• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

Ribka Astasari Mulyono

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement pada karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee

engagement. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 orang karyawan tetap dari 4 toko di

Yogyakarta dengan masa kerja minimal 1 tahun. Reliabilitas skala persepsi terhadap dukungan organisasi dan skala employee engagement masing-masing diuji menggunakan teknik Alpha

Cronbach. Skala persepsi terhadap dukungan organisasi terdiri dari 12 aitem dengan nilai

reliabilitas sebesar 0,903. Skala employee engagement terdiri dari 21 aitem dengan nilai reliabilitas sebesar 0,912. Berdasarkan hasil uji asumsi, data persepsi terhadap dukungan organisasi dan data

employee engagement termasuk dalam distribusi normal dan linear. Uji hipotesis data penelitian

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,691 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

(2)

RELATIONSHIP BETWEEN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT AND EMPLOYEE ENGAGEMENT

Ribka Astasari Mulyono ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between perceived organizational support and employee engagement among employees. The hypothesis proposed in this research was the positive correlation between perceived organizational support and employee engagement. Subjects in this study were 106 permanent employees from 4 stores in Yogyakarta who have worked for minimum one year. Reliability of perceived organizational support scale and employee engagement scale were tested using Alpha Cronbach. Scale or perceived organizational support consists of 12 items and the reliability value was 0.903. Scale of employee engagement consists of 21 items and the reliability value was 0.912. Based on the assumptions test, the data of perceived organizational support and employee engagement were normal and linear. Hypothesis test conducted in this research were using Product Moment Pearson correlation technique. Result of hypothesis test showed that correlation of perceived organizational support and employee engagement was 0.691 with p = 0.000 (p<0.05). This result indicates that there is a significant positive correlation between perceived organizational support and employee engagement.

(3)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

ORGANISASI DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

PADA KARYAWAN TOKO DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Ribka Astasari Mulyono

119114025

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN

ORGANISASI DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

PADA KARYAWAN TOKO DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Ribka Astasari Mulyono

119114025

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;

ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya

Mazmur 139:14

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,

maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu

Matius 6 : 33

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu

seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia

Kolose 3:23

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus

(8)
(9)

vi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORGANISASI DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

Ribka Astasari Mulyono

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement pada karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement. Subjek dalam penelitian ini adalah 106 orang karyawan tetap dari 4 toko di Yogyakarta dengan masa kerja minimal 1 tahun. Reliabilitas skala persepsi terhadap dukungan organisasi dan skala employee engagement masing-masing diuji menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala persepsi terhadap dukungan organisasi terdiri dari 12 aitem dengan nilai reliabilitas sebesar 0,903. Skala employee engagement terdiri dari 21 aitem dengan nilai reliabilitas sebesar 0,912. Berdasarkan hasil uji asumsi, data persepsi terhadap dukungan organisasi dan data employee engagement termasuk dalam distribusi normal dan linear. Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,691 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

(10)

vii

RELATIONSHIP BETWEEN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT AND EMPLOYEE ENGAGEMENT

Ribka Astasari Mulyono ABSTRACT

This study aimed to determine the relationship between perceived organizational support and employee engagement among employees. The hypothesis proposed in this research was the positive correlation between perceived organizational support and employee engagement. Subjects in this study were 106 permanent employees from 4 stores in Yogyakarta who have worked for minimum one year. Reliability of perceived organizational support scale and employee engagement scale were tested using Alpha Cronbach. Scale or perceived organizational support consists of 12 items and the reliability value was 0.903. Scale of employee engagement consists of 21 items and the reliability value was 0.912. Based on the assumptions test, the data of perceived organizational support and employee engagement were normal and linear. Hypothesis test conducted in this research were using Product Moment Pearson correlation technique. Result of hypothesis test showed that correlation of perceived organizational support and employee engagement was 0.691 with p = 0.000 (p<0.05). This result indicates that there is a significant positive correlation between perceived organizational support and employee engagement.

(11)
(12)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, penyertaan dan

pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

tepat waktu. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana (S.Psi).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus, atas segala didikan, berkat, penyertaan, pertolongan,

perlindungan dan karunia yang melimpah sepanjang hidup saya.

2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memilih dan menetapkan dosen

pembimbing skripsi terbaik bagi saya.

4. Bapak Prof. Agustinus Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing selama 8 semester ini.

5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi selaku Dosen Mata Kuliah Seminar

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar menghadapi saya,

mendukung, mengarahkan dan memberikan semangat optimisme selama

proses penyusunan skripsi.

6. Bapak Carolus Wijoyo Adinugroho, M.Psi selaku Dosen Mata Kuliah

Konseling yang telah menyadarkan dan mengubah cara pandang saya dalam

menghadapi dunia.

7. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Indonesia yang telah memberikan

beasiswa penuh selama penulis mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

8. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala

pengetahuan, wawasan, cara pikir, perhatian serta dukungan yang diberikan

(13)

x

9. Mas Gandung, Mas Muji, Pak Gie, Ibu Nanik dan Mas Doni, terima kasih atas

bantuan yang diberikan.

10.Om Har, Tante Agnes dan Ko Ricky selaku pemilik toko yang telah

memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

11.Mbak Uus, Mbak Woro, Mbak Ana, Mbak Vita, Mbak Hani dan Mbak Wahyu

selaku manager toko yang telah banyak membantu peneliti dalam melakukan

penelitian.

12.Seluruh karyawan Toko Satria Pancing, Toko Satria Mataram, Toko Jolie,

Toko Narwastu, dan Toko Bella yang telah bersedia menjadi subjek penelitian

dan meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian.

13.Papah yang selalu menyayangiku tanpa syarat, memberikan doa, dukungan,

nasehat, menguatkan di saat aku lemah dan mengajarkan tentang kehidupan

kepadaku. Papah adalah sosok yang selalu hadir di saat aku senang maupun

susah. Prinsip hidup yang aku miliki saat ini tidak lepas dari didikanmu,

Papah.

14.Almarhum mamahku yang telah melahirkan aku. Melihatmu secara nyata pun

aku belum pernah, tapi aku tahu, cinta yang kau berikan padaku adalah

melimpah, sejak aku masih benih dalam kandunganmu.

15.Mamah Budi yang telah merawat dan membesarkanku sejak aku masih bayi

dan terus menuntutku untuk menjadi orang yang lebih baik dari waktu ke

waktu.

16.Cik Debby, Ko Daniel serta Ko Agus yang selalu menyayangiku, mendukung,

memberikan semangat, mengajariku tentang kehidupan serta menguatkan di

saat aku lemah.

17.Angie, Shareen, dan Phoebe, tiga keponakanku yang lucu, cantik dan

menggemaskan yang telah hadir dalam hidupku, memberi warna dan

keceriaan bagiku.

18.Elita, Anka, Elia, dan Lyvia. Sahabat seperjuangan sejak kita masih belum

paham arti kehidupan yang sebenarnya. Terima kasih telah hadir mengisi

(14)

xi

belajar tentang kehidupan. Terima kasih atas segala dukungan yang kalian

berikan.

19.Almarhum Om Tjoen-Tjoen selaku pembimbing rohani yang mengarahkanku

pada kehidupan yang benar di hadapan Tuhan dan juga membagikan

prinsip-prinsip hidup yang sangat berarti bagiku hingga saat ini.

20.Mesach, terima kasih atas bantuan, semangat, pengertian, serta dukungan yang

diberikan, dan terlebih lagi terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

21.Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang tidak dapat aku

sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, semangat,

pelajaran mengenai nilai kehidupan dan juga dukungan yang kalian berikan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, peneliti mengaharpkan kritik dan saran dari pembaca untuk

memperbaiki karya ilmiah ini. Penulis juga berharap penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, Mei 2015

Penulis

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

A. Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 12

1. Definisi Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 12

2. Aspek Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 12

a. Keyakinan karyawanan mengenai pengahargaan organisasi terhadap kontribusi karyawan... 12

b. Keyakinan karyawan mengenai kepedulian organisasi pada kesejahteraan karyawan ... 13

3. Dampak Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 13

(16)

xiii

b. Afeksi Terkait dengan Pekerjaan ... 14

c. Keterlibatan Pekerjaan ... 15

d. Performansi... 15

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Employee Engagement.... 21

a. Kebermaknaan Psikologis (Psychological Meaningfulness) 21 b. Keamanan Psikologis (Psychological Safety) ... 22

c. Ketersediaan Psikologis (Psychological Availability)... 24

C. Dinamika Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dan Employee Engagement ... 25

D. Kerangka Penelitian ... 28

E. Hipotesis ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 30

1. Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 31

2. Employee Engagement ... 31

D. Sampel Penelitian ... 32

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 34

(17)

xiv

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

1. Validitas ... 36

2. Uji / Seleksi Item ... 36

a. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 37

b. Skala Employee Engagement ... 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Pelaksanaan Penelitian ... 44

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 45

C. Hasil Penelitian ... 47

1. Untuk Subjek Penelitian (Karyawan) ... 65

2. Untuk Pemilik Toko ... 66

3. Untuk Peneliti Selanjutnya ... 66

(18)

xv

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 34

Tabel 2. Penilaian Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 35

Tabel 3. Blue Print Skala Employee Engagement ... 35

Tabel 4. Penilaian Skala Employee Engagement ... 36

Tabel 5. Sebaran Item Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 38

Tabel 6. Skala Penelitian Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 39

Tabel 7. Sebaran Item Skala Employee Engagement ... 40

Tabel 8. Skala Penelitian Employee Engagement ... 41

Tabel 9. Data Demografis Subjek Penelitian ... 45

Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian ... 45

Tabel 11. Hasil Uji T Mean Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 46

Tabel 12. Hasil Uji T MeanEmployee Engagement ... 47

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 48

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ... 51

Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis ... 54

Tabel 16. Uji Normalitas Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dan Employee Engagement berdasarkan Tahap Perkembangan ……… 55

Tabel 17. Uji Homogenitas Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dan Employee Engagement Berdasarkan Tahap Perkembangan ……… 56

(20)

xvii

DAFTAR BAGAN

(21)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kurva Normal Persepsi terhadap Dukungan Organisasi ... 49

Grafik 2. Kurva Normal Employee Engagement ... 50

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Try Out ... 74

Lampiran 2. Skala Penelitian ... 84

Lampiran 3. Reliabilitas Skala ... 92

Lampiran 4. Uji Asumsi ... 103

Lampiran 5. Uji Hipotesis ... 106

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian abad 21 ditandai dengan globalisasi ekonomi, yaitu suatu

proses kegiatan ekonomi dan perdagangan yang terjadi antarnegara tanpa

memandang batas teritorial dan menjadi satu kekuatan pasar yang semakin

terintegrasi (www.duniaesai.com). Globalisasi menuntut adanya efisiensi dan

daya saing dalam dunia usaha. Perusahaan berlomba-lomba untuk

meningkatkan performansi perusahaan agar dapat unggul dalam bersaing

dengan perusahaan kompetitor (Sakovska, 2012). Situasi ini menuntut

perusahaan untuk memiliki sumber daya manusia yang berkomitmen, loyal,

serta memiliki tingkat produktivitas yang tinggi (Abraham, 2012).

Agar dapat bersaing di era globalisasi, perusahaan membutuhkan

karyawan yang tidak hanya mengerahkan seluruh potensi serta kapabilitas

yang dimiliki dalam pekerjaan mereka, namun juga puas dalam bekerja

(Bakker & Leiter, 2010). Beberapa waktu yang lalu, kepuasan kerja karyawan

yang berkontribusi pada stabilitas dan produktivitas tenaga kerja diyakini

sebagai kunci kesuksesan organisasi (Sanchez & McCauley, 2006). Namun, di

era globalisasi ini makin dirasakan bahwa kepuasan kerja serta stabilitas

karyawan saja tidak cukup untuk memberikan hasil bisnis yang diinginkan

oleh perusahaan (Sakovska, 2012). Karyawan yang puas dalam bekerja hanya

(24)

dengan produktivitas yang lebih tinggi (Abraham, 2012). Perusahaan

membutuhkan karyawan yang proaktif, memiliki inisiatif, bertanggung jawab

atas pengembangan diri dan berkomitmen untuk memiliki standar performansi

yang tinggi (Bakker & Leiter, 2010). Perusahaan membutuhkan karyawan

yang enerjik dan berdedikasi. Dengan kata lain, perusahaan membutuhkan

karyawan yang engaged (Bakker & Leiter, 2010).

Penelitian lain mengemukakan bahwa employee engagement merupakan

kunci terbaik bagi perusahaan untuk dapat memperoleh keuntungan kompetitif

(Rashid et al., 2011). Karyawan yang engaged memiliki gairah yang

mendorong mereka untuk membangun dan berinovasi, mencari cara-cara baru

dan lebih efektif dalam menjalankan peran mereka serta mendorong organisasi

agar semakin maju (Coffman dalam Sanford, 2002).

Kebutuhan perusahaan akan karyawan yang engaged ternyata tidak selaras

dengan kenyataan yang terjadi di dalam dunia ketenagakerjaan. Realita yang

terjadi adalah fenomena employee engagement semakin mengalami penurunan

dan fenomena employee disengagement semakin meningkat (Bates &

Richman dalam Saks, 2006). Kahn (1990) mendefinisikan employee

disengagement sebagai karyawan yang secara simultan menarik diri,

menunjukkan perilaku yang mempromosikan kurangnya koneksi, absensi

secara fisik, kognitif dan emosional, pasif, tidak menjalankan peran kerja

secara penuh. Rich (dalam Alvi et al 2014) mengemukakan bahwa terdapat

disengagement yang intensif di antara para pekerja organisasi era modern ini.

(25)

Research pada 142 negara di dunia, mulai dari Benua Eropa, Amerika, Afrika

dan Asia, termasuk di Indonesia, menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2012

di seluruh dunia ini terdapat 13% karyawan yang engaged, 63% karyawan

yang not-engaged dan 24% karyawan yang benar-benar terlepas (actively

disengaged).

The Gallup Research mengemukakan 3 level engagement, yaitu engaged,

not-engaged dan actively disengaged (Krueger & Killham, 2005). Karyawan

yang engaged adalah karyawan yang bekerja dengan semangat, memiliki

hubungan yang mendalam dengan organisasi, memiliki inovasi dan

mendorong organisasi untuk maju (The Gallup Research dalam Krueger &

Killham, 2005). Karyawan yang not-engaged adalah karyawan yang pada

dasarnya mengalokasikan waktu untuk bekerja, namun tidak mengerahkan

semangat dan energinya dalam bekerja (The Gallup Research dalam Krueger

& Killham, 2005). Karyawan yang actively disengaged adalah karyawan yang

tidak bahagia dalam bekerja, sibuk menunjukkan perasaannya tersebut dalam

bekerja, serta merusak pencapaian rekan sekerja (The Gallup Research dalam

Krueger & Killham, 2005). Kelompok karyawan not-engaged memiliki

peluang untuk beralih menjadi actively disengaged, employee disengagement

akan meningkat dan membawa dampak buruk pada produktivitas serta moral

organisasi (Towers Perrin, 2003).

Heikkeri (2010) mengemukakan bahwa employee disengagement tidak

hanya memberikan dampak yang buruk bagi organisasi, namun juga bagi

(26)

menurunkan ketertarikan kerja sehingga kepuasan kerja menurun, mereduksi

sikap bertanggung jawab pada karyawan, kurangnya inovasi pada organisasi,

dan tingginya intensi turnover karyawan. Berdasarkan pemaparan dampak

negatif yang terjadi akibat fenomena employee disengagement, usaha untuk

menciptakan employee engagement dalam organisasi menjadi suatu hal yang

sangat penting.

Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma dan Bakker (2002) mendefinisikan

work engagement sebagai keadaan pikiran yang positif, memenuhi, berkaitan

dengan pekerjaan, dikarakteristikkan dengan adanya vigor, dedikasi dan

absorpsi. Istilah work engagement yang diusung oleh Schaufeli sebenarnya

merupakan istilah padanan dari employee engagement (Alvi, Haider, Haneef

& Ahmed, 2014).

Schaufeli dan Bakker (2003) mengemukakan bahwa employee engagement

memiliki 3 aspek yang terdiri dari semangat, dedikasi dan absorpsi. Semangat

dicirikan dengan adanya energi yang tinggi dan resiliensi mental selama

bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha pada pekerjaan dan teguh

meskipun saat sedang menghadapi masa sukar (Schaufeli, Salanova,

Gonzalez-Roma & Bakker, 2002). Dedikasi dicirikan dengan adanya rasa

bermakna, antusiasme, inspirasi, bangga dan merasa tertantang (Schaufeli,

Salanova, Gonzalez-Roma & Bakker, 2002). Absorpsi dicirikan dengan secara

penuh terkonsentrasi dan secara dalam mengerahkan perhatian pada pekerjaan,

di mana waktu terasa berlalu dengan cepat dan sulit melepaskan diri dari

(27)

Employee engagement memiliki dampak yang menguntungkan bagi

organisasi maupun bagi karyawan (Heikkeri, 2010). Bakker dan Demerouti

(2008) mengemukakan bahwa karyawan yang engaged kerap mengalami

emosi positif (kebahagiaan, sukacita, dan antusiasme), mengerahkan sumber

daya pribadi pada pekerjaan, mengalami kesehatan yang lebih baik, dan

menularkan engagement mereka pada karyawan lain. Cropanzano dan Wright

(dalam Bakker & Demerouti, 2008) mengatakan bahwa karyawan yang

bahagia akan lebih sensitif terhadap peluang yang ada dalam pekerjaan, lebih

ramah serta mau menolong sesama, serta lebih percaya diri dan optimis.

Xanthopoulou et al., dalam Bakker dan Demerouti (2008) menambahkan

bahwa engagement memiliki dampak positif berupa peningkatan sumber daya

pribadi (optimisme, efikasi diri, dan harga diri) serta sumber daya pekerjaan

(dukungan sosial dari rekan, otonomi, pembinaan, dan umpan balik) dari

waktu ke waktu. Karyawan yang engaged juga akan lebih produktif dalam

bekerja karena mereka mampu mengerahkan sumber daya yang mereka miliki

untuk pekerjaan (Bakker & Demerouti, 2008). Bakker dan Demerouti (2008)

juga mengemukakan bahwa employee engagement berkorelasi positif dengan

kesehatan karyawan. Hal ini memiliki implikasi bahwa karyawan yang

engaged akan lebih mampu bekerja dengan baik. Karyawan yang engaged

juga akan mengkomunikasikan optimisme, sikap positif dan perilaku pro-aktif

pada rekan-rekan kerja mereka sehingga menciptakan iklim tim yang positif

(Bakker & Demerouti, 2008). Dengan demikian, para pekerja akan dapat

(28)

Terdapat beberapa peneliti sebelumnya yang telah meneliti employee

engagement. Ugwu dan Ogwuche (2013) melakukan penelitian pada 218

pekerja pria dan wanita di 11 bank komersial Nigeria dengan rentang tingkat

pendidikan diploma hingga S2 serta rata-rata lama kerja 6,31 tahun. Hasil

penelitian menemukan bahwa gender, tingkat pendidikan, usia dan lama kerja

memiliki efek secara signifikan pada employee engagement, yaitu memberi

variasi sebesar 6,7% pada employee engagement. Ugwu dan Ogwuche (2013)

menyatakan bahwa setiap organisasi lintas negara memiliki lingkungan yang

berbeda yang dapat mempengaruhi perilaku karyawan terhadap organisasi.

Penelitian lain mengenai employee engagement dilakukan oleh Saks

(2006) pada 102 pekerja di Kanada dari organisasi serta pekerjaan yang

berbeda-beda, usia rata-rata 34 tahun dan 60% terdiri dari partisipan

perempuan. Saks (2006) membagi employee engagement menjadi 2 aspek,

yaitu job engagement dan organization engagement. Dari hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa karakteristik pekerjaan, persepsi terhadap dukungan

organisasi, persepsi terhadap supervisor, imbalan dan penghargaan, keadilan

prosedural dan keadaan distributif menjadi anteseden dari munculnya

employee engagement. Namun, tidak semua anteseden memiliki korelasi pada

kedua aspek employee engagement. Berdasarkan perhitungan statistik yang

dilakukan oleh Saks, diketahui bahwa hanya variabel persepsi terhadap

dukungan organisasi yang memiliki korelasi positif terhadap kedua aspek

(29)

Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah keyakinan umum karyawan

mengenai sejauh mana organisasi menilai kontribusi karyawan dan peduli

terhadap kesejahteraan karyawan (Rhoades dan Eisenberg, 2002). Menurut

teori dukungan organisasional, perkembangan persepsi terhadap dukungan

organisasi dimulai dari kecenderungan karyawan untuk menilai organisasi

seperti karakteristik manusia (Eisenberger et al dalam Rhoades & Eisenberger,

2002). Personifikasi terhadap organisasi dilihat dari hukum dan moral yang

berlaku di organisasi, pertanggung jawaban finansial organisasi terhadap para

manager atau supervisor, kebijakan, norma dan budaya organisasi yang

memberikan kontinyuitas dan menentukan perilaku, serta kekuasaan manajer

atau supervisor di organisasi dalam mempekerjakan karyawan (Levinson

dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).

Berdasarkan definisi dari persepsi terhadap dukungan organisasi, Rhoades

dan Eisenberger (2002) mengemukakan 2 aspek persepsi terhadap dukungan

organisasi, yaitu keyakinan karyawan mengenai penghargaan organisasi

terhadap kontribusi karyawan dan keyakinan karyawan mengenai kepedulian

organisasi pada kesejahteraan karyawan. Keyakinan karyawan bahwa

organisasi menghargai kontribusi mereka akan meningkatkan ekspektasi

karyawan bahwa organisasi akan memberi imbalan yang lebih besar bagi

usaha yang dilakukan karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan (Worley,

Fuqua & Hellman, 2009). Keyakinan karyawan bahwa organisasi peduli pada

(30)

praktik organisasi yang berkaitan dengan waktu untuk kepentingan pribadi

atau perawatan keluarga karyawan (Worley, Fuqua & Hellman, 2009).

Rhoades dan Eisenberger (2002) juga menemukan beberapa konsekuensi

positif dari persepsi terhadap dukungan organisasi. Konsekuensi yang paling

kuat berkaitan dengan persepsi terhadap dukungan organisasi adalah

komitmen afektif. Karyawan akan melakukan tindakan timbal balik atas

kepedulian dan penilaian positif organisasi dengan cara meningkatkan ikatan

emosional pada organisasi. Persepsi terhadap dukungan organisasi juga

memiliki hubungan positif yang cukup kuat dengan kepuasan kerja, mood

positif dan berhubungan negatif dengan ketegangan. Hal ini menunjukkan

bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi menyediakan fungsi

sosioemosional penting selain membentuk rasa tanggung jawab untuk

membantu organisasi. Persepsi terhadap dukungan organisasi juga memiliki

hubungan positif yang cukup kuat dengan perilaku ekstra terhadap organisasi

dan hubungan negatif dengan keterlambatan, absensi, dan intensi turnover.

Penelitian lain mengenai Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

dilakukan oleh Saks (2006) dengan mengemukakan bahwa dasar pemikiran

dari persepsi terhadap dukungan organisasi adalah Social Exchange Theory

(SET). Prinsip dasar dari SET adalah bahwa suatu hubungan berevolusi dari

waktu ke waktu menjadi percaya, loyal, dan komitmen mutual selama

pihak-pihak yang bersangkutan mematuhi aturan pertukaran tertentu (Cropanzano &

Micthell dalam Saks, 2006). Berdasarkan SET, persepsi terhadap dukungan

(31)

sebagai pihak yang mendukung seharusnya membalas transaksi tersebut

dengan menjadi lebih lekat secara afektif dan emosional terhadap organisasi

(Blau dalam Alvi et al, 2014). Hal ini mendukung penelitian Saks (2006)

sebelumnya yang menemukan bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi

dapat menjadi prediktor bagi employee engagement. SET menjelaskan bahwa

rasa tanggung jawab ditimbulkan dari serangkaian interaksi antara pihak

perusahaan dan karyawan yang berada dalam keadaan timbal balik

interdependen (Saks, 2006). Hal ini sesuai dengan definisi Robinson et al

(dalam Saks, 2006) yang menyatakan bahwa employee engagement

merupakan hubungan dua arah antara pemberi kerja dengan pekerja.

Penelitian Saks (2006) memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan yang

pertama adalah tidak dapat dipastikan mengenai anteseden atau konsekuensi

yang menyebabkan engagement. Kelemahan yang kedua adalah pemilihan

sampel menggunakan pendekatan snowball menjadikan hasil penelitian tidak

dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar (Saks, 2006). Maka,

diperlukan penelitian mengenai employee engagement pada negara dan bangsa

yang berbeda (Kular et al, 2008)

Berdasarkan penjelasan mengenai employee engagement dan persepsi

terhadap dukungan organisasi, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

persepsi terhadap dukungan organisasi terhadap employee engagement.

Penelitian mengenai employee engagement menjadi penting untuk dilakukan

(32)

negara barat (Kular et al, 2008) yang relatif memiliki sedikit perbedaan

budaya (Shimazu, Miyanaka & Schaufeli, 2002).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka dapat

dirumuskan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu apakah terdapat

hubungan persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement

pada karyawan toko di Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi

terhadap dukungan organisasi dan employee engagement pada karyawan toko

di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan pada bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai

persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement,

khususnya pada karyawan toko di Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi karyawan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi

(33)

karyawan dan tingkatan employee engagement yang dimiliki

karyawan.

b. Bagi Pemilik Toko

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refleksi

bagi pemilik toko mengenai persepsi karyawan terhadap dukungan

organisasi dan juga untuk mengetahui tingkatan employee engagament

(34)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

1. Definisi Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Rhoades dan Eisenberger (2002) mendefinisikan persepsi terhadap

dukungan organisasi sebagai keyakinan umum karyawan mengenai sejauh

mana organisasi menilai kontribusi karyawan dan peduli terhadap

kesejahteraan karyawan.

2. Aspek Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Rhoades dan Eisenberger (2002) mengemukakan 2 aspek persepsi

terhadap dukungan organisasi, meliputi :

a. Keyakinan karyawan mengenai pengahargaan organisasi terhadap

kontribusi karyawan

Keyakinan karyawan bahwa organisasi menghargai kontribusi

mereka akan meningkatkan ekspektasi karyawan bahwa organisasi

akan memberi imbalan yang lebih besar bagi usaha yang dilakukan

karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan (Worley, Fuqua &

(35)

b. Keyakinan karyawan mengenai kepedulian organisasi pada

kesejahteraan karyawan

Keyakinan karyawan bahwa organisasi peduli pada kesejahteraan

karyawan merefleksikan persepsi karyawan atas kebijakan dan praktik

organisasi yang berkaitan dengan waktu untuk kepentingan pribadi

atau perawatan keluarga karyawan (Worley, Fuqua & Hellman, 2009).

3. Dampak Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Rhoades dan Eisenberger (2002) menemukan beberapa dampak

dari persepsi terhadap dukungan organisasi, yaitu :

a. Komitmen Organisasi

Berdasarkan norma resiprokal, persepsi terhadap dukungan

organisasi akan membentuk rasa tanggung jawab untuk peduli terhadap

kesejahteraan organisasi dan membantu organisasi untuk mencapai

tujuannya (Eisenberger, Armeli, Rexwinkel, Lynch, & Rhoades, 2001).

Rasa tanggung jawab untuk balas budi akan meningkatkan komitmen

afektif pada organisasi yang dipersonifikasi (Rhoades & Eisenberger,

2002). Karyawan akan memenuhi hutang balas budi pada organisasi

dengan komitmen afektif yang lebih besar dan usaha yang lebih untuk

membantu organisasi mencapai tujuannya. Persepsi terhadap dukungan

organisasi juga meningkatkan komitmen afektif dengan memenuhi

kebututhan sosioemosional seperti afiliasi dan dukungan emosional

(36)

2002). Pemenuhan akan kebutuhan tersebut akan membentuk rasa

memiliki yang kuat pada organisasi, melibatkan penggabungan

keanggotaan karyawan dan status peran pada identitas sosial mereka.

Persepsi terhadap dukungan organisasi akan berkontribusi pada rasa

kebermaknaan dan memiliki tujuan. Shore dan Tetrick (dalam Rhoades

& Eisenberger, 2002) menambahkan bahwa persepsi terhadap

dukungan organisasi dapat mengurangi perasaan terjebak saat

karyawan diminta untuk tetap tinggal di organisasi karena tingginya

biaya yang timbul akibat turnover.

b. Afeksi Terkait dengan Pekerjaan

Persepsi terhadap dukungan organisasi telah diperkirakan dapat

mempengaruhi reaksi afektif umum karyawan pada pekerjaan mereka,

meliputi kepuasan kerja dan suasana hati positif (Rhoades &

Eisenberger, 2002). Kepuasan kerja merujuk pada keseluruhan sikap

afektif karyawan pada pekerjaan (Witt dalam Rhoades & Eisenberger,

2002). Persepsi terhadap dukungan organisasi dapat berkontribusi pada

kepuasan kerja dengan memenuhi kebutuhan sosioemosional,

meningkatkan harapan bahwa performansi akan mendapatkan imbalan,

dan memberi tanda tersedianya bantuan ketika dibutuhkan. Suasana

hati positif merupakan konsep yang berbeda dengan kepuasan kerja.

Suasana hati positif melibatkan status emosi umum tanpa objek yang

spesifik (George dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Persepsi

(37)

kompetensi dan berharga sehingga meningkatkan suasana hati positif

(Eisenberger et al; George & Brief dalam Rhoades & Eisenberger,

2002).

c. Keterlibatan Pekerjaan

Keterlibatan pekerjaan mengacu pada identifikasi dan ketertarikan

pada pekerjaan tertentu yang sedang dikerjakan (Cropanzano;

O’Driscoll & Randall dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Persepsi

terhadap kompetensi berkaitan dengan ketertarikan tugas (Eisenberger

et al dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Dengan meningkatkan

persepsi terhadap kompetensi pada karyawan, persepsi terhadap

dukungan organisasi dapat meningkatkan ketertarikan karyawan pada

pekerjaannya.

d. Performansi

Persepsi terhadap dukungan organisasi dapat meningkatkan

performansi dari aktivitas kerja standar dan aktivitas yang

menguntungkan organisasi melebihi dari kewajiban yang seharusnya.

Menurut George dan Brief (dalam Rhoades & Eisenberger, 2002),

aktivitas ekstra meliputi pemberian bantuan pada sesama karyawan,

melakukan tindakan yang melindungi organisasi dari resiko,

memberikan saran yang konstruktif, serta menambah ilmu dan

(38)

e. Tegangan

Persepsi terhadap dukungan organisasi diperkirakan mampu

mereduksi reaksi psikologis dan psikosomatis terhadap stressor dengan

mengindikasikan ketersediaan bantuan material dan dukungan

emosional yang dibutuhkan saat menghadapi tingginya tuntutan kerja

(George et al & Robblee dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).

Beberapa peneliti telah meneliti dampak utama persepsi terhadap

dukungan organisasi pada tegangan seperti kelelahan, burnout,

kecemasan dan sakit kepala (Rhoades & Eisenberger, 2002). Persepsi

terhadap dukungan organsasi dapat mengurangi tingkat stress

karyawan pada paparan stressor yang tinggi maupun rendah (cf.

Viswesvaran, Sanchez, & Fisher dalam Rhoades & Eisenberger, 2002).

f. Keinginan untuk Menetap

Keinginan untuk menetap harus dibedakan dengan persepsi

ketidaknyamanan dari persaan terjebak dalam organisasi karena

tingginya biaya turnover.

g. Perilaku Penarikan Diri

Perilaku penarikan diri mengacu pada pengurangan partisipasi

karyawan dalam organisasi. Telah banyak peneliti yang meneliti

hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan perilaku

penarikan diri, seperti keterlambatan, absensi dan turnover sukarela.

Retensi anggota organisasi, tingginya kehadiran dan ketepatan waktu

(39)

timbal balik atas persepsi terhadap dukungan organisasi. Persepsi

terhadap dukungan organisasi juga meningkatkan komitmen organisasi

sehingga mengurangi perilaku penarikan diri.

B. Employee Engagement

1. Definisi Employee Engagement

Employee engagement merupakan konsep yang masih baru dan

sedang banyak diperbincangkan oleh para peneliti (Kular et al, 2008).

Tantangan yang dihapai oleh para peneliti saat ini adalah belum adanya

kesepakatan mengenai definisi employee engagement secara universal

(Kular et al, 2008). Pati dan Kumar (2010) menyatakan bahwa dalam

kancah akademik, terdapat 3 pendekatan yang digunakan para peneliti

untuk mendefinisikan employee engagement, yaitu pendekatan Teori

Peran, pendekatan Burnout, dan pendekatan Teori Pertukaran Sosial.

Tokoh yang menjelaskan employee engagement berdasarkan

pendekatan Teori Peran adalah Kahn (1990) (Pati & Kumar, 2010). Kahn

(1990) mendefinisikan employee engagement sebagai kerja dan ekspresi

seseorang yang serempak dalam perilaku kerja yang mempromosikan

koneksi antara pekerjaan dan orang lain, kehadiran pribadi (fisik, kognitif,

dan emosional), aktif, dan penuh performansi. Pada kondisi yang tepat,

karyawan akan mengerahkan energi pribadi secara fisik, kognitif dan

emosi ke dalam peran kerja mereka. Meskipun Kahn mampu memberikan

(40)

memiliki kelemahan, yaitu tidak memberikan operasionalisasi konstruk

(Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, & Bakker, 2002).

Tokoh yang menjelaskan employee engagement berdasarkan

pendekatan Burnout adalah Maslach dan Leiter (1997) serta Schaufeli et al

(2002) (Pati & Kumar, 2010). Maslach dan Leiter (dalam Kular et al,

2008) mendefinisikan employee engagement sebagai antitesis positif dari

burnout. Maslach dan Leiter (dalam Kular et al, 2008) menjelaskan bahwa

engagement dikarakteristikkan dengan energi, keterlibatan dan efikasi

yang secara langsung berlawanan dengan 3 dimensi burnout yang terdiri

dari kelelahan, sinisme dan inefikasi. Namun, Schaufeli et al (2002)

menyanggah konsep yang diusulkan oleh Maslach dan Leiter dengan

mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengharapkan burnout dan

engagement berkorelasi negatif secara sempurna. Schaufeli et al (2002)

mengatakan bahwa burnout dan engagement merupakan 2 konsep yang

berlawanan dan harus diukur secara independen menggunakan instrumen

yang berbeda.

Schaufeli et al (2002) mengusung konsep engagement dengan

istilah work engagement. Work engagement didefinisikan sebagai keadaan

pikiran yang positif, memenuhi, berkaitan dengan pekerjaan yang

dikarakteristikkan dengan semangat, dedikasi, dan absorpsi (Schaufeli et

al, 2002). Istilah work engagement sebenarnya merupakan padanan dari

(41)

merupakan keadaan kognitif-afektif yang tetap dan menyeluruh, tidak

hanya pada waktu, obyek, individu maupun perilaku tertentu.

Tokoh yang menjelaskan employee engagement berdasarkan

pendekatan Teori Pertukaran Sosial adalah Saks (dalam Pati & Kumar,

2010). Saks (2006) menjelaskan bahwa karyawan melakukan tindakan

timbal balik pada organisasi dengan cara membentuk engagement.

Karyawan memilih untuk engage dengan derajat yang berbeda-beda

didasarkan pada perlakuan organisasi.

Berdasarkan teori-teori yang ada, belum ada penjelasan mengenai

variasi engagement di antara para karyawan dengan kondisi kerja yang

serupa (Pati & Kumar, 2010). Selain itu, penjelasan mengenai faktor yang

secara selektif mendorong karyawan untuk engage atau burnout terbilang

masih sangat sedikit (Pati & Kumar, 2010).

Berdasarkan berbagai macam teori yang ada, peneliti memilih teori

employee engagement yang diusung oleh Schaufeli et al (2002) sebagai

dasar teori dari penelitian ini. Berdasarkan definisi yang diusung oleh

Schaufeli et al (2002), peneliti menyimpulkan definisi employee

engagement sebagai keterlibatan diri karyawan secara penuh dalam

melaksanakan pekerjaannya yang dicirikan dengan adanya semangat,

dedikasi dan absorpsi. Peneliti menggunakan konsep engagement yang

diusung oleh Schaufeli et al (2002) karena dipandang peneliti sebagai

(42)

2. Aspek Employee Engagement

Schaufeli dan Bakker (2003) mengemukakan bahwa employee

engagement terdiri 3 aspek, yaitu semangat, dedikasi dan absorpsi. Berikut

penjelasannya:

a. Semangat

Semangat dicirikan dengan adanya energi yang tinggi dan resiliensi

mental selama bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha pada

pekerjaan dan teguh meskipun saat sedang menghadapi masa sukar

(Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma & Bakker, 2002).

b. Dedikasi

Dedikasi dicirikan dengan adanya rasa bermakna, antusiasme,

inspirasi, bangga dan merasa tertantang. Secara kualitatif, dedikasi

mengacu pada keterlibatan yang kuat, bergerak satu langkah lebih

maju dari level identifikasi biasanya (Schaufeli, Salanova,

Gonzalez-Roma & Bakker, 2002).

c. Absorpsi

Absorpsi dicirikian dengan secara penuh terkonsentrasi dan secara

dalam mengerahkan perhatian pada pekerjaan, di mana waktu terasa

berlalu dengan cepat dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan

(43)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Employee Engagement

Kahn (1990) mengemukakan bahwa terdapat 3 kondisi psikologis

yang dimiliki oleh karyawan. Ketiga kondisi psikologis tersebut adalah

kebermaknaan psikologis (psychological meaningfulness), keamanan

psikologis (psychological safety), dan ketersediaan psikologis

(psychological availability). Apabila ketiga kondisi psikologis tersebut

terpenuhi maka karyawan akan membentuk employee engagement.

Sebaliknya, apabila ketiga kondisi psikologis tersebut tidak terpenuhi

maka karyawan akan membentuk employee disengagement. Berikut

penjelasannya :

a. Kebermaknaan Psikologis (Psychological Meaningfulness)

Kahn (1990) menjelaskan kebermaknaan psikologis dapat dilihat

sebagai perasaan bahwa individu mandapatkan timbal balik dari

investasi energi secara fisik, kognitif dan emosional. Orang mengalami

kebermaknaan ketika merasa berguna dan bernilai.

Kebermaknaan psikologis dipengaruhi oleh 3 faktor (Kahn, 1990) :

i. Karakteristik Tugas

Karyawan akan mengaami kebermaknaan psikologis ketika

mereka melakukan pekerjaan yang menantang, jelas, bervariasi,

menuntut kreatifitas dan memiliki otonomi.

ii. Karakteristik Peran

Peran mencerminkan identitas dan status karyawan dalam

(44)

mereka merasa perannya dibutuhkan oleh organisasi dan memiliki

kekuasaan untuk mempengaruhi.

iii.Interaksi Kerja

Karyawan akan mengalami kebermaknaan kerja ketika

performansi tugas mereka disertai dengan interaksi interpersonal

dengan rekan kerja dan klien. Interaksi kerja mempromosikan

martabat, apresiasi diri dan kebergunaan. Interaksi kerja

memungkin terciptanya hubungan di mana individu-individu yang

terlibat di dalamnya memiliki keinginan untuk memberi dan

menerima dari orang lain. Interaksi kerja yang bermakna membuat

karyawan merasa bernilai dan dihargai.

b. Keamanan Psikologis (Psychological Safety)

Kahn (1990) mengemukakan bahwa keamanan psikologis

merupakan perasaan mampu untuk menunjukkan dan mempekerjakan

diri tanpa ketakutan akan konsekuensi negatif pada citra diri, status,

atau karir. Karyawan akan merasa aman pada situasi dimana mereka

percaya bahwa mereka tidak akan menderita karena engagement yang

mereka miliki. Situasi yang aman adalah situasi yang terprediksi,

konsisten, jelas dan tidak menakutkan. Ketika situasi tidak jelas, tidak

konsisten, tidak terprediksi atau menakutkan, maka employee

engagement akan dianggap sebagai sesuatu yang terlalu berbahaya dan

(45)

Terdapat 4 faktor yang memiliki pengaruh langsung pada

keamanan psikologis (Kahn, 1990) :

i. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal yang mempromosikan keamanan

psikologis adalah hubungan yang suportif dan penuh kepercayaan.

Hubungan interpersonal yang suportif dan penuh kepercayaan

memiliki fleksibilitas, memungkinkan individu untuk mencoba.

Meskipun ada kemungkinan untuk mengalami kegagalan, individu

tidak akan merasa ketakutan atas konsekuensinya.

ii. Dinamika Kelompok dan Antarkelompok

Variasi kerakter yang tidak diakui atau peran ketidaksadaran

yang diasumsikan oleh individu akan mempengaruhi keamanan

psikologis. Karakter informal yang diperankan oleh individu

mencerminkan sebagian identitas dan kelompok organisasi secara

sadar dan tidak sadar.

iii.Gaya dan Proses Manajemen

Manajemen yang suportif, resilien dan jelas akan meningkatkan

keamanan psikologis. Manajemen yang suportif memungkinkan

para karyawan untuk berani mencoba tanpa takut bahwa kegagalan

yang mungkin ia alami akan membawa dampak buruk. Karyawan

juga membutuhkan figur otoritas yang cukup kompeten dan aman.

(46)

Norma adalah ekspektasi bersama mengenai perilaku

umum dari anggota (Hackman dalam Kahn, 1990). Karyawan yang

bekerja sesuai dengan norma yang berlaku akan merasa lebih aman

dibandingkan dengan karyawan yang bekerja di luar norma.

c. Ketersediaan Psikologis (Psychological Availability)

Ketersediaan psikologis adalah rasa memiliki sumber daya fisik,

emosi, dan psikologis untuk dapat engage pada waktu-waktu tertentu.

Ketersediaan psikologis mengukur seberapa siap seseorang untuk

engaged ketika ada distraksi yang dialami (Kahn, 1990). Terdapat 4

tipe distraksi yang mempengaruhi ketersediaan psikologis :

i. Penipisan Energi Fisik

Employee engagement menuntut adanya energi fisik,

kekuatan dan kesiapan individu (Kahn, 1990).

ii. Penipisan Energi Emosi

Kemampuan emosional untuk dapat engaged juga

dipengaruhi oleg ketersediaan psikologis. Mempekerjakan dan

mengekspresikan diri dalam tugas membutuhkan tenaga dari emosi

yang tidak dimiliki pada karyawan yang disengaged (Hochschild

dalam Kahn, 1990). Karyawan membutuhkan sumber emosional

(47)

iii. Ketidakamanan Individual

Ketersediaan psikologis juga berbicara mengenai seberapa

individu merasa aman akan pekerjaan dan statusnya. Agar individu

dapat mengekspresikan dirinya di sistem sosial, individu perlu

merasa aman (Gustafson & Cooper dalam Kahn, 1990).

Ketidakamanan mendistraksi anggota untuk dapat membawa

dirinya dalam pekerjaan.

iv. Kehidupan Luar

Kehidupan karyawan di luar pekerjaan memiliki potensi

untuk membuat karyawan secara psikologis menjauh dari peran

kerja mereka dan mempengaruhi ketersediaan psikologis

(Kahn, 1990).

C. Dinamika Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dan

Employee Engagement

Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah keyakinan karyawan

mengenai sejauh mana organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

peduli terhadap kesejahteraan karyawan (Rhoades dan Eisenberger, 2002).

Apabila karyawan meyakini bahwa organisasi menghargai kontribusi

karyawan serta peduli terhadap kesejahteraan karyawan maka karyawan

akan membentuk persepsi yang positif terhadap dukungan organisasi.

Sebaliknya, ketika karyawan meyakini bahwa organisasi tidak menghargai

(48)

maka karyawan akan membentuk persepsi yang negatif terhadap dukungan

organisasi.

Karyawan yang memiliki persepsi positif terhadap dukungan

organisasi akan memiliki komitmen organisasi, afeksi terkait dengan

pekerjaan, keterlibatan pada pekerjaan, performansi yang meningkat,

mengalami reduksi tegangan serta adanya keinginan untuk menetap

(Rhoades & Eisenberger, 2002). Sebaliknya, karyawan yang memiliki

persepsi negatif terhadap organisasi akan tidak memiliki komitmen

organisasi, tidak memiliki afeksi terkait dengan pekerjaan, kurang

memiliki keterlibatan pada pekerjaan, performansi yang menurun,

mengalami peningkatan tegangan serta tidak adanya keinginan untuk

menetap (Rhoades & Eisenberger, 2002).

Saks (2006) menyimpulkan bahwa persepsi terhadap dukungan

organisasi merupakan prediktor penting atas employee engagement.

Karyawan yang memiliki persepsi positif terhadap dukungan organisasi

akan membentuk employee engagement. Employee engagement adalah

keterlibatan diri karyawan secara penuh dalam melaksanakan

pekerjaannya yang dicirikan dengan adanya semangat, dedikasi dan

absorpsi (Schaufeli et al, 2002). Semangat dicirikan dengan adanya energi

yang tinggi dan resiliensi mental selama bekerja, kemauan untuk

menginvestasikan usaha pada pekerjaan dan teguh meskipun saat sedang

menghadapi masa sukar (Schaufeli et al, 2002). Dedikasi dicirikan dengan

(49)

tertantang (Schaufeli et al, 2002). Absorpsi dicirikian dengan secara

penuh terkonsentrasi dan secara dalam mengerahkan perhatian pada

pekerjaan, di mana waktu terasa berlalu dengan cepat dan sulit melepaskan

diri dari pekerjaan (Schaufeli et al, 2002).

Sebaliknya, karyawan yang memiliki persepsi negatif terhadap

dukungan organisasi akan membentuk employee disengagement. Employee

disengagement merupakan karyawan yang secara simultan menarik diri,

menunjukkan perilaku yang mempromosikan kurangnya koneksi, absensi

secara fisik, kognitif dan emosional, pasif, tidak menjalankan peran kerja

secara penuh (Kahn, 1990). Karyawan yang disengaged adalah para

pekerja yang tidak antusias, tidak mau mengerahkan tenaga ekstra serta

(50)

D. Kerangka Penelitian

Berikut adalah bagan yang menjelaskan kerangka penelitian hubungan

antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement :

Bagan 1

Hubungan Antarvariabel

Employee Engagement Employee Disengagement

(51)

E. Hipotesis

Hipotesis peneliti pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif

antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee engagement.

Ketika dukungan organisasi dipersepsi positif maka karyawan akan semakin

engaged. Sebaliknya, ketika dukungan organisasi dipersepsi negatif maka

(52)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode

korelasional. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Darmawan, 2013). Metode

korelasional bertujuan untuk menggambarkan asosiasi ataupun relasi antara

satu variabel interval sebagai variabel bebas dengan variabel interval lainnya

sebagai variabel tergantung (Darmawan, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti

akan meneliti korelasi antara persepsi terhadap dukungan organisasi dan

employee engagement.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

2. Variabel tergantung : Employee Engagement

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan dikemukakan definisi operasional sebagai

batasan mengenai persepsi terhadap dukungan organisasi dan employee

(53)

1. Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Persepsi terhadap dukungan organisasi adalah keyakinan karyawan

mengenai penghargaan organisasi terhadap kontribusi karyawan dan

kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan karyawan.

Persepsi terhadap dukungan organisasi akan diukur menggunakan

Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi yang dibuat oleh peneliti.

Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi disusun berdasarkan 2

aspek, yaitu penilaian karyawan mengenai penghargaan organisasi

terhadap kontribusi karyawan dan penilaian karyawan mengenai

kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan karyawan. Semakin tinggi

skor total pada Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

menunjukkan persepsi karyawan yang semakin positif terhadap organisasi.

Sebaliknya, semakin rendah skor total pada Skala Persepsi terhadap

Dukungan Organisasi menunjukkan persepsi karyawan yang semakin

negatif terhadap organisasi.

2. Employee Engagement

Employee engagement adalah keterlibatan diri karyawan secara

penuh dalam melaksanakan pekerjaannya yang dicirikan dengan adanya

semangat, dedikasi dan absorpsi. Semangat meliputi energi yang besar

selama bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha pada pekerjaan

dan teguh meskipun saat sedang menghadapi masa sukar. Dedikasi

(54)

tertantang. Sedangkan absorpsi meliputi konsentrasi penuh dan secara

dalam mengerahkan perhatian pada pekerjaan, di mana waktu terasa

berlalu dengan cepat dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan.

Employee engagement akan diukur menggunakan Skala Employee

Engagement yang dibuat oleh peneliti. Skala Employee Engagement

disusun berdasarkan 3 aspek employee engagement, yaitu semangat,

dedikasi dan absorpsi. Semakin tinggi skor total pada Skala Employee

Engagement menunjukkankan bahwa responden semakin terlibat penuh

dalam pekerjaannya. Sebaliknya, semakin rendah skor total pada Skala

Employee Engagement menunjukkankan bahwa responden semakin tidak

terlibat dalam pekerjaannya.

D. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah karyawan dari beberapa toko peralatan

jahit di Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah karyawan di beberapa toko

yang mempunyai kriteria sebagai karyawan tetap dengan lama kerja minimal 1

tahun. Persepsi terhadap dukungan organisasi dapat muncul pada karyawan

tetap yang telah cukup lama bekerja karena memiliki waktu yang relatif lama

untuk mengenal organisasi dan memiliki ikatan yang kuat dengan organisasi

(Novliadi, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

convenience sampling, yaitu dengan menghubungi secara langsung unit-unit

(55)

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan kuesioner yang terdiri dari Skala Persepsi terhadap

Dukungan Organisasi dan Skala Employee Engagement. Skala Persepsi

terhadap Dukungan Organisasi disusun untuk mengukur persepsi

karyawan terhadap dukungan organisasi berdasarkan 2 aspek, yaitu

penilaian karyawan mengenai penghargaan organisasi terhadap kontribusi

karyawan dan penilaian karyawan mengenai kepedulian organisasi

terhadap kesejahteraan karyawan. Sedangkan Skala Employee Engagement

disusun untuk mengukur employee engagement berdasarkan 3 aspek, yaitu

semangat, dedikasi dan absorpsi.

Aitem pada kedua skala ditulis dalam bentuk item favorable dan

unfavorable. Aitemfavorablemerupakanpernyataan-pernyataan yang bila

disetujui menunjukkan sikap positif atau menyukai objek yang menjadi

sasaran perhatian (Anderson dalam Supratiknya, 2014). Aitem

unfavorable merupakan pernyataan-pernyataan yang bila disetujui

menunjukkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi

sasaran perhatian (Anderson dalam Supratiknya, 2014).

Jenis skala yang digunakan pada pengukuran ini adalah Skala

Likert, di mana subjek diminta menyatakan

persetujuan-ketidaksetujuannya dalam sebuah kontinum yang terdiri atas empat respon,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

(56)

central tendency effect pada subyek penelitian (Supratiknya, 2014).

Pemberian skor pada item favorabel dilakukan dengan cara memberi nilai

4 untuk “Sangat Setuju”, 3 untuk “Setuju”, 2 untuk “Tidak Setuju, dan 1

untuk “Sangat Tidak Setuju”. Pemberian skor pada item unfavorabel

dilakukan dengan cara memberi nilai 1 untuk “Sangat Setuju”, 2 untuk

“Setuju”, 3 untuk “Tidak Setuju, dan 4 untuk “Sangat Tidak Setuju”. Skor

total subjek adalah jumlah skor setiap pernyataan atau aitem (Bird dalam

Supratiknya, 2014). Format item pada skala ini berupa pernyataan atau

kalimat yang dilengkapi dengan skala penilaian (item with rating scales).

1. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Berikut tabel blue print Skala Persepsi terhadap Dukungan

Organisasi :

Tabel 1

Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Aspek Favorable Unfavorable Total

(57)

Berikut Tabel Penilaian Skala Persepsi terhadap Dukungan

Organisasi :

Tabel 2

Penilaian Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Respon Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju 1 4

Tidak Setuju 2 3

Setuju 3 2

Sangat Setuju 4 1

2. Skala Employee Engagement

Berikut Tabel Blue Print Skala Employee Engagement :

Tabel 3

Blue Print Skala Employee Engagement

Aspek Favorable Unfavorable Total

Semangat 7 aitem (16.67%) 7 aitem (16.67%) 14 aitem (33.33%)

Dedikasi 7 aitem (16.67%) 7 aitem (16.67%) 14 aitem (33.33%)

Absorpsi 7 aitem (16.67%) 7 aitem (16.67%) 14 aitem (33.33%)

(58)

Berikut Tabel Peniliaian Skala Employee Engagement :

Tabel 4

Penilaian Skala Employee Engagement

Respon Favorable Unfavorable

Sangat Tidak Setuju 1 4

Tidak Setuju 2 3

Setuju 3 2

Sangat Setuju 4 1

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas merupakan taraf sejauh mana penafsiran terhadap hasil

suatu tes sebagaimana yang dimaksudkan oleh tes yang bersangkutan

sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan (Supratiknya, 2014).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu

validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis

rasional atau melalui profesional judgement (Azwar, 2012). Pakar yang

meneliti isi tes ini adalah dosen pembimbing skripsi peneliti.

2. Uji / Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk memilih aitem-tem yang akan

membentuk sebuah skala yang homogen dan berdaya diskriminasi tinggi

(Azwar, 2012). Artinya, skala tersebut mampu membedakan secara

signifikan antara subyek yang memiliki atribut yang diukur dalam kadar

rendah dan subyek yang memiliki atribut yang diukur dalam kadar tinggi

(59)

cara mengkorelasikan skor aitem dengan skor aitem total sehingga

didapatkan koefisien korelasi aitem total (rix). Aitem dipandang memiliki

daya diskriminasi yang baik apabila aitem tersebut memiliki koefisien

korelasi aitem total minimal 0,3 (Azwar, 2009).

Uji coba skala dilaksanakan pada 25-27 Maret 2015 di Toko J. Dari 35

kuesioner yang dibagikan, terdapat 32 kuesioner yang kembali dan dapat

diolah datanya. Berikut uji seleksi aitem yang dilakukan pada kedua skala :

a. Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Uji coba Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi terdiri dari

24 aitem, yaitu 12 aitem untuk aspek penilaian karyawan mengenai

penghargaan organisasi terhadap kontribusi karyawan dan 12 aitem

untuk aspek penilaian karyawan mengenai kepedulian organisasi

(60)

Berikut Tabel Sebaran Aitem Skala Persepsi terhadap Dukungan

Organisasi :

Tabel 5

Sebaran Aitem Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Aspek

hingga 0,778. Untuk mendapatkan aitem dengan daya diskriminasi

yang baik maka dilakukan seleksi aitem dengan menggugurkan aitem

yang memiliki korelasi aitem total (rix) di bawah 0,30. Hasilnya,

terdapat 9 aitem yang gugur.

Dari 15 aitem Persepsi terhadap Dukungan Organisasi yang lolos

uji seleksi, dilakukan penguguran manual aitem untuk

menyeimbangkan jumlah aitem tiap aspek. Aitem yang digugurkan

(61)

masing-masing aspek. Hasilnya, terdapat 3 aitem yang digugurkan

pada aspek penilaian karyawan mengenai penghargaan organisasi

terhadap kontribusi karyawan. Hasil akhir Skala Persepsi terhadap

Dukungan Organisasi terdiri 12 aitem, yaitu 6 aitem untuk aspek

penilaian karyawan mengenai pengahargaan organisasi terhadap

kontribusi karyawan dan 6 aitem untuk aspek penilaian karyawan

mengenai kepedulian organisasi terhadap kesejahteraan karyawan.

Berikut Tabel Skala Penelitian Persepsi terhadap Dukungan

Organisasi :

Tabel 6

Skala Penelitian Persepsi terhadap Dukungan Organisasi

Aspek

(62)

Tabel 7

hingga 0,708. Untuk mendapatkan aitem dengan daya diskriminasi

yang baik maka dilakukan seleksi aitem dengan menggugurkan aitem

yang memiliki korelasi aitem total (rix) di bawah 0,30. Hasilnya,

terdapat 14 aitem yang gugur.

Dari 28 aitem Employee Engagement yang lolos uji seleksi,

dilakukan penguguran manual aitem untuk menyeimbangkan jumlah

aitem tiap aspek. Aitem yang digugurkan adalah aitem dengan nilai

korelasi aitem total (rix) terendah. Hasilnya, terdapat 7 aitem yang

digugurkan, masing-masing 3 aitem dedikasi dan 4 aitem pada aspek

absorpsi. Hasil akhir Skala Employee Engagement terdiri dari 21

aitem, meliputi 7 aitem aspek semangat, 7 aitem aspek dedikasi dan 7

Gambar

Grafik 2. Kurva Normal Employee Engagement ............................................
Tabel 1 Blue Print Skala Persepsi terhadap Dukungan Organisasi
Tabel 3 Blue Print Skala Employee Engagement
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

43 tahun 2007 dijelaskan bahwa pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota berkewajiban; (1) menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah, (2)

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini yang melakukan observasi adalah guru kelas IV SD Negeri 2 Jatisari, observasi dilakukan

JADWAL PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2016/2017 PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA. ANGKATAN

Tujuan penelitian ini untuk (1) mengetahui apakah ada perkembangan efisiensi dari penerimaan Pajak Reklame tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, (2) mengetahui apakah ada

[r]

Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh negara di dunia, dengan populasi mendekati 2/3

Selisih jumlah pendapatan dengan jumlah beban merupakan saldo (sisa) laba atau saldo (sisa) rugi. Bentuk ini banyak digunakan dalam perusahaan jasa. Bentuk laporan Rugi laba

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum di SD/MI. Pembelajaran IPS tidak hanya menuntut siswa untuk memahami apa yang telah