• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode Demonstrasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun datar segitiga pada siswa kelas VII H tahun ajaran 2014/2015 SMPN 15 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode Demonstrasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun datar segitiga pada siswa kelas VII H tahun ajaran 2014/2015 SMPN 15 Yogyakarta."

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-H di SMPN 15 Yogyakarta. Siswa tidak dibiasakan bersikap aktif yang sesuai dengan kegiatan belajar mengajar, sehingga membuat kelas menjadi gaduh dan tidak kondusif. Oleh karena itu, peneliti berupaya menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran metode demonstrasi agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh data tentang penerapan metode pembelajaran yang bervariasi serta mengetahui motivasi dan hasil belajar setelah diberikan metode pembelajaran yang berbeda, untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi bangun datar segitiga pada pembelajaran matematika siswa kelas VII H .

Penelitian ini menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan media alat peraga. Penelitian ini dilakukan dalam satu siklus. Tahap penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H sebanyak 34 siswa terdiri dari 17 putra dan 17 putri, dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Februari-Maret. Data yang diperoleh berupa data hasil tes (Pretest-Posttest) pada awal dan akhir pembelajaran, data hasil observasi aspek afektif , data hasil pengisian kuesioner motivasi oleh siswa, dan data hasil wawancara kepada siswa. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar kognitif diperoleh skor rata-rata 40,96 %, sedangkan pada hasil belajar posttest diperoleh skor rata-rata 68,09%. Untuk hasil belajar aspek afektif, rata-rata persentase kelas yang dipeoleh pada pembelajaran menggunakan metode konvensional 45,75% dan rata-rata persentase kelas yang diperoleh pada pembelajaran menggunakan metode demonstrasi 76,14%. Untuk hasil motivasi belajar siswa pada awal pembelajaran rata-rata persentase 57,147% ,dan motivasi akhir siswa pada akhir pembelajaran rata-rata persentase 58,47%.

Kata kunci :

Metode Demonstrosi, Bongun Dotor Segitigo, Motivosi, Hosil Belojor. ABSTRACT

(2)

Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma in 2015.

This research is motivated by low motivation and learning outcomes of students of class VII-H at SMPN 15 Yogyakarta. Students are not accustomed to being activated in accordance with the teaching and learning activities, so as to make the class becomes noisy and not conducive. Therefore, the researchers attempted to use props as learning media demonstration method in order to create an atmosphere of learning interesting and fun. The aim of this study was to obtain data about the application of a variety of learning methods and to know the motivation and learning outcomes after given different learning methods, to improve learning outcomes and motivation to get up flat triangles on Mathematics Learning Grade VII H.

This study uses media demonstration using props. This study was conducted in one cycle. This research phase consisted of planning, action and evaluation. The subjects of this study were students of class VII-H as many as 34 students consisting of 17 boys and 17 girls, implemented in the second semester of the 2015/2016 academic year in February-March. Data obtained in the form of test data (pretest-posttest) at the beginning and end of the study, the data of observation affective aspect, the data questionnaire by student motivation, and data from interviews to the students. The data were analyzed qualitatively.

The results showed an increase in student learning outcomes. For the cognitive learning obtained an average score of 40.96%, while in the posttest learning outcomes obtained an average score of 68.09%. For affective aspects of learning outcomes, the average percentage dipeoleh class on learning using the conventional methods of 45.75% and the average percentage of grade obtained on learning methods demonstration 76.14%. For the students' motivation at the beginning of learning the average percentage of 57.147%, and the motivation of the student's final at the end of the study the average percentage of 58.47%.

Keywords:

(3)

i

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

BANGUN DATAR SEGITIGA PADA SISWA KELAS VII H

TAHUN AJARAN 2014/2015 SMPN 15 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : PAOLA AGATIA

NIM : 111414019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasih-Nya menuntunku dalam segala hidup ini.

 Ayahku Yohanes Babtis Sri Harnowo, Ibuku Christina Sri Widaryanti atas kebaikan dan kasih dalam setiap hembusan nafas dan lantunan doa untukku sampai saat ini.

 Adikku tersayang Theresia Satya Christi dan Andreas Sastra Wijaya atas doa dan semangat yang pernah terucap dan tak pernah terdengar.

 Untuk segenap keluargaku, Alm. Mbah Kakung dan Putri Harso Darsono, Alm. Mbah Kakung dan Putri Pairo Kasiro, pakdhe budhe dari keluarga ayah serta pakdhe dan budhe dari ibu yang senantiasa selalu memberikan semangat, doa, dukungan, dan keceriaan yang mengalir untukku.

 Para sahabat dan teman-temanku atas segala tawa dalam kesedihan, tangisan dalam kebahagiaan, kebersamaan dalam kerapuhan yang mengalir dan menjadi catatan penting dalam hidupku.

 Teman seperjuangan dan JPMIPA yang memberikan energi positif agar selalu berjuang kepadaku

 Almamater Universitas Sanata Dharma

(7)

v

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut kehendakMu”

(Luk 1:38)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 November 2015 Penulis

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Paola Agatia Nomor Mahasiswa : 111414019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :

“PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR SEGITIGA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII H SEMESTER II SMPN 15 YOGYAKARTA”,

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian perntaan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Yogyakarta, 10 November 2015 Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

Paola Agatia (111414019). Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Bangun Datar Segitiga Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII H Tahun Ajaran 2014/2015 SMPN 15 Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-H di SMPN 15 Yogyakarta. Siswa tidak dibiasakan bersikap aktif yang sesuai dengan kegiatan belajar mengajar, sehingga membuat kelas menjadi gaduh dan tidak kondusif. Oleh karena itu, peneliti berupaya menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran metode demonstrasi agar tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh data tentang penerapan metode pembelajaran yang bervariasi serta mengetahui motivasi dan hasil belajar setelah diberikan metode pembelajaran yang berbeda, untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi bangun datar segitiga pada pembelajaran matematika siswa kelas VII H .

Penelitian ini menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan media alat peraga. Penelitian ini dilakukan dalam satu siklus. Tahap penelitian ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H sebanyak 34 siswa terdiri dari 17 putra dan 17 putri, dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Februari-Maret. Data yang diperoleh berupa data hasil tes (Pretest-Posttest) pada awal dan akhir pembelajaran, data hasil observasi aspek afektif , data hasil pengisian kuesioner motivasi oleh siswa, dan data hasil wawancara kepada siswa. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar kognitif diperoleh skor rata-rata 40,96 %, sedangkan pada hasil belajar posttest diperoleh skor rata-rata 68,09%. Untuk hasil belajar aspek afektif, rata-rata persentase kelas yang dipeoleh pada pembelajaran menggunakan metode konvensional 45,75% dan rata-rata persentase kelas yang diperoleh pada pembelajaran menggunakan metode demonstrasi 76,14%. Untuk hasil motivasi belajar siswa pada awal pembelajaran rata-rata persentase 57,147% ,dan motivasi akhir siswa pada akhir pembelajaran rata-rata persentase 58,47%.

Kata kunci :

(11)

ix ABSTRACT

Paola Agatia (111414019). Demonstration Implementation Method To Improve Motivation and Learning Outcomes Build Flat Triangle On Learning Mathematics Seventh Grade Students Academic Year 2014/2015 H SMPN 15 Yogyakarta. Thesis, Department of Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, University of Sanata Dharma in 2015.

This research is motivated by low motivation and learning outcomes of students of class VII-H at SMPN 15 Yogyakarta. Students are not accustomed to being activated in accordance with the teaching and learning activities, so as to make the class becomes noisy and not conducive. Therefore, the researchers attempted to use props as learning media demonstration method in order to create an atmosphere of learning interesting and fun. The aim of this study was to obtain data about the application of a variety of learning methods and to know the motivation and learning outcomes after given different learning methods, to improve learning outcomes and motivation to get up flat triangles on Mathematics Learning Grade VII H.

This study uses media demonstration using props. This study was conducted in one cycle. This research phase consisted of planning, action and evaluation. The subjects of this study were students of class VII-H as many as 34 students consisting of 17 boys and 17 girls, implemented in the second semester of the 2015/2016 academic year in February-March. Data obtained in the form of test data (pretest-posttest) at the beginning and end of the study, the data of observation affective aspect, the data questionnaire by student motivation, and data from interviews to the students. The data were analyzed qualitatively.

The results showed an increase in student learning outcomes. For the cognitive learning obtained an average score of 40.96%, while in the posttest learning outcomes obtained an average score of 68.09%. For affective aspects of learning outcomes, the average percentage dipeoleh class on learning using the conventional methods of 45.75% and the average percentage of grade obtained on learning methods demonstration 76.14%. For the students' motivation at the beginning of learning the average percentage of 57.147%, and the motivation of the student's final at the end of the study the average percentage of 58.47%.

Keywords:

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Bangun Datar Segitiga pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII H Semester II SMPN 15 Yogyakarta” ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Khususnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus untuk setiap talenta yang diberikan

2. Kedua orangtuaku terkasih atas doa, dukungan, cinta kasih, dan semua hal yang selalu diberikan

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku dosen pembimbing. 5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Matematika

6. Sahabat-sahabatku yang tercinta Kak Ira, Eva, Emil, Fania, Densi, Shinta, Wina dan Risa untuk setiap kasih, perhatian, dan kebersamaannya

7. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2011 Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan bagi penulis pada khususnya.

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv

MOTTO………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... vii

ABSTRAK……….. viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR……… x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..…………...………... 1

B. Pembatasan Masalah….………... 4

C. Rumusan Masalah..……….. 4

D. Batasan Istilah……….. 4

E. Tujuan Penelitian...………... 7

F. Manfaat Penelitian.……… 7

G. Sistematika Penulisan .………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar………….………...……...……… 9

2. Pembelajaran Matematika………...………... 15

3. Motivasi Belajar.………..………. 18

4. Hasil Belajar..………..…………... 21

5. Metode Pembelajaran Matematika....…... 27

6. Metode Demonstrasi………... 28

7. Alat Peraga………... 33

8. Segitiga………... 36

B. Kerangka Berpikir……….…... 40

(14)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………... 43

B. Setting Penelitian……….. 46

C. Perumusan Variabel………. 47

D. Bentuk Data………. 49

E. Metode Pengumpulan……….. 49

F. Metode / Teknik Analisis Data………... 56

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan………... 58

H. Hasil Belajar………... 59

I. Indikator Keberhasilan………. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian……….. 61

2. Data Observasi………. 61

3. Data Kuesioner………. 63

4. Kegiatan Hasil Belajar……….. 64

5. Wawancara.………... 72

B. Pembahasan 1. Penerapan Metode Demonstrasi dalam pembelajaran Matematika………. 80

2. Peningkatan Motivasi………... 82

3. Peningkatan Hasil Belajar……… 84

C. Kelemahan Penelitian 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 89

B. Saran……… 89

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest………. 52

Tabel 3.2 Observasi Motivasi Siswa……….. 54

Tabel 3.3 Butir-butir dalam Kuesioner Motivasi Belajar………... 55

Tabel 3.4 Indikator Motivasi Belajar………. 55

Tabel 3.5 Kategori Skor dari Hasil Observasi……… 56

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Jawaban Siswa……….. 57

Tabel 3.7 Rentang Skala Penskoran………... 57

Tabel 3.8 Indikator Keberhasilan Penelitian……….. 60

Tabel 4.1 Kegiatan Pelaksanaan Pengambilan Data……….. 61

Tabel 4.2 Nilai Observasi Pembelajaran Matematika……… 62

Tabel 4.3 Nilai Motivasi Awal Siswa……… 63

Tabel 4.4 Nilai Motivasi Akhir Siswa ………... 64

Tabel 4.5 Data Hasil Pretest Siswa……… 70

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Siswa VII-H Mengerjakan Soal Pretest………. 66

Gambar 4.2 Siswa VII-F Mengerjakan Soal Pretest………. 66

Gambar 4.3 Siswa Mengerjakan LKS Secara Kelompok ……… 67

Gambar 4.4 Siswa Mengerjakan LKS Secara Kelompok………. 68

Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan LKS Secara Kelompok………. 69

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal Posttest……….. 70

Gambar 4.7 Grafik Persentase Motivasi Belajar………... 82

Gambar 4.8 Grafik Hasil Belajar Aspek Kognitif ……… 84

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling

berkaitan. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih kepada transfer normatif (transfer of value ). Jadi tujuan

akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di sini lah peran guru sangat penting. Selain sebagai pengajar, juga

sebagai pembimbing dan pendidik. Namun kenyataannya peran itu sering dilupakan. Pendidikan dan pengajaran dilakukan hanya sekedar pemberian

informasi. Terutama pada mata pelajaran Matematika.

Pelajaran matematika merupakan ilmu yang sangat penting bagi siswa. Namun kenyataannya banyak siswa SD, SMP, SMA khususnya siswa SMP

yang kami teliti kurang tertarik dan menganggap sulit pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan karakteristik matematika yang mempunyai objek yang

bersifat abstrak, sehingga menyebabkan siswa SMPN 15 Yogyakarta kesulitan dalam memahami maupun mengerti makna pelajaran matematika tersebut. Akibatnya sebagian siswa mendapat nilai yang rendah dalam pelajaran ini.

(19)

Siswa kelas VII-H dalam sekolah ini sering merasa jenuh dan bosan jika kegiatan belajar mengajar pelajaran matematika tidak sesuai yang diharapkan

oleh siswa, karena metode pembelajaran kurang variatif dan terkesan memaksa. Hal itu membuat siswa cenderung asik atau sibuk sendiri dengan

teman sebangkunya. Selain itu ada siswa melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan situasi proses belajar mengajar, yaitu siswa teriak-teriak jika ingin pinjam suatu barang, pindah-pindah tempat duduk, tiduran di atas

meja kelas, dan menggangu temannya. Tindakan ini mencerminkan siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran matematika yang biasa guru lakukan.

Akibatnya siswa yang benar-benar ingin belajar akan terganggu konsentrasinya dan berpengaruh pada hasil belajar.

Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode dalam pembelajaran

sangat membantu suksesnya KBM dalam membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran terutama pada pokok bahasan bangun datar segitiga yang

diberikan pada kelas VII SMP semester II. Jika pembelajaran di kelas masih menggunakan cara-cara yang konvensional, maka sudah pasti proses pembelajaran hanyalah pemberian informasi tanpa adanya interaksi antara

guru dan siswa. Hal ini merupakan pembelajaran yang kurang ideal karena tujuan pembelajaran adalah membuat tahu dan paham bukan menghafal. Maka

(20)

mandiri maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa mudah mengerti dan tidak cepat lupa materi dalam bangun datar segitiga.

Oleh karena itu upaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dengan menggunakan metode demonstrasi. Dengan

bantuan metode ini dalam mempelajari bangun datar segitiga diharapkan siswa dapat memperbaiki proses belajar mengajar, sehingga siswa menjadi aktif sesuai dengan kegiatan belajar mengajar, tidak hanya berteriak-teriak atau

membuat gaduh kelas yang merupakan tindakan aktif tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar dan dapat lebih jelas mengenal definisi dari bangun

datar segitiga itu sendiri, terlebih lagi dalam upaya menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa pada pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dari segi teori, kiranya peranan metode demonstrasi sudah jelas seperti yang telah dikemukakan di atas. Akan tetapi dalam praktek di kelas kiranya

manfaat metode demonstrasi masih perlu diuji. Khususnya dalam penelitian ini metode demonstrasi akan dikaji manfaatnya yang diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu mengajar yaitu alat peraga yang dapat dipegang,

(21)

B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh pembelajaran

matematika materi segitiga dengan menggunakan metode demonstrasi, yang ditandai dengan aktivitas siswa yang terlibat secara aktif selama mengikuti

kegiatan pembelajaran dan meningkatnya hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi di atas maka permasalahan utama yang dibahas dalam penulisan ini yaitu

1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun datar segitiga pada siswa kelas VII-H tahun ajaran 2014/2015 SMPN 15 Yogyakarta?

2. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun datar segitiga pada pada siswa kelas VII-H tahun ajaran 2014/2015

SMPN 15 Yogyakarta ?

D. Batasan Istilah

Untuk menyamakan persepsi atau pandangan mengenai pengertian dari judul penelitian ini, perlu ditegaskan beberapa istilah berikut :

1. Pembelajaran Matematika

(22)

sifat berfikir matemati, kritis, kreatif, dan objektif dalam diri siswa yang pada akhirnya pembelajaran akan lebih bermakna.

2. Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik yang merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar : 2) motivasi ekstrinsik yang merupakan hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah ketercapaian setiap kemampuan dasar, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

4. Metode Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran matematika adalah cara untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika. Beberapa metode yang dapat digunakan oleh seorang guru yaitu metode ceramah, metode ekspositori, metode

(23)

metode driil, metode penemuan inquiry, metode permainan, metode pemecahan masalah.

5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah teknik mengajar yang memperagakan suatu barang atau alat yang menggambarkan suatu proses atau kejadian berkenaan dengan materi pelajaran yang dipelajari.

6. Materi Segitiga

Segitiga merupakan bangun dua dimensi yang memiliki sisi atau ruas

garis sebanyak tiga buah.

Pada bangun datar segitiga, mempunyai sifat-sifat diantaranya :

a) Mempunyai 3 sisi dan 3 titik sudut b) Jumlah ketiga sudutnya 180 derajat

Jenis-jenis Segitiga

a) Jenis segitiga yang ditinjau dari besar sudut-sudutnya, antara lain : segitiga lancip, segitiga siku-siku, segitiga tumpul.

b) Jenis segitiga yang ditinjau dari panjang sisi-sisinya, antara lain :

segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga sembarang.

Mencari Keliling dan Luas Segitiga

a) Keliling segitiga adalah jumlah panjang ketiga sisinya.

(24)

b) Luas segitiga adalah setengah hasil kali alas dan tingginya.

∆ = × × � ���

∆ = × ×

7. Alat Peraga

Alat bantu pendidikan ini lebih sering disebut alat peraga karena peranan pentingnya berfungsi untuk membantu dan meragakan sesuatu

untuk menciptakan proses belajar yang efektif dalam pendidikan pengajaran.

E. Tujuan Penelitian

Penulisan ini bertujuan untuk memahami penerapan metode demonstrasi

untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar bangun datar segitiga pada pembelajaran matematika siswa kelas VII H tahun ajaran 2014/2015 SMPN 15

Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis

Penelitian ini menambah pengetahuan tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi dan melihat

(25)

2. Secara praktis

a. Bagi pendidik khususnya guru matematika, hasil ini nantinya akan

menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pendidik dalam pembelajaran matematika dengan metode demonstrasi.

b. Dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam pemilihan metode pembelajaran matematika.

G. Sistematis Penulisan

Bab I : Pendahuluan berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat, penegasan istilah dan sistematika skripsi Bab II : Kajian pustaka dan hipotesis berisi tentang teori-teori yang

mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan hipotesis yang dirumuskan

Bab III : Metode penelitian berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, dan metode pengumpulan data

(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika 1. Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya. Belajar dapat dilakukan dengan berlatih atau mencari

pengalaman baru. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi seseorang, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Banyak ahli yang berpendapat mengenai belajar. Menurut W.S. Winkel (1997) dalam bukunya ‘Psikologi Pendidikan dan Evaluasi (Yatim

Riyanto, 2009:5 dalam bukunya “Paradigma Baru Pembelajaran”) pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Menurut Oemar Hamalik (2005:36 dalam “Proses Belajar dan Mengajar”) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan.

Belajar menurut Sugihartono dkk (2007:74) merupakan suatu proses

(27)

tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, suatu proses dan kegiatan guna memperoleh

pengetahuan dan pengalaman, melalui interksi individu terhadap lingkungan yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi

dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor-faktor intern akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu : faktor

jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahahan. a. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmani terdapat dua faktor yang mencakup, yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

Faktor kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

Cacat tubuh cacat tubuh juga akan mempengaruhi belajar.

(28)

diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang

mencakup, yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

Intelegensi menurut J.P Chaplin yang dikutip oleh Oemar

Hamalik. (1992) dalam buku Psikologi Belajar Mengajar adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Perhatian menurut Gazali yang dikutip oleh Oemar Hamalik. (1992) dalam buku Psikologi Belajar Mengajar adalah keaktifan jiwa

yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pengajaran selalu menarik perhatian dengan cara

mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

(29)

belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senag dan dari situ diperoleh kepuasan.

Bakat menurut Hillgard yang dikutip oleh Oemar Hamalik. (1992) dalam buku Psikologi Belajar Mengajar adalah kemampuan

untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancer

dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang itu.

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi

penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorong.

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan

kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat

(30)

Kesiapan menurut Jamies Drever yang dikutip oleh Oemar Hamalik. (1992) dalam buku Psikologi Belajar Mengajar adalah

kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,

karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan

lebih baik. c. Faktor Kelelahan

Faktor Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran di dalam tubuh,

sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasikan sesuatu

hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan

daya untuk belajar.

Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor

(31)

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial keluarga sangat mempengaruhi kegiatan

belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi

dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seseorang guru atau administrasi dapat

menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

Lingkungan sosial masyarakat yang berada di lingkungan tempat

tinggal siswa akan mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan

ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum dimilikinya.

b. Lingkungan non sosial

Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, atau

(32)

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi

lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan

lain-lain. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain-lain.

Faktor materi pembelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru

harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai kondisi siswa.

2. Pembelajaran Matematika

Menurut Utari Sumarno (2004:5) pembelajaran matematika

diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematis (meliputi : pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis), kritis serta sikap yang terbuka dan objektif.

(33)

Marsigit (2001:4) hendaklah disampaikan dengan metode pembelajaran yang:

a. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan menyelidiki pola-pola untuk menentukan hubungan.

b. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara.

c. Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan perbedaan,

perbandingan, pengelompokan, dan sebagainya. d. Mendorong siswa untuk menarik kesimpulan umum.

e. Membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya.

Menurut Erman Suherman (2003: 299) dalam buku Strategi

Pembelajaran, filosofi ’pengajaran matematika’ perlu diperbaharui menjadi ’pembelajaran matematika’ agar dapat mengoptimalkan

keberadaan dan peran siswa sebagai pembelajar. Dengan demikian, paradigma dalam pembelajaran matematika juga perlu diperbaharui dari teacher centered menjadi learner centered. Akibatnya, kegiatan belajar di

kelas tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa sebagai pembelajar. Dalam pembelajaran matematika siswa harus dilibatkan penuh

secara aktif dalam proses belajarnya.

(34)

a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, dan interupsi.

c. Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, beternak, berkebun.

g. Metal activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahakan soal,

menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dalam pembelajaran di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, dan metode yang banyak melibatkan

siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. (Erman Suherman, 2003: 63)

Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah,

(35)

haruslah betumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indera siswa. Salah

satu tujuan pembelajaran Matematika adalah pembentukan dan peningkatan penalaran siswa yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga

dalam mempelajari matematika memungkinkan adanya penyatuan sifat dengan berfikir kritis dan kreatif.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses atau peristiwa dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika sehingga dapat terbentuk sifat

berfikir matematis, kritis, kreatif, dan objektif dalam diri siswa yang pada akhirnya pembelajaran matematika akan lebih bermakna.

3. Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep

motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha berkelanjutan), dan

penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi

(36)

2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki

oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif,

yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan

dari aktivitas tersebut. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu

yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari

bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik

atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan

belajar tersebut (Brophy, 2004).

(37)

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam

menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan

mengandung informasi tentang penguasaan keahlian.

b. Motivasi intrinsik, yaitu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya, murid

belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan,

senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada

siswa.

Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:

1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena

(38)

meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan

berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu,

menurut Gagne (dalam Sumarno, 2011).

Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Jenkins dan Unwin (Uno,

2011:17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil dari kegiatan belajarnya. jadi hasil belajar merupakan

pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.

Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs (dalam Taruh, 2003:17) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di

(39)

hasil belajar. Hal ini senada dengan Rasyid (2008:9) yang berpendapat bahwa jika ditinjau dari segi proses pengukurannya, kemampuan seseorang

dapat dinyatakan dengan angka. Dengan demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan seperangkat tes

kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi

dalam bentuk angka-angka.

Dick dan Reiser (dalam Sumarno, 2011) mengemukakan bahwa hasil

belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat jenis, yaitu : (1) Pengetahuan, (2) Keterampilan Intelekitual, (3) Keterampilan Motor, dan

(4) Sikap. Sedangkan pendapat yang lain dikemukakan oleh Bloom dan Kratwohl (dalam Usman, 1994:29) bahwa hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (outputs)

dari suatu system pemrosesan masukan (input). Masukkan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya

adalah perbuatan atau kinerja (performance) (Abdurrahman, 1999).

Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif,

(40)

Selanjutnya Benjamin S. Bloon berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu : Pengetahuan dan

keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu :

a. Pengetahuan tentang fakta; b. Pengetahuan tentang prosedural; c. Pengetahuan tentang konsep;

d. Pengetahuan tentang prinsip.

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yairu :

a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif; b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; c. Keterampilan bereaksi atau bersikap;

d. Keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian

yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan

(41)

Usman (2001) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang

direncanakan guru sebelum yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Domain Kognitif

1) Pengetahuan ( Knowledge ). Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang

bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting.

2) Pemahaman (comprehension). Jenjang setingkat di atas pengetahuan akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian

yang berbeda, mereorganisasikannya secara singkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.

3) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.

4) Analisa. Jenjang ini akan menyangkut terutama kemampuan anak

dalam memisah-misah ( breakdown ) terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan di antara

bagian-bagian itu dan cara materi itu diorganisir.

(42)

elemen satu atau bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

6) Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan

meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain.

Dalam pengambilan keputusan ataupun dalam menyatakan pendapat, termasuk juga kriteria yang dipergunakan, sehingga

menjadi akurat dan me standart penilaian / penghargaan. b. Domain Kemampuan Sikap (affective)

1) Menerima atau Memperhatikan. Jenjang ini yang memunculkan

kesadaran yang merupakan perilaku kognitif ingin menerima suatu nilai positif sebagai sesuatu yang perlu dilakukan.

2) Merespon. Jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu dalam memunculkan sikap ingin merespon suatu sistem secara positif untuk mencari sehingga memunculkan

kepuasan dalam tindakan.

3) Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten

(43)

4) Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku sikap positif. Ini

meliputi konseptualisasi dan mengorganisasikan.

5) Mempribadi (Mewatak). Pada tingkat terakhir sudah ada

internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku atau gaya hidup.

c. Ranah Psikomotorik

1) Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu action

yang dapat diamati (observable), maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan.

2) Manipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti

yang diamati. Dia mulai dapat membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan dalam memanipula mentasi.

3) Keseksamaan (Precision). Ini meliputi kemampuan anak didik dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang

lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.

4) Artikulasi (Articulation). Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan urutan

(44)

5) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila anak telah dapat melakukan secara alami satu action atau

sejumlah action yang urut dan ditampilkan dengan pengeluaran energi yang minimum.

5. Metode Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran matematika adalah cara untuk mencapai tujuan

pembelajaran matematika. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan

bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan efisien pembelajaran. Penggunaan metode yang bervariasi

akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran metematik.

Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tingkah laku, serta perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan kearah kedewasaan.

Beberapa metode yang dapat dipilih guru matematika adalah a. Metode ceramah

b. Metode ekspositori c. Metode demonstrasi d. Metode tanya jawab

(45)

f. Metode eksperimen g. Metode driil

h. Metode penemuan i. Metode permainan

j. Metode pemecahan masalah

6. Metode Demonstrasi

Metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya

diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain (Cecep, 2005). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan

cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Muhibbin Syah, 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda

yang berkenaan dengan bahan pelajaran (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000). Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa metode demonstrasi

merupakan tehnik mengajar yang memperagakan suatu barang atau alat yang mengambarkan suatu proses atau kejadian berkenaan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Dalam penggunaan metode ini guru bisa menjadi

(46)

Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan rangsangan visual siswa. Metode demontrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk

menolong siswa dengan melakukan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta

didik, sampai cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah. Agar pembelajaran dengan menggunakan metode berlangsung secara efektif dan efisien. Ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan

digunakan untuk kepentingan demonstrasi.

b. Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demonstrasi, dan pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan.

c. Buatlah garis besar langkah-langkah demonstrasi, akan lebih efektif jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh

guru.

d. Tetapkanlah apakah demonstrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti peserta didik.

e. Mulailah demonstrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan.

(47)

g. Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demonstrasi maupun terhadap hasil

belajar peserta didik.

Kelebihan metode demontrasi sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan

c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek

sebenarnya (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000). Kelemahan metode demontrasi sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan

dipertunjukan

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti bila didemontrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaifudin Bahri Djamarah, 2000)

Ada beberapa ciri khas pembelajaran matematika yang menggunakan metode demonstrasi :

a. Digunakannya masalah atau soal-soal konkret atau yang ada dalam pikiran siswa. Yang disebut dengan masalah realistik sebagai titik awal proses pembelajaran. Diharapkan dapat membuat siswa berfikir aktif

(48)

peran guru hanya sebagai fasilitator. Peran guru sebagai fasilitator antara lain adalah memberikan kegiatan yang merangsang

keingintahuan siswa dan membantu siswa dalam mengungkapkan gagasannya, menunjukkan pemikiran siwa dapat sejalan atau tidak

untuk menghadapi persoalan baru yang ditemui. Setelah siswa menyelesaikan masalah menurut cara berfikir siswa maka guru bersama siswa membahas konsep yang dipelajari.

b. Siswa didorong untuk menemukan atau memunculkan suatu cara. Alat atau model sistematis sehingga diperoleh pemahaman tentang hal yang

dipelajari dari masalah atau suatu realistik yang dihadapi.

c. Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran selain diusahakan siswa sendiri yang menemukan cara atau model dan pemahaman konsep juga

dapat dengan berdiskusi dengan temannya atau dengan bantuan guru sehingga pemberian pemahaman yang sudah jadi sebaiknya dihindari.

Sehubungan dengan hal tersebut maka interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa menjadi penting, sebaliknya belajar berkelompok karena biasanya siswa akan tidak sungkan bertanya pada

temannya yang sebaya. Ciri berikut adalah siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi yaitu berfikir dengan hal-hal yang baru

dipelajari. Siswa dapat mengendap hal yang baru dipelajarinya sehingga merupakan pengetahuan baru atau merupakan pengayaan pengetahuan ataupun revisi terhadap pengetahuan yang sudah dimiliki

(49)

dari guru tentang hal yang baru saja dipelajari, menyampaikan gagasan, membuat kesimpulan.

Dari beberapa karakteristik atau ciri khas uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran matematika yang

menggunakan metode demonstrasi realistik adalah:

a. Disampaikan masalah realistis untuk diselesaikan oleh siswa.

b. Digunakan model realistis sebagai jembatan antara dunia real dan

abstrak.

c. Adanya interaksi antara guru dengan siswa (demokratis).

d. Proses belajar berlangsung seimbang antara dunia riil dan abstrak. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada langkah-langkah penyelesaian soal tetapi adanya penekanan pada pemahaman konsep dan

pemecahan masalah. Berdasarkan karakteristik tersebut dalam pembelajaran matematika kontektual adalah guru memberikan masalah

yang nyata atau dapat dibayangkan oleh siswa, menjelaskan masalah konstektual, siswa menyelesaikan masalah konstektual secara individu ataupun kelompok dengan cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa

dengan memberikan pertanyaan, petunjuk atau saran. Guru memberikan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan

mendiskusikan jawaban secara kelompok. Dari hasil diskusi guru mengarahkan untuk menarik kesimpulan suatu konsep. Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode demonstrasi, pada akhir

(50)

7. Alat Peraga

Siswa dalam memahami konsep abstrak memerlukan benda-benda

kongkrit (riil) sebagai perantara atau alat bantunya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda. Bahkan orang

dewasapun yang pada umumnya sudah memahami kosep abstrak, pada keadaan tertentu sering memerlukan alat bantu. Alat bantu pendidikan ini lebih sering disebut alat peraga karena peranan pentingnya berfungsi untuk

membantu dan meragakan sesuatu untuk menciptakan proses belajar yang efektif dalam pendidikan pengajaran.

Menurut Kamus Besar Indonesia alat peraga didefinisikan sebagai benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu, sedangkan peraga (2005:920) adalah alat media pengajaran untuk memperagakan sajian

pelajaran. Dari pengertian tersebut, alat peraga dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran agar dapat

menyampaikan materi dengan baik kepada siswa.

Senada dengan pengertian di atas, Ali (dalam Sundayana, 2014:7) berpendapat bahwa alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyatakan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, serta perhatian, dan kemauan siswa agar dapat membantu proses

pembelajaran. Menurut Surdjana (2009) berpendapat bahwa alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telingan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih

(51)

siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar menurut Wijaya dan Rusyan (1994). Alat peraga merupakan media pengajaran yang

mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari menurut Estiningsih (1994:7). Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan

keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep tersebut. Oleh karena itu, alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Berdasarkan pendapat di atas menyatakan bahwa alat peraga memiliki fungsi untuk membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi

pembelajaran. Dalam pengajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga, sehingga akan ada kelebihan dan kekurangan menggunakan alat peraga. Berikut kelebihan menggunakan alat peraga :

a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik murid maupun guru, dan terutama murid minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang,

tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan

karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.

c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.

d. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan

(52)

e. Benda-benda ini dapat dipindah-pindahkan. Berikut kekurangan menggunakan alat peraga :

a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan

c. Perlu kesediaan berkorban secara materiil d. Tidak dapat disajikan dalam buku.

Penggunaan alat peraga itu dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah

satu atau beberapa dari : a. Pembentukan konsep

b. Pemahaman konsep c. Latihan dan penguatan

d. Pelayanan terhadap perbedaan individual ; termasuk pelayanan

terhadap anak lemah dan anak berbakat.

e. Pengukuran ; alat peraga manipulatif dipakai sebagai alat ukur.

f. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulannya secara umum ; alat peraga sebagai objek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti.

g. Pemecahan masalah pada umumnya h. Mengundang untuk berfikir

i. Mengundang untuk berdiskusi j. Mengundang partisipasi aktif

Bila ingin membuat alat peraga, maka perhatikan agar alat peraga itu :

(53)

b. Bentuk dan warnanya menarik c. Sederhana dan mudah dikelola

d. Ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak

e. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep

matematika

f. Sesuai dengan konsep dan menunjukkan konsep matematika dengan jelas

g. Peragaan itu supaya dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak

h. Bila kita juga mengharapkan agar siswa belajar aktif, alat peraga itu

supaya dapat dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan diutak-atik, atau dipasangkan dan dicopot, dan lain-lain

Dengan demikian, penggunaan alat peraga itu gagal bila misalnya :

a. Generalisasi konsep abstrak dari representasi kongkrit itu tidak tercapai b. Hanya sekedar sajian yang tidak memiliki konsep-konsep matematika

c. Tidak disajikan pada saat yang tepat d. Memboroskan waktu

e. Diberikan kepada anak yang sebenarnya tidak memerlukannya

f. Tidak menarik, rumit, sedikit terganggu menjadi rusak, dan lain-lain.

8. Segitiga

Segitiga merupakan bangun dua dimensi yang memiliki sisi atau ruas

(54)

Pada bangun datar Segitiga, mempunyai sifat-sifat diantaranya : a. Mempunyai 3 sisi dan 3 titik sudut

b. Jumlah ketiga sudutnya 1800.

Jenis-jenis Segitiga

a. Jenis Segitiga yang ditinjau dari besar sudut-sudutnya, antara lain :

1) Segitiga lancip, yaitu segitiga yang ketiga sudutnya adalah sudut lancip.

2) Segitiga siku-siku, yaitu segitiga yang salah satu sudutnya adalah sudut siku-siku atau 90º.

Pada bangun datar segitiga siku-siku, mempunyai sifat-sifat diantaranya :

1) Mempunyai 1 buah sudut siku-siku,yaitu ∠ BAC

2) Mempunyai 2 buah sisi yang saling tegak lurus, yaitu BA dan AC

3) Mempunyai 1 buah sisi miring yaitu BC

4) Sisi miring selalu terdapat di depan sudut siku-siku.

5) Segitiga siku-siku sama kaki memiliki 1 sumbu simetri.

3) Segitiga tumpul, yaitu segitiga yang salah satu sudutnya adalah sudut tumpul atau lebih 90º.

A

(55)

b. Jenis Segitiga yang ditinjau dari panjang sisi-sisinya, antara lain :

1) Segitiga Sama Sisi, yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya sama

panjang.

Pada bangun datar Segitiga sama sisi, mempunyai sifat-sifat diantaranya :

1) Mempunyai 3 buah sisi sama panjang, yaitu AB=BC=CA

2) Mempunyai 3 buah sudut yang besar , yaitu ∠ABC , BCA,

CAB

3) Mempunyai 3 sumbu simetri.

4) Mempunyai 3 simetri putar dan 3 simetri lipat

2) Segitiga sama kaki, yaitu segitiga yang panjang kedua kakinya

sama panjang.

Pada bangun datar Segitiga sama kaki, mempunyai sifat-sifat

diantaranya :

1) Mempunyai 2 buah sisi yang sama panjang, yaitu BC=AC

2) Mempunyai 2 buah sudut sama besar, yaitu ∠ BAC = ABC

3) Mempunyai 1 sumbu simetri.

4) Dapat menempati bingkainya dalam dua cara.

A

C B

A

(56)

Pembuktian Teorema 1 pada segitiga kongruen.

Jika dua sisi dari sebuah segitiga memiliki panjang yang sama, maka sudut di depan sisi tersebut sama besar.

Diketahui :

∆ , =

� � ∠ = ∠ B

PERNYATAAN ALASAN

1. AC = BC Diketahui

2. ∠ = ∠ ∠C dibagi dua sama besar. CD

garis bagi ∠ C

3. CD = CD Identitas

4. ∆ ≅ ∆ 1,2,3, ( Sisi, sudut,sisi)

5. ∠ = ∠ 4

3) Segitiga sembarang, yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya berbeda.

Pada bangun datar segitiga sembarang, mempunyai sifat-sifat

diantaranya :

1) Mempunyai 3 buah sisi yang tidak sama panjang.

2) Mempunyai 3 buah sudut yang tidak sama besar.

 Mencari Keliling dan Luas Segitiga

 Keliling segitiga adalah jumlah panjang ketiga sisinya. D

1 2

A

C B

A

(57)

K ΔABC = AB + BC + CA

 Luas segitiga adalah setengah hasil kali alas dan tingginya.

L ΔABC = x alas x tinggi

= x a x t

 Mencari Teorema Phytagoras

a² = b² + c² atau a = √ +

b² = a² – c² b = √ − c² = a² – b² c = √ − B. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran Matematika di SMP, pentingnya pemilihan metode pembelajaran yang seyogyanya membantu mengarahkan pemahaman konsep

siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran Matematika akan semakin membuat siswa merasa takut untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya penguasaan

konsep dan hasil belajar siswa. Siswa SMP masih memerlukan pembelajaran yang menggunakan pengalaman langsung atau dunia nyata. Salah satu metode

yang terkait dengan konteks dunia nyata adalah metode Demonstrasi. Dalam pembelajaran Matematika realistik, dunia nyata (real world) digunakan sebagai titik awal dalam pengembangan ide dan konsep matematika. Dunia

Gambar

Gambar Kerangka Pikir
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sihombing 2016 berjudul “Pengaruh Motivasi dan Locus of Control terhadap Hubungan Penganggaran Partisipatif

• Fungsi fread berikutnya digunakan untuk membaca dan memindahkan byte-byte sampel data ke dalam variable dta. Sedangkan variable count digunakan untuk membaca dan menyimpan

Kalsium oksida kering yang diperoleh dari proses kalsinasi kemudian dihidrasi (slaking) dengan air pada temperatur 70 o C untuk menghasilkan.. slurry

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila skor rata-rata hasil belajar atau ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, ditambah dengan respons siswa

Tujuan utama dari pemeriksaan persediaan secara berkala: • Mengetahui seberapa cepat dan akurat proses pembaharuan status data antara fisik, catatan, dan database sistem

Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi; otak anak dipaksa untuk mengigat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut