• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesenjangan antara motif dan tingkat kepuasan penonton terhadap tayangan talkshow Indonesia Lawyers Club (IlC) di TV One AZMY AZIS FDK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kesenjangan antara motif dan tingkat kepuasan penonton terhadap tayangan talkshow Indonesia Lawyers Club (IlC) di TV One AZMY AZIS FDK"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENONTON TERHADAP TAYANGAN TALKSHOW INDONESIA LAWYERS

CLUB (ILC) DI TV ONE

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

AZMY AZIS NIM 1112051100050

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Maret 2017

(5)

i ABSTRAK Azmy Azis, NIM 1112051100050

Kesenjangan Antara Motif dan Tingkat Kepuasan Penonton Terhadap Talkshow Indonesia Lawyers Club di TV One, di bawah bimbingan Siti Nurbaya, M.Si

Televisi merupakan salah satu media yang berkembang pesat di Indonesia. Terdapat dua stasiun yang memiliki genre yang sama dengan berbasis berita, salah satunya TV One. Salah satu program unggulan TV One yang masih ditayangkan sampai saat ini adalah Indonesia Lawyers Club (ILC). ILC merupakan program

talkshow yang dikemas secara interaktif dengan pembawa acaranya pemimpin redaksi

(Pimred) TV One sendiri yaitu Karni Ilyas. Program ini menghadirkan narasumber-narasumber utama dan melihat isu yang diangkat dari berbagi perspektif yang tidak jarang menimbulkan perbedaan pendapat dari narasumber sehingga muncul perdebatan. ILC memiliki konsep acara seperti diskusi, dan ditayangkan secara live yang tidak memungkinkan adanya sensor saat acara berlangsung. Pada Oktober 2016 lalu ILC sempat mendapat teguran dari KPI atas penayangan episode Setelah Ahok Minta Maaf, setelah itu pihak TV One memberhentikan sementara program ILC. Namun hingga saat ini ILC sudah tayang kembali dan bisa dinikmati oleh pemirsa.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menguji seberapa besar tingkat motif dan kepuasan terhadap talkshow ILC. Selain itu, penulis ingin menganalisis kesenjangan antara gratification sought dan gratification obtained penonton terhadap talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC).

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Uses and

Gratifications yang digagas oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974.

Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan (atau hasil) tertentu. Teori ini menghasilkan dua konsep utama untuk mengukur tingkat kepuasan khalayak, yaitu Gratification Sought atau kepuasan yang diharapkan dan Gratification Obtained atau kepuasan yang diperoleh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode survei terhadap 57 responden dari Universitas Islam Negeri Jakarta dan 54 responden dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2013-2014. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menghitung mean dari Gratification Sought dan Gratification

Obtained (GS-GO) untuk melihat kesenjangan nilai antara kepuasan yang diharapkan

dengan kepuasan yang diperoleh.

Hasil analisis menunjukan terdapat kesenjangan antara motif dan kepuasan. Secara keseluruhan menurut responden Universitas Islam Negeri Jakarta, skor GS lebih besar dari GO. Sementara skor GO lebih besar dari GS pada dimensi integrasi dan interaksi sosial menurut responden Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, serta tiga dimensi lain memiliki skor GS lebih besar dari GO. Kesenjangan yang terjadi dari dua kelompok ini sama-sama berada di kategori sangat rendah. Artinya responden masih merasa bahwa ILC mampu memenuhi harapan mereka atas motif informasi, identitas pribadi, interaksi dan integrasi sosial, serta hiburan. Hal itu sesuai dengan teori limited effect dimana media dianggap memiliki efek terbatas terhadap khalayak aktif.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala puji bagi Allah SWT dengan segala kasih

dan sayang-Nya senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini di waktu yang tepat. Sholawat sebagai ucapan salam dan penghormatan atas rahmat dan kesejahteraan disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, karena dengan usaha beliau saat ini umat Islam memiliki pedoman hidup di dunia sebagai bekal menuju surga (AlQuran).

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, semangat dan doa dari berbagai pihak. Maka dalam lembaran kertas ini, penulis dengan senang hati ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. H. Roudhonah, MA Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si Wakil Dekan Bidang Akademik.

2. Kholis Ridho, M.Si, sebagai Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik. Serta dosen-dosen Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberi banyak ilmu kepada penulis.

3. Siti Nurbaya, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, waktu, serta bantuan dan kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar.

(7)

iii

5. Ridho Zuliansyah dan Resva Dini Azis sebagai kakak dan adik penulis. Terima kasih atas segala dukungan, semangat, serta motivasinya untuk segera meraih gelar sarjana.

6. Fajar Ariansyah. Terima kasih telah menjadi pendengar dan sahabat yang selalu ada untuk penulis. Sahabat yang tidak pernah lelah mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi, serta pemberi motivasi yang terus memberikan semangat kepada penulis bahwa perjuangan tidak akan mengkhianati hasil. 7. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2012 yang telah belajar dan berjuang

bersama selama 4 tahun terakhir. Saat kita mulai lelah, lihatlah ke belakang kita sudah terlalu jauh melangkah. Jangan menyerah.

8. Teman-teman Seeties, Nisa, Atahiya, Axel, Andre, Syarif, Hana, Brama, Abi, Ade, Githa, Aji, Aditya, mas Wanto dan juga mas Danu Indraprasto terima kasih bantuannya selama ini, sindiran serta caci makian kalian adalah motivasi untuk penulis agar segera lulus. Terima kasih juga waktu luangnya untuk selalu membantu penulis. Tidak lupa kepada Taofik Hidayat yang sangat membantu penyusunan skripsi ini dari awal seminar proposal hingga selesai. Pendengar dan sahabat terbaik penulis yang selalu ada disaat penulis membutuhkan bantuannya. I love you more guys.

9. Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UPN Veteran Jakarta angkatan 2013-2014 yang telah memberi waktu luang dan bantuannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

(8)

iv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 12

A. Uses and Gratification ... 12

B. Media Use/Penggunaan Media ... 20

C. Televisi ... 21

D. Talkshow ... 25

E. Definisi Konseptual... 30

F. Kerangka Pemikiran ... 38

G. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Paradigma Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Metode Penelitian ... 42

D. Jenis Penelitian ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Subjek dan Objek Penelitian ... 44

(9)

v

H. Operasionalisasi Konsep ... 47

I. Uji Instrumen ... 52

J. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN ... 59

A. Profil TV One ... 59

B. Indonesia Lawyers Club (ILC)... 63

C. Karakteristik Responden ... 64

D. Media Use/Penggunaan Media ... 66

E. Hasil dan Analisis Penelitian ... 69

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Populasi Mahasiswa Jurnalistik FIDIK UIN Jakarta dan

FISIP UPN Jakarta Angkatan 2013-2014 45

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motif 54 Tabel 3.3 Hasil Uii Reliabilitas Variabel Kepuasan 54

Tabel 4.1 Struktur Organisasi TV One 59

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia (UIN) 62 Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Usia (UPN) 63 Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (UIN) 63 Tabel 4.5 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (UPN) 64 Tabel 4.6 Data Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Dalam Satu Bulan

(UIN) 64

Tabel 4.7 Data Responden Berdasarkan Frekuensi Menonton Dalam Satu Bulan

(UPN) 65

Tabel 4.8 Data Responden Berdasarkan Durasi Menonton Dalam Satu Episode

(UIN) 66

Tabel 4.9 Data Responden Berdasarkan Durasi Menonton Dalam Satu Episode

(UPN) 66

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Logo TV One 60

Gambar 4.2 Logo Indonesia Lawyers Club 62

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Uses and Gratifications 19

(12)
(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan media televisi maju kian pesat di Indonesia. Stasiun televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang berdiri sejak 24 Agustus 1962. TVRI sebagai lembaga penyiaran publik bertugas sebagai saluran televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.1

Sejak izin penyiaran televisi swasta dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1989, stasiun televisi swasta mulai meramaikan frekuensi penyiaran di Indonesia. Stasiun televisi swasta pertama yang lahir adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang mulai mengudara pada tanggal 24 Agustus 1989. Setelah stasiun yang kini tagline “Semakin Oke” tersebut, kemudian di tahun yang sama hadir Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 1991, ANTV pada tahun 1993, Indosiar pada tahun 1995. Kemudian menginjak abad 21 ini, stasiun televisi swasta semakin menjamur di Indonesia dengan hadirnya Metro TV, Trans TV, Trans7, Global TV, TVOne dan yang paling terbaru adalah NET.

Dari sekian banyak stasiun televisi diatas, terdapat dua stasiun yang memiliki genre yang sama dengan berbasis berita salah satunya TV One. TV One merupakan stasiun tv yang dimiliki oleh Bakrie Group dan dipimpin oleh Ardiansyah Bakrie yang

1

(14)

diresmikan tanggal 14 Februari 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sejak saat itulah TV One megudara dengan program-program andalannya dengan mengklasifikasikan sebagai tv news dan sport. Salah satu program unggulan TV One yang masih ditayangkan sampai saat ini adalah Indonesia Lawyers Club (ILC). ILC merupakan program talkshow yang dikemas secara interaktif dengan pembawa acaranya yaitu Karni Ilyas yang juga pemimpin redaksi (Pimred) TV One itu sendiri. Program ini mengahdirkan narasumber-narasumber utama dan melihat isu yang diangkat dari berbagi perspektif. Salah satu kekuatan dalam program ini terletak pada Karni Ilyas sebagai pembawa acara sekaligus wartawan senior yang memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum, dan narasumber yang mengeluarkan pendapatnya mengenai sebuah kejadian dan isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat.

Indonesia Lawyers Club (ILC) juga memiliki daya tarik dari segi konsep

tempat acara yang memiliki rancangan seperti sebuah restoran dengan meja bulat dan persegi panjang serta kursi pada setiap mejanya dan setiap meja ada yang saling berhadapan dan ada yang berbaris memanjang. Meja-meja itu disediakan untuk narasumber yang hadir. Tentunya konsep ini berbeda dengan beberapa program

talkshow kebanyakan di televisi, program ILC memiliki konsep seperti diskusi.

(15)

Dalam talkshow ini, narasumber bebas mengungkapkan pemikiran atau pendapat mereka mengenai permasalahan yang sedang diangkat. Pendapat-pendapat yang dikeluarkan tidak selalu sama yang kemudian membuat para narasumber saling berdiskusi mengenai topik yang sedang dibahas, sehingga kita bisa melihat dari berbagai sisi pemikiran tidak hanya terpaku pada satu sisi pemikiran. Bahkan terkadang, karena memiliki perbedaan pendapat sesekali terjadi perdebatan sengit antara narasumber. Tidak jarang pula dalam perbedatan keluar kata–kata yang menyinggung atau menyindir seseorang serta lembaga, berbicara kata-kata kurang baik dan lain sebagainya, disinilah presenter berperan sebagai penengah serta menghentikan perdebatan jika sudah diluar batas.

Selain programnya yang menarik, TV One adalah sebuah stasiun televisi yang menarik bagi masyarakat karena menjadi salah satu stasiun televisi yang memiliki banyak program berita dan selalu memberikan perkembangan berita terbaru serta dibahas secara kritis.

(16)

peringatan ini, KPI pun meminta TV One tidak menayangkan episode itu kembali.2 Setelah penerimaan surat teguran tersebut ILC memutuskan sementara untuk meliburkan diri. Namun kini ILC tayang kembali dan hingga saat ini masyarakat masih bisa menikmati talkshow tersebut dijadwal biasa.

Pada dasarnya, manusia menggunakan media atas kebutuhannya masing-masing. Khalayak semakin cerdas dalam memilih media beserta informasi di dalamnya. Wilbur Schramm mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi.3 Banyak orang yang menonton program acara di televisi untuk memenuhi kebutuhan, mencari kepuasan akan suatu hal seperti informasi politik, sosial, ekonomi dan lainnya. Khalayak yang aktif dalam menggunakan media sadar akan efek yang ditimbulkan setelah ia menggunakan media tersebut seperti kognitif, efektif, dan behaviorial. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan kepercayaan atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behaviorial merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kebiasaan, atau berperilaku.4

Hal ini sesuai dengan teori yang diprakarsai oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz dalam buku mereka yang berjudul “The Uses of Mass Communications: Current

Perspektives on Gratifications Research” (1974), yaitu teori Uses and Gratifications.

2

https://m.tempo.co/read/news/2016/10/15/063812405/kpi-tegur-tv-one-soal-episode-setelah-ahok-minta-maaf-di-ilc. Diakses pada 30 Oktober 2016

3

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008), h. 223

4

(17)

Teori ini menunjukkan bahwa permasalahan utamanya bukan pada bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi lebih kepada bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Sehingga sasarannya pada khalayak yang aktif, yang memang menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.5 Khalayak bersifat aktif dalam memilih media mana yang dapat memuaskan kebutuhan mereka.

Pendekatan uses and gratification mempersoalkan apa yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan kepada media, tetapi apa yang dilakukan media kepada kita.6

Di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beberapa penelitian skripsi yang mengkaji tentang teori uses and

gratifications mengambil objek penelitian dari media televisi. Peneliti mencoba

membuat perbedaan dengan mengkaji teori uses and gratifications dalam konten yang diteliti. Berdasarkan hasil bacaan yang penulis sebutkan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai kesenjangan antara motif khalayak memilih program talkshow

Indonesia Lawyers Club (ILC) sebagai sumber informasi dengan tingkat kepuasan

khalayak serta seberapa besar tingkat kepuasan khalayak terhadap talkshow Indonesia

Lawyers Club (ILC). Masalah tersebut akan diteliti dalam sebuah skripsi yang berjudul

"Kesenjangan Antara Motif dan Tingkat Kepuasan Penonton Terhadap

Talkshow Indonesia Lawyers Club di TV One"

5

Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010), h.108-109.

6

(18)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Seberapa besar tingkat kepuasan yang diharapkan dan kepuasan yang diperoleh mahasiswa/i Jurnalistik angkatan 2013-2014 FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan FISIP UPN Veteran Jakarta terhadap tayangan ILC?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui tingkat kepuasan yang diharapkan dan kepuasan yang diperoleh mahasiswa/i Jurnalistik angkatan 2013-2014 FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan FISIP UPN Veteran Jakarta terhadap tayangan ILC.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada khazanah keilmuan terutama pada kajian Uses and Gratification di Indonesia dan memberikan referensi baru terutama dibidang jurnalistik yang difokuskan pada media elektronik serta diharapkan penelitian ini digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu dan pengetahuan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Praktis

(19)

2) Dapat dijadikan bahan evaluasi untuk media yang terkait dalam meningkatkan kualitas produk mereka.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran koleksi skripsi di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Utama UPN Veteran Jakarta. Dari koleksi skripsi yang telah ditelusuri, terdapat beberapa skripsi yang fokusnya hampir sama dengan penelitian ini, namun berbeda dengan beberapa aspek, diantaranya ialah;

1) Penelitian ini dilakukan oleh Dwinie Karessa konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015, berjudul

"

Hubungan Antara Motif Dan Tingkat Kepuasan Khalayak Terhadap Situs www.metrotvnews.com (Survei Terhadap Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Dan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)". Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang cukup atau sedang antara motif dan kepuasan khalayak yang dapat dilihat dari hasil analisis regresi linear sederhana. Di sisi lain situs www.metrotvnews.com belum bisa memuaskan khalayak. Hal ini dapat diketahui dari kesenjangan skor GS dan GO dimana dari seluruh dimensi skor GS > GO. Kekurangan dari skripsi ini adalah pada bab 3 bagian teknik analisis data mencantumkan teknik korelasi

Pearson's Product Moment namun pada bab 4 tidak ada hasil analisis

(20)

Sederhana. Kelebihannya skripsi ini sangat lengkap, jelas, serta mudah dipahami. Terdapat perbedaan yaitu skripsi ini membahas hubungan antara motif dan kepuasan, sedangkan kali ini peneliti membahas kesenjangan antara motif dan kepuasan. Objek yang diteliti pun berbeda, skripsi ini meneliti situs portal berita, sedangkan peneliti menggunakan talkshow sebagai objeknya.

2) Penelitian ini ditulis oleh Nadia Pratama Kusuma Wardani dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014, berjudul “Motif dan Kepuasan Penonton Program Ramadan diTelevisi”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat korelasi antara motif dan tingkat kepuasan mahasiswa/i KPI pada program Ramadan, dilihat dari kesenjangan antara motif dan kepuasan. Program tausyiah, sinetron, variety show, dan feature dianggap memenuhi motif mahasiswa/i KPI pada dimensi integrasi sosial dan hiburan. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya penjelasan variabel penelitian. Kelebihan dari skripsi ini adalah sangat lengkap dan mudah dipahami isinya. Terdapat perbedaan yaitu skripsi ini membahas hubungan antara motif dan kepuasan, sedangkan kali ini peneliti membahas kesenjangan antara motif dan kepuasan. Objek yang diteliti pun berbeda, skripsi ini meneliti seluruh tayangan pada bulan Ramadhan, sedangkan peneliti hanya meneliti talkshow.

(21)

Angkatan 2013”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang kuat antara motif dan kepuasanyang diketahui melaluiuji Regresi Linear Sederhana. Dari seluruh dimensi yang menjadi pengukuran dalam penelitian ini hanya dimensi hiburan yang dapat memenuhi kepuasan pembacanya namun dengan skala biasa saja karena antara nilai GS dan GO tidak terjadi kesenjangan (GS=GO). Kekurangan dari penelitian ini adalah pada bab 3 bagian teknik analisis data tidak dijelaskan secara rinci bagaimana penulis akan menganalisis. Kelebihan dari skripsi ini adalah bahasanya mudah dipahami, sangat jelas dan mudah dimengerti. Terdapat perbedaan yaitu skripsi ini membahas hubungan antara motif dan kepuasan, sedangkan kali ini peneliti membahas kesenjangan antara motif dan kepuasan. Objek yang diteliti pun berbeda, skripsi ini meneliti tabloid kampus, sedangkan peneliti menggunakan talkshow sebagai objeknya.

4) Penelitian ini ditulis oleh Reza Fauzi Akbar dari jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta pada tahun 2016, berjudul “Pengaruh Intensitas Menonton talkshow Indonesia

Lawyers Club di TV One Terhadap Kepuasan Informasi Warga Jeruk Purut

(22)

intensitas menonton terhadap kepuasan, sedangkan kali ini peneliti membahas kesenjangan antara motif dan kepuasan, yang sama-sama meneliti talksow ILC. F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab sebagai berikut:

BAB I adalah bab Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II adalah Bab Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah

Uses and Gratification yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay Blumler, dan Michael

Gurevicth. Bab ini juga akan menjelaskan mengenai pengertian dari motif dan kepuasan, serta membahas tentang talkshow. Kemudian dilanjutkan dengan kerangka berpikir dan kerangka konseptual serta hipotesis penelitian.

BAB III adalah Metodologi Penelitian. Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode apa yang digunakan dalam penelitian ini yakni paradigma dan pendekatan penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen, variabel penelitian, definisi operasional dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen dan teknik analisis data.

(23)

dipaparkan juga hasil analisis dari data kuesioner mahasiswa Jurnalistik angkatan 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UPN Veteran Jakarta.

(24)

12 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Uses and Gratification

Teori Uses and gratification atau teori kegunaan dan gratifikasi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz pada tahun 1974 dalam buku “The Uses of Mass Communications: Current Perspectiveson Gratification

Research”. Penelitian tersebut diarahkan terhadap kepada jawaban terhadap

pertanyaan “apa yang dilakukan media untuk khalayak” (what the media do to

people?). Lahirnya teori ini juga merupakan kritik terhadap teori peluru (the bullet

theory) atau teori jarum hipodermik dari Wilbur Schramm. Disebut teori jarum

hipodermik karena teori itu meyakini bahwa kegiatan mengirimkan pesan sama halnya dengan tindakan menyuntikkan obat yang bisa langsung masuk ke dalam jiwa penerima pesan, sebagaimana peluru yang ditembakkan dan langsung masuk ke dalam tubuh. Dalam komunikasi massa, jarum hipodermik merupakan media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, terarah, dan segera. Teori jarum hipodermik merupakan kekuatan media yang begitu dahsyat hingga bisa memegang kendali pikiran khalayak yang pasif dan tidak berdaya. Teori ini memprediksikan dampak-dampak komunikasi massa yang kuat dan kurang lebih universal pada khalayak.7

7

(25)

Model jarum hipodermik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step

flow), yaitu media massa mengarah langsung kepada khalayak sebagai audience. Teori

Hipodermic Neddle kemudian diikuti dengan model Two-Step Flow. Disini khalayak

tidak semata-mata hanya dipengaruhi oleh media saja melainkan dipengaruhi juga oleh

Opinion Leaders. Wright mengatakan individu-individu yang melakukan kontak dari

hari ke hari, mempengaruhi orang-orang lain dalam pengambilan keputusan dan pembentukan pendapat.8

Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu:

1. The Powerfull Effect Model

Model ini berkaitan dengan teori stimulus respon dari Melvin DeFleur dan juga teori jarum hipodermik. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang perkasa dan seragam, massa dianggap tidak berdaya menghadapi stimuli dari media sehingga terlihat betapa besar media dapat mempengaruhi massa.

2. The Limited Effect Model

Media massa memiliki fungsi untuk memperteguh keyakinan yang ada. Khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif (selective perception), terpaan selektif (selective

exposure), dan ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi

perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini terlihat terbatasnya efek dari komunikasi massa.

8

(26)

3. The Moderate Effect

Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adalah salah satu cara memperoleh pemenuhan tercapainya kebutuhan. Media massa memang tidak dapat merubah sikap seseorang, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang.9

Teori Uses and Gratifications menunjukkan bahwa permasalahan utamanya bukan pada bagaimana cara media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi lebih kepada bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Sehingga sasarannya pada khalayak yang aktif, yang memang menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.10

Teori ini adalah perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi (Maslow, 1970). Elihu Katz, Jay G. Blumer dan Michael Gurevitch (1974) mempresentasikan sebuah artikulasi yang sistematis dan komprehensif mengenai peran anggota khalayak dalam proses komunikasi massa. Mereka merumuskan pemikiran mereka dan menghasilkan teori kegunaan dan gratifikasi. Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan (atau hasil) tertentu. Teoretikus kegunaan dan gratifikasi menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai

9

Werner J Severin, Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam MediaMassa, h. 315.

10

(27)

tujuan komunikasi. Teori yang berpusat pada khalayak media ini menekankan seorang konsumen media yang aktif.11

Katz, Blumer dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses

and gratifications, yaitu:

1) Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diamsusikan mempunyai tujuan.

2) Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak.

3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4) Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.12

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, teori ini ditemukan kembali dan dielaborasi oleh para ahli yang memunculkan asumsi dasar yakni, media dan pilihan konten secara umum diarahkan kepada tujuan dan kepuasan tertentu (hal ini menyebabkan khalayak aktif dan alasan bagaimana khalayak terbentuk dapat dijelaskan secara logis). Anggota khalayak sadar dengan kebutuhannya sendiri akan media dalam kondisi pribadi maupun sosial, serta dapat menyuarakan ini dalam kaitannya dengan motivasi. Konten

11

Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, (Jakarta:Penerbit Salemba Humanika, 2008), h. 100-101.

12

(28)

yang bermuatan ciri budaya dan estetika umumnya kurang menarik khalayak daripada kepuasan kebutuhan pribadi dan sosial (misalnya untuk relaksasi, pengalaman bersama, mengisi waktu dan sebagainya). Faktor yang relevan dalam pembentukan khalayak seperti motivasi, kepuasan yang diharapkan atau didapatkan, pilihan media dan variabel latar belakang pada prinsipnya dapat diukur.13

Sejalan dengan asumsi di atas, proses seleksi media digambarkan oleh Katz yang bersangkutan dengan asal mula sosial dan psikologis dari kebutuhan yang menciptakan pengharapan dari media massa atau sumber lain yang mengarah pada ekspos yang berbeda (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan kebutuhan kepuasan dan konsekuensi lain.14

John Fiske menyatakan bahwa teori uses and gratification secara tidak langsung menyatakan bahwa pesan adalah apa yang dibutuhkan oleh khalayak, bukan yang dimaksudkan oleh pengirim. Pendekatan uses and gratification adalah suatu teori yang menyatakan bahwa para anggota khalayak memiliki kebutuhan sumber-sumber media dan nonmedia, atau berpendapat khalayak berpaling ke media untuk kepuasan tertentu, menggunakan media massa daripada digunakan oleh media massa, suatu studi tentang motif-motif penggunaan media dan ganjaran yang dicari.

Dalam melihat media, teori uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi. Artinya, manusia itu punya otonomi dan wewenang dalam memperlakukan media. Karena khalayak mempunyai banyak alasan untuk menggunakan media. Selain itu, konsumen mempunyai kebebasan untuk memutuskan

13

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, (Jakarta: Penerbit SalembaHumanika, 2011), h. 174-175.

14

(29)

bagaimana mereka menggunakan media (lewat media mana) dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Karena menurut teori ini mungkin saja media dapat memiliki pengaruh jahat dalam kehidupan mereka.15

Jay G. Blumler (1979) dalam bukunya yang berjudul “The Role of Theory

in Uses and Gratification Studies” mengemukakan sejumlah gagasan mengenai

jenis-jenis kegiatan yang dilakukan audience (audience activity) ketika menggunakan media, yang mencakup: kegunaan (utility), kehendak(intentionality), seleksi (selectivity), dan tidak terpengaruh hingga terpengaruh(imperviousness to influence).16

Penjelasan dari

masing-masing gagasan tersebut adalah:

1) Kegunaan: media memiliki fungsi untuk khalayak dan mereka dapat menggunakan media untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut.

2) Kehendak/kesengajaan: konsumsi konten media dapat ditujukan langsung dengan motivasi yang sebelumnya sudah dimiliki oleh seseorang.

3) Seleksi: pilihan khalayak atas media tertentu menunjukkan ketertarikan dan kesukaan mereka.

4) Pengaruh: khalayak secara aktif menghindari pengaruh dari media massa karena tidak ingin dikontrol oleh siapapun.17

Model Uses and Gratifications memandang individu sebagai makhluk yang sangat selektif. Dalam model ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan. Banyak pertentangan mengenai motif yang mendasari

15

Edi Santoso dan Mite Setiansah, Teori Komunikasi, h.110

16

Morissan, M.A, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid U, Teori Komunikasi Massa:Media,

Budaya dan Masyarakat, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 80-81. 17

Stanley J. Baran, Dennis K. Davis, Teori Komunikasi Massa Dasar, Pergolakan DanMasa

(30)

khalayak menggunakan media. Namun, menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Artinya kita tidak akan menggunakan media massa apabila media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita.18 Khalayak mempunyai kebutuhan masing-masing yang harus dipenuhi. Dalam bidang informasi, khalayak memenuhi kebutuhan tersebut dengan penggunaan media. Sehingga menyebabkan antara media satu dan lainnya saling bersaing dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhan khalayak tersebut.

Menurut Nurudin, teori uses and gratification beroprasi dalam beberapa cara, seperti yang akan dijelaskan pada bagan dibawah ini :19

18

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 26, h.205-207

19

(31)

Bagan 2.1

Model Uses and Gratifications

(Sumber : Edi Santoso dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi, Yogyakarta 2010 hal.110)

Model Uses and Gratifications dapat dikaji pada gambar diatas. Model tersebut memulai dengan lingkungan sosial (sosial environment) yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut mencakup ciri-ciri demografik, afiliasi kelompok, dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan khalayak (audience need) dapat dikategorikan sebagai kebutuhan-kebutuhan kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial dan

(32)

khalayak (escapist need). Kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipuaskan dengan sumber-sumber kebutuhan seperti keluarga, teman, komunikasi antarpersonal, hobi, tidur, dan obat-obatan.

Model tersebut terutama berkaitan dengan sumber-sumber pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan media, yang mencakup keterpaan media itu sendiri, jenis media yang digunakan, isi media yang diperhatikan, dan konteks sosial dari terpaan media.

B. Media Use/Penggunaan Media

Media use/penggunaan media atau yang dikenal pula dengan istilah media

exposure adalah perilaku seorang audience ketika menggunakan atau terkena terpaan

media massa. Penggunaan media merupakan aktivitas individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan media massa. Media exposure berusaha mencari data

audience (pembaca/pendengar/pemirsa) tentang penggunaan media yang dapat

ditentukan di antaranya dengan mengetahui frekuensi dan durasi penggunaan.20

Frekuensi penggunaan media oleh khalayak diukur dari berapa kali dalam sehari seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian). Untuk program mingguan dihitung berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan. Untuk program bulanan dihitung berapa kali sebulan seseorang menggunakan media dalam satu tahun. Sedangkan untuk durasi penggunaan media diukur dengan menghitung berapa lama seseorang menggunakan

20

Endang S. Sari, Audience Research: pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca,

(33)

media, misalnya berapa jam atau menit khalayak terkena terpaan media tersebut dalam satu hari.21

Teori uses and gratification berasumsi bahwa individu menggunakan media massa secara aktif karena menyadari adanya kebutuhan berdasarkan motif-motif yang terdapat pada dirinya. Namun tidak mengherankan jika individu selektif dalam menggunakan media. Penggunaan media massa secara sadar dan aktif sedikit banyak mempengaruhi tingkat harapan dan kepuasan yang diperoleh dari media massa.

Dalam model uses and gratification yang ditampilkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass, konsep penggunaan media ada empat yaitu: jenis media yang digunakan (type of media), isi media yang diperhatikan (contents ofmedia), keterpaan media itu sendiri (exposure to media), dan konteks sosial dari terpaan media (social context of

media exposure).22

C.Televisi

1. Pengertian dan Sejarah Televisi di Indonesia

Televisi berasal dari dua kata yaitu tele (bahasa Yunani) yang berani jauh, dan

visi atau videre (bahasa Latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi

dengan bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat "lain" melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).23

21

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), Cet. Ke-4, h. 168.

22

Dwinie Karessa, Hubungan Antara Motif dan Tingkat Kepuasan Khalayak Terhadap Situs

www.metrotvnews.com (Survei Terhadap Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik UIN Jakarta),h. 48.

23

(34)

Siaran televisi dapat terwujud karena perpaduan tiga unsur utama yaitu studio televisi, transmisi pemancar, dan pesawat televisi atau pesawat penerima siaran. Ketiga unsur utama inilah yang disebut dengan trilogi televisi. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah organisasi pendukungnya yaitu organisasi penyiaran. Organisasi penyiaran ini terdiri atas administrasi manajemen teknik dan siaran. Televisi yang muncul di masyarakat di awal dekade 1960-an, semakin lama semakin mendominasi komunikasi massa. Sebagai media massa televisi memang memiliki kelebihan dalam penyampaian pesan dibandingkan dengan media massa lain.

Pesan-pesan melalui televisi disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat (aktual) terlebih lagi dalam siaran langsung (live broadcast) dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas.

Alat-alat audio visual (televisi) juga membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Sehingga wajar jika pesan yang disampaikan televisi diterima dan diartikan berbeda-beda oleh pemirsanya tergantung kondisi dan situasinya. Ada yang terhibur dan puasdan ada yang tidak. Seperti yang diungkapkan Wahyudi, televisi tidak dapat memuaskan semua orang pada saat bersamaan yang memiliki latar belakang, usia, pendidikan, statussosial, kepercayaan, paham, golongan yang berbeda-beda. Televisi dapat membuat orang puas, tidak puas, senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya merupakan halwajar karena sifat manusia yang berbeda-beda.24

Di Indonesia, kegiatan penyiaran televisi dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se

24

(35)

Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu pula TVRI menyelenggarakan siaran secara tetap. Sampai awal tahun 1988, TVRI di Indonesia tampil sendirian tanpa ada siaran lain yang menjadi tandingannya. Baru pada pertengahan 1988, tepatnya 18 Agustus 1989, berdiri sebuah stasiun televisi yang dikelola oleh swasta yang bernama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Kehadiran RCTI ini kemudian diikuti pula dengan hadirnya Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990. Pada awalnya, siaran yang dipancarkan oleh kedua stasiun itu hanya dapat dinikmati oleh masyarakat yang berada di Jakarta dan sepemirsarnya (untuk RCTI) dan Surabaya (SCTV). Sedangkan kota-kota lain di Indonesia baru dapat menangkap siaran itu apabila televisi dilengkapi dengan dekoder tertentu atau melalui antena parabola. Namun, awal tahun 1993 baik RCTI maupun SCTV telah mengudara secara nasional yaitu dengan membangun stasiun-stasiun transmisi di beberapa kota besar di Indonesia. Kemudian pada awal tahun 1991, hadir stasiun televisi swasta yang ketiga yaitu Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Stasiun televisi ini langsung mengudara secara nasional dan ditangkap di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, ada sepuluh stasiun televisi swasta nasional yaitu RCTI, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, Global TV, TV One, Trans 7 dan satu televisi milik pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pasca reformasi bangsa Indonesia juga mengenal televisi swasta lokal. Maksudnya adalah televisi swasta yang siarannya terbatas di wilayah tempat izin siarannya dikeluarkan.

(36)

iurannya ditentukan berdasarkan jenis siaran yang ingin ditonton dan ada pula yang memakai sistem interval waktu tertentu.

2. Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi.

3. Karakteristik Televisi a. Mengutamakan Gambar

Kekuatan televisi terletak lebih pada gambar yang didukung oleh narasi atau sebaliknya paparan dari narasi yang diperkuat oleh gambar. Tentu saja gambar yang dimaksud adalah hidup dan membuat televisi lebih menarik dibanding media cetak.

b. Mengutamakan Kecepatan

Jika deadline media cetak 1 x 24 jam, deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik. Televisi mengutamakan kecepatan, bahkan menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai. Berita paling menarik atau menonjol dalam rentan waktu tertentu, pasti akan ditayangkan paling cepat oleh televisi.

c. Bersifat Sekilas

(37)

d. Bersifat Satu Arah

Televisi bersifat satu arah. Pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respon pada berita televisi yang ditayangkan, kecuali pada beberapa program interaktif. Pemirsa hanya punya satu kesempatan memahami berita televisi. Pemirsa tidak bisa meminta presenter membacakan ulang berita televisi. Pemirsa tidak bisa meminta presenter membacakan ulang berita televisi karena pemirsa tersebut belum memahami atau ingin lebih memahami berita tersebut.

e. Daya Jangkau Luas

Televisi memilki daya jangkau luas.Ini berita televisi menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi. Orang buta huruf tidak mungkin membaca berita, tetapi ia bisa mendengarkan berita televisi. Siaran atau berita televisi harus dapat menjangkau rata-rata status social-ekonomi khalayak.25

D. Talkshow

1. Pengertian Talkshow

Talkshow ( USA ) atau Chat Show (Brit) adalah suatu program atau acara

televisi atau radio siaran dimana para audiens datang ke acara tersebut untuk membahas berbagai topik yang diajukan oleh pembawa acara (host ) program tersebut. Kadang, fitur acara utamaatau narasumber ini terdiri dari sekelompok orang yang belajar atau memiliki pengalaman yang banyak dalam kaitannya dengan topik masalah yang sedang dibahas di acara tersebut untuk setiap episode.26

25

Adi Badjuri, Jurnalistik Televisi,(Yogyakarta , Graha Ilmu, 2010) h. 39

26

(38)

Menurut Salma M. Hanun pengertian talkshow adalah suatu sajian sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, olahraga, dan sebagainya.27

Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan televisi NBC, dengan nama acara Tonight Show. Acara talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara ini, Gene Rayburn mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano), Skitch Henderson (pemimpin orkestra), dan juga dengan hadirin.

Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik wawancara

jurnalistik. Wawancara dilakukan ditengah atau disela-sela pertunjukan apakah itu musik, lawak, peragaan busana, dan sebagainya. Jika suatu wawancara diselenggarakan ditengah-tengah show, maka acara ini disebut talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara.28

2. Jenis-Jenis Program Talkshow

a. Program Uraian Pendek atau Pernyataan (The Talk Program)

Program ini ketika penonton menyaksikan acara televisi, pada saat itu muncul seorang presenter (penyaji) menceritakan sesuatu yang menarik. Presenter ini muncul di tengah suatu program feature, di antara sajian acara musik, dan di awal suatu acara sebagai pembukaan atau dalam suatu acara cerita menarik yang disajikan secara

27

Salma M. Hanum, Sukses Meniti Karir Sebagai Presenter,(Yogyakarta, Absolut, 2005) h. 233

28

(39)

khusus. Dalam tahap perencanaan yang harus diperhatikan adalah permasalahan yang diuraikan sedang hangat menjadi bahan pembicaraan umum, sangat penting dan penonton membutuhkan penjelasan mengenai hal itu, uraian juga harus dapat membuat gembira penonton. Saat produksi presenter harus memulai uraian dengan sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahu dari penonton.

b. Program Vox Pop masyarakat

Suatu program yang mengetengahkan pendapat umum tentang suatu masalah. Tahap perencanaan dimulai dari menetapkan tema yang akan dipertanyakan, menetapkan pertanyaan, mencoba pertanyaan ke beberapa teman, memilih reporter yang cukup terlatih, menentukan siapa yang akan diberi pertanyaan. Teknik pelaksanaan, reporter harus menunjukkan sikap ramah, sopan dan simpatik, perkenalkan identitas dan kemukakan keperluan secara jelas. Apabila pribadi itu menyatakan kesediaannya, reporter dapat langsung mulai mengajukan pertanyaan sambil memberi tanda kepada cameraman menyiapkan tombol kamera video.

c. Program Wawancara (interview)

(40)

interaktif, pewawancara harus memberi kesempatan baik kepada penonton di studio televisi, maupun penonton di rumah untuk mengajukan pertanyaan.

d. Program Panel Diskusi

Program talkshow diskusi adalah program pembicaraan tiga orang atau lebih mengenai suatu permasalahan. Dalam program ini masing-masing tokoh yang diundang dapat saling berbicara mengemukakan pendapat dan presenter bertindak sebagai moderator yang terkadang juga melontarkan pendapat atau membagi pembicaraan.29

3. Proses Produksi Program Talkshow a. Pra Produksi

Sebuah program acara berawal dari sebuah ide atau gagasan baik perseorangan atau kelompok (teamwork), yang diteruskan dengan proses tukar pikiran (brainstorming). Baru setelah itu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (adaptasi) agar didapatkan sebuah program yang terstruktur dan rapi, biasanya sudah berupa naskah cerita (skenario) untuk drama atau rundown program acara non-drama dan news.

b. Produksi

Memvisualisasikan konsep naskah atau rundown acara agar dapat dinikmati pemirsa, dimana pada tahap ini sudah melibatkan bagian lain yang bersifat teknis (engineering), karena harus memvisualisasikan gagasan atau ide saat brainstorming maka harus menggunakan peralatan (equipment) dan operator terhadap peralatan yang

29

(41)

dioperasikan atau lebih dikenal denganistilah production service.30

Ada tahapan

produksi ada 3 elemen yang paling mendasar dan menjadi sebuah perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu :

1) Tata Kamera. Beragam angle kamera, seperti Extreme Long Shoot (ELS), Very

LongShoot (VLS), Long Shoot, Full Shoot, Medium Shoot, Medium Close Up,

Close Up, Extreme Close Up.31

2) Tata Cahaya. Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya yaitu key light (sinar utama pada subyek), fill light (untuk mengurangi bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar yang gelap), base light (penyinaran yang menyebar dan rata) dan over exposure (pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan yang lama).32

3) Tata Suara. Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam produksi televisi, karena tata suara mampu mengekspresikan situasi secara jelas juga sebagai pendukung elemen yang lain seperti tata artistik.33

c. Pasca Produksi

Pada tahap pasca produksi merupakan hasil dari semua kegiatan yang telah diproduksi. Dilakukan evaluasi sebagai tahapan akhir dari keseluruhan produksi dan penayangan program. Pasca produksi lebih berorientasi untuk produksi program-program acara yang bersifat tidak langsung (recording), karena untuk siaran langsung biasanya di-direct pada panel switcher oleh Program Director (PD) untuk kemudian di transmisikan secara langsung (live) ke penonton.

30

Ciptono Setyobudi, Teknologi Broadcasting TV, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012) h. 55

(42)

E. Definisi Konseptual 1. Motif

Dalam berbagai penelitian yang menggunakan teori Uses and Gratification, ada berbagai model yang digunakan oleh para peneliti. Namun salah satu variabel terpenting dalam penelitian Uses and Gratification ialah motif. Dalam teori Uses and

Gratifications, motif menjadi sumber penggerak orang berhubungan dengan media,

bukan sebaliknya.34 Motif merupakan sebuah awal atau alasan mengapa seseorang menggunakan media tersebut.

Teori uses and gratifications berakar dari teori hierarki kebutuhan dan motivasi yang digagas oleh Abraham Maslow (1970). Teori hierarki kebutuhan dan motivasi menyatakan bahwa orang akan selalu berupaya aktif untuk memenuhi hierarki kebutuhannya dan orang yang berhasil mencapai satu tingkatan pada hierarki kebutuhan akan berupaya mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Abraham Maslow mengusulkan lima kelompok kebutuhan yang disusun dalam tangga hierarkis, yaitu: aktualisasi diri, penghormatan diri, sosial, keamanan, dan dialogis/fisik.35

Berdasarkan teori umum dari kebutuhan manusia, William J. McGuire (1974) menyatakan versi yang lebih bersifat psikologis dari teori motivasi khalayak. Pertama ia membedakan antara kebutuhan kognitif dan afektif, kemudian menambahkan tiga dimensi lebih lanjut, yaitu: inisiasi aktif versus aktif, orientasi tujuan eksternal versus internal dan orientasi untuk bertumbuh atau untuk stabilitas. Ketika saling terhubung, faktor-faktor ini menghasilkan 16 jenis motivasi berbeda yang diterapkan untuk

34

Haris Sumadiria, Sosiologi Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 96.

35

(43)

penggunaan media. Teori psikologi semacam ini mempunyai sifat alamiah bahwa pengguna media tidak terlalu sadar akan penyebab motivasi yang mendasarinya dalam menggunakan media.36

McQuail (1972) mengidentifikasi beberapa cara untuk mengklasifikasikan kebutuhan dan kepuasan khalayak ke dalam empat kategori:37

1) Pengalihan: melarikan diri dari rutinitas atau masalah sebagai pelepasan emosi. 2) Hubungan personal: pertemanan, kegunaan sosial.

3) Identitas pribadi: rujukan sendiri, eksplorasi realitas, penguatan nilai. 4) Pengawasan: bentuk pencarian informasi.

Menurut penulis, teori hierarki kebutuhan dan motivasi yang digagas oleh Abraham Maslow kurang cocok dijadikan dasar teori penelitian ini karena motif yang diteliti berdasarkan pemenuhan kebutuhan umum manusia, bukan pemenuhan kebutuhan konsumsi media. Begitu juga dengan teori motivasional yang digagas oleh William J. McGuire. Teori tersebut lebih condong meneliti motif dari segi psikologis manusia dibanding motif manusia dalam mengonsumsi media untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam penelitian ini media yang akan diteliti adalah tayangan talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One sebagai tayangan yang menyebarkan informasi kepada khalayak. Oleh sebab itu, motif yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah motif pengkonsumsian media menurut Dennis McQuail. Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:

36

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, h. 175-176.

37

(44)

a. Motif Informasi

a. Dapat mengetahui berbagai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat terdekat.

b. Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai isu atau peristiwa nasional maupun internasional.

c. Dapat mengetahui suatu informasi yang faktual dari berbagai perspektif. d. Dapat memberikan rasa tenang karena informasi yang ditemukan. b. Motif Identitas Pribadi

a. Untuk menemukan nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi khalayak. b. Untuk menambah kepercayaan diri.

c. Dapat mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain dalam media. c. Motif Interaksi dan Integrasi Sosial

a. Menonton talkshow untuk memperoleh bahan obrolan dengan orang lain. b. Dapat menjalankan peran di lingkungan sosial.

c. Keinginan untuk dekat dengan orang lain.

d. Ingin memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial. d. Motif Hiburan

a. Ingin bersantai dan mengisi waktu luang. b. Ingin mendapat hiburan dan kesenangan.38

Responden akan diberikan pertanyaan yang terkait dengan indikator kebutuhan. Tingkat gratification sought diukur dengan menggunakan lima skala yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

38

(45)

2. Gratification Sought (GS)

Motivasi atau alasan seseorang menggunakan media. Motivasi dipandang sebagai gratification sought karena seseorang menggunakan media karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

Ada lima kelompok jenis kebutuhan yang diuraikan dalam pertanyaan.Kelima kelompok kebutuhan itu adalah :

a. Cognitive needs :

Ingin mengetahui beberapa peristiwa dan kondisi yang berkitan dengan lingkungan masyarakat, ingin mencari bimbingan dan pendapat yang menyangkut berbagai masalah dan ingin memperoleh pengetahuan lebih mengenai sesuatu hal.

b. Affective needs :

Ingin menemukan penunjang nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi penonton itu sendiri, ingin mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai laindalam media, dan ingin memperoleh nilai lebih sebagai penonton.

c. Personal integrative needs :

Memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas dan status.

d. Social integrative needs:

Ingin memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial, ingin menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain disekitarnya, keinginan untuk dekat dengan orang lain, dan keinginan untuk dihargai orang lain.

e. Tension release needs :

(46)

Kepada responden akan diberikan ke pertanyaan tersebut yang merupakan indikator dari masing-masing dimensi kebutuhan diatas. Tingkat gratification sought akan diukur dengan 5 skala, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Pernyataan ini menunjukan seberapa tinggi derajat kepentingan satu jenis kebutuhan yang ditanyakan responden. Sangat setuju berarti jenis kebutuhan ini sangat dicari oleh responden dari kegiatannya menggunakan media massa. Demikian juga kebalikannya, sangat tidak setuju berarti jenis kebutuhan ini sangat tidak dicari oleh responden dalam menggunakan media massa.39

3. Kepuasan

Kepuasan merupakan selisih antara apa yang diharapkan dengan apa yang didapatkan. Jika ternyata khalayak mendapatkan manfaat lebih banyak dibandingkan dengan apa yang dia harapkan, maka akan timbul kepuasan. Namun sebaliknya, jika apa yang diekspektasikan oleh khalayak tak didapatkannya atau kurang dari apa yang diharapkannya, maka kepuasan tidak akan tercapai. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Philip Palmgreen, ia memfokuskan pada motif sebagai variabel independen yang memengaruhi penggunaan media. Namun, Palmgreen juga menanyakan apakah motif-motif tersebut telah dapat dipenuhi oleh media. Dengan kata lain apakah khalayak sudah puas setelah menggunakan media tertentu. Konsep mengukur kepuasan ini disebut Gratification Sought (GS) dan Gratification Obtained (GO).40

39

Nadia Pratama Kusuma Wardani, Motif dan Kepuasan Penonton Program Ramadhan di

Televisi Nasional (Skripsi S1 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, Ciputat. 2015

40

(47)

Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan individu

ketika mengonsumsi suatu jenis media tertentu (radio, TV, koran). Gratification sought dapat disebut sebagai motif yang mendorong seseorang mengonsumsi media. Sedangkan gratification obtained adalah kepuasan nyata yang diperoleh seseorang setelah mengkonsumsi suatu jenis media tertentu.41

Oleh karena itu, kepuasan terjadi saat individu merasa gratification sought yang dimilikinya sudah terpenuhi (obtained) oleh perilaku atau cara individu tersebut menggunakan media. Poin penting dalam teori ini adalah bahwa kepuasan atas motivasi pengguna akan berpengaruh positif terhadap penggunaan terhadap media (terutama internet) di masa selanjutnya (Papacharissi & Rubin, 2006), atau dengan kata lain, jika individu merasa puas, dia akan terus menggunakan media tersebut untuk terus mencapai motif yang dimilikinya. Jika sebuah medium tidak berhasil untuk memuaskan motif tertentu, maka individu akan cenderung mencari alternatif media lain atau memilih tidak menggunakan media tersebut.42

Penggunaan konsep-konsep baru ini memunculkan teori yang merupakan varian dari teori uses and gratifications, yaitu teori expectancy values (nilai pengharapan). Menurut teori ini, orang mengarahkan diri pada media berdasarkan pada kepercayaan (belief) dan evaluasi (evaluation) mereka tentang media tersebut. Teori ini mengkaji tentang komunikasi massa yang meneliti pengaruh penggunaan media oleh pemirsanya dilihat dari kepentingan penggunanya. Teori ini mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap segmen-segmen media ditentukan oleh nilai yang mereka

41

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 206.

42

Rosengren, K. E., & Windahl, S. Mass media consumption as a functional.In D.McQuail,

(48)

anut dan evaluasi mereka tentang media tersebut. Dengan kata lain menurut Palmgreen, gratification sought dibentuk dari kepercayaan seseorang mengenai apa yang media dapat berikan dan evaluasi seseorang mengenai isi media. Sedangkan

gratification obtained mempertanyakan hal-hal yang khusus mengenai apa saja yang

telah diperoleh setelah menggunakan media.43

4. Gratification Obtained (GO)

Gratification Obtained (GO) mempertanyakan hal-hal khusus mengenai apa

saja yang telah diperoleh setelah menggunakan media. Dalam bahasa sederhana dijelaskan bahwa GO adalah kepuasan yang diperoleh khalayak setelahmenggunakan media.44 GO bisa saja berbeda dari apa yang diharapkan oleh khalayak. Penelitian ini mengkhususkan penilai kepuasan yang lebih ditekankan pada kepuasan setelah menggunakan media. GO antara media satu dengan yang lainnya mungkin akan berbeda.

Dalam hal ini, peneliti mengukur GS dan GO untuk mengetahui kepuasaan khalayak berdasarkan kesenjangan antara GS dengan GO. Dengan kata lain, kesenjangan kepuasaan (discrepancy gratification) adalah perbedaan perolehan kepuasaan yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil kesenjangannya, semakin puas individu dalam menggunakan media tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai kesenjangan antara GS dan GO maka semakin tidak puas individu dalam menggunakan media.45

Indikator terjadinya kesenjangan kepuasaan atau tidak adalah sebagai berikut:

43

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 207.

44

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 207.

45

(49)

1. Jika mean skor (rata-rata skor) GS lebih besar dari mean skor GO (mean skor GS >

mean skor GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh

lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Media tidak memuaskan khalayaknya.

2. Jika mean skor GS sama dengan mean skor GO (GS=GO), maka tidak terjadi kesenjangan kepuasaan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi namun biasa-biasa saja (balance).

3. Jika mean skor GS lebih kecil dari mean skor GO (GS < GO), maka terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa media tersebut memuaskan khalayaknya.

Semakin besar kesenjangan mean skor (GS > GO) yang terjadi, maka makin tidak memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Sebaliknya semakin kecil kesenjangan mean skor (GS < GO) yang terjadi, maka makin memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. 46

46

(50)

F. Kerangka Pemikiran

Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran

(Sumber : Hasil Pengolahan Data Peneliti)

Audien memiliki motif sebelum menonton program Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One yang ingin terpenuhi kepuasannya, hal ini dinamakan Gratification

Sought. Selanjutnya dengan tingkat penggunaan media oleh responden terhadap

program Indonesia Lawyers Club (ILC), mereka akan memperoleh pemuasan Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN Veteran Jakarta Angkatan 2013-2014

(51)

kebutuhan dari motif yang mereka miliki. Tingkat kepuasan yang diperoleh responden setelah mengonsumsi program tersebut disebut dengan Gratification Obtained.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat disimpulkan hipotesis yang akan dibuktikan lebih lanjut melalui penelitian ini. Hipotesis adalah kesimpulan yang belum final, dalam arti harus diuji kebenarannya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat kesenjangan antara gratification sought dan gratification obtained penonton terhadap talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC).

(52)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Paradigma Penelitian

Riset kuantitatif adalah riset yang menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Berbeda dengan riset kualitatif yang mementingkan kedalaman data, riset kuantitatif lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap mewakili seluruh populasi.47 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik melalui angka-angka.48

Dalam paradigma kuantitatif, gagasan-gagasan positivisme dianggap sebagai akar paradigma tersebut. Pandangan positivisme ini begitu kuat mengklaim bahwa ilmu (sains) adalah ilmu pengetahuan yang nyata dan positivistik, sehingga ilmu pengetahuan yang tidak positivistik bukanlah ilmu (sains).49 Paradigma positivis

menjadi pilihan dalam melakukan penelitian ini dikarenakan hubungan kausal yang disebabkan oleh variabel yang hendak diteliti. Kesimpulannya, paradigma ini memandang suatu fenomena yang jika diteliti pada tempat dan waktu yang berbeda

47

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 57-58.

48

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 31.

49

(53)

hasilnya akan sama. Oleh sebab itu peneliti menggunakan paradigma postivis dalam penelitian ini.

Dalam penelitian kuantitatif penulis harus menjaga sifat objektif, maka dalam melakukan analisis data penulis tidak boleh mengikutsertakan analisis interpretasi yang bersifat objektif. Oleh karena itu digunakan uji statistik untuk menganalisis data. Ditinjau dari keinginan penulis untuk meneliti mengenai motif dan tingkat kepuasan khalayak dengan menggunakan teori uses and gratification, data yang dibutuhkan berasal dari pendapat perorangan. Data ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang disebar kepada khalayak penonton Indonesia Lawyers Club (ILC). Berdasarkan definisi di atas, penulis menggunakan penelitian metode kuantitatif untuk mendapatkan data yang merupakan representasi dari seluruh populasi. Selain itu, peneliti juga ingin menguji hipotesis apakah terdapat kesenjangan antara motif dan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh khalayak. Secara umum riset kuantitatif mempunyai ciri-ciri.50

1. Hubungan riset dengan subjek jauh. Periset harus menganggap bahwa realitas terpisah dan tidak ada sangkut paut dengan dirinya, karena itu harus ada jarak agar objektif. 2. Riset bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau menolak teori. 3. Riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu sampelnya diharapkan dapat

benar-benar mewakili populasi serta operasionalisasi konsep dan alat ukur yang valid dan

reliable (dapat dipertanggungjawabkan).

4. Penelitian berangkat dari landasan teori. Teori inilah yang nantinya akan dibuktikan dengan data di lapangan.

50

(54)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412, Telp: (021) 7402982 dan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik (FISIP) UPN Veteran Jakarta yang berada di Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12450. Penulis melakukan penelitian pada bulan Agustus - Januari 2016-2017.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian survei merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur disebut kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-variabel, berhubungan diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman dan pendapat dari responden. Metode survei biasanya digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data (kuesioner, test, wawancara, dan sebagainya), perlakuan yang diberikan tidak sama pada eksperimen.51

Dalam penelitian survei, peneliti lebih dahulu akan merumuskan pemahaman teoritis atas masalah yang hendak diteliti. Baru kemudian mengumpulkan data untuk

51

(55)

mencari dukungan empiris bagi teorinya. Proses penelitian survei dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, kemudian analisis dan interpretasi.52

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesis, atau membuat prediksi.53

Jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu54

.

Jenis penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk menggambarkan kepuasan terhadap khalayak penonton talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC). Kepuasan ini diukur dengan melihat kesenjangan skor antara kepuasan yang diharapkan dengan kepuasan yang diperoleh setelah menonton talkshow Indonesia Lawyers Club (ILC).

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan memperoleh data dari buku-buku, artikel dari website, dan dokumen penting yang relevan dengan materi atau objek yang diteliti sehingga dapat mendukung data dalam penelitian ini.55

52

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:LP3ES, 2011), h. 23.

53

Jalaluddin Rakhmat,Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h.24.

54

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi), h. 69.

55

Gambar

Gambar 4.2 Logo Indonesia Lawyers Club
     Tabel 3.1 Gambaran Populasi Mahasiswa Jurnalistik FIDIK UIN Jakarta  dan FISIP UPN
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepuasan
Tabel 4.1 Struktur Organisasi TV One
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kegiatan dengan pendekatan bottom-up ini akan menjadikan masyarakat untuk ikut peduli terhadap pembudidayaan ikan dengan menggunakan teknologi sampai dengan

SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta suda h menggunakan sistem komputer, mereka belum memanfaatkan secara optimal yaitu hanya berkaitan dengan pengetikan surat menyurat atau

Sesuai dengan tahapan Pengadaan Konstruksi pada Pekerjaan Rehab Berat 4 (empat) Ruang Kelas SD Babakan Hurip Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang Tahun Anggaran

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena atas berkat dan karunia- Nya skripsi dengan judul “ Pengaruh Opini Audit Modifikasian (Going Concern),

[r]

orang lain atau objek lain yang dapat dilakukan dalam bentuk.. menyerang fisik, menyerang dengan benda, menyerang secara verbal. simbolis dan mengambil hak milik orang lain

Karena yang melakukan penilaian terhadap penampakan hilal adalah mata manusia, maka pandangan manusia tidak boleh terhalangi oleh komponen alat optik...