ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY M ARTHIRITIS GOUT DENGAN DIAGNOSA KEPERWATAN DEFISIENSI
PENGETAHUAN DESA WATU LUMBUNG KECAMATAN LUMBANG
PASURUAN
OLEH :
NAMA : DEFI SILATURROHMI NISAUL KHOIRO NIM : 1801019
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2021
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY M ARTHIRITIS GOUT DENGAN DIAGNOSA KEPERWATAN DEFISIENSI
PENGETAHUAN DESA WATU LUMBUNG KECAMATAN LUMBANG
PASURUAN
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di politeknik Kesehatan Kerta
Cendekia Sidoarjo
OLEH :
NAMA : DEFI SILATURROHMI NISAUL KHOIRO NIM : 1801019
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO
2021
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang Bertanda Tangan Di Bawah ini:
Nama : DEFI SILATURROHMI NISAUL KHOIRO
NIM 1801019
Tempat, Tanggal Lahir : Pasuruan, 28 Desember 1999
Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Menyatakan Bahwa Karya Tulis Ilmiah Berjudul: “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA ARTHIRITIS GOUT DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIENSI PENGETAHUAN DI DESA WATU LUMBUNG KECAMATAN LUMBANG KABUPATEN PASURUAN ” Adalah Bukan Karya Tulis Ilmiah Orang Lain Baik Sebagian Maupun Keseluruhan, Kecuali Dalam Bentuk Kutipan Yang Telah Di Sebutkan Sumbernya.
Demikian Surat Pernyataan Ini Saya Buat Dengan Sebenar Benarnya Dan Apabila Pernyataan Ini Tidak Benar, Saya Bersedia Mendapat Sanksi.
Sidoarjo,5 Januari 2021 Yang Menyatakan,
Defi Silaturrohmi Nisaul Khoiro NIM : 1801019
Pembimbing 1
Mengetahui,
Pembimbing 2
Reismiyatiningdiah S,Kep, Ns,M. Kes NIDN. 0725027901
Ns. Dini Prastyo Wijayanti,S.Kep, M.Kep.
NIDN. 0704068901
iii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nama : DEFI SILATURROHMI NISAUL KHOIRO
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA ARTHIRITIS GOUT
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIENSI
PENGETAHUAN DI DESA WATULUMBUNG KECAMATAN LUMBANG KABUPATEN PASURUAN
Telah Di Setujui Untuk Diujikan Dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Pada Tanggal: 23 - 03 - 2021
Oleh:
Pembimbing 1
Reismiyatiningdiah S,Kep, Ns,M. Kes NIDN. 0725027901
Pembimbing 2
Ns. Dini Prastyo Wijayanti,S.Kep, M.Kep.
NIDN. 0704068901
Mengetahui, Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN. 0703087801
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada siding di program D3 keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendeki Sidoarjo
Tanggal : 23 maret 2021
TIM PENGUJI
Tanda tangan Ketua : Meli Diana, S.Kep. M.Kes (… ... ) Anggota : 1. Ns. Dini Prasetyo Wijayanti,S.Kep.M.Ke (… ... )
2. N.Riesmiyatiningdyah,S.Kep.M.Kes (… ... )
Mengetahui, Direktur
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes NIDN. 0703087801
v
MOTTO PERSEMBAHAN
Tiada yang maha pengasih dan penyayang selain engkau ya Alloh Syukur Alhamdulllah berkat rahmat dan hidayahmu ya Alloh, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini . Karya Tulis Ilmiah ini alasan saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua tersayang , dan keluarga besarku terimah kasih yang tak terhingga atas semua dukungan , doa, dan selamat dan selama menempuh pendidikan di Politekni Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
2. Kepada kedua dosen pembimbing ibu Riesmiatiningdyah, S.Kep.M.Kes dan ibu Ns Dini Prasetyo Wijianti,S.Kep.M.Kes terimah kasih atas bimbingan , doa dan motivasinya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar tanpa halangan apapun.
3. Terimah kasih untuk dosen dan staf POLITEKNIK KESEHATA KERTA CENDEKIA SISDOARJO yang telah memberi saya banyak ilmu yang bermanfaat untuk kedepannya dan memberi banyak pengalaman yang tak terlupa selama saya menempuh pendidikan dikampus kita ini.
4. Kepada seluruh teman-teman di POLITEKNI KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO , terimah kasih atas semangat, dukungan, doa, serta motivasinya selama ini untuk senantiasa mengingatkanku kedalam hal kebaikan yang selalu ada dalam suka dan duka. Terimak kasih banyak atas pengertiannya dan kesabaran kalian menghadapi segala sifat dan sikapku selama ini.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT Yang Telah Melimpahkan Rahmat, Taufik Serta Hidayah-Nya, Sehingga Dapat Menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Arthiritis Gout Dengan Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan Di Desa Watu Lumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan ” Ini Dengan Tepat Waktu Sebagai Persyaratan Akademik Dalam Menyelesaikan Program D3 Keperawatan Politeknik Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah Ini Tidak Terlepas Dari Bantuan Dan Bimbingan Berbagi Pihak, Untuk Itu Kami Mengucapkan Banyak Terima Kasih Kepada:
1. Allah SWT telah Memberikan Kemudahan, Kesehatan Dan Memberikan Kesabaran Untuk Mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Orang Tua Tercinta Yang Selalu Mendukung Dan Mendoakan Sehingga Semua Bisa Berjalan Lancar.
3. Direktur Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes Selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia. Yang Dengan Penuh Perhatian Telah Meluangkan Kesempatan Dalam Memberikan Arahan Dan Bimbingan Kepada Penulis Dalam Menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.
4. Reismiyatiningdiah S,Kep, Ns,M. Kes. Selaku Pembimbing I.
5. Ns. Dini Prastyo Wijayanti,S.Kep, M.Kep. Selaku Pembimbing II.
6. Sahabat Dan Teman Seperjuangan Yang Saling Mendukung.
7. Pihak – Pihak Yang Turut Berjasa Dalam Penyusunan Proposal Ini Yang Tidak Bisa Disebutkan Satu Persatu.
Penulis Sadar Bahwa Proposal Ini Belum Mencapai Kesempurnaan, Sebagai Bekal Perbaikan, Penulis Akan Berterima Kasih Apabila Para Pembaca Berkenan Memberikan Masukan, Baik Dalam Bentuk Kritikan Maupun Saran Demi Kesempurnaan Proposal Ini
Sidoarjo, 2021
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ... i
Lembar Judul ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Metode Penulisan ... 4
1.5.1 Metode ... 4
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5
1.5.3 Sumber Data ... 6
1.5.4 Studi Kepustakaan ... 7
1.6 Sistematika Penulisan ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 2.1 Konsep Penyakit ... 9
2.2 Konsep Penderita ... 19
2.3 Konsep Hospitalisasi ... 20
2.4 Konsep Solusi ... 21
2.5 Konsep Masalah yang Berkaitan dengan Penderita ... 21
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan ... 22
2.6.1 Pengkajian ... 22
2.6.2 Diagnosa Keperawatan ... 31
2.6.3 Perencanaan... 32
2.6.4 Pelaksanaan ... 37
2.6.5 Evaluasi ... 37
2.7 Kerangka Masalah ... 38
viii
BAB 3 TINJAUAN KASUS ...
3.1 Pengkajian... 39
3.2 Analisa Data ... 52
3.3 Diagnosa Keperawatan sesuai dengan Prioritas Masalah ... 58
3.4 Rencana Keperawatan ... 54
3.5 Tindakan Keperawatan ... 59
3.6 Catatan Perkembangan ... 65
3.7 Evaluasi... 66
BAB 4 PEMBAHASAN ... 4.1 Pengkajian... 67
4.2 Diagnosa Keperawatan ... 81
4.3 Perencanaan ... 82
4.4 Pelaksanaan... 82
4.5 Evaluasi... 83
BAB 5 PENUTUP ... 5.1 Simpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA... 87
LAMPIRAN ... 88
ix
Tabel 2.1 Tabel Intervensi ... 35
Tabel 3.1 Tabel Indeks Katz ... 46
Tabel 3.2 Tabel Barthel Indeks ... 49
Tabel 3.3 Tabel SPMSQ ... 50
Tabel 3.4 Tabel Analisa Data ... 53
Tabel 3.5 Tabel Intervensi Keperawatan ... 61
Tabel 3.6 Tabel Implementasi Keperawatan ... 63
Tabel 3.7 Tabel Catatan Perkembangan... 64
Tabel 3.8 Tabel Evaluasi Keperawatan ... 65
x
Gambar 2.1 Kerangka Masalah ... 37 Gambar 3.1 Genogram ... 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran Lembar Informed Consent ... I
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa nyeri di daerah persendian sekarang ini bukan hanya dirasakan pada masyarakat yang usia lanjut saja tetapi para remaja dan dewasa juga banyak ngelu adanya tentang rasanyeri dan linu-linu pada persendian. Penuakit asam urat sebenarnya udah lama ada hanya saja masyarakat yang belum banyak mengetahuinya.
Oleh karna itu masyarakat perlu untuk mengetahui tentang penyakit. Penyakit gout tentang atau kelebihan asam urat belum sepenuhnya dapat di pahami oleh masyarakat.
Semua itu dapat dilihat dar imasyarakat yang sering sekali menyimpulkan bahwa rasa linu dan rasa nyeri pada tubuh yang dirasakan oleh masyarakat tersebut tidak bisa secara langsung dapat dikatakan bahwa itu adalah penyakit asam urat. Semua itu bias saja hanya gejalah-gejalah atau tanda-tanda penyakit asam urat. Bahkan bias jadi semua itu bukan penyakit asam urat. Masyarakat dapat dikatakan terkena atau tidaknya penyakit gout atau kelebihan asam urat dapat dilihat dari hasil pemeriksaan pada laboratorim di Puskesmas atau di Rumah Sakit. Hasil pemeriksaan laboratorium inilah dapat dilihat bahwa masyarakat terkena atau tidaknya penyakit gout atau kelebihan asam urat (Sufrianti, 2016).
WHO memperkirakan sekitar 355.000.000 orang akan mengidap penyakit Gout (Apriana et,al 2018). Angka kejadian Gout Arthiritis juga tergolong tinggi di Indonesia . WHO mengungkapkan prevelensi pengidap Gout Arthiritis di Indonesia
1
mencapai 81% sehingga Indonesia masuk dalam urutan tertinggi dengsn penderita Gout Arthiritis di asia. Di asia tenggara prevelensi Hiperuresemia dan Gout mencapai 13-25% dalam 10 tahun terakhir (Novianti et al, 2019). Pengidap penyakit Gout memiliki kurva kejadian yang naik setiap tahun. Angka kejadian nasional Hiperuresemia Adalah 30,3%. Kejadian Gout Arthiritis di provinsi Jawa Timur yaitu laiki-laki24,3% adapun pada perempuan 11,7% (Afnuazi, 2019). Jumlah lansia yang mengalami Gout Arthiritis di kabupaten pasuruan tahun 2014 sebesar 23,3% dari jumlah lansia yang ada di kabupaten pasuruan (Novianti, et al, 2019).
Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang.
Prevelensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan diatas 34 tahun sebesar 68% menurut Word Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81% penderita asam urat di Indonesia hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71% cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Penyakit asam urat di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdes) tahun 2013 sebesar 11,9% berdasarkan tenaga kesehatan dan 24,7%
berdasarkan diagnosis atau gejalah. Sedangkan kasus Gout Arthiritis yang di derita oleh gerontik di Desa Watulumbung sebanyak 15 orang. Data yang di ambil pada januari 2020.
Faktor yang berperan dalam mekanisme penyakit Gout Arthiritis yaitu, faktor genetic, produksi asam urat yang berlebihan, dan kurangnya pengeluaran asam urat.
Dari faktor tersebut menyebabkan gangguan metabolism purin dalam tubuh, sehingga keadaan purin dalm darh meningkat (hiperuresemia). Peran ginjal sangan penting
dalam hal ini, yaitu untuk menstabilkan kadar asam urat berlebihan maka ginjal tidak maka ginjal tidak sanggup mengaturnya. Respon inflamasi terjadi apabila Kristal asam urat mengedap dalam sendi yang menimbulkan serangan Gout Arthiritis.
Dengan serangan yang berulang-ulang penumpukan Kristal monosodium urat yang dinamakan topus akan mengendap dibagian perifer tuuh ibu jari kaki, tangan, dan telinga (Sutrani,2011). Pada Kristal monosodium urat di temukan imunokglobulin (igG). IgG akan meningkatkan fagositosis Kristal dengan demikian akan memperlihatkan aktifitas imunoligik. Akhirnya, kelebihan Kristal asam urat tersebut menumpuk pada sendi dan jaringa, maka menyebabkan persendian akan terasa nyeri dan bengkak saat penyakit ini menyerang.
Promotif : memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian tanda dan gejalah komplikasi serta pencegahan. Preventif : dengan menghindari makanan yang mengandung purin dan jika nyeri sudah kambuh kompres dengan menggunakan air dingin . Peran kuratif: dengan menggunakan obat untuk penderita asam urat misalnya allopurinol. Peran rehabilitative yaitu pemulihan dengan cara melakukan pengescekan kadar asam urat secara rutin difasilitas kesehatan.
1.2 Rumusan masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini Arthiritis Gout maka penulis akan melakukan pengkajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan hipertensi dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut:” bagaimanakah Asuhan
keperawtan pada lansia Ny M dengan masalah asam urat pada diagnosa medis Arthiritis Gout Desa Watulumbung Lumbang Pasuruan. ?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum
Tujuan Umum Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengkaji Lansia Dengan Diagnose Arthiris Gout/Asam Urat Di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.2 Merumuskan Diagnosa Pada Lansia Dengan Diagnose Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.3 Merencanakan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnose Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa
Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten
Pasuruan.
1.3.2.4 Melakukan Tindakan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnose Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa
Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.5 Mengevaluasi Pada Lansia Dengan Diagnose Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.3.2.6 Mengdokumentasikan Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diagnose Arthiritis Gout/Asam Urat Di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.
1.4 Manfaat Penelitian.
Bagian ini berisi uraian manfaat penelitian tentang Gout Arthiritis, yang sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat di manfaatkan oleh ilmu lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ilmu teknologi terutama di bidang kesehatan
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh :
1.4.1 Bagi institusi pendidikan, sebagai masukan untuk menyusun kebijakan 1.4.2 Bagi instansi terkait
1.4.3 Bagi responden, misalnya dapat diterapkan oleh keluarga atau sebagai bahan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
1.4.4 Bagi ilmu keperawatan di fokuskan pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan, perkembangan IPTEK dan untuk perkembangan profesi keperawatan
1.4.5 Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sallah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan dengan klien kasus Gout Arthiritis
1.5 Metode Penulisan 1.5.1 Metode Penelitian
Metode Deskriptif Yaitu Metode yang Sifatnya Mengungkapkan Peristiwa Atau Gejala Yang Terjadi Pada Waktu Sekarang yang Meliputi Studi Kepustakaan Yang Mempelajari, Mengumpulkan, Membahas Data dengan Studi Pendekatan Proses Pendekatan Keperawatan dengan Langkah-langkah Pengkajian, Diagnosis, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi
1.5.1.1 Wawancara
Data Di Ambil Atau Di Peroleh Melalui Percakapan Baik Dengan Pasien, Keluarga Maupun Tim Kesehatan Lainya
1.5.1.2 Observasi
Data Yang Di Ambil Melalui Pengamatan Kepada Pasien . 1.5.1.3 Pemeriksaan
Meliputi Pemeriksaan Fisik Dan Laboraturium Yang dapat Menunjang Menegakkan Diagnosa Dan Penangganya Selanjutnya.
1.5.2 Sumber Data
1.5.2.1 Data Primer\
Data Primer Adalah Data Yang Di Peroleh Dari Pasien . 1.5.2.2 Data Skunder
Data Skunder Adalah Data Yang Di Peroleh Dari Keluarga Atau Orang Terdekat Pasien, Catatan Medis Perawat, Hasil Hasil Pemeriksaan Dan Tim Kesehatan Lain.
1.5.3 Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan Yaitu Mempelajari Buku Sumber Yang Berhubungan Dengan Judul Studi Kasus Dan Masalah Yang Di Bahas
1.6 Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan merupakan urutan bagan penulisan dalam studi kasus yang dimulai dari bagan awal sampai dengan akhir.
1.6.1 Bagian Awal, Memuat Halaman Judul, Perstujuan Pembimbing, Pengesahan, Motto Dan Persembahaan, Kata Pengantar, Daftar Isi.
1.6.2 Bagian Tengah, Bagian ini adalahn Bagian Inti Yang Masing Masing Terdiri Dari Sub Bab Berikut Ini :
- Bab 1 : Pendahuluan, Berisi Latar Belakang masalah, Tempat, Tujuan, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan Studi Kasus.
- Bab 2 : Tinjauan Pustaka, Berisi Tentang Konsep Penyakit Dari Sudut Medis Dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diagnose Gout Arthiritis Serta Kerangka Masalah.
- Bab 3 : Tinjauan Kasus, Berisi Tentang Diskripsi Data Hasil Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan Dan Evaluasi.
- Bab 4 : Pembahasan, Berisi Tentang Pengkajian, Indeks Katz, Bartel Indeks, Pengkajian Status Mental, Analisa Data, Format Skoring, Intervensi,Implementasi, Catatan Perkembangan, dan evaluasi - Bab 5 : Penutup, Berisi Tentang Simpulan, dan Saran
1.6.3 Bagian Akhir, Memuat Kesimpulan dan Saran serta Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan pasien Arthiritis Gout/ Asam Urat. Konsep penyakit diuraikan dalam definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Asuhan keperawatan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada Arthiritis Gout/ Asam Urat dengan melakukan proses asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.1.1 Pengertian
Gout arthiritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering di temukan yang di tandai dengan penumpukan Kristal monosodium urat dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari metabolism purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal urat adalah hiperuresemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap asam urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh. Penyakit gout arthiritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan kristal monosodium urat secara mikroskopis maupun makroskopis berupa tofi ( zahra, 2013).
9
Gout arthiritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian dan di dalam organ lainnya ( susanto, 2013 ).
Jadi, dari definisi diatas maka gout arthiritis merupakan penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh tingginya asam kadar urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam maupun di sekitar persendian berupa tofi.
2.1.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya gout arthiritis di sebabkan oleh factor primer dan faktor sekunder, fakor primer 99% nya belum diketahiu ( idiopatik ).
Namun, diduga dengan berkaitan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat meningkatkan produksi asam urat atau bias juga disebabkan oleh pengeluaran asam urat dari tubuh . Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan asam urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang gout arthiritis adalah pria sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Gout arthiritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama berusia 40-50 tahun ( susanto, 2013 ).
Menurut fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi gout arthiritis adalah :
2.1.2.1 Usia
Pada umumnya serangan gout arthiritis yang bterjadi pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga usi 40-50 tahun, sedangkan pada wanita dengan serangan gout arthiritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat menopuose. Karena wanita memiliki hormone estrogen, hormone inilah yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat terkontrol.
2.1.2.2 Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab wanita memiliki hormon estrogen.
2.1.2.3 Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.
2.1.2.4 Konsumsi alkohol 2.1.2.5 Obat-obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah ( kurang dari 2-3 g/hari ) dan sejumlah obat diuretic, serta antihipertensi.
1.1.3 Manifestasi klinis
Terdapat empat stadium klinis gout arthiritis yang tidak di obati ( nurarif, 2015 ) diantaranya :
1.1.3.1 Stadium pertama adalah hiperuresemia asimtomatik.. Pada stadium ini asam urat serum meningkat dan tanpa gejalah selain dalam peningkatan asam urat serum.
1.1.3.2 Stadium kedua gout arthiritis akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsophalangeal
1.1.3.3 Stadium ketiga setelah serang gout arthiritis akut adalah tahap interkritikal.
Tidak terdapat gejalah-gejalah tahap ini, yang dapat berlangsung beberapa bulan berlangsung. Kebanyakan oranmg mengalami serangan gout arthiritis berulang waktu kurang dari sartu tahu jika tidak di obati.
1.1.3.4 Stadium ke empat adalah tahap gout arthiritis, dengan timbunan asam urat yang terus meluap selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronis akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.
2.1.4 Patofisologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme seragan gout arthiritis. Salah satunya yang telah diketahiu peran nya adalah konsentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout arthiritis akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendom, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan di bungkus oleh berbagai macam protein. Pembungkusan
dengan igg akan mearngsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
Pembwntukan kristal akan membentukkan faktor kemoktaksis yang menimbulkan respon leukosit pmn dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit ( nurarif, 2015 ).
Kristal difagositosis oelh leukosit akan membentuk fagolisosom dan akhirnya membrane vakuala disekelilingi oleh kristal dan membrane leukositik lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzi-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan ( nurarif, 2015 ).
2.1.5 Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016). Klasifikasi penyakit Gout Arthiritis dibagi menjadi dua, berdasarkan factor yang mempengaruhinya, yaitu :
2.1.5.1 Gout Arthiritis Perimer
Dipengaruhi oleh factor genetic yang menimbulkan produksi asam urat yan berlebihan (hiperurisemia).
2.1.5.2 Gout Arthiritis Sekunder
1. Penurunana eksresi asam urat disebabkan karena penyakit lain, yaitu obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, jantung coroner, dislipedimia dan gangguan ginjal.
2. Penurunan eksresi asam urat disebabkan karena menggunakan obat- obatan, seperti : aspirin, tiazid, salisiat, diuretic, dan sulfonamide.
2.1.6 Komplikasi
Menurut rotschild (2013), komplikasi dari gout arthirits meliputi sefere degenerative atrhiritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, rotease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sonivitis kronis, dekstruksikartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan interleukin negarif 1, merangsang sintesis mitric oxide dan matricks metaloproteinaase yang nantinya menyebabkan kontruksi kaertilago.
Kristal monosodium urat mengaktifasi osteoblast sehingga mengeluarkan sitosin dan menurunkan fungsi anabolic yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta articular tulang.
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Nararif ( 2015 ) penanganan Gout Arthiritis biasanya dibagi menjadi serangan akut dan penanganan serangan kronis. Ada tiga tahapan dalam terapi penyakit ini :
2.1.7.1 Mengatasi serangan Goyut Arthiritis akut.
2.1.7.2 Mengurangi kadara asam urat untuk mencegah penimbunan Kristal urat pada jaringan, terutama persediaan.
2.1.7.3 Terapi mencegah menggunakan terapi hipourisemik.
2.1.4.1. Terapi Non Farmakologi
Terapi Non-farmakologi merupakan stategi esensial dalam penanganan Gout Arthiritis, seperti istirahat yang cukup, menggunalkan kompres hangan, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol hdan menurunkan berat badan .
2.1.4.2. Terapi Farmakologi
Penangan gout arthiritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan serang kronis.
1. Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dan pemberian nsaid, misalnya indometasin 200 mg/hari atau diklofenat 150 mg/hari, merupakan terapilini pertama dalam menangani serangan gout arthiritis akut, asalkan tidak ada kontra indikasi terhadap nsaid. Aspirin harus dihindari karena eksresi aspirin berkompitisi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout arthiritis akut.
Keputusan memilih nsaid atau kolkisin tergantung pada keadaan ini, misalnuya adanya penyakit penyerta lain atau komorbit, obat lain juga diberikan klien pada saat yang sama pada ginjal.
Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan urikosurik seperti probenesit dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan akut ( nurarif, 2015 ).
Obat yang diberikan serangan akut antara lain :
1) Nsaid, nsaid merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang mengalami serangan gout arthiritis akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada nsaid yang dipilih melainkan seberapa cepat terapi nsaid mulai diberikan. Nsaid harus diberikan dengan dosis sepenuhnya
(fuldose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin bnyak diresepkan untunk serangan akut gout arthiritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari. Dosis ini diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan meredahnya gejalah serangan akut. Efek samping indometasin antara lain pusing dan gangguan dan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan. Nsaid lain yang umum digunakan untuk mengatasi gout arthiritis akut adalah :
1 Naproken-awal 750 mg, kemudian 250 mg 3x/hari.
2 Piroxicam-awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.
3 Diclofenac-awal 100 mg, kemudian 50 mg 3x/hari selama 48 jam . Kemudian 50 mg 2x/hari selama 8 hari .
2) Cox-2 inhibitor : etoricexib merupakan satu-satunya cox-2 inhibitor yang diselensikan untuk mengatasi serangan gout arthiritis akut. Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermafaat terutama bagi klien yang tidak tahan terhadap efek gastroidtestinal nsaid non-selektif. Cox-2 inhibitor mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas yang lebih rendah di banding nsaid non- selektif .
3) Colchincine, colchincine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangangout arthiritis akut. Namun dibanding nsaid kurang popular karena awal kerjanya ( onset ) lebih lambat dan efek samping lebih sering di jumpai.
4) Steroid, stategi alternative selain nsaid dan kolkisin adalah pemberian steroid intra-articul. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya satu atau dua sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial diagnosis antara gout arthiritis sepsis dan gout arthiritis akut karena pemberian steroid intra-articular akan memperburuk infeksi.
2 serangan kronis
Kontrol jangka panjang hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya serangan gout arthiritis akut, gout tophaceous kronis, keterlibatan ginjal dan pembentukan batu asam urat. Akan mulai diberikan obat penurun kadar asam urat masih kontrofensi. Penggunaan allopurinol, urikourik dan feboxotat (sedang dalam pengembangan) untuk terspi gout arthiritis kronis akan dijelaskan berikut ini :
1) Allopurinol; obat hipourisemik, pilihan untuk gout arthiritis kronis adalah allopurinol. Selain mengontrol gejalah, obat ini juga melindungi fungsi ginjal. Allupurinol merupakan produksi asam urat dengan cara menghambat enzim xantin oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal allopurinol tidsk boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap allopurinol dapat terlihat sebagai penurunan kadar asam urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai dengan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar
asam urat dalam serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan allopurinol untuk menyakinkan turunnya kadar asam urat.
2) Obat urikosurik ; kebanyakan klien dalam dengan hiperurisemia yang sedikit mengekresikan asam urat dapat diterapi dengan obat urikosurik. Urikosurik seperti probenesit (500mg-1g 2x/hari) dan sulfinpirazol (100mg 3-4 kali/hari) merupakan alternative allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien merupakan alternative allopurinol. Urikosurik harus dihindsri pada klien nefropati urat yang memproduksi asam urat yang berlebihan. Obat ini tidak efelktik pada klien engan fungsi ginjal yang buruk (kreatinin<20- 30ml/menit). Sekitar 5% klien yang menggunakan probenesit jangka lama mengalami mual, nyeri uluh hati, kembung atau konstipasi (nurarif, 2015).
2.1.8 Pemeriksaan penunjang
Unrtuk memastikan seseorang terkena gout adalah dengan dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat tinggi yang memicu terjadinya gout.
2. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin/24 jam
Kadar asam urat dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg atau 24 jam pada diet biasa atau lebih dari 600 mg/24jam.
2.2. Konsep lansia
2.2.1 definisi lanjut usia
Lanjut usia adalah keadaan dimanamengalami pertahanan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh seseorang terhadap setres fisiologisnya. Kegagalan disini diartikan sebagai penurunan pada daya kemampuan pada hidup dan meningkatkankepekaan seseorang (muhith dan siyoto, 2016).
Lanjut usia merupakan suatu bagian dari proses tumbuh kembang.
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tahapan atau perkembangan dari bayi, anak-anak, dewasa, remaja, dan akhirnya menjadi tua. Lansia merupakan proses alami yang diikuti dengan perubahan fisik dan perilaku. Semua individu akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup tahap akhir dari manusia, dimana mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap (artinawati, 2014).
2.2.2 Klasifikasi lanjut usia
Menurut organisasi kesehatan dunia (wahyudi,nugroho, 2016) siklus hidup lansia yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lansia (elderly), dengan usia antara 60 sampai 74 tahun.
3. Lansia tua (old) dengan usia 60-75 dan 90 tahun.
4. Lansia sangant tua (very old), dengan usia diatas 90 tahun.
(muhith dan siyoto, 2016).
menurut prof.dr.koesoemato setyonegoro dalam muhith dan siyoto (2016).
Pengelompokan lansia sebagai berikut :
1. Usia dewasa muda (erderly adulhoad): 18/20-25 tahun.
2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas: 25 tahun-60/65 tahun.
3. Lansia (geriatric age): lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age dibagi menjadi 3, yaitu: young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old (lebih dari 80 tahun).
Menurut depkes ri (2013) klasifikasi lansi terdiri dari : 1. Pra lansia yaitu seseorang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia ialah seseorang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalaah kesehatan.
4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2.2.3 Tipe-tipe lansia
2.2.3.1 Tipe arif bijaksana
Tipe ini didasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak pengalaman. Kaya dengan hikmah, dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman mempunyai kesibukan, memiliki kerendahan hati, seerhanan, dermawan dan dapay menjadi panutan.
2.2.3.2 Tipe mandiri
Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatanyang hilang dengan yang baru, selektif dengan mengganti pekerjaan, begaul dengan teman dan memenuhi undangan.
2.2.3.3 Tipe tidak puas
Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahirbatin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritikdan banyak menuntut.
2.2.3.4 Tipe pasrah
Tipe pasrah ialah menunggu dan menerima nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
2.2.3.5 Tipe bingung
Kaget kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
2.2.4 Perubahan pada Lansia
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang pada masa bayi,anak- anak, dewasa akhirnya menjadi tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu pross kehidupan dengan datangnya rangsangan dari luar ataupun
dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan daya tahan tubuhnya. Menurut eka a.
(muhith dan siyoto, 2016) sebagai berikut :
1. Keinginan terhadap hubungan seksual bias dilakukan dalam bentuk sentuhan fisik dan ikatan emosional secara mendalam.
2. Perubahan sensitifitas emosional pada lanjut usia dapat mengakibatkan perubahan perilakunya.
3. Perubahan pada peran sosialnya, pembatasan dan kemunduran fisik akan mengakibatkan ketergantungan.
4. Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care, yaitu obat ditunjukkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan lansia.
5. Pengunaan obat harus memerhatikan efek samping.
6. Kesehatan mental ,memengaruhi integrasi dengan lingkungannya.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan.
Kemdian kalau mengkaji harus memperhatikan data dasar klien, untuk informasi yang diharapkan dari klien (iqbal dkk, 2011).
Faktor pengkajian pada lansia gout arthiritis : 2.2.1.1 Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat pendidikan dan pekerjaan.
2.2.1.2 Keluhan utama
Keluhan utama yang meninjol pada klien gout arthiritis adalah nyeri dan terjadi peradangan shingga dapat mengganggu aktifitas klien.
2.2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
Di dapatkan keluhan adanya nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya seperti pegal / distusuk-tusuk / panas atau ditarik-tarik dan nyeri dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat tekanan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lamadan sampai mengganggu pergerakan dan pada gout arthiritis kronis didapatkan benjolan atau tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klienn, apakah keluhan gout arthiritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendaoar pertolongan sebelumnya dan umumnya klien gout arthiritis disertai dengan hipertensi.
2.2.1.5 Riwayat penyakit keluarga
Kaji adalah riwayat gout arthiritis pada keluarga.
2.2.1.6 Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien di lingkungannya. Respon yang meliputi adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasanyang berbeda dan hubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri yang kurang pengetahuan akan program pengobatan
dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktifitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
2.2.1.7 Riwayat nutrisi
Kaji nutrisi klien apakah klien sering mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.
2.2.1.8 Pemeriksaan fisik
Berdasarkan B1-B6
1) B1 siastem pernafasan (breath):
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernafasan, kesimetrisan rongga dada gerakan pernafasan, kesimetrisan rongga dada, frekuensi nafas, penggunaan otot bantu nafas , jumlah sptum dan warna sputum.
Palpasi : adanya pergeseran trakea, efusi pleura dada normal atau tidak, penurunan gerakan dinding dada , getaran swara (vocal fremitus).
Perkusi : bunyi nafas tambahan disebabkan karena ronchi, normalnya vesikuler diseluruh lapang paru, bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika berbicarapada Tb paru dengan efusi pleura.
2) B2 sistem kardiovaskuler (blood)
Inspeksi : nyeri dada/tidak, disertai vena jugularis/tidak, tekanan darah normal/tidak stabil
Palpasi : nyeri tekan pada dada/tidak, adanya pembesaran jantung/tidak, denyut nadi terabah lemah
Perkusi : batas jantung dan letak jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 tunggal, adanyabunyi jantung/tidak, irama jantung normalnya legular
3) B3 sistem persyarafan (brain)
Kesadaran composmentis, gcs : 456 adanya sianosis perifer/tidak apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat 4) B4 sistem perkemihan (bledder)
Inspeksi : frekuensi berkrmih teratur, ada masalah urin / tidak, warna urin kuning normal jernih
5) B5 sistem pencernaan (bowl)
Inspeksi : hilangnya nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan
Palpasi : adanya nyeri tekan/tidak, ada pembesaran organ/tidak Auskultasi : bising usus normal/tidak (5-3 kali/menit).
Perkusi : normal timpani 6) B6 sistem pengindraan
Mata : konjung tiva merah mudah, skelera putih, palpebran tidak oedem, ketajaman penglihatan normal
Mulut : mampu merasakan asin, manis, pahit dan asam
Peraba : normal mampu merangsang segalah sesuatu yang di sentuhkan
7) B7 siastem indokrin
Inspeksi : tampak kelemahan berat atau tidak, cairan eletrolit seimbang atau tidak
Palpasi : periksa adanya JVP, dan pembesaran kelenjar tyroid maupun parotis.
(Burhan, 2012)
2.2.1.9 Fungsional klien
1) Indeks barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan pada orang laindalam meningkatkan aktifitas fungsional. Penilain meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktifitas di toilet, mandi,
berjalanan di jalan datar, naik turun tangga berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilain :
Table 2.1 Indeks barthel
No Kriteria Bantuan Mandiri
1 Makan 5 10
2 Minum 5 10
3 Berpindah dari kursi roda ketempat tidur atau sebaliknya
5-10 15
4 Personal toilet (cuci muks, menyisir rambut, menggosok gigi)
0 5
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakain, menyeka tubuh)
5 10
6 Mandi 5 15
7 Berjalan ditempat datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10
Total skor
Cara penilaian <60 : ketergantungan penuh/total
65-105 : ketergantungan sebagian 110 : mandiri
2) Pengkajian indeks katz Table 2.2 Indeks katz
Skor INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil, berpakain dan mandi.
B Kemandirian akan aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu tambahan.
D Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu tambahan.
G Ketergantungan pada 6 fungsi tersebut.
Lain- lain
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat di klasifikasikan sebagai C,D dan E.
3) Pengkajian status kognitif
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi intelektual lansia.
Table 2.3 Status kognitif.
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapana anda lahir? (minimal tahun)
7 Siap presiden indonesia sekarang?
8 Siapa nama presiden sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan pengurangan 3dari setiap angka baru, semua secara menurun.
Total Nilai
Analisis hasil :
Skor salah 0-2 : fungsi intektual utuh
Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual ringan Skor salah 8-10 : kerusakan intelektual berat
4) MMSE (Mini Mental State Exam) : menguji aspek kognitif dari fungsimental, orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengngat kembali dan bahasa.
5)
Table 2.4 Mini Mental State Exam
Nilai maksimum Pertayaan Pasien
Orientasi (5) Tahun, musim, tanggal lahir, bulan, Negara, wilaya, daerah
Registrasi (3) Nama 3 obyek (1 detik untuk
mengatakan masing-masing) tanyakan pada lansia ketiga objek setelah anda katakan. Beri point untuk jawaban benar, ualangi sampai lansia
mempelajari ke 3 dan jumlahkan skor yang telah di capai.
Perhatian dan kalkulasi (5)
Pilihlah kata dengan 7 huruf, missal kata
“panduan”, berhenti setelah 5 huruf, beri 1 point di setiap jawaban benar,
kemudian di lanutkan, apakah lansia masih ingat huruf lanjutanya.
Mengingat (3) Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas, beri 1 point untuk jawaban benar.
Bahasa (9) Nama pensil dan melihat (2 point) Skor 25
Analisis hasil :
Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual ringan
Skor salah 8-10 : kerusakan intelektual berat. (Kholifah, S.N,2016)
2.2.2 Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi
c. Gangguan kosep diri, citra tubuh berhubungan denganbentuk tubuh tulan dan sendi
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pandangan kronik adanya Kristal asam urat.
2.2.3 Intervensi keperawatan
Tabel 2.5 Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Lakukan berhubungan dengan tindakankeperawatan pengkajian nyeri agen cidera biologis selama 1x24 jam, secara konprehensif
pasien tidak termasuk lokasi, mengalami nyeri, durasi, frekuensi, dengan kriteria hasil : kualitas dan factor 1.Mampu mengontrol presipitasi nyeri nyeri (tahu penyebab) 2. Observasi reaksi nyeri, msmpu non verbal dari menggunakan teknik ketidak nyamanan nonfarmakologi 3. Bantu keluarga 2. Melaporkan bahwa dan pasien untuk nyeri berkurang mencari dan
dengan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali skala nyeri (intensitas frekuensi gejalah nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah rasa nyeri berkurang 5. Tandan vital dalam rentang normal 6. tidak mengalami gangguan tidur
menemukan dukungan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
5. Ajarkan teknik non farmakologik : nafasdalam, relaksasi dan kompres hangat dingin
6. Tingkatkan istirahat/tidur
7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan mobilitas
Monitorong vital sign
sebelum/sesudah latihan dan liat
fisik dengan kriteria respon pasien pada
hasil : saat latihan
1.Klien meningkatkan 1.Konsultasikan dalam aktifitas fisik dengan terapi fisik 2. Mengerti tujuan tentang rencana dari peningkatan teknik ambulasi mobilitas fisik 2. Bantu klien untuk 3. Memvebalisasikan menggunakan perasaan dalam tongkat saat berjalan meningkatkan dan terhadap cidera kekuatan dan 3. Ajarkan pasien kemampuan berpindah atau tenaga 4. Memperagakan kesehatan lain pengguanaan alat tentang tekni bantu untuk mobilisasi ambulasi
4. Kaji kemampuan pasien dan
mobilisasi
5. Latihan pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLS pasien
6. Berikan alat bantu dengan klien jika memerlukan
3 Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien menunjukkan : Gangguan citra ubuh menurun dengan kriteria hasil : 1. Gambaran diri mrningkat 2. Gambaran diri sesuai
3. Bisa menyesuaikan diri dengan status kesehatannya
1. Bina hubungan saling percaya 2. Berikan kesempatan mengungkapkan kesempatan 3. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra tubuh
4. Dorong klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
4 Gangguan perfusi jaringan berhuungan dengan peradangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
1.Anjurkan pasien untuk menggunakan
kronik adanya kerusakan integritas pakaian yang Kristal asam urat jaringan pasien longgar
teratasi dengan 2. Jaga kulit agar kriteria hasil : tetap bersih dan 1.Perfusi jaringan kering
normal 3. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada tanda- (ubah posisi pasien) tanda infeksi setiap 2 jam sekali 3. Ketebalan dan 4. Monitor kulitakan tekstur jaringan adanya kemerahan 4. Menunjukkan 5. Monitor aktivitas pemahaman dalam dan mobilisasi proses perbaikan kulit pasien
dan mencegah 6. Monitor status terjadinya proses nutrisi pasien penyembuhan luka 7. Berikan posisi
yang nyaman untuk mengurangi tekanan pada luka
(Nurarif dan Kusuma, 2016)
2.2.3 implementasi keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan keadaan tindakan selama fase implementasi ini merupakan fase kerjaaktual dari proseskeperawatan.
Rangkaian rencana yang telah disusus harus diwujudkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat pelaksanakan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien makan validasi kembali tentang jeadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (amin huda nurarif dan hardhi kusuma, 2015)
2.2.4 Evaluasi keperawatan
menurut amin huda nurarif dan hardhi kusuma (2015). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau timbul masalah baru perawat harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah yang ada.
2.2.5 Pathway
BAB III
TINJAUAN KASUS
Untuk mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny .S dengan Arthiritis Gout , maka penulis
menyajikan satu kasus yang penulis amati mulai tanggal 5 februari 2021 sampai 12 maret 2021 dengan data pengkajian pada tanggal 5 februari jam 09.00 WIB.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Klien adalah seorang lansia perempuan bernama Ny.M dengan usia 65 tahun yang beragama islam dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Klien tinggal didesa watulumbung, klien mengatakan tidak pernah sekolah
3.1.2 Riwayat kesehatan saat ini
Status kesehatan umum klien selama setahun yang lalu adalah klien memiliki riwayat asam urat . keluhan kesehatan utama klien adalah klien mengatakan pusing cenat-cenut . Pada pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan klien mengatakan kurang baik klien ditanya tentang penyebab, tanda gejalah , komplikasi dan penanganan dari asam urat klien tanpak bingung . klien juga sering bertanya- tanya tentang penyakit yang dideritanya.
39
3.1.3 Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki trauma apapun dan tidak memiliki riwayat operasi . klien mengatakan terakhir control kesehatan pada tangga 19 februari 2021 di puskesmas lumbang.
3.1.4 Riwayat keluarga Genogram
Keterangan gambar :
: Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Pasien
3.1.5 Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan klien sebelumnya dan saat ini adalah sebagai ibu rumah tangga . Klien mengatakan sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhannya berhasil dari suami yang bekerja diladangnya.
3.1.6 Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal bersama suami dan ibunya. Jenis bangunan yang ditempati adalah bangunan permanen dengan luas bangunan 6x3 M. Untuk kamar mandi tersediah jamban duduk, sandal antislip bagi lansia dan keset antislip didepan kamar mandi. Lantai kamar mandi terbuat dari plesteran.
3.1.7 Riwayat rekreasi
Klien mengatakan memiliki hobi memasak . Keanggotaan organisasi saat ini klien tidak mengikut keanggotaan organisasi apapun , klien mengatkan sering memanfaatkan waktu liburannya dengan melihat televise.
3.1.8 Sumber/system pendukung
Klien memiliki fasilitas kesehatan di puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya.
3.1.9 Obat-obatan
Klien mengkonsumsi obat Alloporinol dengan dosis 100mg-300mg obat ini berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat.
3.1.10 Nutrisi
Klien mengatakan ada pembatasan makanan diet dibatasi asupan protein dan lemak . Klien mengatakan tidak ada penurunan berat badan . Pada konsumsi makanan klien adalah 3x sehari dan biasanya makan bersama suaminya. Klien mengatakan tidak ada masalah yang mempengaruhi masukan makanan.
3.1.11 Tinjaun sistem 3.1.11.1 Umum
Klien mengatakan tidak mengalami kelelahan , tidak terjadi perubahan berat badan dan tidak terjadi perubahan nafsu makan . Klien mengalami tidak demam, kringat malam dan tidak pilek. Klien mengatakan tidak kesulitan tidur.
3.1.11.2 Sistem integument
1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada gatal dan memar , tidak perubahan pigmentasi kulit dan perubahan pada kuku. Kulit tanpak kering dan rambut klien terlihat memutih/berubah.
2) Palpasi : pada pemeriksaan palpasi ditemukan perubahan tekstur pada kulit klien yaitu kulit kendur dan tidak elastis . Pada pemeriksaan rambut ditemukan rambut klien tipis dan banyak yang rontok.
3.1.11.3 Himopoietik
Pada pemeriksaan hemopoietik tidak ada pendarahan/memar pada abdomen , tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, dank lien tidan anemia.
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat transfuse darah.
3.1.11.4 Kepala
Klien mengatkan sakit kepala cenat-cenut dan pusing saat habis duduk kelihatannya buram semua, klien tidak terjadi trauma di masa lalu.
3.1.11.5 Mata
1) Inspeksi : terejadi perubahan penglihatan klien tidak bias melihat jarak jauh , klien tidak menggunakan kaca mata ,tidak tejadi air mata berlebihan , tidak terejadi gatal diarea mata , tidak tejadi bengkak di skitar mata dan foto pobia.
2) Palpasi : tidak terjadi nyeri diarea mata.
3.1.11.6 Telinga
Pada pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan pendengaran , tidak terdapat alat-alat protesta , titinus (telinga berdengung), kebiasaan perawaatan telingan klien membersihkan menggunakan catton bat
3.1.11.7 Hidung dan sinus
Pada pemeriksaan hidung tidak terjadi renorea (pilek), tidak terjadi penyempitan pada pernafasan, tidak mendengkung, tidak terjadi nyeri, dan tidak memiliki alergi.
3.1.11.8 Mulut dan tenggorokan
Pada pemeriksaan mulut ditemukan membrane mukosa kering, klien mengatakan menggosok gigi 2x sehari , tidak ada lesi, tidak ada gigi palsu , tidak ada alat protesa, tidak ada riwayat infekksidan tidak terjadi perubahan swara pada klien.
Pada tenggorokan klien tidak mengatakan tenggorokan sakit.
3.1.11.9 Leher
1) Inspeksi :tidak terjadi kekakuan dan tidak mengalami keterbatasan gerak
2) Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan dan tidak terjadi benjolan
3.1.11.10 Payudara
1) Inspeksi : pada payudara terjadi pengenduran , tidak ada pengenduran dari putting susu dan tidak mengalami perubahan pada putting susu 2) Palpasi : pada payudara tidak mengalami nyeri tekan dan tidak terdapat
benjolan
3.1.11.11 Sistem pernafasan
1) Inspeksi : klien tidak ada batuk dan tidak ada sputum, klien tidak ada sesak nafas , tidak terjadi ,mengi dan tidak memiliki alergi pernafasan
3.1.11.12 Sistem kardiovaskuler
1) Inspeks : klien mengatakan tidak ada nyeri tekan pada dada dan tidak sesak nafas . Tidak terjadi dipsnea , tidak terjadi orthopnea dan tidak terjadi perubahan warna pada kaki, tidak terjadi varises, dan tidak terjadi kesumutan.
2) Palpasi : pada system kardiovaskuler tidak terjadi nyeri dada, tidak mengalami edema
3) Auskultasi : pada system kardiovaskular tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur/ bunyi jantung normalnya S1, S2 tunggal
3.1.11.13 Sistem gastroinstestinal
Pada gastroinstestinal klien tidak terjadi disfagia, tidak terjadi perubahan nafsu makan ,tidak mengalami nyeri ulu hati, tidak terjadi mual/muntah, tidak terjadi hematonesis (muntah darah ), tidak ada nyeri , tidak ada benjolan / massa, tidak mengalami diare,tidak mengalami konstipasi, tidakj terjadi melena, tidak mengalami hemaroid (wasir), tidak mengalami pendarahan rectum.
3.1.11.14 Sistem perkemihan
Pada system perkemihan tidak terjadi dysuria,hematuria, polyuria, oliguria, dan nokturia. Klien tidak mengalami nyeri saat berkemih, tidak memiliki riwayat batu saluran kemih, dan tidak terjadi infeksi saluran kemih, frekuensi berkemih klien antara 5-8 kali dalam sehari
3.1.11.15 Genito reproduksi
Pada system genito reproduksi tidak ada lesi, tidak terjafi rabas dan nyeri pelvis, Klien tidak memiliki penyakit kelamin dan tidak terjadi infeksi.
3.1.11.16 Sistem muskuluskletal
Pada sistemmuskuluskletal sering terjadi nyeri persendihan yang akan menimbulkan dampak pada aktivitas kehidupan sehari-hari karena
klien sering kelelahan sehingga aktivitas klien terbatas dan terjadi nyeri punggung pada saat beraktifitas sehari-hari seperti ditusuk-tusuk
3.1.11.17 Sistem saraf pusat
Pada pemeriksaan safar pusat klien merasakan sakit kepala terasa cenat- cenut ,tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisi (hilangnya separuh/fungsi otot) tidak terjadi paresis (badannya lemah untuk bergerak), tidak terjadi masalah koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak terjadi paratesea, tidak terjadi cidera kepala, dan tidak mengalami masalah memori
3.1.11.18 Sistem indokrin
Pada system indokrin tidak terjadi goiter (pembengkakan tiroid), tidak terjadi polifagi (banyak makan), tidak terjadi polidipsi (banyak minum), dan tidak terjadi polyuria (sering BAK)
3.1.12 Pengkajian fungsional klie
INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari – hari)
Nama Klien : Ny. M Tanggal : 05 maret 2021
Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 65 tahun TB/BB : 152/70 Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD/Sederajat
Alamat : Desa watulumbung kec. Lumbang kab. Pasuruan
Skore Kriteria
A√ Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
B Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D Mandiri, kecuali mandi berpakaian dan satu fungsi yang lain
E Mandiri, kecuali mandi berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang lain F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi
H Lain-lain : tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak diklarifikasikan sebagai C, D, A atau F
Keterangan :
Mandiri tanpa pengawasan pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi meskipun ia anggap mampu.
3.1.13 Barthel indeks
Termasuk manakah klien ?
NO KRITERIA
DENGAN BANTUAN
MANDIRI SKORE
1 Makan 5 10 10
2 Minum 5 10 10
3
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya
5 15 10
4
Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)
0 5 5
5
Keluar masuk toilet (mencuci pakaian.
Menyeka tubuh, menyiram)
5 10 10
6 Mandi 5 15 15
7
Jalan di permukaan datar
0 5 5
8 Naiki turun tangga 5 10 5
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
10 Kontrol Bowel (BAB) 5 10 10
11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
12 Olahraga atau Latihan 5 10 10
13
Rekreasi atau pemantapan waktu luang
5 10 10
JUMLAH 120
Keterangan :
A. 130 : Mandiri
B. 65 – 125 : Ketergantungan Sebagian C. 60 : Ketergantungan Total
3.1.14 Pengkajian status mental gerontik
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar dan catat semua jawaban : Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Di mana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun lahir )
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun.
JUMLAH 3
Interpretasi Hasil
A. Salah 0 -3 : Fungsi Intelektual Utuh B. Salah 4 – 5 : Kerusakan Intelektuan Ringan C. Salah 6 – 5 : Kerusakan Intelektual Sedang D. Salah 9 -10 : Kerusakan Intelektual Berat
Sidoarjo, ...
Mahasiswa
3.2 Analisa data
Nama Pasien : Ny. M Umur : 65 TAHUN
NO DATA ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
1
DS :
- Pasien
mengatakan nyeri kepala
- Kaki kesumutan P : Nyeri dirasakan pada saat beraktifitas
Q : Pasien mengatakan rasanya seperti cenut- cenut
R : Pasien mengatakan sakit pada lutut
S : Skala 5 T : Hilang timbul DO :
- Td :120/70 - N : 80x/menit
Agen cidera fisik Nyeri akut
2
- S : 36,7 C - RR :19x/menit DS : klien mengatakan mengetahui penyebab asam urat karena mengkonsumsi banyak kacang-kacangan dan sayuran , tetapi saat ditanya mengenai gejalah ,komplikasi dan
penanganannya klien mengatakan tidak tahu.
DO : saat di Tanya tentang gejalah, komplikasi dan penanganannya klien tampak bingung
Kurang informasi Defisiensi pengetahuan
FORMAT SKORING DAN PRIORITAS MASALAH
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut b.d agen cidera biologis
No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran 1 Sifat masalah :
3 Aktual 2 Resiko tinggi 1 Potensial
1
Skor x Bobot
Angka Tertinggi Skor
3/3x1
1 Ketidak
mampuan klien mengenal asam urat
berkepanjangan merupakan ancaman terjadinya penyakit 2 Kemungkinan
masalah dapat di ubah :
2 Tinggi 1 Sedang 0 Rendah
2
Skor x Bobot
Angka Tertinggi Skor
1/2x2
1 Masalah dapat diatasi jika rutin control atau periksa kesehatannya
3 Potensi masalah untuk di cegah : 3 Tinggi 2 Cukup 1 Rendah
1
Skor x Bobot
Angka Tertinggi Skor
2/3x1
0,7 N.y.m sudah lama menderita asam urat beserta tahun yang
laluperawatan ini bisa diobati dan dicegah 4 Menonjolnya
masalah : 2 Masalah
berat, harus segera ditangani 1 Ada
masalah, tetapi tidak perlu ditanggapi
1
Skor x Bobot
Angka Tertinggi Skor
2/2x1
1
Ny.m jika tidak segera ditangani maka asam urat bisa mengalami berkelanjutan
0 Masalah tidak dirasakan
Total nilai 3,7
2. Diagnosa Keperawatan : Defisiensi pengetahuan b.d kurangnay informasi
No .
Kriteria Bobot Perhitungan Nila i
Pembenaran
1 Sifat masalah :
Skor x Bobot Angka Tertinggi
Karena Ny.m tidak mengetahui tindakan untuk meredakan nyeri Skor
3 Aktual 2 Resiko tinggi 1 Potensial
1
3/3x1
1
2 Kemungkina n masalah dapat di ubah :
2 Tinggi 1 Sedang
2
Skor x Bobot
1
Masalah dapat dirubah dengan
mendemonstrasikankepa da Ny.m cara
mengurangi atau Angka Tertinggi
Skor
1/2x2
0 Rendah menmengalihkan rasa nyeri
3 Potensi masalah untuk di cegah : 3 Tinggi 2 Cukup 1 Rendah
1
Skor x Bobot Angka Tertinggi
0,7
Masalah dapat dicegah dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya melakukan teknikuntuk mengurangi nyeri
Skor
2/3x1
4 Menonjolnya masalah : 2 Masalah
berat, harus segera ditangani 1 Ada
masalah, tetapi tidak perlu
1
Skor x Bobot Angka Tertinggi Skor
1
Ny.m menyadari masalah dan ingin segera mengurangi dan akan nyeri yang
dirasakan tidak berubah
2/2x1
ditanggap i
0 Masalah tidak dirasakan
Total nilai 3,7
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi 2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
INTERVENSI PROSES KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M Umur : 65 tahun
No.
Dx
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
Rasional
1
Setelah dilakukan kunjungnan selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil :
1. Pasien mampu menjelaskan penyebab nyeri 2. Pasien mampu
mendemonstrasika n tindakan untuk mengurangi nyeri 3. Pasien melaporkan
nyeri berkurang 4. Skala nyeri 1-5
pasien tidak menyeringai
1) Jelaskan kepada pasien dengan
penyebab nyeri 2) Ajarkan pasien
untuk semi flower 3) Anjurkan
pasien untuk teknik relaksasi dan distraksi 4) Kaji
karakteristik nyeri
5) Pantau TTV 6) Kplaborasi
pasien untuk
1. Untuk menambahk an
pengetahua n pasien 2. Posisi
nyaman dapat menstabilka n rasa nyeri 3. Untuk
mengecilka n rasa nyeri 4. Agar dapat
memantau kondisi pasien
Setelah dilakukan kunjungan selama 1x24 jam diharapkan klien mengurangi kurangnya informasi dengan kriteria hasil :
mengompres pada nyeri dengan air hangat
5. Untuk pemberian kompres air hangat dan terapi agar dapat mengurangi rasa nyeri 6. Untuk
melancarka n aliran darah dan membuat otot menjadi rileks
2 1. Jelaskan
pengetahuan tentang
penyakit asam urat
1. Untuk mengetahui tentang perjalanan penyakit
1. Klien mampu menjelaskan kembali tentang penyebab masalah penyakit
2. Klien melaporkan bahwa kurangnya informasinya sudah bertambah 3. Klien dapat
mendemonstrasika n cara pencegahan tentang
penyakitnya 4. Kurangnya
informsih bertambah
5. Klien tidak terlihat kebingungan ketika ditanyan tentang penyakit
2. Jelaskan tanda dan gfejalah penyakit asam urat
3. Jelaskan penanganan dan
pencegahan dari penyakit asam urat 4. Jelaskan
komplikasi tentang asam urat
5. Berikan keluarga kesempatan bertanya
2. Agar klien mengatahui tentang tanda dan gejalah dan mengurangi cemas 3. Agar klien
mengetahui penanganan dan
pencegahan dari
penyakit asam urat 4. Untuk
mengetahui komplikasi tentang penyakit asam urat