertulis mengenai pemahaman konsep dan kompetensi
strategis matematis yang dibuat dalam bentuk uraian, bahan ajar, angket, pedoman
observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan pedoman wawancara.
1. Soal Tes Tertulis
Soal tes tertulis berupa tes pemahaman konsep dan tes kompetensi strategis
matematis. Tes tertulis ini terdiri dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes
yang diberikan pada setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol baik soal-soal untuk
pretes maupun postes dibuat sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan digunakan
dengan pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan, sedangkan tes akhir
dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada tidaknya perubahan yang
signifikan setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang
akan diterapkan. Jadi, pemberian tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar matematika antara siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan metaphorical thinking dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen tes tertulis ini, peneliti
terlebih dahulu membuat kisi-kisi soal. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti
dalam membuat soal tes yang mengukur pemahaman konsep dan kompetensi strategis
matematis. Selanjutnya, dengan bantuan pembimbing memeriksa validitas soal baik
itu validitas muka dan validitas isi (content validity). Pemeriksaan ini dilakukan
sebelum dilakukannya uji coba instrumen tes.
Setelah instrumen tes tersebut divaliditas, selanjutnya dilakukan uji coba. Uji
coba instrumen tes ini dilakukan pada siswa kelas IX di SMP Negeri 12 Bandung
pada tanggal 4 April 2012. Hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis dianalisis dengan menggunakan software Anates
4.0.7 untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda
instrumen tersebut.
a. Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Materi yang disiapkan untuk mengukur pemahaman konsep dan kompetensi
(delapan) semester genap yang mengacu pada KTSP yaitu materi tentang Bangun
Ruang Sisi Datar. Instrumen tes terdiri dari 6 soal untuk mengukur pemahaman
konsep matematis dan 7 soal untuk mengukur kompetensi strategis matematis.
Waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikan tes tersebut adalah 80 menit (2 x 40
menit).
b. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis
Dalam menentukan validitas butir soal, reliabilitas butir soal, dan indeks
kesukaran butir soal, sebelumnya dilakukan pemberian skor terhadap jawaban siswa.
Untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian skor untuk soal tes
pemahaman konsep matematis berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang
dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (Subagiyana, 2009:56) seperti pada tabel
berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran
Tes Pemahaman Konsep Matematis
Skor Kriteria
0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika
1 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas, jawaban sebagian besar terdapat perhitungan yang salah
2 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap, jawaban terdapat perhitungan yang salah
3 Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir lengkap, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar namun terdapat sedikit kesalahan
Selanjutnya, untuk memberikan penilaian yang objektif, kriteria pemberian
skor untuk soal tes kompetensi strategis matematis diadaptasi dari buku How to
Evaluate Progress in Problem Solving (Charles, 1994) seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penskoran
Tes Kompetensi Strategis Matematis
Skor Kriteria
0 Tidak ada solusi sama sekali 1 Hasil salah dan proses salah
2 Hasil salah atau sebagian salah, tetapi hanya karena salah perhitungan saja atau copying error
3 Hasil benar tetapi prosesnya kurang lengkap 4 Hasil dan proses benar
c. Analisis Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Data hasil uji coba instrumen yang diolah dalam penelitian ini meliputi:
validitas tiap butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Pengolahan
data tersebut menggunakan software Anates 4.0.7. Secara lengkap, proses analisis
data hasil uji coba meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid (absah atau shahih) apabila instrumen
tersebut mampu untuk mengevaluasi atau mengukur apa yang seharusnya diukur.
Oleh karena itu, untuk menguji valid tidaknya suatu instrumen, peneliti melakukan
uji validitas instrumen.
1) Validitas Isi
Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari
evaluasi tersebut yang merupakan sampel representatif dari penguasaan yang
dikuasai. Arikunto (2002:67) menyatakan bahwa validitas isi (content validity),
artinya tes yang digunakan merupakan sampel yang mewakili kemampuan yang akan
diukur.
Suatu tes matematika dikatakan memiliki validitas isi yang baik apabila dapat
mengukur Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator yang
telah ditentukan sesuai dengan KTSP. Pertimbangan para pakar (dosen pembimbing)
sangat berperan dalam menyusun validitas isi suatu instrumen dalam hal yang
berkaitan dengan konsep-konsep matematikanya.
2) Validitas Muka
Validitas muka atau sering disebut pula validitas tampilan suatu alat evaluasi
yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya atau tidak menimbulkan multi tafsir. Validitas muka adalah derajat
kesesuaian tes dengan jenjang sekolah atau pendidikan peserta didik. Soal tes
disesuaikan dengan tingkat pendidikan subyek penelitian.
3) Validitas Butir Soal
Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir soal (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu
totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut
(Sudjono, 2001:182). Untuk menguji validitas tiap butir soal, skor-skor yang ada pada
soal akan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson
(Suherman dan Sukjaya, 1990:154), yaitu:
rxy =
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x = Skor siswa pada tiap butir soal
y = Skor total tiap responden (siswa)
N = Jumlah peserta tes
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat validitas digunakan kriteria
menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:147).
Tabel 3.3
Kriteria: Bila rhitung > rtabel , maka butir soal dikatakan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, validitas dari soal uji coba
instrumen tes pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai
Tabel 3.4
Tingkat Validitas Uji Coba
Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Jenis Tes Nomor
mengukur pemahaman konsep matematis, terdapat soal yang memiliki validitas tinggi
dan sangat tinggi. Rata-rata nilai validitas tersebut adalah 0,785, sehingga dapat
disimpulkan bahwa validitas soal yang mengukur pemahaman konsep matematis
tersebut secara keseluruhan memiliki validitas tinggi. Untuk soal yang mengukur
kompetensi strategis matematis, dari 7 soal yang diberikan terdapat validitas sangat
tinggi dan tinggi. Jika dilihat rata-ratanya adalah 0,743, maka ini berarti secara
keseluruhan soal tes yang mengukur kompetensi strategis matematis memiliki
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen dan
untuk menunjukan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya. Sugiyono (2008:173)
mendefinisikan reliabilitas alat ukur sebagai ketetapan alat ukur dalam mengukur apa
yang diukurnya, yang artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan
memberikan hasil ukur yang sama.
Koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dapat diketahui
menggunakan rumus Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990:194) sebagai berikut:
r11 =
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
n = Banyak butir soal (item)
Tolak ukur untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas alat evaluasi
digunakan kriteria menurut Guilfod (Suherman dan Sukjaya, 1990:177). Penafsiran
harga korelasi reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.5
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, reliabilitas dari soal uji coba
pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Tingkat Reliabilitas Uji Coba
Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas
Pemahaman Konsep Matematis 0,91 Sangat Tinggi
Kompetensi Strategis Matematis 0,90 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, dapat dilihat bahwa reliabilitas untuk soal yang
mengukur pemahaman konsep matematis maupun soal yang mengukur kompetensi
strategis matematis termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.
3. Tingkat kesukaran
Arikunto (2002:207) mengungkapkan bahwa soal tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik, apabila butir-butir soal tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk berusaha memecahkannya, dan soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauannya.
Taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang sesuai dengan
kriteria perangkat soal yang diharuskan. Penentuan siswa kelompok atas dan siswa
kelompok bawah, dilakukan dengan cara mengurutkan terlebih dahulu skor siswa dari
kelompok kecil, ambil sebanyak 50% siswa yang skornya tertinggi dan 50% siswa
yang skornya terendah. Selanjutnya masing-masing disebut kelompok atas dan
kelompok bawah.
Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan
menggunakan rumus:
Kriteria penafsiran harga Indeks Kesukaran suatu butir soal menurut
Suherman dan Sukjaya (1990:213) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software Anates 4.0.7
seperti yang tertera pada lampiran, tingkat kesukaran dari soal uji coba pemahaman
Tabel 3.8
Tingkat Kesukaran Uji Coba
Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Jenis Tes Nomor
Tabel 3.8 di atas, menyajikan tingkat kesukaran suatu soal. Berdasarkan tabel
tersebut, dapat dilihat bahwa soal tes nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang mengukur
pemahaman konsep matematis tergolong ke dalam kategori sedang, hanya soal tes
nomor 6 saja yang merupakan soal yang sukar. Untuk soal tes nomor 2, 3, 4, dan 5
yang mengukur kompetensi strategis matematis tergolong ke dalam kategori sedang.
Untuk soal tes nomor 1, 6, dan 7 tergolong ke dalam kategori sukar. Hal ini tidak
berarti bahwa soal yang diberikan memang benar-benar sukar, tetapi lebih
dikarenakan jarangnya siswa mendapatkan soal-soal dengan karakteristik kompetensi
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan
siswa. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi
(DP) yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Discriminatory power (daya pembeda)
DP = indeks daya pembeda suatu butir soal A
Sukjaya (1990:202) adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software Anates 4.0.7
seperti yang tertera pada lampiran, daya pembeda dari soal uji coba pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Daya Pembeda Uji Coba
Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Jenis Tes Nomor
Tabel 3.10 di atas, menyajikan daya pembeda dari soal uji coba. Berdasarkan
tabel tersebut, butir soal yang mengukur pemahaman konsep matematis memiliki
daya pembeda yang cukup, baik dan sangat baik. Butir soal yang mengukur
kompetensi strategis matematis memiliki daya pembeda yang cukup dan baik. Hal
ini mencerminkan bahwa soal yang telah dibuat dapat digunakan sebagai instrumen
Berdasarkan uraian di atas, pada tabel berikut ini disajikan rangkuman uji
coba instrumen untuk soal tes tertulis yang dilakukan sebelum pelaksanaan
penelitian.
Tabel 3.11
Rangkuman Hasil Uji Coba
Soal Tes Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis
Validitas Reliabilitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda
PKM KSM PKM KSM PKM KSM PKM KSM
PKM : Pemahaman Konsep Matematis
KSM : Kompetensi Strategis Matematis
2. Bahan Ajar
Dalam penelitian ini, bahan ajar yang digunakan adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP disusun sebagai panduan
bagi peneliti dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam penelitian
ini diterapkan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking. Oleh karena
itu, bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen adalah bahan ajar khusus.
diberikan pada kelas eksperimen. LKS dirancang dan dikembangkan sesuai dengan
karakteristik dari pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking, serta
dengan mempertimbangkan kecakapan matematis (mathematical proficiency) yang
ingin dicapai, yaitu pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis.
3. Angket
Angket merupakan instrumen skala sikap. Instrumen ini bertujuan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan melalui
pendekatan metaphorical thinking. Data skala sikap berguna untuk mengetahui
kualitas sikap siswa terhadap (1) pelajaran matematika, (2) pembelajaran matematika
melalui pendekatan metaphorical thinking, serta (3) soal-soal tes pemahaman konsep
dan kompetensi strategis matematis. Angket sikap yang digunakan terdiri dari 5
komponen, yaitu: (a) kepercayaan diri belajar matematika, (b) kecemasan
matematika, (c) kegunaan matematika, (d) motivasi dalam belajar matematika, dan
(e) peranan guru (Herdian, 2010).
Angket skala sikap yang disusun mengacu pada skala Likert. Kisi-kisi angket
disusun berdasarkan lima komponen di atas, yang setiap komponennya memiliki
pernyataan positif dan negatif. Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut
terbagi ke dalam 5 kategori, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap,
skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya
dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat
skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1.
Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S
diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5. Penyusunan
skala sikap diawali dengan pembuatan kisi-kisi skala sikap yang bertujuan agar
efektif yang hendak diukur terangkum secara proporsional.
4. Observasi
Observasi merupakan kegiatan melihat sesuatu secara cermat untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu itu. Observasi ini digunakan
untuk mengamati dan mengumpulkan semua data tentang aktivitas siswa dan guru
selama proses pembelajaran berlangsung di kelas eksperimen. Dalam pengumpulan
data aktivitas siswa dan guru digunakan lembar observasi yang dilakukan dengan cara
membubuhkan tanda cek () pada setiap aspek yang dilakukan siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung yang berupa skor (Herdian, 2010).
Aktivitas siswa yang diamati pada kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
metaphorical thinking adalah keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab
pertanyaan, mengemukakan dan menanggapi pendapat, mengemukakan ide untuk
menyelesaikan masalah, bekerjasama dalam kelompok, berada dalam tugas
kelompok, membuat metafora dalam kelompok, membuat kesimpulan di akhir
pembelajaran dan menulis hal-hal yang relevan dengan pembelajaran. Sedangkan
aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking. Untuk melihat aktivitas
juga salah seorang mahasiswa sekolah pascasarjana UPI program magister, pada
Program Studi Pendidikan Matematika.
Selain itu juga digunakan lembar observasi untuk mengamati setiap indikator
kemampuan dari pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis yang dapat
dicapai siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Wawancara
Pedoman wawancara merupakan panduan yang digunakan untuk mencari
informasi tambahan terhadap proses pembelajaran melalui pendekatan metaphorical
thinking yang sudah dilakukan. Siswa yang dipilih untuk diwawancarai adalah semua
siswa di kelas eksperimen.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,
angket skala sikap dan lembar wawancara. Data yang berkaitan dengan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa dikumpulkan melalui tes (pretes
dan postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan metaphorical thinking dikumpulkan melalui angket
3.6Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis secara
statistik. Sedangkan angket skala sikap, hasil pengamatan dengan menggunakan
lembar observasi, dan pedoman wawancara dianalisis secara deskriptif.
Data yang dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa dan data kualitatif berupa angket
skala sikap, hasil observasi, dan pedoman wawancara. Untuk melakukan uji hipotesis
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excell 2007 dan software
SPSS 16.
Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Menghitung skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang digunakan.
b. Menghitung Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
Gain ternormalisasi (g) = (Meltzer, 2002)
Gain ternormalisasi ini untuk melihat mutu peningkatan kompetensi yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
Tabel 3.12
Klasifikasi Gain (g)
Besarnya Gain (g) Interpretasi
g 0,7 Tinggi
0,3 g < 0,7 Sedang
g <0,3 Rendah
(Hake, 1999)
c. Menyajikan statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain yang
meliputi skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), rata-rata , dan simpangan
baku (S).
d. Melakukan uji normalitas pada data pretes dan N-Gain pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis
statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya.
Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal
Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Kolmogorov- Smirnov atau
Shapiro-Wilk.
Kriteria pengujian, jika nilai signifikansi > αmaka H0 diterima.
e. Menguji homogenitas varians data skor pretes dan N-Gain pemahaman konsep
dan kompetensi strategis matematis. Pengujian homogenitas antara dua
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : variansi pada tiap kelompok sama
H1 : tidak semua variansi pada tiap kelompok sama
Uji statistiknya menggunakan Uji Levene. Kriteria pengujian H0 diterima
apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi (α = 0,05).
Apabila data tersebut normal dan homogen, uji hipotesis dilakukan dengan uji t.
Tetapi jika data tersebut normal tetapi tidak homogen dilakukan dengan uji t’,
dan jika data tidak normal maka uji hipotesis menggunakan uji non parametric
yaitu uji Mann-Whitney U. Adapun hipotesis yang diuji dalam uji perbedaan dua
rataan:
Uji dua pihak/arah (2-tailed)
H0 :
H1:
Atau
Uji sepihak/searah (one-tailed)
H0 :
H1:
Jika kedua data berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata
menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji Independent-Sample T Test. Jika
variansi kedua kelompok data homogen, nilai signifikansi yang diperhatikan yaitu
nilai pada baris “Equal variances assumed”. Sedangkan jika variansi kedua
baris “Equal variances not assumed”. Sedangkan jika terdapat minimal satu data
tidak berdistribusi normal, maka uji perbedaan dua rerata menggunakan uji statistik
non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Alasan pemilihan uji Mann-Whitney U
yaitu dikarenakan kedua sampel diuji saling bebas (independen) (Ruseffendi, 1993).
Kriteria penerimaan H0 untuk uji dua pihak yaitu bila nilai signifikansi > 0,025.
Dimana 0.025 diperoleh dari α , untukα = 0,05.
f. Skala Sikap
Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap (1)
pelajaran matematika, (2) pembelajaran matematika melalui pendekatan metaphorical
thinking, serta (3) soal-soal tes pemahaman konsep dan kompetensi strategis
matematis. Pembuatan angket dilakukan dengan berpedoman pada skala Likert.
Derajat penilaian terhadap suatu pernyataan tersebut terbagi ke dalam 5 kategori,
yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), Netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS). Dalam menganalisis hasil skala sikap, skala kualitatif tersebut ditransfer
ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang
bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang
bersifat positif, pemberian skornya adalah SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi
skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif,
pemberian skornya adalah SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi
g. Data Observasi
Data hasil observasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang dirangkum dalam lembar observasi. Tujuannya
adalah untuk membuat refleksi terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran
berikutnya dapat menjadi lebih baik dari pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan
skenario yang telah dibuat. Selain itu, lembar observasi ini digunakan untuk
mendapatkan informasi lebih jauh tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif
dan kualitatif.
3.7Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun jadwal penelitian
b. Membuat rencana penelitian
c. Menyusun instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari sampel yang telah
dipilih.
b. Melakukan pretes di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.
c. Melakukan perlakuan (treatment) pembelajaran sesuai dengan rencana
d. Mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
e. Melakukan postes di kedua kelas setelah pembelajaran selesai dilakukan pada
masing-masing kelas.
f. Memberikan angket skala sikap pada kelas eksperimen
g. Memberikan lembar (pedoman) wawancara pada siswa kelas eksperimen.
3. Tahap Pengumpulan Data
4. Tahap Analisis Data
3.8Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai Desember 2011 sampai Juli
3.9Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaan
penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam bentuk diagram
berikut:
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran
biasa Studi Pendahuluan:
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah,
Studi Literatur, dll
Pengembangan dan Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen Penelitian dan Ujicoba, Penentuan
Kategori Kemampuan Matematis Siswa
Pemilihan Responden Penelitian
Pretes
Kelas Eksperimen Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan metaphorical thinking
Postes
Observasi dan angket sikap siswa
Analisis Data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai
perbedaan peningkatan pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis
antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical
thinking, dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep matematis antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori
kemampuan matematis siswa.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
4. Terdapat perbedaan peningkatan kompetensi strategis matematis antara siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metaphorical thinking,
dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa ditinjau dari kategori
5. Siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pelajaran matematika,
terhadap pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking, serta
terhadap soal-soal pemahaman konsep dan kompetensi strategis matematis.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi para guru matematika, pembelajaran melalui pendekatan metaphorical
thinking hendaknya dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan
pembelajaran untuk diimplementasikan dalam pengembangan pembelajaran
matematika di kelas, terutama untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
kompetensi strategis matematis siswa.
2. Pembelajaran matematika melalui pendekatan metaphorical thinking
hendaknya dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan
tujuan agar proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
3. Untuk menerapkan pembelajaran melalui pendekatan metaphorical thinking,
sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang lebih baik,
sehingga pembelajaran dapat berjalan secara sistematis sesuai dengan rencana,
dan diharapkan guru menyediakan benda nyata atau model yang sesuai dengan
pokok bahasan yang diajarkan.
4. Perlu dikembangkan oleh pihak sekolah melalui Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Matematika, soal-soal untuk meningkatkan pemahaman
mengerjakan soal-soal tersebut sehingga dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan kompetensi strategis matematis siswa.
5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, tetapi pada level sekolah tinggi atau rendah
atau terhadap jenjang pendidikan lain seperti sekolah dasar, sekolah menengah
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Carreira, S. (2001). Where There’s a Model, There’s a Metaphor: Metaphorical Thinking in Students’ Understanding of a Mathematical Model. An
International Journal Mathematical Thinking and Learning. 3(4), 261-287.
Charles, R. (1994). How to Evaluate Progress in Problem Solving. USA: NCTM.
Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman
matematis Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Open-Ended. Disertasi. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Djamarah, S.B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferara, F. (2005). Bridging Perception and Theory: What Role Can Metaphors and
Imagery Play?. Torino: Universita di Torino.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.[16 Januari 2012].
Hendriana, H. (2009). Pembelajaran dengan Metaphorical Thinking untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.
Herdian. (2010). Pengaruh Penerapan Metode Discovery (Penemuan) Dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Menengah Pertama Terhadap Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.
Hickey, D.J. (1999). Figurs of Trought : For College Writers. Michigan: Mayfield Publishing.
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (Eds.). (2001). Adding it Up: Helping
Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Lakoff, G. and Johnson, M. (1980). Philosophy in the Flesh. Basic Books.
Ludlow-Saenz, A. (2004). Metaphor and Numerical Diagrams in The Arithmetical
Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Score. American Journal of Physics. Vol. 70 (12)
1259-1268.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, E.T. (1993). Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, H. E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Edisi Revisi. Bandung: Tarsito.
Subagiyana. (2009). Pengaruh Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matemaris Siswa SMP Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan Pendekatan Kontekstual. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.
Sudjono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Sumarmo, U. (1993). Peranan Kemampuan Logik dan Kegiatan Belajar terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik pada Siswa SMA di Kodya Bandung. Laporan Penelitian IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Sumarmo,U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah disajikan pada Seminar
Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Wahab, A. (1995). Isu Linguistik : Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.
Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan
Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan.
Widjajanti, D.B. (2011). Mengembangkan Kecakapan Matematis Mahasiswa Calon
Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. Makalah terdapat pada Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. [Online]. Tersedia: