commit to user
OPTIMASI FORMULA SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN BASIS LARUT AIR
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh:
AIDINA FITRIYANA NIM. M3509002
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa ujian akhir ini adalah penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun
disuatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Aidina Fitriyana NIM. M3509002
commit to user
OPTIMASI FORMULA SALEP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN BASIS LARUT AIR
AIDINA FITRIYANA
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yang memiliki aktivitas antibakteri, seperti pada bakteri jerawat Propinibacterium acnes. Ekstrak etanol daun sirih diketahui memiliki KBM (Kadar Bunuh Minimum) terhadap bakteri jerawat Propinibacterium acnes sebesar 0,25%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) dengan menggunakan basis larut air. Basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000. Penelitian ini dilakukan dengan model simplex lattice design, menggunakan basis PEG 400 (A) dan PEG 6000 (B), sehingga didapatkan 3 rancangan formula yaitu : F1 PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%, dan F3 PEG 6000 100%. Setiap formula dilakukan uji sifat fisik salep meliputi uji daya lekat, uji pH dan uji viskositas. Data yang diperoleh dilakukan pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan parameter optimasi daya lekat, pH dan viskositas.
Hasil penelitian menunjukkan interaksi PEG 400 dan PEG 6000 berpengaruh terhadap sifat fisik salep. Berdasarkan pendekatan dengan metode simplex lattice design komposisi PEG 400 78%: PEG 6000 22% merupakan formula optimum salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai antijerawat dengan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan viskositas 219,226 dPas .
Kata Kunci : Daun sirih, PEG, Antijerawat, Optimasi.
commit to user
OPTIMIZATION FORMULATION ETHANOLIC EXTRACT OINTMENT OF BETEL LEAF (Piper betle Linn.) USING WATER-SOLUBLE BASE
AIDINA FITRIYANA
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University
ABSTRACT
Betel leaf (Piper betle Linn.) is one of the medicinal plants native to Indonesia which has antibacterial activity, such as the acne bacteria Propinibacterium a cnes. Ethanol extract of betel leaf were found to have MBC (Minimum Bacterisid Concentration) against the acne bacterium Propinibacterium acnes of 0.25%. This study aims to determine the optimum concentration of ethanolic extract ointment of betel leaf (Piper betle Linn.) Using a water soluble base. Water-soluble base used is a combination of PEG 400 and PEG 6000.
The research was conducted with the model of simplex lattice design, using the base PEG 400 (A) and PEG 6000 (B), so we get 3 design formula is: F1 PEG 400 100%, F2 PEG 400 50%: PEG 6000 50%, and F3 PEG 6000 100%. Each formula tested the physical properties of ointments include adhesion test, test pH and viscosity test. The data obtained were performed by the method of simplex lattice design approach to the design optimization of adhesion parameters, pH and viscosity.
The results showed the interaction of PEG 400 and PEG 6000 affects the physical properties of the ointment. Based approach with the method of simplex lattice design composition of 78% PEG 400: 22% PEG 6000 is the optimum formula ointment ethanolic extract of betel leaf (Piper betle Linn.) as an adhesion antiacne by 6.299 seconds, pH 6.439 and viscosity 219.226 dPas.
Keywords: Betel leaves, PEG, anti acne, Optimization.
commit to user
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. Ar Raad: 11)
“Menuai apa yang kamu tabur, bersyukur untuk apa yang kamu tuai dan bekerja
keras untuk apa yang kamu syukuri”
(Yoseob)
“Jadilah kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain”
(Penulis)
commit to user
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk….
Kedua orang tua dan adik-adikku tercinta yang memberikan semangat, kasih sayang dan kesabaran selama ini.
Keluarga farmasi UNS dimana aku menjalani 3 tahun yang begitu indah.
Teman-teman terdekat, Bu’ne “Iis”, Bebeb “dyta”, “Evi” mariPhi, Mami “Reyza”, Lek ngKEN, Kakaq “Okti”, MbShan-san, Mbok Dhe Atun, Umu “Cyrin” terima kasih telah berjalan bersama ku selama ini ku harap persaudaraan ini akan tetap terjaga.
Mereka yang telah mempercayai dan meragukan ku, sehingga aku terdorong untuk terus berjuang dan membuktikan bahwa aku BISA.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
Akhir berjudul “Optimasi Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih (Piper betle
Linn.) dengan Menggunakan Basis Larut Air” dengan baik dan lancar.
Penyusunan laporan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa
adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril
maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku ketua program D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Fea Prihapsara, S.Farm.,Apt. selaku pembimbing Tugas Akhir atas
segala ketulusan, kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan
pengertian, saran, dan ilmunya yang tiada tara nilainya.
4. Kedua orang tua, nenek dan adik-adik ku yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
commit to user
5. Teman-teman seperjuangan yang telah berbagi suka dan duka serta
pengalaman selama masa-masa kuliah.
6. Seseorang yang entah dimana telah mendorong dan memberikan semangat
secara tak langsung.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
pelaksanaan Tugas Akhir dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas
Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan sehingga akan menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya
Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
D. Hasil Perhitungan Rendemen ... 24
E. Hasil Skrining Fitokimia ... 25
F. Pembuatan Salep ... 25
G. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ... 26
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ... 21
Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih . 26 Tabel III. Hasil Pengujian pH Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih ... 28
Tabel IV. Hasil Pengujian Daya Lekat Salep ... 30
Tabel V. Hasil Pengujian pH Salep ... 32
Tabel VI. Hasil Pengujian Viskositas Salep ... 34
Tabel VII. Normalitas Parameter Optimasi ... 36
Tabel VIII. Respon Parameter Optimasi ... 37
Tabel IX. Pendekatan Normalitas Parameter Optimasi ... 38
Tabel X. Pendekatan Respon Parameter Optimasi ... 38
Tabel XI. Hasil Formula Optimum Menggunakan Metode Simplex Lattice Design ... 39
Hal
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Daun Sirih (Piper betle Linn.) ... 4
Gambar 2. Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen ... 13
Gambar 3. Struktur Kimia PEG ... 14
Gambar 4. Diagram Daya Lekat Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih 27
Gambar 5. Diagram Viskositas Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih .. 29
Gambar 6. Profil Daya Lekat Salep dengan Pendekatan Simplex
Lattice Design ... 31
Gambar 7. Profil pH Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice
Design ... 33
Gambar 8. Profil Viskositas Salep dengan Pendekatan Simplex
Lattice Design ... 35 Hal
commit to user
DARTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman ... 43
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Ekstrak ... 44
Lampiran 3. Skrining Fitokimia dan Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
(Piper betle Linn.) dengan Basis Larut Air ... 45
Lampiran 4. Diagram Alir Cara Kerja ... 46
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Salep ... 47
Lampiran 6. Optimasi Formula dengan Metode Simplex Lattice Design .. 48
xiv
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi perhatian para remaja dan
dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulga ris.
Penyebab jerawat sangat banyak (multifaktorial) antara lain, genetik, makanan,
endokrin, keaktifan dari kelenjar sebasea itu sendiri, faktor psikis, musim dan
bakteri (Propionibacterium acnes), kosmetik dan bahan kimia lainnya
(Yuindartanto, 2009).
Pengobatan jerawat dilakukan dengan cara memperbaiki abnormalitas
folikel, menurunkan produksi sebum, menurunkan jumlah koloni
Propionibacterium acnes, dan menurunkan inflamasi pada kulit. Populasi
bakteri Propionibacterium a cnes dapat diturunkan dengan memberikan suatu zat
antibakteri seperti eritromisin, klindamisin dan benzoil peroksida (Wyatt et
al.,2001).
Zat antibakteri salah satunya dapat diperoleh dalam metabolisme sekunder
tumbuhan. Chakraborty dan Shah (2011) melaporkan bahwa daun sirih
mempunyai aktivitas, antibakteri, antioksidan dan antihemolitik. Daun sirih juga
mempunyai aktivitas anti-inflamasi, anti-diabetes dan radioprotectiv (Arambewela
et al., 2005). Ekstrak dan minyak atsiri daun sirih mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri dan antifungi. Dari penelitian Fadila (2010) mengemukakan bahwa
ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) memiliki aktivitas antibakteri
commit to user
terhadap Propionibacterium acnes penyebab jerawat dengan KBM (Kadar Bunuh
Minimum) 0,25 %.
Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan ekstrak etanolik daun sirih
(Piper betle Linn.) pada kulit, dilakukan formulasi dalam sediaan salep dengan
basis larut air. Formulasi pada sediaan salep akan mempengaruhi jumlah dan
kecepatan zat aktif yang dapat diabsorpsi. Zat aktif dalam sediaan salep
masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk
kontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk
sediaan topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
absorpsi obat dan memiliki efek yang menguntungkan jika dipilih secara
tepat. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah diaplikasikan pada
kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit (Wyatt et al., 2001).
Basis salep larut air yang biasa digunakan adalah Polietilenglikol (PEG).
PEG memiliki keuntungan yaitu tidak mengiritasi, memiliki daya lekat dan
distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran gas dan produksi
keringat, sehingga efektifitasnya lebih lama. Bersifat hidrofil, sehingga mudah
dicuci dengan air dan dapat digunakan pada bagian tubuh yang berambut (Voigt,
1994).
PEG (Polietilenglikol) merupakan polimer dari etilen oksida dan dibuat
menjadi bermacam-macam panjang rantainya. Polietilen glikol yang memiliki
berat molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna
dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih,
Macam-commit to user
macam kombinasi dari polietilenglikol bisa digabung dengan cara melebur dengan
memakai dua jenis atau lebih untuk memperoleh konsistensi basis yang
diinginkan, dan sifat khasnya (Ansel, 2005).
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka dilakukan
penelitian dengan tujuan mengetahui proporsi optimum campuran PEG 400 dan
PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih (Piper
betle Linn.) sebagai basis salep yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut:
Berapa perbandingan komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 untuk
memperoleh formula optimum salep anti jerawat ekstrak etanolik daun sirih
(Piper betle Linn.) dengan parameter daya lekat, pH dan viskositas?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui proporsi optimum
PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep anti jerawat ekstrak etanolik daun
sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proporsi optimum PEG 400 dan PEG 6000 dalam formulasi salep
ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai basis salep yang baik.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Uraian Tentang Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan daun sirih
(Piper betle Linn.)
a.Uraian tanaman
Gambar 1. Piper betle Linn. (Anonim,2011a)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
commit to user
b.Nama lain
Suruh, Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda), Ranub (Aceh), Sereh (Gayo),
Belo (Batak), Sedah, Base (Bali), Bido (Ternate).
c.Deskripsi tanaman
Sirih merupakan tanaman perdu, merambat dan panjangnya dapat
mencapai puluhan meter. Batangnya berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur, hijau.
Permukaan daun sirih halus, pertulangan menyirip, berwarna hijau atau hijau tua,
daun tunggal, bulat panjang, pangkal bentuk jantung, ujung meruncing, tepi
rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai. Bunga termasuk bunga
majemuk, bentuk bulir, daun pelindung ± 1 mm, bentuk bulat panjang, bulir
jantan panjang 1,5-3 cm, benang sari dua, pendek, bulir betina panjang 1,5-6
cm, kepala putik tiga sampai lima, putih, hijau kekuningan. Buahnya buni, bulat,
hijau keabu-abuan. Sedang akarnya termasuk akar tunggang, bulat dan berwarna
coklat kekuningan (Anonim, 1980).
d.Khasiat
Daun sirih berkhasiat sebagai anti sariawan, antibatuk, adstringen,
antiseptik (Anonim, 1980).
e.Kandungan Kimia
Minyak atsiri mengandung hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol,
metileugenol, karvakol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, dan tanin (Anonim,
commit to user
f. Skrining Fitokimia
• Fenol
Senyawa asam fenolat ada hubungannya dengan lignin terikat sebagai
ester atau terdapat pada daun di dalam fraksi yang tidak larut dalam etanol;
atau mungkin terdapat dalam fraksi yang larut dalam etanol, yaitu sebagai
glikosida sederhana. Deteksi asam fenolat dan lignin dalam jaringan
tumbuhan Lignin ialah polimer fenol yang terdapat dalam dinding sel
tumbuhan, yang bersama selulosa, menyebabkan kekakuan dan kekokohan
batang tumbuhan. Lignin terutama terdapat pada tumbuhan berkayu
karena sampai 30% bahan organik pepohonan terdiri atas zat ini. ini. Bila
dioksidasi dengan nitrobenzene, lignin menghasilkan tiga aldehida fenol
sederhana yang ada kaitannya dengan asam fenolat tumbuhan umum
(Harborne,1987).
• Flavonoid
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali
dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping
itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda
kelas. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula –
mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna. Kemudian
diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis
commit to user
2. Metode Penyarian a.Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu: simplisia nabati,
simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1995).
b.Ekstraksi
Ekstractio berasal dari perkataan “ekstraher” , “to dra w out” menarik sari,
yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Dalam
kefarmasian istilah ini terutama hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat
dari bahan asal dengan menggunakan cairan penarik atau pelarut. Tujun utama
ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat
yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak
berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorbsi, rasa,
pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan dengan simplisia asal
dan tujuan pengobatan lebih terjamin (Syamsuni,2006).
Ada berbagai macam metode ekstraksi,yaitu :
1) Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
commit to user
dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit
(Anonim,1986).
2) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dan kerena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di
dalam sel dengan diluar sel, maka larutan yang terpekat akan keluar. Peristiwa ini
berlangsung terus menerus hingga tercapai kesetimbangan konsentrasi larutan
diluar dan didalam sel (Anonim,1986).
3) Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah
melewatkan cairan penyari melalui serbuk simplisa yang ditempatkan di suatu
bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari akan
melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui melalui sampai keadaan jenuh
(Anonim,1986).
4) Soxhlet
Pada proses ini sampel yang akan disari dimasukkan pada alat penyari
Soxhlet, kemudian dielusi dengan pelarut yang cocok, sehingga akan terjadi dua
sirkulasi dalam waktu 30 menit. Adanya pemanasan menyebabkan pelarut
menguap ke atas, kemudian pendingin udara akan mengembunkan menjadi
commit to user
samping soxhlet akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang akan
menghasilkan penyarian yang baik (Harborne, 1987).
3. Jerawat (Acnes)
Akne vulgaris atau jerawat merupakan penyakit yang umum, biasanya
sembuh sendiri, disebabkan oleh multifaktor, serta melibatkan adanya inflamasi
pada folikel kelenjar minyak (sebaceous) yang terletak di wajah atau tubuh bagian
atas. Faktor utama yang terlibat dalam pembentukan lesi jerawat, yaitu
peningkatan produksi sebum, pengelupasan keratinosit, pertumbuhan bakteri, dan
inflamasi. Diagnosa dilakukan berdasarkan observasi terhadap lesi jerawat
(komedo, pustule, papula, nodula, atau kista) pada daerah wajah, punggung, atau
dada. Lima sampai sepuluh komedo biasanya dipertimbangkan sebagai alat
diagnosis (Anonim, 2011b).
Penanganan jerawat dilakukan dengan mengurangi produksi sebum,
pengangkatan sel-sel kulit mati, dan membunuh bakteri dengan obat-obatan
topical dan oral. Penanganan jerawat ini tergantung dari tingkat keparahan
jerawat. Jerawat sendiri tidak dapat ditangani tetapi dapat dikontrol melalui
penanganan yang tepat (Nina,2010).
4. Propionibacterium acnes
Sistematika bakteri Propionibacterium acnes :
Kingdom : Bacteria
Divisio : Actinobacteria
commit to user
Ordo : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Species : Propionibacterium acnes
Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput
lendir manusia. Pada pewarnaan gram kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk
panjang, dengan ujung yang melengkung, berbentuk gada atau lancip, dengan
pewarnaan yang tidak rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk
kokoid atau bulat. P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan
menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam
lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P.
acnes kadang-kadang menyebabkan infeksi katup jantung prostetik dan pintas
cairan serebrospinal (Jawetz et al., 2005).
5. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi
dalam 4 kelompok, yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,
dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep
obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
a.Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin
putih dan salep putih. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
commit to user
hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak
mongering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
b.Dasar Salep Serap
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.
c.Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hidrofilik
(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan air, karena
mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar
kosmetika.
d.Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga da sar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungannya
seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak
larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam (Anonim,1995).
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan
ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang
commit to user
6. Optimasi
Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari beberapa komponen.
Permasalahan umum dalam studi formulasi terjadi bila komponen-komponen
formula diubah-ubah dalam upaya untuk mengoptimalkan hasil. Setiap perubahan
fraksi dari salah satu komponen dari campuran akan merubah satu variabel atau
bahkan lebih fraksi komponen lain. Metode simplex lattice design dapat
digunakan untuk menentukan proporsi relatif bahan-bahan yang digunakan dalam
suatu formula, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang
paling baik sesuai dengan kriteria yang ditentukan (Kurniawan, dan Sulaiman,
2009)
Campuran akan mengandung sedikitnya 1 komponen dan jumlah fraksi dari
semua komponen akan tetap (=1),
maka : X1 + X2 + X3 +...+Xq = 1
Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponen-komponen
dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar dengan q tiap
sudut dan q-1 dimensi. Simplex lattice design yang paling sederhana adalah
dengan 2 variabel atau komponen (Kurniawan, dan Sulaiman, 2009).
Jika ada 2 komponen (q = 2) maka akan dinyatakan dalam satu dimensi
dengan dua sudut yaitu merupakan gambar garis yang menyatakan banyaknya tiap
commit to user
Gambar 2. Simplex Lattice Design dengan 2 Komponen
Titik A merupakan suatu formula yang hanya mengandung komponen A,
titik B menyatakan suatu formula yang hanya mengandung komponen B,
sedangkan garis AB menyatakan semua kemungkinan campuran A dan B. Titik C
menyatakan campuran 0,5 A dan 0,5 B (Amstrong dan James, 1996).
Hubungan fungsional antara respon dengan komposisi dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Y = a (A) + b(B) + ab(A)(B) ...(1)
Keterangan :
Y = respon
a = koefisien percobaan dari A
ab = koefisien regresi interaksi A-B
A dan B = fraksi proporsi dari tiap komponen
b = koefisien percobaan dari B
Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan Y adalah respon atau
hasil yang diinginkan. Nilai A ditentukan, maka B dapat dihitung. Semua nilai
didapatkan, dimasukkan ke dalam garis maka akan didapat contour plot yang
diinginkan (Amstrong dan James, 1996).
Penentuan formula optimum didapatkan dari respon total yang paling
besar, respon total dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
R total = R1 + R2 + R3 +Rn ...(2)
commit to user
Dari persamaan di atas diperoleh respon total dan formula optimum maka
dilakukan verifikasi pada tiap formula yang memiliki respon paling optimum pada
setiap uji sifat fisisk granul dan tablet (Amstrong dan James, 1996).
7. Tinjauan Bahan
a. PEG (Polyethylen Glicol)
HOCH2 (CH2OCH2)m CH2OH
Gambar 3. Struktur Kimia PEG (Rowe et al., 2009)
Polietilen glikol stabil, zat hidrofilik yang dasarnya non irritant pada kulit.
Polyethylen glikol tidak mudah menembus kulit, meskipun polietilena glikol yang
larut dalam air dan mudah dihapus dari kulit dengan mencuci, sehingga berguna
sebagai basis salep. Nilai padat umumnya digunakan dalam salep topikal, dengan
konsistensi dasar disesuaikan dengan penambahan nilai cair dari polietilen glikol
(Rowe et al., 2009).
PEG memiliki sifat bakterisid, penyimpanan selama beberapa bulan tidak
perlu mengkhawatirkan adanya pencemaran bakteri, oleh karena itu tidak
diperlukan adanya pengawet sediaan. Salep polietilen glikol menyerap lembab
dan udara yang disebabkan oleh adanya daya hisap osmotik yang tinggi
(Voight,1994).
Pemerian bahan : PEG 6000; serbuk licin putih atau potongan putih
commit to user
berwarna atau sedikit berwarna kuning, cairan kental, agak berbau, rasa pahit
dengan sedikit rasa terbakar. PEG 400 dan PEG 6000 berfungsi sebagai zat
tambahan, sebagai basis salep larut air (Rowe et al., 2009).
b.Propylenglikol
C3H8O2
Propilen glikol telah menjadi banyak digunakan sebagai pelarut,
ekstraktan, dan pengawet dalam berbagai formulasi farmasi. Propilen glikol
adalah pelarut yang umumnya lebih baik dibandingkan dengan gliserin, dan dapat
melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfat,
barbiturat, vitamin (A dan D), alakaloid dan anestesi lokal. Propilen glikol juga
digunakan dalam kosmetik dan makanan industri sebagai pengemulsi pembawa
dan sebagai penutup untuk rasa dalam preferensi etanol, karena kurangnya
volatilitas menyediakan rasa yang lebih seragam (Rowe dkk, 2009). Pemerian
bahan : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, berfungsi sebagai
pelarut (Anonim,1979)
B.KERANGKA PEMIKIRAN
Daun sirih (Piper betle Linn.) merupakan salah satu tanaman herbal yang
memiliki aktivitas antibakteri, salah satunya terhadap bakteri penyebab jerawat
Propionibacterium acnes. Aktivitas antibakteri daun sirih kemungkinan terletak
pada kandungan flavonoid dan polifenolnya. Dari penelitian sebelumnya
diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki KBM (Kadar Bunuh
commit to user
yang timbul dalam pengobatan dengan daun sirih sangatlah kecil dibandingkan
dengan obat sintetis lainnya. Saat ini pengembangan daun sirih dalam bentuk
sedian topikal masih sangat minim. Kebanyakan penelitian melakukan
pengembangan sediaan daun sirih dalam bentuk tablet. Sehingga masih perlu
adanya pengembangan bentuk sediaan topikal dari daun sirih untuk mengobati
jerawat sehingga lebih praktis dan lebih mudah untuk digunakan.
Pada penelitian ini agar dapat menyari senyawa flavonoid dan polifenol
yang terkandung dalam daun sirih, maka dilakukan proses ekstraksi dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Untuk pengobatan secara topikal
perlu dikembangkan suatu bentuk sediaan salep. Penggunaan salep
memungkinkan kontak dengan tempat aplikasi lebih lama sehingga pelepasan zat
aktif akan lebih maksimal. Salep terdiri dari basis salep yang merupakan
pembawa bersama kombinasi bahan aktif dalam penyiapan salep menjadi obat.
Basis salep juga turut mengambil bagian yang sangat menentukan terhadap
keberhasilan atau kegagalan terapi menggunakan sediaan salep.
Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan ekstrak etanolik daun sirih
pada kulit maka dilakukan formulasi salep dengan basis larut air. Formulasi salep
basis larut air yang digunakan yaitu kombinasi PEG 400 dan PEG 6000. PEG 400
dengan bobot molekul rendah dan PEG 6000 dengan bobot molekul tinggi akan
menghasilkan produk salep dengan konsistensi yang lunak dan meleleh pada kulit.
Karena bentuk PEG 400 yang berupa cairan kental kombinasinya dalam jumlah
commit to user
lunak, sehingga mudah diambil dari wadah, memiliki daya sebar dan daya lekat
yang yang baik,.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka perlu diadakan penelitian tentang
optimasi formula salep ekstrak etanolik daun sirih dengan menggunakan basis
PEG 400 dan PEG 6000 dengan menggunakan parameter daya lekat, pH dan
viskositas.
C. HIPOTESA
Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini perbandingan komposisi
PEG 400 lebih banyak daripada PEG 6000 diduga merupakan formula optimum
sebagai basis salep khususnya sebagai salep anti jerawat dengan ekstrak etanolik
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Oven (Memmet),
Toples kaca, Kain Flanel, Blender, Pengaduk Kaca, Rotary Evaporator (Stuart
RE 300 DB), Lemari Es, Mortir dan Stamper, Neraca Analit, Cawan Porselin,
WaterBath, Pot Salep, Set alat uji daya lekat, Viscosimeter (Vt-Rion 04), PH
meter (Cyber Scan Eutech).
2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : Etanol 96% (teknis),
Simplisia Daun Sirih Hijau (Piper betle Linn.), PEG 400, PEG 6000,
propylenglikol, Aquadest.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei dan juni 2012.
2. Tempat
Tempat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Laboratorium
Morfologi dan Sistematik Tumbuhan untuk melakukan determinasi tanaman,
dan Laboratorium Teknologi Farmasi USB untuk pengujian viskositas salep.
Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium Teknologi Farmasi D3 Farmasi
UNS untuk pembuatan ekstrak, formulasi dan pengujian sifat fisik pH dan
commit to user
daya lekat salep serta laboratorium Biologi Pusat UNS untuk pengujian
fitokimia.
C. METODE PENELITIAN 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium
untuk memperoleh data hasil. Dilakukan dalam 3 tahap yaitu tahap pertama
pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400, tahap kedua pembuatan
salep ekstrak etanolik daun sirih PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, dan tahap
ketiga pembuatan salep ekstrak etanolik daun sirih dengan PEG 6000.
Perbedaan dari ketiga tahap tersebut adalah pada masing-masing formula
menggunakan basis salep yang berbeda. Adapun pada formula 1
menggunakan PEG 400 100%, formula 2 dengan kombinasi PEG 400 50 %
dan PEG 6000 50%, dan formula 3 PEG 6000 100%. Untuk menentukan
formula optimum komposisi kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 dilakukan
pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan parameter daya
lekat, pH dan viskositas.
D. PROSEDUR KERJA 1. Determinasi Tanaman
Daun sirih hijau dilakukan determinasi untuk membuktikan kebenaran
dari tanaman tersebut dan determinasi dilakukan di Laboratorium Morfologi
commit to user
2. Pembuatan Simplisia
Daun sirih hijau yang digunakan diambil dari Pasar Ceper, Klaten. Daun
segar dicuci bersih dengan menggunakan air untuk menghilangkan
pengotornya, lalu ditiriskan diatas papan. Daun sirih tadi ditimbang sebagai
berat basah. Daun sirih basah kemudian dikeringkan dengan menggunakan
sinar matahari dengan ditutup menggunakan kain hitam dan menggunakan
oven dengan suhu 40-500 C sampai simplisia kering.
3. Pembuatan Serbuk
Daun sirih hijau yang sudah kering dihancurkan dengan cara ditumbuk
dan diblender, kemudian ditimbang sebagai berat kering.
4. Pembuatan Ekstrak
Serbuk Daun sirih sebanyak 500 g dimaserasi dengan 3 liter cairan
penyari, yaitu etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 5 hari sambil diaduk
sesekali. Setelah itu disaring menggunakan kain flanel untuk memisahkan
ampas dan sari. Sari dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu
60-65°C dan kecepatan 5 Rpm sehingga didapatkan ekstrak kental daun sirih
hijau. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam pot salep.
5. Uji Fitokimia
a) Uji Flavonoid
Ekstrak ditambahkan dengan serbuk Mg dan HCL 2 N kemudian
dipanaskan diatas tangas air. Setelah itu ditambahkan dengan amil alkohol,
dikocok hingga tercampur rata. Hasil positif, bila tertariknya warna
commit to user
b) Uji Polifenol
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan sedikit
aquadest, kemudian dipanaskan diatas penangas air lalu ditetesi FeCl3.
Hasil positif ditunjukkan jika campuran berubah biru kehitaman.
6. Formulasi Salep
Sediaan salep yang akan dibuat mengandung ekstrak etanolik daun sirih
(Piper betle Linn.) 2% dalam 3 formula.
Tabel. Formulasi Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
Komposisi Formula 1 (g) Formula 2 (g) Formula 3 (g)
*masing-masing formula dibuat 3 replikasi
7. Pembuatan Salep
1) Formula 1 (PEG 400 100%)
Ekstrak daun sirih dimasukkan dalam mortir hangat, kemudian ditetesi
spiritus fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian ditambahkan PEG
400 dan propilenglikol hingga tercampur homogen.
2) Formula 2 (PEG 400 50% dan PEG 6000 50%)
PEG 400, PEG 6000 dan propilenglikol dilebur diatas WB hingga
commit to user
ditetesi spiritus fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian
ditambahkan campuran PEG dan propylenglikol, diaduk hingga dingin.
3) Formula 3 (PEG 6000 100%)
PEG 6000 dan propylenglikol dilebur diatas WB hingga melebur. Ekstrak
daun sirih dimasukkan dalam mortir hangat, kemudian ditetesi spiritus
fortior dan diaduk hingga menguap. Kemudian ditambahkan campuran
PEG dan propylenglikol, diaduk hingga dingin.
8. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep
1) Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan menggunakan kaca objek yang telah
diikat dengan 2 statif yang berbeda. Dimana salah satu ujung dari ikatan
kaca objek tersebut diberi pemberat 60 gram. Kemudian sediaan yang
dihasilkan dioleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca
objek yang lain kemudian ditindih dengan beban 1 kg selama 5 menit.
Kaca objek diposisikan sehingga kedua tali yang mengikat kedua kaca
objek tersebut menegang lalu melepaskan pemberatnya. Dihitung waktu
yang diperlukan kedua kaca objek untuk melepaskan perlekatannya.
2) Uji pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7. Satu gram
sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 mL.
Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum pH
meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH yang
ditunjukkan jarum pH meter dicatat.
commit to user
3) Uji Viskositas
Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan viskosieter (Vt-Rion
04). Salep dimasukkan dalam wadah dan diberi rotor. Rotor kemudian
dihidupkan dan dihitung angka yang ditunjukkan.
E. ANALISA HASIL
Penelitian dengan judul “Optimasi Formula Ekstrak Etanolik Daun Sirih
(Piper betle Linn.) dengan menggunakan Basis PEG (Polietilen glikol)”
menggunakan pendekatan statistik untuk menganalisa data. Data yang
diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode Simplex lattice design.
Persamaan yang diperoleh dari perhitungan pendekatan metode Simplex lattice
design digunakan untuk menentukan formula paling optimum pada salep
commit to user
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DETERMINASI TANAMAN
Hasil determinasi tanaman sampel di laboratorium Morfologi dan
Sistematik Tumbuhan USB, Surakarta menunjukkan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian benar-benar tanaman sirih hijau (Piper betle
Linn.). Hasil determinasi dapat dilihat dalam lampiran 1.
B. HASIL PREPARASI SIMPLISIA
Daun sirih hijau segar sebanyak 3 kg ditimbang sebagai berat basah.
Simplisia yang telah kering kemudian diserbuk dengan cara diblender dan
diperoleh bobot kering 552,71g.
C. HASIL PEMBUATAN EKSTRAK
Maserasi dilakukan untuk menyari kandungan zat aktif yang terdapat
dalam simplisia. Proses penyarian dengan metode maserasi dipilih karena
dapat menarik kandungan zat aktif dengan maksimal dan alat-alat yang
digunakan dalam metode ini sangat sederhana. Pelarut yang digunakan dalam
metode ini adalah etanol 96%. Ekstrak daun sirih yang diperoleh dari maserasi
selama 5 hari sebanyak 58,5g dari 500g simplisia kering.
D. HASIL PERHITUNGAN RENDEMEN
Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian dihitung rendemen
ekstraknya. Rendemen adalah perbandingan antara bobot ekstrak yang
diperoleh dengan simplisia awal. Dari perhitungan diperoleh rendemen
ekstrak sebesar 11,7% (b/b). Nilai rendemen ekstrak ini menunjukkan
commit to user
banyaknya ekstrak yang dihasilkan terhadap bobot simplisia dalam persen.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.
E. HASIL SKRINING FITOKIMIA
Hasil skrining fitokimia dengan menggunakan uji tabung menunjukkan
bahwa ekstrak daun sirih mengandung polifenol dan flavonoid yang
kemungkinan mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri jerawat. Dari
skrining fitokimia ekstrak daun sirih memperlihatkan adanya cincin
orange-kemerahan pada lapisan alkohol yang mengindikasikan adanya flavonoid.
Sedangkan polifenol ditunjukkan oleh warna larutan yang berubah menjadi
hijau-hitam setelah dipanaskan (lihat lampiran 3).
F. PEMBUATAN SALEP
Pembuatan salep dilakukan dengan menggunakan metode peleburan
dan pencampuran. Basis salep yang digunakan adalah PEG 400 dan PEG
6000. PEG dipilih karena memiliki beberapa keuntungan antara lain, tidak
mengiritasi, memiliki daya lekat dan distribusi yang baik pada kulit serta tidak
menghambat pertukaran gas dan produksi keringat, sehingga efektifitasnya
lebih lama. Selain itu salep PEG mudah dicuci dengan air dan mempunyai
sifat bakterisid. Kombinasi antara PEG 400 dan PEG 6000 dimaksudkan
untuk mendapatkan konsistensi salep yang sesuai.
Tujuan pembuatan salep ini yaitu sebagai obat anti jerawat. Bahan
aktif yang digunakan adalah ekstrak etanolik daun sirih yang mengandung
polifenol dan flavonoid. Hasil Pembuatan salep antijerawat diperoleh salep
commit to user
Dari pengamatan secara visual salep etanolik daun sirih pada formula 1
berwarna hijau tua dengan konsistensi agak cair, formula 2 dan 3 berwarna
hijau muda dengan konsistensi formula 3 yang lebih padat dibandingkan
formula 2 (lihat lampiran 3).
G. PEMERIKSAAN SIFAT FISIK SALEP
Pemeriksaan sifat fisik salep dilakukan untuk mengetahui kualitas
salep yang baik sesuai persyaratan yang dikehendaki. Pemeriksaan sifat fisik
salep dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan daya lekat, pH dan viskositas.
Hasil pemeriksaan sifat fisik dapat dilihat pada Tabel II berikut.
Tabel II. Pemeriksaan Sifat Fisik Salep Ekstrak Etanolik Daun Sirih
Pemeriksaan F 1 F 2 F 3
Daya Lekat (detik) 1,887 111,603 577,347
PH 6,423 6,443 6,407
Viskositas (dPas) 150 433,333 1166,667
Keterangan :
F 1 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 100%
F 2 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 400 50% dan PEG 600 50% F 3 : Salep ekstrak etanolik daun sirih dengan basis PEG 6000 100%
*Masing-masing formula dibuat 3 kali replikasi
1. Pengujian Daya Lekat
commit to user
Gambar 4. Diagram daya lekat salep ekstrak etanolik daun sirih
Hasil pemeriksaan sifat fisik daya lekat salep seperti tampak dalam
Gambar 3. Menunjukkan bahwa formula 3 yang mengandung PEG 6000
100% memiliki daya lekat yang paling lama dibandingkan formula
lainnya. Hal ini dikarenakan konsistensi PEG 6000 yang lebih padat.
Formula 1 mengandung PEG 400 100% memiliki daya lekat paling kecil
karena konsistensinya yang berupa cairan kental. Sedangkan Formula 2
memiliki daya lekat lebih lama dibandingkan Formula 1 karena
mengandung PEG 6000 50% yang dapat menaikkan konsistensi. Dengan
meningkatnya jumlah PEG 6000 akan menaikkan nilai daya lekat dari
salep.
2. Pengujian pH
Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan
commit to user
pH menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa
(Lachman,1994). Selain itu pemeriksaan pH penting untuk mengetahui
salep yang digunakan dapat mengiritasi kulit atau tidak. pH yang aman
untuk kulit berkisar 5-10, sedangkan pH basis salep yang baik 5,5-7 (Troy
et al,2005). Diagram daya lekat salep ekstak etanolik daun sirih pada
ketiga formula dapat dilihat pada Tabel III. Dari hasil yang diperoleh
diketahui bahwa formulasi salep ekstrak etanolik dengan daun sirih tidak
mengiritasi permukaan kulit.
Tabel III. Hasil Pengujian pH salep ekstrak etanolik daun sirih
Formula pH
F 1 (PEG 400 100%) 6,423 ± 0,033
F2 (PEG 400 50%: PEG 6000 50%) 6,443 ± 0,025
F 3 (PEG 6000 100%) 6,407 ± 0,017
3. Pengujian Viskositas
Pengujian viskositas berfungsi untuk mengetahui viskositas
(kekentalan) salep. Viskositas menyatakan tahanan dari suatu cairan yang
mengalir, semakin besar tahanannya maka viskositasnya juga semakin
besar (Martin,1983). Formula salep yang memiliki massa semakin kental
maka viskositas salep akan semakin besar pula. Menurut Marchaban
(1993), viskositas sangat berhubungan dengan daya penyebaran salep pada
kulit, semakin besar viskositas maka daya penyebarannya semakin kecil.
Viskositas juga mempengaruhi tingkat kenyamanan pemakaian salep.
Salep yang mempunyai konsistensi lebih lunak, dapat memudahkan saat
commit to user
pengambilan dari tempatnya. Diagram daya lekat salep ekstak etanolik
daun sirih pada ketiga formula dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram viskositas salep ekstrak etanolik daun sirih dalam berbagai formula
Berdasarkan Gambar 5. Dapat dikatakan bahwa Formula 3
memiliki viskositas yang paling besar. Semakin tinggi jumlah PEG 6000
yang digunakan semakin besar nilai viskositasnya dan massa salep
semakin padat. Dalam Formula 1 yang hanya mengandung PEG 400 100%
viskositasnya paling kecil dikarenakan konsistensinya yang berupa cairan
kental. Sedang pada Formula 2 mengandung PEG 400 50% dan PEG 600
commit to user
H. PENDEKATAN OPTIMASI DENGAN MENGGUNAKAN SIMPLEX LATTICE DESIGN
Optimasi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
memperkirakan jawaban dari suatu fungsi variabel-variabel respon yang
dihasilkan dari rancangan percobaan yang dilakukan. Simplex lattice design
merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menentukan proporsi
relatif bahan-bahan yang digunakan dalam suatu formula, sehingga
diharapkan akan dapat dihasilkan suatu formula yang paling baik sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Pada penelitian ini optimasi dilakukan
dengan dua variabel yaitu menggunakan bahan PEG 400 dan PEG 6000
menggunakan 3 rancangan formula yaitu, PEG 400 100%, PEG 6000 100%
dan kombinasi PEG 400 50% dan PEG 6000 50%, menggunakan metode
simplex lattice design untuk menentukan formula optimum. Dalam penelitian
ini penentuan formula optimum menggunakan 3 parameter yaitu, daya lekat,
pH dan viskositas. Ketiga parameter tersebut dipilih karena merupakan
parameter yang berpengaruh terhadap formula salep anti jerawat ekstrak
etanolik daun sirih.
1. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter Daya Lekat
Dari hasil pemeriksaan daya lekat salep didapatkan daya lekat yang dapat
dilihat pada Tabel IV.
Tabel IV. Hasil Pengujian Daya Lekat Salep
Formula Daya Lekat (detik)
F 1 1,887
F 2 111,603
commit to user
Dari hasil daya lekat salep dilakukan pendekatan dengan metode simplex
lattice design dengan persamaan (lihat lampiran 6a) sebagai berikut :
Y= 1,887 A + 577,347 B – 712,056 AB
Keterangan:
Y = respon daya lekat yang diinginkan
A = komposisi PEG 400
B = komposisi PEG 6000
Persamaan di atas menunjukkan bahwa PEG 6000 memberikan pengaruh
yang besar terhadap daya lekat salep (nilai koefisien 577,347)
dibandingkan PEG 400 (nilai koefisien 1,887). Interaksi antara PEG 400
dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang besar (nilai koefisien 712,056)
terhadap daya lekat salep. Profil daya lekat salep yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan dengan metode simplex lattice design dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Profil Daya Lekat Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
-100
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000
commit to user
2. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter pH
Pengujian terhadap pH dilakukan untuk mengetahui apakah salep
dapat mengiritasi permukaan kulit atau tidak. Salep dengan pH yang
terlalu asam atau terlalu basa dapat mengiritasi kulit. Pengujian pH
salep dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Angka yang
muncul saat pembacaan itulah yang menunjukkan pH sediaan salep
yang sedang diuji. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel V.
Tabel V. Hasil Pengujian PH Salep
Formulasi pH
F 1 6,423
F 2 6,443
F 3 6,407
Dari pemeriksaan pH salep tersebut dapat dilakukan pendekatan
dengan metode simplex lattice design dengan persamaan (lihat
lampiran 6b) sebagai berikut :
Y= 6,423A + 6,407B + 0,112AB
Keterangan:
Y = respon PH yang diinginkan
A = komposisi PEG 400
B = komposisi PEG 6000
Persamaan diatas menunjukkan bahwa PEG 400 memberikan
pengaruh yang lebih besar terhadap pH (nilai koefisien 6,423)
dibandingkan PEG 6000 (nilai koefisien 6,407). pH salep juga
commit to user
koefisien 0,112) walaupun kecil. Profil pH salep yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan dengan metode simplex lattice design dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Profil PH Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
3. Penentuan Formula Optimum Menggunakan Parameter Viskositas
Viskositas adalah besaran yang penting untuk menyatakan sifat aliran
bahan. Salep dengan viskositas tinggi memberikan konsistensi salep
yang padat. Hubungan viskositas dan daya lekat adalah berbanding
lurus. Semakin tinggi viskositas salep maka daya lekat akan semakin
lama. Parameter optimasi ini dimaksudkan untuk memberikan
gambaran viskositas salep yang dapat diaplikasikan pada kulit dan
sebagai pembawa zat aktif. Hasil pengujian viskositas dapat dilihat pada
Tabel VI. 6,38 6,39 6,4 6,41 6,42 6,43 6,44
6,45
PH
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000
commit to user
Tabel VI. Hasil Pengujian Viskositas Salep
Formulasi Viskositas (dPas)
F 1 ±150
F 2 ±433,333
F 3 ±1166,667
Berdasarkan pemeriksaan vsikositas salep tersebut dapat dilakukan
pendekatan dengan metode simplex lattice design dengan persamaan
(lihat lampiran 6c) sebagai berikut :
Y= 150 A + 1166,67 B – 900,002 AB
Keterangan:
Y = respon viskositas yang diinginkan
A = komposisi PEG 400
B = komposisi PEG 6000
Persamaan diatas menunjukkan bahwa PEG 6000 (nilai koefisien
1166,67) memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap viskositas
salep dibandingkan dengan PEG 400 (nilai koefisien 150). Bahkan
interaksi campuran basis PEG 400 dan PEG 6000 memberikan
pengaruh yang besar (nilai koefisien 900,002) dibandingkan dengan
PEG 400. Profil viskositas salep yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
commit to user
Gambar 7. Profil Viskositas Salep dengan Pendekatan Simplex Lattice Design
I. PENENTUAN FORMULA OPTIMUM
Formula optimum merupakan formula yang memiliki respon yang
diinginkan berdasarkan parameter optimasi. Optimasi ini menggunakan
metode simplex lattice design pada salep ekstrak etanolik daun sirih dengan
basis PEG 400 dan PEG 6000, dengan parameter daya lekat, pH dan
viskositas. Kombinasi komposisi optimum PEG 400 dan PEG 6000 diperoleh
dari nilai respon yang paling tinggi. Total respon dapat dihitung dengan rumus
berikut :
Rtotal = R1 +R2 +R3…….. +Rn……….( 1 )
Dimana R1, R2, R3, Rn merupakan masing-masingg respon sifat salep.
Respon masing-masing parameter diberikan bobot dengan jumlah total bobot
sama dengan satu. Setiap parameter tersebut memiliki bobot yang berbeda
yaitu untuk daya lekat diberikan bobot 0,4; pH dan viskositas diberikan bobot
dengan jumlah sama yaitu masing-masing 0,3. Bobot tiap parameter diberikan 0
Perbandingan PEG 400 - PEG 6000
commit to user
berdasarkan sifat yang paling menentukan dalam formulasi salep. Daya lekat
diberikan bobot paling besar karena lamanya salep melekat akan
mempengaruhi jumlah kandungan zat aktif yang diabsorbsi. Karena satuan
masing – masing respon tidak sama, maka perlu distandarisasi penilaian
respon dengan menggunakan rumus berikut :
... ( 2 )
Untuk daya lekat respon maksimal yang diinginkan 6 detik dan respon
minimal 5 detik, untuk pH respon maksimal yang diharapkan 7 dan respon
minimal 6, dan untuk viskositas respon maksimal yang diinginkan 150 dPas
dan respon minimal yang diharapkan 500 dPas. Normalitas pada setiap
parameter dapat dilihat pada Tabel VII (lihat lampiran 6d).
Tabel VII. Normalitas Parameter Optimasi
commit to user
Respon dapat diperoleh dengan mengalikan normalitas dengan bobot yang
telah ditentukan pada setiap parameter. Hasil respon pada setiap parameter
dan total respon dapat dilihat pada TabeL VIII (lihat lampiran 6d).
Tabel VIII. Respon Parameter Optimasi
Proporsi
Formula optimum didapat dari respon total terbesar dengan normalitas
kurang dari 1 dan lebih dari 0 ( 0< N <1 ). Dilihat pada tabel normalitas dan
tabel respon tiap parameter, formula optimum terdapat diantara komposisi
PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG 400 70%: PEG 6000 30%
sehingga perlu dilakukan pendekatan kembali pada komposisi tersebut.
Normalitas komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG
400 70%: PEG 6000 30% dapat dilihat pada tabel IX.
Respon dapat diperoleh dengan mengalikan normalitas yang diperoleh dari
pendekatan komposisi PEG 400 80%: PEG 6000 20% sampai dengan PEG
commit to user
parameter. Hasil respon pada setiap parameter dan total respon dapat dilihat
pada Tabel X (lihat lampiran 6d)
Tabel IX. Pendekatan Normalitas Parameter Optimasi
Proporsi A:B N Daya Lekat N PH N Viskositas
Tabel X. Pendekatan Respon Parameter Optimasi
Proporsi
Dari pendekatan diperoleh hasil formula optimum dengan kombinasi PEG
commit to user
pendekatan metode simplex lattice design secara teoritis dapat dilihat pada
Tabel XI (lihat lampiran 6d) berikut :
Tabel XI. Hasil formula optimum menggunakan metode simplex lattice design
Parameter Hasil
Daya Lekat 6,299 detik
PH 6,439
commit to user
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Kombinasi PEG 400 78% dan PEG 6000 22% merupakan formula
optimum untuk salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle Linn.) sebagai
salep antijerawat yang memberikan daya lekat 6,299 detik, pH 6,439 dan
viskositas 219,226 dPas.
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas penulis menyarankan perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai optimasi salep ekstrak etanolik daun sirih (Piper betle
Linn.) dengan basis lain dan metode lain.