• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antijamur Air Perasan Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga var.rubrum) Terhadap Candida albicans Secara In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas Antijamur Air Perasan Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga var.rubrum) Terhadap Candida albicans Secara In Vitro."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

AKTIVITAS ANTIJAMUR AIR PERASAN RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia galanga var. rubrum) TERHADAP Candida albicans

SECARA IN VITRO

Vina Tamara, 2009; Pembimbing I : DR. Slamet Santosa, dr., M.Kes Pembimbing II : Triswaty Winata, dr., M.Kes

Kandidiasis oral, seringkali disebabkan oleh Candida albicans, merupakan salah satu infeksi jamur yang sering dialami masyarakat Indonesia. Obat antikandidiasis yang tersedia saat ini memiliki berbagai efek samping dan harganya relatif mahal. Maka, sebagai alternatif digunakan tanaman obat seperti lengkuas merah yang diduga memiliki aktivitas antijamur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur air perasan rimpang lengkuas merah (APRLM) terhadap jamur Candida albicans dengan melihat adanya zona inhibisi yang terbentuk. Data diperoleh dengan cara mengukur diameter zona inhibisi mutlak dalam milimeter (mm).

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik dan deskriptif. Masing – masing cakram netral steril dicelupkan dalam berbagai konsentrasi APRLM (100%, 50%, 25%), lalu diletakkan pada medium Sabouraud’s Dextrose Agar yang telah diinokulasi suspensi Candida albicans dengan metode spread plate. Semua medium tersebut kemudian disimpan dalam suhu ruang (±25 °C) selama 18 – 24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya zona inhibisi pada sekeliling cakram APRLM. Rata – rata diameter zona inhibisi yang terbentuk pada konsentrasi 100% adalah sebesar 11,06 mm; 50% sebesar 8,91 mm; 25% sebesar 7,73 mm; dan kontrol positif nistatin sebesar 22,53 mm. Berdasarkan kriteria pembacaan tes sensitivitas antimikroba nistatin, diameter zona inhibisi pada berbagai konsentrasi cakram APRLM tergolong resisten.

Kesimpulan penelitian ini adalah air perasan rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga var. rubrum) dengan konsentrasi 25% masih memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans secara in vitro. Namun, bila dibandingkan dengan nistatin, sifat aktivitas antijamur yang dimiliki air perasan rimpang lengkuas merah adalah lemah.

(2)

ABSTRACT

ANTIFUNGAL ACTIVITY OF THE JUICE OF RED GREATER GALANGAL RHIZOME (Alpinia galanga var. rubrum) AGAINST Candida albicans

IN VITRO

Vina Tamara, 2009; Tutor 1st : DR. Slamet Santosa, dr., M.Kes Tutor 2nd : Triswaty Winata, dr., M.Kes

Oral candidiasis, mostly caused by Candida albicans, oftenly found in Indonesia. Drugs used for treating candidiasis have many side effects and are relatively expensive. Therefore, herbal plant such as greater red galangal, presumed to have an antifungal activity, can be used as an alternative treatment.

The purpose of this research is to know the antifungal activity of the juice of greater red galangal rhizome (JGRGR) against Candida albicans by observing the inhibition zone formed. The data were collected by measuring the absolute diameter of inhibition zone in milimeters (mm).

This research used a laboratoric experimental prospective and descriptive method. Having been dipped into each concentration of JGRGR (100%, 50%, 25%) respectively, the discs then were laid on the medium of Sabouraud’s Dextrose Agar which had been inoculated with Candida albicans suspension using spread plate method. Nystatin was used as a positive control. All medias were placed in room temperature (± 25°C) for 18 – 24 hours.

The result of this research showed the formation of inhibition zone around the JGRGR discs. The mean diameter of inhibition zone with 100% concentration of JGRGR is 11,06 mm; 50% is 8,91 mm; 25% is 7,73 mm, and positive control (nystatin) is 22,53 mm.

In conclusion, 25% concentration of JGRGR still have an antifungal activity (although it was weaker than that of nystatin) against Candida albicans in vitro.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.6 Metodologi ... 4

1.7 Lokasi dan Waktu ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Candida albicans ... 5

2.1.1 Taksonomi Candida albicans ... 5

2.1.2 Morfologi dan Identifikasi Candida albicans ... 5

2.1.3 Struktur Candida albicans ... 7

2.1.4 Faktor Virulensi Candida albicans ... 9

2.1.5 Patogenesis ... 10

2.1.6 Faktor Predisposisi Overgrowth dari Candida albicans ... 10

2.1.7 Manifestasi Klinik ... 12

2.2 Lengkuas ... 17

2.2.1 Taksonomi Lengkuas ... 18

2.2.2 Morfologi Tanaman Lengkuas ... 19

2.2.3 Habitat dan Persebaran ... 21

2.2.4 Lengkuas Merah ... 22

2.2.5 Kandungan Kimia Rimpang Lengkuas ... 23

2.3 Nistatin ... 24

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26

(4)

3.2.1 Alat yang digunakan ... 26

3.2.2 Bahan yang digunakan ... 27

3.3 Prosedur Kerja ... 27

3.3.1 Tahap Pertama (Hari Pertama ) ... 27

3.3.2 Tahap Kedua (Hari Keempat) ... 28

3.3.3 Tahap Ketiga (Hari Kelima) ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Aktivitas Antijamur Air Perasan Rimpang Lengkuas Merah terhadap Candida albicans ... 30

4.2 Hasil Tes Sensitivitas Antimikroba (Kontrol Positif) ... 31

4.3 Pembahasan ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rata – Rata Diameter Zona Inhibisi yang Terbentuk (dalam mm) pada berbagai konsentrasi APRLM ... 30 Tabel 4.2 Rata – Rata Diameter Zona Inhibisi pada Tes Sensitivitas

(Kontrol Positif) ... 31 Tabel 4.3 Kriteria Pembacaan Hasil Tes Sensitivitas Antimikroba ... 31

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Germ tube ... 6

Gambar 2.2 Budding blastokonidia Candida albicans ... 6

Gambar 2.3 Candida albicans dalam darah ... 7

Gambar 2.4 Koloni Candida albicans ... 7

Gambar 2.5 Skema dinding sel Candida albicans ... 8

Gambar 2.6 Oral thrush ... 13

Gambar 2.7 Black hairy tongue ... 13

Gambar 2.8 Vulvovaginitis candida ... 14

Gambar 2.9 Balanitis candida ... 14

Gambar 2.10 Kandidiasi intertriginosa ... 15

Gambar 2.11 Onikomikosis ... 16

Gambar 2.12 Beau’s lines ... 16

Gambar 2.13 Onikolisis ... 16

Gambar 2.14 Lengkuas ... 20

Gambar 2.15 Bunga lengkuas ... 21

Gambar 2.16 Rimpang lengkuas ... 21

Gambar 2.17 Lengkuas merah ... 22

Gambar 2.18 Struktur kimia acetoxychavicol acetate ... 24

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Foto 1. Zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans setelah diberi cakram air perasan rimpang lengkuas merah dengan konsentrasi 100%, 50%, 25% ... 37 Foto 2. Zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans setelah diberi

cakram nistatin sebagai kontrol positif ... 37

Lampiran 2

(8)

LAMPIRAN 1

Foto 1. Zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans setelah diberi cakram air perasan rimpang lengkuas merah dengan konsentrasi 100%, 50%, dan 25%

Foto 2. Zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans setelah diberi cakram nistatin sebagai kontrol positif

(9)

LAMPIRAN 2

(10)

39   

RIWAYAT HIDUP

tangg l lahir

lamat ung

Jl. Indraprasta no. 87, Semarang

siswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Nama : Vina Tamara

NRP : 0610127

Tempat / a : Semarang, 12 Juli 1988

A : Jl. Surya Sumantri no. 63A, Band

Riwayat Pendidikan :

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jamur sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sedemikian eratnya sehingga manusia tak terlepas dari jamur. Di dunia ini diperkirakan terdapat lebih dari seratus ribu spesies jamur (Wed, 2004). Ada yang menguntungkan ada pula yang merugikan. Beberapa jamur bermanfaat bagi kehidupan kita, antara lain untuk makanan, minuman beralkohol, dan antibiotik. Namun sebagai fitopatogen, beberapa jamur dapat menimbulkan penyakit jamur pada tanaman pertanian sehingga terjadi gagal panen. Selain itu, beberapa spesies jamur juga terlibat dalam penyakit manusia.

Infeksi jamur disebut mikosis. Salah satu infeksi jamur yang sering dialami oleh masyarakat adalah kandidiasis. Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Meskipun terdapat lebih dari 150 spesies Candida, namun tidak lebih dari 10 spesies yang patogen pada manusia. Candida albicans ditemukan sebagai penyebab pada hampir 100% kasus kandidiasis orofaringeal, dan 90% kasus vulvovaginitis (Ostrosky-Zeichner, 2005).

Oral thrush merupakan suatu bentuk kandidiasis oral yang sering ditemukan

pada bayi. Hal ini juga dapat terjadi pada orang dewasa bila terdapat suatu kondisi yang menekan sistem imun seperti AIDS, imunosupresi pada resipien transplan, kemoterapi, diabetes, usia tua, kesehatan umum yang buruk, dan lain – lain. Insidensi kandidiasis oral pada orang dewasa meningkat secara bermakna berbanding lurus dengan penyebaran infeksi HIV. Bahkan kandidiasis oral dapat menjadi tanda awal pada kasus infeksi HIV. Pada wanita, vulvovaginitis persisten atau rekuren juga dapat menjadi tanda awal infeksi HIV (Heit, 2001).

Kandidiasis oral dapat diterapi dengan obat – obat antifungi topikal seperti nistatin, mikonazol, dan amfoterisin B. Terapi topikal ini diberikan dalam bentuk sediaan suspensi oral yang dipakai sebagai obat kumur kemudian ditelan. Pasien

(12)

2  

dengan imunosupresi biasanya memerlukan terapi sistemik dengan obat – obat antifungal oral maupun intravena. Efek samping nistatin oral antara lain diare, mual, muntah, dan nyeri perut; sedangkan efek samping nistatin topikal antara lain gatal, rasa terbakar, serta iritasi kulit dan mukosa. Efek samping mikonazol antara lain iritasi, rasa terbakar, dan maserasi. Efek samping amfoterisin B antara lain kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang, dan penurunan faal ginjal (Bahroelim Bahry, 2005). Mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan dan harga yang relatif mahal obat – obat tersebut, maka dicari obat alternatif berupa herba yang mudah didapat dan harganya terjangkau oleh masyarakat, yaitu lengkuas (Alpinia galanga).

Secara tradisional sejak dahulu, parutan rimpang lengkuas kerap digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur. Kandungan kimia lengkuas antara lain acetoxychavicol acetate, acetoxyeugenol acetate, kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon, galanal A, galanal B, galanolakton, 12-labdiena-15,16-dial, dan 17- epoksilabd-12-ena-15,16-dial. Diduga acetoxychavicol acetate-lah yang menjalankan peranan sebagai antifungi (Erna Sinaga, 2007). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas antifungi lengkuas terhadap Candida albicans.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka terdapat masalah yaitu : • Apakah air perasan rimpang lengkuas merah memiliki aktivitas

antijamur terhadap Candida albicans.

(13)

3  

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah lengkuas merah dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan terhadap kandidiasis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antijamur lengkuas merah terhadap Candida albicans pada medium SDA.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis dari karya tulis ilmiah ini adalah mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang farmakologi dan mikrobiologi, terutama mengenai herba lengkuas merah dan jamur Candida albicans.

Manfaat praktis dari karya tulis ilmiah ini adalah menemukan herba yang dapat berfungsi sebagai antijamur dengan harga yang terjangkau serta mudah didapat oleh masyarakat.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Lengkuas memiliki kandungan kimia acetoxychavicol acetate yang bersifat antijamur dengan mekanisme kerja yang diduga melalui perusakan permeabilitas membran sel.

1.5.2 Hipotesis

(14)

4  

1.6Metodologi

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik dan deskriptif yang dilakukan secara in vitro. Metode yang digunakan adalah “disc diffusion” dengan melakukan pengamatan terhadap zona inhibisi yang terbentuk di sekitar cakram yang telah dicelupkan ke dalam berbagai konsentrasi air perasan rimpang lengkuas merah terhadap Candida albicans pada SDA. Pengukuran zona inhibisi dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.

1.7Lokasi dan Waktu

Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

(15)

33   

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Air perasan rimpang lengkuas merah (Alpinia galanga var. rubrum) dengan konsentrasi 25% masih memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans secara in vitro. Namun, bila dibandingkan dengan nistatin, sifat aktivitas antijamur yang dimiliki air perasan rimpang lengkuas merah adalah lemah.

5.2 Saran

Meskipun penggunaan air perasan rimpang lengkuas merah pada penelitian ini diketahui dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans secara in vitro, namun masih perlu dilakukan :

1. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak etanol rimpang lengkuas merah.

2. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel dari penderita oral thrush (bukan dari koleksi laboratorium).

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1. 2009. Beau’s lines in Adult: Condition, Treatment, and Pictures – Overview. http://www.visualdxhealth.com/adultbeauLines.htm. September 28th, 2009.

Anonymous2. 2005. Candidal Onychomycosis (Nail Infections).

http://www.doctorfungus.org/mycoses/human/candida/Onychomycosis_Candid al.htm. July 27th, 2009.

Anonymous3. 2005. Candidal Vulvovaginitis.

http://www.doctorfungus.org/mycoses/human/candida/vulvovaginal.htm. July 27th, 2009.

Axxora. 2009. Antitumor Reagents. www.axxora.com/files/formula/LKT-A0817.gif. October 8th, 2009.

Bahroelim Bahry, R. Setiabudy. 2005. Obat Jamur. Dalam : Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. h. 561, 566 – 568.

Conny Riana Tjampakasari. 2006. Karakteristik Candida albicans.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13_151_KarakteristikBiologikCandidaAl bicans.pdf/13_151_KarakteristikBiologikCandidaAlbicans.html. 27 Juli 2009. Drugs.com. 2009. Nystatin Oral Suspension.

http://www.drugs.com/pro/nystatin-oral-suspension.html. October 8th, 2009. Erna Sinaga. 2007. Alpinia Galanga (L.) Willd.

bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas.pdf. 27 Juli 2009. Heit, Jeffrey. 2001. Oral candidiasis – adult.

http://www.wvhcs.org/ency/article/000626.htm. July 27th, 2009.

Hopfer, Roy L. 1985. Mycology of Candida Infections. In : Candidiasis. New York : Raven Press Books, Ltd. p. 9.

Iwaguchi, 2000. Pathogenic Fungi Database.

http://timm.main.teikyo-u.ac.jp/pfdb/image/iwaguchi_s_1/germ_tube-1.jpg. September 25th, 2009. Jawetz et al. 1995. Mikologi Kedokteran. Dalam : Mikrobologi Kedokteran. Edisi

20. Jakarta : EGC. h. 627-629.

Jawetz et al. 2004. Mikosis Oportunistik. Dalam : Mikrobiologi Kedokteran, buku 2. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika. h. 342-345.

(17)

35   

Linn, Audrey. 2009. Candidiasis : A Possible Eczema Trigger and What you can do about it.

http://eczemafreenaturally.com/some-natural-candidiasis-treatment/. September 25th, 2009.

Mitchell, Thomas G. 2004. Medical Mycology. In : Medical Mycrobiology. 23rd edition (International edition) . Singapore : McGraw-Hill Companies, Inc. p. 645 – 646.

Noor Soesanti Handajani, Tjahjadi Purwoko. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. Penghasil Aflatoksin dan Fusarium moniliforme.

http://www.scribd.com/doc/13662501/d090301. 28 Agustus 2009. NZDSI. 2009.Candida albicans affecting the nail: images.

http://dermnetnz.org/fungal/img/candida-nail/. September 28th, 2009. NZDSI. 2009. Candida Vulvovaginitis Images.

http://dermnetnz.org/fungal/img/candida-vulval/source/image/1302.jpg. September 27th, 2009.

NZDSI. 2009. Onycholysis. http://dermnetnz.org/hair-nails-sweat/onycholysis.html. September 28th, 2009.

Ostrosky-Zeichner, Luis. 2005. Candidiasis : Overview and Full Index.

www.doctorfungus.org/Mycoses/human/candida/Candida_index.htm. August 28th, 2009.

Rippon, John Willard. 1974. Candidosis. In : Medical Mycology. Philadelphia : W. B. Saunders Company. p. 181-183, 191-192.

Schaller et al. 2005. Hydrolitic enzymes as virulence factors of Candida albicans. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16262871. August 25th, 2009.

Scheinfeld, Noah S. 2008. Candidiasis, Cutaneous.

http://emedicine.medscape.com/article/1090632-overview. September 27th, 2009.

Smith, Charles B. 1985. Candidiasis: Pathogenesis, Host Resistance, and

Predisposing Factors. In : Candidiasis. New York : Raven Press Books, Ltd. p. 53-56.

Spiller, Martin S.. 2000. Oral Anatomy.

http://doctorspiller.com/oral%20anatomy.htm. September 27th, 2009. The Lyon Lab. 2005. Yeast Pictures.

(18)

36   

Wed. 2004. Jangan Anggap Remeh Jamur Kulit. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1085454401,65023. 15 Maret 2009.

Referensi

Dokumen terkait

The anticancer property potential of marine sponge Stylissa carteri needs to be unravelled. Therefore, the analysis of cytotoxic activity of marine sponge extract and its

Alhamdulillahirrobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti dinyatakan bahwa didapatkan pengaruh yang signifikan antara pemberian konseling dengan pada pasien hemodialisa dengan

Kegiatan aksi pembibitan sebagai langkah untuk meningkatkan jumlah kerbau bibit yang memiliki kualitas genetik unggul untuk perbaikan produktivitas populasi kerbau

Berdasarkan pendapat tokoh di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan menerapkan strategi Everyone is a Teacher Here pada pembelajaran di kelas, karena

Menanggapi kebutuhan hunian semenetara dalam lingkup mitigasi bencana di wilayah Bali, penerapan konsep mandala dalam bangunan kontainer menjadi dasar dala tata

Merlina Toding dan Made Gede Wirakusuma (2013), Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi KAP yang berpengaruh terhadap

Sistem deteksi kebakaran IRM dapat merespon adanya asap untuk detektor asap, api untuk detektor panas, dan penekanan tombol pada manual call point ( break