• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN

TERPADU KABUPATEN WONOSOBO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Disusun oleh :

Muslimah Nur Aini

NIM: 12417141042

ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNANDI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU KABUPATEN WONOSOBO

Disusun oleh: Muslimah Nur Aini

NIM. 12417141042

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 15 November 2016

Untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

Yogyakarta,15 November 2016

Pembimbing,

Fransisca Winarni, M.Si.

(5)

iii SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muslimah Nur Aini

NIM : 12417141042

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Judul TAS : “Kualitas Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo”

Dengan ini, Saya menyatakan bahwa skripsi Saya benar-benar karya Saya

sendiri. Sepanjang sepengetahuan Saya tidak terdapat karya yang ditulis orang lain,

kecuali dengan tata penulisan karya ilmiah yang lazim. Tanda tangan dosen penguji

yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, Saya siap

menerima sanksi yang ditentukan oleh fakultas.

Yogyakarta, 9 November 2016

Yang menyatakan,

Muslimah Nur Aini

(6)
(7)

v MOTTO

‘’Musuh yang paling berbahaya diatas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman

yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.’’

(8)

vi HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah, Saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah

senantiasa memberikan rahmat dan nikmat yang luar biasa. Rasa syukur ini tiada

cukup untuk menggambarkan nikmat yang telah Engkau limpahkan pada hambamu

yang tidak pandai bersyukur ini. Serta kepada Nabi Muhammad SAW, tiada manusia

sempurna selain Engkau untuk dijadikan suri teladan bagi hamba yang jauh dari

sempurna ini.

Karya kecil ini Saya persembahkan untuk :

 Bapak Jaslan dan Ibu Rodhiyah yang terkasih telah mengasuhku dengan

kehangatan cinta, atas segala jerih payah, doa, usaha dan motivasi yang telah

diberikan selama ini.

 Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial,

(9)

vii KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN IZIN MENDIRIKAN

BANGUNANDI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN WONOSOBO

Oleh : Muslimah Nur Aini

NIM 12417141042

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan mengenai kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan dan kendala yang terjadi dalam pelayanan IMB yang dilaksanakan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Informan penelitian dalam penelitian ini yakni Kasubbid IMB, Staff IMB, dan pengguna layanan IMB yang ada di BPMPPT Kabupaten Wonosobo. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo sudah baik. (1) Dimensi Tangible (Berwujud) dilihat dari penampilan pegawai yang sopan dan rapi, kemudahan akses, dan tersedianya sarana prasarana. (2) Dimensi Reliability (Kehandalan) dilihat darikecermatan, kemampuan, dan keahlian pegawai yang baik, serta adanya SOP pembuatan IMB. (3) Dimensi Responsiviness (Ketanggapan) dilihat dari ramahnya respon pegawai terhadap pengguna layanan baik itu respon kedatangan pengguna layanan maupun keluhan. (4) Dimensi Assurance (Jaminan) dilihat dari adanya jaminan kepastian biaya dan jaminan legalitas, namun untuk jaminan kepastian waktu belum dilaksanakan dengan baik. (5) Dimensi Emphaty (Empati) dilihat dari pegawai yang mendahulukan kepentingan pengguna layanan, tidak ada diskriminasi, serta menghargai pengguna layanan. Kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan IMB yaitu terbatasnya SDM pegawai BPMPPT sehingga SK IMB selesai melebihi waktu yang ditentukan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai mekanisme pembuatan IMB.

(10)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan ridho serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Kualitas Pelayanan Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Sosial pada JurusanIlmuAdministrasiNegara

FakultasIlmuSosialUniversitasNegeri Yogyakarta.

Pelayanan perizinan khususnya IMB yang ada di BPMPPT dinilai belum

memuaskan pengguna layanan, khususnya dalam hal penyelesaian waktu dalam

membuat SK IMB terbit. Menurut masyarakat selaku pengguna layanan, mereka

menganggap bahwa pegawai di BPMPPT belum dapat menyelesaikan pembuatan

IMB sesuai ketentuan yakni 7 hari kerja, padahal BPMPPT sudah memakai sistem

PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu/ One Stop Service). Hal ini juga yang

menyebabkan sebagian masyarakat atau pengguna layanan enggan/malas untuk

mengurus membuat izin, yang mana mereka berpendapat bahwa mengurus IMB itu

susah, prosesnya berbelit-belit, biaya yang besar, dan SK IMB terbitnya lama.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik. Pada pasal 1 ayat 9, disebutkan bahwa sistem pelayanan terpadu merupakan

(11)

ix tempat dan dikontrol oleh sistem pengendalian manajemen guna mempermudah,

mempercepat, dan mengurangi biaya. Namun pada kenyataannya masih banyak

kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa kendala yang

terjadi mengenai pembuatan IMB tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian ini guna

mengetahui Kualitas Pelayanan Pembuatan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya suatu

usaha maksimal, bimbingan serta bantuan baik moril maupun materiil dari pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk mengadakan

penelitian dan telah menfasilitasi sarana prasarana selama penulis menempuh

studi.

3. Bapak Drs. Argo Pambudi, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara

sekaligus Ketua Penguji TAS yang telah memberikan masukan membangun bagi

skripsi yang penulis selesaikan.

4. Ibu F. Winarni, M.Si. Dosen Pembimbing sekaligus Sekretaris Penguji TAS yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan

(12)

x 5. Ibu Marita Ahdiyana, M.Si., Dosen Narasumber dan Penguji Utama TAS yang

telah memberikan saran/masukan dan memberikan ilmunya untuk

menyempurnakan skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Adminsitrasi Negara yang telah memberikan

ilmu dan wawasan selama masa studi penulis.

7. Bapak Miko sebagai admin Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang dengan

senang hati membantu penulis dalam hal pembuatan surat izin selama

penyusunan skripsi dilakukan.

8. Seluruh narasumber atas kerjasama dan informasinya berkaitan dengan penelitian

ini.

9. Untuk Bapak Jaslan, Ibu Rodhiyah serta kakak-kakakku Yayuk Sugiharti, Nur

Asiyah Subekti, dan Lina Zubaidah yang terkasih senantiasa mendoakan dan

memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

10.Sahabat-sahabat terkasih Nita Sintia, Dian Khoirotul, NikenVentila, Novi

Andriyasari, Fatmawati Khasanah, Debby K Mulyono, Nur Istikhatu F, Astuti

Apriyani, Qori Handayani, Risa Kurnia, Tyara Aulia Mufidah, Anyta Fitriana,

Riska Nurhana Putri, Dewi Putri Isnaeni, Aisya Ahma, dan Fifid Ayu A yang

telah memberikan semangat dukungan, bantuan dan motivasi dalam setiap

langkah untuk menyelesaikan penelitian ini.

11.Teman-teman mahasiswa Ilmu Administrasi Negara kelasAangkatan 2012,

terima kasih atas semangat dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kesuksesan

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

(15)

xiii BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik ... 11

1. Pengertian Pelayanan Publik ... 11

2. Jenis pelayanan publik ... 12

3. Unsur-unsur pelayanan publik ... ... 14

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan ... 15

5. Standar pelayanan publik ... ... 16

B. Pengertian Kualitas Pelayanan IMB ... 17

C. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik ... 19

1. Dimensi Tangible (Berwujud)... 20

2. Dimensi Reliability (Kehandalan) ... 21

3. Dimensi Responsiviness (Ketanggapan) ... 21

4. Dimensi Assurance (Jaminan) ... 22

5. Dimensi Emphaty (Empati) ... 22

D. Penelitian Relevan ... 24

E. Kerangka Pikir ... 26

F. Pertanyaan Penelitian ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Data dan Sumber Data ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... . 35

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 38

(16)

xiv BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 41

a.Kondisi Geografis Kabupaten Wonosobo ... 41

b.Profil BPMPPT Kabupaten Wonosobo ... 42

2. Deskripsi Data ... 51

a.Kualitas Pelayanan Pembuatan IMB di BPMPPPT ... 51

b.Kendala dalam proses pelayanan IMB ... 83

B. Pembahasan ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Implikasi ... 98

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... . 100

(17)

xv DAFTAR TABEL

(18)

xvi DAFTAR GAMBAR

(19)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi BPMPPT Kabupaten Wonosobo

2. Foto sarana dan prasarana di BPMPPT Kabupaten Wonosobo

3. Pedoman Wawancara

4. Pedoman Observasi

5. Surat Izin Penelitian

6. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik

7. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 5 Tahun 2011 tentang

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang tertuang dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah pada pasal 1 ayat 11 menerangkan bahwa tugas

pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom

untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada

Daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi. Maksud dari pelimpahan sebagian

kewenangan pusat ke daerah yaitu untuk mempercepat tercapainya

kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan terhadap publik,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat di dalamnya.

Pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang penting dan harus

diperhatikan. Pelayanan umum adalah hak bagi setiap warga negara,

sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator untuk mewujudkannya.

Selaras dengan adanya kebijakan otonomi daerah juga tuntutan masyarakat

yang semakin besar untuk mewujudkan good governance. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,

menjelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

(21)

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,

dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan publik.

Hal yang paling esensial dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah

adanya kesetaraan hubungan antara masyarakat pengguna jasa dengan aparat

yang bertugas memberikan jasa pelayanan. Pelayanan publik hanya akan

menjadi baik atau berkualitas apabila masyarakat yang mengurus suatu jenis

pelayanan tertentu mempunyai posisi tawar yang sebanding dengan posisi

tawar petugas pemberi pelayanan (Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2008:

36).

Pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek,

yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber

daya manusia, dan kelembagaan. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya,

pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan antara lain: kurang

responsif, kurang informatif, kurang accessible, kurang koordinasi, kurang

birokratis, kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan

inefisien (Mohamad dalam Hardiyansyah, 2011: 121).

Kabupaten Wonosobo sebagai kota yang masuk ke dalam Provinsi

Jawa Tengah, pada tahun 2014 mendapat nominasi 3 kategori pelayanan

publik terbaik tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Tiga kategori tersebut

yaitu kategori kelembagaan, kategori pelayanan publik, dan kategori kinerja

pelayanan publik. Setiap kategori terdapat 10 nominator yang mana

(22)

Kabupaten Wonosobo berhasil mendapat peringkat pertama pada kategori

kelembagaan terbaik.

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPMPPT) Kabupaten Wonosobo merupakan instansi pemerintah yang

menangani urusan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan.

Dalam hal ini pegawai atau pemberi pelayanan di BPMPPT Wonosobo

berfungsi untuk menciptakan pelayanan yang prima kepada masyarakat atau

penerima pelayanan agar masyarakat merasa puas atas pelayanan yang telah

diberikan serta hal ini berimplikasi pada meningkatnya kualitas pelayanan

publik.

Secara kelembagaan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo dibentuk berdasarkan

Perda Kabupaten Wonosobo Nomor 15 Tahun 2008, tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo. Dengan dasar Keputusan Bupati

Wonosobo No: 503/297/2008 Tentang Pendelegasian Wewenang

Penandatanganan Pelayanan Umum Perizinan di Kabupaten Wonosobo dan

Peraturan Bupati Wonosobo Nomor: 29 Tahun 2008 tentang Jenis-jenis

Pelayanan Umum/Perizinan yang dikelola oleh Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo, sampai saat ini BPMPPT

Kabupaten Wonosobo mengelola/melayani 26 jenis perizinan.

Terkait dengan kualitas pelayanan yang ada di BPMPPT Kabupaten

(23)

pegawai BPMPPT kepada masyarakat maka dibuat Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM). Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pelayanan perizinan

di BPMPPT Kabupaten Wonosobo pada tahun 2012 berada di angka 74, 00.

Angka tersebut meningkat menjadi 75,22 di awal tahun 2013, dan meningkat

lagi menjadi 78,02 pada akhir tahun 2013

(http://wonosoboasri.xyz/v3/artikel127-pelayanan-terpadu-satu-pintu-upaya-peningkatan-pelayanan-publik).

Pada era globalisasi yang semakin maju membuat perkembangan

dalam pembangunan menjadi semakin meningkat. Kawasan perkotaan dari

waktu ke waktu terus mengalami kemajuan mengingat kota merupakan tempat

yang strategis bagi berbagai kegiatan khususnya yang berkaitan di bidang

ekonomi. Akibat yang timbul adalah semakin pesatnya laju pertumbuhan

penduduk yang berakibat pada dibutuhkan semakin banyak ruang untuk

menampung dan menunjang berbagai aktivitas penduduknya. Berkaitan

dengan semakin tingginya kebutuhan akan ruang, pemerintah dituntut untuk

mampu mengendalikannya agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan. Dalam rangka menunjang upaya pengendalian pemanfaatan

ruang, maka diterapkan mekanisme perizinan bagi segala kegiatan. Apabila

dikaitkan dengan pembangunan fisik maka salah satu izin yang memegang

peranan cukup penting adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah kepada pribadi atau badan usaha untuk mengatur

(24)

memperbaiki, merombak atau merobohkan bangunan agar desain pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan tata ruang yang berlaku. Adapun tujuan dari IMB

ini adalah terwujudnya tertib bangunan yang aman, nyaman, serasi, dan

seimbang (http://www.izinbangunan.com).

Salah satu permasalahan mengenai Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

menurut Anggota Komisi B DPRD Wonosobo bidang perekonomian yaitu

Bapak Suyarto, menyatakan bahwa saat ini banyak gedung yang dibangun

tidak memiliki izin resmi. Salah satunya yaitu bangunan ruko. Hal ini

dibuktikan dengan tidak adanya papan nama izin dari pemerintah yang

dipasang saat membangun ruko. Sesuai aturan, saat membangun ruko IMB

harus dipasang. Pantauan di lapangan, sejak satu tahun terakhir pertumbuhan

pembangunan ruko di Wonosobo terus berkembang tak pernah berhenti.

Hampir di seluruh jalan di sepanjang kota seperti Jalan Ahmad Yani, Jalan S

Parman, dan Jalan Bambang Sugeng berdiri ruko yang tak berizin resmi

(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/11/01/203864/Pemba

ngunan-Ruko-Tak-Terkendali).

Untuk melaksanakan pembangunan tempat tinggal baik yang

dilakukan oleh pribadi maupun pihak swasta yang mempunyai bidang usaha di

bidang pembangunan diperlukan izin yang dikenal Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) yang dilakukan oleh BPMPPT. Meskipun berbagai kebijakan telah

diterapkan, namun dalam perkembangannya belum banyak memberikan hasil

sebagaimana yang diharapkan. Kenyataan di lapangan, masih banyak terdapat

(25)

sehingga masyarakat selaku pengguna layanan kurang memahami tentang

prosedur pembuatan IMB. Sebagian masyarakat Kabupaten Wonosobo

mendirikan, menambah, atau mengurangi suatu bangunan tanpa mengurus

IMB dengan alasan bermacam-macam seperti malas mengurus, tingginya

biaya pengurusan, prosedur yang berbelit-belit dan sebagainya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kualitas

pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo belum baik, salah satunya

yaitu SK IMB selesai tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan ketentuan.

Hal ini mengakibatkan pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo

memerlukan perbaikan demi terciptanya kualitas pelayanan IMB yang baik.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui Kualitas Pelayanan

Pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Badan Penanaman Modal dan

Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Wonosobo masuk ke dalam 3 kategori pelayanan publik

terbaik tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2014.

2. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pelayanan perizinan di BPMPPT

Kabupaten Wonosobo dari tahun 2012 selalu mengalami peningkatan

(26)

3. Banyak bangunan gedung di Wonosobo salah satunya yaitu ruko yang

dibangun tetapi tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

4. Kurangnya pemahaman masyarakat di Kabupaten Wonosobo mengenai

pembuatan IMB sehingga sebagian masyarakat tidak membuat IMB

karena malas mengurus dan beranggapan bahwa prosedurnya yang

berbelit-belit, tingginya biaya pembuatan, dan sebagainya.

5. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kualitas

pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo belum baik, salah

satunya yaitu SK IMB selesai tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan

ketentuan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, peneliti

membatasi masalah pada kualitas pelayanan perizinan khususnya pembuatan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dengan studi penelitian di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten

Wonosobo. Peneliti tertarik untuk membahas kualitas pelayanan karena

sampai saat ini masih marak terjadi penyimpangan dan permasalahan lainnya

terkait proses pelayanan publik khususnya dalam pelayanan IMB. Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten

Wonosobo menjadi tempat yang dipilih oleh peneliti karena Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM) BPMPPT Kabupaten Wonosobo terbilang baik namun

(27)

Disamping itu, pembatasan penelitian dimaksudkan agar penelitian ini dapat

lebih fokus, terarah dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat diambil rumusan

masalah yakni:

a. Bagaimana kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Wonosobo?

b. Apa saja kendala dalam proses pelayanan pembuatan Izin Mendirikan

Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Wonosobo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan di

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Wonosobo.

b. Mengetahui kendala dalam proses pelayanan pembuatan Izin Mendirikan

Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Wonosobo.

(28)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan komtribusi

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi

Negara dan dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian serupa dalam

bidang kualitas pelayanan publik khususnya pada pembuatan Izin

Mendirikan Bangunan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Wonosobo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu sebagai sarana implementasi

teori-teori yang telah didapatkan di Perguruan Tinggi dan mengetahui

kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)di

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPMPPT) Wonosobo. Selain itu, penelitian ini juga untuk memenuhi

Tugas Akhir Skripsi sebagai salah satu prasyarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

b. Bagi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BPMPPT) Kabupaten Wonosobo

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

evaluasi dan referensi terhadap pelaksanaan pelayanan publik

(29)

diharapkan berguna sebagai masukan bagi Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo

dalam menciptakan pelayanan perizinan yang berkualitas.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan

wawasan mengenai kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) khususnya di Badan Penanaman Modal dan

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. Pelayanan Publik (Public Service)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

2009 tentang Pelayanan Publik, definisi pelayanan umum/publik yaitu:

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Wonosobo Nomor 2

Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa “pelayanan publik adalah segala kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga

masyarakat dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan

administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik”. Pelayanan publik sebagai suatu kebutuhan yang dirasakan oleh

masyarakat, menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami.

Sebagaimana pendapat dari Pamudji (1994: 21) yang mana ia

mengemukakan bahwa “Pelayanan publik adalah berbagai kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan

(31)

Dalam penjelasannya Pamudji berpendapat bahwa “pelayanan publik adalah kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan

suatu barang dan jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat

dalam hal ini adalah hubungan antara pemerintah dan yang diperintah

guna mencukupi dan memenuhi kebutuhan dan keperluan yang

dibutuhkan”.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan

publik merupakan suatu pelayanan perizinan maupun non perizinan yang

diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk

barang dan jasa.

2. Jenis Pelayanan Publik

Munculnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya

kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam-macam bentuknya

sehingga pelayanan publik yang dilakukan ada beberapa macam.

Menurut Hardiyansyah (2011: 23) jenis pelayanan umum atau

publik yang diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Pelayanan administratif

Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk dokumen yang diperlukan oleh publik, misalnya: Kartu Tanda Penduduk (KTP), Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, dan lain sebagainya. b. Pelayanan Barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya: jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, penyediaan air bersih.

(32)

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya: pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, sanitasi lingkungan, persampahan, penanggulangan bencana, pelayanan sosial.

Sedangkan Howlet dan Ramesh dalam Ratminto & Atik Septi

Winarsih (2005: 7-8) membedakan adanya empat macam barang/jasa,

antara lain:

a. Barang/Jasa Privat

Barang/jasa privat adalah barang/jasa yang derajat eksklusivitas dan derajat keterhabisannya sangat tinggi, seperti misalnya makanan atau jasa potong rambut yang dapat dibagi-bagi untuk beberapa pengguna, tetapi yang kemudian tidak tersedia lagi untuk orang lain apabila telah dikonsumsi oleh seorang pengguna.

b. Barang/Jasa Publik

Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang derajat eksklusivitas dan derajat keterhabisannya sangat mudah, seperti misalnya penerangan jalan atau keamanan, yang tidak dapat dibatasi penggunaannya, dan tidak habis meskipun telah dinikmati oleh banyak pengguna.

c. Peralatan Publik

Peralatan publik ini kadang-kadang dikatakan juga sebagai barang/jasa semi publik, yaitu barang/jasa yang tingkat eksklusivitasnya tinggi, tetapi tingkat kehabisannya rendah. Contohnya yaitu jembatan/jalan raya yang tetap masih dipakai oleh pengguna lain setelah dipakai oleh seseorang pengguna, tetapi yang memungkinkan untuk dilakukan penarikan biaya kepada setiap pemakai.

d. Barang/Jasa milik bersama

Adalah barang/jasa yang eksklusivitasnya rendah, tetapi tingkat keterhabisannya tinggi. Contohnya yaitu ikan di laut yang kuantitasnya berkurang setelah terjadinya pemakaian, tetapi yang tidak mungkin untuk dilakukan penarikan biaya secara langsung kepada orang yang menikmatinya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis

(33)

barang, dan pelayanan jasa. Dalam penelitian ini BPMPPT termasuk ke

dalam jenis pelayanan administratif.

3. Unsur-unsur Pelayanan Publik

Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan publik

(Bharata, 2004: 11) antara lain:

a. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang atau jasa-jasa. b. Penerima pelayanan, yaitu mereka yang disebut sebagai

konsumen atau customer yang menerima berbagai pelayanan dari penyedia layanan.

c. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan. d. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia

layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.

Ciri-ciri pelayanan publik yang baik adalah memiliki unsur-unsur

sebagai berikut (Kasmir, 2006: 34):

a. Tersedianya karyawan yang baik.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.

c. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga akhir.

d. Mampu melayani secara cepat dan tepat. e. Mampu berkomunikasi.

f. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. g. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. h. Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan).

i. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan).

Dengan demikian, unsur pelayanan publik sangat penting dan

berkaitan erat dalam menciptakan kualitas publik yang baik. Unsur

(34)

serta sarana dan prasarana yang memadai. Unsur pelayanan publik tersebut

menjadi kunci agar fungsi dan tujuan sebuah instansi dapat tercapai

dengan baik.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan

Pelayanan yang baik pada akhirnya akan mampu memberikan

kepuasan kepada masyarakat. Pelayanan yang optimal pada akhirnya juga

akan mampu meningkatkan image organisasi sehingga citra organisasi di

mata masyarakat terus meningkat. Adanya citra organisasi yang baik,

maka segala yang dilakukan oleh organisasi akan dianggap baik

pula.Menurut Kasmir (2006: 3), faktor yang mempengaruhi pelayanan

adalah:

Faktor utama yang mempengaruhi pelayanan adalah sumber daya manusia. Artinya, peranan manusia (karyawan) yang melayani masyarakat merupakan faktor utama karena hanya dengan manusialah pelanggan dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.

Menurut Atep Adya Barata (2003: 37), kualitas pelayanan terbagi

menjadi dua bagian yaitu kualitas pelayanan internal dan eksternal.

Masing-masing bagian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

cukup penting, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal (interaksi pegawai organisasi), yaitu pola manajemen umum organisasi, penyediaan fasilitas pendukung, pengembangan sumber daya manusia, iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja, serta pola insentif.

(35)

Berdasarkan uraian diatas, faktor yang paling utama dalam

mendukung pelayanan yang baik yaitu faktor sumber daya manusia

beserta sarana prasarana yang ada. Sumber daya manusia yang

berkompeten sangat berperan penting demi kelancaran proses pelayanan

publik.

5. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi

penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang

dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati

oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.

Menurut Rahmayanty (2010: 89-90) standar pelayanan

sekurang-kurangnya meliputi:

1) Prosedur pelayanan. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2) Waktu penyelesaian. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3) Biaya pelayanan. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4) Produk pelayanan. Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Sarana dan prasarana. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan publik. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

Menurut Surjadi (2009: 46), kriteria pelayanan yang memuaskan

(36)

pakar, namun esensi pelayanan prima pada dasarnya mencakup empat

prinsip, yaitu CETAK, yang terdiri dari Cepat, Tepat, Akurat, dan

Berkualitas. CETAK dalam hal ini maksudnya adalah:

1) Pelayanan harus cepat. Dalam hal ini pelanggan tidak menbutuhkan waktu tunggu yang lama.

2) Pelayanan harus tepat. Ketepatan dalam berbagai aspek yaitu: aspek waktu, biaya prosedur, sasaran, kualitas maupun kuantitas serta kompetensi petugas.

3) Pelayanan harus akurat. Produk pelayanan tidak boleh salah, harus ada kepastian, kekuatan hukum, tidak meragukan keabsahannya.

4) Pelayanan harus berkualitas. Produk pelayanannya tidak seadanya sesuai dengan keinginan pelanggan, memuaskan, berpihak, dan untuk kepentingan pelanggan.

Berdasarkan uraian diatas, maka standar pelayanan menjadi faktor

kunci dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dapat

dikatakan bahwa standar pelayanan publik merupakan suatu tolak ukur

yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayananan dan

acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari

penyelenggara pelayanan kepada masyarakat untuk memberikan

pelayanan yang berkulalitas.

6. Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Kualitas pelayanan publik menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono

(2004: 59), yaitu sebagai berikut:

(37)

pelayanan yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan buruk.

Menurut Lewis & Booms (dalam Tjiptono, 2012:157)

mendefinisikan kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu “ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan

ekspektasi pelanggan”. Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan atau lembaga tertentu untuk memenuhi

kebutuhan yang sesuai dengan apa yang diharapkan atau diinginkan

berdasarkan kebutuhan pelanggan/pengunjung.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas

pelayanan merupakan suatu ukuran tingkat pelayanan yang diberikan oleh

pemberi pelayanan kepada penerima pelayanan. Hasil yang didapat ada

dua macam yaitu pelayanan tersebut mempunyai kualitas baik ataupun

berkualitas buruk.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor

24/PRT/M/2007 tentang pedoman teknis izin mendirikan bangunan

gedung (IMB) menyatakan bahwa Izin Mendirikan Bangunan adalah

perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah, dan oleh pemerintah

atau pemerintah provinsi untuk bangunan fungsi khusus, kepada pemilik

bangunan untuk kegiatan yang meliputi:

a. Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung;

b. Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung, meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan atau pengurangan; dan

(38)

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Undang-undang Nomor

28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 8 ayat 1 huruf c

menjelaskan:

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah surat bukti dari Pemerintah Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Izin

Mendirikan Bangunan merupakan suatu izin untuk mendirikan,

memperbaiki, mengubah, atau merenovasi suatu bangunan yang

dikeluarkan oleh Kepala Bidang Pelayanan IMB di BPMPPT.

Berdasarkan uraian diatas mengenai Kualitas Pelayanan dan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB), maka dapat disimpulkan bahwa Kualitas

Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan suatu ukuran

tingkat pelayanan yang diberikan oleh pegawai/staff IMB kepada

pengguna layanan IMB.

7. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik

Setiap pelayanan akan menghasilkan beragam penilaian yang

datangnya dari pihak yang dilayani atau pengguna layanan. Pelayanan

yang baik tentunya akan memberikan penilaian yang baik pula dari para

pelanggan, tetapi apabila pelayanan yang diberikan tidak memberikan

(39)

maka akan menimbulkan kekecewaan pelanggan dan bisa memperburuk

citra instansi pemberi layanan.

Untuk dapat menilai sejauh mana mutu atau kualitas pelayanan

IMB yang diberikan pegawai kepada masyarakat, memang tidak bisa

dihindari, bahwa menjadi tolok ukur kualitas pelayanan dapat dibedakan

dari kriteria dimensi-dimensi kualitas pelayanan publik.

Zeithaml dkk 1990 dalam buku Hardiyansyah (2011: 46-47)

kualitas pelayanan dapat diukur dari 5 dimensi, yaitu: Tangible

(Berwujud), Reliability (Kehandalan), Responsiviness (Ketanggapan),

Assurance (Jaminan), dan Emphaty (Empati). Masing-masing dimensi

memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

a. Dimensi Tangible (Berwujud), terdiri atas indikator:

1) Penampilan petugas dalam melayani pengguna layanan. Penampilan adalah suatu bentuk citra diri yang terpancar pada diri seorang dan merupakan sarana komunikasi diri dengan orang lain. Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci sukses dalam bekerja, terutama pada bidang pekerjaan yang sering berhubungan dengan orang banyak. Contohnya memiliki inner beauty yang baik, self control terkendali, memperhatikan ekspresi, body language, cara berbicara, menjaga kesehatan tubuh, berpakaian sesuai ketentuan, bersih, dan rapi.

2) Kenyamanan tempat melakukan pelayanan.

Kenyamanan yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman dengan menggunakan pendingin ruangan agar pengguna layanan nyaman dalam melakukan pelayanan, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan.

3) Kemudahan dalam proses pelayanan.

Kemudahan proses pelayanan yaitu kemudahan pengguna layanan dalam mengurus keperluannya di kantor pelayanan, kemudian kemudahan tempat dan lokasi serta sarana dan prasarana dan pendukung lainnya yang memadai.

(40)

Kedisiplinan yaitu dimana pegawai pelayanan disiplin dalam melayani pengguna layanan seperti mengerjakan keperluan pengguna layanan dengan tepat waktu dan tidak membuat pengguna layanan menunggu terlalu lama.

5) Kemudahan akses dalam pelayanan.

Kemudahan akses yang dimaksud disini yaitu mengenai strategis atau tidaknya lokasi suatu instansi pelayanan untuk dijangkau oleh masyarakat melalui berbagai macam alat transportasi.

6) Penggunaan alat bantu dalam pelayanan.

Penggunaan alat bantu dalam proses pelayanan sangat dibutuhkan demi kelancaran proses pelayanan. Alat bantu yang dimaksud adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pelayanan seperti komputer beserta perangkatnya.

b. Dimensi Reliability (Kehandalan), terdiri atas indikator: 1) Kecermatan pegawai dalam melayani pengguna layanan.

Kecermatan atau ketelitian pegawai sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melayani pengguna layanan. 2) Memiliki standar pelayanan yang jelas.

Dalam melaksanakan pelayanan publik, penyedia layanan harus mempunyai standar pelayanan publik yang jelas meliputi prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana prasarana, dan kompetensi petugas pelayanan.

3) Kemampuan menggunakan alat bantu pelayanan.

Kemampuan pegawai pelayanan dalam menggunakan alat bantu yang tersedia sangat dibutuhkan agar memudahkan pengguna layanan dalam melakukan proses pelayanan. 4) Keahlian petugas menggunakan alat bantu pelayanan.

Keahlian berarti sudah lebih mampu dalam menguasai. Keahlian merupakan sesuatu yang harus dimiliki pegawai dalam proses pelayanan agar pelayanan berjalan dengan lancar.

c. Dimensi Responsiviness (Ketanggapan), terdiri atas: 1) Merespon setiap pelanggan.

Merespon berarti tanggap. Sikap respon ini dibutuhkan agar pengguna layanan merasa senang dan merasa dihargai ketika pegawai layanan dapat memberikan sikap respon kepada pengguna layanan.

2) Pelayanan dengan cepat, tepat, dan cermat.

(41)

pekerjaan dilakukan dan dikerjakan dengan tepat waktu maka tidak akan membuat pengguna layanan menunggu terlalu lama. Waktu yang tepat disini dapat diartikan sesuai dengan standar pelayanan publik yang sudah dibuat oleh masing-masing penyedia layanan.

3) Respon keluhan pelanggan.

Setiap penyedia layanan publik wajib untuk merespon dan menanggapi keluhan pelanggan. Biasanya keluhan terjadi jika pegawai layanan tidak melaksanakan proses pelayanan dengan baik.

d. Dimensi Assurance (Jaminan), terdiri atas indikator: 1) Jaminan tepat waktu pelayanan.

Jaminan tepat waktu sangat diperlukan oleh pengguna layanan agar pengguna layanan merasa yakin dengan waktu yang diberikan oleh penyedia layanan.

2) Jaminan kepastian biaya dalam pelayanan.

Jaminan kepastian biaya biasanya ada pada standar pelayanan publik masing-masing penyedia layanan.

3) Jaminan legalitas dalam pelayanan.

Legalitas menjadi hal yang sangat penting bagi instansi atau lembaga pelayanan dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan peraturan yang ada.

e. Dimensi Emphaty (Empati), terdiri atas indikator: 1) Mendahulukan kepentingan pengguna layanan.

Pengguna layanan merupakan prioritas dalam proses pelayanan. Sebagai pegawai pelayanan sebaiknya mendahulukan kepentingan pengguna layanan daripada kepentingan yang bersifat pribadi.

2) Melayani dengan sikap ramah dan sopan santun.

Keramahan dan kesopanan pegawai sangat diperlukan dalam proses pelayanan agar pengguna layanan merasa senang dengan pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan khususnya pegawai pelayanan. Pengguna layanan akan merasa dihargai ketika pegawai pelayanan bersikap ramah dan sopan santun.

3) Tidak diskriminasi.

Dalam melayani pengguna layanan, pegawai tidak boleh membeda-bedakan pengguna layanan yang akan mengurus keperluannya di kantor pelayanan. Semua harus dilayani sesuai dengan nomor antrian yang disediakan.

4) Melayani dan menghargai setiap pelanggan

(42)

layanan, menanyakan keperluan pengguna layanan, memberikan penjelasan yang berkaitan dengan keperluan pengguna layanan dan berusaha agar kebutuhan pengguna layanan dapat terpenuhi.

Ciri-ciri atau atribut-atribut yang ikut menentukan kualitas

pelayanan menurut Tjiptono (1995: 25) antara lain:

a. Ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses.

b. Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari kesalahan. c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. d. Kemudahan mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya

petugas yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer.

e. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan lain-lain.

f. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC, kebersihan, dan lain-lain.

Selanjutnya, Kumorotomo (1996) menyatakan bahwa kualitas

pelayanan publik terdiri atas empat dimensi, yaitu dimensi:

a. Efisiensi, terdiri dari indikator:

1) Keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba 2) Memanfaatkan faktor-faktor produksi

3) Pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis b. Efektivitas, terdiri dari indikator:

1) Tujuan organisasi 2) Rasionalitas teknis 3) Nilai

4) Fungsi sebagai agen pembangunan c. Keadilan, terdiri dari indikator:

1) Distribusi

2) Cakupan layanan

d. Daya tanggap, terdiri dari indikator:

1) Daya tanggap terhadap kebutuhan masyarakat

2) Tanggap terhadap keluhan atau pengaduan masyarakat

Kualitas pelayanan pembuatan IMB yang akan digunakan oleh

(43)

dkk dalam Hardiyansyah (2011: 46-47) yaitu dimensi Tangibel

(berwujud), Reliability (kehandalan), Responsiviness (ketanggapan),

Assurance (jaminan), dan Emphaty (empati).

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu:

1. Penelitian oleh Afif Amrulloh Suganda (2013) dengan judul “Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Pos Kabupaten Klaten” dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran dan pemahaman secara mendalam tentang kualitas

pelayanan publik di Kantor Pos Kabupaten Klaten dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Kantor

Pos Klaten kepada pelanggan mempunyai kualitas yang baik. Dimana dari

lima dimensi kualitas pelayanan pada Kantor Pos Klaten yaitu pada

dimensi Tangibel (Berwujud) semuanya baik tapi ada yang kurang baik

yakni ruang tunggu pelayanan yang panas dan parkir yang berbayar, pada

dimensi Reability (Kehandalan) semuanya menunjukkan hasil yang baik,

indikator pada Responsiviness (Ketanggapan) tidak semuanya baik karena

minimnya partisipasi masyarakat dalam memberi kritik dan saran,

Assurance (Jaminan) memiliki hal yang baik semua, sedangkan pada

dimensi Emphaty (Empati) ada hal yang perlu dibenahi yakni pemberian

(44)

berarti perbedaan kedudukan pada pelayanan. Relevansi penelitian

tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni terletak

pada penggunaan jenis penelitian deskriptif kualitatif, teori yang

digunakan, serta tujuan penelitian mengenai kualitas pelayanan publik.

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah dari tempat penelitian serta

fokus penelitiannya lebih ditekankan pada pelayanan perizinan, dalam hal

ini yaitu pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

2. Penelitian oleh Riska Wirawan (2013) dengan judul “Kualitas Pelayanan di Kantor Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo” dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kualitas pelayanan Kantor Kecamatan Bener Kabupaten

Purworejo dan faktor penghambat serta pendukung yang ditemui. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan umum yang ada

di Kantor Kecamatan Bener dinilai cukup baik, namun disisi lain masih

ada beberapa kendala yang terjadi yaitu mengenai kehandalan pegawai

yang kurang, kemudian kendala dari sarana prasarana yang ada kurang

memadai serta kendala dari sisi respon pegawai dalam menanggapi

pelayanan dirasa kurang. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti yakni terletak pada penggunaan jenis

penelitian yang digunakan yakni jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, tujuan penelitian tentang kualitas pelayanan dan

kendala/hambatan yang ada, serta dasar teori yang digunakan. Sedangkan

(45)

penelitiannya lebih ditekankan pada pelayanan perizinan, dalam hal ini

yaitu pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

C. Kerangka Pikir

Beberapa hal yang masih menjadi sorotan di Kabupaten Wonosobo

saat ini yaitu mengenai pelayanan publik khususnya pelayanan perizinan.

Dalam pelaksanaan pelayanan perizinan, kualitas pelayanan perizinan di

BPMPPT Kabupaten Wonosobo sudah baik bisa dilihat pada (1) Kabupaten

Wonosobo masuk ke dalam 3 kategori pelayanan publik terbaik tingkat

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dan berhasil mendapat terbaik pertama pada

kategori kelembagaan terbaik pada tahun 2014 dan (2) Indeks Kepuasan

Masyarakat (IKM) pelayanan perizinan di BPMPPT Kabupaten Wonosobo

dari tahun 2012 selalu mengalami peningkatan sampai pada akhir tahun 2013.

Namun masih ada beberapa permasalahan yang muncul yaitu (3) Banyaknya

bangunan gedung yaitu ruko yang dibangun tidak memiliki IMB di

Wonosobo, dan (4) Kurangnya pemahaman masyarakat Wonosobo mengenai

pembuatan IMB sehingga masyarakat tidak membuat IMB karena malas dan

beranggapan bahwa prosedurnya berbelit-belit, tingginya biaya pembuatan,

dan sebagainya. (5) Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa

kualitas pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo belum baik, salah

satunya yaitu SK IMB selesai tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan

(46)

diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan munculnya beberapa masalah

yang berkaitan dengan kualitas pelayanan IMB.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun

2012 tentang Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas

barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Berkaitan masalah yang terjadi berimplikasi pada rendahnya tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah khususnya instansi terkait. Untuk memahami sejauh mana kualitas

pelayanan publik khususnya pada pelayanan pembuatan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), perlu dilakukan analisis secara mendalam dengan

pengukuran kualitas pelayanan.

Berdasarkan alasan tersebut peneliti memutuskan untuk menggunakan

teori yang mengemukakan bahwa indikator atau dimensi pengukuran kualitas

pelayanan IMB oleh Zeithaml dkk meliputi Reliability (kehandalan) dengan

pelayanan yang tepat dan benar, Tangible (kenampakan fisik/wujud) dengan

SDM dan sumber daya lainnya yang memadai, Responsiviness (daya tanggap)

dengan melayani secara tepat, Assurance (jaminan) dengan etika moral dalam

pelayanan, serta Emphaty (empati) dengan mengetahui keinginan dan

(47)

Dengan menerapkan lima indikator/dimensi tersebut, akan didapatkan

kejelasan mengenai kualitas pelayanan publik khususnya pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) serta kendala yang terjadi didalamnya. Hasil

analisis terhadap penilaian kualitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) akan menghasilkan masukan dan rekomendasi bagi perbaikan

kebijakan maupun proses implementasinya. Pemaparan kerangka berpikir

(48)
[image:48.595.115.498.169.715.2]

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kualitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang prima (sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil, dan tepat

waktu)

PP Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

Identifikasi masalah mengenai kualitas pelayanan publik khususnya pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB):

1. Kabupaten Wonosobo masuk ke dalam 3 kategori pelayanan publik

terbaik tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2014.

2. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pelayanan perizinan di BPMPPT

Kabupaten Wonosobo dari tahun 2012 selalu mengalami peningkatan sampai pada akhir tahun 2013.

3. Banyaknya bangunan gedung yang tidak memiliki IMB.

4. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pembuatan IMB sehingga

masyarakat tidak membuat IMB karena malas mengurus, berbelit-belit, dan tingginya biaya pembuatan.

5. Kualitas pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo belum baik, salah satunya yaitu SK IMB selesai tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan ketentuan.

Kualitas Pelayanan Pembuatan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo dengan

menggunakan indikator menurut Zeithaml:

1. Tangible (Berwujud) 2. Reliability (Kehandalan) 3. Responsiviness (Ketanggapan) 4. Assurance (Jaminan)

5. Emphaty (Empati)

Faktor Penghambat dalam pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo:

1. Kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai mekanisme pembuatan IMB.

2. Keterbatasan tenaga

(49)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kualitas pelayanan IMB terkait dimensi Tangibel (Berwujud)

dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat di BPMPPT Kabupaten

Wonosobo?

2. Bagaimana kualitas pelayanan IMB terkait dimensi Reliability

(Kehandalan) dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat di

BPMPPT Kabupaten Wonosobo?

3. Bagaimana kualitas pelayanan IMB terkait dimensi Responsiviness

(Ketanggapan) dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat di

BPMPPT Kabupaten Wonosobo?

4. Bagaimana kualitas pelayanan IMB terkait dimensi Assurance (Jaminan)

dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat di BPMPPT Kabupaten

Wonosobo?

5. Bagaimana kualitas pelayanan IMB terkait dimensi Emphaty (Empati)

dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat di BPMPPT Kabupaten

Wonosobo?

6. Apa saja kendala dalam proses pelayanan IMB di BPMPPT Kabupaten

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong,

2014: 4), menjelaskan bahwa:

Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini

adalah untuk memahami dan mendeskripsikan kualitas pelayanan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) dan kendala yang ada di Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo yang beralamat di Jalan

Kartini No. 11, Kabupaten Wonosobo. Alasan pemilihan lokasi ini karena

BPMPPT Kabupaten Wonosobo merupakan penyelenggara (pelaksana)

pelayanan pembuatan IMB kepada masyarakat Wonosobo. Waktu penelitian

ini dilaksanakan mulai bulan April tahun 2016 sampai dengan bulan

(51)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan penelitian yang mampu

memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada sehingga data

yang diperoleh akurat dan terpercaya. Informan yang dipilih dalam penelitian

ini adalah informan yang mampu memberikan keterangan terkait dengan

kualitas pelayanan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Badan

Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten

Wonosobo. Adapun subjek penelitian tersebut antara lain:

1. Kepala Sub Bidang Pelayanan Perizinan Jasa (R. Agus Setyotomo,

AP, MM)

2. Staff atau pegawai BPMPPT bagian pelayanan IMB (Fresti

Setiyoko, S.STP)

3. Pengguna/penerima pelayanan IMB di BPMPPT Wonosobo

sebanyak empat orang:

a. Pak Zulvan

b. Pak Ary

c. Pak Aryadi

d. Pak Jono

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Menurut Moleong (2012: 9), dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri

(52)

yang sangat besar dalam proses pengumpulan data sehingga seakan-akan

peneliti menjadi instrumen tunggal dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti

juga dapat beradaptasi dengan perubahan fenomena yang ada di lapangan serta

dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya sehingga dapat

memperoleh informasi sesuai dengan yang dibutuhkan. Meskipun demikian,

diri peneliti sebagai instrumen tetap harus melakukan validasi untuk

mengetahui seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian. Dalam

penelitian ini, validasi dilakukan oleh diri peneliti sendiri melalui evaluasi diri

tentang pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori mengenai

kualitas pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo.

Dalam penelitian ini, peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama dalam

pelaksanaannya akan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara

dan pedoman observasi.

E. Data dan Sumber Data

Data merupakan faktor penting dalam penelitian, data yang terkumpul

digunakan sebagai bahan analisis untuk memecahkan masalah dalam

penelitian tersebut. Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2014:

157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer

(53)

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber

pertama. Data dikumpulkan dari wawancara maupun observasi secara

langsung. Dalam penelitian ini, data primer akan didapatkan melalui

wawancara mendalam dengan informan penelitian untuk mendapatkan

informasi mengenai kualitas pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT

Wonosobo. Informan peneliti dalam penelitian ini yakni Bapak Agus,

Bapak Fresty, Bapak Zulvan, Bapak Ary, Bapak Aryadi, dan Bapak Jono.

Selain itu, peneliti juga menggunakan data hasil observasi lapangan yakni

berupa pengamatan peneliti pada pelaksanaan pelayanan pembuatan IMB

yang dilakukan oleh pegawai kepada pengguna layanan.

2. Data sekunder

Menurut Moleong (2014: 159), data sekunder yaitu data yang diperoleh

bukan dari sumber pertama, namun sumber kedua, ketiga, dan seterusnya.

Data sekunder bisa berupasumber tertulis (buku dan majalah ilmiah,

sumber dari arsip, dokumen pribadi maupun dokumen resmi, hasil-hasil

studi seperti disertasi, tesis, jurnal), foto, data statistik, maupun sumber

data tambahan lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

Sumber-sumber tersebut digunakan untuk memperkuat data primer yang didapat

dari wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, sumber data sekunder

yang digunakan antara lain:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

(54)

b. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2009

tentang Pelayanan Publik.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 5 Tahun 2011

tentang Retribusi Perizinan Tertentu.

d. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 9 Tahun 2011

tentang Bangunan Gedung.

e. Buku Profil Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo Tahun2015.

f. Dokumentasi foto kegiatan pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT

Wonosobo.

g. Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan pelaksanaan

pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT Wonosobo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis karena

pada dasarnya penelitian dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak observasi tanpa berperan serta (participan non observation),

wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Catherine

Marshall, Gretchen B. Rossman dalam Sugiyono, 2009: 225).

Data yang dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi non

(55)

pelayanan pembuatan IMB dari ketiga teknik yang digunakan tersebut sangat

menentukan keberhasilan peneliti dalam mengumpulkan data apabila

digunakan dengan tepat.

1. Wawancara

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2009: 231),“wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu”.

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terbuka yaitu wawancara yang menggunakan pertanyaan terbuka, namun

ada batasan tema dan alur pembicaraan serta ada pedoman wawancara

(guideline interview) yang digunakan sebagai kontrol dalam alur

pembicaraan. Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara tanya jawab

langsung dengan informan mengenai Kualitas Pelayanan Pembuatan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo.

2. Observasi

Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2009: 227) dikatakan bahwa

“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi”. Dari segi proses pelaksanaan, pengumpulan data observasi dibedakan menjadi participant observation (observasi

(56)

serta). Pada participant observation, seorang peneliti harus terlibat dan

berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah

penelitian. Sementara pada non participant observation, peneliti tidak

terlibat secara langsung dan hanya berperan sebagai pengamat independen.

Penelitian ini menggunakan non participant observation yaitu

peneliti hanya mengamati dan tidak ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pengamatan disini dilakukan

dengan cara mengamati mekanisme pelaksanaan pelayanan pembuatan

IMB di BPMPPT Kabupaten Wonosobo.

3. Dokumentasi

Penggunaan dokumen dalam penelitian ini sangat penting sebagai

data sekunder menjadi bahan pendukung data primer yang telah didapat

dari wawancara untuk menjawab rumusan masalah. Cara mengumpulkan

data melalui rekaman atau catatan dan data sekunder lainnya. Seperti

surat-surat, memo atau nota, foto-foto, kliping, berita koran, hasil-hasil

penelitian dan agenda kegiatan. Menurut Sugiyono (2009: 240), pengertian

dokumen yaitu:

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan antara lain:

a. Peraturan Pemerintah RI Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan

(57)

b. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 2 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Retribusi Perizinan Tertentu.

d. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 9 Tahun 2011 tentang

Bangunan Gedung.

e. Buku Profil Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Wonosobo Tahun 2015.

f. Dokumentasi foto kegiatan pelayanan pembuatan IMB di BPMPPT

Wonosobo.

g. Dokumen-dokumen lain yang terkait dengan pelaksanaan pelayanan

pembuatan IMB di BPMPPT Wonosobo.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data. Tekniki pemeriksaan

keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain (Moleong, 2012: 330). Teknik triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber. Triangulasi sumber

berarti membandingkan dan memeriksa kembali derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Moelong,

(58)

satu informan dengan informan lain, serta membandingkan hasil wawancara

tersebut dengan dokumen-dokumen yang terkait.

H. Teknik Analisis Data

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Data jumlah pegawai BPMPPT Kabupaten Wonosobo dan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil olah data dari hasil kedua metode penelitian ini dijelaskan bahwa pemberian reward pada kelompok eksperimen yang diterapkan memberikan pengaruh

Hasil dari penilaian pretasi dapat dilihat melalui buku raport yang diberikan pada akhir semester atau caturwulan dan biasanya angka yang tercantum didalam raport

Merujuk makna happiness menurut Seligman, setidaknya ada 3 aspek yang dapat dijelaskan hubunganya dengan spiritualitas dan happiness remaja akhir, yakni (1) emosi positif

Faktor pencetus serangan asma PPOK Inflamasi Sputum kental di saluran nafas Batuk Ketidakefektifan bersihan jalan napas Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Data Subyektif :

Melihat potensi alam yang unik dan jarang ditemui ini, Jember memiliki potensi untuk menambah devisa Negara dari sektor pariwisata ini, baik wisata Tanjung Papuma

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa dari 48 ibu yang memiliki anak balita di Kelurahan Bareng yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 16.67% responden mempunyai pengetahuan

Penggunaan IT dalam proses penyelenggaraan manajemen telah dirasakan manfaatnya yaitu cepat, jelas, mudah dan transparan dan terhindar dari gratifikasi, suap,

Sebarang pelepasan, penyelesaian atau pelepasan boleh dianggap telah dibuat tertakluk kepada syarat bahawa is akan menjadi terbatal sekiranya sebarang bayaran atau sekuriti yang